makalah jamur thata - copy
DESCRIPTION
JAMURTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jamur merupakan mikrorganisme yang mempunyai dinding sel, umumnya tidak
bergerak, tidak mempunyai klorofil serta tidak mampu melakukan proses fotosintesis
atau menhasilkan bahan organik dari karbondioksida dan air (organisme heterotrof).
Klasifikasi jamur terbagi atas Divisio Oomycotina, Divisio Zygomycotina, Divisio
Ascomycotina, Divisio Basidiomycotina, dan Divisio Deuteromycotina. Bentuk
tubuh buah jamur pada umumnya tersusun oleh bagian-bagian yang dinamakan
tudung (pileus), bilah (lamellae), cincin (annulus), batang/tangkai (stipe), cawan
(volva) dan akar semu (rhizoids).
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang
merugikan maupun yang menguntungkan. Beberapa jamur aman dimakan manusia
bahkan beberapa dianggap berkhasiat obat, seperti jamur merang (Volvariela
volvacea), jamur tiram (Pleurotus), jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur
kancing atau champignon (Agaricus campestris), dan jamur shiitake (Lentinus
edulis). Namun tidak semua jenis jamur dapat dimakan ataupun dijadikan obat.
Disekeliling kita banyak juga ditemukan jamur yang sifatnya beracun, menyebabkan
penyakit bagi manusia atau pun tumbuhan. Jamur seperti ini tentunya berbahaya bagi
kehidupan manusia. Sebagian besar penyakit tanaman juga disebabkan oleh jamur
yang memproduksi mikotoksin. Secara periodik penyakit tanaman mampu menyebar
ke tanaman-tanaman utama kemudian merusak, merugikan dan bahkan menjadi
endemik. Identifikasi jamur penting dilakukan untuk usaha pengendalian penyakit
guna menunjang peningkatan produksi tanaman. Identifikasi jamur dilakukan
berdasarkan gejala penyakit pada tanaman maupun pada substrat tempat
kehidupannya, pertumbuhan koloni, dan ciri morfologinya menurut taksonomi yang
karakteristik secara mikroskopis.Jamur merupakan penyebab penyakit terbesar (90%)
pada tanaman pangan di Indonesia,, sedang 10% sisanya disebabkan oleh bakteri,
2
virus, dan mikoplasma / fitoplasma. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa saja
ciri/karakteristik dari jamur penyebab penyakit serta jamur yang mengancam
produksi bahan pangan, sehingga kita dapat melakukan pencegahan ataupun
menanggulangi dampak negative yang diakibatkan oleh jamur yang sifatnya parasit
baik pada hewan maupun tumbuhan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah ciri jamur beracun/penyebab penyakit?
2. Apa saja zat beracun yang terkandung didalam jamur?
3. Apa saja jenis jamur penyebab penyakit bagi manusia?
4. Apa saja jenis jamur penyebab rusaknya lahan pangan?
5. Bagaimanakah cara mengatasi keracunan karena mengkonsumsi jamur beracun?
C.TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui ciri jamur beracun/penyebab penyakit.
2. Mengetahui zat beracun yang terkandung didalam jamur.
3. Mengetahui berbagai jenis jamur penyebab penyakit bagi manusia.
4. Mengetahui berbagai jenis jamur penyebab rusaknya bahan pangan.
5. Mengetahui cara mengatasi keracunan karena mengkonsumsi jamur beracun.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. CIRI-CIRI JAMUR BERACUN/PENYEBAB PENYAKIT.
a. Jenis jamur beracun pada umumnya mempunyai warna yang mencolok: merah-
darah, hitam-legam, biru-tua, ataupun warna-warna lainnya. Walaupun ada pula
jenis jamur beracun yang mempunyai warna terang (kuning muda) atau putih,
dan jamur yang dapat dimakan berwarna gelap, misal coklat-tua.
b. Jenis jamur beracun dapat menghasilkan bau yang menusuk hidung, seperti bau
telur busuk ataupun bau ammoniak.
c. Jenis jamur beracun mempunyai cincin atau cawan. Walaupun ada yang
sebaliknya, seperti jamur-merang mempunyai cawan dan jamur kompos
mempunyai cincin, tetapi tidak beracun.
d. Jenis jamur beracun umumnya tumbuh pada tempat yang kotor: tempat
pembuangan sampah, kotoran kandang, dan sebagainya. Walaupun untuk
penanaman dan pemeliharaan jamur kompos justru dipakai kotoran
kandang/kotoran kuda.
e. Kalau jenis jamur beracun dikerat oleh pisau yang terbuat dari perak, atau dikerat
oleh pisau biasa kemudian benda perak didekatkan kepada keratin tadi, maka
pada benda perak terbentuk warna hitam atau biru, itu menandakan bahwa jamur
tersebut beracun
2. ZAT BERACUN YANG TERKANDUNG DI DALAM JAMUR
Senyawa beracun yang umum didapatkan pada jenis-jenis jamur, antara lain Adalah:
a. Amatoxin/Amanitin [Cyclopeptide]
Terbagi menjadi tiga kelas toksin: Amatoxins, Phallotoxins dan Virotoxins. Dari
ketiga kelas tersebut Amatoxins yang sering menyebabkan keracunan. Amatoxins
4
merupakan bicyclic octapeptides dengan indole - (R) -sulphoxide bridge bekerja
menghambat polimerase RNA II yang menggangu sintesa mRNA.
Keracunan yang disebabkan amatoxins memiliki karakteristik dengan periode laten
yang panjang 6 – 24 jam dimana selama itu korban tidak menunjukkan tanda-tanda
keracunan.
