makalah isbd-manusia dan kematian kel xi

50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dengan segala hal yang ada di sekitarnya merupakan proses berkelanjutan yang belum pernah selesai. Proses berkelanjutan ini mengandung berbagai persoalan pelik tersendiri yang hingga saat ini masih tetap aktual untuk dibicarakan. Teka-teki besar, yaitu dari mana sesungguhnya manusia itu berasal, sedang berada dalam fase kehidupan yang bagaimana saat ini, hingga kemudian ke mana manusia akan menuju, belum bisa terjawab seutuhnya dan masih menyisakan berbagai pertanyaan yang harus dicarikan jawabannya. Persoalan yang muncul tentang manusia—tentu manusia sendiri yang memunculkannya—mulai dari persoalan yang berkaitan dengan struktur yang menyusun eksistensinya, makna eksistensinya, kebebasan dan keterikatannya dalam mewujudkan eksistensinya di lingkungan sosialnya, hingga pada persoalan seputar kematian merupakan tabir misteri yang terus diupayakan penyingkapannya. Manusia bukanlah “probleme” yang akan habis dipecahkan, melainkan “ mystere” yang tak mungkin sifat dan cirinya dapat disebutkan secara tuntas. Demikian yang 1

Upload: aiyu-amely

Post on 24-Jul-2015

1.360 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dengan segala hal yang ada di sekitarnya merupakan proses

berkelanjutan yang belum pernah selesai. Proses berkelanjutan ini mengandung

berbagai persoalan pelik tersendiri yang hingga saat ini masih tetap aktual

untuk dibicarakan. Teka-teki besar, yaitu dari mana sesungguhnya manusia itu

berasal, sedang berada dalam fase kehidupan yang bagaimana saat ini, hingga

kemudian ke mana manusia akan menuju, belum bisa terjawab seutuhnya dan

masih menyisakan berbagai pertanyaan yang harus dicarikan jawabannya.

Persoalan yang muncul tentang manusia—tentu manusia sendiri yang

memunculkannya—mulai dari persoalan yang berkaitan dengan struktur yang

menyusun eksistensinya, makna eksistensinya, kebebasan dan keterikatannya

dalam mewujudkan eksistensinya di lingkungan sosialnya, hingga pada

persoalan seputar kematian merupakan tabir misteri yang terus diupayakan

penyingkapannya. Manusia bukanlah “probleme” yang akan habis dipecahkan,

melainkan “ mystere” yang tak mungkin sifat dan cirinya dapat disebutkan

secara tuntas. Demikian yang diungkapkan oleh Gabriel Marcel ketika

mengemukakan pandangannya tentang manusia.

Kepercayaan manusia terhadap kematian merupakan salah satu

penggerak manusia beragama. Dua tokoh psikologi Freud dan Jung

menyatakan bahwa ada hubungan erat antara kematian dan perilaku religius.

Kematian yang tak terelakkan itu menginsafkan manusia dengan paling tajam

akan ketidakberdayaan. Untuk menghadapi frustrasi terbesar ini, manusia

bertindak religious (Dister, 1982: 105). Bahkan Durant menegaskan bahwa

maut adalah asal usul semua agama. “Boleh jadi kalau tak ada maut, Tuhan

tidak akan wujud dalam benak kita.” (Shihab dalam Hidayat, 2006: viii).

Masalah kematian sangat menggusarkan manusia. Mitos, filsafat juga ilmu

pengetahuan tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Hanya

agama yang dapat berperan dalam hal ini.

1

Page 2: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

Kematian merupakan sesuatu yang penuh misteri sehingga banyak

tinjauan tentang kematian itu dari berbagai segi. Ada yang meninjau dari segi

mistik, segi agama (religius). Tinjauan secara mistik dikaitkan dengan

masalah-masalah takhayul, sedangkan tinjauan dari segi agama ada yang

mengaitkan dengan masalah gaib. Lain pula tinjauan dari sisi ilmiah, kematian

dijelaskan dengan penalaran ilmiah berdasarkan pengalaman manusia.

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa salah satu

misteri yang melingkupi manusia adalah persoalan tentang kematian.

Perbincangan yang membahas seputar kematian telah banyak dilakukan,

namun belum juga mampu memuaskan manusia untuk menemukan jawaban

atas berbagai persoalan yang diajukan seputar kematian itu. Berdasar atas latar

belakang tersebut, maka penulis berusaha menguak sedikit tabir misteri

kematian yang melingkupi hidup manusia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka persoalan yang hendak dibahas

dalam makalah ini adalah bagaimana hakekat kematian dan kematian dalam

perspektif berbagai agama.

.

2

Page 3: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

BAB II

MANUSIA DAN KEMATIAN

A. Hakekat Kematian

1. Pengertian Mati dan Kematian

Kata mati berarti tidak ada, gersang, tandus, kehilangan akal dan

hati nurani, kosong, berhenti, padam, buruk, lepasnya ruh dan jasad.

Pengertian mati yang sering di jumpai dalam istilah sehari-hari adalah:

a. Kemusnahan dan kehilangan total roh dan jasad.

b. Terputusnya hubungan antara roh dan badan.

c. Terhentinya budi daya manusia secara total.

Menurut Speece dan Brant (1984) menyebut kematian berlaku

kepada 4 komponen:

a. Perhentian dalam kehidupan adalah segala proses kehidupan manusia

seperti pergerakan, sensasi dan pemikiran.

b. Inrrevesity adalah muktamad dan tidak boleh diobati sesuatu keadaan

yang mana disebabkan proses dalam atau biologikal.

c. Kehilangan status adalah merupakan dari suatu keadaan kehidupan

yang biasa dilalui, lalu hilang hilang semua ciri-ciri yang mewakili

kehidupan lalunya.

d. Kematian somatik adalah matinya semua sel dalam badan.

Dalam bahasa Yunani ‘kematian’ disebut thanatos. Thanatos berarti

bentuk kematian atau keadaan mati. Tetapi kata ini juga dipakai untuk

mengungkapkan hal berbahaya yang mematikan, bagaimana kematian,

ancaman kematian. Thanatos berarti membuat seseorang mati, membunuh,

dan mengakibatkan sesuatu hal berbahaya yang mematikan. Kematian

3

Page 4: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

adalah jangka waktu ketika kita melewati dengan sendiri dunia yang tidak

kelihatan.

Definisi mati menurut Tanatologi. Tanatologi berasal dari kata

thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi

adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi

setelah kematian serta faktor yang memengaruhi perubahan tersebut.

Tanatologi adalah bagian dari Ilmu kedokteran forensik yang mempelajari

tentang hal-hal yang ada hubungannya denga kematian dan perubahan yang

terjadi setelah seseorang mati dan faktor-faktor yang memengaruhinya.

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah berikut:

1) Mati somatik

Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang

kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem

pernapasan secara menetap (ireversibel). Secara klinis tidak ditemukan

refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak

terdengar, tidak ada gerakan pernapasan dan suara pernapasan tidak

terdengar pada auskultasi.

2) Mati suri

Mati suri (near-death experience (NDE), suspend animation,

apparent death) adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan

yang ditentukan oleh alat kedokteran sederhana. Dengan alat

kedokteran yang canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem

tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus

keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.

Mati suri sendiri dapat didefinisikan sebagai ingatan yang

dilaporkan dari seluruh kesan yang didapatkan seseorang dalam kondisi

sadar khusus, termasuk sejumlah unsur khususnya seperti keluar dari

jasad, perasaan damai, melihat lorong, melihat cahaya, bertemu

keluarga yang telah wafat atau sebuah peninjauan ulang pengalaman

4

Page 5: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

semasa hidup. Kondisi ini terjadi pada saat-saat seseorang menjelang

kondisi mati.

Banyak dilaporkan menjadi penyebab mati suri, seperti

kemacetan jantung (mati klinis), shock pasca pendarahan besar, cedera

otak traumatik atau haemorrhage intra cerebral (pendarahan di dalam

otak), nyaris tenggelam (asphyxia), namun juga dalam penyakit serius

yang tidak seketika mengancam jiwa. Pengalaman yang serupa dengan

mati suri dapat juga terjadi saat fase terminal suatu penyakit yang

disebut visi kematian. Pengalaman serupa seperti pengalaman takut

mati juga dilaporkan setelah situasi dimana kematian sudah pasti akan

terjadi seperti saat mengalami kecelakaan lalu lintas atau pendakian

gunung.

