makalah kmb 1 monitoring pre dan post
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Conor (1974) menjelaskan bahwa keberhasilan dalam
mencapai tujuan, separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan
dan setengahnya lagi fungsi oleh pengawasan atau monitoring.Kegiatan
monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan
yang dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun.
Monitoring pasien bedah meliputi mengevaluasi faktor-faktor fisik
dan psikologis secara luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam
memonitoring pasien secara menyeluruh dan berbagai masalah pasien atau
diagnosa keperawatan dapat diantisipasi dan diidentifikasi sebelumnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari dibuatnya makalah ini, agar mahasiswa dapat
memahami monitoring pada pasien pre dan post operasi pada
pasien dengan gangguan system kardiovaskuler, pencernaan,
pernapasan dan penginderaan dan mahasiswa dapat mengetahui
pengertian monitoring pre dan post operasi tersebut.
1.2.2 Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui:
Pengertian Monitoring
Pengertian Pre Operasi
Monitoring Pre Operasi
Pengertian Post Operasi
Monitoring Post Operasi
1
1.3 Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Monitoring
2.2 Pengertian Pre Operasi
2.3 Monitoring Pre Operasi
2.3.1 Pengkajian psikososial
2.3.2 Pengkajian fisik umum
2.3.3 Monitoring pada pasien Pre Operasi
2.4 Pengertian Post Operasi
2.5 Monitoring post operasi
2.5.1 Sistem Kardiovaskuler
2.5.2 Sistem Pencernaan
2.5.3 Sistem Pernafasan
2.5.4 Sistem Penginderaan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Monitoring
Menurut Conor (1974) menjelaskan bahwa keberhasilan dalam mencapai
tujuan, separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan dan setengahnya
lagi fungsi oleh pengawasan atau monitoring. Kegiatan monitoring dimaksudkan
untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan
rencana yang telah disusun.
Monitoring digunakan pula untuk memperbaiki kegiatan yang
menyimpang dari rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan sumber-
sumber, serta untuk mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien
mungkin
2.2 Pengertian Pre Operasi
Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai
prabedah (preoperatif), bedah (intraoperatif), pascaoperatif (postoperatif).
Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan dimulai
sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja
bedah. Intra bedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer ke
meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedah
merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien
memasuki ruang dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
2.3 Monitoring Pre Operasi
Monitoring pasien bedah meliputi mengevaluasi faktor-faktor fisik dan
psikologis secara luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam memonitoring
pasien secara menyeluruh dan berbagai masalah pasien atau diagnosa keperawatan
dapat diantisipasi dan diidentifikasi sebelumnya.
3
2.3.1 Pengkajian psikososial
Dengan mengumpulkan riwayat kesehatan secara cermat, perawat
menemukan kekhawatiran pasien yang dapat menjadi beban langsung selama
pengalaman pembedahan. Tidak diragukan lagi pasien yang mengalami
pembedahan ini dilingkupi oleh kecemasan, termasuk ketakutan akan
ketidaktahuan dan lain sebagainya. Akibatnya, perawat harus memberikan
dorongan untuk pengungkapan, dan harus mendengarkan, memahami, dan
memberikan informasi yang membantu menyingkirkan kekhawatiran tersebut.
Untuk pasien pre operatif berbagai kecemasan yang cukup besar cemas
dan takut terhadap anastesia, takut terhadap rasa nyeri dan kematian atau ancaman
lain yang dapat menimbulkan ketidak tenangan dan ansietas berat. Perawat dapat
melakukan banyak hal untuk menghilangkan kekhawatiran itu supaya dapat
memberikan perasaan tenang pada pasien apabila memungkinkan.
