makalah hpu

45
HUKUM PERSAINGAN DALAM KAITANNYA DENGAN PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL Hukum persaingan dimaksudkan untuk menegakkan aturan hukum dan memberikan perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha untuk lebih mendorong percepatan pembangunan ekonomi. Hukum persaingan di Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dibuat dengan tujuan menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Adanya pengaturan persaingan usaha yang sehat diharapkan dapat mewujudkan iklim usaha yang kondusif sehingga menjamin kepastian berusaha yang sarna bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil. Keadaan ini akan mencegah terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak sehingga akan tercipta efektifitas den efisiensi dalam kegiatan usaha di Indonesia. Iklim persaingan Indonesia selama tiga dasawarsa di masa Pemerintahan Orde Baru telah mengalami berbagai distorsi antara lain tercipta karena berbagai kebijakan Pemerintah yang memberikan beberapa keistimewaan pada pelaku usaha atau sekelompok pelaku usaha tertentu saja. Keadaan ini tidak menguntungkan dunia usaha dan 1

Upload: jerrymia14

Post on 03-Jul-2015

524 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Hpu

HUKUM PERSAINGAN DALAM KAITANNYA DENGAN PEMBANGUNAN

EKONOMI NASIONAL

Hukum persaingan dimaksudkan untuk menegakkan aturan hukum dan

memberikan perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha untuk lebih

mendorong percepatan pembangunan ekonomi. Hukum persaingan di Indonesia

sebagaimana dituangkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

dibuat dengan tujuan menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi

ekonomi nasional dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Adanya

pengaturan persaingan usaha yang sehat diharapkan dapat mewujudkan iklim

usaha yang kondusif sehingga menjamin kepastian berusaha yang sarna bagi

pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil. Keadaan ini

akan mencegah terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha yang tidak

sehingga akan tercipta efektifitas den efisiensi dalam kegiatan usaha di Indonesia.

Iklim persaingan Indonesia selama tiga dasawarsa di masa Pemerintahan Orde

Baru telah mengalami berbagai distorsi antara lain tercipta karena berbagai

kebijakan Pemerintah yang memberikan beberapa keistimewaan pada pelaku

usaha atau sekelompok pelaku usaha tertentu saja. Keadaan ini tidak

menguntungkan dunia usaha dan memperlebar kesenjangan kemampuan berusaha

diantara para pelaku usaha. Terjadi banyak praktek-praktek monopoli seperti

_antara lain praktek kartel, penetapan harga (price fixing), persekongkolan

(conspiracy) den sebagainya.

Dalam Keterangan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang GBHN pada Kondisi

Umum dinyatakan bahwa upaya mengatasi krisis ekonomi beserta dampak yang

ditimbulkannya telah dilakukan melalui proses reformasi di bidang ekonomi,

tetapi hasilnya belum memadai karena: (1) penyelenggaraan negara di bidang

ekonomi selama ini dilakukan atas dasar kekuasaan yang terpusat dengan campur

tangan Pemerintah yang terlalu besar, sehingga kedaulatan ekonomi tidak berada

di tangan rakyat dan mekanisme pasar tidak berfungsi secara efektif, (2)

kesenjangan ekonomi yang meliputi kesenjangan antarsa pusat dan daerah, antar

1

Page 2: Makalah Hpu

pelaku dan antar golongan pendapatan telah meluas keseluruh aspek kehidupan

sehingga struktur ekonomi tidak kuat yang ditandai dengan berkembangnya

monopoli serta pemusatan kekuatan ekonomi di tangan sekelompok_ kecil

masyarakat dan daerah tertentu.

Suatu undang-undang larangan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat yang

efektif merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan pembangunan ekonomi

nasional. Hukum persaingan menentang konsentrasl ekonoml yang berkaitan

dengan cara mengatur kehidupan ekonomi melalui suatu peraturan perundang-

undangan.# (Krud Hansen, 2001: et al)

Pelaku usaha dalam menjalankan usahanya selalu bersaing. Persaingan ada yang

dilakukan secara positif dan negatif. Persaingan yang dilakukan secara negatif,

atau sering diistilahkan sebagai persaingan tidak sehat. akan berakibat pada #

(Hikmahanto J.,1999: 32), (1) matinya atau berkurangnya persaingan antar pelaku

usaha, (2) timbulnya praktek monopoli yaitu pasar dikuasai hanya oleh pelaku

usaha tersebut, (3) kecenderungan pelaku usaha untuk mengeksploatasi konsumen

dengan cara menjual barang yang mahal tanpa kualitas yang memadai.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah upaya mewujudkan iklim

persaingan usaha yang sehat dalam rangka pembangunan ekonomi nasional

Usaha mewujudkan iklim persaingan yang sehat. Sebagai upaya mewujudkan

iklim persaingan yang sehat Undang-undang Nomor 5/1999 memberikan

ketentuan antara lain (1) perjanjian yang dilarang, -(2) kegiatan yang dilarang, (3)

larangan penyalahgunaan posisi domain

1 Perjanjian yang dilarang Perjanjian menurut Pasal 1 ayat (7) UU No 5/1999

adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengingatkan diri

terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun. baik tertulis

mapun tidak tertulis

Menurut ketentuan pasal ersebut, pihak-pihak yang melakukan perjanjian adalah

para pelaku usaha. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha,

baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik

2

Page 3: Makalah Hpu

Indonesia, baik sandiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,

menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi (Pasal 1 ayat

(5) UU No.5/1999)

Beberapa Perjanjian yang dilarang oleh UU No. 5/1999 antara lain adalah

Perjanjiaj tertutup. Pasal 15 ayat (1) UU No. 5/1999 menyebutkan bahwa pelaku

usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat

persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan

memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak

tertentu dan atau pada tempat tertentu.

Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (2) UU No. 5/1999 juga melarang perjanjian yang

dibuat oleh pelaku usaha dengan pihak lain yang memuat persyaratan bahwa

pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang

dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok.

Pelaku usaha juga dilarang oleh ketentuan Pasal15 ayat (30 UU No.5/1999

membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga tertentu atas barang dan

atau jasa yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang

dan atau jasa dari pelaku usaha pemasok harus bersedia membeli barang dan atau

jasa dari pelaku usaha pemasok; atau tidak akan membeli barang dan atau jasa

yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain menjadi pesaing dari.pelaku usaha

pemasok. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat diketahui bahwa larangan

adanya perjanjian tertutup ini bersifat per si illegal. Setiap perjanjian tertutup

secara inheren dilarang secara mutlak tanpa melihat ada atau tidak dampak negatif

bagi persaingan tanpa perlu pembuktian sebelumnya, Pelanggaran perjanjian

tertutp sebagai larangan yang bersifat per si illegal dikarenakan perjanjian tertutup

ini berpotensi besar menghambat perdagangan dan persaingan yang kompetitif.

