makalah ekonomi moneter tentang bbm

32
Ekonomi Moneter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri menyebabkan perubahan perekonomian secara drastis. Kenaikan BBM ini akan diikuti oleh naiknya harga barang-barang dan jasa-jasa di masyarakat. Kenaikan harga barang dan jasa ini menyebabkan tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan dan mempersulit perekonomian masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap. Jika terjadi kenaikan harga BBM di Negara ini, akan sangat berpengaruh terhadap permintaan (demand) dan penawaran (supply). Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan (Rosyidi, 2009:291). Sementara penawaran adalah banyaknya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga dan waktu tertentu. Permintaan dari masyarakat akan berkurang karena harga barang dan jasa yang ditawarkan mengalami kenaikan. Begitu juga dengan penawaran, akan berkurang akibat permintaan dari masyarakat menurun. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi melonjak akibat dari naiknya biaya produksi dari barang dan jasa. Ini adalah imbas dari kenaikan harga BBM. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, “Jika harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan turun, dan sebaliknya jika harga barang turun, jumlah barang yang diminta akan bertambah” (Jaka, 2007:58). 1

Upload: tri-wahyudi

Post on 26-Dec-2015

173 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

berisi tentang inflasi, dampak kenaikan bbm

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri

menyebabkan perubahan perekonomian secara drastis. Kenaikan BBM ini akan diikuti oleh

naiknya harga barang-barang dan jasa-jasa di masyarakat. Kenaikan harga barang dan jasa ini

menyebabkan tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan dan mempersulit

perekonomian masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap.

Jika terjadi kenaikan harga BBM di Negara ini, akan sangat berpengaruh terhadap

permintaan (demand) dan penawaran (supply). Permintaan adalah keinginan yang disertai

dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan (Rosyidi,

2009:291). Sementara penawaran adalah banyaknya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan

oleh produsen pada tingkat harga dan waktu tertentu.

Permintaan dari masyarakat akan berkurang karena harga barang dan jasa yang

ditawarkan mengalami kenaikan. Begitu juga dengan penawaran, akan berkurang akibat

permintaan dari masyarakat menurun. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi melonjak

akibat dari naiknya biaya produksi dari barang dan jasa. Ini adalah imbas dari kenaikan harga

BBM. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, “Jika harga suatu barang naik, maka jumlah

barang yang diminta akan turun, dan sebaliknya  jika harga barang turun, jumlah barang yang

diminta akan bertambah” (Jaka, 2007:58).

Masalah lain yang akan muncul akibat dari kenaikan harga BBM adalah kekhawatiran

akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Ini terjadi karena dampak kenaikan harga barang

dan jasa yang terjadi akibat komponen biaya yang mengalami kenaikan. Kondisi

perekonomian Indonesia juga akan mengalami masalah. Daya beli masyarakat akan menurun,

munculnya pengangguran baru, dan sebagainya.

Inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga BBM tidak dapat atau sulit untuk dihindari,

karena BBM adalah unsur vital dalam proses produksi dan distribusi barang. Disisi lain,

kenaikan harga BBM juga tidak dapat dihindari, karena membebani Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara  (APBN). Sehingga Indonesia sulit untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi, baik itu tingkat investasi, maupun pembangunan-pembangunan lain yang dapat

memajukan kondisi ekonomi nasional.

1

Page 2: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

Dengan naiknya tingkat inflasi, diperlukan langkah-langkah atau kebijakan-kebijakan

untuk mengatasinya, demi menjaga kestabilan perekonomian nasional. Diperlukan kebijakan

pemerintah, dalam hal ini Bank Sentral yakni Bank Indonesia (BI) untuk mengatur jumlah

uang yang beredar di masyarakat. Jumlah uang yang beredar di masyarakat ini berhubungan

dengan tingkat inflasi yang terjadi. Banyaknya uang yang beredar di masyarakat ini adalah

dampak konkret dari kenaikan harga BBM.

Bank Indonesia selaku lembaga yang memiliki wewenang untuk mengatasi masalah ini,

selain pemerintah tentunya, bertugas untuk mengatur jumlah uang yang beredar di

masyarakat. Salah satu  langkah yang dilakukan untuk mengatasi inflasi ini adalah dengan

mengatur tingkat suku bunga. Kebijakan menaikan dan menurunkan tingkat suku bunga ini

dikenal dengan sebutan politik diskonto yang merupakan salah satu instrumen kebijakan

moneter.

Dari latar belakang diatas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas

mengenai  “Fenomena Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap Suku Bunga Fed

Funds Rate serta pengaruh permintaan dan penawaran rupiah dalam Perekonomian

Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai dampak

dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap perekonomian Indonesia, yang

didalamnya juga berdampak pada tingkat inflasi. Masalah ini diambil karena kenaikan harga

BBM dapat mempengaruhi kondisi perekonomian nasional. Dalam makalah ini, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja dampak dari kenaikan harga BBM ?

2. Bagaimana dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi dan perekonomian Indonesia ?

3. Bagaimana langkah yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi inflasi yang disebabkan

oleh kenaikan harga BBM ?

4. Bagaimana kondisi Suku Bunga Fed Funds Rate saat inflasi ?

5. Bagaimana kondisi permintaan (demand) dan penawaran (supply) pada Mata Uang

Rupiah ?

