makalah keberadaan dan peruntukan perkebunan kelapa sawit dengan fauna dan flora endemik serta...

13
1 KEBERADAAN DAN PERUNTUKAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN FAUNA DAN FLORA ENDEMIK SERTA MANUSIA DI PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT (Existence and Designation of The Oil Palm Plantation with Endemic Fauna and Flora and Human in West Papua and Papua Province ) ZETH PARINDING Mahasiswa Pasca Sarjana Program Doktor pada Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika , Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Bogor 16680, P.O. BOX 168, Jawa Barat, Indonesia, Tel. +62-251-8629150, Fax. +62-251-8629150, [email protected] ABSTRACT The isolation of habitat, either the shrinking of natural habitat or the land cleaning and clearing and the diminishing of habitat quality have increased conflicts among community, key species fauna and flora, culture and wisdom of indigenous people, and the palm oil industry to utilize the habitat spatial and the abundance of food. This paper was described situation in West Papua and Papua Province with the objectives to: (1) How is the management of key species for oil palm plantation development? , (2) How to synergize the wisdom of indigenous people in the use of nature? , and (3) How has development of the oil palm industry with attention to the hydrological aspects of land designation?. The success programmes has development of sustainable the palm oil industry as follows: 1) Knowing the key species (fauna and flora) and the habitat of an ecosystem, 2) Knowing the pattern of spread and the home range / territory of wildlife species, 3) Avoid overlapping land use, prioritize investments in Areas of Other Designation (AOD/APL) because there are still many who were displaced by cooperative governance and the strengthening of social capital, 4) Investment readiness in terms of economic (business) development schemes, governance, and social capital , 5) There are collaborated among culture and wisdom indigenous people with development of the palm oil industry , and 6) Reduction of industrial waste which are environmentally friendly.

Upload: zethpar

Post on 28-Jul-2015

409 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Keberadaan Dan Peruntukan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Fauna Dan Flora Endemik Serta Manusia Di Provinsi Papua Dan Papua Barat

1

KEBERADAAN DAN PERUNTUKAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

DENGAN FAUNA DAN FLORA ENDEMIK SERTA MANUSIA DI PROVINSI

PAPUA DAN PAPUA BARAT

(Existence and Designation of The Oil Palm Plantation with Endemic Fauna and

Flora and Human in West Papua and Papua Province )

ZETH PARINDING

Mahasiswa Pasca Sarjana Program Doktor pada Program Studi Konservasi

Biodiversitas Tropika , Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan IPB. Bogor 16680, P.O. BOX 168, Jawa Barat, Indonesia, Tel.

+62-251-8629150, Fax. +62-251-8629150, [email protected]

ABSTRACT

The isolation of habitat, either the shrinking of natural habitat or the land cleaning and

clearing and the diminishing of habitat quality have increased conflicts among

community, key species fauna and flora, culture and wisdom of indigenous people, and

the palm oil industry to utilize the habitat spatial and the abundance of food. This

paper was described situation in West Papua and Papua Province with the objectives

to: (1) How is the management of key species for oil palm plantation development? , (2)

How to synergize the wisdom of indigenous people in the use of nature? , and (3) How

has development of the oil palm industry with attention to the hydrological aspects of

land designation?. The success programmes has development of sustainable the palm

oil industry as follows: 1) Knowing the key species (fauna and flora) and the habitat of

an ecosystem, 2) Knowing the pattern of spread and the home range / territory of

wildlife species, 3) Avoid overlapping land use, prioritize investments in Areas of Other

Designation (AOD/APL) because there are still many who were displaced by

cooperative governance and the strengthening of social capital, 4) Investment readiness

in terms of economic (business) development schemes, governance, and social capital ,

5) There are collaborated among culture and wisdom indigenous people with

development of the palm oil industry , and 6) Reduction of industrial waste which are

environmentally friendly.

Page 2: Makalah Keberadaan Dan Peruntukan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Fauna Dan Flora Endemik Serta Manusia Di Provinsi Papua Dan Papua Barat

2

Key Words : Development of The Palm Oil Industry, Key Species of Fauna and Flora,

Community, Culture and Wisdom of Indigenous P eople, West Papua and

Papua Province.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tumpang tindih kawasan dan pengusulan perubahan kawasan hutan dalam luasan yang

relatif besar sering kurang memperhatikan peran hutan sebagai penyangga kehidupan .

