makalah immunoserologi konsep dasar pertahanan tubuh
DESCRIPTION
konsep dasar pertahanan tubuhTRANSCRIPT
Makalah Immunoserologi
Konsep dasar pertahanan tubuh
Disusun oleh ;
Kelompok 2
Aida Suciani Pertiwi
Novi Ardianty
Rahmania Azwarini
Politeknik Kesehatan Kemenkes BantenTahun Akademik 2014/2015
Kelas 2B
0 | k o n s e p d a s a r s i s t e mP e r t a h a n a n t u b u h
K e l . 2 | 2b
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem
imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada
berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin seperti :
malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit
autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik,
kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun. Imunologi juga di katakan
sebagai suatu bidang ilmu yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan klinis
, membahas masalah antigen, antibodi, dan fungsi – fungsi berperantara sel terutama
yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit , reaksi biologik yang bersifat
hipersensitif, alergi dan penoloakan jaringan asing.
Imunolgi terbagi menjadi 2 yaitu imunologi infeksi dan imunologi kanker.
a. Imunologi infeksi
Bila suatu mikroorganisme menembus kulit atau selaput lendir, maka tubuh akan
mengerahkan keempat komponen sistem imun untuk menghancurkannya, yaitu antibodi
fagosit, komplemen dan sel – sel sistem imun. Bila suatu antigen pertama masuk
kedalam tubuh, dalam beberapa hari pertama antibodi dan sel sistem imun spesifik
lainnya lainnya belum memberikan respons. Tetapi komplemen dan pagosit serta
komponen imun nonspesifik lainnya dapat bekerja langsung untuk menghancurkannya.
b. Imunulogi kanker
Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan
menghancurkan tumor. Sel tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel
normal. Untuk sistem imun, antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan
kehadiran mereka menyebabkan sel imun menyerang sel tumor. Antigen yang
ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber; beberapa berasal dari
virusonkogenik seperti papillomavirus, yang menyebabkan kanker leher rahim,
sementara lainnya adalah protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat rendah 1 | k o n s e p d a s a r s i s t e m
P e r t a h a n a n t u b u hK e l . 2 | 2b
pada sel normal tetapi mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah satu contoh
adalah enzim yang disebut tirosinase yang ketika ditunjukan pada tingkat tinggi,
merubah beberapa sel kulit (seperti melanosit) menjadi tumor yang disebutmelanoma.
Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor adalah protein yang secara normal penting
untuk mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang umumnya bermutasi
menjadi kanker membujuk molekul sehingga sel termodifikasi sehingga meningkatkan
keganasan sel tumor.Sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel
tumor disebut onkogen.
Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel
abnormal menggunakan sel T pembunuh, terkadang dengan bantuan sel T pembantu.
Antigen tumor ada pada molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan antigen
virus. Hal ini menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal.
Sel NK juga membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor
memiliki molekul MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan mereka daripada keadaan
normal; hal ini merupakan fenomena umum dengan tumor.Terkadang antibodi
dihasilkan melawan sel tumor yang menyebabkan kehancuran mereka oleh sistem
komplemen
Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi
kanker.Sel tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang berkurang pada
permukaan mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel T pembunuh. Beberapa
sel tumor juga mengeluarkan produk yang mencegah respon imun; contohnya dengan
mengsekresikan sitokin TGF-β, yang menekan aktivitas makrofaga dan limfosit.
Toleransi imunologikal dapat berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem
imun tidak lagi menyerang sel tumor.
Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor mengirim
sitokin yang menarik makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor
pertumbuhan yang memelihara perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor
dan sitokin diproduksi oleh makrofaga menyebabkan sel tumor mengurangi produksi
protein yang menghalangi metastasis dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker.
telah mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas menyatukan dengan sel
kanker, makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan menyuntkan toksin yang akan
2 | k o n s e p d a s a r s i s t e mP e r t a h a n a n t u b u h
K e l . 2 | 2b
membunuh sel tumor. Imunoterapi untuk perawatan kankermerupakan salah satu hal
yang diteliti oleh penelitian medis.
Tujuan mempelajari imunologi kanker ialah :
1. Mengetahui hubungan antara respons imunologi pejamu dan tumor.
2. Menggunakan pengetahuan tentang respons imun terhadap tumor dalam diagnosis,
profilaksis dan pengobatan.
