makalah f.m

14
Al Mal “ Harta” 1 BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG Dalam Al-Qur’an harta disebutkan dalam 25 surat dan 46 ayat . Sedang kaya atau kekayaan disebutkan dalam 9 surat dan 11 ayat. Menurut Muhammad Abdul Baqi, al-mal disebutkan 86 kali dalam Al-Qur’an. Dalam kehidupan dunia, kita dikelilingi oleh hal-hal atau benda-benda yang kita klaim sebagai milik kita. Keluarga, rumah, pekerjaan, panca indera, harta, ilmu pengetahuan, keahlian, dan lain sebagainya semua kita sebut sebagai milik kita. Tapi benarkah itu semua milik kita? Sejak kapan semua itu menjadi milik kita? Manusia dengan sifat fitrahnya amat suka kepada harta dan mengumpulnya. Mereka tidak pernah merasa puas dalam mengejar harta kekayaan. Tidak ada sesuatu yang dapat menghalang kecintaan mereka mengejar harta kecuali kematian. Allah telah merakamkan sifat kecintaan manusia kepada harta benda dalam firman-Nya yang bermaksud: "Dan kamu cintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan"(al-Fajr 20). Al-Quran menggambarkan bahawa manusia mencintai harta kekayaan melebihi kecintaan kepada anak-anak dan keluarga dengan firman-Nya: "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi, amalan-amalan yang kekal lagi soleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan" (al-Kahfi, 46). Ayat ini mendahulukan perkataan harta daripada perkataan anak-anak yang menunjukkan manusia amat mencintai harta kekayaan. Malahan manusia sanggup berkelahi dan berperang demi untuk mendapatkan harta.

Upload: supriadi-muslimin

Post on 12-Jul-2015

2.681 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.LATAR BELAKANG

Dalam Al-Qur’an harta disebutkan dalam 25 surat dan 46 ayat. Sedang kaya atau

kekayaan disebutkan dalam 9 surat dan 11 ayat. Menurut Muhammad Abdul Baqi, al-mal

disebutkan 86 kali dalam Al-Qur’an.

Dalam kehidupan dunia, kita dikelilingi oleh hal-hal atau benda-benda yang kita

klaim sebagai milik kita. Keluarga, rumah, pekerjaan, panca indera, harta, ilmu pengetahuan,

keahlian, dan lain sebagainya semua kita sebut sebagai milik kita. Tapi benarkah itu semua

milik kita? Sejak kapan semua itu menjadi milik kita?

Manusia dengan sifat fitrahnya amat suka kepada harta dan mengumpulnya. Mereka

tidak pernah merasa puas dalam mengejar harta kekayaan. Tidak ada sesuatu yang dapat

menghalang kecintaan mereka mengejar harta kecuali kematian. Allah telah merakamkan

sifat kecintaan manusia kepada harta benda dalam firman-Nya yang bermaksud:

"Dan kamu cintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan"(al-Fajr 20).

Al-Quran menggambarkan bahawa manusia mencintai harta kekayaan melebihi

kecintaan kepada anak-anak dan keluarga dengan firman-Nya:

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi, amalan-amalan yang kekal

lagi soleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi

harapan" (al-Kahfi, 46).

Ayat ini mendahulukan perkataan harta daripada perkataan anak-anak yang

menunjukkan manusia amat mencintai harta kekayaan. Malahan manusia sanggup berkelahi

dan berperang demi untuk mendapatkan harta.

Page 2: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

2

I.2.RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan Al Mal (Harta)?

2. Sebutkan pembagian Al Mal (Harta)?

3. Apakah tujuan dari Al Mal tersebut?

I.3.TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian Al Mal (Harta).

2. Untuk mengetahui pembagian Al Mal (Harta).

3. Dapat Mengetahui tujuan dari Al Mal (Harta).

Page 3: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI HARTA

Secara etimologi, harta dalam bahasa Arab disebut al-Mal, berasal dari kata

mempunyai arti condong, cenderung atau miring. Karena manusia cenderung ingin

memiliki dan menguasai harta. al-Mal juga diartikan segala sesuatu yang menyenangkan

manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk manfaat.

