makalah karya tulis ilmiah - matrikulasi teknologi pendidikan
DESCRIPTION
Contoh karya tulis yang diambil dari judul skripsi penulis semasa S1TRANSCRIPT
JURNAL
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK LINGKARAN BESAR LINGKARAN
KECIL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWAPADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU (SEJARAH)
DI SMP NEGERI 1 PALEMBANG
Disusun Oleh: Feralia Eka Putri 201212030
Dosen Pengampu: Dr. Effendi Nawani, M. Si. Dr. Riswan Jaenudin, M. Pd.
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA2012/2013
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK LINGKARAN BESAR LINGKARAN KECIL TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU (SEJARAH)
DI SMP NEGERI 1 PALEMBANG
FERALIA EKA PUTRI
Abstrak: Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh penerapan
model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran besar lingkaran kecil terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu (Sejarah) di SMP Negeri 1 Palembang.
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran tersebut terhadap hasil belajar siswa. Metodologi dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Palembang yang berjumlah 311 orang siswa.
Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII. 5 yang berjumlah 40 orang siswa
sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
lingkaran besar lingkaran kecil dan kelas VIII. 4 yang tidak menggunakan model
tersebut. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik observasi dan teknik tes. Teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji normalitas data, uji homogenitas data, dan uji-t dengan taraf
signifikan (α = 0. 05). Berdasarkan analisa data yang dilakukan pada kelas VIII. 5
didapat t hitung = 4, 112 sedangkan t tabel = 1, 994 atau t hitung > t tabel. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik lingkaran besar lingkaran kecil terhadap hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS terpadu (Sejarah) di SMP Negeri 1 Palembang.
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran besar lingkaran kecil
dan hasil belajar siswa
Abstract: Problems in this research is whether application of the model the influence
circle of cooperative learning techniques of inside outside circle of student learning
outcomes in integrated social studies (history) in SMP Negeri 1 Palembang. The
purpose of this study to determine the effect of the application of learning models of
student learning outcomes. The methodology in this study using experimental
research methods. The population in this study were all students in grade VIII SMP
Negeri 1 Palembang, amounting to 311 students. The sample in this study is the class
VIII. 5, amounting to 40 students as a classroom experiment that uses a model of
cooperative learning techniques and a large circle small circle of class VIII. 4 are not
using that model. Determination of experimental classes and control classes using
purposive sampling techniques. Data collection techniques used in this study is the
technique of observation and testing techniques. Data analysis techniques used in this
study is the normality test data, test the homogeneity of data, and the t-test with
significant level (α = 0. 05). Based on the data analysis conducted in class VIII. 5
obtained t count = 4, 112 while the t table = 1, 994 or t count > t table. It can be
concluded that there is influence of the application of models of cooperative learning
techniques inside outside circle of student learning outcomes in integrated social
studies (history) in SMP Negeri 1 Palembang.
Key words: models of cooperative learning techniques and inside outside circle of
student learning outcomes
Pendahuluan
Proses pendidikan adalah sesuatu interaksi yang bernilai pendidikan, di
dalamnya terjadi interaksi edukatif antara para siswa dan guru. Guru sebagai
perancang proses pembelajaran berperan mengelola keseluruahan proses tersebut
dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar yang sedemikian rupa sehingga setiap
siswa dapat belajar secara efektif dan efisien (Hamalik, 2003: 79).
Peranan guru sangat besar dalam proses pembelajaran, selain harus mampu
menciptakan suasana belajar yang kondusif juga harus mampu mengembangkan
kemampuan siswa yang dididiknya, namun demikian pendidikan tetap merupakan
suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut
saling berkaitan dan berpengaruh timbal balik. Oleh karena itu keberhasilan suatu
proses pembelajaran tidak dapat hanya dibebankan hanya pada salah satu komponen
saja, misalnya guru. Akan tetapi sebagai pengajar dan pendidik, guru harus maksimal
dalam melaksanakan proses pembelajaran, salah satunya ialah dengan menggunakan
metode mengajar yang sesuai dengan kondisi kelas dan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.