Gejala keracunan terdiri dari empat fase:
a) Fase laten/tidak menunjukkan gejala (<24 jam dan biasanya 12 jam setelah
tertelan)
b) Fase gastrointestinal (6 – 24 jam setelah tertelan) : rasa nyeri perut, muntah,
diare yang berair, hypovolemia, gangguan elektrolit, gangguan asam basa,
penurunan masa protrombin.
c) Period of well-being (24 – 48 jam setelah tertelan) : fungsi hati dan ginjal
menurun.
d) Fase hepatik (3 – 5 hari setelah tertelan): peningkatan LFT/Liver Function
Test (gangguan fungsi hati), gagal hati akut dan ginjal akut.
b. Gyromitrin
Racun ini banyak ditemukan pada genus amanita. Merupakan salah satu grup
hidrazin yang mengikat protein, banyak ditemukan pada genus Gyromitra. Toksin
Gyromitrin (N -methyl-Nformylhydrazone) terurai dengan cepat dalam lambung
dan duodenum menjadi asetaldehida dan N-methyl-N-formylhydrazine, melalui
hidrolisis lambat diubah menjadi monomethylhydrazine (MMH) dan hidrazin
lainnya.
c. Monomethylhydrazine
Toksin ini diyakini menjadi penyebab utama dari keracunan jamur spesies
Gyromitra esculenta (the false Morel) dan spesies Gyromitra lainnya (Gyromitra
gigas and G. fastigiata). MMH ini digunakan dalam bahan bakar roket dan
menyebabkan keracunan serupa pada pekerja industri penerbangan.
5
Gejala keracunan biasanya muncul setelah 6 – 12 jam setelah tertelan :
a) Periode laten (tidak menunujukan gejala keracunan) : <48 jam setelah
tertelan
b) Gejala awal : 2-8 jam setelah terhirup uap jamur yang sedang dimasak, 6-24
jam setelah tertelan: kembung, mual, muntah, kram perut, diare berat (yang
mungkin berdarah).
c) Gejala akhir : vertigo, kehilangan koordinasi otot, demam, penyakit kuning,
kegagalan hati, methemoglobinemia, disfungsi ginjal, seizure, koma.
d. Orellanine
Racun orellanine berasal dari genus cortinarius orellanus yang menyebabkan
kerusakan pada ginjal. Orellanine memiliki struktur bipyridal dan beberapa
persamaan struktural dengan paraquat, meskipun perilaku elektrokimia tampak jelas
berbeda. Diperkirakan orellanine menyebabkan kerusakan ginjal karena produksi
oksigen reaktif. Kerusakan membran diinduksi melalui reaksi radikal berantai
kemudian akan menyebabkan perubahan permeabilitas membran sel yang
menyebabkan cedera dan gagal ginjal akut.
e. Ibotenic Acid dan Muscimol
Ibotenic Acid secara struktural mirip dengan asam glutamat, sementara muscimol
secara struktural mirip dengan GABA. Keduanya berperan seperti neurotransmiter
yang mengontrol aktivitas neuronal pada SSP. Muscimol memiliki daya ikat yang
tinggi kepada reseptor GABA-A dan meniru peranan GABA, Muscimol juga
meningkatkan kadar serotonin SSP dan mengurangi tingkat Katekholamin,
berpotensi menyebabkan halusinasi, kejang, dan myoclonus.
f. Psilocybin
Racun ini menyebabkan berubahnya struktur kimia susunan saraf pusat sehingga
menyebabkan halusinasi
6
g. Coprine
Toksin yang memiliki efek bila dikosumsi bersama alcohol. Dapat menyebabkan
mual, flushing, mudah marah. Coprine memiliki efek yang hampir idenik dengan
alkohol
h. Kholin,
yaitu racun yang paling berbahaya dan besar sekali daya mematikannya. Semua
jenis jamur yang disebut "supa upas" (upas = racun) mempunyai senyawa ini, misal:
Amanita, Lepoita, Russula, Collybia, dan Boletus.
i. Muskarin,
Juga racun jamur yang cukup berbahaya dan mematikan. Dengan takaran antara
0,003-0,005 gram sudah dapat membunuh manusia. Juga racun ini terdapat pada
semua jenis jamur yang tergolong "supa upas".
j. Falin, sama seperti muskarin.
k. Atropin jamur, sama seperti muskarin.
l. Asam helvelat, sama seperti muskarin.
m. Dapat pula jenis jamur tidak beracun menjadi beracun kalau dibiarkan
membusuk karena kemungkinan besar pada jamur membusuk akan ditumbuhi
bakteri penghasil racun, seperti Clostridium, Pseudomonas, dan Salmonella.
3. JENIS-JENIS JAMUR PENYEBAB PENYAKIT
1. Amanita
Jamur dalam genus amanita (Amanita phalloides, Amanita virosa) atau dikenal
dengan The Death cap atau Destroying Angel, The Fool’s Mushroom (A. verna).
Memiliki racun yang disebut amatoxin. Racun ini mengganggu transkripsi DNA dan
menyebabkan nekrosis pada sel-sel dengan sintesa protein tingkat tinggi. Kerusakan
7
yang paling penting adalah nekrosis hati. Mekanisme ini diperkirakan sebagai
penyebab tertundanya gejala gastroenteritis yang parah dan periode laten yang
panjang pada fase intoksikasi ini.
Spesies dari genus amanita yang terkenal ialah the Fly Agaric (Amanita
muscaria) dan Panthercap (Amanita pantherina). Ke dua jamur ini menghasilkan
toksin Ibotenic Acid dan Muscimol, keduanya mengandung asam yang dengan cepat
dilepaskan dari tubuh jamur karena proses memasak dan merebus, namun proses ini
tidak menghilangkan semua zat beracun yang dikandungnya atau tidak
memperlihatkan toksisitas yang lebih rendah. Muscimol 5 kali lebih potensial dari
Ibotenic Acid.
Timbulnya gejala umumnya terjadi dalam 30-180 menit. Efek toksik bisa
berlangsung 12 jam. Pengaruh utama dari Ibotenic Acid dan Muscimol adalah
disfungsi sistem saraf pusat, biasanya depresi SSP. Diawali dengan gejala mual,
muntah, pusing, vertigo, ketiadaan koordinasi, mengantuk. Gejala-gejala ini sering
diikuti dengan kebingungan, ataksia, euforia mirip keracunan etanol. Gejala
berkembang menjadi aktifitas hiperkinetik, sentakan otot (muscle jerks), spasma
atau kram dan delirium.bila di konsumsi jamur ini dapat menyebabkan terjadinya
haluinasi, kejang dan myoclanus.
