makalah gangguan moneter dan kebijakan moneter

27
BAB I PENDAHULUAN Peredaran uang dapat memperlancar proses produksi dan distribusi, namun disisi lain ada kalanya terdapat gangguan yang dapat mengakibatkan tersendatnya proses produksi dan distribusi sehingga pada akhirnya mengganggu stabilitas pertumbuhan ekonomi. Gangguan tersebut adalah Inflasi, Deflasi dan Devaluasi. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Sedangkan deflasi adalah berkurangnya atau terlalu sedikitnya jumlah uang beredar atau melambatnya laju edar uang di masyarakat di satu pihak, di mnan pihak lain jumlah produksi dan barang-barang yang tersedia tetap banyak atau tidak berkurang, sehingga harga cenderung turun terus menerus.

Upload: wawan-lapoecir-x-friends

Post on 05-Jul-2015

413 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

BAB I

PENDAHULUAN

Peredaran uang dapat memperlancar proses produksi dan

distribusi, namun disisi lain ada kalanya terdapat gangguan yang dapat

mengakibatkan tersendatnya proses produksi dan distribusi sehingga

pada akhirnya mengganggu stabilitas pertumbuhan ekonomi. Gangguan

tersebut adalah Inflasi, Deflasi dan Devaluasi.

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara

umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar

yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi

masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang

memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat

adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga

merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.

Sedangkan deflasi adalah berkurangnya atau terlalu sedikitnya jumlah

uang beredar atau melambatnya laju edar uang di masyarakat di satu

pihak, di mnan pihak lain jumlah produksi dan barang-barang yang

tersedia tetap banyak atau tidak berkurang, sehingga harga cenderung

turun terus menerus.

Page 2: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

BAB II

PEMBAHASAN

I. Inflasi

I.1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga

secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan

mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

I.2. Gambaran Umum Suatu Proses Inflasi

Pemerintah menjalankan kebijakan moneter deficit spending

(pengeluaran lebih besar dari pendapatan) sehingga volume

uang yang beredar terus bertambah, maka akan tumbuh suatu

proses inflasi. Apabila pemerintah terpaksa menjalankan

kebijakan deficit spending dalam rangka memenuhi

kebutuhannya yang semakin besar, maka pertambahan

permintaan dari pemerintah akan mendorong meningkatnya

produksi, yang pada taraf awal produksi dapat dibarengi dengan

kenaikan tingkat harga. Hal ini tentunya sangat bergantung dari

kondisi persediaan barang. Jika persediaan barang cukup

memadai tentunya tidak akan mendorong kenaikan harga

selama kapasitas produksi mampu mencukupi peningkatan

permintaan.

Jika pengeluaran pemerintah tersebut tidak dibarengi dengan

pengaktifan sumber-sumber produksi yang ada atau

pengeluaran tersebut tidak ditujukan untuk peningkatan volume

barang yang diperdagangkan atau untuk tujuan yang kurang

produktif misal proyek prestise, maka ekspansi moneter akan

meningkatkan tingkat harga. Kenaikan tingkat harga (inflasi)

selanjutnya akan menurunkan nilai uang yang berarti pula

menurunkan tingkat hidup buruh, pegawai, karyawan penerima

upah tetap. Kondisi demikian menuntut adanya keharusan

peningkatan tingkat penghasilan buruh / pegawai yang pada

akhirnya meningkatkan biaya produksi sekaligus secara

Page 3: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

otomaris meningkatkan harga barang & jasa. Proses ini akan

terus berlanjut sehingga menimbulkan tingkat inflasi yang lebih

tinggi. (sering disebut spiral inflation).

Setelah melampaui titik tertentu (maturity), inflasi akan

berdampak luas terhadap struktur perekonomian antara lain :

1. Menurunkan minat masyarakat untuk menabung (propensity

to save / PTS) karena kekhawatiran nilai tabungan yang

menurun (turunnya suku bunga riil) sehingga mendorong

untuk membelanjakan pendapatan.

