makalah jerami padi
DESCRIPTION
pertanianTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hampir di setiap sawah kita menjumpai jerami yang tertumpuk, sebagian
besar masyarakat tidak memanfatkannya, bahkan karena ketidaktahuan dari
masyarakat, mereka membakar jerami yang tertumpuk itu dengan maksud bisa
melenyapkannya dengan cepat tanpa mereka memikirkan akibat dari
perbuatannya itu.
Namun di lain sisi sungguh memprihatinkan para peternak kesulitan
mendapatkan jerami ketika mereka kesulitan mendapatkan rumput untuk
pakan ternak sapinya, akan tetapi para petani yang sudah panen sebagian besar
tidak memanfaatkan jerami tersebut untuk diberikan kepada para peternak sapi
yang kesulitan mendapatkan rumput. Apalagi ketika musim kemarau, rumput
jarang ditemukan karena rumput juga membutuhkan air untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik, sehingga pada musim kemarau produksi rumput
yang ada semakin berkurang. Sementara itu di lain pihak populasi ternak sapi
semakin bertambah setiap tahun.
Begitu pula ketika musim hujan para peternak kesulitan mendapatkan
rumput, karena biasanya rumput hanya ditemukan di pematang sawah, pinggir
jalan dan lahan-lahan yang tidak digarap oleh para petani. Apalagi pada
musim itu rumput diperjualbelikan dengan harga yang tinggi oleh petani
sebelum menggarap sawahnya karena mengetahui bahwa para peternak sangat
membutuhkan rumput itu. Sehingga para peternak memerlukan biaya untuk
membeli rumput ketika kesulitan mendapatkan rumput. Ketika para petani
panen, banyak jerami yang dihasilkan, namun karena terlalu banyak orang
yang panen, banyak jerami yang tidak habis di ambil oleh para peternak
sehingga jerami tersebut tertumpuk dan pada akhirnya para petani
membakarnya atau membiarkannya membusuk tanpa mereka menghiraukan
akibatnya. Oleh karena itu apakah langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan
1
oleh Penyuluh peternakan untuk membantu menyelesaikan permasahan yang
begitu sering dihadapi oleh para peternak sapi?
B. BATASAN MASALAH
Peternak sapi yang dimaksud dalam penelitian adalah peternak sapi yang
berada di desa Batu Nyala tahun 2011.
C. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menarik
sebagai berikut:
1. Apakah selama ini masyarakat di desa Batu Nyala menggunakan jerami
padi sebagai alternatif pakan ternak sapinya?
2. Apakah jerami yang digunakan oleh masyarakat di desa Batu Nyala
sebagai pakan ternak sapi sudah diolah terlebih dahulu atau belum?
3. Mengapa jerami yang dipilih oleh masyarakat di desa Batu Nyala sebagai
alternatif pakan ternak sapinya ketika kesulitan mendapatkan hijauan/
rumput terutama pada musim tanam padi yang kedua?
4. Kendala apa saja yang dihadapi oleh masyarakat di desa Batu Nyala
menjadikan jerami sebagai alternatif pakan ternaknya?
5. Seberapa jauh masyarakat di desa Batu Nyala menggunakan jerami
sebagai pakan ternak sapinya?
6. Pengolahan apa saja yang telah dilakukan selama ini oleh masyarakat di
desa Batu Nyala dalam menggunakan jerami sebagai pakan ternak
sapinya?
7. Bagaimana tanggapan masyarakat di desa Batu Nyala jika akan diadakan
penyuluhan bagaimana teknik-teknik pengolahan jerami agar dapat
mengoptimalisasi potensi yang dimiliki oleh jerami dan tentunya dapat
memudahkan para peternak memberikan pakan untuk ternaknya?
2
8. Apa harapan masyarakat di desa Batu Nyala terhadap penyuluh peternakan
tentang cara pengolahan jerami sebagai pakan ternak?
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Apakah selama ini masyarakat di desa Batu Nyala menggunakan jerami
padi sebagai alternatif pakan ternak sapinya.
2. Apakah jerami yang digunakan masyarakat di desa Batu Nyala sebagai
pakan ternak sapi sudah diolah terlebih dahulu atau belum.
