makalah ikebana origami chanoyou

Upload: vito-eka-pramudhita

Post on 14-Jul-2015

901 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

ORIGAMI, CHANOYOU, IKEBANA[Semester Ganjil]

Nama Anggota

: Dimas Aulia Tanaya Inge Yulensa Putri Rangga Rahadian Wahyu Nurjaman : 3 TKJ-A : SMKN 1 Cimahi : B.Jepang

Kelas Sekolah Mata Pelajaran

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul ORIGAMI, CHANOYOU, IKEBANA [Semeter Ganjil] ini mengacu kepada materi mata pelajaran B.Jepang, sebagai pelengkap tugas atau untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran B.Jepang. Sehingga diharapkan akan memberikan referensi pembelajaran. Makalah ini diharapkan pula dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran dengan maksud siswa-siswi dapat memperoleh wawasan secara komprensif dan fungsional tentang mata pelajaran B.Jepang. Kami selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, guru pembimbing, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini hingga dapat terselesaikan dengan cukup baik. Upaya peningkatan kualitas terus dilakukan, oleh karena itu kami selaku penyusun berharap bentuk partisipasi berbagai pihak terkait untuk menyampaikan saran dan kritik membangun tentang kekurangan makalah ini, terutama para pembaca. Akhirnya kami ucapkan sekali lagi terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan.

Cimahi, 11 November 2011

Penulis

Origami, Chanoyou, Ikebana

Page 2

DAFTAR ISIKata Pengantar ......................................................................................................... ............ 1 Daftar Isi ...................................................................................................................... ......... 2 Isi Makalah : 1. Origami ....................................................................................................... ......... 3 2. Chanoyou ....................................................................................................... ..... . 4 3. Ikebana .......................................................................................................... ......... 10 Penutup ............................................................................................................ ..................... 12

Origami, Chanoyou, Ikebana

Page 3

ORIGAMIOrigami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan. Origami merupakan satu kesenian melipat kertas yang dipercayai bermula sejak kertas diperkenalkan pada abad pertama di zaman Tiongkok kuno pada tahun 105 Masehi oleh Ts'ai Lun. Pembuatan kertas dari potongan kecil tumbuhan dan kain berkualitas rendah meningkatkan produksi kertas. Contoh-contoh awal origami yang berasal dari Tiongkok adalah tongkang (jung) dan kotak. Pada abad ke-6, cara pembuatan kertas kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab. Pada tahun 610 di masa pemerintahan kaisar wanita Suiko (zaman Asuka), seorang biksu Buddha bernama Donch (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (semenanjung Korea) datang ke Jepang memperkenalkan cara pembuatan kertas dan tinta. Origami pun menjadi populer di kalangan orang Jepang sampai sekarang terutama dengan kertas lokal Jepang yang disebut Washi.

Origami, Chanoyou, Ikebana

Page 4

CHANOYOUChanoyu adalah seremoni minum teh, dan kalau dilakukan di luar ruangan disebut nodate. Pada mulanya upacara ini berasal dari Cina yang masuk ke Jepang pada jaman Nara kemudian dikembangkan oleh Sen no Rikyu di Jepang pada abad ke-16 berdasarkan kebiasaan ajaran Zen yang mengajarkan ketenangan, keteraturan dan rasa estetika yang tinggi. Pada jaman Muromachi upacara minum teh semakin digalakan dalam kalangan istana terutama pada masa kekuasaan shogun Ashikaga Yoshimasa, pada masa ini muncul filosofi selain keselarasan juga mengandung kedisiplinan. Selanjutnya pada masa kekuasaan Toyotomi Hidetoshi didirikan sekolah minum teh, yakni Ura senke, Omote senke, Mushakoji senke. Banyak manfaat dari Chanoyu, manfaat tersebut diluar khasiat minum teh itu sendiri yaitu lebih pada filosofi / makna upacaranya karena dinilai mengajarkan bagaimana menghormati sesama dan pentingnya keseimbangan hidup. Acara minum teh di Jepang mencerminkan tujuan hidup, cara berfikir, dan beragam pengetahuan seni.