Pada kenyataannya masih banyak proses pembelajaran yang dianggap siswa
sangat membosankan. Pembelajaran pengetahuan sosial khususnya sejarah sering
dianggap kurang menarik oleh para siswa. Hal tersebut dikarenakan penyajian materi
masih menggunakan metode ceramah tradisional dimana peran guru masih sangat
dominan, proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru, sementara siswa
sangat pasif. Metode ceramah cenderung menempatkan siswa pada posisi siswa
sebagai pendengar dan pencatat, bahkan guru kesulitan mengukur sejauh mana siswa
telah memahami uraiannya (Sudjana, 1992: 100). Akibatnya siswa kurang
termotivasi dalam belajar sejarah, dan hal tersebut akan mempengaruh hasil belajar
siswa itu sendiri. Pada saat penulis melakukan observasi dengan menanyakan
langsung pada sampel penelitian, fakta yang didapat bahwa para siswa merasakan
kurang tantangan dalam belajar sejarah jika penyajian materi pelajaran hanya
mencatat dan mendengar saja.
Guru sebagai salah satu unsur terpenting dalam proses pembelajaran
diharapkan dapat berperan serta secara aktif sebagai tenaga edukatif yang
professional, sebagai tuntutan profesinya untuk meningkatkan aktivitas dan
kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang mendorong para
pendidik untuk mengubah bentuk kegiatan pembelajarannya. Menurut Lie (2002: 5)
pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan
beberapa pokok pikiran yaitu: (1) pengetahuan ditemukan, dibentuk dan
dikembangkan siswa, (2) siswa membangun secara aktif, (3) pengajar perlu berusaha
mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa dan (4) pendidikan adalah
interaksi pribadi antara para siswa dan interaksi antar guru dan siswa.
Dengan perubahan bentuk kegiatan pembelajaran tersebut diharapkan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mata pelajaran IPS Terpadu (Sejarah)
secara umum tujuannya adalah siswa mengenal konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat, aagar memiliki kemampuan berpikir logis dan kritis,
dan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa guru mata
pelajaran IPS Terpadu (Sejarah) di SMP Negeri 1 Palembang pada saat studi
pendahuluan, diketahui bahwa pembelajaran masih menggunakan metide ceramah.
Kelemahan metode ceramah, guru mendominasi kegiatan pembelajaran, dan siswa
bertindak sebagai pendengar dan pencatat dan seperti disinggung di sebelumnya
bahwa para siswa merasakan kurangnya tantangan belajar sejarah yang akibatnya
menjadi membosankan. Dengan melihat kondisi SMP Negeri 1 Palembang sebagai
sekolah yang siswanya memiliki kemampuan yang heterogen, yakni setiap siswa
mempunyai kemampuan interaksi yang berbeda satu sama lainnya, maka salah satu
model pembelajaran yang diharapkan dapat memotivasi siswa dan meningkatkan
keaktifan siswa baik secara individu maupun berkelompok adalah model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model ini dapat dilakukan secara
kelompok kecil dan heterogen yang bertujuan meningkatkan hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap individu lain, dan pengembangan keterampilan sosial. Selain itu
dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih memahami konsep, kemampuan
bekerjasama, kemampuan berpikir kritis dan toleransi terhadap siswa lain (Ibrahim,
2001: 6). Model pembelajaran kooperatif yang menginginkan siswa sering
berinteraksi untuk berbagi materi pelajaran, diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi siswa sehingga pemahaman siswa terhadap materi
meningkat dan siswa merasa lebih termotivasi dalam belajar sejarah yang pada
akhirnya dapat pula meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.
Model pembelajaran ini belum pernah diterapkan di SMP Negeri 1
Palembang. Mengingat kondisi dan fasilitas sekolah yang mendukung maka hal
tersebut juga menjadi alasan mengapa model pembelajaran ini dilaksanakan. Peneliti
juga sebelumnya telah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP
Negeri 1 Palembang sehingga telah mengetahu beberapa hambatan selama proses
pembelajarannya, terutama siswa yang jarang sekali terlibat komunikasi atau
kerjasama dalam berbagi informasi materi pelajaran.
Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1995) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran dimana siswa dalam berkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa
belajar dan bekerja secara kolaboratif, dengan struktur kelompok yang heterogen.
Menurut Lie (2002) pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam hal ini guru bertindak sebagai
fasilitator.
Ibrahim (2000) mengemukakan bahwa ada 4 ciri dari pembelajaran
kooperatif, yaitu : (a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya, (b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (c) bila mungkin, anggota kelompok berasal
dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda, (d) penghargaan lebih
berorientasi terhadap kelompok daripada individu.
Menurut Ibrahim (2000) langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari
enam fase. Adapun keenam fase tersebut disajikan dalam Tabel 2 berikut :
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
Fase -2
Menyajikan InformasiGuru menyampaikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
(Ibrahim, 2000).