2

Page 3: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

C. Tujuan Makalah

Dari masalah diatas, secara garis besar tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk

menjelaskan mengenai dampak dari kenaikan harga BBM. Adapun tujuan dari makalah ini

adalah agar dapat mengetahui secara jelas mengenai :

1. Dampak dari kenaikan harga BBM, baik itu dampak positif maupun dampak negatifnya.

2. Dapat mengetahui mengenai dampak kenaikan harga BBM terhadap  inflasi yang akan

terjadi.

3. Mengetahui langkah-langkah pemerintah dalam mengatasi inflasi.

4. Mengetahui tingkat suku bunga saat inflasi

5. Peredaran dan nilai tukar mata uang rupiah saat inflasi.

D. Manfaat Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaaan atau manfaat baik

secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, makalah ini berguna sebagai

pengembangan ilmu, sesuai dengan masalah  yang dibahas dalam makalah ini. Secara praktis,

makalah ini diharapkan bermanfaat bagi : 

1. Penulis, seluruh kegiatan penyusunan dan hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan

dapat menambah pengalaman, wawasan dan ilmu dari masalah yang dibahas dalam

makalah ini.

2. pembaca, makalah ini daharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan dan sumber

informasi dalam menambah wawasan pembaca.

3

Page 4: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teoretis

1. Pengertian Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, kata inflasi sering muncul, terutama jika dalam pembahasan

mengenai ilmu ekonomi makro. Begitu juga dalam masalah keuangan dan perbankan. Secara

sederhana, inflasi dapat diartikan sebagai turunnya atau melemahnya nilai mata uang akibat

banyaknya jumlah uang yang beredar dimasyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

kata inflasi memiliki arti kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya

uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang (Depdiknas,

2005:423).

Menurut Jaka (2007:113) menyatakan, inflasi adalah suatu gejala ekonomi dimana terjadi

kemerosotan nilai uang karena banyaknya uang yang beredar atau suatu keadaan yang

menyatakan terjadinya kenaikan harga-harga secara umum dan menunjukan suatu proses

turunnya nilai uang secara kontinyu.

Pendapat lain menyatakan bahwa inflasi adalah  proses meningkatnya harga-harga secara

umum dan terus-menerus  berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh berbagai

faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar

yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya

ketidaklancaran distribusi barang (Samuelson, 1986:292). Inflasi terjadi apabila tingkat harga

dan biaya umum naik; harga bahan pokok, harga bahan bakar, tingkat upah, harga tanah,

sewa barang-barang modal juga naik (Samuelson, 1986:293).

Ada beberapa pengertian inflasi yang disampaikan para ahli. Menurut A.P. Lehner, inflasi

adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-

barang dalam perekonomian secara keseluruhan. Ahli yang lain, yaitu Ackley memberi

pengertian inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa

secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). Sedangkan menurut Boediono,

inflasi sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus.

Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila

kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-

barang lain.

4

Page 5: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

Dalam definisi lain, inflasi merupakan proses dimana terjadinya kenaikan harga barang-

barang dan jasa-jasa secara menyeluruh dalam satu periode tertentu, biasanya dalam satu

tahun. Inflasi terjadi ketika harga mengalami kenaikan, sementara nilai uang mengalami

penurunan. Inflasi juga dapat diartikan  sebagai proses menurunnya nilai mata uang yang

diakibatkan karena jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dibandingkan

jumlah barang dan jasa yang tersedia. Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan

di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala

naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan

yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis

komoditi juga tidak dikatakan inflasi.

2. Pengertian Perekonomian

Sebelum membahas perekonomian, perlu dibahas mengenai ilmu ekonomi. Menurut

Samuelson (1986:5) mengatakan, ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang perilaku

orang dan masyarakat dalam memilih dan menggunakan sumberdaya yang langka dan yang

memiliki beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai komoditi,

untuk kemudian menyalurkannya—baik saat ini maupun dimasa depan—kepada berbagai

individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat.

Sementara secara etimologi, kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Oikos, yang

berarti rumah tangga, dan Nomos, yang berarti aturan. Jadi ekonomi secara bahasa  adalah

aturan rumah tangga (Jaka, 2007:96). Secara istilah ilmu ekonomi adalah ilmu yang

mempelajari berbagai tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak

terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi diartikan sebagai ilmu mengenai asas-

asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan,

perindustrian dan perdagangan)—(Depdiknas, 2005:287). Sementara perekonomian diartikan

sebagai tindakan (aturan atau cara) berekonomi—(Depdiknas, 2005:287). Dalam suatu

Negara, ekonomi merupakan suatu tata kehidupan yang sangat penting. Perekonomian di

suatu Negara merupakan suatu sistem yang digunakan oleh pemerintah untuk

mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya, baik itu Sumber Daya Alam (SDA) maupun

Sumber Daya Manusia (SDM).

5

Page 6: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

B. Pembahasan

Pada bagian pembahasan ini, penulis membahas mengenai permasalahan-permasalahan

yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Masalah-masalah ini dibahas dan

disesuaikan dengan teori-teori yang sesuai dengan permasalahan.

1) Jenis-Jenis  Inflasi

a. Berdasarkan Tingkat Keparahan, ada 3 jenis inflasi :

Inflasi ringan (creeping inflation), besarnya inflasi ini di bawah 10% dalam setahun.

Inflasi sedang, besarnya inflasi antara 10% — 30% setahun.