Kartel. Perjanjian kartel dilarang menurut Pasal 11 UU No. 5/1999 yang memuat

ketentuan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha

saingannya. yang bermaksud mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan

tata pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Berdasarkan ketentuan Pasal 11 tersebut maka perjanjian kartel dilarang secara

3

Page 4: Makalah Hpu

rule of reason dalam artian memerlukan pembuktian terlebih dahulu akan adanya

hambatan bagi perdagangan dan persaingan yang diakibatkan oleh kartel tersebut.

Integrasi Vertikal. Pengertian Integrasi vertikal adalah penguasaan serangkaian

proses produksi atas barang tertentu mulai dari hulu sampai hilir atau proses yang

berlanjut atas suatu layanan jasa tertentu oleh pelaku usaha tertentu (Penjelasan

Pasal 14 alenia 1 UU No'. 5/1999).

Pasal 14 Undang-undang No.5 Tahun 1999 memuat ketentuan sebagai

berikut: .Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain

yang bertujuan untuk menguasai sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian

produksi barang atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi

merupakan hasil pengolohan atau proses lanjutan, baik deism satu rangkaian

langsung maupun tidak langsung. yang dapat mengakibatkan terjadinya

persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat" ,

Berdasarkan ketentuan tersebut maka Undang-Undang No.5 Tahun 1999

mengkatagorikan integrasi vertikal sebagai salah satu perjanjian yang dilarang

secara rule of reason. Perjanjian antar pelaku usaha dengan pelaku usaha lain

untuk menguasai sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi atau

lazim disebut dengan integrasi vertikal dilarang apabila telah terbukti

mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan tak merugikan

masyarakat

Olgopseni. Oligopseni menurut Pasal 13 ayat (1) UU No. 5/1999 adalah

perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain yang bertujuan

untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar

dapat mengedalikan harga atas barang dan atau jasa dalam pasar yang

bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat.

2. Kegiatan yang dilarang: Undang-Undang No.5/1999 mengatur mengenai

beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha, antara lain: Monopoli.

Monopoli menurut Pasal 17 ayat (1) den (2) UU no. 5/1999 adalah penguasaan

atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa oleh pelaku usaha apabila

barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substansinya; atau

4

Page 5: Makalah Hpu

mengakibatkan pelaku usaha lain yang mempunyai kemampuan bersaing yang

signifikan dalam pasar yang bersangkutan tidak dapat masuk ke dalam persaingan

usaha barang dan atau jasa yang sama; atau satu pelaku usaha atau satu kelompok

pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu

jenis barang atau jasa tertentu.

Pasal 17 UU No. 5/1999 mengkategorikan monopoli sebagai salah satu kegiatan

yang dilarang secara rule of reason. Harus dilakukan pembuktian bahwa pelaku

usaha yang melakukan monopoli telah mengakibatkan praktek monopoli yaitu

pemutusan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang

mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau

jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat

merugikan kepentingan umum

Monosoni. Monosoni adalah keadaan dimana pelaku usaha menguasai penerimaan

pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar

bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat (Pasal18 ayat 1 UU No. 5/1999)

Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan atau

menjadi pembeli tunggal apabila satu pelaku usaha menguasai lebih dari 50%

(lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu (Pasal 18 ayat

(2) UU No. 5/1999).

Berdasarkan ketentuan Pasal18 (1) tersebut maka monopsoni dilarang secara rule

of reason. Adanya dugaan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 18 tersebut

memerlukan pembuktian bahwa pelaku usaha yang menguasai pasokan atau

menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa itu telah terbukti menimbulkan

akibat negatif bagi persaingan.

Penguasaan Pasar. Penguasaan pasar merupakan salah satu bentuk kegiatan yang

dilarang oleh UU No. 5/1999 yaitu larangan adanya satu atau beberapa kegiatan

yang dilakukan pelaku usaha, balk sendiri maupun bersama pelaku usaha lain,

yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha

tidak sehat berupa (Pasal 19 UU No.5/1999): (a) menolak dan atau menghalangi

pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar yang

5

Page 6: Makalah Hpu

bersangkutan; atau (b) menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha

persaingan untuk tidak melakukan hubungan dengan pelaku usaha pesaingnya;

atau (c) membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar

bersangkutan; atau (d) melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha

tertentu.

Pelaku usaha juga dilarang melakukan pemasokan barang dan jasa dengan cara

menjual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk

menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga

dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat (Pasal20 UU No. 5/1999).

Predatory pricing menurut ketentuan dalam pasaI 20 tersebut termasuk salah satu

kegiatan yang dilarang rule of reason. Untuk itu harus dilakukan pembuktian

bahwa upaya menjual rugi atau penetapan harga yang' sangat rendah itu

dimaksudkan pelaku usaha tersebut untuk menyingkirkan atau mematikan usaha

pesaingnya dan bukan dimaksudkan untuk cuci gudang.

Pelaku usaha juga dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya

produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari kamponen harga dan atau

jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat (Pasal 21

UU No. 5/1999).

Kecurangan penetapan biaya yang dilarang oleh ketentuan Pasal 21 tersebut

merupakan kegiatan yang dilarang secara rule of reason sehingga memerlukan

upaya pembuktian yang dapat dilihat dengan adanya indikasi biaya yang

dimanipulasi yaitu harga yang lebih rendah daripada harga yang sebenarnya.

Posisi Dominan. Posisi dominan adalah keadaan dimana pelaku usaha tidak

mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan

pangsa pasar yang dikuasai. Posisi dominan dapat pula terjadi apabila pelaku

usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan,

kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk

menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu (Pasal1 ayat (4)

UU No. 5/1999)

Pelaku usaha dinilai mempunyai posisi dominan, apabila (Pasal 25 ayat (2) UU

6

Page 7: Makalah Hpu

No. 5/1999: (a) satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai

50% (lima puluh persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa

tertentu; atau (b) dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha

menguasai 75% (tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis

barang atau jasa tertentu. Penting untuk diperhatikan berkaitan dengan posisi

dominan ialah ada atau tidaknya penyalahgunaan posisi dominan (Abuse of

dominat position). Pelaku usaha tidak diperbolehkan menyalahgunakan posisi

dominan tersebut untuk melakukan kegiatan yang dilarang, sebagai berikut (Pasal

25 ayat (1) UU No. 5/1999): (a) menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan

tujuan untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan

atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas atau (b) membatasi

pasar dan pengembangan teknologi; atau (c) menghambat pelaku usaha lain yang

berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan.