Teknik Pembelajaran Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
Lie (2008) berpendapat bahwa teknik pembelajaran lingkaran kecil lingkaran
besar memberikan kesempatan kepada siswa agar saling berbagi informasi dengan
pada saat bersamaan. Teknik pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk berbagi
dengan kelompok yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, terjadi kerja
sama antar siswa dalam suasana gotong royong dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi yang menimbulkan keadaan aktif. Teknik pembelajaran lingkaran
kecil lingkaran besar terdiri dari kelompok-kelompok kecil. Pembagian kelompok ini
dilakukan sebelum proses pembelajaran dimana kelompok akan membentuk
kelompok lingkaran kecil dan sebagian lagi akan membentuk kelompok lingkaran
besar.
Ilustrasi teknik pembelajaran lingkaran kecil lingkaran besar dapat dilihat
pada gambar berikut:
Kelompok siswa yang berada di lingkaran terluar adalah kelompok lingkaran
besar, sedangkan kelompok siswa yang berada di lingkaran dalam adalah kelompok
lingkaran kecil.
Menurut Lie ( 2008 ) pembelajaran kooperatif teknik Lingkaran Kecil
Lingkaran Besar memiliki beberapa langkah. Adapun langkahnya adalah sebagai
berikut :
Separuh kelas ( atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak ) membentuk
lingkaran menghadap keluar. Kelompok ini disebut kelompok lingkaran kecil.
Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar kelompok lingkaran kecil
disebut kelompok lingkaran besar. Mereka menghadap kedalam dan berpasangan
dengan kelompok liingkaran kecil.
Dua kelompok yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lingkaran besar berbagi
informasi. Siswa yang berada dilingkaran kecil yang memulai. Pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
Kemudian, siswa yang berada di lingkaran besar diam ditempat, sementara siswa
yang berada dilingkaran kecil berpindah searah jarum jam. Dengan cara ini,
masing-masing kelompok mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi.
Sekarang giliran kelompok yang berada dilingkaran besar yang membagikan
informasi. Demikian seterusnya.
Perpindahan yang dilakukan pada proses pembelajaran ini bertujuan agar
masing-masing kelompok dapat berbagi informasi dengan kelompok lain dan melatih
keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Perpindahan dilakukan setelah siswa
mampu menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Perpindahan pada proses pembelajaran ini dilakukan oleh kelompok
lingkaran besar untuk menghemat waktu serta mempermudah proses pergeseran.
Sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu dirancang kelompok-
kelompok kecil. Jumlah anggota dalam setiap kelompok kooperatif adalah 4-5 orang.
Kelompok yang dibentuk ini bersifat heterogen secara akademik yang terdiri dari
siswa pandai, sedang dan kurang.
Berdasarkan teori yang dikemukakan Lie diatas, maka pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif teknik lingkaran kecil dan lingkaran besar yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan kelas adalah :
1. Separuh kelas membentuk lingkaran menghadap keluar lingkaran, disebut
kelompok lingkaran kecil.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar kelompok lingkaran kecil,
disebut kelompok lingkaran besar. Mereka menghadap ke dalam dan berpapasan
dengan kelompok lingkaran kecil.
3. Dua kelompok yang berpasangan dari kelompok lingkaran besar dan lingkaran
kecil berdiskusi untuk membahas lembar kerja siswa (LKS).
4. Diskusi ini dilakukan oleh pasangan dalam waktu yang bersamaan.
5. Kemudian, kelompok yang berada dilingkaran besar diam ditempat, sementara
itu, kelompok yang berada dilingkaran kecil berpindah searah jarum jam.
Dengan cara ini, masing-masing kelompok mendapat pasangan yang baru untuk
berbagi. Demikian seterusnya, kelompok dilingkaran kecil terus berpindah sampai
mereka kembali kekelompok semula. Pada posisi ini, setiap kelompok berdiskusi
kembali untuk mengambil keputusan akhir dari jawaban LKS.
6. Guru menunjuk salah satu siswa dari setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerjanya didepan kelas
7. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajarinya.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu (Quasi
Experimental Research). Penelitian eksperimen semu menggunakan kelas
eksperimen sebagai kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran, dan kelas
kontrol yang tidak diberikan perlakuan serupa. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1
Palembang. Sampel yang dipakai telah diberikan tes terlebih dahulu dan didapat
kelas VIII.5 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.4 sebagai kelas kontrol. Hal
tersebut dilakukan karena kedua kelas tersebut dianggap cukup representative yang
mampu mewakili karakteritik dari populasi penelitian.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes prestasi
(achievement test) yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian sesorang
dalam mempelajari sesuatu. Tes tersebut menggunakan soal-soal berbentuk pilihan
ganda. Sebelum memberi perlakuan peneliti memberikan tes awal. Kemudian tes
akhir diberikan pada pertemua akhir sebagai pengujian kepada siswa untuk
mendapatkan hasil dari penerapan model pembelajaran tersebut.