Inflasi berat, besarnya inflasi antara 30% — 100% setahun

Hiper inflasi, besarnya inflasi ini diatas 100% dalam setahun.

b. Berdasarkan Sumbernya

Importer Inflation, inflasi ini berasal atau bersumber dari luar negeri, yang terjadi

karena adanya kecenderungan kenaikan barang-barang di luar negeri.

Domestic Inflation, inflasi ini berasal atau bersumber dari dalam negeri sendiri, yang

akan memengaruhi pertumbuhan perekonomian dalam negeri. Domestic inflation

terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak

uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga mengalami kenaikan.

c. Berdasarkan Penyebabnya

Demand Full Inflation, inflasi yang timbul karena adanya kenaikan yang sangat tinggi

terhadap permintaan barang dan jasa.

Cost Push Inflation, inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi

barang-barang dan jasa-jasa, bukan karena adanya ketidak seimbangan antara

permintaan dan penawaran.

Selain Demand Full Inflation dan Cost Push Inflation, ada beberapa jenis inflasi jika dilihat

dari Faktor Penyebabnya, yaitu:

Inflasi Tarikan Permintaan, inflasi tarikan permintaan terjadi sebagai akibat dari

adanya kenaikan Permintaan Agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan

dengan penawaran atau produksi agregat. 

6

Page 7: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

Inflasi Dorongan Biaya, inflasi dorongan biaya terjadi sebagai akibat adanya kenaikan

biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi proses

produksi dari suatu perusahaan. 

Inflasi Struktural, inflasi struktural terjadi akibat dari berbagai kendala atau kekakuan

struktural yang menyebabkan penawaran menjadi tidak responsif terhadap permintaan

yang meningkat.

2) Penyebab Terjadinya Inflasi

Inflasi terjadi apabila tingkat harga dan biaya umum naik; harga bahan pokok, harga

bahan bakar, tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang modal juga naik. Selain itu,

inflasi juga diakibatkan oleh:

a) Pengeluaran pemerintah lebih banyak dari permintaan,

b) Adanya tuntutan upah yang tinggi,

c)  Adanya lonjakan permintaan barang-barang dan jasa-jasa,

d) Adanya kenaikan dalam biaya produksi.

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan

likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan—tekanan) produksi dan distribusi

(kurangnya produksi (Product or Service) juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab

pertama lebih dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral),

sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan eksekutor

yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti kebijakan fiskal

(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan Infrastruktur dan

Regulasi.

Inflasi tarikan permintaan (Demand Full Inflation) terjadi akibat adanya permintaan total

yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga

terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya

volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa

mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.

Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor

produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total

sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi Full Employment, dimana biasanya

lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya

7

Page 8: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya

kemampuan Bank Sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga

bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.

Inflasi desakan biaya (Cost Push Inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan

juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, meskipun permintaan secara umum tidak ada

perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini

atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu

kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan dan penawaran, atau juga

karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola

atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal

seperti adanya masalah teknis di sumber produksi, bencana alam, cuaca, atau kelangkaan

bahan baku untuk menghasilkan produksi, aksi spekulasi (penimbunan), sehingga memicu

kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi

pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat

penting.

Jika dihubungkan dengan kenaikan harga BBM, inflasi yang terjadi disebabkan oleh

adanya tekanan dalam proses produksi dan distribusi. Para produsen akan mengurangi jumlah

barang yang akan diproduksi atas pertimbangan biaya produksi yang melonjak. Kalaupun

proses produksi tetap lancar, proses distribusi lah yang akan menghambatnya. Akibat dari

kenaikan harga BBM biaya atau ongkos untuk mendistribusikan barang hasil produksi akan

mengalami kenaikan.

3) Dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)

Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, maka kenaikan BBM bisa kontraproduktif.

Kenaikan harga BBM akan menimbulkan kemarahan masal, sehingga ketidakstabilan

dimasyarakat akan meluas (Hamid, 2000:144). Sebagian masyarakat merasa tidak siap untuk

menerima kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM ini merupakan tindakan pemerintah yang

beresiko tinggi.

Meskipun demikian, kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan dampak yang positif

dan negatif bagi Perekonomian Indonesia.

8

Page 9: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

A. Dampak Positif

1. Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternatif

seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif

baru.

Yang sudah di kenal oleh masyarakat luas adalah BBG (Bahan Bakar Gas). Harga juga

lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan bakar yang terbuat

dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan bakar alternatif

mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan

muncul juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja

mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas, dan kendaraan lainnya.

2. Pembangunan Nasional akan lebih pesat.

Pembangunan Nasional akan lebih pesat, karena dana APBN  yang awalnya digunakan

untuk memberikan subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi dicabut dan dialihkan

untuk digunakan dalam pembangunan di berbagai wilayah hingga ke seluruh daerah.

3. Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka jumlah subsidi yang dikeluarkan oleh

pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat

diminimalisasi.

4. Mengurangi Pencemaran Udara.

Jika harga BBM mengalami kenaikan, masyarakat akan mengurangi pemakaian bahan

bakar. Sehingga hasil pembuangan dari bahan bakar tersebut dapat berkurang, dan akan

berpengaruh pada tingkat kebersihan udara.

B. Dampak negatif

1. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih mahal, harga barang dan jasa akan

mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya biaya produksi sebagai imbas dari naiknya

harga bahan bakar.

