makalah kajian fisika sekolah
DESCRIPTION
makalah kajian fisika sekolahTRANSCRIPT
MAKALAH
KAJIAN FISIKA SEKOLAH
JENIS-JENIS PENDEKATAN DALAM
PEMBELAJARAN
Disusun oleh :
Dhiah Febri Wijayanti09302244059
Pendidikan Fisika/ D
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
JENIS-JENIS PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di era globalisasi seperti saat ini, semua aspek kehidupan dituntut untuk terus
maju dan berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang
semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia
pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber
daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas.
Upaya pengembangan pendidikan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang
tepat agar anak didik dapat menerima peserta didikan dengan baik.
Dewasa ini, proses belajar mengajar di sekolah baik SD, SMP maupun SMA
masih menggunakan paradigma lama, yaitu di dominasi oleh peran dan kegiatan guru,
dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya. Peserta didik
hanya mendengarkan penjelasan yang guru berikan dan menjawab pertanyaan jika guru
mengajukan pertanyaan. Peserta didik jarang diajak untuk mengetahui dan memahami
sendiri peristiwa-peristiwa dan konsep fisika yang ada di alam sekitar. Hal itu
menyebabkan konsep mengenai materi-materi fisika kurang dikuasai oleh peserta didik
dan peserta didik pun lambat dalam memahami materi pembelajaran fisika.
Proses pembelajaran yang seperti itu membuat peserta didik menjadi pasif dan
kurang bergairah untuk mempeserta didiki fisika, kurangnya sikap ilmiah pada diri
peserta didik, dan tentunya hasil pembelajaran yang didapatkan tidak sesuai dengan
harapan. Dengan metode mengajar yang seperti itu, justru akan memberatkan guru dalam
mengajar. Mengapa?. Karena guru akan bekerja dua kali lipat untuk memahamkan
peserta didik mengenai konsep dan materi peserta didikan dan hal itu akan membutuhkan
waktu yang lama. Waktu akan terbuang hanya untuk mengulang penyampaian materi.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang
saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, dan juga peserta didik
sebagai objek pembelajaran. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan
peserta didik. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan
berbagai pendekatan pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar
dengan menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya
sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus
disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga
berbagai jenis pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
Makalah ini berisi permasalahan yang ada didunia pendidikan beserta penjelasan
mengenai konsep dan pengertian pendekatan-pendekatan pembelajaran yang ada dalam
pembelajaran fisika di sekolah. Beberapa pendekatan yang akan dibahas antara lain :
a. Pendekatan ketrampilan proses
b. Pendekatan sains, teknologi, dan masyarakat
c. Pendekatan fisika untuk semua ( Physics for All Approach )
d. Pendekatan konstruktivisme
e. Pendekatan kooperatif
f. Pendekatan kontekstual
g. Starter experiment approach ( SEA )
Secara garis besar, pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalanya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis
tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, dapat dilihat beberapa
permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan saat ini, antara lain :
1) Tak jarang peserta didik merasa kikuk saat memegang alat-alat praktikum dan
bahkan terkadang peserta didik kebingungan menggunakan alatnya karena mereka
tidak tahu cara menggunakannya. Seberapa besar pengaruh penggunaan pendekatan
ketrampilan proses terhadap ketrampilan peserta didik menggunakan alat-alat
percobaan dan terhadap pembelajaran peserta didik di sekolah?
2) Secara garis besar, pada pendekatan STM guru hanya sebagai fasilitator semata dan
hal itu justru akan membuat peserta didik membutuhkan waktu lebih lama untuk
memahami konsep fisika yang ada. Bagaimana caranya agar penggunaan
pendekatan ini menghasilkan dampak negative yang minim?
3) Apa implikasi dari penerapan pendekatan PFAA dalam pembelajaran di sekolah?