2.3.2 Pengkajian fisik umum
Sebelum pengobatan dimulai, riwayat kesehatan dikumpulkan dan
pemeriksaan fisik dilakukan, selama pemeriksaan fisik tersebut, tanda-tanda vital
dicatat dan data dasar ditegakan untuk pembandingan dimasa yang datang,
pemeriksaan diagnostik dilakukan seperti Analisis Gas Darah (AGD),
pemeriksaan rontgen, endoskopi. Biopsi jaringan, dan pemeriksaan feses dan urin,
perawat berada dalam posisi untuk membantu pasien memahami perlunya
pemeriksaan diagnostic adalah suatu kesempatan selama pemeriksaan fisik untuk
memperhatikan temuan fisik yang signifikan, seperti decubitus, edema, atau bunyi
nafas yang abnormal, yang lebih jauh menggambarkan kondisi keseluruhan
pasien.
2.3.3 Monitoring pada pasien Pre Operasi
Sebelum dilakukan operasi, pasien terlebih dahulu di monitoring keadaan
psikologis dan keadaan fisiknya.
1). Monitoring Psikologi
a. Perasaan takut / cemas
b. Keadaan emosi pasien
4
2). Monitoring Fisik
a. Tanda vital : TN, N, R, Suhu.
b. Sistem integumentum
Pucat
Sianosis
Adakah penyakit kulit di area badan.
c. Sistem Kardiovaskuler
Apakah ada gangguan pada sistem kardio ?
Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?
Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.
Kebiasaan merokok, minum alcohol
Oedema
Irama dan frekuensi jantung.
Pucat
d. Sistem pernafasan
Apakah pasien bernafas teratur ?
Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.
e. Sistem pencernaan
Apakah pasien diare ?
f. Sistem saraf
Kesadaran ?
g. Validasi persiapan fisik pasien
Apakah pasien puasa ?
Lavement ?
Kapter ?
Perhiasan ?
Make up ?
Scheren / cukur bulu pubis ?
Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?
Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
5
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang
diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang
diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :
Monitoring mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar atau
terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang
dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak
cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
Monitoring fisik
Tanda-tanda vital
Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka
perawat harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli
bedah.
Transfusi
Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis
segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi.
Infus
Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis
harus segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran
infuse.
Pengeluaran urin
Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.
2.4 Pengertian Post Operasi
Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien keruang
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau
dirumah. Setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi kompleks akibat
fisiologis yang mungkin terjadi. Untuk mengkaji kondisi pasca atau post operasi
ini, perawat mengandalkan informasi yang berasal dari hasil pen kajian
keperawatan preoperative. Pengetahuan yang dimiliki klien tentang prosedur
6
pembedahan dann hal-hal yang terjadi selama pembedahan berlangsung.
Informasi ini membantu perawat mendeteksi adanya perubahan.
Tindakan pasca operasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu periode pemulihan
egera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase pasca operasi. Untuk klien yang
menjalani bedah sehari, pemulihan normalnya terjadi dalam 1 smapai 2 jam dan
penyembuhan dilakukan di rumah. Untuk klien yang dirawat di rumah sakit
pemulihan terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan berlangsung selama 1
hari atau lebih tergantung pada luasnya pembedahan dan respon klien.
2.5 Monitoring post operasi
Pembedahan pada dasarnya merupakan trauma yang akan menimbulkan
perubahan faal, sebagair espon terhadap trauma. Selain terjadi gangguan faal
organ vital otak, alat nafas, system kardiovaskular, hati, ginjal, system
pencernaan, dan peninderaan.
Berikut ini hal-hal yang harus dipantau secara faktuil, singkat, jelas, dan
lengkap, dan dituliskan setiap harinya dalam periode yang berlangsung tepat
sesudah pembedahan:
1) Uraian secara umum: kesiapan mental, kesadaran, toleransi terhadap rasa
sakit dll
2) Tanda-tanda vital
3) Respirasi kepatenan jalan nafas, kedalaman, frekuensi, sifat dan bunyi
nafas
4) Neurologi: tingakat respon klien
5) Drainase: kondisi balutan ( adanya drainase atau tidak )
6) Keyamanan: type dan lokasi nyeri, mual dan muntah,perubahan posisi
yang diperlukan
7) Psikologi: kebutuhan akan istirahat dan tidur, sifat dan pertanyaan pasien
8) Keselamatan: kebutuhan akan pagar tempat tidur, drainase selang tidak
tersumbat.