2. Peningkatan belanja masyarakat akan mempercepat laju

edar uang (velocity of circulation) serta menurunkan hasrat

untuk menyimpan uang tunai (liquidity preference)

3. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap uang baik

sebagi medium of exchange, store of value maupun sebagai

standard of value.

4. Menurunnya kesediaan orang / lembaga menyalurkan kredit.

5. Jika bank memberikan kredit modal kerja & investasi hanya

akan meningkatkan jumlah uang beredar yang pada akhirnya

semakin meningkatkan inflasi.

6. Percepatan perputaran uang cenderung meningkatkan pajak,

sehingga gairah bisnis menjadi berkurang.

7. Inflasi cenderung menguntungkan orang / badan yang

meminjam uang (debitur) sebaliknya sebaliknya cenderung

merugikan orang / badan yang meminjamkan uang

(kreditur).

Secara kuantitatif, inflasi akan menurunkan kepercayaan

masyarakat terhadap uang, sehingga berusaha meminjamkan

uang (kreditur). menghindari penggunaan uang dalam transaksi

jual beli dan lebih tertarik pada perdagangan spekulasi daripada

investasi. Dari aspek sosial, inflasi yang tinggi  cenderung

meningkatkan kemiskinan dan makin memperlebar gap

penghasilan orang  kaya dan orang miskin.

Inflasi tidak hanya merugikan masyarakat biasa tetapi juga

pemerintah. Defisit anggaran belanja akan semakin besar

Page 4: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

karena penerimaan anggaran pendapatan didasarkan atas

harga-harga sebelumnya, sedangkan penerimaan pajak tidak

dapat menutupi pengeluaran yang terus menerus meningkat

akibat naiknya harga. Defisit tersebut terpaksan ditutup dengan

mencetak uang baru atau melalui kredit bank sehingga lagi-lagi

menambah volume uang yang beredar yang kembali

menyebabkan naiknya harga-harga. (spiral inflation).

I.3. Dampak Atau Akibat Inflasi Terhadap Perekonomian

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif-

tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan,

justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat

mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan

pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk

bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya,

dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak

terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau

dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak

bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan

produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima

pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta

serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan

mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin

merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi

sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan

pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya

cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun

2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya

mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak

lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya,

orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan

keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan

Page 5: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang

bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung

karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan

menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga,

nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung,

dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk

berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang

diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi

menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada

kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat

meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan

uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian

lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila

pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya

produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk

melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha

besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi

hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen

enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa

menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila

tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut

mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya

investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,

mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,

kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi,

defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan

dan kesejahteraan masyarakat.

I.4. Penggolongan Inflasi

Page 6: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua,

yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang

berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri

misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang

dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar

yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.

Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi

sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi

akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya

kenaikan tarif impor barang.

Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan

pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi

hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi

itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila

kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka

inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation).

Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga

setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga

orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai

uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali

(Hiperinflasi).

Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :

1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)

2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)

3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)

4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

I.5. Teori Inflasi

Secara garis besar 3 kelompok teori mengenai inflasi,

masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses

inflasi, yaitu:

A. Teori Kuantitas

Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari:

Page 7: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

1). Jumlah uang yang beredar yaitu inflasi hanya bisa terjadi

kalau ada penambahan volume uang yang beredar

(berupa penambahan uang cartal atau penambahan uang

giral).

2). Psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan

harga-harga (expectation) yaitu laju inflasi ditentukan

oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan

oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan

harga-harga di masa mendatang.

Ada 3 kemungkinan keadaan :

1. Keadaan pertama, apabila masyarakat tidak (atau belum)

mengharapkan harga-harga untuk naik pada bulan bulan

mendatang.