8
Amanita muscaria Amanita pantharina
2. Cortinarius
Merupakan genus yang memiliki kurang lebih 800 spesies di Amerika Utara.
Sejak peristiwa keracunan pertama karena spesies C. Orellanus, Cortinarius banyak
ditemukan mengandung racun Orellanine. The Lethal webcaps, dua spesies genus
Cortinarius, yang termasuk dalam jamur beracun di dunia yaitu the Deadly webcap
(Cortinarius rubellus) dan the Fool's webcap (C. Orellanus). Genus ini memiliki
toksin jenis orellanine. Keracunan karena toksin Orellanine ditandai dengan periode
laten yang lama, gejala keracunan awal seperti mual, muntah, nyeri pada abdomen,
anoreksia dan diare akan tertunda selama 12 – 14 jam setelah tertelan.
Organ target utama dari racun orellanine adalah ginjal, fase ginjal karena
keracunan biasanya berkembang 4-15 hari setelah tertelan, terdiri dari gejala haus
berat, diuresis dan rasa sakit berkembang dalam segitiga lumbal atas gSinjal. Gejala
keracunan yang umum adalah sakit kepala terus-menerus, menggigil, kelesuan,
kelelahan, ketidaknyamanan muskuloskeletal dan sendi dan kurangnya nafsu makan
disertai dengan oligura gagal ginjal yang progresif, atau lebih jarang poliuria, dan
akhirnya anuria. Pada pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda gagal ginjal terbukti
nyata.
Cortinarius rubellus
Cortinarius orellanus
9
3. Genus Psilocybe, Panaeolus, Copelandia, Gymnopilus, Conocybe dan Pluteus
Genus ini memproduksi toksin Psilocybin. Racun utama pada jamur Psilocybe
yaitu psilocybin, psilocin, baeocystin, norbaeocystin yang dapat melepaskan efek
neurotoksik mirip dengan LSD (d-lysergic acid) dengan struktur kimia yang
berkaitan erat dengan serotonin, pengaruhnya terutama pada susunan saraf pusat
(halusinasi) selain itu juga melepaskan beberapa efek pada saraf periferal.
Psilocybin berinteraksi dengan 5-HT (Serotonin) reseptor yang mengikat dengan
afinitas tinggi pada 5-HT2A dan tingkat lebih rendah pada 5-HT1A. Psilocybin,
psilocin, baeocystin, norbaeocystin tidak hilang dengan memasak jamur tersebut.
Gejala keracunan akan berkembang dalam kurun waktu 10 menit sampai 2 jam
setelah tertelan:
a) 10-30 menit pertama akan timbul rasa gelisah, lemah, nyeri otot, dan rasa
tidak nyaman pada perut.
b) 30-60 menit timbul visual efek/halusinasi dan distorsi persepsi, berkeringat,
kemerahan pada wajah, dan ketiadaan koordinasi.
c) 60-120 menit semua gejala diatas menjadi sering muncul.
Conocybe
Psilocybe cubensis Copelandia
10
4. Genus Coprinus (Coprinus atramentarius, Coprinus comatus, Coprinus
disseminatus, Coprinus micacues, Coprinus picaceus).
Genus ini memproduksi toksin coprine. Efek dari jamur ini tidak seperti jamur
pada umumnya, efeknya akan terlihat jika dikonsumsi bersamaan dengan alkohol
(etanol) sedangkan jika dikonsumsi secara tunggal tidak beracun. Keracunan juga
dapat terjadi ketika alkohol dikonsumsi sesaat sebelum mengkonsumsi coprine,
bahkan ketika alkohol dikonsumsi setelah 72 jam menelan coprine. Gejala
keracunan akan terus berlangsung selama alkohol masih ada di lambung korban.
Korban akan sembuh secara spontan jika alkohol dibebaskan.
Toksin ini dikatakan seperti Antabuse (disulfiram) yaitu obat untuk mencegah
alkoholik dari minuman beralkohol dan memiliki gejala yang hampir identik.
Mekanisme pasti dari coprine tidak diketahui. Diperkirakan bahwa efek toksik
disebabkan oleh penghambatan yang ireversibel dari asetaldehida dehidrogenase,
enzim yang bertanggung jawab untuk metabolisme etanol pada tahap asetaldehida.
Ketika masuk bersamaan dengan alkohol, kadar serum asetaldehida meningkat.
Hasil asetaldehida dengan konsentrasi tinggi menyebabkan gejala tidak nyaman
seperti flushing, mual, sakit kepala, pusing, dan hipotensi. Selain itu juga dapat
menimbulkan kemerahan pada leher dan wajah, rasa logam pada mulut, sensasi
geli/gatal (tingling) pada tungkai, mati rasa pada tangan, palpitasi, kepala
berdenyut-denyut.
Disulfiram yang digunakan sebagai agen alkohol, juga menghambat asetaldehida
dehidrogenase menghasilkan gejala yang sama ketika alkohol tertelan. Berbeda
dengan disulfiram, coprine tidak menghambat dopamin beta-hidroksilase, enzim
bertanggung jawab terhadap sintesis norepinefrin.
11
C
oprinus comatus Coprinus disseminatus
5. Trichophyton
Trichophyton merupakan salah satu genus
dermatofita yang paling umum menginfeksi
manusia. T. rubrum adalah salah satu penyebab
penyakit kulit gatal-gatal di area vital pria, di
mana kulit yang keras dan bersisik tumbuh dan
menimbulkan kegatalan ekstra (jock itch)dan
juga penyebab dari kemerahan dan pengerasan di tumit dan sekitar tumit, kadang-
kadang muncul juga retakan-retakan yang terlihat dramatis dan memalukan,
mungkin agak gatal juga. Bengkakan yang terjadi tergolong ringan dan genus ini
merupakan jenis yang bisa menular dari kontak dengan manusia, hewan, juga tanah.