2. Jabatan Rangkap; Pasal; 26 UU No. 5/1999 menentukan bahwa seseorang yang

menduduki jabatan sebagai Direksi atau Komisaris dari suatu ,perusahaan. Pada

waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjdi Direksi atau Komisaris pada

perusahaan lain. apabila perusahaan-persahaan tersebut: (a) berada dalam pasar

bersangkutan yang sama; atau (b) memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang

dan atau jenis usaha; atau (c. secara bersama dapat menguasai pangsa pasar

barang dan atau jasa tertentu, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Penjelasan atas Pasal 26 tersebut

khususnya huruf (b) menyatakan bahwa perusahaan memiliki keterkaitan yang

erat apabila perusahaan-perusahaan tersebut saling mendukung atau berhubungan

langsung dalam proses produksi, pemasaran. atau produksi dan pemasaran.

Berdasarkan ketentuan di atas, praktek jabatan rangkap (interlocking directorate)

merupakan kegiatan yang dilarang secara rule of reason. Sehingga memerlukan

pembuktian terjadinya praktek monopoli den atau persaingan usaha tidak sehat

yang diakibatkan oleh kegiatan tersebut.

3. Pemilikan Saham; Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada

beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang

sarna pada pasar bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan

7

Page 8: Makalah Hpu

yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan yang sama,

apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan (Pasal 27 UU No. 5/1999): (a) satu

pelaku usaha atau satu kelompok usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh

persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; (b) dua atau tiga pelaku

usaha atau kelompok uasaha menguasai lebih dari 75% (tujuh pluh lima persen)

pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu. Adanya larangan mempunyai

saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis tersebut disebabkan pelaku

usaha tersebut disebabkan pelaku usaha tersebut dapat menentukan kebijakan

perusahaan-perusahaan itu dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Oleh

sebab itu menurut ketentuan Pasal 27 UU No. 5/1999, pemilikan saham mayoritas

dilarang secara per se illegal yang berarti harus dilarang dengan sendirinya tanpa

perlu unsur pembuktian adanya dampak buruk bagi persaingan.

Kesimpulan: Berdasarkan pembahasan yang dikemukakan, dapat diambil

kesimpulan bahwa upaya untuk mewujudkan iklim persaingan yang sehat dalam

meningkatkan pembangunan ekonomi dapat ditempuh melalui adanya larangan

terhadap pelaku usaha melakukan perjanjian, kegiatan serta posisi dominan yang

ditetapkan dalam UU No, 5/1999. perjanjian-perjanian yang dilarang adalah

Oligopoli; Pembagian wilayah (market allocation); Kartel; Trust; Penetapan

Harga baik yang vertikal maupun horisontal; Pemboikotan; Perjanjian Tertutup;

Ologopsoni; Intregrasi Vertikal; Perjanjian dengan pihak luar negeri yang

mengakibatkan persaingan . tidak sehat. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang

dilarang adalah; Monopoli; Monopsoni; penguasaan Pasar; Jual rugi atau banting

harga; Kecurangan penetapan biaya; Persekongkolan. Yang juga dilarang oleh UU

No.5/1999 adalah: Posisi Dominan: Jabatan rangkap; Pemilikan saham;

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalilan.

Saran: Berbagai larangan terhadap perjanjian-perjanian maupun kegiatan-kegiatan

yang dilakukan para pelaku usaha sebagai salah satu upaya mewujudkan iklim

persaingan yang sehat demi pembangunan ekonomi nasional harus lebih didukung

oleh kebijakan pemerintah yang mendorong penetapan iklim kompetitif yang

wajar dan kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi semua pelaku usaha.

8

Page 9: Makalah Hpu

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Trust

A. Istilah dan Pengertian

Menurut Pasal 12 UU No. 5 tahun 1999 Trust adalah pembentukan suatu

gabungan perusahaan baru. Disini pelaku –pelaku usaha yang membentuk suatu

gabungan perusahaan tersebut tetap mempertahankan kelangsungan hidup

masing-masing perusahaannya atau perseroannya. Pendirian satu gabungan

perusahaan baru seperti ini dilarang oleh undang-undang ini, apabila hal ini

bertujuan agar para pelaku usaha tersebut dapat mengontrol produksi dan

pemasaran suatu barang atau jasa tertentu. Perilaku ini dapat mengakibatkan

terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.

Mengenai pengertian trust, Edilius dan Sudarsono mengartikan sebagai berikut :

a. Perusahaan gabungan yang diadakan untuk melakukan pengawasan

produksi atau distribusi barang atau jasa tertentu baik secaramonopoli.

b. Penyerahan harta untuk diatur atau dikelola orang lain.

Pengertian lain mengenai trust dikemukakan oleh Komaruddin yang

memberikan pengertian, trust adalah suatu bentuk pemusatan dari badan usaha

dan usaha yang harta miliknya disatukan. Pada bentuk trust, sejumlah badan-

badan usaha secara yuridis berdiri sendiri, dalam arti ekonomik kehilangan

kemerdekaan mereka.Sebagian besar modal saham mereka berada dalam tangan

sebuahorgan (badan) yang mengendalikannya. Trust terbentuk dengan

caradidirikan sebuah "holding company" atau melalui fusi (peleburan)badan-

badan usaha.

9

Page 10: Makalah Hpu

B. Proses Pembentukan Trust

Terdapat tiga macam cara pemusatan yang mungkin untuk trust.Mungkin

dalam bentuk konsentrasi mendatar (horizontal), mungkin konsentrasi menegak

(vertikal) atau mungkin pula konsentrasi sejajar (paralel).

1. Konsentrasi horizontal

Konsentrasi horizontal ialah pemusatan dari beberapa Badan Usaha yang

pemecahanya sama.misalnya usaha pemusatan untuk Pabrik Kertas, Pabrik kertas

dan pabrik kertas. Perusahaan-perusahaan No.1 s/d No.5 merupakan perusahaan-

perusahaan sejenis. Motivasi dan tujuan yang kuat dari konsentrasi horizontal

terutama untuk memperoleh harga pokok yang rendah, untuk meringankan resiko

dan untuk dapat menguasai pasar. Konsentrasi horizontal itu dalam beberapa segi

dapat merasionalisasikan produksi, mencegah investasModal yang berlebih-

lebihan dan dalam segi lainnya dapat mengadakanpenghematan atas ongkos

perusahaan.

2. Konsentrasi vertikal

Konsentrasi vertikal ini adalah gabungan dari beberapa badanusaha yang

menghasilkan barang-barang berturut"turut yang merupakanlajur perusahaan

dalam proses produksi, rnenjadi satu badan usaha.Misalnya saja suatu

penggabungan harta rnilik badan usaha-badanmenjadi satu dengan manajernen

yang sarna. Pada dasarnya konsentrasi vertikal ini bisa dirnulai dari proses

produksi yang pertama hingga melayani konsurnen.Jadi dalarn konsentrasi

vertikal badan usaha rnerupakan rangkaian dalarn proses produksi dilebur rnenjadi

satu.

