makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/naskah_publikasi.pdfbahan...

16
PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM 5 PRODUK MINYAK JINTEN HITAM (Nigella sativa) YANG BEREDAR DI INDONESIA DENGAN KROMATOGRAFI GAS NASKAH PUBLIKASI Oleh: HANIF FAIZAH K 100 080 127 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2012

Upload: lamtuyen

Post on 08-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

1  

PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM 5 PRODUK MINYAK

JINTEN HITAM (Nigella sativa) YANG BEREDAR DI INDONESIA DENGAN KROMATOGRAFI GAS

NASKAH PUBLIKASI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Oleh:

HANIF FAIZAH K 100 080 127 

     

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA 2012

Page 2: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

2  

Page 3: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

1  

PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM 5 PRODUK MINYAK JINTEN HITAM (Nigella sativa) YANG BEREDAR DI INDONESIA DENGAN

KROMATOGRAFI GAS

COMPARISON OF PROFILE CHROMATOGRAM OF 5 BLACK CUMIN OIL PRODUCT (Nigella sativa) THAT CIRCULATING IN INDONESIA BY

GAS CHROMATOGRAPHY

Hanif Faizah, Rosita Melannisa, dan Andi Suhendi Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Jinten hitam (Nigella sativa) telah banyak digunakan dalam produksi obat bahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas obat bahan alam adalah dengan metabolite profiling. Analisis profil kromatogram dilakukan terhadap 5 produk yang beredar dipasaran dengan menggunakan GCMS dengan gas pembawa Helium (laju alir 2,83mL/menit), suhu kolom diprogram dari 70 sampai 150oC dengan kenaikan suhu 3,5oC/ menit. Sebanyak 0,5µL diinjeksikan secara manual dalam split mode (1:421,4). Penentuan metabolit dilakukan dengan cara membandingkan spektra massa sampel dengan internal Willey Library. Hasil penelitian dianalisis Cluster dengan mengelompokan data didasarkan pada keberadaan senyawa dan kadar relatif masing-masing senyawa. Hasil penelitian menunjukkan selain produk E memiliki metabolit sekunder yang mirip. Senyawa yang muncul 5-12 senyawa. Kadar relatif timokuinon berdasarkan analisis GC-MS produk A, B, C dan D berturut-turut yaitu 33,70%±2,74; 32,80%±2,64; 24,91%±3,39; 28,78%±0,46, sedangkan pada produk E tidak ditemukan adanya timokuinon. Kata kunci: Jinten hitam, Nigella sativa timokuinon, metabolit sekunder, GC-MS.

ABSTRACT Black cumin (Nigella sativa) is widely used in the production of natural medicines. The quality control of natural medicines is needed. One method to ensure the quality control of natural medicines is the metabolite profiling. Chromatogram profile analysis is performed on five products by GCMS with helium as carrier gas (flow rate of 2.83 mL/min), column temperature programmed from 70 to 150oC temperature rises 3.5°C/min, and sample is injected 0.5 µL manually in split mode (1:421.4). the determination of metabolites is done by comparing the mass spectra of samples with internal Willey Library. The results are analyzed by grouping the cluster based on the presence of the compound and the relative levels of each compound. The results show that except product E have a similar secondary metabolites. 5-12 compounds are appear. The relative levels of thymoquinon of products A, B, C and D are 33.70%±2.74; 32.80%±2.64; 24.91%±3.39; 28.78%±0.46 respectively while the product E did not reveal thymoquinon. Key words: black cumin, Nigella sativa . thymoquinon, secondary metabolites, GC-MS.

Page 4: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

2  

PENDAHULUAN

Pengobatan herbal masih menjadi pilihan utama oleh sekitar 75-80%

populasi dunia sebagai kebutuhan primer kesehatan mereka, karena mudah

diterima tubuh dan efek samping yang rendah (Kamboj, 2000). Penggunaan obat

bahan alam terus meningkat dari tahun ke tahun, baik yang digunakan untuk

menjaga dan meningkatkan kesehatan, maupun untuk pengobatan penyakit. Hal

ini terjadi pada negara-negara berkembang seperti Indonesia dan juga pada

negara-negara maju (BPOM, 2011). Salah satu obat bahan alam yang saat ini

sering digunakan dalam pengobatan alternatif adalah habbatussauda atau jinten

hitam (Nigella sativa) (Yulianti dan Junaedi, 2006).