3. Mengapa jerami yang dipilih oleh masyarakat di desa Batu Nyala sebagai
alternatif pakan ternak sapinya ketika kesulitan mendapatkan hijauan/
rumput terutama pada musim tanam padi yang kedua.
4. Kendala apa saja yang dihadapi oleh masyarakat di desa Batu Nyala
menjadikan jerami sebagai alternatif pakan ternaknya.
5. Seberapa jauh masyarakat di desa Batu Nyala menggunakan jerami sebagai
pakan ternak sapinya.
6. Pengolahan apa saja yang telah dilakukan selama ini oleh masyarakat di
desa Batu Nyala dalam menggunakan jerami sebagai pakan ternak sapinya.
7. Bagaimana tanggapan masyarakat di desa Batu Nyala jika akan diadakan
penyuluhan bagaimana teknik-teknik pengolahan jerami agar dapat
mengoptimalisasi potensi yang dimiliki oleh jerami dan tentunya dapat
memudahkan para peternak memberikan pakan untuk ternaknya.
8. Apa harapan masyarakat di desa Batu Nyala terhadap penyuluh peternakan
tentang cara pengolahan jerami sebagai pakan ternak?
3
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memberikan kesadaran kepada para petani tentang pemanfaatan
jerami sangat penting bahwa jerami tersebut sangat diperlukan oleh para
peternak sapi ketika kesulitan mendapatkan rumput.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan oleh
Penyuluh Peternakan dalam menyikapi permasalahan yang terjadi di suatu
wilayah seperti di desa Batu Nyala, tentang kurangnya pemanfaatan jerami
padi sebagai pakan ternak sapi agar dapat diaplikasikan oleh masyarakat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TENTANG TERNAK SAPI
Ternak sapi adalah salah satu hewan ruminansia (pemamah biak) yang
secara alami membutuhkan pakan di antaranya hijauan sapi dan rumput-
rumputan. Pakan ternak adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada
ternak (baik berupa bahan organik maupun organik) yang sebagian atau
seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak (Prof. Dr. Ir.
Sunarso, Ms. dan Ir. M. Christiyanto, Mp., 1987).
B. TINJAUAN TENTANG PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI
Pakan ternak dapat berupa hijauan. Hijauan merupakan bahan pakan yang
penting baik ternak sapi. Hijauan ini bisa berasal dari: hijauan liar (tidak
sengaja ditanam dan tumbuh dengan sendirinya) dan hijauan yang
dibudidayakan (sengaja ditanam dan dipupuk). Hijauan liar terdiri atas
berbagai jenis rumput, dan tanaman lainnya, sedangkan hijauan yang
dibudidayakan hanya merupakan satu spesies rumput atau bercampur dengan
spesies rumput yang lain (Ir. Yunilas, 2009).
Menurut Komar dalam Ir. Yulinas, menyebutkan, kandungan gizi
makanan ternak sangat tergantung pada hijauan pada bahan yang diberikan.
Hijauan yang berupa hijauan yang diberikan berupa rumput alam, rumput
lapangan, rumput tanam (rumput unggul), hijauan yang diberikan yang berupa
rumput lapangan, rumput tanam, dan rumput hijauan kacang-kacangan, dan
hijauan limbah pertanian (ubi jalar, jerami padi, jerami kacang-kacangan, dll).
Dan menurut Rukmana kandungan protein hijauan kacang-kacangan sebesar
21%, rumput lapangan dan rumput unggul sebesar 10,20 %, sedangkan
hijauan limbah pertanian (jerami padi) kandungan proteinnya sebesar 3,6 %.
Menurut Tilham dkk, dalam Ir. Yunilas menjelaskan jerami termasuk
makanan kasar yaitu bahan makanan yang berasal dari limbah pertanian/
tanaman yang sudah dipanen. Bila dituju dari kondisi nutrisinya, jerami
5
memiliki kandungan protein dan daya cerna yang rendah, namun didalamnya
memiliki sekitar 80% zat-zat yang dapat dicerna sebagai sumber energi bagi
ternak.
