makalah ebi kelompok 7 - 'manajemen sumber daya manusia
TRANSCRIPT
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Telah menjadi kesepakatan para ahli bahwa sumber daya manusia merupakan
aset penting, bahkan di anggap paling penting di antara sumber daya lain, dalam
setiap usaha memajukan suatu masyarakat atau suatu bangsa. Namun dalam
kenyataannya, sumber daya manusia baru menjadi aset penting dan berharga, apabila
manusia tersebut memnpunyai kualitas yang tinggi. Bahkan sebuah negara yang tidak
mempunyai sumber daya alam yang banyak mampu berkembang dengan cepat
menjadi negara besar dan maju karena memiliki banyak sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi, seperti Jepang, Singapura, Taiwan, Korea selatan dan sebagainya.
Keberadaan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi sangat penting
artinya bagi organisasi. Dalam perkembangannya, organisasi akan menghadapi
permasalahan tenaga kerja yang semakin kompleks, dengan demikian pengelolaan
sumber daya manusia harus dilakukan secara profesional oleh departemen tersendiri
dalam suatu organisasi, yaitu Human Resource Departement.
SDM sebagai salah satu unsur penunjang organisasi, dapat diartikan sebagai manusia
yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut personil, tenaga kerja,
pekerja/karyawan); atau potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya; atau potensi yang merupakan asset & berfungsi sebagai
modal non-material dalam organisasi bisnis, yang dpt diwujudkan menjadi potensi
nyata secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi (Nawawi,
2000).
Mengelola SDM di era globalisasi bukan merupakan hal yang mudah. Oleh karena
itu, berbagai macam suprastruktur dan infrastruktur perlu disiapkan untuk mendukung
proses terwujudnya SDM yang berkualitas. Perusahaan yang ingin tetap eksis dan
memiliki citra positif di mata masyarakat tidak akan mengabaikan aspek
pengembangankualitasSDM-nya
- 1 -
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Manajemen Sumber Daya Manusia?
3. Bagaimana pengaruh MSDM terhadap suatu perusahaan?
4. Bagaimana Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Islam?
5. Bagaimana penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam
Perspektif Islam?
6. Apa saja hak dan kewajiban pekerja yang merupakan subjek dan objek
dari Manajemen Sumber Daya Manusia dalam perspektif islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis Islam
2. Untuk memahami Manajemen Sumber Daya Manusia; baik
pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan pengaruhnya kepada
perusahaan
3. Untuk memahami Manajemen Sumber Daya Manusia dalam
Pandangan Islam dan bagaimana penerapannya
4. Untuk memahami hak dan kewajiban pekerja dalam pandangan
islam
- 2 -
Bab 2
Pembahasan
A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia atau sering pula disebut manajemen
kepegawaian atau manajemen personalia karena merupakan anak atau cabang ilmu
dari manajemen.
Sering dikatakan manajemen adalah alat untuk memperoleh hasil melalui orang
lain, dan karena manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu cabangnya,
maka ia pun mempunyai sasaran yang sama dengan manajemen. Dengan tekanan
utama yaitu terpeliharanya human relationships yang baik antar individu dan bahwa
setiap individu berusaha memberikan kontribusi yang optimal dalam pencapaian
tujuan organisasi atau lembaga.
Terdapat 2 perspektif utama dalam pengertian manajemen sumber daya
manusia, yaitu:
1. Segi Internasional / Makro
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah pengembangan dan
pemanfaatan pegawai untuk pencapaian yang efektif mengenai sasaran dan
tujuan individu, organisasi, masyarakat, nasional, maupun internasional.
2. Segi Mikro
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan
pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegarsian,
pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai
tujuan individu, organisasi, dan masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditasrik kesimpulan bahwa Manajemen
Sumber Daya Manusia adalah manajemen yang berhubungan dengan perencanaan,
- 3 -
pengorganisasian, dan pengawasan terhadap bermacam-macam fungsi pelaksanaan
usaha untuk mendapatkan, mengembangkan dan memelihara para pegawai dengan
sedemikian rupa, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai seefisien dan seefektif
mungkin dan kebutuhan para pegawai dapat dilayani dengan sebaik-baiknya serta
produktivitas kerja dapat ditingkatkan.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, baik
berasal dari dalam organisasi itu sendiri (internal) maupun yang berasal dari
lingkungan organisasi (Eksternal)
1. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah berbagai hal yang
pertumbuhan dan perkembangannya berada diluar kemampuan organisasi
untuk mengendalikannya. Faktor-faktor tersebut antara lain:
oTeknologi
oSosial & Budaya
oPolitik
oSituasi Ekonomi
oPeraturan Perundang-undangan
oPara Pesaing
2. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah berbagai kendala yang
terdapat didalam organisasi itu sendiri. Faktor tersebut antara lain:
oRencana Strategik
oAnggaran
oEstimasi Produk dan Penjualan
oUsaha atau Kegiatan Baru
oRancangan Organisasi dan Tugas Pekerjaan
- 4 -
Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, hanyalah
ada satu jalan yang harus di tempuh,yakni melakukan pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan dan pelatihanlah yang akan meningkatkan kemampuan dan kesempatan
bagi seseorang untuk berperan dalam kehidupannya, secara individu maupun
bermsyarakat.