Jinten hitam telah diketahui banyak manfaat. Secara empiris jinten hitam

digunakan sebagai peluruh kentut, rematik, sakit kepala, pencegah muntah,

pencahar, infeksi saluran kemih, antibiotik, dan lain-lain (Depkes RI, 1995;

Ivankovic et al, 2006). Abdulelah dan Abidin (2007) menyatakan penggunaan

tanaman obat ini di Timur Tengah sebagai obat parasit (antimalaria). Minyaknya

sebagai pengawet karena mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pembusukan

makanan dan bakteri patogen (Arici et al, 2005). Bagian yang digunakan dari

jinten hitam utamanya adalah bijinya (El Tahir et al, 2006).

Minyak atsiri jinten hitam memiliki banyak kandungan kimia. Analisis

terhadap minyak atsiri jinten hitam dari Tunisia menunjukkan senyawa α-pinen,

limonen, p-simen, karvakrol, timokuinon. Minyak atsiri jinten hitam dari Iran

menunjukkan adanya senyawa mayor yaitu trans-anetol, p-simen, limonen, dan

karvon (Toma et al., 2010; Nickavar, et al., 2003). Timokuinon merupakan

senyawa marker aktif pada jinten hitam. Timokuinon memiliki efek antioksidan,

hipolipidemik dan hiperkolesterolemia yang menyebabkan penurunan peroksidasi

lipid dan melindungi terhadap pengembangan aterosklerosis (Nader et al., 2010).

Produk minyak jinten hitam sangat populer di Indonesia, sehingga banyak

produsen obat herbal yang memproduksi minyak jinten hitam dengan harga yang

bervariasi. Klaim khasiat jinten hitam yang disetujui oleh BPOM adalah untuk

memelihara kesehatan (BPOM, 2009). Burits dan Bucar (2000) menemukan

adanya perbedaan kadar kandungan timokuinon antara biji jinten hitam dan

Page 5: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

3  

minyak jinten hitam yang telah dipasarkan. Perbedaan kadar timokuinon dapat

berpengaruh pada aksi farmakologinya karena timokuinon telah diketahui sebagai

senyawa marker aktif.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder

produk minyak atsiri jinten hitam yang diperoleh dari beberapa produsen di

Indonesia karena belum adanya standardisasi dan kontrol kualitas berdasarkan

kandungan kimianya yang dianalisis menggunakan GC-MS. Metode GC-MS

dipilih karena dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif yaitu

menunjukkan profil senyawa kimia dengan kadar relatif senyawa.

METODE

Bahan : 5 sampel produk minyak jinten hitam yang beredar di Indonesia

Alat : uji bobot jenis menggunakan piknometer, uji indeks bias menggunakan

refraktometer abbe dan untuk analisis profil kromatogram menggunakan GC–MS

Analisis dengan GC–MS : sampel dianalisis dengan Shimadzu–GC 2010

dilengkapi dengan Shimadzu–GCMS 2010S mass selective detector, gas

pembawa Helium (laju alir 2,83 mL/menit), suhu kolom diprogram dari 70 sampai

150oC dengan kenaikan 3,5oC/ menit. Sebanyak 0,5µL sampel diinjeksikan secara

manual dalam split mode. Komponen diidentifikasi dengan membandingkan

spektra massa sampel dengan internal Willey Library.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kualitas Minyak Jinten Hitam Secara Organoleptis dan Parameter Fisika

Sampel merupakan minyak jinten hitam A, B, C, D dan E yang diproduksi

oleh industri yang berbeda-beda. Produk minyak jinten hitam A, B, C, dan D

berupa minyak jinten hitam yang dimasukkan kedalam kapsul keras tidak

berwarna kemudian dikemas dalam botol plastik. Minyak jinten hitam Produk E

dimasukkan dalam kapsul lunak berwarna hijau dan dikemas tiap strip berisi 10

kapsul. Pada brosur terdapat keterangan tiap kapsul mengandung minyak jinten

hitam 500mg untuk produk C, D dan E, sedangkan produk A dan B tiap kapsul

mengandung 600mg minyak jinten hitam. Tidak ada informasi yang menyebutkan

Page 6: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

4  

Gambar 1. Perbedaan warna antara 5 produk minyak jinten hitam 

secara pasti asal dan cara memperoleh minyak jinten hitam dari masing-masing

produk tersebut

Analisis terhadap 5 produk minyak jinten hitam meliputi analisis

organoleptis, bobot jenis, indeks bias dan profil metabolit sekunder menggunakan

GC-MS. Uji organoleptis meliputi bau, rasa dan warna. Hasil analisis terhadap

produk minyak jinten hitam didapatkan bau khas aromatik, rasa pedas dan pahit

serta warna coklat kemerahan dengan intensitas warna yang berbeda (Gambar 1).