Jerami adalah tanaman padi yang telah diambil buahnya (gabahnya),
sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian
terbesar (Johan Purnama DUM MSc, 2010). Supaya limbah pertanian berupa
jerami padi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pakan ternak maka
dapat diolah dengan cara fermentasi. Menurut Saono dalam Ir. Yunilas,
fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim dari
mikroba (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi hidrolisa, dan reaksi
kimia lainnya sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik
dengan menghasilkan produk tertentu dan menyebabkan terjadinya
pembahasan sifat bahan tersebut.
Fermentasi dilakukan dengan cara menambahkan bahan yang mengandung
mikroba proteolitik, lignolitik, selulotik, lipotik, dan bersifat fiksasi nitrogen
non simbiotik contohnya: starbio, starbioplus, EM-4 dan lain-lain (Ir. Yunilas,
2009).
Hasil penelitian Syamsu dalam Ir. Yunilas, menggambarkan bahwa
komposisi nutrisi jerami padi yang telah difermentasi dengan menggunakan
startet mikroba (starbio) sebanyak 0,06% dari berat jerami padi, secara umum
memperlihatkan peningkatan kualitas dibanding jerami padi yang tidak
difermentasi. Selanjutnya dikatakan kadar protein kasar jerami padi yang
difermentasi mengalami peningkatan dari 4,23% menjadi 81,14% dan diikuti
dengan penurunan kadar serat kasar. Hal ini memberikan indikasi bahwa
starter mikroba yang mengandung mikroba proteoritik yang menghasilkan
enzim protease dapat merombak protein menjadi peptide sederhana.
C. TINJAUAN TENTANG PENYULUH PETERNAKAN
Menurut Rogers dalam karya ilmiah Lilis Nurlina, kepemimpinan penyuluh
adalah kemampuan penyuluh dalam mempengaruhi persepsi, motivasi, adopsi
6
inovasi pengikutnya (peternak anggota koperasi) dalam melaksanakan tugas
organisasi koperasi sebagai pendamping dan pemberdaya peternak dalam
meningkatkan kinerja peternak khususnya dan tujuan organisasi koperasi pada
umumnya. Seorang penyuluh perlu memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain dalam mengadopsi inovasi serta mampu
menyebarluaskan inovasi tersebut (difusi) melalui suatu jaringan kerja
tertentu. Dalam hal ini, penyuluh pertanian-peternakan perlu memanfaatkan
golongan early adopter yang memiliki karakteristik : usianya relative sama,
kelebihan dalam hal tingkat pendidikan-melek huruf, status sosial ekonomi,
mobilitas social, dan kedekatan dengan golongan pengadopsi yang lebih
lambat, dapat dijadikan sebagai sasaran strategis bagi penyuluh untuk
menjangkau petani-peternak lainnya.
Menurut pendapat Lilis Nurlina (2005), kompetensi standar penyuluh
pertanian di masa sekarang dan yang akan datang seyogyanya meliputi empat
ranah sebagai berikut:
1. Kemampuan kognisi yakni kemampuan mengetahui, menjelaskan,
menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi konsep
pemberdayaan masyarakat dan pendekatan partisipatif sesuai dengan
content dan conteks pembangunan pertanian.
2. Kemampuan afeksi, yakni kemampuan menerima, meminati, menyukai,
mencintai, berpartisipasi, berintegrasi, mengorganisasikan nilai dan
berkarakter dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh
pertanian yang partisipatif.
3. Kemampuan psikomotorik, yakni kemampuan/keterampilan untuk
menerapkan teknik-teknik kepemanduan partisipasif secara terampil dan
taat azas.
4. Kemampuan konasi dan spiritual, yakni kemampuan untuk memiliki
semangat, etos kerja, keyakinan, jiwa kejuangan, keimanan, ketawakalan
dan pengabdian yang tulus terhadap pekerjaan, tugas dan fungsinya.
7
BAB III
METODE PENULISAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian non-hipotesis. Dimana
penelitian dengan cara ini awali dengan menetapkan dahulu standar
berdasarkan landasan yang kuat sebelum memulai penelitian kancah yang
selanjutnya dijadikan sebagai acuan sejauh mana fenomena mencapai standar
(Arikunto, 2006).
