makalah kasus rsko

Upload: gisnamartha

Post on 08-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

word

TRANSCRIPT

Makalah Kasus

Disusun Oleh:Anthony Hadi WibowoAndrew KencanaGiovani AnggastaLia PamungkasMartha Regisna Silalahi

PEMBIMBING:dr. Imeldadr. Carla

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaRumah Sakit Ketergantungan Obat CibuburPeriode 13 September s/d 16 Oktober 2015Fakultas Kedokteran UkridaJl. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk. Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAHari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus : Jumat/ 2 Oktober 2015SMF ILMU JIWAPANTI SOSIAL BINA INSAN BANGUN DAYA

Nama: Tanda Tangan,NIM: Dokter Pembimbing:.........................

Nomor rekam medis: -Nama Pasien : Aldo JanuarMasuk RS pada tanggal : 15 September 2015Riwayat Perawatan: Pernah dirawat di ruang detox Juni 2014 lalu.

I. IDENTITASWBSNama: An. AJUsia: 16 tahunJenis kelamin: Laki-lakiAgama: IslamPendidikan: SMA kelas 3Suku bangsa: CirebonAlamat: Cilandak Barat- Jakarta SelatanStatus perkawinan: Belum KawinPekerjaan: Pelajar

II.RIWAYAT PSIKIATRIDilakukan autoanamnesis pada tanggal 16 September 2015 jam 11.30 WIB dan alloanamnesis dengan ibu Os tanggal 21 September 2015 11.30 WIB.

A. KELUHAN UTAMAPasien datang ke RSKO di bawa oleh ibunya karena menggunakan ganja.

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANGMenurut OS ia dibawa ke ruang detoksifikasi RSKO pada malam hari tanggal 15 September 2015 dalam keadaan tidak sadar. Pasien mengatakan ia tidak sadar karena ia di berikan obat penenang dari ibunya melalui suster yang merawat luka patah kakinya akibat kecelakaan pada Desember 2014 lalu. Pasien mengaku hal itu dilakukan oleh ibunya karena ia menolak di bawa ke RSKO karena ketauan masih menggunakan ganja 1 minggu sebelumnya yang di ketahui ibunya dari linting ganja yang di temukan di asbak rumahnya. Pasien mengatakan ia sadar setibanya di RSKO dan mengamuk-ngamuk karena ia merasa di masukkan secara paksa tanpa sepengetahuannya.Pasien mengaku ia rutin mengkonsumsi ganja sebanyak 2 kali dalam seminggu, yaitu sebanyak 1-2 linting ganja dengan cara di bakar. Ia mengaku biasa menggunakan ganja bersama teman-temannya sebanyak 5-6 orang yang di beli seharga Rp50.000,-/linting dengan cara patungan menggunakan uang jajannya atau di bayari oleh teman-temannya. Pasien mengatakan ia merasa tenang dan bahagia setelah menggunakan ganja. Ia juga mengatakan ia merasa lebih mudah mengantuk dan mudah beristirahat setelah menggunakan ganja. Namun setelah bangun tidur dan beraktivitas pasien mengatakan ia hanya merasa seperti biasa lagi, iya menyangkal merasa gelisah, tidak nyaman ataupun tidak bisa beraktivitas.Awalnya pasien menggunakan ganja pertama kali kelas 3 SMP karena penasaran dan ingin coba-coba karena melihat teman-teman sepergaulannya di sekolah, namun sekarang menjadi rutin setiap minggunya. Pasien menyangkal ia ketagihan ganja, ia hanya menggunakan bila sedang bersama teman-teman atau saat ada masalah saja.Sebelum menggunakan ganja ia menggunakan rokok sejak kelas 2 SMP yang dia peroleh dari kakak kelasnya di SMP, yang memaksanya untuk merokok. Ia mengatakan di keluarganya ia tidak di larang untuk merokok. Sehingga sampai saat ini ia tetap rutin merokok sebanyak 2 bungkus/hari.Pada Juni 2014 pasien mengaku pernah di rawat di ruang detoksifikasi RSKO juga karena ketahuan ibunya melihat linting ganja di asbak rokok kamarnya. Pasien di bawa dengan cara digrebek di rumah oleh tim RSKO yang bekerjasama dengan ibu pasien untuk melakukan intervensi. Ia mengatakan hanya dirawat selama 1 minggu dan meminta pulang paksa dengan alasan tidak nyaman dan bosan tinggal di ruang detox.2 minggu setelah kepulangan pasien dari detox, ia mengaku menggunakan kembali ganja dengan alasan sedang ingin merasakan kembali ketenangan. Ia menggunakan ganja dengan alasan sering di marahi oleh guru ataupun ibunya.