Lain halnya ketika tejadi lemahnya kualitas sumber daya manusia, dalam
suatu negara sumber daya manusia biasanya di sebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Budaya yang ada di masyarakat
2. Struktur Masyarakat
3. Rekayasa yang sengaja diterapkan pada masyarakat tertentu
Gejala-gejala yang timbul dari lemahnya sumber daya manusia adalah:
1. Lemahnya kemauan, merasa tidak mampu, tidak percaya diri dan merasa
rendah diri.
2. Lemahnya kemampuan, terbatasnya pengetahuan, terbatasnya
keterampilan dan terbatasnya pengalaman.
3. Terbatasnya kesempatan, kuranganya memenuhi kebutuhan yang di
perlukan dan tidak mampu menggunakan kesempatan dan peluang yamg di
berikan.
Untuk memcahkan kelemahan-kelemahan tersebut agar dapat membentuk
sumber daya manusia yang berkualitas, maka di butuhkan langkah-langkah berikut:
1. Pemberian Informasi yang akurat, luas dan aktual.
2. Memberikan Motivasi dan arahan
3. Memberikan metodologi dan sistem kerja untuk menyelesaikan masalah
dengan efektif dan efisien.
C. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Tujuan utama dari manajemen sumber daya manusia adalah untuk
meningkatkan kontribusi sumber daya manusia (karyawan) terhadap organisasi dalam
rangka mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dipahami
bahwa semua kegiatan organisasi dalam mencapai misi dan tujuannya adalah sangat
- 5 -
tergantung kepda manusia yang mengelola organisasi itu. Oleh sebab itu sumber daya
manusia (karyawan) tersebut harus dikelola sedemikian rupa sehingga berdaya guna
dan berhasil guna dalam mencapai misi dan tujuan organisasi.
Tujuan ini dapat dijabarkan ke dalam 4 tujuan yang lbih operasional sebagai
berikut:
1. Tujuan masyarakat (societal objective)
Untuk bertanggung jawab secara sosial dalam hal kebutuhan dan
tantangan-tantangan yang timbul dari masyarakat. Suatu organisasi yang berada
di tengah-tengah masyarakat diharapkan membawa manfaat atau keuntungan
bagi masyarakat. Oleh sebab itu suatu organisasi mempunyai tanggung jawab
dalam mengelola sumber daya manusianya agar tidak mempunyai dampak
negatif terhadap masyarakat.
2. Tujuan organisasi (organization objective)
Untuk mengenal bahwa manajemen sumber daya manusia itu ada (exist),
perlu memberikan kontribusi terhdap pendayagunaan organisasi secara
keseluruhan. Manajemen sumber daya manusia bukanlah suatu tujuan dan akhir
suatu proses, melainkan suatu perangkat atau alat untuk membantu tercapainya
suatu tujuan organisasi secra keseluruhan. Oleh sebab itu suatu unit atu bagian
manajemen sumber daya di suatu organisasi diadakan untuk melayani bagian-
bagian lain organisasi tersebut.
3. Tujuan fungsi (fungsional objective)
Untuk memelihara (maintain) kontribusi bagian-bagian lain agar mereka
(sumber daya manusia dalam tiap bagian) melaksanakan tugasnya secara
optimal. Dengan kata lain setiap sumber daya manusia atau karyawan dalam
organisasi itu menjalankan fungsinya dengan baik.
4. Tujuan personel (personel objective)
Untuk membantu karyawan atau pegawai dalam mencapai tujuan-tujuan
pribadinya,dalam rangka pencapaian tujuan organisasinya. Tujuan-tujuan
pribadi karyawan seharusnya dipenuhi, dan ini sudah merupakan motivasi dan
pemliharaan (maintain) terhadap karyawan itu.
- 6 -
D. Hubungan Sumber Daya Manusia dan Perusahaan
Peran SDM bagi sebuah perusahaan yang ingin berumur panjang merupakan
suatu hal strategis. Oleh karena itu, untuk menangani SDM yang handal harus
dilakukan sebagai human capital. Para manajer harus mengaitkan pelaksanaan
MSDM dengan strategi organisasi untuk meningkatkan kinerja, mengembangkan
budaya korporasi yang mendukung penerapan inovasi dan fleksibilitas. Peran
strategis SDM dalam organisasi bisnis dapat dikolaborasi dari segi teori sumber
daya.
Fungsi perusahaan adalah mengerahkan seluruh sumber daya atau
kemampuan internal untuk menghadapi kepentingan pasar sebagai faktor eksternal
utama. Sumber daya sebagaimana disebutkan di atas, adalah SDM strategis yang
memberikan nilai tambah (added value) sebagai tolok ukur keberhasilan bisnis.
Kemampuan SDM ini merupakan competitive advantage dari perusahaan. Dengan
demikian, dari segi sumber daya, strategi bisnis adalah mendapatkan added value
yang maksimum yang dapat mengoptimumkan competitive advantage. Adanya SDM
ekspertis: manajer strategis (strategic managers) dan SDM yang handal yang
menyumbang dalam menghasilkan added value tersebut merupakan value added
perusahaan. Value added adalah SDM strategis yang menjadi bagian dari human
capital perusahaan
Peter Drucker (1998), pakar manajemen terkenal, bahkan mengemukakan
bahwa tantangan bagi para manajer sekarang adalah tenaga kerja kini cenderung tak
dapat diatur seperti tenaga kerja generasi yang lalu. Titik berat pekerjaan kini
bergerak sangat cepat dari tenaga manual dan clerical ke knowledge-worker yang
menolak menerima perintah (komando) ala militer, sebagaimana cara yang diadopsi
oleh dunia bisnis 100 tahun yang lalu. Kecenderungan yang kini berlangsung adalah,
angkatan kerja dituntut memiliki pengetahuan baru (knowledge-intensive, high tech-
- 7 -
knowledgeable), yang sesuai dinamika perubahan yang tengah berlangsung. Tenaga
kerja di sektor jasa di negara maju (kini sekitar 70 persen) dari tahun ke tahun
semakin meningkat, dan tenaga paruh waktu (part-timer) juga semakin meningkat.