3) Mati seluler (mati molekuler)

Yaitu kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul

beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-

masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian

seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengertian ini

penting dalam transplantasi organ.

Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf

pusat mengalami mati seluler dalam empat menit, otot masih dapat

dirangsang (listrik) sampai kira-kira dua jam paska mati dan mengalami

mati seluler setelah empat jam, dilatasi pupil masih terjadi pada

pemberian adrenalin 0,1 persen atau penyuntikan sulfas atropin 1

persen kedalam kamera okuli anterior, pemberian pilokarpin 1 persen

atau fisostigmin 0,5 persen akan mengakibatkan miosis hingga 20 jam

paska mati.

Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam paska

mati dengan cara menyuntikkan subkutan pilokarpin 2 persen atau asetil

kolin 20 persen, spermatozoa masih dapat bertahan hidup beberapa hari

5

Page 6: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

dalam epididimis, kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah

masih dapat dipakai untuk transfusi sampai enam jam pasca-mati.

4) Mati serebral

Yaitu kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversibel, kecuali

batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu

sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan

alat.

5) Mati otak (batang otak)

Yaitu bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial

yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan

diketahuinya mati otak (mati batang otak), maka dapat dikatakan

seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi,

sehingga alat bantu dapat dihentikan.

Secara umum kematian dapat dikatakan sebagai lenyapnya proses

biologikal, psikologikal dan pengalaman sosial dalam sebuah budaya

kehidupan. Selain itu, kematian juga boleh dikatakan apabila roh terpisah

dari jasad. Seseorang individu itu boleh diisytiharkan mati apabila

pernafasan dan degupan jantungnya terhenti untuk satu jangka masa tertentu

dan aktivitas otaknya tidak berfungsi lagi.

2. Tanda Kematian dan Perubahan yang Terjadi Pada Tubuh Setelah Kematian

Perubahan pada tubuh mayat adalah dengan melihat tanda kematian

pada tubuh tersebut. Perubahan dapat terjadi dini pada saat meninggal atau

beberapa menit kemudian, misalnya: kerja jantung dan peredaran darah

terhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan kornea mata hilang, kulit

pucat, dan terjadi relaksasi otot.

Setelah beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas,

sehingga memungkinkan diagnosa kematian menjadi lebih pasti. Tanda-

tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa: lebam

6

Page 7: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

mayat/livor mortis(hipostatis/lividitas paska mati), kaku mayat (rigor

mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan, mummifikasi, dan adiposera.

Beberapa tanda kematian menurut ilmu kedokteran dan para

fuqaha, yaitu :

a. Tanda Kematian Menurut Ilmu Kedokteran

Sebelum ilmu-ilmu kedokteran maju dan sebelum adanya

penelaahan organ tubuh secara teliti serta penemuan organ tubuh

buatan, para dokter menganggap bahwa berhentinya jantung merupakan

indikasi kematian manusia dan berhentinya kehidupannya. Namun kini

mereka telah mengoreksi pendapat tersebut. Mereka kini mengatakan

bahwa berhentinya detak jantung tidak selalu menunjukkan matinya

manusia. Bahkan terkadang jantung sudah berhenti tetapi manusia tetap

hidup. Begitu pula operasi jantung terbuka, mengharuskan penghentian

jantung. Mereka kini mengatakan bahwa indikator yang menunjukkan

kematian seseorang dan berhentinya kehidupan padanya, adalah

matinya batang otak (brain stem). Batang otak adalah semacam tangkai

pada otak yang berbentuk penyangga atau tonggak, yang terletak pada

pertengahan bagian akhir dari otak sebelah bawah, yang berhubungan

dengan jaringan syaraf di leher. Di dalamnya terdapat jaringan syaraf

yang jalin menjalin. Batang otak merupakan sirkuit yang

menghubungkan otak dengan seluruh anggota tubuh dan dunia luar,

yang berfungsi membawa stimulus penginderaan kepada otak dan

membagikan seluruh respons yang dikeluarkan oleh otak untuk

melaksanakan pesan-pesan otak.

Batang otak merupakan bagian otak yang berhenti berfungsi

paling akhir, sebab matinya otak dan kulit/tutup otak terjadi sebelum

matinya batang otak. Jika batang otak mati, matilah manusia dan

berakhirlah kehidupannya secara total, meskipun jantungnya masih

berdenyut, kedua paru-parunya masih bernapas seperti biasa, dan organ-

organ lain masih berfungsi. Terkadang kematian batang otak terjadi

7

Page 8: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

sebelum berhentinya jantung, misalnya bila ada pukulan langsung pada

otak, atau gegar otak, atau pemotongan batang otak. Dalam keadaan

sakit, berhenti dan matinya jantung seseorang terjadi sebelum berhenti

dan matinya otak. Demikian pendapat para dokter.

b. Tanda Kematian Menurut Para Fuqaha

Adapun para fuqaha, mereka tidak memutuskan terjadinya

kematian, kecuali setelah adanya keyakinan akan datangnya kematian

pada seseorang. Mereka telah menyebut tanda-tanda yang dijadikan

bukti-bukti adanya kematian, di antaranya: nafas berhenti, mulut

terbuka, mata terbelalak, pelipis cekung, hidung menguncup,

pergelangan tangan merenggang, dan kedua telapak kaki lemas

sehingga tidak dapat ditekuk ke atas. Jika muncul keraguan (syak) akan

kematian seseorang, misalnya jika jantungnya berhenti berdetak, atau

pingsan, atau dalam keadaan koma total karena sesuatu sebab, maka

dalam hal ini wajib menunggu untuk memastikan kematiannya.

Kepastian kematiannya nampak dari adanya tanda-tanda kematian atau

adanya perubahan bau dari orang tersebut.

Adapun hukum syara’ yang lebih kuat (raajih) dan menjadi

dugaan kuat ialah bahwa seseorang tidak dihukumi mati kecuali setelah

ada keyakinan akan kematiannya, dengan adanya tanda-tanda yang

menunjukkan kematian sebagaimana yang disebutkan oleh para fuqaha.

Hilangnya kehidupan tidak boleh dihukumi dengan alasan

yang meragukan (syak), sebab sesuatu yang yakin tidak dapat

dihilangkan keberadaannya dengan alasan yang meragukan. Begitu pula

hilangnya kehidupan tidak dapat diputuskan dengan alasan yang

meragukan, karena prinsip asal untuk menentukan keberadaan sesuatu

adalah tetapnya apa yang ada pada sesuatu yang sudah ada, sampai ada

suatu alasan yang membatalkan keberadaannya secara yakin. Perlu

diingat pula bahwa kematian adalah kebalikan dari kehidupan, sehingga

harus nampak tanda-tanda yang berkebalikan dari tanda-tanda

8

Page 9: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

kehidupan, seperti hilangnya akal, kesadaran, dan penginderaan,

berhentinya nafas, serta tidak adanya kebutuhan akan makanan.

Atas dasar ini, maka pendapat para dokter bahwa matinya

batang otak adalah tanda matinya manusia dan berhentinya

kehidupannya secara medis, tidaklah sesuai dengan hukum syara’.

Tidak berfungsinya batang otak dan seluruh organ tubuh yang vital–

seperti jantung, paru-paru, hati– tidak dapat menjadi indikator kematian

seseorang menurut hukum syara’. Yang menjadi indikator, adalah bila

seluruh organ tubuh vital tidak berfungsi lagi, disertai dengan hilangnya

seluruh tanda- tanda kehidupan pada seluruh seluruh organ-organ

tersebut.

3. Sebab-Sebab Kematian

Kematian adalah satu perkara yang lazim dan realiti kepada

manusia. Setiap manusia akan menghadapinya. Namun corak kematian

manusia adalah dalam kondisi atau situasi yang berbeda-beda. Berlakunya

kematian adalah dengan berbagai sebab- musabab:

a) Kematian penyakit adalah kematian yang disebabkan oleh sesuatu

penyakit seperti kanser, AIDS, sakit jantung, angina ahmar dan lain-

lain.

b) Kematian tak diduga adalah kematian yang boleh terjadi akibat

kemalangan, bencana, mati ketika tidur dan lain-lain.

c) Kematian Perkembangan umur atau usia adalah kematian yang berlaku

perkembangan hidupnya. Dengan lebih jelas adalah kematian yang

bakal dihadapi oleh orang tua.