Pasien mengatakan ia sudah pernah mencoba untuk melepaskan diri dari ganja dan menolak teman-temannya untuk menggunakan ganja kembali. Namun ia merasa tidak enak dan takut kehilangan teman saat di bujuk kembali oleh teman-temannya, sehingga ia tergoda kembali menggunakan ganja. Saat wawancara di lakukan pasien mengatakan menyesal sekali dengan perbuatannya yang mengecewakan ibunya, ia ingin berubah untuk ibunya dan demi cita-citanya, namun ia menolak untuk di lakukan rehabilitasi dengan alasan akan merasa bosan dan tidak mau di suruh bekerja karena alasan kaki kirinya yang pernah patah. C. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA1. Gangguan psikiatrik Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan seperti berhalusinasi, berbicara sendiri, mendengar suara-suara bisikan yang tidak terlihat wujudnya, berdiam diri sendirian, menangis terus-terusan, tidak punya semangat hidup atau rencana bunuh diri. Ia juga menyangkal pernah di diagnosa dokter mempunyai penyakit yang berhubungan dengan kelainan jiwa.2. Riwayat Gangguan MedikPasien mengalami kecelakaan lalu lintas dengan motor pada Desember 2014, yang menyebabkan kaki kirinya patah dan sudah di lakukan operasi. Saat wawancara dilakukan ia mengatakan masih rutin dilakukan perawatan luka di RSKO oleh perawat ruang detox.3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif1. Pasien pertama kali menggunakan rokok pada waktu kelas 2 SMP yang di dapat dari kakak kelasnya yang memaksanya merokok. Ia mengatakan rutin merokok 2 bungkus/ hari. Ia mengatakan merasa sulit berpikir bila ia tidak menghisap rokok. 2. Pasien juga mengkonsumsi alkohol karena di ajak teman-temannya pertama kali saat kelas 2 SMP juga. Dan ia rutin minum alkohol setiap 2x/minggu. Dan mengatakan merasa bahagia setiap kali minum-minuman beralkohol.3. Pasien pertama kali menggunakan ganja saat duduk di bangku kelas 3 SMP yang di dapat dari teman-temannya. Alasan pertama kali menggunakan adalah rasa penasaran dan ingin coba-coba. Ia menjadi rutin menggunakan ganja 2x/minggu sebanyak 2-3 linting setiap kali pemakaian dengan cara di hisap. Ia mengatakan saat menggunakan ganja merasa tenang dan bahagia serta merasa mengantuk dan mudah untuk istirahat. Setelah penggunaan ia menyangkal adanya rasa gelisah, tidak nyman atau tidak mampu beraktivitas, ia mengatakan bisa beraktivitas kembali. Pasien juga menyangkal ketagihan menggunakan ganja, ia menggunakan bila saat berkumpul dengan teman-teman atau bila ada masalah.4. Riwayat Gangguan Sebelumnya

19992001200320062009 201120122013-Di DO karena membawa ganja, pindah ke SMA Thamrin.-Juni 2014 masuk Detox RSKO selama 1 minggu.-2 minggu setelah keluar kembali menggunakan ganja-Desember 2014 kecelakaan lau lintas, patah kaki kiri