Selain itu belum tersedianya RTRW yang baru bagi propinsi papua dan propinsi papua

barat di tahun 2010, sehingga memperlambat untuk memonitor kesesuaian pemetaan

kawasan hutan didalam RTRWK /Kota dengan peta kawasan hutan didalam RTRWP

(RTRWK/Kota harus mengacu RTRWP). Hal ini dapat pula diakibatkan d engan

maraknya pemekaran wilayah meliputi Propinsi, Kota/Kabupaten, Kecamatan/Distrik,

Desa/Kampung/Dusun memberikan andil terhadap deforestasi dan juga dalil

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang be rasal dari hasil kayu, sedangkan

hasil non kayu dengan nilai jual yang tinggi seakan diabaikan dalam menunjang segala

aspek kehidupan.

Fauna dan Flora endemik yang merupakan bagian dari budaya akibat kurang arifnya

pelaksanaan pembangunan kehutanan , perkebunan, dan pertambangan, telah banyak

memberikan andil dalam merubah pola pikir ( mindset) dari sosial budaya masyarakat

asli bahwa hutan dan tanahnya adalah ibu mereka yang patut dijaga dan dimanfaatkan

secara lestari dan berkelanjutan.

Pembangunan perkebunan kelapa sawit dalam awal tahun umur produksi dari segi

ekonomi mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang ikut terlibat dalam

kegiatan perkebunan kelapa sawit tersebut, seperti dalam hal kepemilikan modal dan

penyediaan tenaga kerja. Hal-hal lain yang belum dirasakan adalah kontinyuitas dalam

meningkatkan produktifitas dalam sistem perkebunan yang intensifikasi, selama ini

pembangunan perkebunan kelapa sawit lebih banyak melakukan peningkatan

produktifitasnya dengan sistem ekstens ifikasi. Akibatnya terusiknya spesies kunci (key

species) yang dapat mengakibatkan konflik manusia dengan alam lingkungannya.

Page 3: Makalah Keberadaan Dan Peruntukan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Fauna Dan Flora Endemik Serta Manusia Di Provinsi Papua Dan Papua Barat

3

Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan spesies kunci bagi pembangunan perkebunan kelapa sawit?

2. Bagaimana mensinergiskan kearifan lokal masyarakat asli dalam pemanfaatan alam?

3. Bagaimana pembangunan perkebunan kelapa sawit memperhatikan aspek hidrologis

dan peruntukan lahan (RTRW)?

PEMBAHASAN

Pengelolaan Spesies Kunci

Keberhasilan suatu pembangunan di segala bidang dalam pemanfaatan alam

lingkungannya sangat dipengaruhi oleh bagaimana manusia memandang bahwa alam

yang diciptakan oleh Sang Pencipta harus dimanfaatkan secara arif dan bijaksana

dengan memperhatikan aspek keseimbangan. Keseimbangan alam ini terjadi karena

kearifan dari pelaku pembangunan dalam memanfaatkan alam ini dengan

mempertimbangkan aspek, berupa: menjaga (perlindungan), memelihara (pengawetan),

dan pemakaian secara lestari dan berkelanjutan (pemanfa atannya).

Berdasarkan aspek keseimbangan tersebut, baik unsur hayati dan bukan hayati dapat

mengurangi konflik manusia dan alam sekitarnya. Keberadaan spesies kunci ibaratnya

suatu rantai makanan dalam jaring-jaring makanan unsur hayati, dan unsur bukan hayati

yang saling mempengaruhi dan saling ketergantungan satu sama lainnya. Ibaratnya satu

pohon besar yang tumbuh di alam sekitarnya dapat memberikan tempat berlindung,

bermain, berkembangbiak, ketersediaan sumber air dan menciptakan iklim mikro

sekitarnya bagi flora dan fauna serta manusia.