4) Dalam pembelajaran konstruktivisme, guru hanya memberikan konsep dari sebuah
teori dan selanjutnya peserta didik mempeserta didiki dan mencari makna mengenai
konsep tersebut. Dalam hal ini guru diharapkan benar-benar mengetahui dan
memahami seberapa jauh peserta didik belajar. Pada kenyataannya, tindakan seperti
apa yang tepat dilakukan oleh guru dalam penerapan pendekatan ini?
5) Bagaimana aplikasi nyata dari pendekatan kooperatif dalam pembelajaran fisika di
sekolah? Bagaimana pula implikasinya pada hasil belajar peserta didik?
6) Pada proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, peserta didik diajak
untuk menemukan dan memahami sendiri materi-materi yang diajarkan dan
mengkontruksikan di kehidupan sehari-hari. Kemudian hasil belajar peserta didik
dipajang di depan kelas. Dengan ciri-ciri pembelajaran yang seperti itu, bagaimana
implikasi pada kondisi psikologi peserta didik?
7) Apa dan bagaimana dampak penerapan pendekatan SEA terhadap hasil belajar
peserta didik?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui tindakan yang tepat yang harus dilakukan guru dalam menghadapi
peserta didik yang masih kikuk dalam menggunakan alat praktikum dan mengetahui
seberapa besar pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses terhadap hasil
belajar peserta didik
b. Mengetahui cara yang tepat agar dampak negative penggunaan pendekatan STM
dapat diminimalisir
c. Mengetahui apa yang harus guru lakukan dalam pembelajaran fisika sebagai bentuk
penerapan pendekatan PFAA di sekolah
d. Mengetahui dampak yang terjadi pada penerapan pendekatan konstruktivisme
sehingga guru dapat menangani lebih lanjut permasalahan-permasalahan yang
timbul akibat penerapan pendekatan ini
e. Mengetahui contoh real penerapan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran di
sekolah dan mengetahui apa saja bentuk timbal balik dari guru dan peserta didik
sebagai dampak dari penerapannya
f. Mengetahui dampak penerapan pendekatan kontekstual pada hasil belajar dan
kondisi psikologi peserta didik
g. Mengetahui dampak yang terjadi dalam penerapan pendekatan SEA terhadap hasil
belajar peserta didik
h. Dapat dijadikan sebagai literature guru dalam melakukan pembelajaran di sekolah
khususnya pada mata peserta didikan fisika
i. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kajian Fisika Sekolah sebagai salah satu
syarat kelulusan pada mata kuliah tersebut
D. KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
Konsep pembelajaran fisika mengutamakan keaktifan peserta didik membangun
pengetahuanya sendiri, membandingkan informasi baru dengan pemahaman yang telah
dimiliki, dan menggunakan semua pengetahuan atau pengalaman untuk belajar melalui
perbedaan-perbedaan yang ada pada pengetahuan baru dan lama untuk mencapai
pemahaman baru. Seperti yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah di atas,
bahwa secara garis besar pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalanya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis
tertentu.
Sedangkan pendekatan pengajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh
guru atau peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran, dilihat dari sudut bagaimana
materi itu disusun dan disajikan. Proses mengajar merupakan peristiwa yang
menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan
belajar. Proses belajar itu sendiri menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku,
seperti pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Pendekatan Ketrampilan Proses dapat
diartikan sebagai wawasan atau panutan pengembangan ketrampilan-ketrampilan
intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar
yang pada prinsipnya telah ada pada diri peserta didik.
Beberapa alasan yang melandasi perlunya penerapan Pendekatan Ketrampilan
Proses dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari antara lain:
1) Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak
mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada peserta
didik.
2) Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami
konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh yang
kongkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui
perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-
benar nyata.
3) Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak seratus persen, penemuannya
bersifat relatif.
4) Dalam proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak
dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik
Berdasarkan keempat alasan inilah perlu dicari cara belajar mengajar sebaik-
baiknya. Beberapa kelebihan pendekatan ketrampilan proses yaitu:
1) Pendekatan ketrampilan proses memberikan peserta didik pengertian yang tepat
tentang hakikat ilmu pengetahuan.Mereka lebih langsung mengalami rangsangan
ilmu pengetahuan dalam kegiatan belajarnya dan lebih mengerti fakta serta
konsep ilmu pengetahuan.
