makalah isbd 2.doc
DESCRIPTION
makalah ilmu sosial budaya dasarTRANSCRIPT
MAKALAH
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
DISUSUN OLEH
SUKO HARSONO 115080113111012
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari lebih
lanjut tentang ilmu sosial budaya dasar.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Malang, 23 Februari 2013
Penulis
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna dari
makhluk lainnya. Dengan segala kelebihan yang dimiliki manusia dibanding makhluk lainnya
membuat manusia memiliki kedudukan atau derajat yang lebih tinggi. Manusia juga disertai
akal, pikiran, perasaan sehingga manusia dapat memenuhi segala keinginannya yang
diberikan Tuhan YME.
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang
tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan
mati. Serta terkait serta berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan
timbal balik, baik itu positis maupun negatif.
Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa
yang menurutnya sesuai ketika tindakan-tindakan yang ia ambil dan sebagai makhluk sosial
yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
B. Rumusan Masalah
Dalam bermasyarakat, banyak kita menjumpai perbedaan sifat antara individu satu
dengan individu lainnya. Ada yang gemar berorganisasi serta ada pula yang tidak. Oleh
karena itu penulis ingin membatasi masalah dalam hal :
Apakah yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
Bagaimana pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
C. Tujuan Penulisan
1. Menginformasikan kepada pembaca arti penting kedudukan manusia di muka bumi ini
sebagai pemimpin dari makhluk lainnya.
2. Mengajak kepada pembaca bagaimana manusia sebagai makhluk individu dan sosial.
3. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Ilmu sosial dan Budaya Dasar ( ISBD ).
BAB IIPEMBAHASAN
A. Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak
terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang
berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan.Individualitas manusia tampak pada keinginan untuk selalu tumbuh
berkembang sebagai sosok pribadi yang khas atau berbeda dengan lain.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis,
unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur
tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang
tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada
unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis
sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah
faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu
sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak
lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan
karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial,
merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita
melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial
yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang
memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan
faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan di bebankan berbagai peranan, yang
berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesama manusia. Seringkali pula terdapat
konflik dalam diri individu, karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan
peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat yang namanya
individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku sosial
masyarakatnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai
individu dan sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan konotasi “maang” dalam arti
sosial. Artinya individu tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya atau dengan kata
lain proses aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.
Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus
mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari indvidu untuk menjadi pribadi, tidak
hanya didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh
kelompok sekitarnya.
1). Proses Destruktif dan Konstruktif
Dalam proses untuk menjadi pribadi ini, individu dituntut untuk menyesuaikan dengan
lingkungan tempat ia berada. Lingkungan disini hendaknya diartikan sebagai lingkungan fisik
dan lingkungan psikis. Di dalam lingkungan fisik, individu harus menyesuaikan dirinya
dengan keadaan jasmaninya sedemikian rupa untuk berhadapan dengan individu lain dengan
keadaan jasmaninya yang sama atau berbeda sama sekali.
Prasarana fisik yang sedemikian adanya harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang terdiri dari individu-individu yang menganut sistem yang lama.
Dalam hubungan dengan lingkungan kita nanti akan melihat apakah individu tersebut
menyesuaikan dirinya secara alloplastis, yaitu individu di sini secara aktif mempengaruhi dan
bahkan sering mengubah lingkungannya. Atau sebaliknya individu menyesuaikan diri secara
padif (autoplastis), yaitu lingkungan yang akan membentuk pribadi seseorang. Pada diri
individu yang destruktif kita jumpai kecenderungn untuk memenuhi kebutuhan psikis
berlebihan.Biasanya mencari kepuasan temporal yang sering kali hanya dinikmatinya sendiri,
dan kalau mungkin hanya oleh segelintir individu-individu lain yang menjadi kelompoknya,
dan dalam melakukan ini, penampilannya akan ditandai oleh tindakan yang semata- mata
rasional kearah masa depan.