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di desa Batu Nyala. Penelitian ini dilakukan pada
kurun waktu tanggal akhir bulan Maret dan awal bulan April 2011.
C. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006) dan yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Dusun (Kadus)
dan Tokoh masyarakat yang berada di desa Batu Nyala yang berjumlah 11
orang dan 10 orang, sedangkan Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang di teliti (Arikunto, 2006). Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik sampel bertujuan yaitu dilakukan dangan cara
mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2006), maka yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah kepala dusun yang berada di desa Batu
Nyala yang berjumlah 2 orang, dan Tokoh masyarakat yang berjumlah 2
orang.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah
wawancara, yaitu proses memperoleh data dengan cara tanya jawab secara
langsung, bertatap muka antara penanya dengan responden (Anonim, 2002).
8
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan beberapa responden dan
menggunakan pertanyaan yang sama yaitu:
1. Apakah selama ini masyarakat di desa Batu Nyala menggunakan jerami
padi sebagai alternatif pakan ternak sapinya?
2. Apakah jerami yang digunakan masyarakat di desa Batu Nyala sebagai
pakan ternak sapi sudah diolah terlebih dahulu atau belum?
3. Mengapa jerami yang dipilih oleh masyarakat di desa Batu Nyala sebagai
alternatif pakan ternak sapinya ketika kesulitan mendapatkan hijauan/
rumput terutama pada musim tanam padi yang kedua?
4. Kendala apa saja yang dihadapi oleh masyarakat di desa Batu Nyala
menjadikan jerami sebagai alternatif pakan ternaknya?
5. Seberapa jauh masyarakat di desa Batu Nyala menggunakan jerami
sebagai pakan ternak sapinya?
6. Pengolahan apa saja yang telah dilakukan selama ini oleh masyarakat di
desa Batu Nyala dalam menggunakan jerami sebagai pakan ternak
sapinya?
7. Bagaimana tanggapan masyarakat di desa Batu Nyala jika akan diadakan
penyuluhan bagaimana teknik-teknik pengolahan jerami agar dapat
mengoptimalisasi potensi yang dimiliki oleh jerami dan tentunya dapat
memudahkan para peternak memberikan pakan untuk ternaknya?
8. Apa harapan masyarakat di desa Batu Nyala terhadap penyuluh peternakan
tentang cara pengolahan jerami sebagai pakan ternak?Dan masing-masing
responden menjawab sebagain berikut:
9
a. L. Nurmadyan selaku Kepala Dusun Pegading
1. Ya, sebagian besar masyarakat yang memiliki ternak sapi
menggunakan jerami sebagai pakan ternaknya, tetapi tidak selamanya
masyarakat menggunakan jerami sebagai pakan ternak sapinya
melainkan menggunakan tumbuhan yang lain yang mudah didapatkan
seperti rumput, pohon pisang, daun turi, daun singkong dan rumput
gajah.
2. Tidak, sebagian besar masyarakat langsung menggunakan jerami
tersebut tanpa diolah sebelumnya sebagai pakan ternaknya.
Masyarakat memilih jerami yang baru dipanen, jika sudah terlalu lama
mereka bakar.
3. Karena jerami mudah didapatkan di mana-mana apalagi mayoritas
masyarakat Batu Nyala adalah sebagai petani, sehingga mudah
didapatkan ketika musim panen padi. Bagi petani yang tidak
memelihara ternak seperti sapi, petani tersebut memberikan jeraminya
untuk masyarakat yang memiliki ternak sapi untuk dijadikan sebagai
pakan.
4. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat adalah jerami yang digunakan
hanya banyak ditemukan ketika panen padi saja sehingga masyarakat
yang memiliki ternak sapi kewalahan ketika sesulitan mendapatkan
rumput. Kendala lain yang dihadapi adalah jerami tersebut banyak
dibakar oleh para petani.
5. Masyarakat menggunakan jerami ketika kesulitan mendapatkan
rumput.