2.2 Sejarah imunologi
Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari
respons tubuh, terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Pada tahun 1546,
Girolamo Fracastoro mengajukan teori kontagion yang menyatakan bahwa pada
penyakit infeksi terdapat suatu zat yang dapat memindahkan penyakit tersebut dari satu
individu ke individu lain, tetapi zat tersebut sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat
dengan mata dan pada waktu itu belum dapat diidentifikasi.
Pada tahun 1798, Edward Jenner mengamati bahwa seseorang dapat terhindar
dari infeksi variola secara alamiah, bila ia telah terkontaminasi sebelumnya dengan
cacar sapi (cow pox). Sejak saat itu, mulai dipakailah vaksin cacar.Dengan
ditemukannya mkroskop maka kemajuan dalam bidang makrobiologi meningkat dan
mulai dapat ditelusuri penyebab penyakit infeksi. Selain itu peneliti Perancis, Charles
Richet dan Paul Portier (1901) menemukan bahwa reaksi kekebalan yang diharapkan
timbul dengan menyuntikkan zat toksin pada anjing tidak terjadi, bahkan yang terjadi
adalah keadaan sebaliknya yaitu kematian sehingga dinamakan dengan istilah
anafilaksis (tanpa pencegahan).
Pada tahun 1873 Charles Blackley mempelajari penyakit hay fever, yaitu
penyakit dengan gejala klinis konjungtivitis dan rinitis, serta melihat bahwa ada
hubungan antara penyakit ini dengan serbuk sari Lalu pada tahun 1911-1914, Noon dan
Freeman mencoba mengobati penyakit hay fever dengan cara terapi imun yaitu
menyuntikkan serbuk sari subkutan sedikit demi sedikit. Sejak itu cara tersebut masih
dipakai untuk mengobati penyakit alergi terhadap antigen tertentu yang dikenal dengan
cara desensitisasi.
3 | k o n s e p d a s a r s i s t e mP e r t a h a n a n t u b u h
K e l . 2 | 2b
Pada tahun 1923, Cooke dan Coca mengajukan konsep atopi (strange disease)
terhadap sekumpulan penyakit alergi yang secara klinis mempunyai manifestasi
sebagai hay fever, asma, dermatitis, dan mempunyai predisposisi diturunkan. Dan mulai
saat itu ilmu alergi-imunologi diterapkan dalam kelainan dan penelitian di bidang alergi
klinis.
Landsteiner (1900) menemukan golongan darah ABO, dan disusul dengan
golongan darah rhesus oleh Levine dan Stenson (1940) , maka kelainan klinis
berdasarkan reaksi imun semakin dikenal. Pada masa itu, fenomena imun yang terjadi
baru dapat dijabarkan dengan istilah imunologi saja. Baru pada tahun 1939, 141 tahun
setelah penemuan Jenner, Tiselius dan Kabat menemukan secara elektroforesis bahwa
antibodi terletak dalam spektrum globulin gama yang kemudian
dinamakanimunoglobulin (Ig). Dengan cara imunoelektroforesis diketahui bahwa
imunoglobulin terdiri atas 5 kelas yang diberi nama IgA, IgG, IgM, IgD dan IgE (WHO,
1964).
2.3 Mekanisme Sistem Imun
Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk
mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di
timbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah
sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap
pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor.
Imunitas atau Sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas alami atau system
imun non spesifik dan imunitas adaptif atau system imun spesifik.
1. Sistem Imun Non Spesifik
Tubuh mempunyai dua lapisan, yaitu kekebalan tubuh non spesifik dan kekebalan
tubuh spesifik. Bakteri, virus, dan zat asing harus melalui sistem kekebalan nonspesifik
terlebih dahulu. Jika kekebalan nonspesifik tidak mampu menghancurkannya,
berikutnya zat penginfeksi trersebut akan menghadapi sistem kekebalan spesifik.
.Sistem imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan
dalam sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia,
kemudian level larut seperti pada asam lambung atau enzim.4 | k o n s e p d a s a r s i s t e m
P e r t a h a n a n t u b u hK e l . 2 | 2b
Sistem imun alami atau sistem imun nonspesifik adalah respon pertahanan inheren
yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau abnormal
dari jenis apapun dan imunitas ini tidak diperoleh melalui kontak dengan suatu antigen.
Sistem ini disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.