2) Proses pengajaran yang berlangsung memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, bukan sekedar mendengar cerita atau
penjelasan guru mengenai suatu ilmu pengetahuan.
3) Pendekatan ketrampilan proses mengantarkan peserta didik untuk belajar ilmu
pengetahuan baik sebagai proses ataupun sebagai produk ilmu pengetahuan
sekaligus.
Terdapat dua jenis ketrampilan-ketrampilan proses yaitu:
1) Ketrampilan-ketrampilan dasar (basic skills) yang meliputi mengobservasi,
mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan
mengkomunikasikan
2) Ketrampilan-ketrampilan terintegrasi yang mencakup mengidentifikasi variabel,
membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan
keterhubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa
penelitian, menyusu hipotesis, mengidentifikasikan variabel secara operasional,
merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.
Namun secara umum, beberapa ketrampilan proses yang penting untuk
diketahui antara lain :
1) Mengamati
Mengamati merupakan ketrampilan yang paling dasar yang harus
dikembangkan.Kegiatan mengamati dunia sekitar mengenai berbagai objek dan
fenomena alam baik yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif akan
menghasilkan suatu data dan informasi yang selanjutnya dapat mendorong peserta
didik untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar seperti mempertanyakan
kembali, memikirkannya, menafsirkan, menguraikan dan meneliti lebih lanjut.
2) Mengklasifikasikan
Ketrampilan ini merupakan memilih atau menggolongkan berbagai objek,
peristiwa dan segala sesuatu hal yang terjadi di sekitar kehidupan peserta
didik.Hasil dari suatu pengamatan biasanya memperlihatkan adanya perbedaan-
perbedaan atau kesamaan-kesamaan ,hubungan-hubungan, kesesuaian atas dasar
tujuan atau menurut fungsinya,dsb.
3) Mengkomunikasikan
Ketrampilan ini merupakan kemampuan dasar yang sangat penting untuk dimiliki
peserta didik karena fungsinya yang vital bagi segala urusan yang kita lakukan
dalam kehidupan ini.Peserta didik harus dilatih untuk dapat berkomunikasi secara
efektif. Proses pengajaran amatlah terbuka bagi pelatihan ketrampilan
mengkomunikasikan, misalnya kebiasaan untuk mau bertanya dalam kegiatan
belajar, berani berpendapat, mengekspresikan ide atau perasaan, memahami
pembicaraan orang lain, mendapatkan fakta atau informasi, mendemonstrasikan
suatu temuan ilmu pengetahuan, menuliskan suatu laporan, berdiskusi, membaca
peta, dsb.
4) Mengukur
Ketrampilan ini merupakan kemampuan untuk dasar membandingkan,
mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, memprediksi, menyimpulkan , dsb.
5) Memprediksi
Ketrampilan ini merupakan kemampuan untuk melakukan antisipasi atau
membuat suatu ramalan tentang berbagai hal yang terjadi dimasa yang akan
datang. Peserta didik dituntut untuk melakukan perkiraan berdasarkan konsep-
konsep keilmuan yang dimilikinya, kecenderungan yang terjadi disekitarnya,
keterhubungan fungsional antar fakta yang diperolehnya,dsb.
6) Menyimpulkan
Ketrampilan ini merupakan kemampuan untuk menyatakan hasil pertimbangan
atau penilaian atas kondisi suatu objek atau segala peristiwa yang terjadi.
Pertimbangan atau penilaian ini dilakukan atas dasar fakta, konsep dan prinsip-
prinsip pengetahuan yang diketahui. Ketrampilan ini berkaitan erat dengan
ketrampilan mengamati, mengumpulkan informasi, menganalisis atau
mengolahnya, dan selanjutnya ketrampilan menyimpulkannya.