Warna dari yang muda ke warna yang lebih tua berturut-turut adalah produk E, B,

C, D dan A. Bau dan rasa ke-5 produk sesuai dengan lembaga Goerlich Pharma

Internasional (2007) yang menyebutkan minyak jinten hitam yang diperoleh

dengan press cold mempunyai bau yang khas, rasa yang pahit dan pedas

sedangkan warna pada produk berbeda dengan lembaga Goerlich Pharma

Internasional yang menyebutkan warna minyak jinten hitam adalah kuning tua

sampai coklat kehijauan.

Penetapan bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam

menentukan kemurnian minyak. Penetapan bobot jenis minyak jinten hitam

menggunakan piknometer. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan standar

nilai bobot jenis minyak jinten hitam yang dikeluarkan oleh lembaga Goerlich

Pharma Internasional. Berdasarkan hasil analisis nilai bobot jenis ke-5 produk

minyak jinten hitam berbeda tidak bermakna (0,937-0,945), lebih besar daripada

nilai bobot jenis yang dikeluarkan oleh lembaga Goerlich Pharma Internasional

(0,916-0,924). Haygren dan Bowyer (2003) mengemukakan bahwa semakin besar

berat jenis akan semakin banyak juga zat yang terkandung didalamnya.

Penetapan nilai indeks bias minyak jinten hitam menggunakan alat

refraktometer abbe. Menurut Guenther (1987) nilai indeks bias dipengaruhi salah

satunya adalah adanya air dalam kandungan minyak. Semakin banyak kandungan

airnya, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat dari air yang

ABCDE

Page 7: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

5  

mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Nilai indeks bias ke-5 produk

minyak jinten hitam produk tersebut memenuhi standar nilai indeks bias minyak

jinten hitam yang dikeluarkan oleh lembaga Goerlich Pharma Internasional yaitu

1,470-1,475 (Tabel 1).

Berdasarkan uji fisika organoleptis, bobot jenis dan indeks bias terhadap 5

produk minyak jinten hitam dapat disimpulkan bahwa ke-5 produk memiliki

kualitas yang sama.

Tabel 1. Hasil Analisis Organoleptis, Bobot Jenis, Indeks Bias Ke-5 Produk Minyak Jinten Hitam Serta Dari Lembaga Goerlich Pharma Internasional

Analisis Produk A Produk B Produk C Produk D Produk E Goerlich Pharma

Internasional

Bau Khas

aromatik (2)

Khas aromatik

(3)

Khas aromatik

(4)

Khas aromatik

(5)

Khas aromatik

(1)

Khas

Rasa

Pedas, kurang pahit

Kurang pedas, kurang pahit

Kurang pedas, kurang pahit

Pedas , pahit

Tidak pedas, pahit

Pahit dan pedas

warna

Coklat kemerahan

(3)

Coklat kemerahan

(2)

Coklat kemerahan

(3)

Coklat kemerahan

(4)

Coklat kemerahan

(1)

Kuning tua sampai coklat

kehijauan Bobot jenis

(x±SD)

0,945± 0,003

0,941± 0,000

0,938± 0,001

0,943± 0,002

0,937± 0,003 0,916 – 0,924

Indeks bias

(X±SD)

1,472± 0,000

1,472± 0,000

1,474± 0,000

1,473± 0,000

1,472± 0,000 1,470 – 1,475

Keterangan : 1 5 = bau/ rasa semakin meningkat B. Profil Metabolit dengan GC-MS

Minyak jinten hitam banyak mengandung senyawa kimia. Hasil penelitian

terdahulu melaporkan adanya variasi senyawa kimia maupun kadar relatifnya.

GC-MS merupakan alat yang digunakan untuk analisis profil metabolit sekunder.

Analisis ke-5 produk minyak jinten hitam diamati pada integration area 100000

yang menunjukkan banyaknya senyawa dan kadar relatif yang bervariasi.

Hasil 4 replikasi tiap produk menunjukkan hasil yang tidak presisi hal ini

disebabkan oleh kepekaan instrumen yang tinggi, sehingga perbedaan volume

sampel yang dipengaruhi oleh presisi injeksi sangat menentukan presisi hasil.

Validasi terhadap GC yang pernah dilakukan Grote et al (1999) dimana mulai dari

Page 8: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

6  

preparasi sampel, ekstraksi, pemisahan dan deteksi secara otomatis mendapatkan

SD 1-7%. Sedangkan Natangelo et al (1999) menyebutkan analisis menggunakan

GC-MS tanpa sistem otomatis dengan SD replikasi <15% dapat diterima. Hal ini

menunjukkan hasil analisis 5 produk minyak jinten hitam menggunakan GC-MS

dengan SD replikasi <15% dapat diterima.

Profil kromatogram menunjukkan peak pada menit pertama dengan luas

area yang cukup tinggi adalah propanon yang merupakan pelarut. Munculnya

propanon dalam analisis karena syringe yang digunakan dicuci dengan propanon

dan tidak dibilas lagi dengan sampel yang akan diinjekkan.