Pola yang berubah ini menuntut pengetahuan baru dan cara penanganan (manajemen)
yang baru. Moskowitz, R. and Warwick D. (1996) berpendapat, bahwa Human capital
yang mengacu kepada pengetahuan, pendidikan, latihan, keahlian, dan ekspertis
tenaga kerja perusahaan kini menjadi sangat penting, dibandingkan dengan waktu-
waktu lampau.
Malcolm Baldrige, menyatakan bahwa penanganan SDM sebagai Human
Capital telah berhasil jika MSDM sudah merencanakan penerapan dan intergrasi
pertumbuhan pegawai secara penuh, mencakup program pelatihan, alur
pengembangan karier, penilaian/proses kesadaran pribadi, kompensasi, pemberian
wewenang, dan hasil terukur. Di samping itu manajemen senior dan madya terlibat
secara penuh dan mendukung serta turut berlatih bersama untuk membangun
perkembangan organisasi dan pegawai. Semua personalia dalam organisasi sudah
merasakan bekerja dalam kelompok (bukan hanya sebagai individu). Setiap unit kerja
sudah menguasai pegawai mereka melalui kelompok fungsional dan pembagian
informasi yang sesuai dengan fungsi masing-masing. Perusahaan sebagai organisasi
telah mempunyai suatu rencana menyeluruh dan secara penuh terhadap
pengembangan sumber daya manusia dengan memberikan pengakuan dan
penghargaan terhadap penigkatan kualitas secara penuh. Dan, setiap pegawai
mendapatkan reward untuk setiap prestasi.
.
Untuk mencapai penanganan SDM sebagai Human Capital dapat dinilai dari
komponen-komponen sebagai berikut:
1. Perencanaan dan Pengelolaan SDM
a. Seberapa jauh perencanaan SDM dikaitkan dengan strategi.
b. Seberapa jauh SDM dikaitkan dengan tujuan peningkatan kualitas.
c. Seberapa besar penggunaan data pegawai untuk peningkatan pengelolaan
SDM.
- 8 -
2. Peningkatan Pegawai
a. Seberapa besar insentif bagi keterlibatan pegawai dalam peningkatan
kualitas.
b. Seberapa besar wewenang yang diberikan kepada pegawai dalam area
kerja mereka.
c.Bagaimana pengukuran dan pemantauan pegawai dalam peningkatan
kualitas.
d. Bagaimana indicator monitoring keterlibatan pegawai pada semua
tingkatan.
3. Pendidikan dan Pelatihan
a.Bagaimana sistematika pengembangan program pelatihan dan pendidikan.
b. Bagaimana mengukur kaitan pelatihan dan pendidikan dengan pekerjaan
pegawai.
c.Seberapa jauh pengaruh hasil pelatihan berhubungan dengan area Pekerjaan
pegawai.
d. Bagaimana mengukur pelatihan pegawai dengan kategori pekerjaan.
4. Kinerja Pegawai dan Pengakuan
a.Seberapa jauh reward program mendukung tujuan peningkatan mutu.
b. Bagaimana intensitas organisasi meninjau ulang dan meningkatan reward
program.
c.Bagaimana pengelolaan data dan bukti pengenalan setiap pegawai.
d. Bagaimana keberlanjutan peningkatan program untuk mencapai kepuasan
pegawai
5. Kepuasan Pegawai
a.Seberapa jauh program pengembangan pelayanan kepada pegawai;
b. Bagaimana system penilaian & evaluasi kepuasan pegawai;
c.Bagaimana kelengkapan data dalam peningkatan dan pelayanan pegawai.
Dengan demikian, human capital, bukanlah memposisikan manusia sebagai
modal layaknya mesin, sehingga seolah-olah manusia sama dengan mesin,
sebagaimana teori human capital terdahulu. Namun setelah teori ini semakin meluas,
- 9 -
maka human capital justru bisa membantu pengambil keputusan untuk memfokuskan
pembangunan manusia dengan menitikberatkan pada investasi pendidikan (termasuk
pelatihan) dalam rangka peningkatan mutu organisasi sebagi bagian pembangunan
bangsa. Penanganan SDM sebagai human capital menunjukkan bahwa hasil dari
investasi non fisik jauh lebih tinggi dibandingkan investasi berupa pembangunan
fisik.
E. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dalam Perspektif
Islam
Sumber daya manusia merupakan kekuatan terbesar dalam pengolahan seluruh
resources yang ada dimuka bumi, karena pada dasarnya seluruh ciptaan Allah yang ada
dimuka bumi ini sengaja diciptakan oleh Allah untuk kemaslahatan umat manusia Hal ini
sangat jelas telah ditegaskan oleh Allah dalam Al-Quran surah Al-Jatsiyah ayat 13:
Artinya : “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berpikir”.