Peralatan minum teh: 1. Chakin : kain untuk mengelap gelas

Origami, Chanoyou, Ikebana

Page 5

2. Chawan

: cangkir untuk tempat minum the

3. Natsume

: tempat untuk menaruh teh

Origami, Chanoyou, Ikebana

Page 6

4. Chashaku chawan

: sendok kecil untuk memindahkan teh dari natsume ke

5. Chasen

: alat untuk mencampur teh dan air panas

Origami, Chanoyou, Ikebana

Page 7

Tata cara minum teh di Jepang Upacara minum teh dilakukan sebagai bentuk penghormatan tuan rumah kepada tamunya. Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati oleh sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh, yang disebut chashitsu. Ruangan ini tidak terlalu besar, bersih, dan pada satu sisi ruang terdapat ceruk (tokonoma) yang dihias dengan lukisan dinding atau kaligrafi yang disebut kakejiku, lalu dilengkapi dengan rangkaian bunga semusim (chabana) dan harumharuman. Sementara itu di satu sudut ruangan, segala peralatan untuk minum teh juga tertata rapi, mulai dari perapian untuk merebus air (tungku), guci, bubuk teh dan sendoknya, pengocok, dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang. Selain itu, tersedia juga kue manis yang akan dibagikan kepada tamu sebelum meminum teh. Teh yang dipakai pada upacara minum teh umumnya, menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling halus, tetapi bisa juga menggunakan teh hijau jenis sencha. Karena upacara minum teh bukan hanya untuk menikmati teh, setiap gerakan dan setiap benda dihadirkan untuk diperhatikan dan diapresiasi. Ketika anda memasuki ruangan upacara pun semua harus dilakukan dengan aturan-aturan yang harus dipenuhi. Anda harus memberikan hormat dan apresiasi terhadap tuan rumah dan apa yang ada di ruangan acara. Setiap gerakan dalam mempersiapkan teh dilakukan oleh penyaji dengan lambat. Tungku menyala, air mendidih, perangkat diusap dengan

Origami, Chanoyou, Ikebana

Page 8

saputangan merah yang dilipat segitiga dan dibalutkan ke tangan kiri. Air mendidih, dan teh siap diseduh. Sementara itu, sebelum nimum teh, disajikan sebuah kue yang manis sekali kepada setiap tamu. Cara menyajikan dan mengambilnya pun ada aturan yang penuh sopan santun. Saling membungkuk antara penyaji dan tamu, saling membungkuk untuk minta izin dan mempersilahkan mengambilnya duluan antara tamu satu dan tamu berikutnya. Cara memegang sumpit, mengambil kue, meletakkan di atas kertas, mengelap ujung sumpit, dan mengembalikannya juga menurut aturan tertentu. Tamu kemudian memakan kue manis yang bentuknya sesuai dengan bunga yang kembang pada musim itu. Untuk bulan Juni misalnya, adalah kue berbentuk bunga ajisai. Kue itu terbuat dari tepung ketan ditambah bahan sayuran, ditengahnya kacang merah tumbuk. Warnanya ungu, hijau dan putih. Kue ini dibuat manis untuk mempersiapkan lidah bagi hidangan teh yang pahit. Setelah makan kue, nyonya rumah mulai menyiduk air yang sedang mendidih di dalam guci dengan gayung kayu, dituang ke dalam mangkuk yang sudah berisi bubuk teh. Dikocok-kocok hingga berbuih, lalu dihidangkan. Saat menyajikan teh kepada tamu, tuan rumah memegang mangkuk dengan kedua tangan. Memutarnya dua kali di atas tangan kanan, meletakkannya di atas tatami di hadapan tamu, membungkuk dan mempersilahkan. Tamu membalas membungkuk dengan ucapan penerimaan, mengambilnya dengan dua tangan, memutar mangkuk dua kali di atas tangannya sambil mengamati pola di luar mangkuk, menyeruput teh sedapatnya dengan suara ribut, kemudian memberi komentar tentang mangkuknya. Bentuk mangkuk untuk minum teh juga disesuaikan dengan musim. Mangkuk yang tinggi untuk musim dingin, supaya kehangatan teh bertahan lebih lama. Mangkuk yang ceper untuk musim panas, supaya teh lebih cepat dingin. Dari pola hiasan di luar mangkuk bisa diketahui zaman pembuatannya. Ketika upacara berlangsung tidak ada musik pengiring. Hanya bunyi angin menggesek dedaunan di luar, air menetes di pancuran, dan air mendidih di tungku kecil pojok ruangan. Suara alam, ditambah suara percakapan dengan tamu. Biasanya percakapan dilakukan antara tuan rumah dan tamu utama yang duduk paling ujung, paling dekat dengan tungku, paling awal mendapat sajian. Tamu lain semestinya mendengarkanOrigami, Chanoyou, Ikebana Page 9