Jenis-jenis satwa liar dan tumbuhan endemik Papua dan Papua Barat yang diidentifikasi

mengalami penurunan, antara lain jenis burung cenderawasih, burung kakatua, burung

nuri kepala hitam, kasuari, kuskus, burung hantu, burung garuda irian, kuskus dan jenis

anggrek serta jenis-jenis lainnya yang belum teridentifikasi lainnya. Mengapa jenis -

jenis ini mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh pembukaan lahan dan

pemanfaatannya tidak menyisakan pohon-pohon besar lainnya yang diduga menjadi

tempat/habitat satwa dan tumbuhan tersebut dan juga hanya tempat/habitat satwa dan

Page 4: Makalah Keberadaan Dan Peruntukan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Fauna Dan Flora Endemik Serta Manusia Di Provinsi Papua Dan Papua Barat

4

tumbuhan itu tempat keberadaan spesies tersebut. Misalnya jenis satwa kuskus

(Dendrolagus sp) tertentu dan hewan air lainnya yang hanya dapat hidup berdasarkan

ketersediaan makanan dan habitatnya di tempat tersebut. Jenis-jenis satwa dan

tumbuhan liar yang sebagian telah disebutkan di atas selama ini bila pohon atau habitat

tempat berkembang biaknya telah ditumbuhi kelapa sawit, maka keberadaan mereka

jarang ditemukan di perkebunan kelapa sawit. Demikian halnya dengan jenis satwa

yang memiliki wilayah jelajah (home range) tinggi, apabila tempat yang diadaptasinya

telah berkurang makanannya akan menjadi masalah b agi pengelola perkebunan kelapa

sawit dan masyarakat sekitarnya. Misalnya masyarakat menanam untuk kebutuhan

makanannya, suatu saat akan diserang hama atau penyakit yang tidak pernah diketahui

sejarahnya ditempat itu ada dan berkembang atau jenis hama dan penyakit yang

sebelumnya bukan merupakan top predator alami karena terputusnya suatu rantai

makanan menyebabkan terjadi perubahan top predator, yang mana top predator alami

sebelumnya telah berkurang atau bahkan dalam kurang waktu tertentu dinyatakan

hilang. Dapat dipastikan konflik manusia dengan hama babi atau ti kus yang mana babi

dapat bersaing dengan kasuari dan juga tikus yang predator utamanya adalah burung

hantu dinyatakan hilang atau berkurang menyebabkan tikus menjadi hama bagi lahan

perkebunan rakyat dan juga perkebunan kelapa sawit , dllnya.

Terkadang dalam suatu obsesi kita bangga memiliki keanekaragaman yang tinggi,

namun kita bahkan tidak peduli atau tidak memiliki rasa peduli dengan keanekaragaman

yang tinggi itu dalam suatu pola keseimbangan dalam memanfaatkan alam sekitarnya.

Kita masih dininabobokan bahwa alam masih luas dan masih menyediakan sesuatu bagi

kebutuhan hidup kita sekarang dan dapat diperbaharui. Dan juga masih banyak jenis-

jenis tumbuhan obat yang tersedia di alam yang akan hilang, yang mana mampu untuk

menyembuhkan penyakit-penyakit yang belum ditemukan obatnya saat ini.

Pembangunan perkebunan kelapa sawit yang terkadang kurang memperhatikan Daerah

Aliran Sungai (DAS) ditinjau dari aspek hidrologi, kemiringan, ketinggian, kesesuaian

lahan dan juga introduksi spesies baru dan akibatnya serta pemanfaatan pestisida yang

kurang arif. Apabila pembangunannya tidak memperhatikan aspek hidrologi selain

berakibat kurangnya sumber air minum dan air bersih bagi manusia dapat pula bahan -

Page 5: Makalah Keberadaan Dan Peruntukan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Fauna Dan Flora Endemik Serta Manusia Di Provinsi Papua Dan Papua Barat

5

bahan dari pemanfaatan pestisida dapat mencemari sumber air bersih dan mematikan

jenis-jenis endemik berupa hewan-hewan air, misalnya ikan arwana papua

(Schleropages jardinii) yang memiliki nilai jual cukup tinggi. Bahkan dengan

akumulasi yang cukup tinggi dapat berakibat secara tidak langsung terhadap

pencemaran di laut (kerusakan hutan mangrove, terumbu karang, dll).