2). Kompromistis dan Anti-Establishment
Sikap kompromis seseorang individu biasanya banyak disebabkan oleh cara-cara yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan organik maupun kebutuhan psikologis. Sikap anti-
establishment ini merupakan sikap individual yang berlebihan dalam hal individu berintaraksi
dengan lingkungannya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan usaha individu dalam pencarian
identitas diri yang bersifat psikologis (in the search for self identity). Sehingga dalam proses
pencarian, akan terlihat penggambaran mengenai waktu diri sendiri yang sangat dominan.
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam
masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas.
Kalian akan dapat melihat perubahan itu setelah membandingkan keadaan pada beberapa
waktu lalu dengan keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek
kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.
B. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu
juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan
dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu
bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena
pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang
lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu :
1). Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2). Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3). Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4). Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi
sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan
manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang
mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
1). Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama
lain.
2). Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang
direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain
kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau
dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
3). Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang
sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
C. Interaksi Sosial dan Sosialisasi
1. Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah
proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran dan
tindakannya. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas
dari hubungan satu dengan yang lain. Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua
orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan,
saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan
bentuk- bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1). Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
2). Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan
atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud
sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari
orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam
hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi
orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan
pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
3). Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang
lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
4). Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati
timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan seperti juga
pada proses identifikasi.
2. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial.
Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan
(competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk
keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu
merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang
kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai
pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada
dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
1). Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan
akulturasi.
2). Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan
pertikain.
Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:
1. Bentuk Interaksi Asosiatif
Kerja sama (cooperation).
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok
lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama, yaitu:
Bargainng, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih.
Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan
politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu carta untuk menghindari terjadinya
goncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
Akomodasi (accomodation)
Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya :
Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing
mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak
sanggup untuk mencapainya sendiri.
Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan
yang ada.
Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi
tercapainya suatu tujuan bersama.
Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang
berkepentinganmempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan
pertentangan.
Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.
Bentuk Interaksi Disosiatif.
Persaingan (competition).
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang
bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian
atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.
Kontraversi (contaversion).
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontaversi
ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang
disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala
tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
3). Pertentangan (conflict).
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang
berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau
kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi,
pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentangan politik.
3. Sosialisasi.
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam
teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan
tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat
lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil
peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus tetapi
telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia
berinteraksi. Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil
peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran
generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena
telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia
berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya
dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley
diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang
mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut
seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada
tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai
penilaian orang lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208)
mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan
sistem pendidikan.
4. Bentuk dan Pola Sosialisasi
Bentuk-bentuk Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam
kaitan inilah para pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti
sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan
berkesinambungan.
Pola-pola Sosialisasi
Pada dasarrnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola represi yang menekankan pada
penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Dan pola partisipatori yabg merupakan pola yang
didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik dan anak menjadi pusat
sosialisasi.
Masyarakat dan Komunitas
Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakuakn antar
hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta
telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Unsur-
unsur masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama, sudah memiliki
sistem dan struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki
bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki kebudayaan.
Masyarakat Setempat (community)
Masyarakat setempat menunjukan pada bagianmasyarakat yang bertempat tinggal disatu
wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi
dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya, dibandingkan
interaksi dengan penduduk diluar batas wilayahnya.
Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota
Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda,
khususnya terhadap perhatian keperluan hidup. Di desa, yang diutamakan adalah perhatian
khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan pandangan
orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, mereka melihat selain kebutuhan pokok,
pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.
Masyarakat Multikultural
Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk mengambarkan
masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu pluralitas,
keragaman, dan multikultural.
Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu (banyak). Keragaman
menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen, dan
bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, konsep multikultralisme sebenarnya
merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima
kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik,
gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila pluralitas hanya menggambarkan kemajemukan,
multikulturalisme meberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka
adalah sama diruang publik.
Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara dan
Kehidupan Global
Problematika yang muncul dari keragaman yaitu munculnya berbagai kasus disintegrasi
bangsa dan bubarnya sebuah negara, dapat disimpulkan adanya lima faktor utama yang
secara gradual bisa menjadi penyebab utama proses itu, yaitu: kegagalan kepemimpinan,
krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, dan intervensi
asing. Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi munculnya
persoalan gesekan antar budaya, yang mempengaruhi dinamika kehidupan bangsa sebagai
kelompok sosial, oleh sebab itu kita harus bersikap terbuka melihat semua perbedaan dalam
keragaman yang ada, meenjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan keragaman
sebagai kekayaan bangsa, alat pengikta persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan
yang beraneka ragam.
D. Pegembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
1. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau
kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di
antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran
diri di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan
dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang
menjadi dasar bagi self-realisation.
Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan
tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal
pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut,
manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya,
cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu
mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang
paling sempurna.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu
puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam
menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan
seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika
disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan
mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia
dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam
kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.
2.. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki
keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia
adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang
interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga
suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi
dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif
maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus
watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap
pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka
ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia
memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi
badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan
kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia
memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional
lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan
dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang
dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia
dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian
terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan
kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup
bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam
memenuhi kebutuhan rohani
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai individu, ia mempunyai
kemauan dan kehendak yang mendorongnya berbuat dan bertindak. Dari apa yang
diperbuatnya dan dari sikap hidupnya, orang dapat mengetahui pribadi seseorang. Sebagai
makhluk idividu, manusia ingin hidup senang dan bahagia, dan menghindar dari segala yang
menyusahkan. Untuk itu ia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani
maupun kebutuhan rohani yang dapat membawa kesenangan dan kebahagiaan kepada
dirinya.
Akibat dari hal itu, timbullah hak seseorang atas sesuatu, seperti hak milik atas sesuatu
benda, hak menuntut ilmu, hak menikmati kesenangan dan lain-lainnya. Hak itu tidak boleh
diganggu oleh orang lain. Akibatnya, orangpun merasa bahwa dialah yang berkuasa atas
haknya itu dan menyadari pula bahwa ia mempunyai rasa aku. Kesadaran ini mendorongnya
untuk bertindak sendiri, terlepas dari pengaruh orang lain. Hidup sebagai makhluk individu
semata-mata tidak mungkin tanpa juga sebagai makhluk sosial. Manusia hanya dapat dengan
sebaik-baiknya dan manusia hanya akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama
manusia lainnya di dalam masyarakat. Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yang hidup
menyendiri tanpa berhubungan dan tanpa bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hanya
dalam hidup bersama manusia dapat berkembang dengan wajar dan sempurna. Hal ini
ternyata bahwa sejak lahir sampai meninggal, manusia memerlukan bantuan orang lain untuk
kesempurnaan hidupnya. Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk memenuhi kebutuhan
jasmani, tetapi juga untuk kebutuhan rohani. Manusia sangat memerlukan pengertian, kasih
sayang, harga diri, pengakuan dan tanggapan-tanggapan emosional yang sangat penting
artinya bagi pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat. Inilah kodrat manusia, sebagai
makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Tak ada seorangpun yang dapat
mengingkari hal ini, karena ternyata bahwa manusia baru dapat disebut manusia dalam
hubungannya dengan orang lain, bukan dalam kesendiriannya.
LAMPIRAN
1. Apa motivasi Saudara menuntut ilmu di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UB?
apakah ada latar belakang sosial?
Motovasi saya menuntut ilmu di FPIK UB adalah ingin mengembangkan daerah saya dan
negara khususnya di bidang perikanan dan perairan karena kita memiliki potensi yang besar
di sektor tersebut. Tidak ada latar belakang sosial.
2. Sebagai makhluk sosial, sudahkah Saudara berperan sebagai makhluk sosial
seutuhnya?
Saya rasa belum seutuhnya karena masih banyak yang membutuhkan saya tetapi saya belum
mampu membantu mereka saat ini.