7) Merancang Penelitian
Perancangan suatu penelitian yang dilakukan secara cermat dan penuh
kesungguhan akan menghasilkan sesuatu yang berguna dan bermakna bagi
kehidupan ini. Hasil-hasil penelitian ini sangat berkaitan dengan rekonstruksi ilmu
pengetahuan yang telah ada, sekaligus menjadi dasar bagi kehidupan umat
manusia.
8) Bereksperimen
Bereksperimen bagi peserta didik, berarti mereka terlibat langsung dalam
kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah dan kegiatan-kegiatan pemecahan masalah.
Ketrampilan bereksperimen merupakan salah satu ketrampilan terintegrasi, artinya
membutuhkan ketrampilan-ketrampilan lain dalam pelaksanaannya.
Dari penjelasan teori di atas, dapat diketahui seberapa besar pengaruh
penerapan pendekatan ketrampilan proses pada pembelajaran fisika di sekolah.
Pendekatan ini berpengaruh cukup besar pada peserta didik, karena pada pendekatan ini
peserta didik diajak untuk terjun langsung dalam praktikum dan percobaan dengan
dihadapkan pada alat-alat praktikum yang ada sehingga peserta didik akan menjadi lebih
terampil dalam menggunakan alat-alat percobaan. Saat sekarang ini dengan
perkembangan teknologi yang semakin pesat, menuntut sumber daya manusia yang ada
juga berkembang dengan teknologi yang ada. Selain itu, materi yang diberikan akan lebih
cepat dipahami oleh peserta didik karena peserta didik mempraktekkan sendiri teori dan
konsep yang telah diberikan oleh guru. Dalam penerapan pendekatan ini, guru juga dapat
melatih peserta didik untuk jujur, teliti, hati-hati, dan disiplin. Dengan diterapkannya
pendekatan ketrampilan proses dalam pembelajaran fisika di sekolah, peserta didik dapat
dengan leluasa menuangkan kreatifitasnya dalam percobaan dan penelitian yang
dilakukan, bukan sekedar mendengarkan ceramah dari guru.
Selanjutnya, pada pendekatan sains, teknologi, dan masyarakat dipandang sebagai
proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam
pendekatan ini peserta didik diajak untuk meningkatkan kreativitas, sikap ilmiah,
menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari. Definisi lain tentang
STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an
interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in order to meet
the increasingdemands of a technical society, education must integrate acrossdisciplines.
Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan
dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai
hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa
pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan
bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi
bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1),
bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a
understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and
institution, and how such factors shape science and technology. STM dengan demikian
adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan
teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi
sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam
Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan
pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa.
Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan peserta didikan,
kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru
dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima peserta didik akan lebih lama
diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini
tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada
masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan
langkah–langkah.
(ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-
pembelajaran/).
Pada jenis pendekatan pembelajaran yang ketiga, yaitu Physics For All Approach,
penulis mengambil permasalahan mengenai bagaimana seharusnya tindakan guru di
dalam kelas dengan menggunakan jenis pendekatan ini. Secara teori, Physics for All
Aproach merupakan pendekatan yang intinya memadukan semua pendekatan dalam
kegiatan pembelajaran Fisika. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip
keterkaitan antar satu unsur dengan unsur yang lain, sehingga diharapkan terjadi
peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu
pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu cara pandang. Hal ini disebabkan tidak ada
satu pun pendekatan yang paling cocok untuk satu pelajaran, terutama pada pelajaran
fisika, paling tidak ada beberapa perpaduan pendekatan dalam pembelajaran fisika untuk
mencapai hasil yang maksimal. Pembelajaran fisika dimaksudkan agar peserta didik
dapat mengerti bagian-bagian dasar dari benda-benda dan interaksi antar benda-benda,
dan gejala-gejala alam.
