makalah kooperatif learning_kelompok 1_s2 ipa 2014
DESCRIPTION
pendidikanTRANSCRIPT
PEMBELAJARAN IPA TERPADU:
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Dr. Harry Firman, M.Pd pada mata kuliah Pembelajaran IPA Terpadu
OLEH:
KELOMPOK I
BINAR KASIH SEJATI (1402311)
DEDE SUSTRI (1402428)
NURHASANAH RAHMAN (1402512)
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING
Pembelajaran kooperatif siswa bekerjasama dalam kelompok kecil, mereka saling
membantu untuk mempelajari suatu materi (Slavin,2000). Hal yang serupa
diungkapkan oleh Thompson dan Smith, yaitu dalam pembelajaran kooperatif, siswa
bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi akademik
dan keterampilan antar pribadi. Anggota-anggota kelompok bertanggung jawab atas
ketuntasan tugas-tugas kelompok dan untuk mempelajari materi itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk
berinteraksi. Pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa dalam setting kelas, siswa
lebih banyak belajar dari satu teman ke teman yang lain diantara sesama siswa
daripada belajar dari guru. Manfaat pembelajaran kooperatif untuk siswa dengan hasil
belajar rendah menurut Lundgren (1994) antara lain: (a) dapat meningkatkan
motivasi, (b) meningkatkan hasil belajar, (c) meningkatan retensi atau penyimpanan
materi pelajaran yang lebih lama.
Menurut Suyanti (2010: 99-100) karakteristik pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan sebagai berikut
a. Pembelajaran secara tim,Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling
membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif, Sebagaimana pada umumnya, manajemen
mempunyai empat fungsi pokok yaitu Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan, dan
Kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Perencanaan menunjukkan
bahwa pembelajaran memerlukan perencanaan yang matang agar proses
pembelajaran berjalan secara efektif. Pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan melalui langkah-langkah
pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah
disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Oleh sebab itu, perlu diatur
tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan
bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik
melalui tes maupun non tes
c. Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok.
Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran
kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung
jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu,
misalnya siswa yang pintar membantu siswa yang kurang pintar.
d. Keterampilan bekerja sama
Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan
kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa
perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan
anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi
dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan
pendapat dan memberi kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
Menurut Arends (2007: 5), bahwa pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.
2. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi.
3. Jika memungkinkan, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender
4. Sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.
PENGELOMPOKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING
Dalam pembelajaran kooperatif dikenal adanya beberapa tipe antara lain dilihat dari:
a. Berpasangan (2 orang) dan dikerjakan bersama dibagi menjadi beberapa tipe
1. Three step interview
2. Reciprocal teaching
3. CIRS ( cooperative integrated reading composition)
4. TPS (think pairs share)
5. TPC (think pairs-check)
6. TPW (Think Pairs Write)
7. TEA PARTY
8. Metode Struktural
9. Bambo dancing
10. The power of two
b. Lebih dari 2 dan kinerja setiap individu dipengaruhi hasil kelompok dibagi
menjadi beberapa tipe:
1. TAI
2. STAD
3. JIGSAW
4. RESERVED JIGSAW
5. NHT.
6. RAOUND TABLE
7. TGT
c. Lebih dari 2 orang,dan dikerjakan bersama dibagi menjadi beberapa tipe :
1. 3 MINS REVIEW
2. GI
3. THE WILIAMS
4. LEARNING TOGETHER
5. STL(student team learning)
6. TWO STAY TWO STRAY
7. POINT COUNTERPAINT
8. LISTENING LEARN
9. WRITE AROUND
10. SNOWBALL TRHOWING
KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
A. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
1. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan
pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan,
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk
menghargai orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta
menerima segala perbedaan.
4. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan
orang lain, mengembangkan keterampilan, dan sikap positif terhadap sekolah.
6. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan
balik. Siswa dapat memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan,
karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
7. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan
siswa mengelola informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan berfikir. Hal ini bergunauntuk pendidikan jangka
panjang.
B. Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif.
1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
4. Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa
yang lain menjadi pasif.
5. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Hal ini terjadi jika anggota
kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang
terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja
sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I. 2007. Learning to Teach. Terjemahan oleh Soetjipto, Helly
Prajitno & Soetjipto, Sri Mulyantini. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lundgren, Linda. 1994. Cooperative learning in the science classroom. Glencoe:
MacMillan/McGraw-Hill.
Slavin, Robert E. 2000. Educational psychology: Theory and practice. Sixt Edition.
Boston: Allyn and Bacon.
Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu
CONTOH KASUS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN IPA
Model pembelajaran kooperatif dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pembentukan kelompok dan aktivitas penugasannya yakni;
A. BERPASANGAN (DUA SISWA), TUGAS DIKERJAKAN BERSAMA
No.Tipe Model
Pembelajaran KooperatifFoto Kegiatan
Aplikasi pada Pembelajaran
IPAHasil Penelitian / Temuan
1.
Cooperative Integrated
Reading Composition
(CIRC)Sumber: http://membumikan-
pendidikan.blogspot.com/
Dapat dilaksanakan kapan saja,
diaplikasikan pada materi yang
terdapat wacana (Bab Tekanan
dan Sistem Pernapasan, dsb).