9) Diit ( misalnaya toleransi terhadap cairan dan makanan )
10) Tes diagnostik
7
11) Fungsi pencernaan: flatus dan defekasi perrectum, distensi perut
Berikut-berikut adalah pengkajian-pengkajian yang harus dimonitoring
dan di kaji secara actual meliputi pengkajian:
a) Sistem Kardiovaskuler
Klien mengalami komplikasi kardiovaskular akibat kehilangan darah
secara actual dan potensial dari tempat pembedahan. Efek samping
anastesi, ketidakseimbangan elektrolit dan depresi mekanisme resulasi
sirkulasi normal.adapun hal-hal yang harus di monitoring oleh perawat
adalah:
Tekanan darah, denyut nadi dan suhu
Harus dicatat setiap 15 menit pada beberapa kasus lebih sering
sehingga penderita stabil.sesudah itu, tanda-tanda harus dicatat
setiap jam selama beberapa jam.
Tekanan Vena Sentral ( CVP )
Harus dipertahankan, jangan lupa untuk menentukan batas rendah
dan tertinggi yang masih dapat diterima bagi setiap penderita.
Tekanan arteri
Harus dipertahankan, jalur itu harus dikuras dengan garam
fisiologissetiap 30 menit. Tekana arteri biasanya dimonitor terus
menerus pada suatu ossiloskop.
Monitoring EKG
Yang terus menerus disarankan bagi penderita.
Perawat juga mengkaji perfusi sirkulasi dengan melihat
warna dasar kuku dan kulit. Apabila klien baru mengalambedah
faskular atau terpasang gips atau peralatan penekanan bagian tubuh
yang dapat mengganggu sirkulasi, perawat harus mengkaji denyut
nadi perifer okstal dari tempat pembedahan . misalnya setelah
pembedahan arteri femoralis, perawat mengkaji denyut nadi pada
ekstremitas tempat pembedahan dengan ekstremitas lainnya.
Masalah yang sering terjadi adalah pendarahan. Kehilangan
darah terjadi secara eksternal melalui drain atau insisi atau secara
8
internal luka bedah. Pendarahan dapat menyebabkan turunnya
tekanan darah: meningkatnya kecepatan denyut jantung dan
pernafasan (denyut nadi lemah, kulit dingin, lembab, pucat, serta
gelisah). Apabila pendarahan terjadi secara eksternal, perawat
memperghatikan adanya peningkatan drainase yang menganndung
darah pada balutan atau melalui drain.
b) Sistem Pencernaan
Setelah pembedahan, perawat harus memantau apakah pasien telah
flaktus atau belum. Intervensi untuk mencegah komplikasi
gastrointestinal akan mempercepat kembalinya eleminasi normal dan
asupan nutrisi. Klien yang menjalani bedah pada struktur
gastrointestinal ( misalnya reseksio kolon ) membutuhkan waktu
beberapa hari agar diitnya kembali normal. Peristaltic normal
mungkin tidak akan berhasil dalam waktu 2-3 hari. Sebaliknya klien
yang saluran gastrointestinalnya tidak dipengaruhi langsung oleh
pembedahan boleh mengkonsumsi makana setelah pulih dari
pengaruh anastesi., tindakan tersebut dapat mempercepat kembalinya
eliminasi normal:
1) Perawat secara rutin mengkaji peristaltic setiap 4-8 jam. Perawat
Secara rutin mengauskultasi abdomen untuk mendeteksi
kembalinya bising usus normal. Adanya suara seperti berkumur
yang nyaring selama 5-30 kali per menit pada setiap kuadran
abdomen menunjukan bahwa peristaltic telah kembali normal.