Pembelajaran fisika dengan menggunakan pendekatan Physics For All Approach
akan berjalan maksimal karena penyampaian materi akan disampaikan dengan
bermacam-macam pendekatan dengan menyesuaikan materi apa yang akan diajarkan
dalam pembelajaran fisika. Guru tidak boleh memaksakan hanya menggunakan
pendekatan tertentu dalam proses pembelajaran, karena bagaimanapun juga setiap materi
atau bahasan dalam pembelajaran fisika memerlukan pendekatan yang lain, bias sama
atau berbeda macamnya. Dengan demikian peserta didik akan paham betul dengan
konsep fisika, dan paham betul bahwa fisika nantinya memang perlu, penting dan
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Guru meningkatkan keaktifan peserta didik dan
untuk memaksimalkan proses pembelajaran sangat diperlukan pendekatan-pendekatan
yang sesuai dengan materi, karena dalam pembelajaran terkadang peserta didik hanya
pasif dan hanya mendengarkan, menulis dan bertanya seperlunya saja, walaupun pada
dasarnya peserta didik kurang paham dengan materi yang diajarkan guru. Diharapkan
penggunaan Physics for All Approach dapat mengembangkan kemampuan berpikir
analitis, induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
peristiwa alam sekitar, sehingga peserta didik dapt mengembangkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap percaya diri.
Selanjutnya, pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran fisika.
Konstruktivisme ini merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana
pengetahuan dibina dalam manusia. Mengikut fahaman konstruktivime, ilmu
pemgetahuan tidak boleh dipindahkan atau diturunkan daripada seorang guru kepada
seorang peserta didik. Penurunan ilmu ini malah bukanlah bersifat genetik dimana anak
seorang guru tidak semestinya mempunyai pengetahuan ibunya. Ahli psikologi
konstruktivisme percaya bahwa pembelajaran adalah hasil daripada usaha peserta didik
itu sendiri. Guru tidak boleh belajar untuk belajar. Peserta didik hanya akan mengalami
pembelajaran apabila mereka membina pemahaman sendiri. Maka pembelajaran adalah
satu proses pembinaan makna oleh individu.
Di dalam melaksanakan pengajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme
ini, aktifitas pembelajaran yang dialami oleh peserta didik hendaklah satu aktifitas
pembelajaran yang menggalakkan peserta didik mencari makna kepada apa yang mereka
peserta didiki. Untuk mencari makna tersebut, peserta didik perlu memahami sesuatu
konsep secara keseluruhan maupun secara bagian-bagian kecil. Ini karena otak kita
berfikir secara serentak, yaitu secara keseluruhan dan secara bagian kecil. Sesuai dengan
keinginan kita untuk melihat peserta didik kita menggunakan fikiran mereka untuk
menjelaskan suatu makna, maka wajarlah bagi seorang guru untuk memberi tumpuan
kepada proses pemahaman yang dialami oleh peserta didik. Guru perlu mengetahui
bagaimana peserta didik mereka berfikir. Guru perlu mengetahui dan paham mengapa
peserta didik mereka membuat suatu anggapan. Guru perlu menyelami segala apa yang
berlaku di dalam diri peserta didik untuk mengetahui sejauh mana peserta didik itu
mengalami pembelajaran.
Di dalam usaha untuk menggalakkan peserta didik menggunakan
pemikirannya, peserta didik perlu dilibatkan dengan aktifitas-aktifitas yang mendorong
mereka untuk membuat analisa, menginterpretasi, dan membuat ramalan. Selain itu, guru
perlu menggunakan soal-soal untuk pencapaian (open-ended) di mana suatu persoalan
akan membawa kepada persoalan yang lain. Soal ini akan membangkitkan proses belajar
berfikir mencari makna suatu ungkapan. Untuk itu, seharusnya peserta didik digalakkan
untuk belajar melalui perbincangan kelompok karena dengan latar balakang peserta didik
yang berlainan dan kecenderungan peserta didik yang berbeda, sudah tentu akan memberi
lebih banyak pemikiran dan tanggapan mengenai persoalan.
Implikasi pendekatan konstruktivisme ini terhadap peserta didik adalah diberi
peluang untuk membina makna sendiri (mandiri), maka peranan guru adalah
menyediakan situasi yang menggalakkan aktifitas yang menarik dalam pembelajaran.