Di dalam kamus Lisan al-’Arab karya Ibnu Manzur diterangkan bahwa kata

berasal dari kata kerja . Jadi, didefinisikan sebagai “segala

sesuatu yang dimiliki”. Berkata Sibawaihi, diantara bentuk imalah yang asing dalam bahasa

Arab ialah (mal) yang bentuk jamaknya (amwal). Dalam Mukhtar al-Qamus, kata

al-mal berarti ’apa saja yang dimiliki’, kata tamawwalta ( ) berarti ’harta kamu banyak

karena orang lain’, kata multahu ( ) berarti “kamu memberikan uang pada seseorang”.

Secara terminologi, pengertian al-Mal menurut ulama Hanafiyah:

“Segala yang diinginkan oleh tabiat manusia dan memungkinkan untuk disimpan

hingga saat dibutuhkan.”

Menurut Jumhur ulama, al-Mal (harta): Segala sesuatu

yang mempunyai nilai, dan dikenakan ganti rugi bagi orang yang merusak atau

melenyapkannya.

Menurut Hanafiyah: Harta adalah segala sesuatu yang dapat diambil, disimpan, dan

dapat dimanfaatkan. Menurut definisi ini, harta memiliki dua unsur, yaitu:

1. Harta dapat dikuasai dan dipelihara secara nyata. Sesuatu yang tidak bisa disimpan atau

dipelihara secara nyata, seperti ilmu, kesehatan, kemuliaan, kecerdasan, udara, panas

matahari, cahaya bulan, tidak dapat dikatakan harta.

2. Dapat dimanfaatkan menurut kebiasaan. Segala sesuatu yang tidak bermanfaat seperti

daging bangkai, makanan yang basi, tidak dapat disebut harta; atau bermanfaat, tetapi

menurut kebiasaan tidak diperhitungkan manusia, seperti satu biji gandum, setetes air,

Page 4: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

4

segenggam tanah, dan lain-lain. Semua itu tidak disebut harta sebab terlalu sedikit sehingga

zatnya tidak dapat dimanfaatkan, kecuali kalau disatukan dengan sesuatu yang lain.

Salah satu perbedaan dari definisi yang dikemukakan oleh ulama Hanafiyah dan

jumhur ulama adalah tentang benda yang tidak dapat diraba, seperti manfaat. Ulama

Hanafiyah memandang bahwa manfaat termasuk sesuatu yang dapat dimiliki, tetapi bukan

harta. Adapun menurut ulama selain hanafiyah (jumhur), manfaat termasuk harta, sebab yang

penting adalah manfaatnya dan bukan zatnya.

Jadi, perbedaan esensi harta antara ulama Hanafiyah dan Jumhur: 1. Bagi jumhur

ulama harta tidak saja bersifat materi, namun juga nilai manfaat yang terkandung di

dalamnya. 2. Adapun menurut ulama mazhab Hanafi harta hanya menyangkut materi,

sedangkan manfaat termasuk ke dalam pengertian hak milik.

Sementara menurut T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, 1yang dimaksud dengan harta ialah:

1. Nama selain manusia yang diciptakan allah untuk mencukupi kebutuhan hidup

manusia, dapat dipelihara pada suatu tempat, dan dikelola (tasharruf) dengan jalan

ikhtiar.

2. Sesuatu yang dapat dimiliki oleh setiap manusia, baik oleh seluruh manusia maupun

oleh sebagin manusia

3. Sesuatu yang sah untuk diperjualbelikan

4. Sesuatu yang dapat dimiliki dan mempunyai nilai(harga)

5. Sesuatu yang berwujud, Sesutu yang tidak berwujud meskipun dapat diambil

manfaatnya tidak termasuk harta,

6. Sesuatu yang dapat disimpan dalam waktu yang lama atau sebentar dan dapat diambil

manfaatnya ketika dibutuhkan.

1 Lihat, Pengantar Ilmu muamalah, Bulan Bintang, Jakarta,th.1984 hlm. 140.

Page 5: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

5

2.2.PEMBAGIAN AL MAL

Menurut fuqaha,harta dapat ditinjau dari beberapa segi.Harta terdiri dari beberapa

bagian ,tiap-tiap bagian memiliki ciri khusus dan hukumanya tersendiri . Pembagian jenis

harta ini sebagai berikut:

1. Mal Mutaqawwim dang hair mutaqawwin

a. Harta Mutaqawwin ialah

“Sesuatu yang boleh diambil manfatnya menurut syara.”