saja percakapan seperti itu, tetapi saat ini terutama untuk tamu asing biasanya semua boleh bertanya. Rangkaian pembuatan teh oleh tuan rumah tersebut dilakukan dengan gerakan yang penuh hikmat dan sarat dengan makna. Demikian pula tamu yang menikmati sajian teh. Teh yang sudah siap, dituangkan ke dalam sebuah mangkuk. Sebelum menyerahkan kepada tamu, tuan rumah memutar terlebih dahulu mangkuk tersebut. Maksudnya, agar gambar pada mangkok tersebut menghadap tamu pada saat diberikan. Demikian pula sebaliknya, tamu memutar mangkuk tersebut agar gambar pada mangkuk menghadap tuan rumah pada saat dikembalikan. Ketika akan minum pun, tamu memutar mangkuknya agar gambar pada mangkuk tidak tersentuh oleh mulutnya. Sebenarnya semua ini merupakan simbol nyata sikap saling menghormati antara tamu dan tuan rumah. Di akhir upacara ini, tuan rumah tetap menunjukkan sikap hormatnya, dengan memperlihatkan peralatan minum dan teh yang baru saja disuguhkan. Hal ini untuk meyakinkan tamunya bahwa yang terbaiklah yang disuguhkan. Selama upacara minum teh berlangsung anda akan terkesan dengan filosofi masyarakat Jepang yang sangat menghormati tamu ini. Oleh karena itu bila anda diundang sebagai tamu secara formal dalam upacara minum teh, anda juga harus mempelajari tatakrama, kebiasaan, basa-basi, etiket minum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan. Masuk ke dalam ruang upacara minum teh di suatu perguruan minum teh, di Jepang, anda akan merasakan seperti masuk ke dalam dunia yang berbeda. Alam sesudah ini lebih suci dari sebelumnya, demikian filosofi mereka, sehingga orang yang memasukinya mesti membersihkan terlebih dahulu. Semua perlengkapan yang terbuat dari logam, seperti cincin, jam tangan, anting, dan gelang harus dilepas sebelum masuk ruangan. Perlengkapan minum teh hanya boleh bersentuhan dengan barang-barang lembut. Tangan dan mulut dicuci bersih. Sepatu dilepas. Setiap tamu diberi sebuah kipas sebagai sarana memperkenalkan diri. Kipas itu sebagai ganti pedang bagi para samurai. Aslinya dalam upacara minum teh terbuat dari logam, tetapi saat ini diganti dengan plastik. Setelah masuk anda duduk melipat kaki dengan rapi, kipas diletakkan di depan lutut, kemudian antara tuan rumah dan tamu saling membungkuk mengucapkan salam. Kemudian dengan tangan kiri, kipas di ambil, disimpan

Origami, Chanoyou, Ikebana

Page 10

di belakang masing-masing. Setelah itu tuan rumah mengeluarkan perangkat pembuatan teh dan mempersiapkannya. Dalam tradisi upacara ini, teh disajikan dalam guci atau poci yang terbuat dari tanah liat. Khusus bagian dalam wadah ini tidak boleh dicuci, apalagi disentuh dengan sabun. Aroma sabun akan mempengaruhi aroma teh. Selain itu endapan teh di dalam wadah, akan menambah harum teh yang baru dicelupkan. Dan kenikmatan akan bertambah lagi apabila diminum dengan menggunakan cawan atau mangkuk atau cangkir yang terbuat dari keramik.

Jenis-jenis teh hijau yang umum di Jepang: 1. Gyokuro Teh yang terpilih dari daun teh kelas atas yang disebut Tencha. Teh ini dinamakan Gyokuro karena warna hijau pucat yang keluar dari daun teh. Daun dilindungi dari terpaan sinar matahari sehingga mempunyai aroma yang sangat harum. 2. Matcha Teh hijau berkualitas tinggi yang digiling menjadi bubuk teh dan dipakai untuk upacara minum teh. Matcha mempunyai aroma yang harum sehingga sering digunakan sebagai perasa untuk es krim rasa teh hijau, berbagai jenis kue tradisional Jepang, juga permen dan cokelat. 3. Sencha Teh hijau yang biasa diminum sehari-hari, dibuat dari daun yang dibiarkan terkena terpaan sinar matahari 4. Genmaicha Teh jenis bancha dengan campuran beras. Teh ini mempunyai aroma wangi butiran beras yang setengah gosong.