Situasi di sini termasuk dengan penggunaan bahan-bahan pengajaran yang konkrit dan
tidak menutup kemungkinan bahan-bahan abstrak juga akan digunakan apabila peserta
didik sudah mempunyai tanggapan mental yang kukuh berkenaan dengan konsep. Untuk
melakukan ini, guru hendaklah menggunakan pengetahuan yang ada pada peserta didik
sebagai salah satu langkah awal untuk menyiapkan mental peserta didik bahwa apa yang
mereka miliki (ilmu dan pengetahuan) berguna dan saling terkait di antara satu sama lain.
Di samping itu juga, guru perlu menyediakan berbagai wacana untuk mewakili suatu
konsep.
Di samping itu, guru perlu melihat perilaku peserta didik sebagai satu hasil
pemikiran. Walaupun peserta didik telah memiliki satu konsep yang pasti, namun hal itu
hanya menunjukkan hasil pemikiran mereka saja pada masa tersebut. Oleh karena itu,
guru perlu memberi peluang kepada peserta didik untuk memperbaiki makna yang telah
mereka capai dengan soal-soal atau dengan menyediakan bahan-bahan konkrit yang lebih
berguna dan bermakna dalam menyampaikan suatu konsep. Guru perlu memberi peluang
sepenuhnya agar peserta didik berdiskusi dan mempelajari konsep. Guru perlu sadar
bahwa pembelajaran yang berkesan bagi peserta didik pada konflik, kekeliruan,
kekaguman, dan interaksi yang ada. Pengajaran dalam waktu yang panjang juga akan
memberi peluang kepada peserta didik untuk menghasilkan suatu pembelajaran yang
berguna dan berkesan. Strategi-strategi ini menjurus kepada pengajaran untuk
kefahaman.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap peserta didik yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan
rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang
berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif
mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut
Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur
tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan
pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta
struktur penghargaan model pembelajaran. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah
hasil belajar akademik peserta didik meningkat dan peserta didik dapat menerima
berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Aplikasi dari penerapan pendekatan kooperatif ini, biasanya dengan
menempatkan peserta didik dalam satu tim belajar yang beranggotakan 4 atau 5 orang
yang merupakan campuran sesuai dengan tingkat kinerjanya ataujenis kelaminnya. Guru
menyajikan pelajaran kemudian peserta didik bekerja dalam tim untuk memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai materi. Akhirnya seluruh peserta didik
dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling
membantu. Sebagai contoh, pada mata kuliah Teori dn Teknik Pengukuran. Dalam mata
kuliah ini, mahapeserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok secara acak. Kelommpok
tersebut kemudian diberi sebuah permasalahan (materi) yang harus didiskusikan. Setelah
selesai materi, mahapeserta didik diberikan sebuah posttest untuk lebih memahamkan
konsep yang telah dimiliki.
Adanya kerjasama dalam kelompok membuat tiap individu bias saling
menghargai satu sama lain. Dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung
pada keberhasilan individu di dalamnya, sehingga setiap anggota kelompok tidak bias
menggantungkan pada anggota lain. Selain itu, dengan bekerjasama, peserta didik dapat
saling memotivasi, dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
Contextual Teaching and Learning atau sering disingkat dengan CTL adalah
pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang dibelajarkan
dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik mengkontruksi pengetahuannya
sendiri kemudian menghubungkannya dengan kehidupan keseharian mereka. Proses
pembelajarannya berlangsung alamiah dlm bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan
mengalami. Komponen utama pembelajaran Contekxtual Teaching and Learning adalah:
Konstruktivisme
Bertanya
Menemukan atau inquiry
Masyarakat belajar
Permodelan
Penilaian authentic
Ciri-ciri kelas yang menggunakan pendekatan CTL, salah satunya adalah
adanya pemajangan hasil kinerja peserta didik yang terpampang di dinding kelas. Kunci
dan strategi membelajarkan CTL adalah:
Relating, yaitu belajar dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata.
Experiencing, belajar ditekankan kepada penggalian, penemuan, dan
penciptaan.
Applying, belajar bilamana dipresentasikan di dalam konteks
pemanfaatannya.