1 Perusahaan No.1, rnisalnya rnerupakan perusahaan menggali bij besi.

2 Perusahaan No.2; rnerupakan peleburan besi yang rnenghasilkan

potongan-potongan besi/baja.

10

Page 11: Makalah Hpu

3 Perusahaan No.3, rnisalnya rnerupakan perusahaan yang membuat

mesin-rnesin;

4 Perusahaan No.4 adalah perusahaan pengepakan

5 Perusahaan No.5, merupakan pe rusahaan transport

3. Konsentrasi paralel

Konsentrasi paralel ini merupakan penggabungan beberapa badan usaha

yang memproduksi atau menjual barang-barang yang berlainantetapi untuk

pesanan yang sama. Contoh pemusatan ini ialahpenggabungan badan usaha-badan

usaha yang beroperasi dalam perkebunan kina, teh, kopi, dan karet di dalam satu

konsentrasi dan penggabungan manajemen yang sarna.Seperti konsentrasi-

konsentrasi lainnya, konsentrasi paralel punmembawa akibat-akibat terhadap

tingkatan efisiensi dan kemungkinankerugian yang akan diderita.

a. Efisiensi terhadap ongkos-ongkos bisa terjadi karena konsentrasi paralel, sebab

ongkos-ongkos seperti untuk reklame, organisasi dan manajemen penjualan

digabungkan. Syarat-syarat penjualan dapat lebih baik dan tepat serta

menyenangkan.

b. Bilamana terdapat suatu macam barang yang merugikan, kerugian ini dapat

ditimbun oleh keuntungan-keuntungan dari barang lainnya. Dengan cars itu maka

resiko mereka dapat didistribusikan diantara para anggota yang terkonsentrasi di

dalam trust itu. Kompensasi seperti itu akan memberikan suasana tenang bagi

perusahaanperusahaan. Sebagai suatu bentuk konsentrasi badan usaha-badan

usaha,merupakan gejala sosial dan ekonomis. Karena trust-trust dunia

banyakpengaruhnya terhadap pasar, maka fenomena-fenomena itumenimbulkan

pro dan kontra. Diakui pula disamping pengaruh positifterhadap kehidupan

ekonomis, didalamnya banyak pula membawa kesulitan-kesulitan. Di antara

kebaikan-kebaikan karena berdirinya trust terhadap masyarakat misalnya dalam

harga-harga produksi yang dibuat oleh trust bukan dengan cara meninggikan

harga barang-barang tetapi dengan merendahkan harga pokok. Rasionalisasi

dengan cara teknik, organisasi dan manajemen yang tepat membawa trust ke titik

11

Page 12: Makalah Hpu

efisiensi yang tinggi. Dengan cara itu pula maka biaya dapat ditekan sehingga

harga-harga barang produksi trust itu menjadi rendah pula.

C. Persentuhan Trust Dengan UU No.5 Tahun 1999

Dengan diberlakukannya UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, jelas praktek trust sudah tidak dapat

dipertahankan di Indonesia. Menurut Pasal 1 ayat (1) dari Undang-undang Anti

Monopoli yang dimaksud dengan monopoli adalah suatu penguasaan stag

produksi dan atau pemasaran barang dan atau stag penggunaan jasa tertentu oleh

satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Sedangkan yang dimak~ud

dengan praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau

lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran

barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat

dan dapat merugikan kepentingan umum, lihat Pasal 1 ayat (2) dari Undang-

undang Anti Monopoli. Seandainya trust dapat merebut kedudukan monopoli,

memang ada sisi positif dan negatifnya. Unsur positif dari monopoli ini adalah

bahwa trust dapat menyesuaikan penawaran terhadap permintaan, akibatnya,

harga tidak akan labil. Sedangkan aspek negatifnya adalah kedudukan monopoli

yang telah dicapai trust dapat menghancurkan perusahaan-perusahaan kecil yang

biaya produksinya sedang menanjak. Terdesaknya perusahaan-perusahaan yang

lemah ini berarti akan menyebabkan pengangguran-pengangguran bagi buruh

yang bekerja pada perusahaan yang kecil itu. Sisi negatif trust lainnya adalah

bahwa trust itu tidak hanya mempersulit pekerja yang bekerja di luar lingkungan

trust, tetapi malahan iapun dapat menambah kesukaran bagi pekerja yang berada

di dalam lingkungan trust itu. Karena pekerja-pekerja itu sekarang lebih banyak

tergantung kepada trust. Monopoli yang dicapai trust akan menyebabkan seorang

buruh dengan keahliannya, tertutup untuk mencoba memilih perusahaan lain.

12

Page 13: Makalah Hpu

2.2 Pengertian Kartel

A. Istilah dan Pengertian

Istilah kartel terdapat da1am beberapa bahasa seperti "cartel" dalam

bahasa Inggris dan "kartel" dalam bahasa Belanda. "Cartel" disebut juga

"syndicate" yaitu suatu kesepakatan (tertulis) antara beberapa perusahaan

produsen dan lain-lain yang sejenis untuk mengatur dan mengendalikan berbagai

hal, seperti harga, wilayah pemasaran dan sebagainya, dengan tujuan menekan

persaingan dan meraih keuntungan. Sedangkan berdasarkan Pasal 11 UU No. 5

tahun 1999 Kartel adalah suatu perjanjian antara usaha dengan pelaku usaha

pesaingnya dengan maksud untuk mengatur produksi barang dan pemasarannya

atau untuk mengatur pelayanan jasa tertentu. Dengan adanya pengaturan seperti

ini akan mengganggu persaingan usaha yang sehat dalam pasar. Oleh karena itu

perjanjian seperti ini dilarang oleh undang-undang ini. Selanjutnya menurut

Winardi kartel itu merupakan gabungan atau persetujuan (conventie) antara

pengusaha-pengusaha yang secara yuridis dan ekonomis berdiri sendiri. Untuk

mencapai sasaran; peniadaan sebagian atau seluruh persaingan antar pengusaha,

untuk dapat menguasai pasar, hat mana biasanya tujuan pembentukan kartel,

diperlukan syarat bahwa kartel mencakup bagian terbesar dari badan. badan usaha

yang ada, dengan ketentuan bahwa mereka menggarap pasaran yang

bersangkutan. Berdiri sendirinya badan.badan usaha tersebut, membedakan kartel

dengan bentuk.bentuk trust dan konsern. Hal tersebut tetap dipertahankan

sekalipun kerjasama pada penjualan demikian jauh hingga dibentuk suatu kantor

penjualan bersama (gemeinschappelijk - verkoopkantoor) yang membagi pesanan-

pesanan menurut ketentuan- ketentuan yang ditetapkan atas badan-badan usaha

yang menjadi anggota.