Hasil analisis terhadap 5 produk minyak jinten hitam menunjukkan adanya

variasi senyawa metabolit sekunder maupun kadar relatifnya. Senyawa yang

mempunyai kadar relatif tinggi selalu muncul pada kromatogram seperti α-thujen,

p-simen dan timokuinon, tetapi pada senyawa lain yang mempunyai kadar relatif

kecil tidak selalu muncul (Gambar 2).

Hasil analisis spektrum massa ke-5 produk minyak jinten hitam adalah

sebagai berikut: α-thujen, α-pinen, β-pinen, p-simen, limonen, sabinen, y-terpinen,

timokuinon, karvakrol dan junipen. Profil kimia dan gambar struktur senyawa

dapat dilihat pada Tabel 2.

Keberadaan senyawa pada produk minyak jinten hitam berdasarkan kadar

relatifnya dibagi menjadi 2, yaitu senyawa mayor untuk senyawa yang memiliki

kadar relatif tinggi (>5%) dan senyawa minor untuk senyawa yang memiliki kadar

relatif kecil (<5%).

Senyawa α-thujen, p-simen dan timokuinon merupakan senyawa mayor

pada produk A, B, C, dan D. Sedangkan pada produk E semua senyawa yang

muncul pada kromatogram adalah senyawa mayor karena kadar relatifnya besar

tetapi luas areanya lebih kecil daripada yang lain, senyawa tersebut adalah β-

pinen, p-simen, γ -terpinen, cuminil aldehid, asam valerian dan sec-oktilamin.

(a) 1.propanon (Rt:0,867) 2.α-thujen (Rt:2,676) 3.α-pinen (Rt:2,773) 4.β-pinen (Rt:3,324) 5.p-simen (Rt:4,024)

6.limonen (Rt:4,194) 7.bergamol (Rt:6,221) 8.timokuinon (Rt:9,341)

Page 9: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

7  

(b)

(c)

(d)

(e)

Gambar 2. Kromatogram GC-MS Minyak Jinten Hitam Produk A (a), B (b), C (c), D (d) dan E (e). GC-MS: Sistem elektron ionisasi dengan energi ionisasi 70 eV digunakan untuk deteksi GC–MS, gas pembawa Helium (laju alir 2,83mL/menit), suhu kolom diprogram dari 70 sampai 150oC dengan kenaikan 3,5oC/ menit. Sebanyak 0,5µL sampel diinjekkan. Selain produk E ditemukan adanya timokuinon dalam sampel.

Penelitian Toma et al (2000) mendapatkan senyawa p-simen, α-pinen, dan

terpinolen sebagai komponen mayor. Nickavar et al (2003) melaporkan jinten

hitam dari Iran memiliki senyawa mayor p-simen dan trans-anetol. Gerige et al

(2009) dan Singh et al (2005) melakukan penelitian terhadap jinten hitam dari

india, Gerige et al (2009) mendapatkan 4 senyawa mayor yaitu p-simen,

timokuinon, trans-anetol dan longifolen.

1.propanon (Rt:0,858) 2.α-thujen (Rt:2,676) 3.α-pinen (Rt:2,774) 4.sabinen (Rt:3,256) 5.β-pinen (Rt:3,325)

6.p-simen (Rt:4,033) 7.limonen (Rt:4,200) 8.delta-3-carane (Rt:6,223) 9.timokuinon (Rt:9,341)

1.propnon (Rt:0,858) 2.α-thujen (Rt:2,676) 3.α-pinen (Rt:2,774) 4.sabinen (Rt:3,258) 5.β-pinen (Rt:3,326)

6.p-simen (Rt:4,038) 7.limonen (Rt:4,204) 8.delta-3-carane (Rt:6,230) 9.timokuinon (Rt:9,390)

1.propanon (Rt:0,862) 2.α-thujen (Rt:2,674) 3.α-pinen (Rt:2,771) 4.β-pinen (Rt:3,321) 5. p-simen (Rt:4,022)

6.bergamol (Rt:6,219) 7.timokuinon (Rt:9,333)

1.propanon (Rt:0,867) 2.β-pinen (Rt:3,322) 3. p-simen (Rt:4,019) 4.y-terpinen (Rt:4,762) 5.cuminil aldehid (Rt:9,112)

Page 10: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

26  

Tabel 2. Profil Kimia Senyawa dan Pola Fragmentasi

Nama senyawa

Struktur Senyawa

nama IUPAC Rt (menit)