6. Pengolahan yang dilakukan tidak ada, akan tetapi masyarakat hanya
menggunakan jerami sebagai pakan ternak itu dicampuri dedak dengan
air, atau jika tidak ada dedak maka masyarakat hanya memberikan
sapinya cukup dengan jerami saja.
10
7. Tanggapan saya sendiri adalah saya sangat setuju karena dengan
adanya penyuluhan tersebut maka masyarakat akan lebih mudah untuk
meningkatkan kualitas yang dimiliki oleh jerami tersebut dan jerami
tersebut memiliki kegunaan yang dapat mempercepat penggemukan
sapinya seperti yang saya dengar di TV.
8. Penyuluh Peternakan perlu melakukan penyuluhan teknik-teknik
bagaimana sebenarnya agar jerami yang semulanya tidak dimanfaatkan
secara optimal dengan adanya penyuluhan tersebut maka akan mudah
untuk mengotimalkan potensi jerami tersebut. Kami mengharapkan
bukan hanya sekedar memberikan penyuluhan saja akan tetapi
teknologi/teknik tersebut di jadikan sebagai salah satu program di desa
Batu Nyala.
b. TGH. Hijazi Umar selaku tokoh masyarakat desa Batu Nyala
1. Ya, masyarakat desa Batu Nyala sebagian besar menggunakan jerami
sebagai pakan ternak sapinya, saya sendiri juga menggunakan jerami,
biasanya saya mencampurnya dengan dedak karena itu akan lebih
mempercepat pertumbuhan sapi di samping itu sapinya juga akan
makan dengan lahap ketika jerami tersebut dicampur dengan dedak.
2. Ya, saya sendiri mengolahnya dengan cara mengeringkan terlebih
dahulu jerami tersebut kemudian menyimpannya di gudang atau
ruangan yang tidak terkena air, kemudian jika ingin memberikan
pakan untuk ternak maka dicampurkan dengan air garam dengan dedak
agar perut sapi tidak panas. Pengolahan ini lebih mempercepat
pertumbuhan sapi daripada menggunakan jerami yang sama sekali
tidak dicampurkan dengan bahan-bahan yang lain.
3. Karena jerami mudah didapatkan, lebih praktis, apalagi ketika panen
padi, tinggal mengambilnya di sawah-sawah yang sudah disediakan
oleh petani atau pemilik sawah.
11
4. Kendala-kendala yang dihadapi adalah jerami padi hasil panen banyak
yang dibakar, sehingga sulit mendapatkan jerami untuk pakan ternak
ketika kesulitan mendapatkan pakan untuk ternak.
5. Masyarakat sudah menggunakan jerami dari dulu karena jerami mudah
didapatkan, dan sebagian besar masyarakat sudah mengetahui cara-
cara tradisional dalam mengolah jerami sebagai pakan ternak dengan
caranya sendiri.
6. Pengolahan yang digunakan biasanya jerami tersebut dicampur dengan
dedak dan menggunakan garam.
7. Kami tentunya akan sangat setuju karena Penyuluh dari peternakan
tersebut dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya selain itu
dampaknya yang begitu besar yaitu masyarakat tidak lagi membakar
atau menyalahgunakan jerami, manfaat yang lain juga dilihat dari
pihak peternakan yaitu dapat mengembangkan peternakan itu sendiri.
8. Melakukan suatu penyuluhan kepada masyarakat, menerapkan
langsung program pengolahan jerami yaitu teknik Fermentasi di
masyarakat oleh Penyuluh Peternak dengan berkonsultasi dengan
pemerintah setempat melihat kondisi di desa Batu Nyala.
c. Saibun selaku kepala dusun Tembeng
1. Ya, masyarakat sebagian besar menggunakan jerami padi sebagai
pakan ternak sapinya.
2. Yang saya tahu masyarakat hanya menggunakan jerami tersebut
dengan cara dicampuri dengan dedak saja, karena disamping anggapan
masyarakat dedak itu bergizi untuk ternak sapi juga dedak itu mudah
didapatkan.