2. Apabila harga BBM memang dinaikkan, maka akan berdampak bagi perekonomian

khususnya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) juga ikut menaikan harga.

9

Page 10: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

3. Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan oleh: misalnya harga bahan, beban

transportasi dll.

4.  Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai perekonomian akan terputus.

5. Terjadi Peningkatan jumlah pengangguran, dengan meningkatnya biaya operasi

perusahaan, maka kemungkinan akan terjadi PHK.

6. Inflasi, inflasi akan terjadi jika harga BBM menglami kenaikan. Inflasi yang terjadi

karena meningkatnya biaya produksi suatu barang atau jasa.

7. Ongkos naik, Sampai kini, tarif angkutan menyesuaikan dengan penaikan harga BBM

baru, belum lagi dibicarakan antara Organda dengan pemerintah.

8. Tingkat kriminalitas tinggi.

4) Dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap Inflasi dan

Perekonomian Indonesia

Jika terjadi kenaikan harga BBM, maka akan terjadi inflasi. Terjadinya inflasi ini tidak

dapat dihindari karena bahan bakar, dalam hal ini premium, merupakan kebutuhan vital bagi

masyarakat, dan merupakan jenis barang komplementer. Meskipun ada berbagai cara untuk

mengganti penggunaan BBM, tapi BBM tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat

sehari-hari.

Inflasi akan terjadi karena apabila subsidi BBM dicabut, harga BBM akan naik.

Masyarakat mengurangi pembelian BBM. Uang tidak tersalurkan ke pemerintah tapi tetap

banyak beredar di masyarakat. Jika harga BBM naik, harga barang dan jasa akan mengalami

kenaikan pula. Terutama dalam biaya produksi. Inflasi yang terjadi dalam kasus ini adalah

“Cost Push Inflation”. Karena inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya

produksi. Ini jika inflasi dilihat berdasarkan penyebabnya. Sementara jika dilihat berdasarkan

sumbernya, yang akan terjadi adalah Domestic Inflation, sehingga akan berpengaruh terhadap

perekonomian dalam negeri.

Kenaikan harga BBM akan membawa pengaruh terhadap kehidupan iklim berinvestasi.

Biasanya kenaikan BBM akan mengakibatkan naiknya biaya produksi, naiknya biaya

distribusi dan menaikan juga inflasi. Harga barang-barang menjadi lebih mahal, daya beli

merosot, kerena penghasilan masyarakat yang tetap.  Ujungnya perekonomian akan stagnan

dan tingkat kesejahteraan terganggu.

10

Page 11: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

Di sisi lain, kredit macet semakin kembali meningkat, yang paling parah adalah semakin

sempitnya lapangan kerja karena dunia usaha menyesuaikan produksinya sesuai dengan

kenaikan harga serta penurunan permintaan barang.

Hal-hal di atas terjadi jika harga BBM dinaikkan, bagaimana jika tidak? subsidi

pemerintah terhadap BBM akan semakin meningkat juga. Meskipun Negara kita merupakan

penghasil minyak, dalam kenyataannya untuk memproduksi BBM kita masih membutuhkan

impor bahan baku minyak juga.

Dengan tidak adanya kenaikan BBM, subsidi yang harus disediakan pemerintah juga

semakin besar. Untuk menutupi sumber subsidi, salah satunya adalah kenaikan pendapatan

ekspor. Karena kenaikan harga minyak dunia juga mendorong naiknya harga ekspor

komoditas tertentu. Seperti kelapa sawit, karena minyak sawit mentah (CPO) merupakan

subsidi minyak bumi. Income dari naiknya harga CPO tidak akan sebanding dengan besarnya

biaya yang harus dikeluarkan untuk subsidi minyak.

5) Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian Nasional

Kenaikan harga BBM berdampak pada meningkatnya inflasi. Dampak dari terjadinya

inflasi terhadap perekonomian nasional adalah sebagai berikut :

1. Inflasi akan mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja di masyarakat,

2. Inflasi dapat mengakibatkan ketidakmerataan pendapatan dalam masyarakat,

3. Inflasi dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi.

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya

inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat

mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat

orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam

masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (Hiperinflasi), keadaan

perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak

bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga

meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri

atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi

harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

11

Page 12: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

Sementara dampak inflasi bagi masyarakat, ada yang merasa dirugikan dan ada juga yang

diuntungkan. Golongan masyarakat yang dirugikan adalah golongan masyarakat yang

berpenghasilan tetap, masyarakat yang menyimpan hartanya dalam bentuk uang, dan para

kreditur. Sementara golongan masyarakat yang diuntungkan adalah kaum spekulan, para

pedagang dan industriawan, dan para debitur.

Inflasi dapat dikatakan sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu

wilayah Negara atau daerah. Yang mana tingkat inflasi menunjukkan perkembangan harga

barang dan jasa secara umum yang dihitung dari Indeks Harga Konsumen (IHK). Dengan

demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan

tetap, dan disisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi dari suatu barang dan jasa.

6) Upaya Pemerintah dalam mengatasi Inflasi

Beberapa kebijakan yang dapat diambil pemerintah untuk mengatasi terjadinya inflasi

adalah sebagai berikut:

A. Kebijakan Moneter

1. Politik Diskonto

Untuk mengatasi terjadinya inflasi, maka bank sentral harus mengurangi jumlah uang

yang beredar dengan cara bank sentral akan menaikan tingkat suku bunga pinjaman kepada

bank umum. Kebijakan ini juga disebut dengan Rediscount Policy atau kebijakan suku bunga.