Golongan senyawa BM

Pola fragmentasi Similarity index Sampel Base

peak Willey library Base peak

α-thujen 5-isopropyl-2-methylbicyclo(3.1.0)hex-2-ene

2,669–2,816

Monoterpen hidrokarbon 136

136, 121, 105, 93, 77, 65,41, 39 93

136, 121, 105, 93, 77, 65, 41, 27 93 97%

α-pinen

(1R,5R)-2,6,6-Trimethylbicyclo[3.1.1]hept-2-ene

2,677-2,912

Monoterpen hidrokarbon 136

136, 121, 105, 93, 77, 67, 43, 39 93

136, 121, 105, 93, 77, 67, 53, 39, 27 93 94%

Sabinen 4-methylidene-1-(propan-2-yl)bicyclo[3.1.0]hexane

3,246-3,259

Monoterpen hidrokarbon 136 136, 121, 93, 77, 69,

53, 41, 39 93 136, 121, 105, 93, 77, 65,44, 41, 38 93 93%

β-pinen

6,6-dimethyl-2-methylidenebicyclo(3.1.1)heptane (I)

3,314-3,452

Monoterpen hidrokarbon 136

136, 121, 107, 93, 77, 65, 53, 41, 39 93

136, 121, 107, 93, 77, 65, 53, 41, 38 93 93%

p- simen

1-isoprophyl-4-methylbenzene 4,018-4,081

Monoterpen hidrokarbon 134

134, 119, 103, 91, 77, 65, 51, 39 119

134, 119, 103, 91, 77, 65, 51, 39, 27 119 96%

Limonen 1-methyl-4-(prop-1-en-2-yl)cyclohex-1-ene)

4,189-4,222

Monoterpen hidrokarbon 136 136, 121, 107, 93,

79, 68, 53, 41, 39 68 136, 121, 107, 93, 79, 68, 53, 41, 39, 27 68 91%

γ -terpinen

1-Isopropyl-4-methyl-1,4-cyclohexadiene 4,762-

4,806 Monoterpen hidrokarbon 136

136, 121, 105, 93, 77, 65, 43, 39 93

136, 121, 105, 93, 77, 65, 43, 39, 27 93 93%

Timokuinon

(2-methyl-5-(propan-2-yl)cyclohexa-2,5-diene-1,4dione 9,332-

9,479 Monoterpen

Keton 164 164, 149, 136, 121, 108, 93, 77, 68, 53, 39,

39 164, 149, 136, 121, 108, 93, 77, 68, 53, 50 93 79%

Karvakrol 2-methyl-5(propan-2-yl)phenol 11,932-

12,208 Monoterpen

Alkohol 134 150,135,115,107,91, 77,58,39 135 150,135,115,107, 91, 77,

57,44,40,27 77 77%

Junipen

(1R,2R,7S,9S)-3,3,7-Trimethyl-8-methylenetricyclo [5.4.0.02,9]undecane

15,252-15,393 Seskuiterpen 204

161, 147, 133, 119, 105, 91, 79, 67, 55, 41, 39,

91 204, 189,175,161,147, 133,119,107,91,79,67,55, 41, 27

41 79%

8

Page 11: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

9  

Sedangkan Singh et al (2005) mendapatkan senyawa α-thujen, p-simen,

timokuinon dan longifolen sebagai komponen mayor.

Senyawa p-simen muncul pada ke-5 produk. Selain produk E senyawa p-

simen memiliki kadar relatif yang mirip antar ke-4 produk maupun dengan

penelitian Toma et al (2010) dan Singh et al (2005), tetapi kadar relatif ke-5

produk tersebut lebih besar dari penelitian Gerige et al (2009) dan Nickavar et al

(2003). Senyawa α-thujen muncul dengan kadar relatif yang mirip pada produk A,

B, C dan D. Kadar relatif tersebut lebih besar dari penelitian Gerige et al (2009),

Singh et al (2005) dan Nickavar et al (2003). Sedangkan pada produk E tidak

muncul senyawa α-thujen hal ini sejalan dengan penelitian jinten hitam dari

Tunisia oleh Toma et al (2010). Senyawa γ -terpinen hanya muncul pada produk E

dengan kadar relatif yang lebih besar dari pada penelitian sebelumnya.

Senyawa timokuinon merupakan senyawa marker aktif pada minyak jinten

hitam. Selain produk E senyawa timokuinon muncul pada sampel dengan kadar

relatif antara 24,91±3,39-33,70±2,74. Kadar relatif tersebut lebih besar dari pada

penelitian sebelumnya. Penelitian minyak jinten hitam dari India oleh Singh et al

(2005) dan Gerige et al (2009) menunjukkan kadar relatif senyawa timokuinon

sebesar 11,27% dan 11,8%, sedangkan minyak jinten hitam dari Tunisia maupun

Iran lebih kecil yaitu 1,65 dan 0,6%.