Dalam hai ini, sebagian besar dari penambahan jumlah

uang yang beredar akan diterima masyarakat untuk

menambah likwiditasnya (yaitu, memperbesar pos Kas dalam

buku neraca para anggota masyarakat). Ini berarti sebagian

besar dari kenaikan jumlah uang tersebut tidak dibelanjakan

untuk pembelian barang. Sehingga tidak akan ada kenaikan

permintaan yang berarti akan barang-barang, jadi tidak ada

kenaikan harga barang-barang.

Dalam keadaan seperti ini kenaikan jumlah uang beredar

sebesar 10% diikuti oleh kenaikan harga- harga sebesar,

misalnya 1%. Keadaan ini biasa dijumpai pada waktu inflasi

masih baru mulai dan masyarakat masih belum sadar bahwa

inflasi sedang berlangsung.

2. Keadaan Kedua adalah di mana masyarakat atas dasar

pengalaman di bulan bulan sebelumnya mulai sadar adanya

inflasi.

Penambahan jumlah uang yang beredar digunakan oleh

masyarakat untuk membeli barang-barang (memperbesar

pos aktiva barang-barang didalam neraca).

Page 8: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

Kenaikan harga (inflasi) adalah suatu pajak atas saldo kas

masyarakat, karena uang semakin tidak berharga. Dan

orang-orang berusaha menghindari pajak ini dengan

mengubah saldo kasnya menjadi barang. Sehingga

permintaan akan barang-barang melonjak, akibatnya harga

barang-barang tersebut juga mengalami kenaikkan. Pada

keadaan ini kenaikan jumlah uang sebesar, misalnya 10%

akan diikuti dengan kenaikan harga barang mungkin sebesar

10% pula.

3. Keadaan Ketiga adalah tahap Hiperinflasi, yakni orang-orang

sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang.

Keadaan ini ditandai oleh makin cepatnya peredaraan

uang (velocity of circulation yang menaik). Uang yang

beredar sebesar misalnya 20% akan mengakibatkan

kenaikan harga lebih besar dari 20%.

B. Teori Keynes

Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat

ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses

inflasi menurut pandangan ini adalah proses perebutan

bagian rezeki di antara kelompok- kelompok sosial yang

menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa

disediakan oleh masyarakat. Proses perebutan ini

diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan

masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah

barang- barang yang tersedia (timbulnya inflationary gap).

C. Teori Strukturalis

Adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas

pengalaman di negara Amerika Latin. Teori ini memberi

tekanan pada ketegaran (rigidities) dari struktur

perekonomian yang sedang berkembang. Karena inflasi

dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian

(faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan

Page 9: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

dalam jangka panjang) maka teori ini disebut juga teori

inflasi jangka panjang.

Menurut teori ini ketegaran utama ada dua macam:

1. Ketegaran yang pertama berupa ketidakelastisan dari

penerimaan eksport., yaitu nilai ekspor yang tumbuh

secara lamban dibanding dengan pertumbuhan sektor-

sektor lain.

Kelambanan ini disebabkan oleh:

a). Harga di pasar dunia dari barang-barang ekspor negara

tersebut makin tidak menguntungkan dibanding dengan

barang-barang impor yang harus dibayar (term of trade

makin memburuk).

b). Supplay atau produksi barang-barang ekspor yang tidak

responsif terhadap kenaikan harga (supplay barang-

barang ekspor yang tidak elastis).

Kelambanan pertumbuhan penerimaan ekspor ini, berarti

kelambanan pertumbuhan kemampuan untuk mengimpor

barang-barang yang dibutuhkan (untuk konsumsi maupun

investasi). Akibatnya negara tersebut mengambil

kebijaksanaan pembangunan yang menekankan pada

penggalakkan produksi dalam negeri dari barang-barang

yang sebelumnya diimpor (import substitution strategy),

meskipun biaya produksi dalam negeri lebih tinggi dan

berkualitas rendah daripada barang- barang sejenis yang

diimpor. Biaya yang lebih tinggi ini mengakibatkan harga

yang lebih tinggi pula.