4. Proses Kematian (Sakaratul Maut)

Proses kematian seseorang beraneka ragam, mulai dari proses mati

dengan tenang sampai pada proses mati dengan terlebih dahulu mengalami

kecelakaan dan sebagainya. Ini semuanya peristiwa lahir. Demikian pula

9

Page 10: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

dalam sikap batin, manusia menghadapi kematian bermacam-macam.

Menurut ukuran agama, misalnya, ada yang mati dalam keadaan iman atau

sebaliknya. Kesemuanya mempunyai penilaian atau penghargaan menurut

dimensi agama yang berbeda- beda. Seseorang yang mati syahid (membela

agama) kedudukannya berbeda dengan seseorang yang mati bukan syahid.

Proses kematian manusia tidak dapat diketahui atau digambarkan

dengan jelas karena menyangkut segi fisik dan segi rohani. Dari segi fisik

dapat diketahui secara klinis, yaitu seseorang dikatakan mati apabila

pernapasannya dan denyut jantungnya berhenti. Dari segi rohani ialah

proses roh manusia melepaskan diri dari jasadnya. Proses kematian dari segi

rohani ini sulit digambarkan secara inderawi, tetapi nyata terjadi.

Istilah lain untuk proses kematian adalah sakaratul maut. Sakaratul

maut artinya bingung, ketakutan dan kedahsyatan saat sedang dicabut

rohnya dari badan yang perlahan-lahan bergeser ke paha, sampai ke

kerongkongan, kemudian mata terbelalak ke atas mengikuti lepasnya roh.

5. Fungsi Kematian

Fungsi kematian jawabannya bersumber dari ajaran-ajaran agama.

Ajaran agama tidak memandang semata-mata sebagai kematian fisik, tetapi

berfungsi rohaniah, yaitu untuk memberikan pembalasan kepada manusia

sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu ia hidup. Orang yangmengikuti

ajaran agama dengan sebenarnya dan sebaik-baiknya akan dijamin masuk

surga, dan sebaliknya orang yang tidak mengikuti ajaran agama akan

masuk neraka. Kalau demikian, kematian itu dapat merupakan bencana atau

nikmat.

Fungsi kematian adalah untuk menghentikan budi daya, prestasi,

dan sumbangan seluruh potensi kemanusiaannya. Maka kematian itu bukan

akibat kesalahannya atas dosanya kepada orang lain, atau tumbal, melainkan

karena takdir.

10

Page 11: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

B. Kematian dalam Perspektif Berbagai Agama

1. Kematian Menurut Pespektif Agama Kristiani

Kematian ialah permulaan dan permulaan sesuatu yang indah jika

menjalani hidup menurut jalan Tuhan. Semua menyadari bahwa ada

kehidupan selepas kematian dan ada balasan.

Kitab Bible sangat jelas mengenai bila masa seseorang akan

menemui takdir muktamadnya. Kitab Injil memberitahu bahwa selepas

masa mati, seseorang diangkat ke syurga atau dihantar ke neraka

berasaskan samada dia percaya kepada Jesus sebagai Penyelamat Individu.

Bagi orang yang percaya kepada Jesus, selepas kematian dia akan

meninggalkan badan fizikal ini dan berada bersama dengan Tuhan Jesus (2

Korintus 5:6-8; Filipi 1:23). Untuk mereka yang tidak percaya, selepas

kematian mereka akan mengalami hukuman abadi di dalam neraka (Lukas

16:22-23).

Wahyu 20:11-15 menguraikan mereka yang berada di neraka

adalah dicampak ke dalam tasik api. Wahyu bab 21-22 menguraikan satu

Syurga Baru dan Bumi Baru. Oleh itu, nampaknya sehingga kebangkitan

terakhir, selepas mati roh manusia akan berada di satu Syurga atau Neraka

sementara. Takdir muktamad seseorang tidak akan diubah tetapi lokasi

takdir akhirnya mungkin bertukar.

Setakat sesuatu ketika selepas mati, mereka yang percaya kepada

Jesus akan dihantar ke Syurga Baru dan Bumi Baru (Wahyu 21:1). Setakat

sesuatu ketika selepas mati,mereka yang tidak percaya kepada Jesus akan

dicampak ke dalam tasik api (Wahyu 20:11-15). Inilah destinasi terakhir

dan abadi untuk semua orang – berasaskan sepenuhnya ke atas samada dia

percaya kepada Jesus untuk penyelamatan dan pengampunan dosa.

2. Kematian Menurut Perspektif Agama Buddha

Definisi kematian dalam Agama Buddha tidak hanya sekadar

ditentukan dari unsur-unsur jasmaniah atau paru-paru, jantung ataupun otak.

11

Page 12: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

Ketakberfungsian ketiga organ tubuh itu hanya merupakan ‘gejala’, ‘akibat’

atau ‘pertanda’ yang tampak dari kematian, bukan kematian itu sendiri.

Faktor terpenting yang menentukan kematian ialah unsur-unsur batiniah

suatu makhluk hidup. Walaupun organ-organ tertentu masih dapat berfungsi

sebagaimana layaknya secara alamiah ataupun melalui bantuan peralatan

medis, seseorang dapat dikatakan mati apabila kesadaran ajal (cuticitta)

telah muncul dalam dirinya. Begitu muncul sesaat, kesadaran ajal langsung

padam. Kepadaman kesadaran ajal merupakan ‘The point of no return’ bagi

suatu makhluk dalam kehidupan ini. Pada unsur-unsur jasmaniah, kematian

ditandai dengan terputusnya kemampuan hidup (jîvitindriya). Inilah definisi

kematian menurut pandangan Agama Buddha. Ada 3 (tiga) jenis kematian

dalam Agama Buddha, yakni:

1. Khanika marana: Kematian atau kepadaman unsur-unsur batiniah dan

jasmaniah pada tiap-tiap saat akhir (bhanga).

2. Sammuti-marana: Kematian makhluk hidup berdasarkan persepakatan

umum yang dipakai oleh masyarakat  dunia.

3. Samuccheda-marana: Kematian mutlak yang merupakan keterputusan

daur penderitaan para Arahanta.

Kematian pada dasarnya diakibatkan oleh empat macam sebab,

yaitu karena habisnya usia (âyukkhaya), karena habisnya akibat perbuatan

penyebab kelahiran serta perbuatan pendukung (kammakkhaya), karena

habisnya usia serta akibat perbuatan (ubhayakkhaya), karena terputus oleh

kecelakaan, bencana atau malapetaka (upacchedaka). Empat sebab kematian

ini dapat diumpamakan seperti empat sebab kepadaman pelita, yaitu karena

habisnya sumbu, habisnya bahan bakar, habisnya sumbu serta bahan bakar,

dan karena tertiup angin.

Salah satu alasan mengapa orang-orang cenderung menjadi takut

terhadap kematian ialah mereka tidak tahu apa yang akan mereka alami. Di

dalam tradisi Buddhis Tibet ada keterangan yang jelas dan terperinci

mengenai proses kematian, yang meliputi lapan tahap. Lapan tahap itu

berhubungan dengan pencerai-beraian berbagai faktor secara beransur-

12

Page 13: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

angsur, seperti empat elemen: tanah, air, api, dan udara. Jika mereka

melewati lapan tahap itu, akan muncul berbagai tanda internal dan

eksternal. Empat elemen tercerai berai pada empat tahap yang pertama.

Pada tahap pertama, elemen tanah mulai terpisah, dan kelihatan dari tanda

luar iaitu: tubuh seseorang menjadi lebih kurus dan lebih lemah dan secara

internal orang itu melihat berbagai ilusi. Pada tahap kedua,unsur air mulai

terpisah dengan tanda eksternal, tubuh mengering, dan secara internal

orang tersebut melihat asap. Elemen api mulai terpisah pada tahap ketiga,

dengan tanda eksternal, pendengaran dan kemampuan mencerna

mengalami penurunan dan secara internal orang tersebut memiliki suatu

penglihatan terhadap tanda-tanda. Pada tahap keempat, angin atau udara

terpisah, dengan tanda eksternalnya: nafas berhenti, dan secara internal:

orang itu melihat sebuah bara api yang hampir menyala. Ini adalah saat

dimana seseorang dinyatakan mati. Elemen-elemen fisik yang besar telah

tercerai berai secara keseluruhan, nafas telah berhenti, dan sudah tidak ada

lagi gerakan di dalam otak atau sistem sirkulasi.