Anda bisa menyembuhkannya dengan obat yang mudah didapat, tetapi seringkali
jamur muncul lagi. Trichophyton lebih sering muncul di cuaca yang agak dingin.
12
Penyakit yang disebabkan oleh jamur Trichophyton
6. Microsporum
Berikutnya adalah genus Microsporum. Genus ini adalah termasuk yang paling
populer di samping Trichophyton. Microsporum terkenal suka menjadikan kulit,
kuku, dan rambut sebagai habitatnya. Ada banyak spesies dari genus ini, yang
paling terkenal adalah M. canis yang suka hidup di kucing dan anjing. Meski
merupakan jamur yang seringkali menjadikan hewan sebagai inangnya, manusia
bisa tertular dengan mudah. Jamur ini juga bisa menempel dari manusia lain dan
dari tanah, tetapi paling sering manusia mendapatnya dari hewan. Jamur ini
menyebabkan reaksi pembengkakan pada kulit manusia sehingga orang yang
terjangkit bisa merasa agak gatal dan mungkin sakit atau panas pada bengkakan itu.
Tetapi bengkakan tersebut hanya berusia sebentar saja dan bisa hilang dengan
sendirinya.
Jamur Microsporum M. Canis pada kucing
7. Epidermophyton
Genus ini hanya memiliki dua spesies dan dari dua itu, hanya satu yang
menginfeksi manusia yaitu E. floccosum. Meski hanya memiliki satu spesies yang
menginfeksi manusia, jamur ini ada di seluruh dunia. Jamur ini merupakan
penyebab tinea pedis atau pengerasan di tumit beserta retak-retak, tinea curtis atau
gatal dan munculnya kulit bersisik di area sekitar alat vital pria, tinea corporis atau
ringworm di indonesia di sebut Penyakit Kurap area infeksi berbentuk lingkaran
13
yang sangat gatal, onychomycosis atau infeksi kuku di mana kuku mengeras dan
berubah warna serta berbau busuk. Untungnya jamur menyebalkan ini tidak
menginfeksi rambut atau tinea capitis. Jamur ini suka masuk ke bagian tubuh yang
lebih dalam jika sistem imun anda tidak kuat.
E. floccosum Jamur E. floccosum di kulit
8. Candida
Genus berikutnya adalah Candida
dan spesies yang paling terkenal Candida
albicans. Jamur ini tidak berbahaya, hanya
kadang mengganggu saja. Jamur ini suka
sekali kelembaban dan tempat yang basar.
Seringkali jamur ini tumbuh di saluran
pencernaan manusia. Penyakit yang disebabkan oleh jamur ini disebut candidiasis
yang akan menginfeksi kulit dan mengerosi lapisan terluar kulit sehingga
menyebabkan bagian dalam kulit terlihat. Infeksi lebih sering terjadi jika seseorang
obesitas atau mengidap AIDS
Candidiasis Pada Bayi
14
9. Malassezia
Jamur pada genus Malassezia memiliki
habitat asli dikulit manusia, dan hidup sebagai
parasit sejati. Umumnya Malassezia tidak
berbahaya dan berdampingan dengan bakteri
dan ragi lainnya. Spesies yang terkenal adalah
Tinea versiclor atau lebih umum disebut panu
adalah yang paling sering muncul, jamur ini menyebabkan dermatitis kulit kepala
serta penyebab masalah ketombe. Fungi ini bisa jadi patogen yang menghalangi
kinerja sistem imun yang dicurigai merupakan akar masalah dermatitis dan
ketombe. Fungi ini paling mudah dicegah namun tetap saja paling mudah kembali
menginfeksi lagi.
Jamur Tinea versicolor penyakit oleh jamur Tinea versicolor
10. Jamur Aspergillus spp
Aspergillus spp adalah jenis jamur udara yang berserabut. Spesies Aspergillus
sangat aerobik dan ditemukan pada hampir semua lingkungan yang kaya oksigen,
dimana mereka umumnya tumbuh sebagai jamur pada permukaan substrat, sebagai
akibat dari ketegangan oksigen tinggi. Aspergillus spp ini hidup sebagai saproba
pada bermacam-macam bahan organik, seperti pada roti, daging yang sudah diolah,
butiran padi, kacang-kacangan dan lain-lain.
15
Aspergillus spp. membentuk badan spora yang disebut konidium dengan
tangkainya konidiofor. Koloninya berwarna abu – abu, hitam, kuning atau cokelat.
Aspergillus spp. memiliki ciri khas yaitu memiliki sterigma primer dan sterigma
sekunder karena phialidesnya bercabang 2 kali (Robinson, 2001).
. Jamur yang paling sering menyebabkan alergi penyakit ialah Aspergillus
fumigatus dan Aspergillus clavatus. Aspergillus dapat menyebabkan spektrum
penyakit pada manusia, bisa jadi akibat reaksi hipersensitivitas hingga bisa karena
angioinvasi langsung. Umumnya Aspergillus akan menginfeksi paru-paru, yang
menyebabkan empat sindrom penyakit, yakni:
Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA),
Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis (CNPA),
Aspergiloma, dan
Aspergilosis invasif.
Pada pasien yang Imunokompromais Aspergilosis juga dapat menyebar ke
berbagai organ menyebabkan endoftalmitis, endokarditis, dan abses miokardium,
ginjal, hepar, limpa, jaringan lunak, hingga tulang. (Surange, 1985). Aspergillus
nidulan, parasit pada telinga menyebabkan outomikosis.