Harta yang termasuk mutaqawwin ini ialah semua harta yang baik jenisnya maupun

cara memperoleh dan penggunaanya.

b. Harta ghair mutaqawwin ialah

“Sesuatu yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara”.

Harta ghair mutaqawwin ialah kebalikan dari harta mutaqawwin yakni yang tidak

boleh diambil manfaatnya,baik jenisnya,cara memperolehnya maupun cara

penggunaanya.

2. Mal Mitsli dan Harta Qimi ialah:

a. Mal Mitsli ialah

“Benda-benda yang ada persamaan dalam kesatuan-kesatuannya,dalam arti dapat

berdiri sebagiannya ditempat yang lain,tanpa ada perbedaan yang perlu dinilai.”

b. Harta Qimi ialah

Page 6: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

6

“Benda-benda yang kurang dalam kesatuan-kesatuanya,karenanya tidak dapat berdiri

sebagian ditempat sebagian yang lainya tanpa ada perbedaan”.

c. Dengan perkataan lain, harta yang ada imbangannya (persamaannya) disebut mitsli dan

harta yang tidak ada imbangannya secara tepat disebut qimi.

3. Harta Istihlak dan harta Isti’mal

a. Harta Istihlak ialah:

”Sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaanya dan manfaatnya secara biasa ,kecuali

dengan menghabiskanya”.

Harta Istihlah terbagi dua: harta Istihlak haqiqi dan Istihlak huquqi:

Harta Istihlak haqiqi ialah suatu benda yang menjadi harta yang jelas (nyata)

zatnya habis sekali digunakan.

Harta istihlak huquqi ialah harta yang sudah habis nilainya bila telah digunakan,

tetapi zatnya masih tetap ada.

b. Harta Isti’mal ialah:

”Sesuatu yang dapat digunakan berulang kali dan materinya tetap terpelihara.”

Perbedaan dua jenis harta ini ,harta istihlak habis satu kali digunakan sedangkan harta

isti’mal tidak habis dalam satu kali pemanfaatanya.

4. Harta manqul dan harta ghair manqul

a. Harta manqul ialah

”Segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak)dari satu tempat ke tempat lain.”

b. Harta ghair manqul ialah

”Sesuatu yang tidak bisa dipindahkan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang

lain”.

Page 7: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

7

5. Harta ain dan harta Dayn.

a. Harta ’ain ialah harta yang berbentuk benda.

Harta ain terbagi menjadi dua:

Harta ’ain dzati qimah yaitu benda yang memiliki bentuk yang dipandang sebagai

harta karena memiliki nilai.

Harta ’ain ghayr dzati qimah yaitu benda yang tidak dapat dipandang sebagai harta

karena tidak memiliki hara misalnya sebiji beras.

b. Harta dayn ialah:

”Sesuatu yang berada dalam tanggung jawab”.

6. Mal al-’ain dan mal al-naf’i(manfaat)

a. Harta ’aini ialah benda yang memiliki nilai dan bernentuk (berwujud)

b. Harta nafi’ ialah a’radl yang berangsur-angsur tumbuh menurut perkembangan

masa,oleh karena itu mal al-naf’i tidak berwujud ,tidak mungkin untuk disimpan.

Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa harta ’ain dan harta naf’i ada perbedaan.

7. Harta Mamluk, Mubah, dan Mahjur

a. Harta mamluk ialah

”Sesuatu yang masuk ke bawah milik,milik perorangan maupun milik badan

hukum,seperti pemerintahan dan yayasan.”

Harta ini dibagi menjadi dua:

1. Harta perorangan (mustaqil) yang berpautan dengan hak bukan milik, seperti

rumah yang dikontrakan. Harta Perorangan yang tidak berpautan dengan hak bukan

pemilik, seperti seseorang yang mempunyai sepasang sepatu dapat digunakan kapan

saja.