Bunyi bernada tinggi yang disertai dengan distensi abdomen
menunjukan usus belum rfungsi dengan baik. Perawat
menanyakan kepada klien apakah telah mengeluarkan gas( flatus ).
Hal ini merupakan tanda penting yang menunjukan bahwa fungsi
usus telah kembali normal.
2) Perawat memperhatikan asupan nutrisi dan meningkatkannya
secara bertahap. Beberapa jam setelah penbedahan, klien hanya
9
menerima cairan melalui IV, apabila dokter memprogramkan diit
normal pada malam pertama setelah pembedahan, pertama-tama
perawat memberikan cairan seperti air, jus, atau the setelah mual
klien hilang. Diit harus dilakukan sesuai program.
3) Klien menjalani bedah abdomen biasanya berpuasa selama 24-48
jam pertama setelah pembedahan. Apabila peristaltic telah
kembali, perawat memberika cairan yang encer, dilanjutkan
dengan cairan yang kental, diit ringan makana padat dan akhirnya
diberikan diit regular.
4) Perawat meningkatkan ambulasi dan latihan. Aktivitas fisik
merangsang terjadinya peristaltic. Klien yang mengalami distensi
abdomen dan nyeri “karena gas” akan merasa lebih nyaman ketika
berjalan.
5) Perawat juga harus mempertahankan asupan makanan yang
adekuat. Cairan menjaga feses tetap lembut sehingga mudah
dikeluarkan. Jus buah dan air hangat biasanya sangat efektif untuk
mempermudah pengeluaran feses.
6) Perawat memberikan enema, suppositoria rectal, dan selang rectal
sesuai instruksi. Apabila terjadi konstipasi atau distensi, dokter
mencoba merangsang peristaltic melalui katarik atau enema.
Selang rectal atau enema aliran-balik meningkatkan keluanya
flatus.
c) Sistem Pernafasan
Obat anastesi tertentu dapat menyebabkan depresi pernafasan
sehingga perawat perlu waspada terhadap pernafasan yang dangkaldan
lambat serta batuk yang lemah. Perawat mengkaji frekuensi, irama,
kedalaman ventilasi pernafasan, kesimetrisan geraka dinding dada,
bunyi nafas dan membrane mukosa. Apabila pernafasan dangkal
letakan tangan perawat diatas muka / mulut klien sehingga perawat
dapat merasakan udara yang keluar.
10
Salah satu kekhawatiran perawat terbesar adalah obstruksi jalan nafas
akibat aspirasi munta, akumulasi sekresi mukosa difaring atau
bengkaknya spasme laring (odom, 1993). Tindakan berikut ini untuk
mempertahankan kepatenan jalan nafas:
1) Perawat mengatur posisi klien pada salah satu sisi dengan wajah
menghadap kebawah dengan leher agak ekstensi. Handuk kecil
yang terlipat digunakan untuk menyangga kepala. Ekstensi leher
mencegah oklusi jalan nafas pada faring, saat wajah menghadap
kebawah, lidah akan bergerak kedepandan sekresi mucus mengalir
keluardari mulut sehingga tidak terkumpul pada faring. Apabila
pembedahan tidak memperbolehkan klien mirng kesalah satu sisi
maka kepala tempat tidur agak ditinggikan dan leher agak di
ekstensikan dengan kepala miring kesalah satu sisi klien tidak
boleh pada posisi tangan diatas atau menyilang dada, karena posisi
ini akan menurunkan ekspansi dada yang maksimal. Pada
beberapa klien, perawat boleh menurunkan manuver jaw thrust
atau mengangkat dagu secara terus menerus untuk
mempertahankan jalan nafas.
2) Perawat meminta klien untuk mulai melakukan latihan batuk dan
nafas dalam segera setelah klien berespon. Hal ini akan
mengurangi resiko atelektasis. Kolaps atau kurangnya udara pada
bagian paru akibat penumpukan mukosa / cairan.