Jamur Aspergillus clavatus Jamur Aspergillus nidulan
16
4. JENIS JAMUR PENYEBAB RUSAKNYA BAHAN PANGAN
1. Jamur Plasmodiophora brassicae
Plasmodiophora brassicae adalah patogen yang berasal dari kingdom fungi yang
biasanya menyerang tanamn kubis-kubisan. Nama lapang dari penyakit yang
ditimbulkan patogen ini adalah penyakit akar gada, atau akar bengkak, atau disebut
pula dengan akar pekuk. Serangan patogen jenis ini bisa dapat mengakibatkan
kerugian usaha tani kubis berkisar dari 50-100% (gagal total). Namun di Indonesia
rata-rata patogen ini dapat menyebabkan kerusakan pada kubis-kubisan sekitar 88,60
%.
Disebut penyakit akar gada, karena akar tanaman yang terserang membengkak
seperti gada. Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu fungsi akar
seperti translokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun. Akibatnya, tanaman
menjadi layu, kerdil, kering dan akhirnya mati. Jika suatu tanah telah terinfestasi oleh
Plasmodiophora brassicae maka patogen tersebut akan selalu menjadi faktor
pembatas dalam budi daya tanaman kubis (atau sefamili dengannya) didaerah
tersebut. Hal ini karena patogen ini mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap
perubahan lingkungan dalam tanah dan tergolong patogen tular tanah yang unggul.
Akar gada
17
2. Jamur Aspergillus spp
Selain menyebabkan penyakit pada manusia, jamur Aspergillus spp juga
menyerang tanaman. Pertama kali dilaporkan di Turki pada tahun 1960, bahwa
kacang tanah yang diimpor dari Brasil tertular berat dan menyebabkan kerugian yang
besar bagi usaha tanaman kacang tanah dan toksinnya pada waktu itu diberi nama
aflatoksin (Swindale 1987). Aspergillus spp. kemudian dilaporkan di banyak negara
dan menjadi kendala terutama dalam kualitas biji-bijian sebagai bahan pangan dan
pakan. Christensen dan Meronuck (1986) melaporkan bahwa dari 33 spesies yang
ditemukan, A. flavus dan A. farasiticus adalah cendawan yang mempunyai kesamaan
yang erat dan menginfeksi biji-bijian dan beberapa jenis tanaman lainnya.
Spesies Aspergillus merupakan jamur yang umum ditemukan di materi organik.
Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit
pada manusia ialah Aspergillus fumigatus dan Aspergillus niger, kadang-kadang bisa
juga akibat Aspergillus flavus dan Aspergillus clavatus yang semuanya menular
dengan transmisi inhalasi. Aspergillus flavus menghasilkan aflatoxin yang bersifat
racun dan karsinogen, dan yang dapat berpotensi mengkontaminasi makanan
Dari beberapa spesies Aspergillus spp, A. flavus teridentifikasi sebagai penyakit
penting yang menginfeksi biji jagung. Inang utama A. flavus adalah jagung, kacang
tanah, dan kapas. Penyakit ini mempunyai banyak inang alternatif, sekitar 25 jenis
tanaman, khususnya padi, sorgum, dan kacang tunggak (CAB International 2001).
Pakki dan Muis (2006) melaporkan bahwa A. flavus ditemukan pada fase vegetatif
dan generatif tanaman, serta pascapanen jagung.
Pada jagung, gejala Aspergillus spp. ditandai cendawan berwarna hitam, (spesies
A. niger) dan berwarna hijau (A. flavus). Infeksi A. flavus pada daun menimbulkan
gejala nekrotik, warna tidak normal, bercak melebar dan memanjang, mengikuti arah
tulang daun. Bila terinfeksi berat, dan berwarna coklat kekuningan seperti terbakar.
18
Gejala penularan pada biji dan tongkol jagung ditandai oleh kumpulan miselia yang
menyelimuti biji.
Dari 33 spesies yang telah dilaporkan CAB International tahun 2001, A. flavus
merupakan spesies dominan yang menginfeksi jagung. A. flavus merupakan patogen
utama pada pascapanen jagung dan banyak mendapat perhatian para peneliti
mikotoksin di Indonesia. Patogen ini memproduksi toksin dan menginfeksi komoditas
pertanian yang dikonsumsi manusia maupun ternak. Karakter bionomi A. flavus
memberi gambaran bahwa cendawan tersebut mempunyai daya tular yang tinggi dari
pertanaman ke tempat-tempat penyimpanan. (Wicklow et al, 1984).
A. flavus
3. Jamur Piricularia aryzae
Penyakit blast atau busuk leher merupakan salah satu penyakit yang paling
banyak menyerang padi dan serealia lainnya. Kerugian akibat penyakit blast sulit
diperkirakan, namun kerugiannya selalu signifikan.
Oryzae Pyricularia menyebabkan bintik-bintik atau luka pada daun, tangkai,
malai, dan biji, tetapi jarang pada pelepah daun. Gejala tersebut seperti nekrotik.
Bercak pada daun berbentuk gelendong dengan bagian tepi berwarna coklat atau
coklat kemerahan, bagian tengah bulat, dan berakhir runcing. Luka berkembang
dengan panjang 1,0 – 1,5 cm dan lebar 0,3 – 0,5 cm. Karakteristik tersebut sangat
berkaitan dengan usia luka, kerentanan tanaman, dan faktor lingkungan. Ketika
tangkai terinfeksi, maka akan menjadi hitam dan busuk. Infeksi terjadi dari dasar
19
malai dan menyebabkan busuk leher serta menyebabkan malai gugur atau jatuh. Pada
infeksi berat, rachillae sekunder dan biji-bijian juga terpengaruh.
Oryzae Pyricularia
Penyakit blast
4. Jamur Plasmopara viticola
Serangan dari jamur Plasmopara viticola terdapat pada daun yang masih muda.
Serangan pada daun berupa bercak-bercak berwarna kuning kehijauan dipermukaan
daun bagian atas dan di bagian permukaan bawahnya muncul semacam tepung
berwarna putih terdiri dari Sporangium dan Sporangiofor. Pada tunas dan sulur yang
terserang akan memperlihatkan tepung putih di bawahnya, sehingga tidak dapat
tumbuh dengan sempurna, produksi turun sampai 70% dalam satu musim.