2. Harta Perkongsian (masyarakat) antara dua pemilik yang berkaitan dengan hak

yang bukan pemiliknya, seperti dua orang yang berkongsi memiliki sebuah pabrik dan

lima buah mobil, salah satu mobil disewakan selama satu bulan disewakan kepada

orang lain. Harta yang dimiliki oleh dua orang yang tidak berkaitan dengan hak bukan

Page 8: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

8

miliknya, seperti dua orang yang berkongsi memiliki sebuah pabrik, pabrik tersebut

diurus bersama.

b. Harta Mubah ialah

”Sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang,seperti air pada mata

air,binatang buruan darat,pohon-pohonan dihutan dll.

Tiap-tiap manusia memiliki harta mubah sesuai dengan kesanggupannya, orang yang

mengambilnya maka ia menjadi pemiliknya sesuai dengan kaidah.

Islam mengakui kepemilikan individu, dengan satu konsep khusus, yakni bahwa

manusia adalah khalifah di muka bumi yang diberi kekuasaan dalam mengelola dan

memanfaatkan segala isi bumi dengan syarat sesuai dengan segala aturan dari Pencipta harta

itu sendiri.

Harta dinyatakan sebagai milik manusia, sebagai hasil usahanya. Al-Qur’an

menggunakan istilah :

“Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”.

(QS. Al-Lahab: 2)

Ternyata untuk menunjukkan kepemilikan individu dan dengan pengakuan hak milik

perseorangan, Islam juga menjamin keselamatan harta serta perlindungannya secara hukum

negara.

c. Harta mahjur ialah

”Ialah sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki dan memberikan kepada orang lain

menurut syariat adakalanya benda itu benda wakaf ataupun benda yang dikhususkan untuk

masyarakat umum, seperti jalan raya, masjid-masjid, kuburan-kuburan dan semua harta

yang diwakafkan”

Page 9: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

9

Dalam prespektif hukum negara, pengawasan harta wakaf berwenang melakukan

perkara-perkara yang dapat mendatangkan kebaikan harta wakaf dan mewujudkan

keuntungan-keuntungan bagi tujuan wakaf, dengan memperhatikan syarat-syarat yang

ditentukan wakif.

Jaminan perwakafan di Indonesia dinyatakan dalam Undang-Undang Pokok Agraria

No.5 tahun 1960 pasal 49 ayat 3 yang menyatakan bahwa perwakafan tanah milik dilindungi

dan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

8. Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi:

a. Harta yang dapat dibagi(mal qabil li al-qismah) ialah harta yang tidak menimbulkan

suatu kerugian atau kerusakan apabila harta itu dibagi-bagi.

b. Harta yang tidak dapat dibagi(mal ghair qabil li al qismah) ialah harta yang

menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta tersebut dibagi-bagi.

9. Harta pokok dan harta hasil (buah)

Harta pokok ialah

”Harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain”.

Harta hasil ialah

”Harta yang terjadi dari harta yang lain”.

10. Harta khas dan harta ’am

a. Harta khas ialah harta peribadi,tidak bersekutu dengan yang lain,tidak boleh diambil

manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya.

b. Harta ’am ialah harta milik umum (bersama)yang boleh diambil manfaatnya.

Harta yang dapat dikuasai(ikhraj)terbagi menjadi dua, yaitu :

Harta yang termasuk milik perseorangan.

Harta-harta yang tidak dapat termasuk milik perseorangan.

Harta yang dapat masuk menjadi milik perseorangan dibagi menjadi dua:

Harta yang bisa menjadi milik perorangan,tetapi belum ada sebab pemilikan.

Harta yang bisa menjadi milik perorangan dan sudah ada sebab pemilikan.

Page 10: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

10

2.3 KEDUDUKAN HARTA

Kedudukan harta bagi manusia sangat. Harta termasuk salah satu keperluan pokok

manusia dalam menjalani kehidupan didunia ini, sehingga para ulama ushul fiqh

memasukkan persoalan harta dalam salah satu adh-dharuriyat al-khamsah (lima keperluan

pokok). Yang terdiri atas agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

Dalam ayat-ayat al-Qur’an, harta memiliki kedudukan antara lain:

1. Harta sebagai amanah (titipan) dari allah SWT manusia hanyalah pemegang amanah

untuk mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya. Sedangkan

pemilik harta sebenarnya tetap pada Allah SWT.