Teknik observasi juga digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan tersebut meliputi keaktifan visual, verbal,
menulis, dan bekerjasama dalam kelompok (Arikunto, 2002: 166).
Selanjutnya hasil tes penelitian dianalisis menggunakan uji normalitas data,
uji homogenitas, serta dilakukan analisis data obeservasi dan kemudian menguji
hipotesis dengan menggunakan uji t.
Hasil penelitian
Data tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes ditujukan
kepada siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan
perbandingan antara dua kelas, yaitu kelas VII.5 sebagai kelas eksperimen dan kelas
VII.4 sebagai kelas kontrol. Data tes berjumlah 20 soal sesuai materi pokok yang
diterapkan peneliti dan diberikan soal yang sama untuk kedua kelas tersebut. Berikut
disajikan data nilai hasil tes yang dianalisis:
Tabel 1Data Nilai Tes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
No Kelas Nilai Tertinggi Nilai Sedang Nilai Terkecil Nilai Rata-Rata
1. eksperimen 100 70 60 79,1
2. kontrol 95 70 50 70,32
Dalam penelitian ini selain menggunakan instrument tes, penelitian juga
menggunakan lembar observasi. Lembar observasi tersebut digunakan untuk
mengetahui kemampuan berinteraksi siswa dalam berbagi informasi materi pelajaran
yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa. Data yang
diperoleh dari lembar observasi dianalisa dengan empat langkah, yaitu: (1)
pemberian tanda cek pada tiap deskriptor yang tampak di lembar observasi, (2)
pemberian skor, (3) mengkonversikan skor yang telah diperoleh menjadi nilai
keaktifan, dan (4) mengkonversikan nilai keaktifan siswa ke dalam kategori sangat
aktif, aktif, cukup, kurang aktif, dan sangat tidak aktif. Dalam pelaksanaannya untuk
mengobservasi dibantu oleh Hj. Yusdiana Yusuf, S.Pd. yang merupakan guru mata
pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 1 Palembang. Berikut ini adalah
data hasil observasi mengenai keaktifan siswa yang diperoleh dari kelas eksperimen:
Tabel 2Data Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen
No Indikator Pertemuan 1 2 3
1 Keaktifan visual 150 161 1752 Keaktifan lisan 114 160 1703 Keaktifan mendengar 181 170 1834 Keaktifan menulis 129 179 175
5 Keaktifan kerjasama dalam kelompok 113 158 161Total skor 687 828 864Nilai keaktifan 68,7 % 82,8 86,4 Kategori Cukup
AktifAktif Sangat
Aktif
Sedangkan untuk kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan model pembelajaran
kooperatif, diperoleh data mengenai keaktifan siswa sebagai berikut:
Tabel 3Data Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen
No Indikator Pertemuan 1 2 3
1 Keaktifan visual 135 129 1272 Keaktifan lisan 84 96 923 Keaktifan mendengar 113 113 1414 Keaktifan menulis 93 102 965 Keaktifan kerjasama dalam kelompok 80 77 74
Total skor 505 514 530Nilai keaktifan 50,5% 51,4% 50% Kategori Kurang
AktifKurang Aktif
Kurang Aktif
Pembahasan
Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa
instrument tes dan lembar observasi. Setelah mendapatkan data hasil tes siswa, maka
peneliti melakukan analisa data tes tersebut. Analisa data dilakukan dengan
menggunakan rumus Uji-t yang terdiri dari uji normalitas data dan uji homogenitas
data. Uji normalitas data dilakukan peneliti untuk mengetahui normal atau tidaknya
penyebaran data, kemudian uji homogenitas data diperlukan untuk membuktikan
persamaan variasi kelompok yang membentuk sampel. Maka berdasarkan
perhitungan yang didapat untuk kelas eksperimen, uji normalitas data yang diperoleh
K= 0,19 dan harga tersebut terletak antara (-1) dan (1) sehingga dapat dikatakan
bahwa data kelas kelas eksperimen terdistribusi normal. Kemudian hasil perhitungan
untuk uji homogenitas data diperoleh X hitung= 1, 05 dan Xtabel= 3,48 dan
diketahui syarat homogeny adalah X hitung < X tabel dan didapat 1, 05 < 3,48.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang sama. Jadi,
data penelitian baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengikuti distribusi
normal dan homogen.