Senyawa yang termasuk dalam senyawa minor pada produk A, B, C dan D adalah α-pinen, sabinen, β-pinen, limonene, karvakrol dan junipen dengan kadar relatif yang mirip. Kadar relatif senyawa α-pinen pada ke-4 produk mirip dengan penelitian terdahulu oleh Nickavar et al (2003), Singh et al (2005), dan Gerige et al (2009), tetapi lebih kecil dari penelitian Toma et al (2010). Kadar relatif senyawa β-pinen mirip antar ke-4 produk maupun dengan penelitian terdahulu. Senyawa limonen memiliki kadar relatif yang mirip antar ke-4 produk maupun dengan penelitian Singh et al (2005), tetapi lebih kecil dari penelitian yang lain. Penelitian Toma et al (2010) menunjukkan kadar relatif senyawa junipen yang mirip dengan ke-4 produk. Senyawa sabinen muncul pada produk A, B dan C dan senyawa karvakrol muncul pada produk A dan D, kedua senyawa tersebut termasuk senyawa minor yang memiliki kadar relatif mirip antar produk maupun dengan penelitian sebelumnya (Tabel 3).

Page 12: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

26  

Tabel 3. Rata-Rata±SD Kadar Relatif (%) Senyawa Metabolit Sekunder Produk Dan Penelitian Sebelumnya

Senyawa Rata-Rata±SD Kadar Relatif (%) Kadar relatif penelitian terdahulu (%)

Produk A Produk B Produk C Produk D Produk E Nickavar et al, (2003)

Toma et al, (2010)

Singh et al, (2005)

Gerige et al, (2009)

α-thujen 13,92±0,32 n=4

14,45±1,44 n=4

13,90±0,48 n=4

13,24±1,21 n=4

- 2,4 - 10,03 2,4

α -pinen 2,82±0,20 n=4

2,96±0,16 n=3

2,96±0,08 n=4

2,62±0,21 n=4

- 1,2 13,75 3,33 1,2

Sabinen 0,89 n=1

1,00 n=1

0,76 n=1

- - 1,4 1,66 1,34 1,4

β -pinen 2,74±0,15 n=4

2,83±3,42 n=3

2,90±0,04 n=4

2,60±0,29 n=4

21,80±2,82 n=4 1,3 3,00 3,78 1,3

ρ - simen 39,10±2,40 n=4

39,35±3,01 n=4

40,73±1,05 n=4

44,77±2,42 n=4

20,42±2,41 n=4 14,8 43,58 36,20 9,0

Limonen 1,62 n=2

1,67±0,12 n=3

1,90±0,14 n=3

1,49 n=1

- 4,3 2,55 1,76 4,3

γ terpinen - - - - 26,22±3,04 n=4 0,5 1,4 0,16 0,5

Timokinon 33,70±2,74 n=4

32,80±2,64 n=4

24,91±3,39 n=4

28,78±0,46 n=4

- 0,6 1,65 11,27 11,8

Karvakrol 2,74 n=1

- - 2,74 n=1

- 1,6 2,53 2,12 3,7

Junipen 1,59 n=2

2,44±0,44 n=3

2,35±0,07 n=4

2,17 n=2

- - 2,41 - -

Ket : n= jumlah kemunculan senyawa pada 4 replikasi

10

Page 13: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

11  

Analisis data Cluster digunakan untuk menggolongkan hasil analisis GC-

MS berdasarkan keberadaan senyawa dan kadar relatifnya. Produk A, B, C dan D

memiliki senyawa dan kadar relatif yang mirip karena hasil analisis data Cluster

menunjukkan ke-4 produk tersebut masuk dalam 1 golongan sedangkan produk E

masuk dalam golongan lain.

Analisis anava satu jalan digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar

senyawa timokuinon pada minyak jinten hitam antar produk. Hasil analisis

menunjukkan senyawa timokuinon pada produk A, B, C dan D menunjukkan

signifikansinya p<0,050 yang berarti signifikan atau dapat dikatakan bahwa ada

perbedaan kadar relatif senyawa timokuinon, setelah dilakukan analisis post hoc

dapat diketahui produk A, B dan C memiliki kadar relatif yang berbeda sedangkan

kadar relatif produk D tidak berbeda dengan produk lainnya. Pada produk E tidak

ditemukan adanya senyawa timokuinon. Analisis data anova timokuinon dapat

dilihat pada.