Selain itu sistem imun ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan agen patogen
atau asing, tidak memiliki memori immunologik, dan umumnya memiliki durasi yang
singkat.
a. Kekebalan eksternal
Kekebalan eksternal terdiri dari jaringan epitelium yang melindungi tubuh kita (kulit
dan kelenjar mukus) beserta sekresi yang dihasilkannya. Selain sebagai penghalang
masuknya penyakit, epitelium juga menghasilkan zat-zat pelindung. Misalnya hasil
sekresi kulit bersifat asam sehingga beracun bagi bakteri. Air ludah (saliva) dan air mata
juga dapat membunuh bakteri. Mukus (lendir) menjebak mikroorganisme sehingga tidak
dapat masuk ke dalam saluran pencernaan dan pernafasan.
b. Kekebalan Internal
Kekebalan internal akan melawan bakteri, virus, atau zat-zat asing yang mampu
melewati kekebalan eksternal. Kekebalan internal juga rangsangan kimiawi dan
melibatkan sel-sel fagostik. Sel natural killer (sel pembunuh alami). Protein anti
mikroba yang melawan zat asing yang telah masuk dalam tubuh, serta peradangan
(inflamasi) dan demam.
1. Neutrofil
Neutrofil meliputi sekitar 60% sampai 70% dari semua sel darah putih (leukosit).
Sel-sel yang rusak oleh mikroba yang menyerang membebaskan sinyal kimiawi yang
menarik neutrofil dari darah untuk datang. Neutrofil akan memasuki jaringan yang
terinfeksi. Lalu menelan dan merusak mikroba yang ada di sana (migrasi menuju
sumber zat kimia yang mengundah ini disebut kemotaksis. Akan tetapi, neutrofil
cenderung merusak diri sendiri ketika mereka merusak penyerang asing dan masa
hidupnya rata-rata hanya beberapa hari.
2. Mikrofag
Mikrofag akan berlekatan dengan polisakarida di permukaan tubuh mikroba dan
kemudian5 | k o n s e p d a s a r s i s t e m
P e r t a h a n a n t u b u hK e l . 2 | 2b
3. Eosinofil
Eosinofil meliputi sekitar 1.5 % saja dari leukosit. Sumbangan untuk eosinofil pada
pertahanan adalah melawan penyerang parasitik yang berukuran lebih besar, seperti
cacing darah. Eosinofil memposisikan dirinya melawan dinding eksternal parasit dan
melepaskan enzim-enzim perusak dari granula sitoplasmik. Sel-sel ini mempunyai
aktivitas fagostik yang terbatas (Campbell,2004).
4. Natural Killer (Sel Pembunuh Alami)
Natural Killer (Sel Pembunuh Alami) menyerang sel parasit dengan cara
mengeluarkan senyawa penghancur yang disebut perofin. Sel natural killer dapat
melisiskan dan membunuh sel-sel kanker serta virus sebelum kekebalan adaptif
deaktivasi. Protein anti mikroba meningkatkan pertahanan tubuh dengan menyerang
mikroorganisme secara langsung maupun dengan cara menghambat reproduksi
mikroorganisme. Salah satu protein antimikroba yang penting untuk melindungi sel dari
serangan virus dan interfeon.
5. Sistem Komplemen
Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting.
Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan
dan merusak sel asing atau sel tak berguna. Tanpa aktivasi, komponen dari sistem
komplemen bertindak sebagai proenzim dalam cairan tubuh.
6. Sitokin dan Kemokin
Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine) adalah polipeptida yang memiliki
fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin dan kemokin
menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan respon
inflamasi. Contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri
yaitu :Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a).
Kekebalan internal lain adalah respon peradangan (inflamasi) dan demam.
Peradangan dipicu oleh trauma fisik. Panas yang berlebihan, infeksi bakteri,dll.
Peradangan bersifat lokal atau hanya muncul pada daerah terinfeksi sedangkan demam
menyebar keseluruh tubuh.
6 | k o n s e p d a s a r s i s t e mP e r t a h a n a n t u b u h
K e l . 2 | 2b
2. Sistem Imun Spesifik
Kekebalan adaptif dapat bersifat alami maupun buatan. Kekebalan alami pasif
diperoleh bayi dari ibunya saat dalam kandungan, sedangkan kekebalan adaptif alami
aktif didapat misalnya melalui infeksi (menderita penyakit terlebih dahulu). Kekebalan
adaptif buatan aktif diperoleh melalui imunisasi
Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang
terdiri dari sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T delayed hyper-
sensitivity. Salah satu cara untuk mempertahankan sistem imun berada dalam kondisi
optimal adalah dengan asupan gizi yang baik dan seimbang.Kedua sistem imun ini
bekerja sama dengan saling melengkapi secara humoral, seluler, dan sitokin dalam
mekanisme yang kompleks dan rumit.