Oleh karena itu sumber daya yang ada ini harus dikelola dengan benar karena itu
merupakan amanah yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Untuk
mendapatkan pengelolaan yang baik ilmu sangatlah diperlukan untuk menopang
pemberdayaan dan optimalisasi manfaat sunber daya yang ada. Di dalam surah Ar-
Rohman ayat ke 33, Allah telah menganjurkan manusia untuk menuntut ilmu seluas-
luasnya tanpa batas dalam rangka membuktikan kemahakuasaan Allah SWT.
Allah mencerminkan keadaan manusia yang ideal dalam kitabNya yaitu dengan
- 10 -
criteria sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:
1. Segala sesuatunya harus dikerjakan dalam rangka untuk
mengesakan Allah ( QS Muhammad : 19)
2. Menganggap bahwa semuanya adalah saudara dan memiliki
kedudukan yang sama meskipun berbeda suku bangsa ( QS Al-Hujurat : 13)
3. Saling tolong menolong dan berbuat baik sehingga akan tercipta
masyarakat yang harmonis ( QS Al-Maidah : 2)
4. Berlomba-lomba dalam kebaikan ( QS Al-Baqoroh : 148)
5. Toleransi dan bebas menjalankan ajaran agama masing-masing
( QS : Al-Kafirun : 1-6)
6. Selalu istiqomah dalam kebaikan/ teguh pendiriannya dan tidak
melampaui batas ( QS Hud : 112)
7. Adil dan selalu memperjuangkan kebenaran ( QS An-Nisa : 58)
8. Mengembangkan pola pikir dengan mempertimbangkan kebaikan
atau keburukan tentang suatu kal tertentu/ ijtihad ( Al-Baqoroh : 219).
Jika manusia telah mampu untuk mengamalkan hal diatas tentulah sumber daya
manusia dan alam akan teroptimalkan. Pengayaan kualitas SDM merupakan suatu
keharusan dalam islam, sebagaimana yang telah disampailan oleh rosulullah SAW bahwa
menuntut ilmu adalah wajib dari mulai lahir hingga wafat. Oleh karena itu mempelajari
semua ilmu, baik umum maupun keagamaan merupakan suatu keharusan. Yang harus
digaris bawahi ialah kemana ilmu itu akan digunakan.
Kalau kita menilik akar masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari, maka
jelaslah kebanyakan manusia tidak mengetahi eksistensi ia ada dimuka bumi ini atau
dengan kata lain manusia hanya hidup hanya untk sekedar hidup tanpa memikirkan
tentang hari kesudahan. Dengan demikian maka tatanan yang ada dalam masyarakat
hanyalah berkutat pada masalah yang sifatnya pragmatis.
MSDM yang ada dalam islam adalah semua sumbar daya yang dimanfaatkan
- 11 -
untuk ibadah kepada Allah, bukan untuk yang lainnya. Dengan adanya rasa menerima
amanah dari Allah maka kemampuan yang dimiliki akan ditingkatkan dan dilakukan
dalam rangka menjalankan amanah yang diemban. Sifat yang akan tercermin dari sumber
daya manusia islami yang baik ialah siddiq, amanah, fatonah dan tablig. Keempat sifat ini
adalah tolak ukur yang riil untuk mengukur keunggulan sumber daya manusia islami.
Semua sifat dan keadaan yang ideal tersebut tentunya tidak akan ada dengan
sendirinya melainkan harus dengan usaha yang sungguh-sungguh dan kesabaran yang
luar biasa, sebagaimana firmanNya dalam surah Ar-Raad ayat 11 yang artinya: “
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
Kerja keras dan kerja cerdas adalah yang utama, untuk itu tidaklah heran juka
dalam etos kerja tidaklah jauh beda antara etos kerja orang islam dengan etos kerja
nonislam, yang membedakannya hanyalah pada ontology dan aksologinya. Bahkan
semangat kerja orang nonmuslim ada yang melebihi orang islam, oleh karena itulah iman
seorang muslim penting untuk dijadikan acuannya.
Pada intinya MSDM islam tetap mengacu pada pencapaian kesejahteraan yang
diridhoi oleh Allah, tuhan semesta alam, bagaimanapun caranya.
F. Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Manajemen Sumber Daya
Manusia
Islam sebagai sebuah way of life, mengajarkan dan mengatur bagaimana
menempatkan SDM pada sebuah syirkah (perusahaan). Islam sangat peduli terhadap
hukum perlindungan hak-hak dan kewajiban mutualistik antara pekerja dengan yang
mempekerjakan. Etika kerja dalam Islam mengharuskan, bahwa gaji dan bayaran
serta spesifikasi dari sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan harus jelas dan telah
disetujui pada saat adanya kesepakatan awal, dan pembayaran telah dilakukan pada
saat pekerjaan itu telah selesai tanpa ada sedikitpun penundaan dan pengurangan.
- 12 -
Para pekerja juga mempunyai kewajiban untuk mengerjakan pekerjaannya
secara benar, effektif, dan effisien. Al Quran mengakui adanya perbedaan upah di
antara pekerja atas dasar kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan sebagaimana
yang dikemukakan dalam surat:
1. Al Ahqaaf ayat 19
Artinya : “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah
mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan)
pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.”
2. Surah Al Najm ayat 39-41.
Artinya : “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya
dengan balasan yang paling sempurna.”