20
5. Jamur Pythium debaryanum
Pythium debaryanum merupakan jamur patogen yang menyebabkan kecambah
busuk dan membusuknya akar pada tanaman budidaya (R. Hesse C. Dalam André
dan Cock. 2004). Serangan jamur ini terjadi dibeberapa tanaman budidaya,
diantaranya menyerang daun dan buah tanaman kacang panjang.
Pythium debaryanum Jamur Pythium pada tanaman
6. Jamur Sclerospora graminicola
Jamur Sclerospora graminicola merupakan organisme penyebab penyakit bulu
halus malai Downy mildew. Jamur ini bereproduksi secara aseksual melalui zoospora
dengan cara membebaskan sporangium dan bereproduksi secara seksual melalui
Oospora.
Ciri-ciri dari jamur ini sangat bervariasi seperti bereproduksi secara seksual
melalui Oospora dalam jaringan daun yang terinfeksi. Infeksi jamur patogen tanaman
ini timbul terutama melalui proses seksual, heterozigositas dan rekombinasi somatik,
mutasi, dan seleksi. Pergeseran besar dalam patogenisitas terjadi karena perubahan
ketahanan inang dan lingkungan. Jumlah variasi genetik pada populasi jamur patogen
mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan serta
berfluktuasi dan mempengaruhi ketahanan inang sehingga ketahanan inang akan
berubah dan menurun.
21
Ciri lain dari jamur ini adalah ukuran sporangiospora berkisar antara panjang 150-
200μm, diameter 16-20μm dengan cabang utama yaitu spora yang mempunyai
diameter kasar 8-16μm, yang berkerucut lalu bercabang kecil. Sporangium berbentuk
oval dan lebar agak bulat, dengan ukuran panjang dan lebar 13-34μm × 12-23μm.
Oospora berbentuk bulat mendekati oval, berwarna kuning pucat atau kuning-coklat
dengan diameter 26-42μm.
Gejala terinfeksi jamur ini pada tanaman adalah sebagai berikut :
1. Perbungaan – malai berubah warna
2. Perbungaan – memutar dan distorsi
3. Daun – terjadi proses nekrotik
4. Daun – warna normal
5. Daun – pertumbuhan jamur
6. Daun – menguning atau mati
7. Akar – lambat laun akan membusuk
8. Batang – perubahan warna kulit batang
Gejala secara keseluruhan pada tanaman yang terinfeksi adalah adanya variasi yang
cukup besar dalam gejala, yang hampir selalu berkembang sebagai akibat dari
infeksi sistemik. Gejala bervariasi sesuai dengan ketahanan inangnya, serta kondisi
lapangan atau lingkungan tempat terjadinya infeksi sistemik ini, biasanya diamati
sejak 6 hari setelah tanam. Gejala sistemik umumnya muncul pada daun kedua, dan
sesekali munculnya (jadi tidak secara bersamaan), dilanjutkan pada semua daun
berikutnya dan malai juga menggambarkan gejala, kecuali dalam kasus-kasus
resistensi pemulihan di mana tanaman dapat mengatasi atau tahan terhadap infeksi
tersebut (Singh dan Raja, 1988). Penyakit ini juga dapat muncul pada daun pertama
ketika infeksi sudah parah perkembangannya.
22
Gejala daun dimulai dengan proses klorosis di dasar lamina daun dan menginfeksi
daun baru berturut-turut serta menunjukkan perkembangan cakupan yang lebih
besar dengan gejala daun. Gejala daun yang terinfeksi, ditandai dengan daerah
bagian daun yaitu basal sakit dan menyebar ke ujung. Dalam kondisi kelembaban
tinggi, luas daun terinfeksi akan mendukung terjadinya klorosis dan menyebarnya
sebagian besar spora, umumnya pada permukaan abaxial dari daun, memberi
mereka penampilan berbulu halus pada daun. Jika gejala terjadi mulai awal,
tanaman akan sangat kerdil dan klorosis dan selanjutnya akan mati, jika gejala yang
tertunda, kekerdilan mungkin belum terjadi hal tersebut dikarenakan beberapa tunas
mungkin lolos penyakit.
7. Jamur Penicillium sp
Patogen Penicillium spp pada biji jagung ditemukan berupa gumpalan miselia
berwarna putih menyelimuti biji, diselingi warna kebiru-biruan. Patogen ini adalah
patogen tular benih yang mempunyai inang utama jagung. Tanaman lain belum
dilaporkan dapat menjadi inangnya, namun dapat menginfeksi tanaman jagung pada
fase prapanen dan pascapanen.
Intensitas penularan pada biji jagung dapat mencapai lebih dari 50% (Handoo dan
Aulakh 1999). Gejalanya ditandai oleh bercak pada kulit ari biji, bila menginfeksi
tongkol secara optimal menyebabkan pembusukan. Pengaruh terhadap kualitas
23
benih adalah penurunan daya tumbuh. Spesies P. oxalicum memproduksi oxalid
acid dan bersifat toksik terhadap biji.
Penicillium spp. dapat ditularkan melalui biji. Apabila ditanam, biji-biji yang
terinfeksi Penicillium spp. dari lokasi pertanaman dapat menularkan pada
pertanaman selanjutnya. Patogen akan berkembang baik pada suhu < 15 dan akan
tertekan perkembangannnya pada suhu > 25Oc. Penyebaran dalam suatu populasi
serangga. Semakin tinggi populasi serangga, semakin besar intensitas biji terinfeksi
Penicillium spp karena serangga dapat menjadi vektor penyebar perkembangan
patogen ini di pertanaman dan tempat penyimpanan.
8. Jamur Rhizoctonia sp.
Jamur ini menyebabkan Penyakit Hawar Pelepah (Rhizoctonia solani kuhn).