Origami, Chanoyou, Ikebana

Page 11

IKEBANAIke berasal dari kata kerja ikeru yang artinya dapat hidup' dan bana berasal dari kata hana yang berarti bunga', Ikebana berarti bunga yang dapat hidup' atau juga merangkai bunga. Dalam bahasa Jepang, Ikebana juga dikenal dengan istilah kad (), ka, bunga; do, jalan kehidupan) yang lebih menekankan pada aspek seni untuk mencapai kesempurnaan dalam merangkai bunga. Seni ini muncul pada abad ke-15. Seni merangkai bunga atau yang sering disebut sebagai ikebana adalah seni tradisional bangsa Jepang yang menggambarkan keharmonisan hidup, keharmonisan alam dengan alam dan alam dengan manusia. Rangkaian bunga berasal dari beberapa tangkai bunga atau daun hidup yang disusun hingga memiliki filosofi baru. Makna bunga yang dapat hidup' berarti bahwa rangkaian bunga yang meskipun berasal dari berbagai jenis bunga tapi memunculkan keharmonisan dan keseimbangan alam menjadi fokus perasaan. Keharmonisan alam yang selalu ditanamkan dalam setiap diri orang Jepang dewasa ini pun melahirkan hasil karya yang khas. Produk-produk Jepang yang khas ini membuat daya tarik sendiri dalam persaingan pasar. Semangat keharmonisan hidup direflesikan produk unik yang selain mengutamakan kualitas tetapi juga fungsi dan estetikanya. Ambil contoh produk motor yang banyak ditemukan di Indonesia dengan berbagai kegunaan dan fungsinya yang senantiasa berubah dan lebih atraktif, tetapi juga tidak meninggalkan nilai estetika dan fungsi emisi yang tinggi terhadap keseimbangan alam. Ada 3 gaya dalam Ikebana, yaitu : rikka, shoka dan jiyuka. 1. Rikka (Standing Flower)adalah ikebana gaya tradisional yang banyak dipergunakan untuk perayaan keagamaan. Gaya ini menampilkan keindahan landscape tanaman. Gaya ini berkembang sekitar awal abad 16. Ada 7 keutamaan dalam rangkaian gaya Rikka, yaitu : shin, shin-kakushi, soe, soe-uke, mikoshi, nagashi dan maeoki 2. Shoka adalah rangkaian ikebana yang tidak terlalu formal tapi masih tradisional. Gaya ini difokuskan pada bentuk asli tumbuhan. Ada 3 unsur utama dalam gaya Shoka yaitu : shin, soe, dan tai. Sesuai dengan perkembangan zaman, sesudah Restorasi Meiji 1868, gaya ini lebih berkembang karena adanya pengaruh Eropa Nageire arti bebasnya dimasukan (rangkaian dengan vas tinggi dengan rangkaian hampir bebas)dan Moribana. rangkaian menggunakan wadah rendah dan mulut lebar). Lalu pada tahun 1977 lahir gaya baru

Origami, Chanoyou, Ikebana

Page 12

yaitu Shoka Shimputai, yang lebih modern, terdiri dari 2 unsur utama yaitu shu dan yo, dan unsur pelengkapnya, ashirai. 3. Jiyuka adalah rangkaian Ikebana bersifat bebas dimana rangkaiannya berdasarkan kreativitas serta imaginasi. Gaya ini berkembang setelah perang dunia ke-2. Dalam rangkaian ini kita dapat mempergunakan kawat,logam dan batu secara menonjol. Perlengkapan ikebana hampir sama dengan peralatan merangkai bunga gaya eropa, dalam Ikebana kita memerlukan kawat dari berbagai ukuran (ketebalan kawat), gunting (gunting khusus ikebana), Floral tape (warna hijau dan coklat),selotip. Juga tang bunga (utk mematahkan), kenzan yaitu alas berduri tajam tempat mencucukan bunga, juga semacam pipet besar untuk mengambil air yang lama di vas ketika kita hendak mengganti airnya, batu-batuan kecil juga bisa dipergunakan bila kita mempergunakan vas/wadah/suiban tinggi

Origami, Chanoyou, Ikebana

Page 13

PENUTUPKami ucapkan Alhamdulillahirabbilalamin, karena makalah yang kami buat ini telah selesai. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan dalam kata-kata. Kami harap para pembaca makalah ini dapat memakluminya, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah S.W.T, dan disini kami pun masih dalam proses belajar. Untuk itu kami sangat berharap atas kritik dan sarannya.

Origami, Chanoyou, Ikebana

Page 14