Sinergitas Kearifan Masyarakat da n Pembangunan Perkebunan Kelapa sawit

Kearifan tradisional masyarakat asli papua secara keseluruhan dalam memanfaatkan

alam sekitarnya bahwa hutan adalah rumah mereka, maka rumah perlu dijaga ,

dipelihara, dan dimanfaatkan secara arif dan bijaksana. Karena diyakini oleh tua -tua

adat apa yang salah kita buat terhadap alam ini, maka alam akan murka dan kehidupan

akan hancur musnah. Kearifan mereka terkadang mempengaruhi cara pandang mereka

kepada alam sekitarnya, yang biasanya mereka percaya atau yakini nenek moyang

mereka atau asal muasal keturanan mereka berasal dari apa yang mereka jaga dan

pelihara yang tumbuh dan berkembang di masyarakatnya pada umumnya. Misalnya

suku malind dengan totem yang dilambangkan kanguru (Macropus agilis papuanus )

(menunjuk kepada marga Samkakai), artinya mereka percaya asal muasal marga

samkakai berasal dari hewan kanguru, maka hewan tersebut harus dijaga dari

kepunahan dan tidak boleh dimakan oleh marga tersebut dan habitatnya perlu dijaga

dengan menyediakan rumput baru sebagai makanan hewan tersebut. Salah Satu Jenis

Kanguru disajikan pada Gambar 1. Penyediaan rumput baru biasanya dilakukan

dengan kearifan mereka dengan melakukan pembakaran di awal dan akhir musim

kemarau dan juga menghindari kebakaran pada kebun atau ladang tempat t anaman

tumbuhan adat dan persediaan makanan mereka dari kebakaran besar saat puncak

musim kemarau yang ekstrim.

Pembakaran dengan kearifan tradisional yang mereka lakukan tidak sama dengan

kebiasaan dalam pembersihan lahan dan pembakaran yang dilakukan dal am pengelolaan

perkebunan kebun kelapa sawit, yang mana pembakaran tersebut bertujuan untuk

kebersihan kebun kelapa sawit. Kebun atau ladang mereka biasanya ditanami tumbuhan

adat dan persediaan makanan dan juga sumber air minum dan air bersih. Pada

Page 6: Makalah Keberadaan Dan Peruntukan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Fauna Dan Flora Endemik Serta Manusia Di Provinsi Papua Dan Papua Barat

6

umumnya sumber-sumber air bagi masyarakat papua sangat dilindungi baik dari hulu

hingga ke hilir bahkan muara. Aturan yang hidup dan berkembang di sekitar sumber air

tersebut tidak diperkenankan adanya pembangunan yang merusak alam sekitarnya

dengan radius tertentu. Karena biasanya air yang diambil tersebut dapat langsung

diminim dan kebutuhan makanan berupa pengolahan sagu sehingga diupayakan agak

jauh dari sumber air minum dimaksud. Sedangkan Salah Satu Ekosistem Wasur

Perwakilan Ekosistem di Kabupaten Me rauke di sajikan pada Gambar 2.

Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan

Pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan, apabila memperhatikan dan

memahami keberadaan dari spesies kunci dan keterpaduan kearifan masyarakat yang

telah lama hidup, tumbuh dan berkembang di masyarakat. Selain itu pemanfaatan ruang

dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, diupayakan memanfaatkan lahan -lahan

tidur atau lahan kurang produktif (areal peruntukan lain (APL)) dan yang telah dikaji

kesesuaian lahannya bagi perkebunan kelapa sawit dan menggunakan pupuk alami yang

ramah lingkungan.

Pembangunan perkebunanan kelapa sawit hendaknya dalam pembangunannya di

Propinsi Papua Barat dan Papua lebih banyak berkolaborasi dengan masyarakat adat

setempat dan mempelajari serta mengakomodir kebudayaan dan kearifan tradisional

yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat adat/ masyarakat asli. Selain itu,

masyarakat adatnya atau marga pemilik hak ulayat diikutkan dalam kegiatan

pembangunan perkebunan kelapa sawit. Maksudnya adalah tempat -tempat yang

merupakan daerah pemali atau dikeramatkan ole h masyarakat asli tersebut sebaiknya

tidak dirusakkan atau dihilangkan keberadaan tempat -tempat tersebut.