Penelitian yang telah dilakukan timokuinon dapat berfungsi sebagai

antioksidan, hiperkolesterolemia dan obat radang usus besar (Nader et al, 2010

dan Mahgoub et al, 2003). Beberapa komponen minyak jinten hitam yang lain

memiliki aktivitas antara lain: limonen sebagai antibakterisida α-pinen sebagai

antimikroba sedangkan karvakrol sebagai antibakterisida dan antikoagulan

(Pelczar et al, 1988; Kim et al 1995; Dorman dan Deans, 2000; Enomoto et al,

2001). Tidak munculnya timokuinon pada produk E dapat menyebabkan tidak

munculnya efek terapi karena timokuinon merupakan senyawa marker aktif.

Penelitian sebelumnya juga menyebutkan adanya perbedaan kadar timokuinon

pada 5 produk dari 5 negara dimana kadar tertiggi dari Ethiopia (0,31%b/b) dan

kadar terendah dari Sudan (0,13%b/b) (Al-Saleh et al, 2006).

Adanya perbedaan komposisi senyawa dapat terjadi karena perbedaan

simplisia yang dipakai meliputi umur, asal, waktu dan cara panen, pengeringan

serta proses produksi (Mukherjee et al, 2010). Sebagai contoh Rhizoma

Chuanxiong merupakan salah satu TCM (Traditional Chinese Medicine) yang

digunakan untuk mengobati penyakit kardiovaskuler. Sebagai senyawa mayor

bioaktif adalah senkyunolide A, coniferyl ferulate, Z-ligustilide, ferulic acid, 3-

Page 14: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

12  

butylidenephthalide, riligustilide and levistolide A dapat digunakan sebagai

marker untuk menentukan waktu panen yang terbaik. Hasil penelitian

menggunakan senyawa marker tersebut menunjukkan waktu terbaik untuk panen

Rhizoma Chuanxiong adalah dari pertengahan April sampai akhir Mei (Li et al,

2008).

Perbedaan komposisi dan kadar senyawa dapat mempengaruhi aksi

farmakologinya. Pemberian dosis timokuinon yang tinggi dapat menyebabkan

efek hipoglikemik, perubahan metabolisme hemoglobin dan penurunan jumlah

leukosit dan trombosit (Zaoui et al., 2002). Oleh karena itu perlu adanya kontrol

kualitas obat bahan alam untuk menjamin konsistensi komposisi, keamanan dan

efek terapi obat bahan alam salah satunya dengan standardisasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan: Hasil analisis data cluster menunjukkan selain produk E memiliki

metabolit sekunder yang mirip dengan senyawa mayor α-thujen, p-simen dan

timokuinon. Sedangkan produk E memiliki senyawa mayor β-pinen, p-simen, γ -

terpinen, cuminil aldehid, asam valerian dan sec-oktilamin dengan luas area yang

lebih kecil daripada produk yang lain.Kadar relatif timokuinon produk A, B, C,

dan D berturut-turut yaitu 33,70±2,74;32,80±2,64; 24,91±3,39; 28,78±0,46,

sedangkan pada produk E tidak ditemukan adanya timokuinon.

Saran : Dilakukannya penelitian terhadap produk minyak atsiri jinten hitam

dengan sampel lebih banyak dan dilakukannya standardisasi obat bahan alam

yang mengandung jinten hitam.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulelah dan Zainal Abidin, 2007, In Vivo Anti malarial Tests of Nigella sativa (Black Seed) Different Extracts, American Journal of Pharmacology and Toxicology 2 (2): 46-50.

Al-Saleh, I.A., Billedo, G., El-Doush, I.I., 2006, Levels of selenium, DL-a-

tocopherol, DL-g-tocopherol, all-trans-retinol, thymoquinone and thymol in different brands of Nigella sativa seeds, Journal of Food Composition and Analysis, Vol 19, hlm167–175.

Page 15: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

13  

Arici, M., Sagdic, O., dan Gecgel, U., 2005, Antibacterial Effect of Turkish Black Cumin (Nigella sativa L.) Oils, Grasasy Aceites Vol. 56, 259-262.

BPOM, 2009, Mengenal Jinten Hitam sebagai Obat Bahan Alam, Naturakos, Vol. IV No.12.

BPOM, 2011, Mari Minum Obat Bahan Alam Dan Jamu dengan Baik dan Benar,

InfoPOM, Vol. 12 No. 3 Burits, M., dan Bucar, F., 2000, Antioxidant activity of Nigella sativa essential

oil. Phytother. Res., 14: 323–328. Depkes RI, 1995, Informasi Simplisia Asing, Pengawasan Obat Tradisional,

Dirjen Pengawasan Obat Dan Makanan, DEPKES RI, Jakarta, hal 63-64. Dorman, H.J.D., dan Deans, S.G., 2000, Anti Microbial Agent from Plants:

Antibacterial Activity of Plant Volatile Oil. Journal of applied of mirobiology 88: 308-316.