3. Menurut Saudara, apa pengertian manusia sebagai makhluk sosial?
Manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang membutuhkan interaksi satu sama lain
dan tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
4. Akhir-akhir ini ( khususnya masyarakat perkotaan) mereka memiliki jiwa
individualisme yang tinggi, menurut Saudara mengapa fenomena ini bisa terjadi? Apa
penyebabnya?Jelaskan
Fenomena tersebut bisa disebabkan beberapa faktor, antara lain:
1. Ekonomi, maksudnya merasa sudah memiliki segalanya sehingga melupakan
hakekatnya sebagai makhluk sosial.
2. Lingkungan, di mana lingkungan ini dapat membentuk suatu sikap. Jika lingkungan
kita individualis tidak menutup kemungkinan kita akan terkena imbasnya.
3. Teknologi, di mana teknologi semakin maju membuat kita hanya duduk tapi mampu
mengakses segala sesuatu dari tempat duduk kita sehingga mereduksi interaksi sosial kita.
4. Pendidikan, di mana dengan bersekolah di rumah (homeschooling) membuat kita
hanya mengenal guru kita tanpa bisa berinteraksi dengan teman seumuran kita yang lain.
5. Menurut Saudara, bagaimana cara mengatasi orang yang memiliki jiwa individualism
tinggi?
Menurut saya yang terpenting pertama adalah menumbuhkan niat sosialnya. Setelah niatnya
tumbuh, yang kedua adalah mengajak orang tersebut melakukan suatu organisasi atau
kegiatan sosial. Maka dengan dua cara tersebut orang tersebut akan lebih memiliki jiwa sosial
dengan catatan orang tersebut mau.
6. Secara naluri, manusia sejak lahir ditakdirkan untuk manjadi makhluk sosial, apa
pendapat Saudara tentang hal ini? Setujukah Saudara?
Saya setuju karena pada hakekatnya manusia merupakan individu yang membutuhkan
interaksi sosial dengan sekitarnya dan tidak akan mungkin ada manusia yang sanggup
menjalani kehidupan tanpa ada interaksi dengan manusia lain.
7. Menurut Saudara apakah peran Pemerintah sudah cukup untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia memiliki jiwa sosial yang tinggi? Apabila belum apa saran Saudara?
Menurut saya peran pemerintah sudah cukup bagus untuk mewujudkan masyarakat yang
berjiwa sosial tetapi perlu ditingkatkan lagi dengan menambah tempat-tempat sosial seperti
LSM, dll.
8. Sebagai generasi muda calon pemimpin bangsa, fenomena apa yang Saudara lihat
akhir-akhir ini? Apakah jargon “manusia sebagai makhluk sosial” masih melekat di kalangan
kawula muda saat ini?
Fenomena yang hingga saat ini tidak bisa dilepaskan dari bangsa ini bahkan terus meningkat
adalah penggunaan teknologi yang makin modern sehigga membuat para pemuda enggan
meninggalkan tempat duduknya dan berinteraksi secara langsung. Saya rasa jargon tersebut
masih melekat namun cara interaksi para pemuda yang harus dirubah dari interaksi melalui
facebook, twitter, handphone, Blacberry Massanger, dll menjadi interaksi secara langsung.
9. Menurut Saudara, langkah strategis seperti apa yang harus dilakukan baik oleh
masyarakat itu sendiri maupun pemerintah agar jiwa sosial masyarakat Indonesia bisa lebih
baik?
Saya rasa yang paling penting dengan mengembalikan semangat gotong royong masyarakat
karena hal tersebut masyarakat kita bisa lebih kompak dari segi sosial saat penjajahan dulu.
10. Menurut Saudara, apakah penyebab/hal-hal yang membuat rasa sosialisme
masyarakat Indonesia menjadi berkurang? Jelaskan! Dan bagaimana solusinya?
Seperti yang saya ungkap di pertanyaan nomor empat. Solusinya mengembalikan niat kita
bersosialisasi dan aktif di beberapa organisasi sosial.