3. Karena jerami mudah didapatkan.
4. Kendalnya adalah masyarakat banyak yang membakar jerami.
12
5. Masyarakat hanya menggunakan jerami ketika jerami masih segar saja
kalau sudah lama jerami itu tidak dibutuhkan.
6. Jerami yang akan digunakan adalah jerami yang sudah dicampuri oleh
dedak.
7. Kami sangat setuju dengan rencana itu karena dengan begitu
masyarakat tidak sulit memberikan pakan untuk ternak sapinya, dan
lebih mudah untuk menggemukkan sapi dengan pengolahan praktis
dari jerami.
8. Menurut saya sebaiknya Penyuluh Petenakan melakukan suatu
penyuluhan agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana pengolahan
jerami sebagai pakan ternak.
d. Papuk sukrin, tokoh masyarakat di desa Batu Nyala
1. Ya, masyarakat menggunakan jerami sebagai pakan ternak sapinya jika
tidak ada rumput, tetapi kalau tidak ada kedua-duanya masyarakat
menggunakan pohon pisang atau rumput gajah.
2. Sudah, jerami diolah dengan cara dicampurkan dengan dedak.
3. Karena jerami mudah didapatkan, apalagi petani yang sudah panen
sebagian besar tidak punya ternak jadi mudah untuk masyarakat yang
punya ternak sapi.
4. Kendalanya adlah banyak petani yang menyalahgunakan jerami seperti
membakar jerami itu.
5. Masyarakat menggunakan jerami ketika masyarakat kesulitan dalam
mendapatkan rumput.
6. Tidak ada, jerami segar biasanya langsung diberikan untuk sapinya,
akan tetapi ada juga masyarakat yang mencampurkan jerami dengan
dedak karena dengan dedak sapi menjadi lahap dan cepet gemuk.
13
7. Sangat setuju karena dengan itu akan memudahkan masyarakat yang
memiliki sapi dan bermanfaat juga untuk petani agar tidak
menyalahgunakan jerami.
8. Membimbing masyarakat oleh Penyuluh Peternakan supaya
masyarakat tahu, dengan mempraktikkan langsung dan menerapkan di
susatu wilayah itu sendiri setelah dibimbing.
B. PEMBAHASAN
Masyarakat di desa Batu Nyala sebagian besar bermata pencaharian
sebagai petani, peternak maupun petani sekaligus sebagai peternak. Ketika
panen padi, para petani kebingungan bagaimana menggunakan jerami yang
merupakan limbah dari padinya. Jerami dianggap tidak memiliki nilai
ekonomi oleh mereka, bahkan cenderung dianggap sebagai limbah yang tidak
memiliki fungsi seperti sampah. Oleh karena itu tanpa memikirkan akibat
dari tindakannya sebagian besar dari mereka membakar jerami tersebut
sehingga menimbulkan banyak kerusakan seperti kesejukan udara menjadi
terganggu atau kerap dikenal dengan populasi udara, dan banyak kerusakan
lain yang ditimbulkan. Meskipun sebagian kecil dari mereka ada yang
memanfaatkan jerami tersebut namun mereka hanya mencampurkan jerami
tersebut dengan dedak sesuai dengan pengetahuan peninggalan dari nenek
moyang mereka.
Di pihak lain peternak sangat membutuhkan jerami hasil limbah
tersebut ketika kesulitan mendapatkan rumput atau hijauan. Sebenarnya para
peternak dapat memanfaatkan jerami hasil limbah padi milik para petani dan
memang jerami sebenarnya sangat potensial dimanfaatkan sebagai pakan
ternak sapi namun banyak dari mereka tidak mengetahui itu. Sungguh
menyedihkan ketika mendengar pendapat-pendapat dari masyarakat karena
sebagian besar dari mereka tidak mengetahui tentang pemanfaatan jerami
yang efektif sebagai alternatif pakan ternak sapi.