Cooperating, belajar melalui komunikasi inter atau antar personal.
Transfering, belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi
konteks baru.
Dengan memilih konteks secara tepat, maka peserta didik dapat diarahkan
kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan
kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam
kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu peserta didik dalam
mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa
pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata
guru. Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk
mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk
mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas peserta didik dalam memecahkan masalah
yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama
teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan
ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6).
Pendekatan kontekstual melibatkan peserta didik dalam masalah yang
sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian,
membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam
bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
Pendekatan ini merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan
untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna
(Meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan
lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural. Sehingga peserta didik
memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer
dari satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.
Dengan cirri khas pendekatan yang seperti telah dijelaskan di atas, membuat
siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar agar memperoleh hasil yang maksimal.
Dengan dipajangnya hasil belajar peserta didik, peserta didik saling berlomba-lomba
mendapatkan nilai yang terbaik.
Dalam pendekatan pembelajaran Starter Experiment Approach, peserta didik
dilatih secara aktif dengan mengikuti tahapan pembelajaran. Dengan demikian, siswa
akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama proses
pembelajaran yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
(Pelendeng, 2004, Arsyad (2002)). Dengan pendekatan SEA akan memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kualitas pembelajaran khususnya academic skill peserta didik.
Academic skill mencakup kecakapan melakukan identifikasi variable dan menjelaskan
hubungan pada fenomena tertentu, merumuskan hipotesis suatu rangkaian kejadian, dan
merancang dan melaksanakan percobaan atau penelitian sederhana untuk membuktikan
gagasan atau keingintahuan. Academic skill sangat penting dan perlu monitoring sejak
dini. Pengembangan Academic skill harus disesuaikan dengan tingkat berfikir peserta
didik dan jenjang pendidikan. Peningkatan tersebut Nampak dalam proses pembelajaran,
dimana SEA lebih memusatkan atau melibatkan aktivitas dan kemampuan siswa baik
fisik maupun mental. Metode penemuan lebih baik dalam peningkatan pemahaman
konsep dibandingkan dengan pendekatan lainnya. SEA merupakan strategi yang ampuh
untuk pembelajaran IPA khususnya fisika.
Manfaat penerapan pendekatan SEA bagi peserta didik sangat bervariasi,
antara lain:
Pelajaran menjadi mudah ditangkap oleh peserta didik karena mereka
mengalami sendiri dan kejadian alam yang menjadi materi
pembelajaran fisika
Siswa menjadi tidak jenuh dengan situasi dan kondisi belajar mengajar.
Lebih mempermudah guru dalam menjelaskan dan memahamkan
langkah-langkah praktikum
Lebih memperlancar kegiatan praktikum
Merangsang peserta didik untuk lebih kreatif dan inovatif dalam belajar
Membuat peserta didik lebih bersemangat untuk belajar karena kegiatan
belajar mengajarnya menyenangkan dengan diadakannya percobaan
langsung oleh peserta didik
E. KESIMPULAN
Dari kajian teori dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran fisika di sekolah membutuhkan sebuah pendekatan pembelajaran yang
menyenangkan agar peserta didik merasa nyaman dengan materi pelajaran. Selain itu,
penggunaan berbagai jenis pendekatan dalam pembelajaran fisika akan lebih
mempermudah guru untuk memahamkan konsep fisika kepada peserta didik. Hasil yang
didapatkannya-pun akan lebih baik dan lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
http://sulanam.sunan-ampel.ac.id/?p=106
http://moshimoshi.netne.net/materi/psikologi_pendidikan/bab_13.htm
196506753761.pdf
167-212-1-PB.pdf
(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-
pembelajaran/)
SNA11Muntaminah.pdf
PENGEMBANGAN_PEMAHAMAN_KONSEP.pdf
http://massofa.wordpress.com/2008/01/30/pendekatan-discovery-inquiry-dan-sts-dalam-
pembelajaran-fisika/
http://massofa.wordpress.com/2011/08/16/pendekatan-ketrampilan-proses-dalam-belajar-
mengajar/