Gejala berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna
coklat dan bagian tengah berwarna putih pucat. Semenjak dikembangkan varietas
padi yang beranakan banyak dan didukung oleh pemberian pupuk yang berlebihan
terutama nitrogen, serta cara tanam dengan jarak yang rapat menyebabkan
perkembangan hawar pelepah semakin parah. Kehilangan hasil padi akibat penyakit
hawar pelepah dapat mencapai 30%.
24
Jamur Rhizoctonia da penyakit yang disebabkannya
Rhizoctonia solani Kuhn termasuk cendawan tanah, sehingga disamping dapat
bersifat sebagai parasit juga dapat sebagai saprofit. Pada saat tidak ada tanaman padi,
cendawan ini dapat menginfeksi beberapa gulma di pematang juga tanaman palawija
yang biasanya digunakan untuk pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-
kacangan. Cendawan ini bertahan di tanah dalam bentuk sklerosia maupun miselium
yang dorman. Sklerosia banyak terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun
pada seresah tanaman yang lain. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat
tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit hawar
pelepah pada musim tanam berikutnya.Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber
inokulum penyakit hawar pelepah selalu tersedia sepanjang musim.
Pengendalian
Hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani Kuhn.) dapat dikendalikan secara kimia,
biologi, dan teknik budidaya. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan
fungisida berbahan aktif benomyl, difenoconazol, mankozeb, dan validamycin
dengan dosis 2cc atau 2g per satu liter air dapat menekan perkembangan cendawan R.
solani Kuhn dan keparahan hawar pelepah.
Pengendalian secara biologi dengan penyemprotan beberapa bakteri antagonis dapat
mengurangi tingkat keparahan hawar pelepah. Penambahan bahan organik yang
sudah terdekomposisi sempurna/sudah matang (kompos jerami dengan C/N rasio
25
±10) dengan dosis 2 ton/ha, dapat menekan perkecambahan sklerosia di dalam tanah
dan menghambat laju perkembangan penyakit hawar pelepah di pertanaman.
Pengendalian dengan teknik budidaya diantaranya yaitu menerapkan jarak tanam
tidak terlalu rapat, pemupukan komplit dengan pemberian nitrogen sesuai kebutuhan,
serta didukung oleh cara pengairan yang berselang. Cara ini dapat menekan laju
infeksi cendawan R. solani pada tanaman padi. Disamping itu, pengurangan sumber
inokulum di lapangan dapat dilakukan dengan sanitasi terhadap gulma-gulma
disekitar sawah. Pengendalian penyakit hawar pelepah mempunyai peluang
keberhasilan yang lebih tinggi bila taktik-taktik pengendalian tersebut di atas
dipadukan (pengendalian penyakit secara terpadu).
9. Jamur Pyricularia oryzae
Jamur ini menyebabkan Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan penyakit
penting terutama pada padi
gogo tersebar di seluruh daerah
penghasil padi gogo di
Indonesia. Penyebab penyakit
dapat menginfeksi tanaman
pada semua stadium tumbuh
dan menyebabkan tanaman
puso. Pada tanaman stadium vegetatif biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas
daun (leaf blast). Pada stadium generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi
leher malai disebut blas leher (neck blast). Gejala pada daun berupa bercak-bercak
berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu
atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan.
Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut
busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan
gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.
26
Gejala:
Menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Serangan
menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal
malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat dan butiran padi
menjadi hampa.
Pengendalian:
1. Membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul
Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan
fase vegetatif dan fase pembentukan bulir;
2. Menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20
AS atau Rabcide 50 WP.
10. Jamur Cercospora oryzae Miyake
Jamur ini mengakibatkan munculnya Bercak Daun Cercospora (Cercospora leaf
spot). Penyakit bercak daun cercospora merupakan penyakit yang sangat merugikan
terutama pada sawah tadah hujan yang kahat kalium.
Penurunan hasil akibat penyakit ini disebabkan oleh keringnya daun sebelum
waktunya dan keringnya pelepah daun yang menyebabkan kerebahan tanaman
Gejala
27
Penyakit timbul pada daun berupa bercak-bercak sempit memanjang, berwarna
coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun, dengan ukuran panjang kurang
lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm. Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu
tanaman membentuk anakan. Pada serangan yang berat bercak-bercak terdapat pada
upih daun, batang, dan bunga. Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat
mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat menyebabkan daun
mengering. Infeksi yang terjadi pada pelepah dan batang meyebabkan batang dan
pelepah daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah.
Pengendalian
Prioritas utama dalam pengendalian penyakit bercak daun cercospora adalah dengan
penanaman varietas tahan dan perbaikan kondisi tanaman. Hasil pengamatan
dilapangan menunjukkan varietas Ciherang dan Membramo tergolong tahan, sedang
IR64 dan Widas tergolong rentan. Pemupukan N, P, dan K yang mencukup
kebutuhan tanaman sangat efektif menekan perkembangan penyakit. Penyemprotan
fungisida difenoconazol satu kali dengan dosis 1 cc per satu liter air volume semprot
400-500 l /ha pada stadium anakan maksimum, menekan perkembangan penyakit
bercak daun cercospora hingga 32,10%.
11. Jamur Helminthosporium oryzae
Jamur ini menyebabkan penyakit Bercak Daun Coklat (Brown Leaf Spot).
tersebar di negara-negara penghasil padi di Asia dan di Afrika. Di Indonesia,
penyakit ini banyak ditemukan pada pertanaman padi terutama di tanah-tanah
marginal yang kurang subur, atau kahat unsur hara tertentu. Beberapa daerah padi
gogorancah di Nusa Tenggara Barat, Bali, Gunung Kidul, Jawa Barat bagian selatan
dan Lampung merupakan daerah endemik penyakit ini. Hubungan antara terjadinya
penyakit dengan ketersediaan unsur hara tanah sangat erat. Tanaman yang kurang
sehat sangat mudah terserang penyakit ini. Pada kondisi tanah yang kahat unsur
kalium penyakit bercak coklat dapat menimbulkan kerugian hasil 50 sampai 90
28
persen. Faktor lain yang berpengaruh adalah sistem drainase yang tidak baik,
sehingga mengganggu terserapnya unsur-unsur hara.