Imunitas ini terjadi setelah pamaparan terhadap suatu penyakit infeksi, bersifat
khusus dan diperantarai oleh oleh antibody atau sel limfoid. Imunitas ini bisa bersifat
pasif dan aktif.
1. Imunitas pasif, diperoleh dari antibody yang telah terbentuk sebelumnya dalam inang
lain.
2. Imunitas aktif, resistensi yang di induksi setelah kontak yang efektif denga antigen asing
yang dapat berupa infeksi klinis atau subklinis, imunisasi, pemaparan terhadap produk
mikroba atau transplantasi se lasing.
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun nonspesifik mempunyai kemampaun untuk
mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun adaptif memiliki
beberapa karakteristik, meliputi kemampuan untuk merespon berbagai antigen, masing-
masing dengan pola yang spesifik; kemampuan untuk membedakan antara antigen asing
dan antigen sendiri; dan kemampuan untuk merespon antigen yang ditemukan
sebelumnya dengan memulai respon memori yang kuat
Berdasarkan sel yang terlibat dalam mekanisme, kekebelan adaptif dibagi menjadi
dua, yaitu kekebalan humoral dan kekebalan yang diperantai sel (cell mediated
immunity)
a. Kekebalan Humoral
Unsur yang paling berperan dalam kekebalan humoral adalah antibodi yang
dihasilkan oleh sel-sel B limfosit. Antibodi ditemukan dalam humor (cairan) tubuh, 7 | k o n s e p d a s a r s i s t e m
P e r t a h a n a n t u b u hK e l . 2 | 2b
misalnya darah dan cairan limfa dan berfungsi mengikat bakteri dan racun bakteri, serta
menandai virus untuk dihancurkan lebih lanjut oleh sel darah putih.
b. Kekebalan yang Diperantai Sel
Faktor terpenting dalam kekebalan ini adalah sel-sel hidup, yaitu sel-sel T limfosit.
sel-sel ini secara aktif melawan bakteri dan virus yang ada dalam sel tubuh yang
terinfeksi. Sel-sel ini juga melawan protozoa, jamur, cacing parasit.
Untuk mengetahui perbedaan sistem imun spesifik dan sistem imun non spesifik
dapat di lihat dalam tabel berikut.
Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik
Non spesifik Spesifik
Resistensi Tidak berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang
Spesifitas Umumnya efektif terhadap semua
mikroorganisme
Spesifik untuk mikroorganisme yang
sudah mensintesis sebelumnya
Sel yang penting Fagosit, Sel NK, Sel K Limfosit
Molekul yang
penting
Lizosim, Komplemen, Protein fase
akut, Interferon ( sitokin )
Antibody sitokin
Sel yang berada di
dalamnya
didominasi sel polimorfonuklear didominasi selT dan sel B
Sifat bersifat general/ umum bersifat memori / diperlukan pajan
pertama dan efektik untuk pajanan
berikutnya dengan antigen yang sama
Cara kerja cara kerja cepat cara kerja kualitas meningkat karna
memiliki sifat memory
8 | k o n s e p d a s a r s i s t e mP e r t a h a n a n t u b u h
K e l . 2 | 2b
2.4 Organ Penyusun Sistem Kekebalan Tubuh
1. Tonsil ialah jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limposit dan
fungsinya ialah memproduksi limposit dan antibodi yang kemudian akan masuk ke
dalam cairan lymph (Kurnadi,2008:42).
2. Limpa ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah belakang
lambung. Limpa berfungsi sebagai:
1) tempat pembentukan sel darah putih
2) Tempat cadangan sel darah
3) tempat pembongkaran sel darah merah yang sudah mati
4)Tempat membunuh kuman-kuman penyakit (Syamsuri, 2007:145).
3. Thymus suatu jaringan lymphatic yang terletak sepanjang trakea di rongga dada bagian
atas. Thymus membesar sewaktu pubertas dan atrophy (mengecil) setelah dewasa.
Fungsi thymus ialah memproses limposit muda menjadi Limposit T.Limposit T yang
terbentuk kemudian berimigrasi menuju jaringan-jaringan limfatik
lainnya (Kurnadi,2008:14).