201415 September 2015 masuk kembali di detox RSKO

2015

Merokok dan minum alkohol, kelas 2 SMP, 13 tahunMenggunakan ganja, di DO dari sekolah dan pindah ke Cirebon menyelesaikan SMP.Kembali ke Jakarta sekolah di SMA 46, dan tinggal kelas di bangku 1 SMA, pindah ke SMA 82. Hanya 1 semester kembali kagi ke SMA 46 mengulang kelas 1 SMAOrang tuanya bercerai saat ia berusia 8 tahun kelas 3 SD

13

D.RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI1. Riwayat Perkembangan FisikPasien lahir di Cirebon, lahir dalam keadaan sempurna tidak ada kelainan bawaan, Pasien tumbuh sesuai umur. Berat badannya sebelum menggunakan ganja dalam batas normal (50kg), setelah menggunakan ganja menjadi 40kg. Selama perawatan di detox pasien mengaku berat badannya naik lagi menjadi 47 kg.

2. Riwayat Perkembangan Kepribadiana. Masa kanak-kanak (0-11 tahun)Pasien menghabiskan masa kanak-kanaknya di Jakarta bersama kedua orangtuanya. Ia mendapat kasih sayang yang cukup dari kedua orangtuanya . namun pada saat pasien duduk di bangku kelas 3 SD kedua orangtua nya bercerai dan ia memilih untuk tinggal dengan ibunya. Sejak bercerai ibunya bekerja sebagai wiraswasta yaitu pemilik salon, sehingga waktu kebersamaan dengan ibunya ia akui berkurang dan ia di rawat sehari-hari oleh pembantunya. Ia mengaku bertemu ayahnya sekali dalam seminggub. Masa Remaja (12-18 tahun)Pada saat SMP, pasien mengaku pandai bergaul dan memiliki banyak teman. Ia mengaku adalah orang yang tidak enakan dengan teman, tidak bisa menolak ajakan teman dan selalu mengutamakan kepentingan teman-temannya di banding dirinya. Ia juga pernah berkelahi dan tawuran yang dia lakukan atas ajakan teman-temannya.c. Masa Dewasa (> 18 tahun)Pasien belom mencapai masa dewasa

3. Riwayat PendidikanSD: Pasien pernah mendapat rangking, tidak pernah tinggal kelas. Tamat.SMP: Pasien tidak pernah rangking, tidak pernah tinggal kelas, namun pernah di DO dari sekolah karena ketauan membawa ganja, sehingga pindah sekolah SMP di Cirebon. Taman.SMA: Pasien tidak pernah rangking, pernah tinggal kelas 1x saat di bangku 1 SMA di SMA 46, ia juga pernah pindah sekolah ke SMA 82 karena tinggal kelas selama 1 semester, kemudian dia kembali ke SMA 46 mengulang dari kelas 1 SMA sampai kelas 3 SMA, di bangku kelas 3 SMA ia di DO kembali karena membawa ganja ke sekolah dan pindah ke SMA Thamrin..

4. Riwayat PekerjaanPasien belom bekerja5. Kehidupan BeragamaSebelum menggunakan ganja pasien mengaku rajin menunaikan ibadah shalat. Namun sejak menggunakan ganja ia menjadi tidak pernah sholat karena malas. Saat wawancara dia lakukan pasien mengatakan sejak dirawat di ruang detox ia mengakui mulai ada keinginan kembali untuk sholat, meskipun belom sepenuhnya 5 waktu.6. Riwayat Kehidupan Sosial dan PerkawinanPasein orang yang mudah bergaul dan cenderung mengutamakan teman-temannya dibading dirinya sendiri atau keluarganya. Ia sulit menolak ajakan teman-temannya dalam bentuk apapun termasuk menggunakan ganja. Pasien belom menikah, ia juga mengatakan tidak sedang memiliki hubungan khusus (pacaran) dengan perempuan, ia juga menyangkal pernah melakukan hubungan seksual dengan pacar sebelumnya atau perempuan lain.