Bila proses substitusi impor ini makin meluas, biaya

produksi juga meluas ke berbagai barang, sehingga makin

banyak harga barang yang naik, dan inflasipun terjadi.

2. Ketegaran Kedua berkaitan dengan ketidakelastisan dari

supplay atau produksi bahan makanan di dalam negeri.

Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh

secepat pertambahan penduduk dan penghasilan per

Page 10: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

kapita, sehingga harga bahan makanan di dalam negeri

cenderung untuk menaik melebihi kenaikan harga barang-

barang lain. Akibat selanjutnya adalah timbulnya tuntutan

karyawan untuk memperoleh kenaikan upah. Kenaikan

upah berarti kenaikan ongkos produksi, yang berarti

kenaikan harga barang-barang tersebut. Kenaikan harga

tersebut menyebabkan tuntutan kenaikan upah lagi. Dan

kenaikan upah ini diikuti kenaikan harga-harga.

I.6. Cara-Cara Mengatasi Inflasi

Cara-cara mengatasi inflasi pada dasarnya harus diarahkan

pada faktor-faktor yang menyebabkan perubahan harga dalam

hal ini harga menjadi naik atau dengan perkataan lain nilai uang

menjadi turun.

Dalam hal ini ada Empat Kebijakan (Policy) yang dapat

ditempuh untuk mengatasi inflasi tersebut yaitu :

A. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter pada dasarnya dilaksanakan oleh Bank

Sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar yang

menjadi wewenangnya melalui Tiga cara yaitu :

Menaikan Cash Reserve Ratio/CRR atau Cash ratio atau

Presentase Likuiditas atau Giro Wajib Minimum/GWM.

Menjual surat-surat berharga, dalam rangka operasi pasar

terbuka (Open Market Operation/OMO).

Menaikkan tingkat bunga kredit

B. Kebijakan Fiskal

Terdapat tiga cara untuk mengatasi inflasi melalui kebijakan

fiskal yaitu :

Pengurangan pengeluaran pemerintah

Menaikan pajak

Pemerintah melakukan pinjaman kepada masyarakat

C. Kebijakan Non Moneter

Page 11: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

Kebijakan non moneter adalah kebijakan untuk mengatasi

inflasi diluar kedua cara yang telah disebutkan di atas.

Caranya ada tiga macam yaitu :

Menigkatkan hasil produksi (Production Approach)

Kebijakan upah atau gaji

Pengawasan harga barang dan distribusinya

D. Kombinasi dari berbagai cara

Maksud mengatasi inflasi dengan kombinasi berbagai cara

adalah melaksanakan kebijakan anti inflasi bersama-sama

secara simultan melalui kebijakan moneter, kebijakan fiskal

bahkan mungkin dengan kebijakan pengawasan harga

sekaligus.

II. DEFLASI

II.1. Pengertian Deflasi

Deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan

terhadap uang berdasarkan jumlah uang yang berada di

masyarakat. Dan dampaknya terhadap struktur ekonomi dan

tidak persis berlawanan inflasi.

II.2. Sebab-sebab timbulnya Deflasi

Anggaran pendapatan dan belanja Negara yang surplus /

Berkurangnya uang yang beredar

II.3. Penyebab

Jadi dapat disimpulkan bahwa ada empat buah penyebab Deflasi

:

Menurunnya persediaan uang di masyarakat.

Meningkatnya Persediaan Barang

Menurunnya permintaan akan barang.

Naiknya permintaan akan uang

II.4. Dampak deflasi

Page 12: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

Deflasi dapat menyebabkan menurunnya persediaan uang di

masyarakat dan akan menyebabkan depresi besar (seperti yang

dialami Amerika dulu) dan juga akan membuat pasar Investasi

(Saham) akan mengalami kekacauan.