13

Page 14: Makalah Hpu

B. Jenis-jenis Kartel

1. Kartel harga pokok (prijskartel)

Di dalam kartel harga pokok, anggota-anggota menciptakan peraturan

diantara mereka untuk perhitungan ka.Jkulasi harga pokok dan besarnya Isba.

Pada

kartel jenis ini ditetapkan harga-harga penjualan bagi para anggota kartel. Benih

dari persaingan kerapkali juga datang dari perhitungan Isba yang akan diperoleh

suatu badan usaha. Dengan menyeragamkan tingginya labs maka persaingan

diantara mereka dapat dihindarkan.

2. Kartel harga

Dalam kartel ini ditetapkan harga minimum untuk penjualan barang-barang

yang mereka produksi atau perdagangkan. Setiap anggota tidak diperkenankan

untuk menjual barang-barangnya dengan harga yang bebas rendah daripada harga

yang telah ditetapkan itu. Pada dasarnya anggota-anggota itu diperbolehkan

menjual

di atas penetapan harga akan tetapi atas tanggung jawab sendiri.

3. Kartel syarat

Dalam kartel ini memerlukan penetapan-penetapan di dalam syarat-syarat

penjualan misalnya. Kartel juga menetapkan standar kwalitas barang yang

dihasilkan

atau dijual, menetapkan syarat-syarat pengiriman. Apakah ditetapkan loco

gudang,

Fob, C & F, Cif, embalase atau pembungkusan dan syarat-syarat pengiriman

lainnya,

yang dikehendaki adalah keseragaman diantara para anggota yang tergabung

dibawah kartel.

Keseragaman itu perlu di dalam kebijaksanaan harga, sehingga tidak akan

terjadi persaingan diantara mereka.

4. Kartel rayon

Kartel rayon atau kadang-kadang juga disebut kartel wilayah pemasaran

14

Page 15: Makalah Hpu

untuk mereka. Penetapan wilayah ini kemudian diikuti oleh penetapan harga

untuk

masing-masing daerah. Dalam pada itu kartel rayon pun menentukan pula suatu

peraturan bahwa setiap anggota tidak diperkenankan menjual barang-barangnya di

daerah. lain. Oengan ini dapat dicegah persaingan diantara anggota, yang

mungkin harga-harga barangnya berlainan.

5. Kartel kontigentering

Di dalam jenis kartel ini, masing-masing anggota kartel diberikan jatah dalam

banyaknya produksi yang diperbolehkan. Biasanya perusahaan yang

memproduksi

lebih sedikit daripada jatah yang sisanya menurut ketentuan, akan diberi premi

hadiah. Akan tetapi sebaliknya akan didenda. Maksud dari peraturan ini adalah

untuk

mengadakan restriksi yang ketal terhadap banyaknya persediaan sehingga harga

barang-barang yang mereka jual dapat dinaikkan. Ambisi kartel kontingentering

biasanya untuk mempermainkan jumlah persediaan barang dan dengan cara itu

harus berada dalam kekuasaannya.

6. Sindikat penjualan atau kantor sentral penjualan

Di dalam kartel penjualan ditentukan bahwa penjualan hasil produksi dari

anggota harus melewati sebuah badan tunggal ialah kantor penjualan pusat.

Persaingan diantara mereka akan dapat dihindarkan karenanya.

7. Kartellaba atau pool

Di dalam kartel laba, anggota kartel biasanya menentukan peraturan yang

berhubungan dengan laba yang mereka peroleh. Misalnya bahwa laba kotor harus

disentralisasikan pada suatu kas umum kartel, kemudian laba bersih kartel,

dibagibagikan

diantara mereka dengan perbandingan yang tertentu pula.

15

Page 16: Makalah Hpu

C. Unsur-unsur Positif dan Negatif dari Kartel

1. Unsur positif dari kartel

a. Karena kartel itu dapat melaksanakan rasionalisasi, maka kemungkinan sekali

harga barang-barang yang dijual diproduksi kartel tersebut cenderung turun pula.

Dalam suatu keadaan, turunnya harga yang disebabkan turunnya harga pokok

(akibat rasionalisasi), bisa jadi tanpa pemecatan pekerja-pekerja. Dengan

demikian kedudukan para pekerja lebih stabil jika dibandingkan dengan

kedudukan mereka di dalam persaingan bebas, sebab dalam persaingan bebas

seandainya kartel hendak merendahkan harga pokok, para pekerja itu dapat

dikeluarkan.

b. Kedudukan monopoli dari kartel di pasar menyebabkan kartel mempunyai

posisi yang baik di dalam menghadapi persaingan, sehingga demikian pulalah

dalam hat buruh.

c. Kebaikan-kebaikan kartel bagi badan usaha-badan usaha yang tergantung

didalamnya yaitu : resiko penjualan barang-barang yang dihasilkan dan resiko

kapital para anggota dapat diminimalkan, karena baik produksi maupun penjualan

dapat diatur dan dijamin jumlahnya. Hubungan perburuhan dan manajemen

personalia mungkin dapat lebih tenang, karena ketegangan-ketegangan yang

disebabkan tuntutan kenaikan upah atau kenajkan kesejahteraan pekerja lainnya

dapat lebih mudah dikabulkan oleh pengusaha atau manajer.

2. Unsur negatif dari kartel

a. Keburukan kartel bagi para anggota-anggota, misalnya kegiatan para pengusaha

dan manajer tingkat tinggi yang tergabung di dalam kartel itu hiss berkurang,

lantaran Isba yang diperoleh bagi anggota secara individuil, adalah hampir stabil

dan lebih pasti. Giat atau tidak giat anggota kartel itu akan memperoleh laba yang

hampir tetap, walaupun laba ini mung kin dihisap dari anggota lainnya yang

memperoleh Isba yang lebih besar dari anggota yang tidak giat.

16

Page 17: Makalah Hpu

b. Peraturan~peraturan yang dibuat bersama diantara mereka dengan sanksi-sanksi

intern kartel itu akan mengikat kebebasan para anggota yang bergabung di dalam

kartel ini.

c. Dalam berbagai kemungkinan, saingan kartel dapat menyelundup ke dalam

anggota kartel.

d. Dalam kehidupan masyarakat luas, kartel dianggap sebagai sesuatu yang

merugikan masyarakat, karena kartel itu praktis dapat meninggikan harga dengan

gaya yang lebih leluasa dari pads di dalam pasar bebas D. Kedudukan KarteS

Ditinjau dari UU No.5 Tahun 1999.

Dengan diundangkannya UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka praktek bisnis kartel

sebenarnya kurang tepat diberikan beroperasi dalam sistim perekonomian

nasional.