Bagaimanapun juga, menurut Buddhisme, kematian belum terjadi

karena fikiran atau kesadaran masih ada di dalam jasad fisik. Ada beberapa

tingkat fikiran: kasar, halus, dan sangat halus. Fikiran atau kesadaran kasar

terdiri dari: enam kesedaran Indra kita dan lapan puluh konsepsi instinktif.

Yang pertama terpisah pada empat tahap yang pertama. Yang belakangan

terpisah pada tahap kelima, mengikuti orang yang mendapat penglihatan

tentang warna putih (visi putih). Pada tahap keenam, visi putih hilang dan

visi merah muncul. Pada tahap ketujuh, visi merah lenyap dan visi

kegelapan muncul. Visi-visi putih, merah, dan kegelapan merupakan tahap

kesedaran yang halus. Akhirnya, pada tahap kelapan, visi kegelapan

lenyap dan fikiran yang sangat halus yang berupa cahaya terang menjadi

nyata. Ini adalah tahap fikiran kita yang paling halus dan paling murni atau

kesedaran. Para meditator yang mengalaminya mampu memanfaatkan

cahaya terang dari fikiran ini untuk bermeditasi dan merealisasi kebenaran

mutlak, bahkan mencapai pencerahan. Itulah sebabnya para meditator

13

Page 14: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

seperti itu tidak takut menghadapi kematian, bahkan kelihatan berani

menghadapi kematian seolah-olah akan pergi untuk berhibur.

3. Kematian Menurut Perspektif Agama Hindu

Agama Hindu percaya bahawa penjelmaan dan kematian adalah

sebagai pandangan jiwa beralih daripada satu badan ke satu laluan untuk

mencapai Nirwana, yaitu syurga. Kematian adalah satu peristiwa yang

menyedihkan. Manakala sami-sami Hindu menekankan pengebumian

adalah satu penghormatan dan tanda peringatan kepada si mati.

Masyarakat Hindu membakar mayat mereka, percaya bahawa

pembakaran satu mayat menandakan pembebasan semangat dan api adalah

mewakili shiva, yaitu dewa pemusnah. Ahli-ahli keluarga akan berdoa di

sekeliling badan secepat mungkin selepas kematian. Orang akan coba

mengelak daripada menyentuh mayat. Hal ini, karena ia adalah dianggap

sebagai lambang memalukan si mayat tersebut. Mayat biasanya dimandikan

dan dipakaikan dengan pakaian putih, adalah salah satu pakaian tradisional

orang India. Jika si isteri mati sebelum suaminya, dia dipakaikan pakaian

pengantin. Manakala seorang janda akan dipakaikan sari yang berwarna

putih atau berwarna pucat. Badan dihiasi dengan cendana, bunga-bunga dan

kalungan-kalungan bunga. Selepas itu, Vedas atau Bhagavad Gita ataupun

Sivapuranam, yaitu Kitab suci Hindu akan dibaca. Orang yang berkabung

diketuai olah anak sulung lelaki ataupun anak lelaki bungsu, akan

menerangi beberapa umpan api dengan mengelilingi mayat, demi

mendoakan pemergian jiwa. Selepas pembakaran mayat, keluarga akan

dihidangkan dan bersembahyang dalam rumah mereka. Orang yang

berkabung akan mandi dengan sepenuhnya sebelum memasuki rumah

selepas pengebumian. Seorang sami akan melawat dan melakukan upacara

sembayang untuk si mati pada hari ke 16 sebagai tujuan mententeramkan si

mati. Biasanya, satu kalungan dijemur atau bunga-bunga diletakkan pada

gambar si mati adalah menunjukkan tanda penghormatan bagi mengingati

mereka. 'Shradh' adalah upacara sembahayang setahun selepas kematian

orang. Ini diadakan setahun sekali bagi memperingati mereka. Sami juga

14

Page 15: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

berpesan kepada ahli keluarga bahwa pemberian makanan kepada

masyarakat miskin adalah satu tanda ingatan kepada si mati.

Mati menurut pandangan Hindu hanyalah berlaku bagi jasad, bukan

untuk Roh. Bagi Roh, jasad tak lebih dari sekedar baju yang jika sudah

usang mesti dilepas/dibuang untuk diganti dengan yang baru sebelum

mendapat “selimut keabadian” di alam Moksa. Baik buruknya kualitas baju

yang diperoleh kemudian bergantung dari daya beli “uang kebajikan” yang

telah ditabungnya. Baju baru si Roh akan disandang pada reinkarnasinya.

Baju yang paling mahal adalah bermerek “Manusia”, merek ini pun ada

bermacam tingkatan, ada yang asli (kualitas utama), yang sedang, rendah

bahkan yang imitasi juga banyak.

Gambaran perjalanan sang Roh antara kematian dan kelahiran

kembali sebagai berikut : Roh berpindah dengan badan astral atau suksma

sarira. Badan astral ini terjadi dan 19 tattwa atau prinsip, yaitu; 5 organ

penggerak, 5 organ pengetahuan, 5 prana, pikiran, kecerdasan dan citta

(bawah sadar) dan ahamkara atau keakuan (ego). Badan halus ini membawa

segala jenis samskara atau kesan, serta wawasan atau kecenderungan-

kecenderungan dan Roh pribadi. Bila buah dan karma- karma baik telah

dihabiskan. Ta menggabungkan dirinya dengan badan fisik yang baru dan

berinkarnai pada tempat di bumi ini. Yang penilakunya sudah baik

mencapai kelahiran baik, dan yang perilakunya jahat ditanik ke dalam

kandungan yang penuh dosa atau kelahiran yang lebih rendah.

Hindu mengenal konsep PurusaPradhana, Brahman-Atman,

Bhuana Agung-Bhuana Alit. Pada peristiwa “kematian”, Atman diharapkan

kembali kepada Brahman, dan jasad (Bhuana Alit) kembali kepada alam

(Ehuana Agung). Untuk proses kembalinya Bhuana alit ke Bhuana Agung,

cara yang terbaik adalah dengan membakar (kremasi). Mengapa kremasi

yang terbaik? Menurut Sri Swami Sivananda, kremasi memberikan manfaat

yang tertinggi bagi Roh. Bila badan tidak dibakar, sang Roh/Jiwa masih

dihubungkan dengan bumi. Roh terkatung-katung mengitari badan yang

sudah mati disebabkan oleh moha atau keterikatan pada badan fisik.

15

Page 16: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

Perjalanannya ke alarn surgawi terhalang karenanya. Jika dibakar, getaran-

getaran yang dihasilkan dari penguncaran mantra dan persembahan sesajian

air mampu memberikan hiburan dan menyenangkan Roh yang meninggal.

Upacara sapindikarana membantu jiwa melewati Preta Loka

menuju Pitri Loka. Ia lalu diakui di antara para Pitri atau leluhur. Si anak

mengelilingi jasad ayahnya tiga kali sebelum api dinyalakan pada tumpukan

kayu bakar dan memercikkan air sekali, penguncaran mantra, “Pergilah!

Menyingkir dan berangkat dari sini.” Tulang-tulangnya dikumpulkan pada

hari berikutnya dan dibuang ke dalam sungai. Mereka yang mampu akan

membawanya ke Banares atau Hardwar dan membuangnya ke sungai

Gangga. Menjadi kepercayaan bahwa Roh yang fana, tinggal disampaikan

ke sungai Gangga yang suci maka Roh akan mencapai wilayah yang lebih

tinggi dari kecemerlangan dan sinar spiritual yang akhirnya bebas. Lewat

kremasi unsur-unsur penyusun jasad dikembalikan ke asalnya, unsur air

kembali ke air, api kembali ke api dan seterusnya.