Pengendalian:
1. Merendam benih di dalam air panas, pemupukan berimbang, menanam padi
tahan penyakit ini, menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15);
2. Dengan insektisida Rabcide 50 WP.
5. CARA MENGATASI KERACUNAN KARENA MENGKONSUMSI
JAMUR BERACUN
1. STABILISASI PASIEN
a) Penatalaksanaan jalan nafas.
b) Penatalaksanaan fungsi pernafasan : ventilasi dan oksigenasi.
c) Penatalaksanaan sirkulasi : infus cairan kristaloid.
d) Untuk keracunan karena Gyromitrin (jamur Gyromitra) akan terjadi
methemoglobinemia, sehingga dilakukan monitoring keseimbangan elektrolit
dan cairan dan kadar methemoglobin.
29
2. DEKONTAMINASI
a) Penggunaan arang aktif dengan dosis :
Anak-anak : 1-2g/kg secara oral
Dewasa : 50-100g secara oral
b) Tidak dianjurkan menggunakan arang aktif untuk dekontaminasi keracunan
karena coprine.
3. ANTIDOTUM
a) Tidak ada antidotum untuk keracunan Orellanine, Ibotenic Acid, Muscimol,
Psilocybin, Coprine.
b) Antidotum untuk keracunan Gyromitrin :
Pyridoxine (vitamin B6), indikasi : pemberian benzodiazepin untuk seizure
gagal.
Methylen Blue, indikasi : kadar methemoglobin darah >30%; kadar
methemoglobin darah 20% dengan gejala : dyspnea, sakit kepala, fatigue,
depresi sistem saraf pusat, takikardi.
jika kondisi memburuk, pemberian methylen blue harus dihentikan dan
lakukan tranfusi tukar
kontraindikasi : pada korban yang telah diketahui memiliki defisienmsi
G6PD yang parah (dikarenakan risiko hemolisis)
c) Antidotum untuk keracunan Cyclopeptida :
Silibinin
N-acetylcysteine
4. ELIMINASI
a) Untuk keracunan Orellanine, Ibotenic Acid, Muscimol, Psilocybin, Coprine
tidak direkomendasikan peningkatan eliminasi.
30
b) Untuk keracunan Cyclopeptida : pertahankan renal output, pemberian dosis
berulang arang aktif, hemoperfusi dan hemodialisa (untuk hemodilaisa dapat
membantu jika terjadi gagal ginjal).
c) Gyromitrin : pertahankan renal output, hemodialisa.
31
TIPS MEMILIH DAN MENGKONSUMSI JAMUR
1. Hanya mengkonsumsi jamur yang diketahui pasti dapat dimakan.
2. Jangan pernah mencoba mengidentifikasi senidri jamur yang tidak diketahui
identitasnya untuk dimakan, hanya ahli mikologi yang mengetahui cara
identifikasi jamur tersebut.
3. Pilihlah jamur yang masih segar dan tidak menujukkan adanya bagian yang
terdekomposisi oleh ulat atau larva lainnya.
4. Mengkonsumsi jamur yang sudah dimasak
5. Jika ingin mengkonsumsi jamur yang belum pernah mengkonsumsinya, cobalah
sedikit untuk tahap awal, tunggu sampai 48 jam sebelum mengkonsumsi lagi
atau mengkonsumsi jamur jenis lainnya.
6. Bersihkan jamur liar yang tumbuh di halaman atau kebun.
7. Jagalah kebersihan diri dan lingkungan untuk menghindari jamur mikroskopis
yang bersifat patgen.
32
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Peran jamur bagi kehidupan manusia amat besar, baik yang bermanfaat maupun
merugikan
2. Jamur makroskopis yang berbahaya bagi kesehatan memiliki ciri antara lain:
memiliki warna mencolok seperti merah-darah, hitam-legam, biru-tua, ataupun
warna-warna lainnya, menghasilkan bau yang menusuk hidup, bila dikerat
dengan pisau maka warnapisau akan berubah menjadi hitam legam atau biru,
hidup di tempat yang jorok, mempunyai cicin.
3. Senyawa beracun yang umum didapatkan pada jenis-jenis jamur, antara lain
Adalah: Amatoxin/Amanitin [Cyclopeptide],Gyromitrin, Monomethylhydrazine,
Orellanine, Ibotenic Acid dan Muscimol, Psilocybin, Coprine, Kholin, Muskarin,
Falin, Atropin jamur, Asam helvelat.
4. Jamur yang menyebabkan penyakit pada manusia antaralain jamur dari genus:
Amanita, Cortinarius, Panaeolus, Copelandia, Gymnopilus, Conocybe, Pluteus,
Coprinus, Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton, Candida, Malassezia,
dan Aspergillus spp.
5. Jamur yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan antaralain: Jamur
Plasmodiophora brassica, Aspergillus spp, Piricularia aryzae, Plasmopara
viticola, Pythium debaryanum, Sclerospora graminicola. Penicillium sp,
Rhizoctonia sp., Pyricularia oryzae, Cercospora oryzae dan Helminthosporium
oryzae.
6. Cara mengatasi keracunan karena mengkonsumsi jamur beracun adalah:
stabilisasi pasien, dekontaminasi, antidotum, eliminasi.
33
B. SARAN
Sebaiknya jangan mengkonsumsi jamur yang belum diketahui pasti berbahaya
atau tidak, karena sebagian besar jamur yang tampak cantik dan menarik justru
berbahaya bagi tubuh.
34
DAFTAR PUSTAKA
Aguskrisno. 2012. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Mengendalikan Penyakit pada
Tumbuhan. http://aguskrisnoblog.wordpress.com. [Diakses 11 Maret 2015].
Ekowati, Nuraini. 2015. Handout Jamur Beracun. Yogyakarta: UNSOED.
Jawetz. E , Melnick & Adelberg. 1996. Microbiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Kanisius.
35