3) Perawat melakukan pengisapan jika terdapat sekresi mucus pada
alat bantuan jalan nafas dan rongga mulut. Perawatan dilakukan
untuk mencegah timbulnya reflex muntah secara terus
menerusyang dapat menyebabkan muntah. Sebelum klien melepas
alat bantuan jalan nafas, bagian belakang alat bantuan jalan nafas
harus diisap terlebih dahulu sehigga penumpukan dan sekresi
mucus tidak tertinggal.
11
d) Sistem Penginderaan
Setelah dilakukan pembedahan, pasien memiliki tingkat kesadaran
yang berbeda. Oleh karena itu, seorang perawat harus mengkaji
tingkat respon klien dengan berbagai cara. Misalnya dengan mengkaji
fungsi pendengaran atau penglihatan. Apakah klien dapat
berespondengan baik ketika diberi stimulus atau tidak sama sekali.
Ataupun juga perawat dapat mengkaji tingkat kesadaran dengan
menentukan Skala Koma Glasgow / Glasgow Coma Scale ( GCS ).
GCS iuni memberikan 3 bidang fungsi neurologic: memberikan
gambaran pada tingkat responsive klien dan dapat digunakan dalam
pencarian yang luas pada saat mengevaluasi motorik pasien, verbal,
dan respon membuka mata.
Masing-masing respon diberikan sebuah angka ( tinggi untuk normal
dan rendah untuk gangguan ) dan penjumlahan dari gambaran ini
memberikan indikasai beratnya keadaan koma dan sebuah prediksi
kemungkinan yang terjadi dari hasil yang ada. Elemen-elemen GCS
ini dibagi menjadi tingkatan-tingkatan yang berbeda seperti dibawah
ini:
Skala koma Glaskow / Glaskow Coma Scale ( GCS )
Membuka mata
Spontan : 4
Dengan perintah : 3
Dengan nyeri : 2
Tidak berespon : 1
Respon motorik terbaik
Dengan perintah : 6
Melokalisasi nyeri : 5
Menarik area yang nyeri : 4
Fleksi Abnormal : 3
Ekstensi Abnormal : 2
Tidak berespon : 1
12
Respon verbal
Beorientasi : 5
Bicara membingungkan : 4
Kata-kata tidak tepat : 3
Suara tidak dapat dimengerti : 2
Tidak ada respon : 1
Nilai terendah yang di dapat adalah 3 (respon paling sedikit). Nilai
tertinggi adalah 15 (paling berespon. Nilai 7 atau nilai dibawah 7
umumnya dikatakan sebagai koma dan membutuhkan intervensi
keperawatan bagi pasien koma tersebut.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan
ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun.
Monitoring digunakan untuk memperbaiki kegiatan yang menyimpang dari
rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan sumber-sumber, serta untuk
mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien mungkin.
Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai
prabedah (preoperatif), bedah (intraoperatif), pascaoperatif (postoperatif).
Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan dimulai
sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja
bedah.
Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien keruang
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau
dirumah. Setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi kompleks akibat
fisiologis yang mungkin terjadi
3.2. Saran
Adapun saran yang perlu disampaikan agar mahasiswa keperawatan dapat
memahami tentang monitoring pre dan post operasi dan dapat menerapkannya
dalam dunia keperawatan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bunner dan suddarth, ( 1997 ), Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8, volume 1, Jakarta, EGC
Keliat, B.A. (2002), Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, EGC, Jakarta.
Perri dan potter,( 2005 ),Fundamental Keperawatan: Konsep. Proses dan Praktik, Edisi ke-4, Volume 2, Jakarta, EGC
Stuart.G.W. & Sundeen.S.J.( 1998 ) ,Buku Saku Keperawatan Medical Bedah,Alih Bahasa: Achir Yani S. Hamid, ed ke-3, Jakarta, EGC
http://iisprasetyo.blogspot.com/2009/06/definisi-monitoring.
15