Selanjutnya setelah pengujian normalitas data dan homogenitas data
dilakukan, data tersebut dinyatakan terdistribusi normal dan varians dalam penelitian
bersifat homogen, maka tahapan berikutnya yang dilakukan adalah pengujian
hipotesis dengan menggunakan statistik parameteris yaitu rumus Uji-t dengan
kriteria pengujian terima Ha jika t hitung > t tabel dan tolah Ho jika t hitung > t tabel.
Hasil analisa data menunjukkan bahwa hasil tes akhir untuk kelas eksperimen
diperoleh t hitung = 4, 112dan t tabel =1,994 dengan demikian ternyata t hitung > t
tabel maka hipotesis tentang ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif
teknik lingkaran besar lingkaran kecil terhadap hasil belajar siswa dapat diterima.
Dalam penelitian ini selain menggunakan instrument tes, penelitian juga
menggunakan lembar observasi. Lembar observasi tersebut digunakan untuk
mengetahui kemampuan berinteraksi siswa dalam berbagi informasi materi pelajaran
yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa. Data yang
diperoleh dari lembar observasi dianalisa dengan empat langkah, yaitu: (1)
pemberian tanda cek pada tiap deskriptor yang tampak di lembar observasi, (2)
pemberian skor, (3) mengkonversikan skor yang telah diperoleh menjadi nilai
keaktifan, dan (4) mengkonversikan nilai keaktifan siswa ke dalam kategori sangat
aktif, aktif, cukup, kurang aktif, dan sangat tidak aktif. Data hasil observasi
ditunjukkan dengan tabel data.
Berdasarkan data hasil tes dan hasil observasi siswa kelas eksperimen
diketahui bahwa siswa telah mampu memahami konsep materi yang dianggap sulit.
Daya pikir siswa lebih kritis dalam memahami konsep. Hal tersebut sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Ibrahim (2001: 7) bahwa model ini unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Penerapan model ini menunjukkan
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Dapat dikatakan juga bahwa model pembelajaran teknik lingkaran besar
lingkaran kecil memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan berinteraksi
siswa dalam berbagi informasi materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan
kemampuan berkomunikasi siswa. Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil data
observasi siswa kelas eksperimen yang menunjukkan peningkatan nilai dari tiap
pertemuan.
Selama penerapan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran besar
lingkaran kecil sebagian besar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dalam
model pembelajaran kooperatif ini siswa tidak hanya mendengar dan mencatat materi
yang dijelaskan oleh guru tetapi juga harus mampu menemukan materi tersebut
dalam bentuk kerjasama berkelompok, dan kemudian menyampaikannya kepada
siswa lain. Selain itu siswa juga dituntut untuk menuliskan informasi materi yang
diketahui dan diperoleh dari siswa lain. Seperti yang dikatakan oleh Lie (2002: 64)
bahwa pengajaran rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada
pengajaran oleh guru. Pada model pembelajaran kooperatif ini bukan hanya guru
yang memberikan informasi tetapi juga siswa juga berusaha menemukan konsep
bersama-sama dengna anggota kelompoknya dan guru memberikan bimbingan.
Kesimpulan Dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasal maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran
besar lingkaran kecil terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
terpadu (Sejarah) di SMP Negeri 1 Palembang. Hal ini diketahui dari perolehan
hasil uji hipotesis yaitu t hitung = 4, 122 dan t tabel = 1, 994 maka t hitung > t
tabel.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran besar lingkaran kecil
dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi yang didapat dari data hasil
observasi, sehingga berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti menyarankan:
1. Model pembelajaran kooperatif teknik lingkaran besar lingkaran kecil dapat
dijadikan alternative dalam memilih model pembelajaran guna meningkatkan
hasil belajar dan kemampuan berkomunikasi siswa.
2. Penelitian ini hanya meneliti hasil belajar siswa secara kognitif maka disarankan
pada penelitian selanjutnya untuk menilai pada pelaksanaan proses pembelajaran
dari aspek lain seperti afektif siswa.
3. Penelitian ini menemukan beberapa hambatan seperti ada beberapa siswa yang
cenderung tidak dapat diajak bekerjasama, maka disarankan pada penelitian
selanjutnya agar guru lebih berupaya untuk melakukan pendekatan-pendekatan.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Poerwadarminta. 1998. Faktor-Faktor Pendukung Pencapaian Prestasi. Bandung: Sinar Baru.
Purwanto, Ngalim. 1994. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Rineka Rosdakarya.
Roestiyah. 2001. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.