Dikarenakan harga barang mengalami penurunan, konsumen

memiliki kemampuan untuk menunda belanja mereka lebih lama

lagi dengan harapan harga barang akan turun lebih jauh.

Akibatnya aktivitas ekonomi akan melambat dan memberikan

pengaruh pada spiral deflasi (deflationary spiral).

Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah

banyak pekerja yang akhirnya mengalami PHK karena pemiliki

bisnis tidak sanggup membayar gaji karyawannya. Dengan

demikian pendapatan yang diterima masyarakat menjadi sedikit

dan jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin

berkurang.

Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya

investasi di sektor riil maupun di lantai bursa. Akibatnya ini akan

menambah berat kelesuan ekonomi dikarenakan tidak ada lagi

aktivitas bisnis yang berjalan.

Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu negara

menjadi nol persen. Lalu diikuti juga dengan turunnya suku

bunga pinjaman di bank. Ini memang merupakan langkah paliatif

untuk mencegah masyarakat menyimpan uangnya di bank yang

dapat membuat peredaran uang semakin kecil.

II.5. Cara mengatasi Deflasi

Deflasi dapat diibaratkan jatuh sakitnya seseorang karena

jarang berolah raga. Apabila seseorang pada dasarnya memiliki

kaki normal namun malas menggunakannya, maka ini akan

mengakibatkan menyusutnya otot-otot kaki yang jarang

digunakan tersebut. Dalam jangka waktu lebih lama orang

tersebut akan tidak dapat berjalan sama sekali berhubung otot

sudah terlalu lemah untuk digunakan. Apabila keadaan ini justru

didiamkan, bukan tidak mungkin akan mengalami kelumpuhan

selamanya.

Page 13: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

Hal ini parallel dengan deflasi. Cara terbaik untuk

mengatasinya adalah dengan melatih kembali otot-otot yang

sudah lama tidak digunakan. Meski memakan waktu lama, hal ini

adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kekuatan otot

yang melemah. Dengan kata lain untuk mencegah deflasi

menjadi krisis ekonomi besar, pemerintah dan semua pihak yang

terkait harus bersepakat untuk memulai kembali kegiatan

ekonomi yang sempat terhenti karena salah urus tersebut. Tentu

saja ini membutuhkan waktu yang tidak sedikir. Lazim dikatakan

oleh para analis eknonomi bahwa deflasi merupakan kondisi

krisis moneter yang sebenarnya tidak memiliki obat yang efektif.

Apabila pada inflasi Bank Sentral dapat menaikkan suku bunga

untuk menahannya, menurunkan suku bunga bahkan hingga nol

persen bukanlah jalan keluar bagi deflasi. Pasalnya ini akan

membuat pemasukan pemerintah menjadi nol juga atau bahkan

negative. Belum lagi hal ini akan memicu aksi spekulan luar

negeri yang dapat menjalankan Carry Trade sehingga nilai uang

justru menjadi jatuh. Akibatnya, biaya impor menjadi terbebani

sementara ekspor tidak menunjukkan kenaikan signifikan

berhubung melemahnya mata uang disebabkan oleh aksi

spekulan semata-mata.

Cara yang paling lazim digunakan adalah memberikan

stimulus ekonomi berupa bantuan likuiditas ke sektor bisnis.

Dengan demikian diharapkan kegiatan ekonomi kembali

berputar. Pemerintah juga dapat memotong pajak dan

meningkatkan belanjanya sendiri untuk menggairahkan

perekonomian. Dari sisi Bank Sentral, pemerintah juga dapat

meningkatkan peredaran uang di masyarakat dengan membeli

surat hutang sektor swasta dan menukarkannya dengan uang

tunai. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan memotong suku

bunga. Namun seperti dijelaskan di atas, memotong suku bunga

bukanlah jalan keluar yang sesungguhnya tetapi hanya sekedar

pengobatan sementara untuk menggairahkan ekonomi dan

mengharapkan harga bergerak naik dengan sendirinya.