2. Politik Pasar Terbuka (Open Market Policy)

Dalam politik pasar terbuka, bank sentral akan menjual (jika terjadi inflasi) atau membeli

(jika terjadi deflasi) surat-surat berharga kepada masyarakat, sehingga ada arus uang yang

masuk dari masyarakat ke bank sentral.

3. Menaikan Cash Ratio (Persediaan Kas)

Cash Ratio merupakan perbandingan antara kekayaan suatu bank dengan kewajiban yang

harus dibayarkan. Untuk mengatasi inflasi, bank sentral akan menaikan cadangan kas bank-

bank umum sehingga jumlah uang yang bisa diedarkan oleh bank umum kepada masyarakat

akan berkurang.

12

Page 13: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

4. Kebijakan Kredit Selektif (Selective Credit Control)

Untuk mengatasi inflasi atau mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka

diambil kebijakan memperketat kredit atau pinjaman bagi masyarakat.

5. Margin Requirements

Kebijakan ini digunakan untuk membatasi penggunaan untuk tujuan-tujuan pembelian

surat berharga.

B. Kebijakan Fiskal

Dalam kebijakan fiskal, untuk mengatasi inflasi pemerintah harus mengatur penerimaan

dan pengeluaran yang dilakukan pemerintah. Dalam hal penerimaan, pemerintah bisa

menaikan tarif pajak, sehingga jumlah penerimaan pemerintah meningkat.  Kebijakan yang

kedua adalah Expenditure Reducing, yakni mengurangi pengeluaran yang konsumtif,

sehingga akan mempengaruhi terhadap permintaan (Demand Full Inflation).

7) Kondisi Suku Bunga (Fed Funds Rate) saat Inflasi

Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) serta ancaman meningkatnya

tingkat suku bunga AS (Fed Funds Rate) diprediksi memicu Bank Indonesia (BI) kembali

mengerek suku bunga acuan atau BI rate. Kebijakan moneter yang makin ketat itu

diperkirakan diambil pada November 2014 dengan peningkatan hingga 25 basis points (bps).

Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk “Destry Damayanti” mengatakan,

menaikkan BI rate merupakan langkah logis untuk meredam gejolak perekonomian di tengah

tekanan domestik maupun eksternal. “Karena ketika BBM naik, inflasi pasti melonjak. Belum

lagi kondisi eksternal pada 2015 mendatang masih dilingkupi ketidakpastian,” ujarnya di

kantor pusat Bank Mandiri, Jakarta, kemarin (15/10).

Beberapa data histori menunjukkan bahwa inflasi meningkat cukup tajam sebagai akibat

kenaikan harga BBM pada 2005 dan 2008. Destry menyebutkan, Negative Real Interest Rate

atau rata-rata negatif yang dicatat BI mencapai 4% selama 12 bulan pada 2005 dan 1,7%

selama 11 bulan pada 2008. Rata-rata negatif itu berarti tingkat inflasi lebih besar daripada

nominal suku bunga.

Sementara untuk rencana kenaikan harga BBM ke depan, pihaknya telah memiliki

beberapa skema yang nanti memengaruhi outlook inflasi dan ekonomi pada 2015. Yang

13

Page 14: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

pertama adalah skenario apabila BBM mengalami kenaikan harga Rp 3.000 per liter pada

akhir 2014. Dengan peningkatan 46,2% dari posisi saat ini, inflasi secara keseluruhan

mencapai 8,47% dibanding tahun lalu (year-on-year/yoy). Sebaliknya, jika harga BBM naik

Rp 3.000 per liter pada awal 2015, inflasi akan terkerek 8,84% secara tahunan (yoy).

Meski demikian, ujar Destry, BI tak perlu serta-merta menaikkan suku bunga acuannya

secara drastis, misalnya sebanyak 100 bps dari posisi sekarang sebesar 7,5%. Hal itu

mengingat efek inflasi dari kenaikan BBM akan mengalami normalisasi dalam jangka waktu

satu tahun. “Kenaikan 25 bps di pertengahan November 2014 menjadi 7,75% cukup untuk

memitigasi inflasi dan Fed Funds Rate,” terangnya.

Menurut Destry, posisi BI rate cenderung Flat 7,75% sepanjang 2015 sudah dapat

menarik inflasi kembali kepada level normalnya 5,23% pada akhir tahun depan. “Tentunya

(kebijakan moneter) juga perlu didukung kebijakan makroprudensial,” paparnya.