E. RIWAYAT KELUARGAPasien merupakan anak tunggal. Ayahnya masih ada dan menurut pasien tinggal di Cirebon dan ibunya di Jakarta serumah dengannya. Orangtuanya bercerai tahun 2006. Saat ia berusia 8 tahun dan sedang duduk di bangku kelas 3 SD. Ia memilih tinggal bersama ibunya dan di asuh oelh pembantunya karena kesibukan ibunya mencari nafkah..Tidak didapatkan adanya riwayat gangguan jiwa dalam keluarganya dari autoanamnesis. Namun di dapatkan riwayat penggunaan rokok oleh ayahnya dan dirinya.

RokokRokok, Alkohol, ganjaF. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANGPasien mengatakan ia merasa menyesal telah menggunakan ganja. Selama di detox ua bisa bersosialisasi dengan baik dengan penghuni detox.

III. STATUS MENTALA. DESKRIPSI UMUM1. PenampilanPaien laki-laki berusia 16 tahun, tubuh terlihat kurus, kulit sawo matang, rambut pendek, berwarna hitam. Pada saat di wawancara pasien menggunakan baju hitam dan celana pendek serta memnggunakan topi.2. Kesadarana. Kesadaran sensorium/neurologik: Kompos mentisb. Kesadaran psikiatrik: Tidak tampak terganggu3. Perilaku dan aktivitas psikomotora. Sebelum wawancara: pasien tertidur di bangsalb. Selama wawancara: pasien duduk dengan sikap tubuh tenang, kontak mata baik, ramah, dan sikap bersahabat, serta lancar menjawab pertanyaanc. Sesudah wawancara: pasien kembali ke bangsalnya dengan tenang4. Sikap terhadap pemeriksa: pasien kooperatif (menjawab pertanyaan dengan baik)5. Pembicaraan:a. Cara berbicara: bicara spontan, sopan dan lancar, volume suara cukup tidak dramatis, dan menjawab semua semua pertanyaan yang diberikan.b. Gangguan berbicara: tidak ada.

B. ALAM PERASAAN (EMOSI)1. Suasana perasaan (mood) : eutimik2. Afek ekspresi afektifa. Arus : normalb. Stabilisasi : stabilc. Kedalaman : dalamd. Skala diferensiasi : luase. Keserasian : serasif. Pengendalian impuls : kuatg. Ekspresi : wajarh. Dramatisasi : tidak adai. Empati : dapat diraba rasakan

C. GANGGUAN PERSEPSIa. Halusinasi : Tidak adab. Ilusi : Tidak adac. Deperesonalisasi : Tidak adad. Derealisasi: Tidak ada

D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)1. Taraf pendidikan : SMA2. Pengetahuan umum :Cukup baik (mengetahui nama-nama menteri)3. Kecerdasan :Rata-rata 4. Konsentrasi : Cukup baik5. Orientasi a. Waktu:Baik (pasien dapat menyebutkan hari/tanggal, dan dapat membedakan siang dan malam)b. Tempat: Baik (pasien tahu sekarang sedang berada di detox)c. Orang : Baik (pasien dapat membedakan dokter, pegawai panti, laki-laki, perempuan)d. Situasi : Baik (pasien tahu dokter muda sedang wawancara untuk mencari tahu kondisi penyakitnya)6. Daya ingat a. Tingkat: Jangka panjang: baik (pasien masih ingat kejadian dulu waktu SD) Jangka pendek: baik (pasien dapat menyebutkan menu makan tadi malam) Segera: baik (pasien tahu nama pemeriksa)7. Pikiran abstraktif : tidak terganggu (pasien dapat menjawab peribahasa berakit-rakit kita kehulu berenang-renang ketepian)8. Visuospasial: Baik (pasien menjelaskan tentang arah jalan kerumahnya)9. Bakat kreatif : pasien dapat bermain futsal10. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik (pasien dapat makan dan mandi sendiri)

E. PROSES PIKIR1. Arus pikir Produktifitas : Baik, suara jelas, flight of ideas (-). Kontinuitas : Baik, inkoherensi (-), Hendaya bahasa : Tidak ada2. Isi pikir Preokupasi dalam pikiran : Tidak ada Waham : Tidak ada Obsesi: Tidak ada Fobia : Tidak ada Gagasan rujukan : Tidak ada Gagasan pengaruh : Tidak ada Ide Bunuh Diri : Tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULSBaik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak menunjukkan gejala yang agresif. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik.