Keberhasilan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan harus

memperhatikan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Ketiga aspek terse but harus

sama-sama dipertimbangkan dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan

pengertian bahwa bukan hanya ekologi dan ekonomi saja yang lebih penting dan

diperhatikan dengan mengabaikan sosial dan budaya masyarakat asli setempat. Perlu

Page 7: Makalah Keberadaan Dan Peruntukan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Fauna Dan Flora Endemik Serta Manusia Di Provinsi Papua Dan Papua Barat

7

diketahui bahwa walaupun di propinsi Papua dan Papua Barat banyak suku dan bahasa,

namun mereka hidup dengan satu tujuan bahwa alam (ibu mereka) akan terus

menyediakan kebutuhan hidup bagi mereka dan bagaimana mereka hidup untuk

menjaga, memelihara, dan memanfaatkan hasil alam tersebut secara lestari dan

berkelanjutan. Di sana ada dikenal beberapa kearifan dalam pengelolaan alam dengan

sistem sasi (penutupan dan pembukaan pemanfaatan alam berdasarkan hasil

kesepakatan adat) dengan bahasa masing-masing suku. Pembangunan perkebunan

sebaiknya menghindarkan melakukan penimbunan pada sumber-sumber air, daerah

aliran sungai kecil dan daerah tangkapan air. Bisakah pembangunan perkebunan kelapa

sawit dikelola dengan sistem intensifikasi, karena selama ini lebih banyak dila kukan

dengan ekstensifikasi. Walaupun APL yang ada saat ini masih belum banyak

dimanfaatkan, masih diperkenankankah bagi peruntukan perkebunan kelapa sawit, dan

tujuan pemulihan (reklamasi) lahan dan huta n dalam setiap bidang kehidupan? Selama

ini persoalan yang timbul di masyarakat bahwa perkebunan kelapa sawit hanya mampu

menghidupkan kesejahteraan masyarakat pada awal dan usia produktif dari kelapa sawit

tersebut, namun setelah kurang produktif seperti diabaikan atau seakan -akan hilangnya

sumber mata pencaharian dan peluang kerja. Sudah adakah masyarakat asli yang

mampu mandiri mengelola kebun kelapa sawit sendiri, yang mana dengan karyanya

sendiri dapat menjadi corong untuk memajukan dan mengembangkan perkebunan

kelapa sawit tersebut secara berkelanj utan. Perlu memperhatikan kesesuaian lahan

dengan memperhatikan pasang surut air laut pada puncak pasangnya dan lahan yang

hampir sepanjang tahun dapat digenangi air (daerah yang dipengaruhi iklim/musim

musoon).

Foto Kerusakan Hutan berupa Pembabatan Hutan secara Besar-Besaran yang Terjadi di

Kalimantan, Indonesia disajikan pada Lampiran Gambar 3. Gambar tersebut

merupakan hasil foto udara yang diakukan oleh Geenpeace pada bulan Juli 2010.

Adapun menurut Greenpeace, kerusakan hutan ini diperuntukan u ntuk pembukaan lahan

kelapa sawit yang dilakukan oleh anak -anak perusahaan dari PT Sinar Mas Group di

Kalimantan. Berdasarkan foto ini dapat menegaskan bahwa tingkat deforestasi di

Indonesia yang terjadi dapat mencapai 1,17 juta hektar pertahun. Bahkan m enurut State

Page 8: Makalah Keberadaan Dan Peruntukan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Fauna Dan Flora Endemik Serta Manusia Di Provinsi Papua Dan Papua Barat

8

of the World’s Forests 2007 yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture

Organization (FAO) angka kerusakan hutan Indonesia mencapai 1,8 juta hektar/tahun.

Akibatnya, dari 133 juta ha luas hutan Indonesia, hanya 23 % saja yang masih berupa

hutan primer dan terbebas dari kerusakan.

Luas kawasan hutan Indonesia seluas 132,398 juta Ha yang berdasarkan fungsinya

dibagi kedalam :

- Hutan produksi : 82,844 juta ha

- Hutan lindung : 29,855 juta ha

- Hutan konservasi : 19,699 juta ha

Pembagian fungsi tersebut didasarkan pada topografi, curah hujan, jenis tanah dan

ketinggian tempat (hutan produksi dan hutan lindung), serta keragaman dan kekhasan

hayati dan ekosistem (hutan konservasi). Kawasan hutan tersebut dikelola dengan

prinsip kelestarian (pengelolaan lestari / SFM), dengan tujuan agar terjaminnya

kelestarian hutan serta kesejahteraan masyarakat melalui :

- Optimalisasi fungsi dalam meningkatkan daya dukung DAS.