Melihat berbagai jenis praktek kartel yang dapat muncul dalam dunia bisnis, maka

nampak bahwa praktek monopoli dapat terjadi dalam berbagai lapangan/sektor

kegiatan bisnis yang dilakukan oleh sekelompok pengusaha secara bersama-sama,

sebab salah satu praktek karte! itu adalah penguasaan produk sejumlah produksi

oleh sekelompok pengusaha yang tergabung dalam satu kartel.

Praktek kartel walaupun dapat menghasilkan barang dan jasa dengan harga murah,

tetapi dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat yang merusak sendi-sendi

perekonomian masyarakat. Praktek seperti ini dilarang sepanjang menimbu1kan

persaingan usaha tidak sehat den atau merugikan masyarakat (lihat Pasal I 14 UU

No.5 Tahun 1999).

Pasal 11

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian,dengan pelaku usaha

pesaingnya,yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur

produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa,yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat.

17

Page 18: Makalah Hpu

Pasal tersebut memiliki unsur-unsur sebagai berikut,

Contoh Kasus Kartel

Bandung - RoL--Staf Ahli Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI),

Ashwin Pulungan, mengatakan, sekitar empat ribu peternak ayam di tanah air

terpaksa menganggur akibat kenaikan harga DOC (day old chick/anak ayam

berusia sehari) dari Rp2.800/ekor menjadi Rp4.000/ekor sejak sebulan lalu.    

"Meski demikian, dari keempat ribu peternak ayam itu ada juga yang tetap

berusaha, meski hanya bekerja sebatas menyewakan kandang, sedangkan

ayamnya dari perusahaan besar," katanya kepada Antara di Bandung, Sabtu.

     Menurut Ashwin, kalangan peternak rakyat tersebut sudah tidak mampu lagi

mengeluarkan modal untuk membeli DOC semahal itu, ditambah lagi dengan

terjadinya kenaikan harga pakan ayam dari Rp2.600/kilogram menjadi

Rp3.000/kilogram.

    Ia juga mengatakan, usaha peternakan ayam pada 2006 merupakan usaha

terburuk bagi kalangan peternak di tanah air setelah sebelumnya terkena berita

kasus flu burung.

     "Saat ini jumlah peternak ayam di tanah air menurun drastis. Semula ada

sekitar 80 ribu peternak, kemudian menyusut menjadi delapan ribu akibat adanya

flu burung. Kemudian ada kenaikan harga DOC, dan jumlah peternak turun

kembali menjadi empat ribu peternak yang aktif," katanya.

     Selain itu, menurut dia persediaan DOC di pasaran juga mulai langka, sehingga

kalangan peternak rakyat yang masih aktif bekerja kesulitan untuk

mendapatkannya.

     Ia memperkirakan, kondisi yang dialami kalangan peternak ayam seperti itu

merupakan akibat dari adanya permainan perusahaan besar untuk memperoleh

keuntungan besar tanpa memperdulikan peternakan milik rakyat.

     "Oleh karena itu pemerintah harus menindak kartel dan monopoli dalam

pengadaan DOC tersebut serta bagaimana mengatur mekanisme pasarnya. Upaya

18

Page 19: Makalah Hpu

itu sangat penting untuk menolong peternakan ayam milik rakyat," katanya.

antara/mim

MEMUTUSKANMenyatakan bahwa tidak ditemukannya pelanggaran terhadap Pasal 11 UndangundangNomor 5 Tahun 1999 oleh Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV,dan Terlapor V;--------------------------------------------------------------------------------------------Demikian putusan ini ditetapkan dalam Sidang Majelis Komisi pada hari Kamis,

tanggal 22 Agustus 2002 dan dibacakan dimuka persidangan yang dinyatakan

terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal 27 Agustus

2002.-------------------------------------------------------------------Kami anggota

Komisi, Bambang P. Adiwiyoto, sebagai Ketua Majelis, Erwin Syahril, Faisal

Hasan Basri, Pande Radja Silalahi, dan Sutrisno Iwantono, masing-masing

sebagai Anggota,

dibantu oleh Dedy Sani Ardi, Dewi Sita Yuliani, M. Noor Rofieq, Riesa Susanti,

dan Zaki Zein

Badroen.---------------------------------------------------------------------------------------

19

Page 20: Makalah Hpu

2.3 Pengertian Pemboikotan

A. Istilah dan Pengertian

Pemboikotan adalah salah satu pelaku usaha untuk menghalangi atau

menolak perilaku usaha lain masuk ke dalam pasar atau bekerja sama.

Berdasarkan undang-undang ini dapat ditentukan dua cara pemboikotan:

1. Menghalangi pelaku usaha lain untuk masuk ke dalam pasar

Pemboikotan dengan menghalangi pelaku usaha lain masuk ke dalam pasar

adalah tindakan yang dilarang oleh undang-undang ini, karena hal ini dapat

menciptakan persaingan usaha yang tidak sehat dan akan mengarah kepada

adanya praktik monopoli. Apalagi hal ini secara sadar dibuat dalam satu

perjanjian yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya

untuk menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama baik itu

untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.

2. Menolak menjual barang atau jasa pelaku usaha lain

Perilaku menolak untuk menjual barang atau jasa pelaku usaha lain yang

diperjanjikan antara pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya dapat

mengakibatkan kerugian terhadap pelaku usaha lain atau membatasi pelaku usaha

lain dalam menjual atau membeli setiap barang atau jasa dari pasar yang

bersangkutan. perilaku seperti ini dilarang oleh undang-undang ini. (ayat 2 Pasal

10)

Contoh Kasus Pemboikotan

Diboikot di Sana-sini

Harapan menjadi maskapai penerbangan terbaik di tanah air tampaknya

masih butuh waktu yang cukup panjang bagi Adam Air. Sejumlah masalah

menjerat Adam Air untuk terbang lebih tinggi.

20

Page 21: Makalah Hpu

Sungguh berat nestapa yang harus ditanggung Adam Air. Sudah terperosok pada

sejumlah kasus hukum, perusahaan penerbangan itu diboikot agen perjalanan di

beberapa kota Indonesia.

Terbukti, pekan lalu 135 anggota Association Indonesia Travel Agency (Asita)

Sumut memboikot keberadaan maskapai penerbangan Adam Air. Itu diputuskan

dalam sebuah konfrensi pers di Angkola Room Hotel Novotel Soechi Medan,

Selasa, (21/11)

Dalam pertemuan yang dipimpin langsung oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah

(DPD) Asita Sumut TD Leo didampingi Sekretarisnya Solahuddin Nasution SE

MSP itu, seluruh agen perjalanan yang hadir menyatakan setuju dan mendukung

diboikotnya keberadaan Adam Air di Sumut yang mereka anggap tidak

profesional dan lebih banyak merugikan agen perjalanan dan konsumen atau

masyarakat.