14
Banyak kerugian yang ditimbulkan dari pemanfaatan jerami yang tidak
dimanfaatkan secara efektif, berbagai cara yang telah diberikan oleh
penyuluh peternakan salah satunya adalah pemanfaatan jerami melalui
fermentasi. Namun di desa Batu Nyala sama sekali belum tersentuh oleh
penyuluhan yang dilakukan oleh Penyuluh Peternakan yang ada. Mengenai
tugas dari penyuluh peternakan salah satunya adalah membimbing
masyarakat mengenai pemanfaatan di bidang peternakan. Mengingat tujuan
dari penyuluh peternakan adalah untuk meningkatkan kemampuan peternak
dan menunjang perbaikan usaha ternak melalui upayanya untuk mengubah
perilaku peternak ke arah usaha beternak yang lebih baik (better farming),
berusaha ternak lebih baik (better business), kesejahteraan hidup yang lebih
baik (better living), dapat menjaga lingkungan hidup dengan lebih baik
(better environtment), mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik
(better community).
Namun sesuai dengan temuan penelitian yang dilakukan di desa Batu
Nyala masyarakat tidak mengetahui sedikitpun tentang pengolahan jerami
yang baik, salah satunya pengolahan melalui fermentasi. Oleh karena itu
tidak heran jika masyarakat di sana tidak memanfaatkan jerami sebagai pakan
ternak sapi ketika kesulitan mendapatkan rumput.
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Masyarakat di desa Batu Nyala, menggunakan jerami sebagai alternatif
pakan ternak sapinya, dan masyarakat hanya menggunakan jerami yang
masih segar dan dicampurkan dengan dedak saja.
2. Jerami yang digunakan oleh masyarakat di desa Batu Nyala, sebagai pakan
ternak sapi belum diolah.
3. Jerami yang dipilih oleh masyarakat di desa Batu Nyala, sebagai alternatif
pakan ternak sapinya ketika kesulitan mendapatkan hijauan/rumput
terutama pada musim tanam padi yang kedua karena jerami mudah
didapatkan.
4. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat di desa Batu Nyala, menjadikan
jerami sebagai alternatif pakan ternaknya adalah jerami padi hasil panen
banyak yang dibakar, sehingga sulit mendapatkan jerami untuk pakan
ternak ketika kesulitan mendapatkan pakan untuk ternak.
5. Masyarakat di desa Batu Nyala, sudah menggunakan jerami dari dulu dan
sebagian besar masyarakat sudah mengetahui cara-cara tradisional dalam
mengolah jerami sebagai pakan ternak dengan caranya sendiri.
6. Pengolahan yang digunakan oleh masyarakat di desa Batu Nyala, biasanya
jerami tersebut dicampur dengan dedak.
7. Tanggapan masyarakat di desa Batu Nyala tentang penyuluhan teknik-
teknik pengolahan jerami adalah mereka sangat setuju karena Penyuluh
dari peternakan tersebut dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya
selain itu dampaknya yang begitu besar yaitu masyarakat tidak lagi
membakar atau menyalahgunakan jerami, manfaat yang lain juga dilihat
dari pihak peternakan yaitu dapat mengembangkan peternakan itu sendiri.
8. Harapan masyarakat di desa Batu Nyala terhadap penyuluh peternakan
adalah melakukan penyuluhan kepada masyarakat, menerapkan langsung
16
program pengolahan jerami yaitu teknik Fermentasi di masyarakat desa
Batu Nyala.
B. SARAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis menyarankan kepada dinas
Peternakan dalam hal ini para penyuluh untuk:
1. Melakukan pengawasan terhadap para peternak sapi di desa Batu Nyala.
2. Mengadakan penyuluhan tentang alternatif pakan ternak sapi dari jerami
padi dengan pengolahan fermentasi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Panduan Penelitian Bagi Siswa. Jakarta: Uhamka Press.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik).
Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Nurlina, Lilis. 2005. Peranan Kepemimpinan Penyuluh Peternakan Dalam Upaya
Mempertahankan Keberlanjutan Usaha Anggota Koperasi. Bandung:
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Purnama, Johan. 2010. Jerami Fermentasi Sebagai Pakan Alternatif Bagi Ternak
Sapi pada Musim Kemarau.
Sunarso, Prof. dan Christiyanto, Mp. 1987. Manajemen Pakan.
Yunilas, Ir. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan
Pakan Ternak Ruminansia. Medan: Departemen Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
18