Sungguh sangat menarik apa yang ada dalam Al Quran yang tidak
membedakan perempuan dengan laki-laki dalam tataran dan posisi yang sama untuk
masalah kerja dan upah yang mereka terima, sebagaimana yang terungkap dalam
Surah Ali-Imran ayat 195 yang berbunyi :
- 13 -
Artinya : “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan
berfirman, ‘ Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyakan amal orang-orang
yang beramal diantara kamu, baik laki-laki maupun perempuan
(karena)sebagian kamu adalah keturunan dari sebagian yang lain. Maka,
orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang
disakiti karena jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan
Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilahAku memasukkan
mereka kedalam surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya sebagai
pahala disisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.”
Islam juga menganjurkan, untuk melakukan tugas-tugas dan pekerjaan tanpa
ada penyelewelengan dan kelalaian, dan bekerja secara efisien dan penuh
kompentensi. Ketekunan dan ketabahan dalam bekerja dianggap sebagai sesuatu yang
mempunyai nilai terhormat. Suatu pekerjaan kecil yang dilakukan secara konstan dan
professional lebih baik dari sebuah pekerjaan besar yang dilakukan dengan cara
musiman dan tidak professional. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasullulah yang
berbunyi ”Sebaik-baiknya pekerjaan adalah yang dilakukan penuh ketekunan
walaupun sedikit demi sedikit.”(H.R. Tirmidzi).
- 14 -
Kompentensi dan kejujuran adalah dua sifat yang membuat seseorang dianggap
sebagai pekerja unggulan sebagaimana yang dinyatakan dalam Surah Al Qashash ayat
26 yang berbunyi:
Artinya : “ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata ‘Ya bapakku ambilah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya”
Standard Al Quran untuk kepatutan sebuah pekerjaan adalah berdasarkan pada
keahlian dan kompetensi seseorang dalam bidangnya. Ini merupakan hal penting,
karena tanpa adanya kompentensi dan kejujuran, maka bisa dipastikan tidak akan
lahir efisiensi dari seseorang. Oleh karena itu, merupakan kewajiban bagi manajemen
sebuah organisasi (perusahaan) untuk menempatkan seseorang sesuai dengan
kompetensinya.
Berdasarkan ayat-ayat di atas, dapat disimpulkan, bahwa Islam mengajarkan
SDM dalam sebuah perusahaan merupakan salah satu capital bukan sebagai cost unit.
Dengan demikian, penanganan SDM sebagai human capital, bukanlah sesuatu yang
baru dalam aktivitas ekonomi Islami.
1. Kerja, Gaji dan Bayaran harus jelas.
Etika kerja dalam Islam mengharuskan bahwasanya gaji dan bayaran serta
spesifikasi dari sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan hendaknya jelas disetujui
pada saat mengadakan kesepakatan awal . ini juga mengharuskan bahwa gaji yang
telah ditentukan, dan juga bayaran-bayaran yang lain yang hendaknya dibayarkan
pada saat pekerjaan itu telah selesai tanpa ada sedikitpun penundaan dan
pengurangan. Al-Qur’an mengakui adanya perbedaan diantara para pekerja atas
dasar kwalitas dan kwantitas kerja yang dilakukan. Ini memberikan bukti bahwa
gaji yang didapat oleh para pekerja tidak harus sama rata. Dalam hal ini Al-
- 15 -
Mubarak menyatakan bahwa pemberian gaji yang sama atas sebuah pekerjaan
yang berbeda dan variatif adalah bentuk dan tindak kedzaliman.
Islam telah menetapkan hukum untuk perlindungan hak-hak dan
kewajiban mutualistik antara para pekerja dan yang memperkerjakan. Sesuai
dengan etika kerja dalam islam, seorang pekerja haruslah berlaku adil dan jujur
terhadap apa yang menjadi tugas dan kerjanya. Orang yang mempekerjakan orang
lain, yang berusaha melakukan penundaan atau melakukan kesewenang-
wenangan pada mereka, maka dalam pandangan Al-Qur’an, dianggap sebagai
dosa besar dan berhak mendapatkan siksaan. Al-Qur’an memerintahkan bahwa
gaji hendaknya ditentukan atas dasar konsultasi dan kesepakatan. Al-Qur’an
memerintahkan orang-orang yang beriman untuk menjaga amanah dan tanggung
jawab yang dibebankan pada dirinya.
Pekerja yang paling baik adalah orang yang melakukan pekerjaannya
dengan penuh efisien yang benar. Setiap orang harus bertanggung jawab ini juga
berlaku bagi sebuah pekerjaan yang dia emban, apapun bentuk pekerjaan itu.
Seseorang yang bekerja untuk orang lain, baik perusahaan ataupun
institusi, telah Allah perintahkan untuk melakukan pekerjaannya dengan cara
yang seefisien dan sebaik mungkin. Pekerjaan yang diberikan seseorang pada
dirinya adalah sebagai amanah, penerimaaan kerja itu hendaknya dengan cara
yang amanah, dan kemudian dia harus memenuhi amanah itu dengan sebaik-
baiknya. Yusuf Musa mengutip sabda Rasulullah,”Setiap orang dari kalian adalah
pemimpin, dan mereka akan dimintai pertanggung jawabannya,” ia berkata bahwa
ini juga meliputi setiap pekerja karena “Tanggung jawabnya” adalah pekerjaan
yang dibebankan pada dirinya didalam Al-Qur’an dan hadist Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah termasuk didalamnya masalah pekerjaan
seseorang ataupun sebuah tanggung jawab, sebagaimana antonym dari kata
amanah yaitu khiyanah di dalamnya mencakup semua bentuk pengingkarandan
- 16 -
tidak dipenuhi tanggung jawab seseorang terhadap amanah dan kepercayaan yang
diberikan kepadanya.