Page 14: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

III. KEBIJAKAN NILAI TUKAR ( EXCHANGE RATE POLICY )

III.1. Pengertian Nilai Tukar Dan Kebijakan Nilai Tukar

Yang dimaksud dengan nilai tukar mata uang atau yang

sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata uang

asing dalam mata uang domestic atau dapat juga dikatakan

harga mata uang domestic terhadap mata uang asing.

Sedangkan kebijakan nilai tukar adalah tindakan-tindakan

yang diambil pemerintah atau autoritas moneter, dalam rangka

mempertahankan nilai tukar mata uangnya pada tingkat paling

mendukung pertumbuhan ekonomi, terhadap mata uang asing,

khususnya mata uang yang kuat atau kovertibel.

Bentuk-betuk interverensi pemerintah yang dimaksudkan

untuk mempengaruhi tingkat dan perubahan nilai tukar antara

lain adalah :

1) Menentukan salah satu nilai tukar

2) Menjual atau membeli valuta asing pada bursa valuta asing

( BVA ).

3) Menyelanggarakan pertukaran dan pengamanan nilai tukar

melalui swap ( swap arrangement )

4) Melakukan pinjaman ( borrowing ) dari luar negeri antara lain

dari lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF,

bank dunia, bank pembangunan islam, bank pembangunan

asia atau dari berbagai Negara baik berupa sindikasi maupun

secara bilateral, untuk memperkuat cadangan devisa.

5) Berbagai kebijakan lainnya seperti kebijakan moneter,

kebijakan fiscal, pengumuman target inflasi dan lain

sebagainya, yang dapat menimbulkan pengaruh terhadap

pasar valuta asing.

III.2. Tujuan Kebijakan Nilai Tukar

Adapun tujuan kebijakan :

1) Pencapaian tingkat nilai tukar nominal atau efektif tertentu

selama jangka waktu tertentu.

Page 15: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

2) Mengurangi fluktuasi / turun naiknya nilai tukar yang terlalu

tinggi sehingga membahayakan perdagangan luar Negeri

pada khususnya dan Perekonomian Nasional pada umumnya.

3) Pencapaian target cadangan devisa yang telah ditetapkan /

ditargetkan.

III.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Pada dasarnya nilai tukar dipengaruhi oleh permintaan dan

penawaran valuta asing

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan valuta asing

o Pembayaran untuk impor

o Aliran modal keluar ( capital outflow)

o Kegiatan spekulasi

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran Valuta Asing

o Faktor penerimaan hasil ekspor

o Faktor aliran modal masuk (capital inflow)

III.4. Bursa Valuta Asing (BVA)

Bursa valuta asing pada dasarnya adalah tempat

bertemunya permintaan (deman) dan penawaran (supply) valuta

asing.

Bursa valuta asing sebagai tempat otoritas moneter untuk

mempertahankan keseimbangan permintaan dan penawaaran

valuta asing pada tingkat yang telah ditetapkannya.

A. BVA didirikan oleh autoritas moneter ada 2 tujuan yaitu :

1) Sebagai tempat untuk mempertahankan keseimbangan

permintaan dan penawaran valuta asing pada tingkat

yang telah ditetapkan oleh otoritas moneter dalam suatu

sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate system) atau

untuk mengurangi gelombang fluktuasi nilai tukar

mengambang (flowating exchange rate system).

2) Sebagai alat atau instrument untuk memantau

(monitoring device) dalam berbagai mekanisme nilai

tukar baik yang berupa sistem nilai tukar dengan

Page 16: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

intervensi autoritas moneter ( resmi atau tidak resmi )

maupun yang berupa sistem nilai tukar tanpa intervensi,

formal maupun informal, seperti pada nilai tukar bebas

berfluktuasi.