- Terjaminnya keberadaan hutan (luas dan sebarannya),

- Meningkatkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat; serta

- Menjamin terdistribusinya manfaat secara adil dan berkelanjutan.

Dari seluruh daratan Indonesia terdapat salahs atu ekosistem yang sangat rentan, yaitu

ekosistem Gambut seluas 21,073 juta Ha, tersebar di dalam kawasan hu tan seluas ± 18

juta Ha dan sisanya seluas ± 3 juta Ha merupakan areal non kehutanan. Adapun luasan

Hutan Tetap sebesar kurang lebih 71 % dari luasan daratan Indonesia atau sebesar

132.397.729 ha. Sedangkan Penataan Ruang Kawasan Hutan Berdasarkan Fun gsi

disajikan pada Lampiran Tabel 1.

Penyediaan areal antara perkebunan yang satu dengan perkebunan sawit lainnya yang

memperhitungkan DAS dan ketersediaan tempat/habitat tempat tumbuh dan

berkembangnya spesies kunci secara alami dan memperhatikan pola seb aran (pattern of

spread) dan daerah jelajah/teritori. RTRW di papua dan papua barat dapat segera

direalisasikan sehingga peruntukan lahan dapat diakomodir dalam pembangunan segala

Page 9: Makalah Keberadaan Dan Peruntukan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Fauna Dan Flora Endemik Serta Manusia Di Provinsi Papua Dan Papua Barat

9

sektor dengan memperhatikan segala aspek kehidupan. Peta Penunjukan Kawasan

Hutan Propinsi Irian Jaya Tahun 2002 disajikan pada Lampiran Gambar 4.

KESIMPULAN

Pembangunan perkebunan kelapa sawit yang sudah ada dan yang akan diperuntukan,

untuk meminimalisir konflik dengan alam sekitarnya diupayakan memperhatikan hal-

hal sebagai berikut:

1. Mengetahui spesies kunci (fauna dan flora) dan habitat dari suatu ekosistem.

2. Mengetahui pola sebar dan daerah jelajah/teritori dari jenis satwa.

3. Adanya kerjasama diantara budaya dan kearifan masyarakat asli dengan

pembangunan perkebunan kelapa sawit.

4. Telah diketahui bahwa tumbuhan atau hewan sejenisnya yang diintroduksi diketahui

tidak menyebabkan menghilangkan spesies asli setempat.

5. Penggunaan pestisida yang dihasilkan dari hasil produksi pestisida alami setempat

yang ramah lingkungan.

6. Penanggulangan limbah perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan.

7. Penimbunan tanah untuk menutupi sumber -sumber air dan jalur hidrologi (DAS) dan

daerah tangkapan air sebaiknya dihindarkan.

8. Hindari tumpang tindih pemanfaatan lahan , utamakan investasi pada APL karena

masih banyak yang terlantar melalui koperasi yang dikelola pemerintah (cooperative

governance) dan penguatan modal kemasyarakatan ( social capital).

9. Kesiapan investasi dalam skema pembangunan dari sisi ekonomi ( bisnis),

governance, dan social capital.

DDAAFFTTAARR PPUUSSTTAAKKAA

Alamendah, 2011. Gambar/Foto Kerusakan Hutan. Alamendah’s Blogs.

Alikodra, H. S. 1997. Tehnik Pengelolaan Satwa Liar Dalam Rangka Mempertahankan

Keanekaragaman Hayati Indonesia. Institut Pertanian Bogor, Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor.

Tidak Dipublikasikan

Page 10: Makalah Keberadaan Dan Peruntukan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Fauna Dan Flora Endemik Serta Manusia Di Provinsi Papua Dan Papua Barat

10

Allen, G.R., Unmack, P.J., & Hadiaty, R.K. 2008. Two new species of

rainbowfishes (Melanotaeniidae: Melanotaenia) from western New

Guinea (Papua Barat Province, Indonesia). Aqua, International Journal

of Ichthyology, 14 (4): 209–224.