Sebelumnya Gubernur BI ”Agus Martowardojo” mengatakan, apabila pemerintahan

Jokowi—Jusuf Kalla memotong subsidi BBM dan menaikkan harga premium, inflasi

diproyeksikan bisa mencapai 8,5 hingga 9 persen pada akhir 2014. “Seandainya ada

penyesuaian harga BBM, inflasi jadi lebih tinggi daripada yang kami targetkan. Karena itu,

kami mesti mempersiapkan,” ungkapnya

8) Kondisi permintaan (demand) dan penawaran (supply) pada Mata Uang Rupiah

Sejak Juni 2013, nilai tukar Rupiah cenderung melemah. Hal yang sama juga dialami oleh

mata uang beberapa Negara Emerging Markets (negara berkembang yang sedang mengalami

pertumbuhan ekonomi dengan cepat) lainnya. Selama Juni—Agustus 2013, nilai tukar Lira

Turki jatuh sebesar 10%, nilai tukar Rupee India jatuh sebesar 20%, dan nilai tukar Rupiah

serta Real Brazil jatuh sekitar 15%. Trend melemahnya nilai tukar mata uang beberapa

negara emerging markets selama Juni—Agustus 2013 bisa dilihat dalam grafik 1 :

14

Page 15: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

Grafik 1

Nilai Tukar Mata Uang Emerging Markets vs. Dollar AS, Januari-Agustus 2013 Indeks, 15

Mei 2013 = 100

A. Kenapa Nilai Tukar Rupiah Melemah?

Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh relasi penawaran—permintaan atas

mata uang tersebut. Jika permintaan atas sebuah mata uang meningkat, sementara

penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Kalau

penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka

nilai tukar mata uang itu akan melemah. Dengan demikian, Rupiah melemah karena

penawaran atasnya tinggi, sementara permintaan atasnya rendah.

Namun, apa yang menyebabkan penawaran atas Rupiah tinggi, sementara permintaan

atasnya rendah ? Setidaknya ada dua faktor. Pertama , keluarnya sejumlah besar investasi

portofolio asing dari Indonesia. Keluarnya investasi portofolio asing ini menurunkan nilai

tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor menukar Rupiah dengan mata uang negara

lain untuk diinvestasikan di negara lain. Artinya, terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah.

Adapun indikasi dari keluarnya investasi portofolio asing ini bisa dilihat dari Indeks Harga

15

Page 16: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung menurun seiring dengan kecenderungan menurun

dari Rupiah.

Kenapa investasi portofolio asing ini keluar dari Indonesia? Alasan yang sering

disebut adalah karena rencana the Fed (Bank Sentral AS) untuk mengurangi Quantitative

Easing (QE). Rencana ini dinyatakan oleh Ketua the Fed, “Ben Bernanke” di depan Kongres

AS pada 22 Mei 2013. Tidak lama setelah itu, mata uang di beberapa negara Emerging

Markets pun anjlok (lihat Grafik 1). Yang dimaksud dengan QE di sini adalah program the

Fed untuk mencetak uang dan membeli obligasi atau aset-aset finansial lainnya dari bank-

bank di AS. Program ini dilakukan untuk menyuntik uang ke bank-bank di AS demi

pemulihan diri pasca—krisis finansial 2008.

Rencana pengurangan QE memberikan pesan bahwa ekonomi AS menyehat.

Karenanya, nilai tukar obligasi dan aset-aset finansial lain di AS akan naik. Inilah ekspektasi

para investor portofolio yang mengeluarkan modalnya dari negara-negara Emerging Markets.

Mereka melihat bahwa di depan, investasi portofolio di AS akan lebih menguntungkan

daripada di Negara-negara Emerging Markets. Dalam tiga bulan terakhir, yield obligasi

jangka panjang pemerintah AS sendiri telah naik. Sebagai contoh, yield obligasi 10-tahun

pemerintah AS yang menjadi Benchmark, naik sekitar 125 bps dalam tiga bulan terakhir.

Faktor k edua , yang menyebabkan penawaran tinggi dan permintaan rendah atas

Rupiah adalah neraca nilai perdagangan Indonesia yang defisit. Artinya, ekspor lebih kecil

daripada impor. Defisit neraca nilai perdagangan Indonesia selama Januari—Juli 2013 adalah

-5,65 milyar Dollar AS. Sektor non—migas sebenarnya mengalami surplus 1,99 milyar

Dollar AS. Namun, surplus di sektor nonmigas tidak bisa mengimbangi defisit yang sangat

besar di sektor migas, yakni sebesar -7,64 milyar Dollar AS.

Dinamika ekspor—impor memang bisa berdampak pada nilai tukar mata uang. Ekspor

meningkatkan permintaan atas mata uang negara eksportir, karena dalam ekspor, biasanya

terjadi pertukaran mata uang negara tujuan dengan mata uang negara eksportir. Pertukaran ini

terjadi karena si eksportir membutuhkan hasil akhir ekspor dalam bentuk mata uang

negerinya agar bisa Ia pakai dalam usahanya. Sebaliknya, impor meningkatkan penawaran

atas mata uang negara importir, karena dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang

negara importir dengan mata uang negara asal. Karena selama Januari—Juli 2013, impor

Indonesia lebih kecil daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar

Rupiah.

16

Page 17: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

B. Apa Dampak Melemahnya Rupiah?

Apa dampak pelemahan Rupiah? ketika nilai tukar sebuah mata uang melemah, maka

yang biasanya mencolok terkena dampaknya adalah harga komoditi impor, baik yang

menjadi obyek konsumsi maupun alat produksi (bahan baku dan barang modal). Karena

harga komoditi impor dipatok dengan mata uang negara asal, maka jika nilai mata uang

negara tujuan jatuh, harga komoditi impor akan naik. Misalnya, jika di Indonesia, nilai tukar

Rupiah jatuh sebesar 10% dari 1 Dollar AS = 9.000 Rupiah menjadi 1 Dollar AS = 9.900

Rupiah, maka harga komoditi impor pun akan naik sebesar 10%. Komoditi yang harganya

Rp. 1,5 juta akan naik Rp. 150 ribu menjadi Rp. 1,65 juta.