4. Kematian dari Perspektif Agama Islam

Mati ialah terputusnya hubungan roh dengan lahir batin,

perpisahan antara keduanya. Bagi seorang muslim, mati bukanlah akhir

segalanya. Mati lebih merupakan laksana untuk menuju kehidupan

selanjutnya yang kekal dan abadi (akhirat). Pengertian hidup menurut

bahasa Arab adalah kebalikan dari mati (naqiidlul maut). Tanda-tanda

kehidupan nampak dengan adanya kesadaran, kehendak, penginderaan,

gerak, pernapasan, pertumbuhan, dan kebutuhan akan makanan. Sedang

pengertian mati dalam bahasa Arab adalah kebalikan dari hidup (naqiidlul

hayah). Dalam kitab Lisanul Arab dikatakan : “Mati adalah kebalikan dari

hidup.” Jadi selama arti mati adalah kebalikan dari hidup, maka tanda-

tanda kematian berarti merupakan kebalikan dari tanda-tanda kehidupan,

yang nampak dengan hilangnya kesadaran dan kehendak, tiadanya

penginderaan, gerak, dan pernapasan, serta berhentinya pertumbuhan dan

kebutuhan akan makanan.

16

Page 17: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

Kematian merupakan suatu musibah yang amat hebat. Allah

pulalah yang menamatkannya sebagai ‘musibah’ sebagaimana firman-Nya

dalam Al-Qur’an Al-Karim :

“Lalu kamu ditimpa bahaya kematian.” (QS. Al-Maidah : 106)

Kematian walaupun kelihatannya adalah kepunahan, tetapi pada

hakikatnya adalah kelahiran yang kedua. Kematian manusia dapat

diibaratkan dengan menetasnya telur-telur. Anak ayam yang terkurung

dalam telur, tidak dapat mencapai kesempurnaan evolusinya kecuali

apabila ia menetas. Demikian juga manusia, mereka tidak akan mencapai

kesempurnaannya kecuali apabila meninggalkan dunia ini (mati).

Ada beberapa istilah yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk

kepada kematian, antara lain al-wafat (wafat), imsak (menahan).

Ar-Raghib menjadikan istilah-istilah tersebut sebagai salah satu

isyarat betapa Al-Quran menilai kematian sebagai jalan menuju

perpindahan ke sebuah tempat, dan keadaan yang lebih mulia dan baik

dibanding dengan kehidupan dunia. Bukankah kematian adalah wafat yang

berarti kesempurnaan serta imsak yang berarti menahan (di sisi-Nya).

Ada beberapa ayat dan hadits yang menunjukkan bahwa manusia

akan mati ketika ruhnya (nyawanya) ditahan dan ketika jiwanya dipegang

oleh Allah SWT Sang Pencipta.

Allah SWT berfirman : “Allah memegang jiwa (orang) ketika

matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya.

Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan

Dia lepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan.”(QS. Az

Zumar : 42). Imam Muslim meriwayatkan dari Ummu Salamah RA bahwa

Rasulullah SAW : “Sesungguhnya jika ruh sedang dicabut, maka mata

akan mengikutinya…”

Perlu dipahami bahwa tidak ada yang mengetahui hakikat jiwa

dan ruh tersebut kecuali Allah SWT. Demikian pula masalah

pemegangan/pencabutan serta pengembalian ruh dan jiwa kepada Allah

17

Page 18: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

SWT selaku pencipta keduanya, termasuk dalam perkara ghaib yang

berada di luar jangkauan eksperimen ilmiah. Yang dapat diamati hanyalah

pengaruh-pengaruh fenomena tersebut dalam tubuh fisik manusia, berupa

tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya kematian.

Meskipun beberapa ayat dan hadits telah menunjukkan bahwa

berhentinya kehidupan adalah dengan pencabutan ruh dan penahanan jiwa,

akan tetapi ayat atau hadits seperti itu tidak menentukan titik waktu kapan

terjadinya pencabutan ruh, penahanan jiwa, dan berhentinya kehidupan.

Pemberitaan wahyu tentang hal tersebut, ialah bahwa ruh jika dicabut,

akan diikuti oleh pandangan mata, sebagaimana yang diterangkan dalam

hadits di atas. Demikian pula terdapat keterangan dari sabda Rasulullah

SAW : “Jika kematian telah menghampiri kalian, maka pejamkanlah

penglihatan kalian, sebab penglihatan akan mengikuti ruh (yang sedang

dicabut)…” (HR. Ahmad, dari Syadad bin Aus RA).

Oleh karena itu, penentuan titik waktu berhentinya kehidupan

berarti memerlukan penelaahaan terhadap manath (fakta yang menjadi

objek penerapan hukum) pada seseorang yang akan ditetapkan telah mati

dan telah berhenti kehidupannya. Penelaahan ini membutuhkan keahlian

dan pengetahuan.

Ajaran agama menggambarkan konsepsi adanya pertalian alam

dunia dan akhirat serta menggambarkan prinsip tanggungjawab manusia

selama hidup di dunia. Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad

SAW. sebagai berikut:

“Apabila anak Adam telah mati, terputuslah daripadanya budi-

dayanya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang berguna, atau

anak saleh yang mendo’akan kebaikan bagi kedua orang tuanya.”

Demikian pula difirmankan Allah SWT.:

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang

gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya)

mereka itu hidup, tetapikamu tidak menyadarinya.”

Islam memberikan perspektif yang positif tentang kematian.

Kehidupan dan kematian adalah tanda-tenda kebesaran Allah. Kehidupan

18

Page 19: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

dan kematian adalah ujian bagi manusia, agar manusia dapat mengambil

pelajaran dari keduanya, dan berbuat baik di atas bumi. Dalam Al-Qur’an

dinyatakan :

“(Dialah Allah) yang menjadikan  mati dan hidup, supaya dia

menguji kalian, siapa diantara kalian yang baik amalnya”. ( QS Al-Mulk:

2)

Kematian hanya merupakan salah satu tahap dari perjalanan

manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah. Setelah manusia di

ciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk mulai dari masa konsepsi, Allah

kemudian mematikannya. Namun sesudah itu, manusia akan dibangkitkan

di hari kiamat.

Menurut perspektif Islam, kematian dianggap sebagai peralihan

kehidupan, dari kehidupan dunia menuju kehidupan di alam lain. Menurut

Islam, setelah meninggal dan dikuburkan, manusia akan dihidupkan

kembali. Kematian di alam kubur seperti tidur untuk menghadapi hari

kebangkitan. Mereka yang berpisah  karena kematian di dunia, dapat

bertemu kembali dalam kehidupan setelah mati, manusia akan

mempertanggung jawabkan perbuatannya selama hidup di dunia.

Demikian terlihat bahwa kematian dalam pandangan Islam

bukanlah sesuatu yang buruk, karena di samping mendorong manusia

untuk meningkatkan pengabdiannya dalam kehidupan dunia ini, ia juga

merupakan pintu gerbang untuk memasuki kebahagiaan abadi, serta

mendapatkan keadilan sejati.

Kehidupan setelah mati merupakan hal yang sulit untuk di

buktikan secara emperik. Mereka telah mengalami kematian tidak dapat

kembali ke dunia untuk memberi tahu apa yang terjadi setelah mati.

Penelitian emperik hanya dapat dilakukan pada orang-orang yang pernah

mengalami mati suri, dan setalah beberapa lama, kemudian bangun

kembali dari mati sementaranya tersebut. Penelitian terhadap mereka

menunjukan adanya kesamaan pola pengalaman mati suri. Hal ini

19

Page 20: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

memperlihatkan adanya kemungkinan besar tentang kehidupan setelah

mati.

C. Kematian dan Makna Hidup

Kalau diakui bahwa hidup itu ada artinya, maka kematian sebagai

bagian integral kehidupan pasti juga mempunyai arti. Mengingat kaitan yang

begitu erat antara kematian dan kehidupan, maka setiap pertanyaan mengenai

makna kematian mau tidak mau menyangkut makna kehidupan. Jawab atas

makna kematian bisa ditelusuri dari jawab atas makna hidup. Tetapi kita harus

mulai dari makna hidup dulu. Alasannya sederhana yaitu karena kematian

belum kita alami secara pribadi, sedangkan kehidupan sudah dan sedang

dijalani. Dengan demikian makna hidup lebih mudah dicari.