4. Sumsum Tulang termasuk jaringan limfatik yang memproduksi limposit muda yang
akan diproses pada thymus atau tempat-tempat lainnya untuk menjadi Limposit T dan
Limposit B (Kurnadi,2008:143).
2.5 Antigen dan Antibodi
Dua substansi yang memegang peranan penting dalam sistem kekebalan adalah
antigen dan antibodi.
1. Antigen
Antigen adalah suatu substansi kimia yang mampu merangsang sistem imun
(kekebalan) untuk menimbulkan respon spesifik. Contoh antigen adalah bagian luar
kapsul atau dinding sel bakteri.Antigen disebut juga imunogen. Antigen merupakan
bahan asing yang merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem kekebalan
tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal,
sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat
dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun.
Antigen biasanya berbentuk protein atau polisakarida. Sistem kekebalan atau sistem
imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel 9 | k o n s e p d a s a r s i s t e m
P e r t a h a n a n t u b u hK e l . 2 | 2b
dan organ khusus pada suatuorganisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar,
sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa
jenis kanker.
Pada umumnya, antigen-antigen dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis utama,
yaitu antigen eksogen dan antigen endogen.
1. Antigen Eksogen
Antigen Eksogen adalah antigen-antigen yang disajikan dari luar kepada hospes
dalam bentuk mikroorganisme, tepung sari, obat-obatan atau polutan. Antigen ini
bertanggungjawab terhadap suatu spektrum penyakit manusia, mulai dari penyakit
infeksi sampai ke penyakit-penyakit yang dibenahi secara immologi, seperti pada asma.
2. Antigen endogen
Antigen endogen adalah antigen yang terdapat didalam tubuh dan meliputi
antigen-antigen berikut: antigen senogeneik (heterolog), antigen autolog dan antigen
idiotipik atau antigen alogenik (homolog). Antigen senogeneik adalah antigen yang
terdapat dalam aneka macam spesies yang secara filogenetik tidak ada hubungannya,
antigen-antigen ini penting untuk mendiagnosa penyakit.
Kelompok-kelompok antigen yang paling banyak mempunyai arti klinik adalah
kelompok-kelompok antigen yang digunakan untuk membedakan satu individu spesies
dengan individu spesies yang sama. Pada manusia determinan antigen semacam ini
terdapat pada sel darah merah,sel darah putih trombosit, protein serum, dan permukaan
sel-sel yang menyusun jaringan tertentu dari tubuh, termaksud antigen-antigen
histokompatibilitas. Antigen ini dikenal antigen polomorfik, karena adanya dua atau
lebih bentuk-bentuk yang berbeda secara genetik didalam populasi.
Antigen mempunyai dua ciri penting, yaitu sebagai berikut:
a. Imunogenitas : Kemampuan untuk memicu perbanyakan antibodi dan limfosit
spesifik.
b. Reaktivitas : Kemampuan untuk bereaksi dengan limfosit yang teraktivasi dan
antibodi yang dilepaskan oleh reaksi kekebalan.10 | k o n s e p d a s a r s i s t e m
P e r t a h a n a n t u b u hK e l . 2 | 2b
Selain antigen, terdapat juga molekul yang disebut dengan
Hapten. Hapten adalah substansi kimiawi sederhana atau suatu bagian dari antigen yang
tidak menimbulkan respon kekebalan, tetapi jika hapten berikatan dengan protein tubuh
anak mengenalinya sebagai substansi berbahaya.
Contoh-contoh antigen antara lain:
1. Bakteri 4. Sel-sel dari transplantasi organ
2. Virus 5. Toksin
3. Sel darah yang asing
2. Antibodi
Antibodi adalah protein yang dibentuk sebagai respon terhadap suatu antigen dan
secara spesifik mengadakan reaksi dengan antigen tersebut. Antibodi tidak dapat
menghancurkan antigen. Antibodi tidak bisa secara langsung menghancurkan antigen.
Fungsi utama antibodi adalah menonaktifkan dan menandai antigen untuk
penghancuran lebih lanjut. Umumnya jika antibodi bertemu dengan antigen akan
terbentuk kompleks antigen-antibodi.