2. Menanamkan jiwa Jujur, Tulus Hati, dan Benar
Al-Qur’an memerintahkan pada manusia untuk jujur, tulus/ikhlas dan
benar dalam semua perjalanan hidupnya, dan ini sangat dituntut dalam bidang
bisnis. Pada saat penipuan tipu daya dikutuk dan dilarang, kejujuran tidak hanya
diperintahkan, ia dinyatakan sebagai keharusan yang mutlak dan absolute.
Sesekali kejujuran diseberangkan/diaposisikan dengan hipokrasi (kemunafikan)
disamping ayat-ayat yang ada didalam Al-Qur’an yang memerintahkan kejujuran
dan tulus hati ini, disana juga masih banyak hadist yang memerintahkan agar
manusia berlaku jujur dan tulus hati.
Islam juga memerintahkan setiap Muslim untuk jujur, baik dalam
perkataan maupun perbuatan. Bentuk niat dari sebuah pekerjaan akan sangat
menentukan takaran keikhlasan seseorang. Islam memerintahkan semua transaksi
bisnis secara jujur, tidak akan memberikan koridor dan ruang penipuan,
kebohongan dan eksploitasi dalam segala bentuknya. Perintah ini mengharuskan
setiap pelaku bisnis untuk secara ketat berlaku adil dan lurus dalam semua dealing
dan transaksi bisnisnya. Barang siapa yang tidak melakukan perintah Al-Qur`an
yang demikian dan terlibat dalam penipuan, kebohongan dan eksploitasi mereka
diancam dengan hukuman yang sangat berat.
3. Effisien dan Kompeten
Islam menganjurkan pada kaum Muslimin untuk melakukan tugas-tugas
dan pekerjaannya dengan tanpa penyelewengan dan kelalaian. Ia hendaknya
melakukan tugas-tugas dengan cara yang seeffisien mungkin dan penuh
kompetensi. Ketabahan dalam bekerja dianggap sebagai sesuatu yang memiliki
nilai terhormat. Satu pekerjaan kecil yang dilakukan dengan cara konstan dan
profesional lebih baik dari sebuah pekerjaan besar yang dilakukan dengan cara
- 17 -
musiman dan tidak profesional. Kompetensi dan kejujuran adalah dua sifat yang
membuat seseorang yang dianggap sebagai pekerja yang jempolan.
Al-Qur`an memerintahkan manusia untuk menguasai alam ini dan
mempergunakan sumber-sumber kekayaannya. Al-Qur`an menyuruh manusia
untuk menguasai lautan dan mempergunakan sebagai sarana navigasi, untuk
mencari makanan-makan dari laut, untuk mencari mutiara-mutiara yang bisa
dipergunakan untuk kepentingan mereka. Al-Qur`an juga memerintahkan manusia
untuk mengolah besi, untuk membangun industri-industri berat atau untuk
membangun rumah besar dan seterusnya.
Karena tidak ada satupun pekerjaan dan tugas yang tidak bisa dilakukan
kecuali dengan cara yang efisien dan kompeten, maka otomatis peningkatan
kualitas-kualitas dalam masalah ini dengan sendirinya merupakan sebuah
kebutuhan yang tidak bisa dielakkan. Inilah sebabnya mengapa Al-Qur`an
menyuruh setiap Muslim menjadi seseorang yang melakukan segala sesuatu
dengan efisien dan kompeten.
4. Seleksi Berdasarkan Keahlian
Standar Al-Qur`an untuk kepatutan sebuah pekerjaan adalah berdasarkan
pada keahlian dan kekompetanan seseorang dalam bidang tertentu. Ini penting
untuk ditekankan, karena tanpa adanya prasyarat kompetensi dan kejujuran maka
bisa dipastikan tidak akan lahir efisiensi dari seseorang. Abdul Hadi menekankan
bahwasannya Al-Qawi (kuat dan efisien) bisa dilihat pada surat Al-Qashash ayat
26 memberikan gambaran bahwa prioritas pemilihan seseorang pekerja
hendaknya didasarkan bahwasannya seseorang melebihi yang lain dalam
kapasitasnya, baik secara fisik maupun mental, untuk memangku pekerjaan yang
disediakan.
- 18 -
Disamping adanya ayat-ayat Al-Qur`an, banyak hadits Rasulullah yang
memerintahkan pada orang-orang yang beriman untuk melihat keahlian dan
kompetensi sebagai kriteria utama untuk menetapkan pekerjaan dalam sebuah
tugas publik. Oleh karena itu merupakan kewajiban bagi pemilik otoritas untuk
melakukan investigasi sebelum ia menentukan seseorang dalam jabatan publik
tertentu, terutama sekali dalam posisi kunci mengambil keputusan. Rasullullah
sendiri merasa perlu melakukan interview dengan Muadz bin Jabal untuk melihat
kapasitas dan kompetensinya sebelum dia ditunjuk menjadi seorang hakim
(qadhi) di Yaman.
G. HAK PEKERJA DALAM ISLAM
Selain meningkatkan efisienitas untuk meningkatkan kualitas SDM, islam
juga memperhatikan hak-hak pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Seperti:
1. Hak Bekerja
a. Hak Memilih Pekerjaan yang sesuai
Islam menetapkan hak setiap individu untuk memilih pekerjaan yang sesuai
kemampuan, pengalaman, dan potensi yang dimiliki
b. Persamaan Pria dan Wanita dalam bekerja
Islam menyamakan kedudukan pria dan wanita dalam bekerja, Islam
membooehkan wanita melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan
syari'at dan dijalankan secara baik, serta tidak bertentangan dengan tabiatnya.