G.DAYA NILAI1. Daya nilai sosial : Baik (pasien tahu jika orang harus berbuat kebaikan dan menolong orang lain)2. Uji daya nilai : Baik (pasien mengerti bagaimana harus berbuat baik kepada sesama)3. Daya nilai realitas : Baik (pasien tidak mempunyai halusinasi auditorik dan visual ataupun waham)

H. TILIKANDerajat 5, karena pasien mengethaui bahwa ia sedang mengalami ketergantungan akibat penyalahgunaan zat yang di lakukannya namun ia menolak untuk di rehabilitasi

I. RELIABILITASDapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN FISIKA. STATUS INTERNUS1. Keadaan umum: Baik2. Kesadaran : Compos Mentis3. Tensi: 110/70mmHg4. Nadi: 76 kali/menit5. Pernafasan dan suhu : 12 kali/menit, suhu tidak dilakukan6. Sistem kardiovaskular: Dalam batas normal7. Sistem respiratorius: Dalam batas normal8. Sistem gastrointestinal : Dalam batas normal9. Extremitas: Fraktur cruris sinistraB. STATUS NEUROLOGIKTidak dilakukan pemeriksaan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANGRencana pemeriksaan darah lengkap.

VI.IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNAPasien laki-laki berusia 16 tahun datang ke RSKO di bawa oleh ibunya karena menggunakan ganja. Ia menggunakan ganja sejak kelas 3 SMP di awali dengan rasa ingin tahu dan coba-coba dari teman sepergaulannya. Pasien menggunakan ganja 2x/minggu, sebanyak 2-3 linting dengan cara di bakar yang ia beli dengan cara patungan bersama teman-temannya. Pada Juni 2014 ia sempat di rawat di detox RSKO selama 1 minggu. Namun 2 minggu setelah keluar ia kembali menggunakan ganja dengan alasan rasa keinginan yang besar atau stress karena di marahi oleh ibu dan gurunya. Saat menggunakan ia merasa tenang, bahagia , mengantuk dan mudah untuk beristirahat. Setelah menggunakannya ia tidak mempunyain keluhan dan menyangkal kalau dirinya ketagihan ganja. Ia mengatakan pernah berusaha beberapa kali untuk menolak ajakan teman-temannya namun gagal karena ia merupakan orang yang setia kawan, tidak enakan, dan mementingkan kepentingan teman-temannya daripada dirinya sendiri atau keluarganya.15 September 2015 ia kembali di bawa ibunya ke RSKO dengan cara di berikan obat penennang melalui suster yang merawat luka patah kakinya akibat kecelakaan Desember 2014. Ia sempat sadar dan mengamuk karena merasa di bawa dengan cara paksa tanpa sepengetahuannya. Saat wawancara di lakukan ia mengaku menyesal dengan perbuatannya dan ingin berusaha melepaskan diri dari ganja dengan cara akan menolak ajakan teman-temannya bila sudah keluar dari RSKO, namun ia menolak untuk di rehabilitasi.VII. FORMULA DIAGNOSTIKAksis I:Susunan diagnostik ini berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna maka kasus ini termasuk:1. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaak zat (cannaboid) kini abstinen, di tegakkan karena: riwayat pemakaian canabis (+) sejak kelas 3 SMP 2. Gangguan jiwa fungsional/ Gangguan Mental Non-Organik , karena: Tidak terdapat adanya gangguan kesadaran neurologik Tidak ada gangguan fungsi intelektual Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, WBS tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karena itu, gangguan mental organik (GMO) dapat disingkirkan.3. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat dapat disingkirkan: Data laporan individu (-) Tidak ada sampel obat atau barang bukti pada WBS, tanda dan gejala klinis, atau laporan pihak ketiga.4. Skizofrenia Paranoid dapat ditegakkan karena memenuhi Kriteria Diagnosis umum skizofrenia dan F20.0: Terdapat delutional perception, waham tentang pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat. WBS yakin dirinya anak indigo yang bisa menyembuhkan orang. Halusinasi auditorik: suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku WBS, atau mendiskusikan perihal WBS di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara). WBS dibisikan untuk membuat agama baru. Adanya pula halusinasi berupa halusinasi visual. Dapat melihat roh atau hantu di sekitarnya. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih.Aksis IITidak terdapat retardasi mental dan tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian.Aksis IIIPemeriksaan lab belum dilakukanAksis IVProblem psikososial dan lingkungan kasus ini adalah Masalah keluarga: tidak ada keluarga terdekat yang saat ini diketahui. Masalah pendidikan: - Masalah pekerjaan: WBS sebenarnya tidak mempunyai pekerjaan. Masalah sosial: -Aksis VGAF scale setahun yang lalu dan sekarang sama, yaitu 51-60 (gejala sedang, disabilitas sedang)