Antibodi disebut juga imunoglobin. Ada lima imunoglobin (Ig) utama, yaitu IgG,
IgA, IgM, IgD, dan Ig E.
a. Immunoglobin G (IgG)
Merupakan antibodi yang paling berlimpah dalam sirkulasi. Antibodi ini dengan
mudah melewati dinding pembuluh darah dan memasuki cairan jaringan. IgG juga
menembus plasenta dan memberikan kekebalan pasif bagi ibu ke janin. IgG melindungi
tubuh dari bakteri, virus, dan toksin yang beredar dalam darah dan limfa, dan memicu
kerja sistem komplemen.
b. Immunoglobin A (IgA)
IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk monomer Y (suatu dimer) oleh sel-sel
yang terdapat berlimpah pada membran mukosa. Fungsi utama IgA adalah untuk
mencegah pertautan virus dan bakteri ke permukaan epitelium. IgA ditemukan dalam
sebaguan besar sekresi tubuh, seperti ludah, keringat, dan air mata.
11 | k o n s e p d a s a r s i s t e mP e r t a h a n a n t u b u h
K e l . 2 | 2b
c. Immunoglobin M(IgM)
Immunoglobin M ialah antibodi yang disintesis pertama kali dalam stimulus
antigen. Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini diagnostik
bermanfaat karena kehadiran IgM umumnya mengindikasikan adanya infeksi baru oleh
patogen yang menyebabkan pembentuknya. Sintesis imunoglobin M dilakukan oleh
fetus waktu intrauterin. Oleh karena tidak dapat menelan plasenta, maka IgM pada bayi
yang baru lahir menunjukkan tanda-tanda infeksi intrauterin.
d. Immunoglobin D (IgD)
Antibodi IgD tidak mengaktifkan sistem komplemen dan tidak menembus plasenta.
IgD terutama ditemukan pada permukaan sel B yang kemungkinana berfungsi sebagai
suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadi sel
plasma dan sel B memori.
e. Immunoglobin E(IgE)
Antibodi IgE berukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan IgG dan hanya
mewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. IgE disekresikan oleh sel
plasma di kulit, mukosa, serta tonsil. Jika bagian ujung IgE terpicu oleh antigen, akan
menyebabkan sel melepaskan histamin yang menyebabkan peradangan dan reaksi
alergi.
2.6 Respon Kekebalan
Jika terpapar oleh suatu antigen, akan terjadi respon kekebalan. Perkenalan
dengan suatu antigen akan membangkitkan respon kekebalan primer. Jika setelah
beberapa waktu seseorang terkena antigen yang sama, maka akan muncul respon
kekebalan sekunder.
1. Respon Kekebalan Primer
Setelah antigen masuk ke dalam tubuh, antibodi tidak segera terbentuk di dalam
serum darah. Masa antara pemberian antigen dan dibentuknya antibodi dalam serum
disebut periode laten. Lama periode laten sekitar 6-7 hari. Pada periode laten, antigen
disampaikan pada sel-sel yang imunokomplemen, yaitu sel B yang menghasilkan
antibodi. Pada periode ini terjadi poliferase dan diferensiasi sel B.
Setelah periode laten, kemudian masuk pada tahap biosentisis. Fase awal dari
periode logaritmis di dalam tubuh. Diikuti oleh fase mantap, yaitu dimana kecepatan 12 | k o n s e p d a s a r s i s t e m
P e r t a h a n a n t u b u hK e l . 2 | 2b
sintesis protein sama dengan kecepatan katabolismenya, dan diakhiri fase penurunan,
yaitu dimana katabolisme antibodi lebih cepat daripada sintesisnya.
2. Respon Kekebalan Sekunder
Pertemuan kedua antigen yang sama yang pernah diberikan sebelumnya akan
membangkitkan respon kekebalan sekunder. Ketika antigen ini terpapar pada tubuh,
antibodi yang masih ada dalam serum akan menyusut. Fase ini disebut dengan fase
negatif. Antigen dan antibodi dalam serum kemudian akan membentuk kompleks
antigen-antibodi. Jika dosis antigen sedikit, respon kekebalan yang kuat tidak akan
terjadi. hal tersebut mungkin karena serum antigen tersebut telah digunakan untuk
membentuk kompleks antigen-antibodi. Sebaliknya, jika dosis antigen cukup banyak,
sel-sel B yang tersisa akan membentuk antibodi sehingga muncullah respon sekunder.
3. Perbedaan Respon Primer dan Respon Sekunder
Pada perisriwa stimulasi respon primer, sel sel perkusor membelah diri dan
mengadakan diferensiasi menjadi sel-sel pembentuk antibodi yang memproduksi IgM
dan IgD. Selama proses terbentuk sel-sel memori yang jumlahnya masih terbatas.