B. BVA sebagai alat pemantau atau monitoring device

Dalam sistemn nilai tukar tetap, nilai tukar yang telah

ditetapkan oleh autoritas moneter dengan melakukuan

intervensi di BVA.

Sedangkan dalam sistem nilai tukar mengembang, BVA

dipakai oleh autoritas moneter untuk mengurangi penurunan

dan penaikan (fluktuasi) nilai tukar yang terlalu tinggi.

Mekanismenya adalah sebagai berikut:

Valuta asing yang undervalued dapat pula diketahui

oleh autoritas moneter dari:

1) Devisit pada neraca berjalan (current account).

2) Penurunan margin keuntungan (profitability) eksportir

dan kenaikan margin dan keuntungan importer, yang

diketahui melalui survey.

III.5. Intervensi Mata Uang (Currency Intervension)

Untuk keperluan intervensi di BVA biasanya autoritars

moneter menggunakan suatu mata uang asing sebagai

intervension currency. Yang di pakai sebagai intervention

currency biasanya adalah mata uang asing yang kuat dan paling

banyak dipakai dalam transaksi-transaksi luar negeri.

III.6. Kewajiban Menyerahkan Hasil-Hasil Ekspor (Surrender

Requirement)

Kewajiban menyerahkan atau menjual hasil-hasil ekspor ke

BVA bagi para eksportir dimaksudkan oleh autoritas moneter

sebagai upaya pengumpulan (pooled) unsur-unsur penawaran

valuta asing pada satu tempat atau wadah (dalam satu pot),

Page 17: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

sehingga dapat dengan mudah diketahui jumlah seluruh

penawaran valuta asing yang ada pada suatu saat.

III.7. Cadangan Devisa Resmi

Valuta asing yang dijadikan cadangan resmi didominasi oleh

valuta asing yang kuat yang konvertibel terutama dewasa ini

adalah dollar amerika serikat

Cadangan devisa yang dimiliki suatu Negara juga merupakan

indikator ekonomi Negara yang bersangkutan, tentang:

Kemampuan membayar pada pasar internasional

Kekuatan keuangan suatu Negara

Kemampuan menerima kredit, yang merupakan suatu salah

satu kriteria layak tidaknya untuk menerima pinjaman.

IV. Devaluasi

IV.1. Pengertian Devaluasi

Devaluasi adalah tindakan penurunan nilai mata uang

domestik yang dinyatakan dalam mata uang asing yang

ditetapkan secara resmi oleh pemerintah

Tujuan devaluasi parsial adalah untuk meningkatkan

penerimaan efektif para eksportir.

Penyesuaiaan nilai tukar dalam suatu devaluasi dapat lebih

rendah, dapat sama dengan dan dapat pula lebih tinggi dari

nilai tukar perbandingan tenaga beli, yang masing-masing

menghasilkan nilai tukar yang undervalued, nilai tukar yang

realistic dan nilai tukar yang overvalued.

IV.2. Dampak Devaluasi

Dampak-dampak devaluasi antara lain adalah perluasan

kesempatan kerja, perubahan metode produksi, peningkatan

produksi,keseimbangan neraca pembayaran, peningkatan

jumlah cadangan devisa, kenaikan tingkat pendapatan,

kenaikan tingkat harga dan restribusi kekayaan dampak-

dampak tersebut terbagi menjadi yaitu :

Page 18: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

A. Dampak dampak yang diinginkan

1. Perluasan kesempatan kerja

Sebagai akibat devaluasi, maka harga barang barang

ekspor di nilai dalam mata uang asing menjadi turun atau

lebih murah.

2. Perubahan metode produksi

Devaluasi dapat pula mendorong perusahaan perusahaan

mengubah metode berikutnya.

3. Peningkatan produksi atau autput

Sebagai akibat devaluasi, maka produksi barang barang

ekspor dan produksi barang barang subtitusi impor

meningkat.