"Para agen travel tidak disetarakan atau dianggap sebagai partner, agen-agen

hanya dianggap seperti anak buah," katanya.

Boikot tersebut diberlakukan terhitung sejak keputusan itu diambil hingga batas

waktu yang tidak ditentukan. Artinya, seluruh agen perjalanan yang tergabung

dalam Asita tidak diperbolehkan menjual tiket Adam Air lagi. "Jika ada yang

melanggar, maka keanggotaannya di Asita kami cabut," ujar TD Leo.

Tak ada asap jika tak ada api. Maka, begitu pula dengan masalah boikot ini.

Banyak sekali masalah mendasar yang membuat Asita mengambil langkah setegas

itu. "Salah satunya seperti tidak adanya peraturan Adam Air yang tertulis. Aneh,

sebuah maskapai penerbangan tidak mempunyai peraturan tertulis. Yang ada

hanya peraturan lisan yang tidak ada dasar hukumnya," jelas TD Leo.

21

Page 22: Makalah Hpu

Sebenarnya kasus pemboikotan Asita terhadap Adam Air tak begitu

mengejutkan. Tak hanya di Medan, Asita Bandung dan Kalimantan Timur juga

melakukan hal yang sama. Di Kalimantan Timur misalnya, Asita di sana

memboikot Adam Air sepekan sebelumnya atau tepatnya 17 November lalu.

Para pengusaha travel kesal karena banyak di antara kebijakan Adam Air sangat

merugikan mereka. Misalnya, kebijakan Adam Air kepada para agen untuk group

booking. Meski dapat dikeluarkan oleh agen, tetapi permohonan permintaan harga

group dan reservasinya dilakukan di kantor Adam Air. Lalu, tiket yang tidak

lengkap menulis nama penumpang tidak diberi bayaran. Untuk tiket yang salah

menulis nama dan terdapat coretan, harus ditukar tiket baru dan agen didenda

membayar uang sebesar Rp 50 ribu.

Para pengusaha ini juga mencatat banyak bukti lain di mana agen selalu dirugikan

pihak Adam yang terjadi di lapangan. Cukup sering tiket yang sudah dibooking di

agen-agen dan dinyatakan sudah oke, tapi saat penumpang sampai di bandara,

nama penumpang tersebut tidak tercantum. Sebaliknya, pihak Adam Air malah

mempersulit penumpang dengan keharusan menambah uang agar dapat berangkat.

"Saat dikoordinasi, pihak Adam Air di bandara hanya menjawab itu keputusan

dari Jakarta. Hal itu terjadi sudah berbulan-bulan," ujar Leo.

Begitu memuncaknya kekesalan Asita ini sehingga seluruh anggota Asita

diwajibkan ikut dalam aksi boikot terhadap Adam Air tersebut. "Seluruh anggota

diwajibkan mengalihkan semua reservasi yang telah dilakukan ke penerbangan

lainnya. Bagi anggota yang tidak mentaati instruksi, maka keanggotaannya akan

dicabut sesuai ketentuan AD/ART Asita," papar Leo.

Pemboikotan yang dilakukan oleh DPD Asita Sumut ini juga mendapat dukungan

dari Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asita Ben Sukma. Dia mengaku sudah

sering mendengar banyaknya kerugian agen karena ulah maskapai penerbangan

tersebut. Menurutnya, semua keluhan yang disampaikan DPD Asita Sumut

hampir sama dengan apa yang dialami di daerah lain.

22

Page 23: Makalah Hpu

"Tidak tertutup kemungkinan kota lain akan melakukan boikot dan tidak akan

menjual tiket Adam Air," kata Ben seraya menambahkan sekitar 90 persen

penjualan tiket pesawat ada di tangan agen.

Bahkan Asita Kaltim mengungkap maskapai yang memiliki nama resmi PT Adam

Skyconnection Airlines itu ternyata tidak memiliki Standar Operasional Prosedur

(SOP). "Bahkan ternyata SDM (sumber daya manusia) mereka tak menguasai

bisnis penerbangan karena hampir semua tidak memiliki latar belakang

pendidikan penerbangan," kata Ketua DPD Asita Kaltim, Soehermanto seperti

dikutip dari Kaltim Pos.

Berbagai contoh kasus pun terungkap. Menurut berbagai agen di Kaltim, Adam

Air banyak sekali merugikan mereka. "Misalnya saya jual tiket dan salah tulis

nomor tiket langsung dianggap hangus. Dan konsumen yang membeli tiket tadi

tidak bisa terbang karena tiket dianggap tidak berlaku. Bisa terbang dengan

catatan membayar sejumlah denda yang mereka tentukan seenaknya. Ini kan

merugikan konsumen atau masyarakat," ujar salah seorang pengusaha travel di

Kaltim.

Yang menarik, Asita pun memutuskan jika akan mengirimkan surat ke Menteri

Perhubungan (Menhub) dan Dirjen Sertifikasi Kelayakan Udara untuk meminta

peninjauan kembali tentang izin terbang Adam Air, khususnya rute dari dan ke

Balikpapan. "Banyak sekali pihak yang dirugikan dengan keberadaan Adam Air.

Sebenarnya, Adam Air ini legal apa tidak? Buktinya mereka tidak masuk dalam

keanggotaan INAKA (Indonesian National Aircarriers Association)," tandas

Soehermanto.

Manajemen Adam Air sendiri tampaknya kaget aksi boikot tersebut. Mereka

menyatakan ingin berdamai dan minta boikot itu diakhiri.

"Ini pemboikotan sepihak namanya. Karena dalam rapat Asita, Selasa kemarin

23

Page 24: Makalah Hpu

saya dari Adam Air tidak diundang. Ini kan namanya sepihak. Saya atas nama

Adam Air ingin berdamai," kata Distrik Manager Adam Air, Bunga.

Menurutnya, jika Asita bijaksana dan ingin melakukan koreksi terhadap Adam

Air, seharusnya Asita melakukan pembicaraan. Jika itu dilakukan, setidaknya ia

selaku penanggungjawab Asita di Medan akan mengkaji ulang permintaan Asita

tersebut. "Semua masalah bisa dibicarakan secara baik-baik sebelum bertindak.

Kalau Asita menuntut kepada Adam Air soal kebijakan yang diterapkan, paling

tidak kami bisa berkoordinasi dengan manajemen di Jakarta. Jangan langsung

main boikot saja," ujarnya. Ia pun tetap yakin Adam Air masih melakukan 8 flight

(penerbangan) per hari.