Al-Qur'an menegaskan, hasil kerja dan kesungguhan wanita pun dihargai
sebagaimana pria.
c. Profesionalisme
Hak cipta dalam Islam didasarkan atas kemwmpuan atau profesionalisme,
mengingat Islam sangat menekankan prestasi kerja.
Dalam pandangan Islam, menyerahkan urusan kepada orang yang tidak
menguasainya, maka itu adalah tanda-tanda kehancuran. Rasulullah saw
- 19 -
bersabda, "Jika amanah disia-siakan l, tunggulah kehancuran". Lalu sahabat
bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana menyia-nyiakannya?". Rasulullah saw.
menjawab, "jika urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya".
d. Kedudukan pekerjaan dalam Islam
Cakupan konsep kerja dalam Islam amat luas dan meliputi berbagai sektor
pekerjaan dan produksi, baik materi maupun pemikiran. Tetapi yang dituntut
dari seorang muslim adalah aktivitas fisik sebagai prioritas.
Ibadah dalam Islam seperti shalat, puasa dan haji pun tidak lain adalah
aktivitas fisik yang disertai zikir dan pujian kepada Allah.
Jika kita telaah hadits-hadits Rasulullah saw., akan kita saksikan bahwa hasil
pekerjaan sendiri mempunyai kedudukan yang tinggi, bahkan meskipun
pekerjaan itu dipandang rendah oleh masyarakat.
e. Kewajiban Pemerintah Menyediakan Laporan Kerja
Sesungguhnya mendapatkan pekerjaan adalah hak sakral setiap orang, pria
maupun wanita. Seseorang bebas memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat
dan kemampuannya. Jika seseorang tidak mampu memperoleh pekerjaan
untuk dorinya, maka tanggung jawab itu beralih pada pemerintah. Dalam
perspektif Islam, pemerintah harus mencarikan profesi yang tepat baginya
atau membantunya selama waktu tertent, yaitu selama belum memperoleh
pekerjaan karena sebab-sebab di luar dirinya.
2. Hak Memperoleh Gaji
a. Gaji sesuai dengan Pekerjaan
Kaidah Islam menegaskanbahwa gaji haruw sesuai dengan pekerjaan. Tidak
ada kedzaliman, pengurangan, atau anarki.
Dalam pandangan Islam, negara harus menyediakan anggaran untuk
menjamin gaji yang adil.
b. Perbedaan tingkat gaji
Jika islam menetapkan bahwa gaji ditentukan berdasarkan pekerjaan, maka ia
juga menetapkan perbedaan jumlah gaji yang ditentukan berdasarkan jenis
dan pentingnya suatu pekerjaan.
- 20 -
c. Menentukan Rangsangan Kerja
Islam memberi peluang adanya rangsangan kerja baik yang bersifat positif
dalam bentuk pemberian insentif, maupun yang negatif dalam bentuk sanksi.
Tujuan pemberian rangsangan adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja
dan memperbaiki tingkat pelaksanaan. Selain itu rangsangan akan mengurangi
kecerobohan bekerja serta menambah keseriusan dan efektivitas kerja.
3. Hak Cuti dan Keringanan Pekerjaan
a. Jam kerja, cuti, dan Libur
Hak cuti kerja biasanya dimasukkan dalam ketentuan jam kerja dan hari libur.
Rasulullah saw. Bersabda:
“Istirahatkanlah hati dari waktu ke waktu, sesungguhnya hati itu jika
mengalami kelelahan akan buta.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Permudahlah dan jangan kamu persulit. Gembirakanlah dan jangan
menjauhkan mereka” (HR. Bukhari dan Muslim).
b. Dasar Hubungan Manusia dalam Islam
Islam menyerukan kasih sayang secara universal. Dasar hubungan manusia
dalam Islam adalah cinta, kasih sayang, dan toleransi. Bidang ini berada
dalam konteks agama sebagai "mu'amalah", yakni perwujudan dari sabda
Rasulullah saw., "Innamaad-Diinul-Mu'amalah",'sesungguhnya agama itu
adalah mu'amalah (interaksi).
4. Hak Memperoleh Jaminan dan Perlindungan
a. Jaminan dan Perlindungan bagi Pekerja
Jaminan dan perlindungan sosial bagi yang lemah, orang sakit, pengangguran,
atau manula merupakan hasil perjuangan panjang dan konflik antara proletar
dengan para pemilik modal. Merupakan pengorbanan panjang yang mencuat
dari revolusi industri dan kemajuan ekonomi.
- 21 -
Sedangkan Islam menetapkan hak jaminan dan perlindungan pekerja sejak
empat belas abad lalu, ketika masyarakat dunia sedang diselimuti kejahiliahan
dan keterbelakangan. Islam menetapkan hak ini di atas segala hak.
Islam telah memproklamirkan konsep jaminan dan perlindungan pekerja ke
seluruh penjuru dunia. Untuk merealisirnya, didirikanlah "Lembaga Zakat"
yang merupakan lembaga independen.
b. Perlindungan Kerja Merupakan Esensi Islam
Tak sebatas memperluas penerapan prinsip jaminan dan perlindungan kerja,
Islam bahkan menempatkan prinsip ini sebagai esensinya, sehingga orang
yang mengabaikannya berarti telah mendustakan risalah Islam.