VIII. EVALUASI MULTIAKSIALAksis I:WD: F20.0 : Skizofrenia ParanoidDD: F21.0: Gangguan SkizotipalAksis II: Tidak didapatkan RM, dan tidak ditemukan adanya gangguan kepribadianAksis III: Tidak ada temuan yang bermakna dalam pemeriksaan Lab dan fisik.Aksis IV: Masalah dengan keluarga, pendidikan dan lingkungan sosial.Aksis V: Global Assessment Functional (GAF) Scale 55.

IX. PROGNOSISFaktor yang meringankan Motivasi diri dan dukungan keluarga

Faktor yang memberatkan1. Lingkungan dan pertemanan yang tidak berubah1. Tidak bisa menolak ajakan teman dan lebih mementingkan pertemanan daripada diri sendiri dan keluarga

Ad Vitam: Ad bonamAd Functionam: Dubia ad malamAd Sanationam: Dubia ad malam

X. DAFTAR PROBLEMa. Organobiologik: Adab. Psikologis: Adac. Sosial/Keluarga: Ada

XI.TERAPIPSIKOFARMAKA:1. Amitriptilin 2x050 mgRisperidone termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole. Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan reseptor 1-adrenergik. Risperione tidak memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik.Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamin sentral yang seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif dari skizofrenia. Efek samping yang sering terjadi adalah insomnia, agitasi, rasa cemas, sakit kepala.2. THP (trihexyphenidil) 2x2 mgTriheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Obat ini diberikan kepada WBS hanya jika terjadi gangguan ekstrapiramidal (parkinsonism) yang dapat disebabkan obat antipsikotik. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah. Efek sampingnya adalah mulut kering, penglihatan kabur, pusing, cemas, konstipasi, retensi urin, takikardi, dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit kepala. Rujuk ke psikiater/RSJ terdekat. PSIKOTERAPI TERHADAP WBS :a. Terapi perilaku kognitif Apabila tilikan WBS sudah baik, terapi ini dapat digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif, mengurangi distraktibilitas.b. Psikoterapi suportif Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan serta terapi kelompok seperti grouping, morning meeting. Pendekatan lain yang bisa dilakukan adalah dengan cara: Ventilasi: memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeluarkan isi hatinya. Sugesti: menanamkan kepada pasien bahwa ia pasti bisa melawan ketergantungan ini asalkan ada keinginan yang kuat Reassurance: meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa dia sanggup mengatasi masalahnya. Bimbingan : memberikan bimbingan yang praktis yang berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa pasien, agar pasien lebih bersemangat mengatasinya.c. Psikoterapi re-edukatif Mengubah pola perilaku pasien dengan meniadakan kebiasaan tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkand. Sosioterapi Melibatkan pasienh dalam kegiatan aktivitas kelompok di detox Melibatkan pasien dalam kegiatan keagamaan di detoxe. Edukasi keluarga