El-Tahir, K.E.H dan Bakeet D.M., 2006, The Black Seed Nigella sativa Linnaeus

- A Mine for Multi Cures: A Plea for Urgent Clinical Evaluation of its Volatile Oil, J T U Med Sc; 1 (1): 1-19.

Enomoto, S., Asano, R., Iwahori, Y., Narul, T., Okada, Y.,Singab, A.N., dan

Okuyama, T., 2001, Hematological Studies on Black Cumin Oil froms the Seeds of Nigella sativa L. Biological and Pharmaceutical Bulletin (24): 301-310.

Gerige, S.J, Gerige, M.K.Y., Rao, M., dan Ramanjaneyulu, 2009, GC-MS

Analysis Of Nigella Sativa Seeds And Antimicrobial Activity Of Its Volatile Oil, Brazilian Archives Of Biology And Technology, Vol.52, hlm 1189-1192.

Grote, C., Levsen, K., dan Wunsch, G., 1999, An Automatic Analyzer for Organic

Compounds in Water Based on Solid-Phase Microextraction Coupled to Gas Chromatography, Anal. Chem., Vol. 71 (20), Hlm 4513–4518

Goerlich Pharma International, 2007, SPECIFICATION Egyptian Black Cumin

Oil, Am Gewerbering, Germany. Ivankovic, S., Stojkovic, R., Jukic, M., Milos, M., Milos, M., dan Jurin, J., 2006,

The Antitumor Activity of Thymoquinone and Thymohydroquinone in vitro and in vivo, Experimental Oncol, 28, 3, 220–224.

Kamboj, V.P., 2000, Herbal medicine, Current Science, Vol. 78, No. 1

Page 16: makalah honeyp rev akhir - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/20700/20/NASKAH_PUBLIKASI.pdfbahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk memastikan kualitas

 

14  

Kim, J., Marshall, M.R., dan wei, C., 1995. Antibacterial Activity of Some Essential Oil Components Against Five Foodborne Pathogens, Journal of Agricultural and Food Chemistry (43): 2839-2845.

Li, S., Han, Q., Qiao, C., Song, J., Cheng, C.L., dan Xu, H., 2008 Chemical

markers for the quality control of herbal medicines: an overview, Chinese Medicine, 3:7.

Mahgoub, A.A., 2003, Thymoquinone protects against experimental colitis in rats.

Toxicology Letters 143 (2), Hlm 133–143. Mukherjee, P.K., Ponnusankar, S., Venkatesh, P., Gantait, A., dan Pal, B.C.,

2010, Marker Profiling: An Approach for Quality Evaluation of Indian Medicinal Plants, Drug Information Journal, Vol. 45, hlm 1–14.

Nader, M., El- Agamy, D.S., dan Suddek, G.M., 2010, Protective Effects of

Propolis and Thymoquinone on Development of Atherosclerosis in Cholesterol-Fed Rabbits, Egypt, Arch Pharm Res Vol 33, No 4, 637-643.

Natangelo, M., Tavazzi, S., Fanelli, R., dan Benfenati, E., 1999, Analysis Of

Some Pesticides In Water Samples Using Solid-Phase Microextraction–Gas Chromatography With Different Mass Spectrometric Techniques, Elsevier, Vol.859 (2), Hlm 193–201.

Nickavar, B., Mojaba,F., Javidniab, K., dan Amolia, M.A.R., 2003, Chemical

Composition of the Fixed and Volatile Oils of Nigella sativa L.from Iran, Naturforsch. 58c, 629-631.

Pelczar, M.J., Chan, E.C.S., dan Krieg, N.R., 1988, Control of Microorganisms,

The Control Of Microorganisms by Physical Agents, Mirobiology, 469-509.

Singh,G., Marimuthu, P., De Heluani, .S., dan Catalan, C., 2005, Chemical Constituents And Antimicrobial And Antioxidant Potentials Of Essential Oil And Acetone Extract Of Nigella Sativa Seeds, Journal Of The Science Of Food And Agriculture, Vol.85 Hlm 2297–2306.

Toma, C., Simu, G.M., Hanganu, D., Olah, N., Vata, F.M.G., Hammami, C., dan

Hammami, M., 2010, Chemical Composition of the Tunisian Nigella sativa. Note I. Profile on Essential Oil, Farmacia, vol.58, 4.

Yulianti, S., dan Junaedi, E., 2006, Sembuhkan Penyakit dengan Habbatussauda

(jinten hitam), Agromedia, jakarta. Zaoui, A., Cherrah, Y., Mahassini, N., Alaoui, K., Amarouch, H., dan Hassar, M.,

2002, Acute and chronic toxicity of Nigella sativa fixed oil, Phytomedicine 9, 69–74.