H. KEWAJIBAN PEKERJA DALAM ISLAM
Disamping menetapkan hak-hak pekerja, Islam juga menetapkan kewajiban-
kewajibannya. Kewajiban terpenting adalah menegakkan amanah dalam pekerjaan,
memahami agama dan bidang kerja.
1. Amanah dalam Bekerja
a. Bekerja secara Profesional
Pekerjaan harus dilakukan sebaik mungkin sehingga memperoleh hasil
terbaik. Rasulullah saw. Bersabda,”Sesungguhnya Allah senang jika salah
seorang diantara kamu mengerjakan suatu pekerjaan yang dilakukan secara
tekun dan sunguh-sungguh.
b. Kejujuran dalam Bekerja adalah Ibadah.
Islam memandang bahwa kejujuran dalam bekerja bukan hanya merupakan
tuntutan, melainkan juga ibadah. Seorang muslim yang dekat dengan Allah,
akan bekerja dengan baik untuk dunia dan akhiratnya.
c. Memenuhi Amanah Kerja adalah Jenis Ibadah yang Paling Utama
Islam menilai bahwa memenuhi amanah kerja merupakan jenis ibadah yang
paling utama.
- 22 -
d. Dasar Keimanan dalam Islam adalah Amal Perbuatan
Islam mendefinisikan konsep keimanan seperti yang dinyatakan Rasulullah
saw., “Iman bukanlah angan-angan, tetapi apa yang bersemayam dalam hati
dan diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan”. (HR. ad-Dailami).
2. Mendalami Agama dan Profesi
a. Mendalami Agama
Mendalami agama merupakan kewajiban setiap muslim, apapun profesinya.
b. Menekuni Pekerjaan
Pekerja dituntut agar senantiasa mengikuti dinamika dunia kerja. Ia dituntut
untuk mencapai professional dan kreativitas dalam bekerja. Pekerja dituntut
memahami secara mendalam strategi-strategi mutakhir dalam bekerja.
Rasulullah saw. Bersabda:
“sedikit kerja dengan ilmu berarti banyak, dan banyak kerja dengan
kebodohan berarti sedikit”. (HR. as-Suyuthi).
Bab 3
Penutup
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah manajemen yang berhubungan
dengan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan terhadap bermacam-macam
fungsi pelaksanaan usaha untuk mendapatkan, mengembangkan dan memelihara para
pegawai dengan sedemikian rupa, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai seefisien
dan seefektif mungkin dan kebutuhan para pegawai dapat dilayani dengan sebaik-
baiknya serta produktivitas kerja dapat ditingkatkan.
Manajemen Sumber Daya Manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, baik
berasal dari dalam organisasi itu sendiri (internal) meliputi : Rencana Strategik;
Anggaran; Estimasi Produk dan Penjualan; Usaha atau Kegiatan Baru; Rancangan
- 23 -
Organisasi dan Tugas Pekerjaan. Maupun yang berasal dari lingkungan organisasi
(Eksternal) meliputi : Teknologi; Sosial & Budaya; Politik; Situasi Ekonomi;
Peraturan Perundang-undangan; dan Para Pesaing.
Tujuan utama dari manajemen sumber daya manusia adalah untuk
meningkatkan kontribusi sumber daya manusia (karyawan) terhadap organisasi dalam
rangka mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dipahami
bahwa semua kegiatan organisasi dalam mencapai misi dan tujuannya adalah sangat
tergantung kepda manusia yang mengelola organisasi itu. Oleh sebab itu sumber daya
manusia (karyawan) tersebut harus dikelola sedemikian rupa sehingga berdaya guna
dan berhasil guna dalam mencapai misi dan tujuan organisasi.
MSDM yang ada dalam islam adalah semua sumbar daya yang dimanfaatkan
untuk ibadah kepada Allah, bukan untuk yang lainnya. Dengan adanya rasa menerima
amanah dari Allah maka kemampuan yang dimiliki akan ditingkatkan dan dilakukan
dalam rangka menjalankan amanah yang diemban. Sifat yang akan tercermin dari
sumber daya manusia islami yang baik ialah siddiq, amanah, fatonah dan tablig.
Keempat sifat ini adalah tolak ukur yang riil untuk mengukur keunggulan sumber
daya manusia islami.
Islam sebagai sebuah way of life, mengajarkan dan mengatur bagaimana
menempatkan SDM pada sebuah syirkah (perusahaan). Islam sangat peduli terhadap
hukum perlindungan hak-hak dan kewajiban mutualistik antara pekerja dengan yang
mempekerjakan. Etika kerja dalam Islam mengharuskan, bahwa gaji dan bayaran
serta spesifikasi dari sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan harus jelas dan telah
disetujui pada saat adanya kesepakatan awal, dan pembayaran telah dilakukan pada
saat pekerjaan itu telah selesai tanpa ada sedikitpun penundaan dan pengurangan.
Islam mengajarkan SDM dalam sebuah perusahaan merupakan salah satu capital
bukan sebagai cost unit.
- 24 -
Daftar Pustaka
Muhammad Tholhah Hasan (2005). Islam dan Masalah Sumber Daya manusia, Cetakan ke-4, Jakarta:Lantabora Press.
Dr. Abdul Hamid Mursi (2008), SDM yang Produktif : Pendekatan Al-Qur’an dan Sains, Jakarta: Insani Press
ekonomibersama.blogspot.com Makalah-arsipku.blogspot.com Id.wikipedia.com Google.co.id
- 25 -