Pertanyaan mengenai apa itu makna hidup tidak bisa dijawab dengan

menyebutkan satu per satu kegiatan hidup, seperti: lahir, menjadi dewasa,

belajar, bekerja, berkeluarga, menjadi tua, dan mati. Memang orang biasanya

melewati tahap-tahap kehidupan itu dan hal itu sudah dimengerti. Tetapi semua

kegiatan hidup itu justru telah mendorongnya untuk bertanya "Apa itu hidup?",

"Apa tujuan semua itu?" Jadi, makna hidup yang ditanyakan itu terletak jauh di

balik semua pengalaman empiris dari kehidupan. Maka hidup bukan sekedar

soal apa yang dijalani setiap hari, melainkan soal apa yang mendasari semua

pengalaman hidup empiris itu.

Pertanyaan mengenai makna hidup paling tidak muncul dalam dua

masa. Pertama, yaitu pada masa puber seorang remaja. Pada masa itu seorang

remaja mulai berdiri sendiri dan ia sanggup memandang dirinya sebagai orang

lain. Ketika Yosi kecil ditanya "Siapakah kamu?" Ia segera menjawab: "Yosi!"

Tetapi ketika Yosi sudah remaja, setelah ia menjawab "Aku Yosi", ia masih

meneruskan pertanyaan itu kepada dirinya sendiri "Tetapi siapakah aku ini?"

Demikianlah remaja mengalami krisis identitas. Secara tiba-tiba ia mulai

melihat dirinya secara menyeluruh dari luar. Ia mulai sadar kalau hidupnya

tidak melulu untuk makan, minum, bermain, sekolah, tetapi ada sesuatu yang

lebih agung. Ia mulai bertanya: "Apa makna hidupku?"

20

Page 21: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

Kedua, makna hidup mulai dipertanyakan ketika orang sudah sampai

pada titik jenuh dari rutinisme hidup sehari-hari. Pada saat itulah orang tidak

lagi memandang dirinya sebagai seorang karyawan yang harus bangun pagi,

makan, bekerja, merokok, tetapi ia merasa dalam hidupnya mesti ada suatu

tujuan yang mau dituju. Hidupnya secara pasti mengarah ke satu tujuan.

Namun ke mana? Untuk apa ia hidup?

Begitulah kedua momen eksistensiil yang mendorong orang

menanyakan makna hidupnya. Setelah pertanyaan itu muncul, datanglah

pelbagai tawaran jawaban atas makna hidup itu.

D. Paradoks Kematian 

Secara teoritis dan filosofis kematian jelas merupakan bagian integral

dari kehidupan, dan untuk itu telah diusahakan makna baginya. Kematian

dengan demikian diterima sebagai sesuatu yang natural. Kendatipun demikian

manusia ternyata masih merasa cemas dan takut terhadap kematian. Kematian,

yang datang dengan tiba-tiba itu, merenggut ketenangan hidup yang sedang

dijalani, perjalanan hidup terputus, seperti tontonan televisi yang

mengasyikkan tiba-tiba terhenti karena listrik padam. Menjengkelkan, tetapi

sekaligus menakutkan.

Maka orang menghayati kehidupan dan kematian dengan berbeda

sekali, walaupun pada dasarnya kematian merupakan bagian dari kehidupan

juga. Tampaknya kehidupan merasa asing dengan kematian. Di sinilah tampak

paradoks antara kehidupan dan kematian. Sebenarnya keduanya tidak

berkontradiksi, tetapi tampak seperti kontradiksi. Alami tetapi juga kelihatan

tidak wajar. Akibat ketidaksesuaian antara pengetahuan teoritis dan

pengalaman aktual tentang kematian itu, maka timbullah kegelisahan

menghadapi kematian yang pasti datang itu.

Manusia yang diperhadapkan dengan kematian merasa tidak

mempunyai pegangan pasti. Nilai-nilai absolut yang menjadi alasan hidupnya

selama ini dirasa kurang mencukupi pada dirinya sendiri. Belum ada

penjelasan yang mampu meredakan rasa cemas ini. Sebagian orang beragama

21

Page 22: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

pun tidak luput dari kecemasan eksistensiil ini. Memang kematian sebagai

fakta tetap merupakan fakta, dan itu dialami oleh orang hidup. Hanya iman

yang hidup mampu meneduhkan kecemasan akan kematian itu. Tetapi dalam

konteks filosofis soal iman tidak mendapat tempat, dan oleh karenanya kaum

saleh yang menghadapi kematian tidak dibahas secara khusus. Yang mau

disoroti yaitu manusia pada umumnya merasa bingung dan gelap ketika

diperhadapkan dengan kematian.

E. Kematian dan Kehidupan

Kehidupan yang dijalani manusia pasti berakhir. Titik akhir ini sampai

bila kematian datang. Lebih jelasnya lagi, kematian merupakan batas terakhir

kehidupan. Manusia mati dan itu berarti ia sudah sampai di akhir hidupnya.

Kalau begitu, kematian bukan sesuatu yang ditambahkan dari luar

kehidupan. Sebaliknya, kematian merupakan bagian integral dari kehidupan

manusia, yang datang paling akhir, namun toh tetap merupakan bagian

kehidupan. Seperti misalnya, perbatasan suatu negara tentu menjadi milik

negara itu. Demikian juga kematian bukan sesuatu yang datang dari luar

kehidupan seperti suatu serangan mendadak. Kehidupan membawa kematian.

Kematian sudah membayang-bayangi kehidupan. Ke mana pun manusia pergi,

sepanjang ia masih hidup, kematian terus menguntitnya. Bahkan kematian itu

mengkondisikan setiap momen hidupnya. Manusia merupakan "ada yang

terarah kepada kematian" demikian kata Heidegger.

Maka menjadi jelaslah bahwa kematian merupakan potensi manusia,

yang wujudnya nyata ketika terjadi peristiwa kecelakaan, pembunuhan, umur

tua, dan segala peristiwa yang menyebabkan terjadinya kematian. Demikianlah

kematian sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan..

Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Seorang

bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang

sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa

terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa

untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.

22

Page 23: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

Semua makhluk hidup akan hidup sampai suatu hari yang telah

ditentukan dan kemudian mati; Allah menjelaskan dalam Quran tentang

perilaku manusia pada umumnya terhadap kematian dalam ayat berikut ini:

Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya,

maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan

dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu

Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 62:8)

Kematian tak lain tak bukan cuma sebuah, atau salah satu proses

dalam kehidupan. Pemisahan substansi-substansi sekaligus pembaruan

substansi-substansi. Pemeliharaan dan perubahan bentuk-bentuk, adalah proses

tak berkesudahan dalam hidup. Dan memang, kematian adalah bentuk

perubahan yang besar dan cepat dari format kehidupan itu. Perubahan yang

memang diperlukan kehidupan demi keberlanjutan kehidupan itu sendiri.

Bahkan dalam “kematian” tubuh itu, sesungguhnya tak ada satu pun yang mati.

Hanya pecah terurainya materi dari sebuah bentuk, yang dibutuhkan sebagai

materi untuk membentuk format kehidupan lainnya.

Dengan cara yang sama, kita pun dapat mengerti, dalam kerangka

hukum alam atau sunnatullah yang seragam, bahwa energi yang ada dalam zat-

zat yang terurai dan berubah tadi, termasuk energi yang kita kenal sebagai jiwa

dan mental, tak ada yang musnah atau menghilang; hanya berpindah tempat

atau berubah bentuk, untuk selalu menyediakan energi dan jiwa, bagi bentuk-

bentuk kehidupan berikutnya..

Sesungguhnya kematian merupakan hakekat yang menakutkan, akan

mendatangi seluruh orang yang hidup. Semuanya tidak kuasa menolaknya,

tidak ada seorangpun di sekitarnya yang mampu menahannya. Maut

merupakan ketetapan Allah SWT., seandainya ada seseorang selamat dari

maut, niscaya manusia yang paling mulia yang akan selamat.

23

Page 24: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

1. Kematian Adalah Hal Pasti Terjadi

Kematian merupakan hal yang wajar terjadi dalam kehidupan.

Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami dan merasakan kematian,

karena mati telah menjadi pasangan bagi hidup. Tetapi kita memang tidak

pernah bisa menentukan sebuah kepastian, kapan kematian itu akan datang.