Dari data BPS, kita bisa lihat inflasi di bulan Juni adalah 1,03%, lalu meningkat menjadi

3,29% pada Juli. Sementara, pada bulan Agustus, inflasi menurun menjadi 1,12%. Inflasi

tahun kalender (Januari—Agustus) 2013 adalah 7,94% dan ini merupakan inflasi tahunan

tertinggi sejak 2009. Untuk barang konsumsi, yang harganya akan naik bukan hanya barang-

barang konsumsi impor, namun juga barang-barang konsumsi yang diproduksi di dalam

negeri, tetapi (sebagian besar) alat-alat produksinya, terutama bahan bakunya, impor. Harga

tahu tempe, misalnya, naik 20—25 persen, karena bahan bakunya berupa kedelai diimpor.

Sampai saat ini belum mendapat data tentang proporsi alat-alat produksi impor dari total

alat produksi di Indonesia. Namun, kita bisa mendapat gambaran kasar tentang hal ini dari

perbandingan antara impor barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal di

Indonesia., proporsi impor terbesar pada Januari—Juli 2013 adalah impor bahan

baku/penolong, yakni 76,16% dari total impor. Kemudian urutan kedua ditempati oleh impor

barang modal (mesin-mesin, dan sebagainya), sebesar 16,87% dari total impor. Di urutan

terakhir baru kita dapati impor barang konsumsi dengan besaran 6,97% dari total impor. Dari

data ini, kita bisa menduga bahwa penggunaan alat-alat produksi impor dalam industri

Indonesia cukup tinggi.

Siapa saja yang akan terpukul oleh kenaikan harga komoditi impor ini? Pertama ,

konsumen, terutama konsumen kelas bawah, sejauh pendapatan mereka tidak bisa

mengimbangi kenaikan harga barang. Kedua , pihak-pihak dalam rantai distribusi komoditi

impor mulai dari importir sampai pengecer, karena mereka menghadapi pasar dalam negeri

yang menyusut. Misalnya, belakangan ini, para importir bahan kebutuhan pokok di Batam

sudah menghentikan aktivitas usahanya. Ketiga , para usahawan yang berorientasi pasar

dalam negeri, namun alat-alat produksinya, terutama bahan bakunya, impor, seperti

17

Page 18: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

pengusaha tekstil, alas kaki, kemasan, dan sebagainya. Keempat , rakyat pekerja yang sudah

terpukul dari sisi konsumsi akibat kenaikan harga barang, juga akan dijepit dari sisi upah oleh

pengusaha yang terjepit oleh kenaikan harga alat-alat produksi impor, kenaikan nilai utang

luar negeri (dibahas di bawah), dan penyusutan pasar dalam negeri.

Namun, anjloknya Rupiah bukan hanya berdampak pada kenaikan harga komoditi impor

saja. Dampak lainnya yang juga penting adalah kenaikan nominal Rupiah dari utang luar

negeri, karena utang luar negeri dipatok dengan mata uang asing. Logikanya sama dengan

dampak pelemahan Rupiah pada komoditi impor. Jika di Indonesia, nilai tukar Rupiah

berbanding Dollar AS jatuh sebesar 30%, maka nominal Rupiah dari utang yang dipatok

dalam Dollar AS akan naik sebesar 30%. Sampai dengan Maret 2013, total utang luar negeri

Indonesia adalah 254,295 miliar Dollar AS, dengan utang pemerintah dan bank sentral

sebesar 124,151 miliar Dollar AS serta utang swasta sebesar 130,144 miliar Dollar AS.

Apa dan siapa saja yang akan terpukul oleh kenaikan nominal Rupiah dari utang luar

negeri Indonesia ini? Pertama , untuk utang swasta jelas (1) pengusaha yang berutang, dan (2)

para pekerjanya yang akan ditekan oleh pengusaha yang berutang tersebut. Kedua , untuk

utang pemerintah, yang akan terpukul adalah (1) anggaran negara atau APBN, dimana ketika

anggaran terjepit, rezim neoliberal biasanya akan mengurangi atau mencabut subsidi untuk

rakyat, sehingga (2) rakyat secara umum juga akan terkena dampaknya. Ketiga , pembayaran

utang luar negeri cenderung akan meningkatkan penawaran atas Rupiah, karena uang Rupiah

yang dimiliki pengutang harus ditukar dengan mata uang pembayaran utang. Akibatnya, nilai

tukar Rupiah bisa semakin lemah.

Lalu, siapa yang diuntungkan oleh krisis Rupiah? Jika mata uang suatu negara melemah,

maka yang diuntungkan adalah sektor ekspor yang bahan bakunya (sebagian besar) berasal

dari dalam negeri. Misalnya, PT Energizer Indonesia yang memproduksi baterai Eveready

yang sebagian besarnya diekspor, eksportir udang, dan eksportir kakao di Sulawesi

Selatan. Namun, ini tidak berarti seluruh sektor ekspor Indonesia untung, karena banyak

komoditi ekspor kita yang ditopang oleh bahan baku impor, sehingga keuntungan yang

didapat dari kenaikan harga barang ekspor itu “dibatalkan” oleh harga bahan baku impornya

yang mahal.