Menyusul respon sekunder, sel-sel sensitif terhadap antigen yang jumlahnya bertambah
cepat sehingga sintesis antibodi meningkat.
Respon kekebalan sekunder yang muncul bersifat lebih cepat, lebih tahan lama, dan
lebih efektif daripada respon sebelumnya. Hal itu disebabkan sistem kekebalan telah
lebih siap terhadap antigen karena sel-sel memori bersiap melawan antigen. Sel-sel
memori ini yang pada akhirnya akan menimbulkan memori imunologis.
2.7 Kelainan Pada Sistem Pertahanan Tubuh
Ketidakseimbangan, baik kekurangan maupun kelebihan dalam sistem pertahanan
tubuh dapat menimbulkan penyakit, antara lain sebagai berikut.
1. Imunodefisiensi
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana sistem kekebalan seseorang sangat lemah
atau tidak mampu melakukan tugasnya melawan infeksi berbahaya. Imunodefisiensi
dapat terjadi karena bawaan sejak lahir maupun muncul di waktu dewasa.13 | k o n s e p d a s a r s i s t e m
P e r t a h a n a n t u b u hK e l . 2 | 2b
Imunodefisiensi yang paling memeatikan adalah AIDS yaang disebabkan oleh HIV.
HIV menghambat kertja sel T hepler sehingga menekan sistem kekebalan. Penderita
AIDS umumnya meninggal karena komplikasi berbagai infeksi penyakit yang tidak
dapat diatasi oleh sistem kekebalan yang lemah.
2. Hipersensitivitas (Alergi)
Hipersensivitas adalah respon berlebihan terhadap antigen tertentu. Dalam peristiwa
alergi, sistem kekebalan dapat menyebabkan kerusakan jaringan ketika berusaha
melakukan perlawanan. Antigen yang menyebabkan alergi disebut alergen.
3. Autoimunitas
Autoimunitas adalah kegagalan sistem kekebalan untuk mengenali sel tubuhnya
sendiri. Sistem kekebalan menganggap sel tubuhnya sebagai antigen dan menghasilkan
antibodi untuk melawannya. Contoh : penyakit Lupus.
4. Isoimunitas
Isoimunitas adalah keadaan dimana tubuh mendapatkan kekebalan dari individu lain
yang melawan sel tubuhnya sendiri. Isoimunitas dapat muncul akibat transfusi darah
atau karena cangkok organ dari orang lain.
14 | k o n s e p d a s a r s i s t e mP e r t a h a n a n t u b u h
K e l . 2 | 2b
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan respons
organisme terhadap penolakan antigenic, pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya,
serta semua efek biologis, serologis dan kimia fisika fenomena imun.
Dalam menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi atau
kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk melindungi
dirinya. Sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini,
merupakan tipe pertahanan yang mempunyai spekt rum luas, yang artinya tidak hanya
ditujukan kepada antigen yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga
ditemukan mekanisme imunitas yang didapat yang hanya diekspresikan dan dibangkit
kan karena paparan antigen yang spesifik.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca pada umumnya.
15 | k o n s e p d a s a r s i s t e mP e r t a h a n a n t u b u h
K e l . 2 | 2b
DAFTAR PUSTAKA
http://gectriisna.blogspot.com/2011/11/makalah-imunologi.html
http://lisariahnitaheryahoocoid.blogspot.com/2010/07/makalah-imunologi.html
http://lmirlankameri.blogspot.com/2011/05/makalah-lalat-crysops.html
http://zahra-sanjaya.blogspot.com/2012/06/makalah-dasar-dasar-imunologi.html
http://sistempertahanantubuh.blogspot.com/2011/04/ketidakseimbangan-sistem-
pertahanan.html
http://sistempertahanantubuh.blogspot.com/2011/04/respon-kekebalan.html
http://sistempertahanantubuh.blogspot.com/2011/04/mengenal-anti-bodi-dan-
antigen.html
http://sistempertahanantubuh.blogspot.com/search/label/Organ%20penyusun%20sistem
%20pertahanan%20tubuh
http://sistempertahanantubuh.blogspot.com/2012/02/mekanisme-pertahanan-tubuh-
kekebalan.html
16 | k o n s e p d a s a r s i s t e mP e r t a h a n a n t u b u h
K e l . 2 | 2b