Kematian datang menghampiri kita bagaikan seorang pencuri, menyelinap

masuk lalu membawa ruh kehidupan kita dengan meninggalkan jasad tak

berdaya (Leahy, 1998 : x). Itulah gambaran yang diberikan oleh Ahmad

Charris Zubair berkenaan dengan ketidakpahaman manusia kapan maut itu

akan menghampirinya.

Kematian, baik dalam situasi normal maupun tidak normal, tidak

pernah gagal untuk menunjukkan taringnya yang bengis dan siap merobek

jaringan kehidupan manusia dengan sewenang-wenang. Kematian benar-

benar merampas segala skala nilai kehidupan yang telah ditata dengan rapi,

serta memporak-porandakan semua rencana hidup yang disusun oleh

manusia menjadi suatu bangunan yang megah dan indah. Manusia selalu

merasa datangnya kematian itu terlalu cepat. Kesempatan untuk

menyelesaikan segala rencana yang ada dirampok oleh kematian yang tidak

kenal kompromi. Belum puas rasanya mengukir kehidupan ini. Belum

sempat rasanya menikmati kehidupan dengan orang-orang yang dicintai.

Kematian segera datang menjemput, tidak pernah sabar menunggu barang

semenit atau sedetik pun.

Kematian sering identik dengan tragedi yang membawa banyak

kesedihan bagi yang ditinggalkan. Tentu saja kesedihan akan terasa semakin

mendalam bila kematian itu menimpa orang-orang terdekat kita, yang kita

cintai dan kita butuhkan. Ketika itu yang terjadi, banyak di antara manusia

yang tidak sanggup menerima proses kematian itu sebagai konsekuensi logis

dari kehidupan. Kematian memunculkan jarak yang tak terukur dan tak

terbatas antara yang masih hidup dengan yang telah mati. Meskipun

demikian, pada akhirnya semua manusia harus dengan rela menerima

datangnya kematian sebagai suatu ketentuan “nasib” yang tak terelakkan.

24

Page 25: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

Fenomena kematian bukanlah hal yang asing di tengah eksistensi

manusia. Kendati demikian, hal itu tidak memberikan jawaban apa pun atas

pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam diri manusia ketika kematian itu

disaksikannya. Sehingga meskipun fenomena kematian itu bukan hal yang

asing bagi manusia, namun tetap memunculkan kecemasan dan ketakutan

dalam dirinya. Sidi Gazalba menyatakan bahwa pertanyaan tentang

kematian merupakan pertanyaan yang muncul dari kesangsian, kesangsian

muncul dari ketidakpastian, ketidakpastian menimbulkan kegelisahan dan

pada akhirnya kegelisahan akan membawa manusia kepada kecemasan dan

ketakutan (Gazalba, 1967 : 25).

Achmad Charris Zubair dalam pengantarnya berjudul Refleksi

tentang Kematian pada buku Misteri Kematian Suatu Pendekatan Filosofis

menyatakan banyak orang berpendapat bahwa hidup ini bersifat ironis,

karena manusia sebenarnya tidak pernah meminta agar dia dilahirkan, tetapi

begitu dia lahir, mencintai hidup dan kehidupannya, dia dihadapkan pada

realitas yang sangat menyakitkan hatinya. Manusia dihadapkan pada

kematiannya, dihadapkan pada batas akhir hidupnya, yang senang atau tidak

senang harus dijalaninya, sebagaimana kelahirannya sendiri (Leahy, 1998 :

ix).

Pembuktian akan adanya hidup setelah mati bukan suatu pekerjaan

yang mudah. Hukum-hukum berpikir rasional tidak akan dapat

memverifikasi bagaimana kondisi alam kehidupan setelah mati, apa yang

terjadi di sana dan sampai kapan itu akan berlangsung. Tetapi hal itu bukan

berarti lantas meniadakan adanya hidup setelah mati. Bila dimensi rasio

tidak mampu untuk memahaminya, sudah sepantasnya membangun

pemahaman akan kematian itu dari dimensi ruhani. Lewat dimensi ruhani

ini, maka pemahaman akan kematian—sebagaimana yang ditulis oleh Arif

Widodo dalam kesimpulan skripsinya berjudul Laku Icip Pati Sebagai

Langkah Metodis untuk Mencapai Derajat Kemulyaan Hidup (1995)—

bukan lagi sebatas kejadian “pasif”, namun sampai kepada pemahaman akan

kematian “aktif”.

25

Page 26: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

2. Pentingnya Kesadaran Akan Kematian

Paulo Coelho berkata,”Kesadaran akan kematian akan membuat

kita hidup secara lebih berkualitas.”

Kematian adalah kristalisasi kehidupan. Manusia bisa memilih

bagaimana mati sebagaimana dia memilih bagaimana dia hidup. W. S.

Rendra mati sebagai seorang penyair dan dramawan sebagaimana seumur

hidupnya dia hidup sebagai penyair dan dramawan. Chairil Anwar mati

sebagai seorang binatang jalang sebagaimana dalam hidup singkatnya dia

hidup sebagai seorang binatang jalang. Soren Kierkegaard mati dengan

membawa cintanya kepada Regina Olsen sebagaimana seumur hidup dia

mencintai perempuan itu. Friedrich Nietzsche mati sebagai seorang

pembunuh Tuhan sebagaimana selama hidup warasnya dia

memproklamasikan kematian Tuhan.

Setiap orang bisa merencanakan setiap detail dalam kehidupannya.

Mungkin karena dia jagoan dalam hal perencanaan atau jagoan meramal.

Tetapi orang tidak akan pernah bisa merencanakan dan meramal kapan dia

akan mati dan seperti apa kematian yang harus dilakoninya itu. Semua serba

misteri, sama dengan misteri sesudah mati. Dan kematian, dalam

kepercayaan sebagian orang, adalah awal dari suatu kehidupan. Kehidupan

setelah mati yang diyakini akan damai dan penuh dengan ketenangan.

Kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian.

Dalam kehidupan modern ini, seseorang biasanya menyibukkan dirinya

dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang [dengan kematian]; mereka

berpikir tentang: di mana mereka akan kuliah, di perusahaan mana mereka

akan bekerja, baju apa yang akan mereka gunakan besok pagi, apa yang

akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini merupakan persoalan-

persoalan penting yang sering kita pikirkan. Kehidupan diartikan sebagai

sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Pembicaraan tentang

kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman

mendengarnya. Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi

26

Page 27: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

ketika seseorang telah lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang

kematian dirinya yang tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu

ingatlah selalu, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup

dalam satu jam berikutnya. Tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian

orang lain di sekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang

lain menyaksikan kematian dirinya. Ia tidak mengira bahwa kematian itu

sedang menunggunya.

Hingga saat ini, kebanyakan kesadaran yang dimiliki manusia

tentang kematian masih berupa ketakutan. Akibatnya, tidak jarang muncul

lontaran yang bernada keberatan bila kematian dijadikan sebagai bahan

kajian. Berpikir tentang kematian atau berdiskusi mengenainya dianggap

sebagai sesuatu yang tidak sehat dan dapat membahayakan keseimbangan

psikologis. Padahal bila kita telusuri On Death and Dying-nya Elisabeth

Kubler-Ross (1998 : 15), dia menyatakan bahwa berpikir tentang kematian

dan mendiskusikannya secara serius justru akan memunculkan

kebijaksanaan kolektif umat manusia baik dari segi psikologis maupun

spiritual. Senada dengan hal itu, filusuf Miguel de Unamuno mengatakan

bahwa kesadaran akan kematian membawa manusia dan individu-individu

menjadi matang secara spiritual.

Kematian bagi manusia sesungguhnya bukan sebagai kehancuran

yang tiada bermakna. Kematian justru berfungsi sebagai mediator bagi suatu

proses transendensi diri manusia itu sendiri. Pengertian dan pemahaman

seputar kematian yang ditanggapi semata-mata sebagai peristiwa yang

menakutkan dan mengancam eksistensi manusia seyogyanya perlu

diluruskan.

Ibnu Miskawaih menyatakan bahwa sesungguhnya ketakutan akan

kematian itu hanya ada pada diri orang yang tidak memahami hakikat

kematian itu, atau tidak tahu ke mana tujuan dirinya setelah mati. Dia juga

mengatakan boleh jadi juga karena orang itu menyangka bila jasmaninya

telah rusak, maka dirinya pun akan hilang pula. Kemungkinan lain, orang

mengira bahwa alam ini akan terus lestari sementara dirinya telah musnah.