4. Keseimbangan neraca pembayaran

Apabila devaluasi tidak dilakukan, maka dalam sistem nilai

tukar tetap yang kondisinya semakin menurun atau lebih

kecil dibandingkan dengan nilai tukar realistik.

5. Peningkatan jumlah cadangan devisa

Devaluasi tidak hanya sekedar menyeimbangkan current

account pada neraca pembayaran, melainkan juga dapat

menciptakan surplus, sehingga jumlah cadangan devisa

bertambah, dimana biasanya pada masa-masanya

sebelum devaluasi telah banyak berkurang.

6. Kenaikkan tingkat pendapatan

Kenaikan tingkat pendapatan merupakan dampak

devaluasi yang sangat diharapkan oleh pemerintah.

Sebelum devaluasi sebagai akibat adanya valuta asing

yang undervalued yang semakin lam semakin besar, maka

keuntungan atau profitability eksportir berangsur-angsur

mengecil, sebaliknya profitability importer semakin lama

semakin membesar, yang menyebabkan impor semakin

lama semakin besar.

Page 19: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

B. Dampak yang tidak diinginkan

1. Kenaikkan tingkat harga

Dengan adanya devaluasi, maka harga-harga barang

impor dalam mata uang domestic menjadi naik, kenaikan

harga-harga barang impor tersebut biasanya diikuti oleh

kenaikan harga barang-barang ekspor dan harga barang-

barang lainnya, walupun dengan kenaikan relative yang

rendah.

2. Redistribusi kekayaan

Dampak negatif lainnya dari devaluasi adalah redistribusi

kekayaan dari penjual valuta asing (autoritas moneter,

bank-bank devisa, dan para changer) ke para pembeli

valuta asing, terutama para spekulan valuta asing

IV.3. Syarat-Syarat Agar Devaluasi Berhasil

Agar devaluasi berhasil, sesuai dengan tujuannya, maka

perlu dipenuhi syarat-syarat antara lain sebagai berikut:

Elastisitas permintaan ekspor dan elastisitas permintaan

impor lebih besar dari Saturday

Terdapat kapasitas factor-faktor produksi yang masih

menganggur (excess capacity) dan under employment

yang diperlukan untuk memenuhi kenaikan permintaan

dari luar negeri sebagai akibat dari devaluasi

Perekonomian di luar negeri yaitu di Negara yang menjadi

mitra (partner) dagang, dengan mana terjadi ekspor dan

impor, tidak berada dalam keadaan resesi.

IV.4. Devaluasi Di Indonesia

Dalam sejarahnya di Indonesia sekurang-kurangnya telah

dilakukan lima kali devaluasi mata uang rupiah, yaitu:

Page 20: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

1)Tahun 1959, dan Rp.11,40 per dolar Amerika Serikat menjadi

Rp.45,-

2)Tahun 1971 dari Rp.378,- per dolar Amerika Serikat menjadi

Rp.415,-

3)Tahun 1978 dari Rp 415,- per dolar Amerika Serikat menjadi

Rp 625,-

4)Tahun 1983 dari Rp703,- per dolar Amerika Serikat menjadi

Rp.970,-

5)Tahun 1986 dari Rp.1134,- per dolar Amerika Serikat menjadi

Rp.1664,-

IV.5. Revaluasi

Revaluasi adalah kebalikan dari devaluasi yaitu

peningkatan nilai mata uang domestic terhadap valuta asing,

secara resmi kepada pemerintah atau autoritas moneter.

IV.6. Redenominasi

Redenominasi mata uang pada dasarnya adalah

penyederhanaan angka nominal pada mata uang, misalnya

Rp.1000,- menjadi Rp.1,- tanpa menurunkan nilai uang.

Tujuannya adalah agar perhitungan atau penjumlahan

transaksi-transaksi ekonomi menjadi lebih sederhana karena

angka-angka nominal uang yang digunakan lebih sedikit.

Page 21: Makalah Gangguan Moneter Dan Kebijakan Moneter

BAB III

PENUTUP