Artinya:

“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari

hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang

beriman diantara kamu dan menafkahkan (sebagian) hartanya mendapatkan pahala

yang besar”. (Q.S. al-Hadid:7)

2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia menikmatinya dengan

baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk

memiliki, menguasai dan menikmati. Firman-Nya:

Artinya:

“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,

yaitu : wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,perak,kuda pilihan,

binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan di sisi

Allahlah tempat kembali yang baik”.(Q.S. Ali Imron:14)

3. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut soal cara mendapatkan

dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran islam ataukah tidak Allah

berfirman:

Artinya:

Page 11: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

11

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan dan di sisi Allahlah

pahala yang besar (al-Taghabun:15)

Berkenaan dengan harta pula, dalam Alqur’an dijelaskan larangan – larangan yang

berkaitan dengan aktivitas ekonomi. Dalam kaitan ini dijelaskan bentuk – bentuk larangan

tersebut sebagai berikut :

a. Perkara – perkara yang merendahkan martabat dan akhlak manusia, meliputi :

1) Memakan harta sesama manusia dengan cara yang batal, firman Allah :

Artinya:

“Dan janganlah sebagian kamu memakan sebagian yang lain di antara kamu dengan

jalan yang batil” (Al-Baqarah:188).

2) Memakan harta dengan jalan penipuan, firman Allah :

Artinya:

“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan

petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya. kamu tidak memikul

tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul

tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak)

mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim)”.(Al-An’am:52)

3) Dengan jalan melanggar janji dan sumpah, firman Allah :

Artinya:

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang

sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah

(perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan

yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah Hanya

menguji kamu dengan hal itu. dan Sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya

kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu”.(An-Nahl:92)

4) Dengan jalan pencurian, firman Allah :

Artinya:

“ Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya

(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.

dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(Al-Maaidah:38)

Page 12: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

12

b. Perkara – perkara yang merugikan hak perorangan dan kepentingan sebagian atau

keseluruhan masyarakat, firman Allah :

Artinya:

“Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda

dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung”. (Ali Imran:130).

c. Penimbunan harta dengan jalan kikir, firman Allah :

Artinya:

“Dan orang – orang yang menyimpan mas dan perak dan tidak menafkahkan pada jalan

Allah, maka berilah mereka kabar gembira dengan siksa yang pedih”. (At-Taubat:34)

d. Aktivitas yang merupakan pemborosan (mubazir), firman Allah :

Artinya:

“Dan berilah kerabat, orang – orang miskin, dan ibn sabil akan haknya, dan janganlah

kamu menghambur – hamburkan hartamu secara boros”. (Al – Isra:26)

e. Memproduksi, memperdagangkan, dan mengonsumsi barang – barang yang terlarang.

Selain yang dilarang, semua kegiatan yang dilakukan dalam memfungsikan harta pada

prinsipnya dibolehkan, baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan individual maupun dalam

rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat

Page 13: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

13

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Harta yang kita miliki ini sebenarnya hak Allah. Hak kita hanyalah sebagai

"pengurus" yang pastinya akan ditanya dari mana harta itu kita peroleh dan ke mana harta itu

dibelanjakan. Janganlah kita mengaggap bahwa harta yang kita miliki itu adalah hak mutlak

kita dan karena itu kita berbelanja sesuka hati, apalagi membelanjakannya dalam perkara

maksiat dan kemungkaran.

Dan lagi kekayaan seseorang itu tidaklah dapat diukur dari seberapa banyak dia

memiliki harta, namun seberapa banyak dia memiliki kekayaan dalam hati (ketenangan dan

ketentraman). Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi:

Page 14: Makalah f.m

Al Mal “ Harta”

14

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur`an wa al Ilmi al Hadits, Musthofa Shodiq Al Rofi`i.

Arief, Abdussalam. 2006. Al-Mal (Harta) dalam Perspektif Islam. Tidak

dipublikasikan.

Ash-Shiddiqy, Hasbi. 1997. Pengantar Fiqh Mu’amalah, Semarang: Pustaka Rizki

Putra.

Suhendi, Hendi. 2008. Fiqih Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Lathif,Azharudin. 2005. Fiqih Muamalat, Jakarta: UIN Jakarta Press.