27

Page 28: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

Padahal diri dan jiwa itu kekal, kemudian kembali kepada Allah. Rasa takut

kepada maut juga menghinggapi orang yang menyangka bahwa kematian itu

menyebabkan rasa sakit yang tak terperikan, atau pada orang yang merasa

bahwa setelah mati akan menerima siksa, atau pada orang yang merasa

sedih bila berpisah dengan harta dan kesenangan duniawi (Miskawaih, 1994

: 185). Bila diperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh Ibnu Miskawaih

tersebut, kecemasan dan ketakutan akan kematian itu muncul sebagai akibat

dari pemahaman yang disandarkan pada pola pikir kaum materialis.

Kebanyakan manusia, alam pikirannya telah didominasi oleh corak berpikir

ini, sehingga segala hal yang terjadi diukur secara materi. Louis Leahy

(1991 : 66) mengutip pendapat Pascal yang menyatakan bahwa karena umat

manusia tidak berhasil mengatasi kematian, kesengsaraan dan

ketidaktahuan, maka mereka memutuskan untuk tidak memikirkan

tentangnya. Mereka menyerah pada tataran fenomena kematian itu saja dan

tidak bersedia untuk berbicara lebih luas lagi mengenainya sekalipun dalam

benak mereka tersisa kecemasan dan ketakutan.

Kematian akan membawa manusia kepada jati dirinya.

Pengetahuan tentang kematian yang disertai dengan sentuhan ruhani,

mengubah image kematian yang penuh dengan kegelapan dan ketersesatan

menjadi suasana yang dirindukan penuh kesyahduan. Karena alam kematian

mengantarkan manusia kepada asal mula kodrat manusia itu sendiri.

Bagi orang-orang tertentu, kematian haruslah dihadapi dengan

suatu persiapan agar bisa memasuki suatu dunia lain dengan damai.

Kematian, bagi mereka, adalah suatu istirahat terakhir dalam damai. Itulah

mungkin di batu nisan orang yang telah mati dituliskan “Rest in Peace”,

disingkat RIP. Bahwa kematian adalah suatu peristirahatan menuju

kedamaian. Damai adalah kelanjutan dan padanan dari mati, karena

kematian akan menuju kedamaian. Dan kedamaian adalah dambaan setiap

orang, yang jika tidak ditemukan di dunia orang hidup, mungkin bisa

ditemukan di “dunia” orang mati.

28

Page 29: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

3. Kecemasan dalam Menghadapi Kematian

Secara umum manusia ingin hidup panjang dengan berbagai upaya

yang dilakukan, proses hidup yang dialami manusia yang cukup panjang ini

telah menghasilkan kesadaran pada diri setiap manusia akan datangnya

kematian sebagai tahap terakhir kehidupannya di dunia ini. Namun

demikian, meski telah muncul kesadaran tentang kepastian datangnya

kematian ini, persepsi tentang kematian dapat berbeda pada setiap orang

atau kelompok orang. Bagi seseorang atau sekelompok orang, kematian

merupakan sesuatu yang sangat mengerikan atau menakutkan, walaupun

dalam kenyataannya dari beberapa kasus terjadi juga individu-individu yang

takut pada kehidupan (melakukan bunuh diri) yang dalam pandangan agama

maupun kemasyarakatan sangat dikutuk ataupun diharamkan (Lalenoh,

1993 : 1).

Kecemasan akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya

kematian itu sendiri, dan dapat pula berkaitan dengan caranya kematian

serta rasa sakit atau siksaan yang mungkin menyertai datangnya kematian,

karena itu pemahaman dan pembahasan yang mendalam tentang kecemasan

lansia penting untuk, khususnya lansia yang mengalami penyakit kronis,

dalam menghadapi kematian menjadi penting untuk diteliti. Sebab

kecemasan bisa menyerang siapa saja. Namun, ada spesifikasi bentuk

kecemasan yang didasarkan pada usia individu. Umumnya, kecemasan ini

merupakan suatu pikiran yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan

kekhawatiran, rasa tidak tenang, dan perasaan yang tidak baik atau tidak

enak yang tidak dapat dihindari oleh seseorang (Hurlock, 1990:91).

Disamping itu juga, ada beberapa faktor lain yang dapat

menimbulkan kecemasan ini, salah satunya adalah situasi. Menuruk Hurlock

(1990:93) bahwa jika setiap situasi yang mengancam keberadaan organisme

dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dalam kadar terberat dirasakan

sebagai akibat dari perubahan sosial yang sangat cepat.

29

Page 30: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

5. Tuhan, Manusia, dan Kematian

Kematian bisa menghampiri semua orang di segala tempat dan

waktu. Kematian adalah suatu misteri. Mengetahui misteri kematian ini,

tentu akan membuat mudah berpikir tentang hari kematian. Kematian adalah

sebuah perjalanan menuju dunia baru. Dalam pemikiran tentang kehidupan

baru, manusia akan mulai berpikir tentang pribadi yang berkuasa dalam

alam maut, dalam dunia baru, dalam kehidupan setelah kematian. Pribadi itu

adalah Tuhan. Dan saat berpikir tentang Tuhan, kita akan terhanyut untuk

berpikir tentang kelayakan. Tentang perbuatan buruk dan baik, tentang dosa

dan pahala.

Dalam hidup ini semua orang pasti akan mati, entah bagaimana

caranya atau seperti apa matinya. Dan setiap orang pasti akan merasakan

kematian, walaupun arti “merasakan” itu tidak sama dengan yang dipersepsi

oleh orang yang hidup. Kematian adalah salah satu bagian dari kehidupan

yang pasti dijalani, sama seperti kelahiran. Bedanya adalah yang pertama

menandai akhir dari suatu kehidupan sedangkan yang terakhir menandai

awal dari suatu kehidupan. Kelahiran dan kematian bisa diandaikan seperti

ujung dari seutas tali yang bernama kehidupan, berbeda titik tetapi terentang

sepanjang usia. Dan di tengahnya itulah kehidupan yang ada dan berada.

Banyak yang tidak tahu seperti apa dunia sesudah kematian. Tapi

banyak juga yang percaya bahwa ada “kehidupan lain” setelah kematian.

Banyak juga yang percaya bahwa kematian adalah akhir dari segalanya dan

akhir dari eksistensi seseorang, dan setelah itu yang ada adalah ketiadaan.

Banyak juga yang percaya bahwa kematian adalah awal dari suatu

kehidupan baru dalam suatu bentuk siklus. Apapun kepercayaan yang

dianut, tak ada seorang pun yang tahu seperti apa situasi dan kondisi

sesudah kematian. Banyak yang mengandaikannya sebagai suatu kondisi

“ketiadaan”, bahwa sebuah kematian adalah awal dari suatu ketiadaan,

bertentangan dengan kelahiran yang dianggap sebagai awal dari suatu

ketiadaan.

30

Page 31: Makalah ISBD-Manusia dan Kematian kel XI

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kematian merupakan suatu misteri yang tidak dapat diketahui dengan

jelas. Dalam hidup semua orang pasti akan mati, entah kapan, bagaimana, dan

dimana. caranya atau seperti apa matinya.

Kematian adalah satu perkara yang lazim dan realiti kepada manusia.

Setiap manusia akan menghadapinya. Namun corak kematian manusia adalah

dalam kondisi atau situasi yang berbeda-beda.

B. Saran

Pembahasan mengenai hakikat kematian memang hal yang sukar

untuk diungkap, karena pada dasarnya hakikat kematian tidak dapat dipahami

dalam dimensi rasio melainkan harus dalam dimensi ruhani. Bahkan, filsafat

sebagai aktivitas rasional-reflektif juga melakukan kajian tentang persoalan ini.

Melalui cabangnya, Anthropology Metaphisycs, bidang ini berusaha menguak

tabir hakikat kematian yang melingkupi hidup manusia. Namun hakikat

kematian juga masih saja tetap menjadi sebuah misteri yang belum secara utuh

terungkap. Sehingga, diperlukan kajian yang lebih mendalam mengenai

hakekat kematian untuk menguak misteri kematian.

31