18

Page 19: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

C. Catatan Penutup

Berdasarkan paparan di atas, kita dapati bahwa jatuhnya nilai tukar Rupiah

disebabkan oleh setidaknya dua faktor, yakni (1) keluarnya sejumlah besar investasi

portofolio asing dari Indonesia akibat rencana pengurangan QE oleh the Fed; (2) neraca nilai

perdagangan Indonesia yang defisit. Adapun dampaknya adalah (1) kenaikan harga komoditi

impor, baik yang menjadi obyek konsumsi maupun alat produksi. Adapun kenaikan harga

alat-alat produksi impor bisa berdampak pada kenaikan harga komoditi yang diproduksi di

dalam negeri, tetapi (sebagian besar) alat-alat produksinya impor; (2) kenaikan nominal

Rupiah dari utang luar negeri. Kedua dampak ini, pada gilirannya, akan memukul berbagai

lapisan masyarakat.

Namun, perlu disebutkan di sini bahwa “penyebab” yang dipaparkan di atas barulah

“penyebab langsungnya” (Immediate Causes), bukan “akar masalahnya.” Pembahasan

tentang akar masalah berada di luar lingkup tulisan ini. Tetapi, kita bisa mengajukan

beberapa pertanyaan sebagai titik berangkat untuk menelusuri akar masalahnya. Pertama ,

terkait dengan keluarnya investasi portofolio asing dari Indonesia, ini sebenarnya merupakan

masalah klasik mengenai mobilitas kapital antar—negara. Tingkat mobilitas kapital yang

tinggi menyebabkan volatilitas mata uang. Pertanyaannya, apa yang memungkinkan adanya

tingkat mobilitas kapital seperti itu? Dan mengingat efek destruktifnya, bagaimana cara

melawan mobilitas kapital yang seperti itu? Kedua , terkait dengan tingginya impor Indonesia,

pertanyaannya adalah kenapa impor kita bisa seperti itu? dan bagaimana cara melepaskan

ketergantungan ekonomi kita terhadap impor?

19

Page 20: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pada Bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan simpulan

dari masalah yang dibahas. Inflasi merupakan melemahnya atau menurunnya nilai mata uang

Rupiah terhadap Dollar US, karena banyaknya jumlah uang yang beredar dimasyarakat, atau

suatu keadaan dimana terjadinya kenaikan harga-harga secara umum dan terjadi secara terus-

menerus (continyu). Jika nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh relasi penawaran—

permintaan atas mata uang tersebut. Permintaan atas sebuah mata uang meningkat, sementara

penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Kalau

penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka

nilai tukar mata uang itu akan melemah. Dengan demikian, Rupiah melemah karena

penawaran atasnya tinggi, sementara permintaan atasnya rendah. Serta Rencana kenaikan

harga Bahan Bakar Minyak (BBM) meningkatnya isu tingkat suku bunga AS (Fed Funds

Rate).

Rencana pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan berdampak bagi

masyarakat. Baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak yang signifikan akan

terjadi pada tingkat inflasi dan pada kondisi perekonomian nasional. Dampak kenaikan harga

BBM terhadap inflasi adalah akan terjadi kenaikan pada tingkat persentase inflasi. Jumlah

uang yang beredar di masyarakat akan bertambah, dan akan berdampak pula pada harga

berbagai jenis barang dan jasa. Kondisi perekonomian akan mengalami goncangan,

ketidakstabilan akan terjadi. Iklim investasi akan menurun, sehingga berpengaruh pada

jumlah pendapatan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi

inflasi adalah dengan kebijakan moneter. Seluruh instrumen kebijakan moneter efektif dalam

mengurangi dan mengatasi inflasi. Inflasi akan mengakibatkan perubahan output dan

kesempatan kerja di masyarakat, Inflasi dapat mengakibatkan ketidakmerataan pendapatan

dalam masyarakat.

Apa dan siapa saja yang akan terpukul oleh kenaikan nominal Rupiah dari utang luar

negeri Indonesia ini? Pertama , untuk utang swasta jelas (1) pengusaha yang berutang, dan (2)

para pekerjanya yang akan ditekan oleh pengusaha yang berutang tersebut. Kedua , untuk

utang pemerintah, yang akan terpukul adalah (1) anggaran negara atau APBN, dimana ketika

20

Page 21: Makalah Ekonomi Moneter tentang bbm

Ekonomi Moneter

anggaran terjepit, rezim neo—liberal biasanya akan mengurangi atau mencabut subsidi untuk

rakyat, sehingga (2) rakyat secara umum juga akan terkena dampaknya. Ketiga , pembayaran

utang luar negeri cenderung akan meningkatkan penawaran atas Rupiah, karena uang Rupiah

yang dimiliki pengutang harus ditukar dengan mata uang pembayaran utang. Akibatnya, nilai

tukar Rupiah bisa semakin lemah.

B. Saran

Sesuai dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.

1. Jika inflasi terjadi akibat dampak dari kebijakan pemerintah, diperlukan suatu langkah

yang tepat dalam mengatasi inflasi yang terjadi.

2. Pemerintah hendaknya memilih waktu yang tepat untuk mengeluarkan kebijakan

menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

3. Jika Bahan Bakar Minyak benar-benar di naikan, sebaiknya pemerintah mengeluarkan

bahan pengganti seperti air dan gas.

21