Allen, G.R. & Renyaan, S.J. 1998. Three new species of rainbowfishes

(Melanotaeniidae) from Irian Jaya, Indonesia. Aqua, Journal of Ichthyology

and Aquatic Biology, 3 (2): 69–80

Allen, G.R. & Hadiaty, R.K. 2011. A New Species of rainbowfish

(Melanotaeniidae) from Western New Guinea (West Papua Province,

Indonesia). Fishes of Sahul, Journal of the Australia New Guinea Fishes

Association, Vol 25 (1): 602-608

BKSDA Bengkulu. 2002. Propil Kawasan Konservasi di Wilayah Bengkulu.

Conservation International. 1999. Lokakarya Penentuan Prioritas Konservasi

Keanekaragaman Hayati Irianjaya. Laporan akhir Conservation International.

Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2002. Peta Penunjukan Kawasan Hutan Propinsi Irian Jaya.

Badan Planologi Kehutanan. Bogor.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Rencana Pengelolaan TN. Wasur

(RPTNW) 1999-2024 Buku II (Data, Analisis, dan Proyeksi) . Merauke Papua

Griffiths, A.D, et al 2005. A Management Program for the Agile Wallaby ( Macropus

agilis), East Point Reserve, Darwin. January 2005.

Hadiaty, RK and Kottelat. 2009. Pangio lidi, a new species of loach from eastern

Borneo, Indonesia. Artikel Zootaxa. Magnolia Press. Vol 2171 : 65 -68.

IUCN. 2007. IUCN Red List of Threatened Species. www.iucnredlist.org.Downloaded

16 January 2009.

Peraturan Pemerintah. 1999. PP No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis

Tumbuhan Dan Satwa.

Primack, R.B. et al, 1989. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Universitas Negeri Papua dan Pemerintah Kabupaten Kaimana. 2007. Atlas

Sumberdaya Pesisir Kawasan Kabupaten Kaimana. Universitas Negeri Papua.

Manokwari

Page 11: Makalah Keberadaan Dan Peruntukan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Fauna Dan Flora Endemik Serta Manusia Di Provinsi Papua Dan Papua Barat

11

Lampiran Gambar 1. Salah Satu Jenis Kanguru

Lampiran Gambar 2. Salah Satu Ekosistem Wasur Perwakilan Ekosistem di Ka bupaten

Merauke

11

Lampiran Gambar 1. Salah Satu Jenis Kanguru

Lampiran Gambar 2. Salah Satu Ekosistem Wasur Perwakilan Ekosistem di Ka bupaten

Merauke

11

Lampiran Gambar 1. Salah Satu Jenis Kanguru

Lampiran Gambar 2. Salah Satu Ekosistem Wasur Perwakilan Ekosistem di Ka bupaten

Merauke

Page 12: Makalah Keberadaan Dan Peruntukan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Fauna Dan Flora Endemik Serta Manusia Di Provinsi Papua Dan Papua Barat

12

Lampiran Gambar 3. Foto Kerusakan Hutan berupa Pembabatan Hutan secara Besar -

Besaran yang Terjadi di Kalimantan, Indonesia

Lampiran Gambar 4. Peta Penunjukan Kawasan Hutan Propinsi Irian Jaya Tahun 2002

12

Lampiran Gambar 3. Foto Kerusakan Hutan berupa Pembabatan Hutan secara Besar -

Besaran yang Terjadi di Kalimantan, Indonesia

Lampiran Gambar 4. Peta Penunjukan Kawasan Hutan Propinsi Irian Jaya Tahun 2002

12

Lampiran Gambar 3. Foto Kerusakan Hutan berupa Pembabatan Hutan secara Besar -

Besaran yang Terjadi di Kalimantan, Indonesia

Lampiran Gambar 4. Peta Penunjukan Kawasan Hutan Propinsi Irian Jaya Tahun 2002

Page 13: Makalah Keberadaan Dan Peruntukan Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Fauna Dan Flora Endemik Serta Manusia Di Provinsi Papua Dan Papua Barat

13

Lampiran Tabel 1. Penataan Ruang Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsi

Sumber : Paparan Badan Planologi tanggal 10 November 2010, di manokwari

Fungsi Hutan Luas (ha) Kawasan Indonesia

Hutan Konservasi 19.698.831 14,88% 10,49%

Hutan Lindung 29.854.755 22,55% 15,90%

Hutan Produksi 82.844.143 62,57% 44,12%

Hutan Tetap 132.397.729 100,00% 70,51%

APL 55.386.922 29,49%

Total 187.784.651 100,00%