Boikot Tak Berpengaruh

Tiga hari pertama pemboikotan terhadap Adam Air oleh travel agent di

Medan belum menyurutkan jumlah penumpang. Walau seluruh anggota DPD

Asita Sumut komit dengan keputusan organisasi, penumpang tampak ramai

mendatangi counter Adam Air di Bandara Polonia dan Jalan Brigjen Katamso

Medan.

Distrik Manager (DM) Adam Air di Bandara Polonia Medan, Bunga saat

dikonfirmasi Global, Jumat (24/11) mengaku sangat kerepotan dengan

pemboikotan pihak Asita "Kita kerepotan melayani pelanggan dan agen kecil

yang datang langsung membeli tiket," katanya.

Tidak seperti biasanya, kata dia, kini para calon penumpang datang langsung dan

membawa uang dan dalam waktu sekejap tiket langsung terjual dan semua kursi

penumpang langsung penuh.

Sementara kuasa hukum Adam Air, Ali Leonardi N SH SE MBA, yang

24

Page 25: Makalah Hpu

dihubungi melalui telepon selular mengatakan dalam mengantisipasi lonjakan

penumpang, pihaknya telah mempersiapkan pesawat Boeing 737 seri 400 dengan

kapasitas penumpang sebanyak 170. "Baru kali ini pihak penerbangan swasta

menggunakan pesawat Boeing, " katanya seraya menambahkan Adam Air akan

selalu memberikan kepuasan kepada para calon penumpang setia. Apalagi

mengingat, 8 penerbangan Medan-Jakarta terus penuh.

Leonardi menilai, dari kacamata bisnis, putusan pemboikotan Asita tersebut

sangat emosional dan merugikan pihak pengusaha travel sendiri. "Kami

menanggapi masalah ini secara intelektual," ucapnya.

Sementara Ketua DPD Asita Sumut TD Leo, Jumat (24/11) mengatakan, tetap

akan melakukan pemboikotan sampai pihak Adam Air mau menanggapi serius

tuntutan para travel agen. "Adam Air jangan hanya memikirkan kepentingan

sepihak saja," katanya.

Menanggapi beluma adanya upaya pihak Adam Air dalam pencarian solusi karena

masih terfokus melayani pelanggan setia mereka, Leo menyatakan tuntutan yang

dilayangkan Asita untuk segera dirundingkan dengan baik, bukan sebaliknya.

Kata dia, kebijakan yang selama ini dibuat Adam Air hanya untuk kepentingan

mereka (sepihak) saja, namun di sisi lain merugikan travel agent. Karena itu, Asita

menilai Adam Air ibarat parasit yang hanya menguntungkan diri sendiri dan

merugikan orang lain.

Asita akan terus melakukan pemboikotan sampai adanya perundingan antara

pihak Adam Air dengan para travel agen. "Asita tetap berkomitmen tidak akan

menjual tiket Adam Air sebelum tuntutan ditanggapi serius ," kata Leo.

Pihak DPD Asita Sumut sendiri yakin bahwa dampak dari pemboikotan itu akan

terasa dalam beberapa hari ke depan. "Memang untuk satu dua hari ini

25

Page 26: Makalah Hpu

pemboikotan belum terasa sebab tiket telah dipesan para penumpang beberapa

hari sebelumnya. Tapi satu minggu ke depan pasti akan anjlok dan mengalami

penurunan," kata Sekretaris DPD Asita Sumut Solahuddin Nasution SE MSP.

Pasal 10

1.Pelaku usaha membuat perjanjian,dengan pelaku usaha pesaingnya,yang dapat

menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama,baik untuk

tujuan dalam negeri dan luar negei

2.Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha

pesaingnya,untuk menolak menjual setiap barang dan atau jasa dari pelaku

usaha lain sehingga perbuatan tersebut:

a.Merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku usaha lain,

b.Membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli setiap barang dan

atau jasa dari pasar bersangkutan

Unsur-unsur pemboikotan ,

Pelaku usaha

Sebagaimana diatur dalam pasal 1butir 5 UU no.5 tahun 1995,

Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha baik yang

berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik

Indonesia,baik sendiri maupun bersama-sama melalui

perjanjian,menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang

ekonomi.

26

Page 27: Makalah Hpu

Perjanjian

Perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk

mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama

apapun baik tertulis ataupun tidak tertulis. (pasal 1 (7) UU NO 5 tahun 1995)

Pembatasan pemasaran

Proses dimana pelaku usaha dibatasi dalam rangka menjual atau membeli

barang dan atau jasa dari pasar yang bersangkutan.

27

Page 28: Makalah Hpu

BAB IV

KESIMPULAN

Menurut Pasal 12 UU No. 5 tahun 1999 Trust adalah pembentukan suatu

gabungan perusahaan baru. Disini pelaku –pelaku usaha yang membentuk suatu

gabungan perusahaan tersebut tetap mempertahankan kelangsungan hidup

masing-masing perusahaannya atau perseroannya. Pendirian satu gabungan

perusahaan baru seperti ini dilarang oleh undang-undang ini, apabila hal ini

bertujuan agar para pelaku usaha tersebut dapat mengontrol produksi dan

pemasaran suatu barang atau jasa tertentu. Perilaku ini dapat mengakibatkan

terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.

Pemboikotan adalah salah satu pelaku usaha untuk menghalangi atau menolak

perilaku usaha lain masuk ke dalam pasar atau bekerja sama.

Istilah kartel terdapat da1am beberapa bahasa seperti "cartel" dalam bahasa

Inggris dan "kartel" dalam bahasa Belanda. "Cartel" disebut juga "syndicate" yaitu

suatu kesepakatan (tertulis) antara beberapa perusahaan produsen dan lain-lain

yang sejenis untuk mengatur dan mengendalikan berbagai hal, seperti harga,

wilayah pemasaran dan sebagainya, dengan tujuan menekan persaingan dan

meraih keuntungan. Sedangkan berdasarkan Pasal 11 UU No. 5 tahun 1999 Kartel

adalah suatu perjanjian antara usaha dengan pelaku usaha pesaingnya dengan

maksud untuk mengatur produksi barang dan pemasarannya atau untuk mengatur

pelayanan jasa tertentu. Dengan adanya pengaturan seperti ini akan mengganggu

persaingan usaha yang sehat dalam pasar.

28

Page 29: Makalah Hpu

SARAN

Agar implementasi undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya dapat

berjalan efektif sesuai dengan asas dan tujuannya.

Untuk memperjelas pengaturan tentang trust,kartel dan pemboikotan supaya dapat

mengambil peraturan UU no.5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang bersangkutan dengan kasus-kasus yang telah disebutkan di atas.

KPPU supaya lebih memperhatikan kasus-kasus karena biasanya

penyelesaiannya kurang tegas dan masih banyak pihak yang tidak menyelesaikan

sesuai dengan jalurnya.

Penegakan hukumnya memiliki kepastian hukum yang baik.

29