Terdapat perbedaan kemampuan
pemecahan masalah dan
keterampilan berpikir kreatif yang
signifikan antara siswa yang belajar
dengan model pembelajaran CIRC
dan siswa yang belajar dengan
model pembelajaran konvensional
(F= 114,927; p<0,05) pada materi
Optik dan Cahaya (Sukiastini, et al.,
2013)
2. Three- Step Interview
Sumber: Dokumen Pribadi
Memerlukan waktu yang
cukup lama, sebaiknya
diaplikasikan pada materi yang
berbasis memecahkan
masalah/ mencari solusi
(Global warming, dsb)
Beberapa penelitian menyatakan
dapat meningkatkan hasil belajar
siswa
Pada kenyataannya terkadang
pengambilan kesimpulan tidak
dapat dilaksanakan dengan baik
Jika diterapkan pada materi yang
sukar, tidak semua siswa mampu
menjawab pertanyaan temannya.
Perlu kendali penuh dari guru.
3. Reciprocal Teaching
Sumber:
http://www.gotranslate.xyz//Pemb
elajaran
Diskusi dari sebuah teks
kemudian tanya jawab, yang
paling baik untuk diterapkan
pada bab yang menimbulkan
banyak pertanyaan (contoh
materi Zat Adiktif, dsb)
Tidak semua siswa mengerti teks
yang diberikan oleh guru maka
tidak semua siswa mampu
membuat pertanyaan.
Kurang baik dilaksanakan pada
kelas dengan siswa yang kurang
kritis.
4.Think – Pairs – Share
(TPS)
Sumber:
http://www.indotesis.com/?
p=460#sthash.Jtfa0upD.dpbs
Diaplikasikan pada materi
yang dapat memacu berpikir
kritis, kemudian disimpulkan
guru (contoh materi mengenai
lingkungan)
TPS dapat meningkatkan
penguatan konsep pada materi
ekosistem dengan nilai gain
ternormalisasi sedang (Hendry,
2012)
Pembelajaran bisa sangat kondusif
karena diawali dengan pemikiran
dari setiap individu berbeda, maka
setiap siswa menjadi bertambah
ilmunya.
5.Think – Pairs – Check
(TPC)
Sumber:
https://susilofy.wordpress.com/
Siswa saling mengecek
perkataan pasangan
kelompoknya maka dapat
diaplikasikan pada materi IPA
yang mengunakan perhitungan
TPC dapat juga meningkatkan hasil
belajar siswa, akan tetapi jika
pasangan teman yang mengecek juga
tidak mengetahui jawabannya maka
dapat memicu miskonsepsi.
6.Think – Pairs – Write
(TPW)
Sumber:
h
ttp://sdnkauman.blogspot.co.id/201
1_04_01_archive.html
Dapat diaplikasikan pada
materi IPA yang lebih efektif
dengan menulis (Contoh
pembelajaran IPA yang
memiliki konten biologi lebih
banyak)
TPW memerlukan waktu yang
lebih lama dari TPC, siswa juga
terkadang memiliki tingkat
kejenuhan yang lebih dalam
menerapkan TPW ini.
Terdapa temuan, siswa cenderung
mengandalkan teman yang lainnya
saat menulis.
7. Tea Party Berputar kemudian tanya
jawab dengan berbeda siswa,
dapat diterapkan pada seluruh
materi pembelajaran IPA
namun harus tetap
dikondisikan agar kondusif
Metode tea party ini cukup jarang
dilaksanakan, selain harus
memiliki ruangan yang cukup luas,
pengondisiannya pun terkadang
menemui kesulitan.
Dalam kelas besar tidak semua
Sumber:
http://priyadiuntung27.blogspot.co.
id/
siswa dapat langsung memahami
apa yang diinginkan guru.
8. Metode Struktural
Sumber:
http://fitrianygustariny.com/
Melaksanakan kegiatan-
kegiatan seperti make a match,
bisa diterapkan di setiap
pembelajaran setelah materi
diberikan.
Pelaksanaan kegiatan belajar dengan
metode structural dapat membuat
kelas menjadi lebih kondusif, karena
pekerjaan akan dapat dilaksanakan
dengan lebih cepat dan saling
membenarkan satu sama lain.
9.Bamboo Dancing/ Inside-
Out Circle
Sumber:
http://fitrianygustariny.com/senang
nya-belajar-ekonomi-dengan-
metode-bamboo-dancing/
Banyak diaplikasikan pada
pembelajaran IPA dengan
konten yang tidak terlalu berat,
seperti mengenai ciri makhluk
hidup, lingkungan, dan tata
surya.
Tipe ini jarang diterapkan pada
pembelajaran IPA, dikarenakan
cukup jarang yang mengetahui cara
mengajarkannya.
Siswa harus sangat focus dengan
instruksi guru agar pembelajaran
tetap kondusif
10. The Power of Two
Sumber:
http://fitrianygustariny.com/
Dua lebih baik dari sendiri,
bisa berupa presentasi ataupun
menjawab pertanyaan sehingga
dapat diaplikasikan pada
materi IPA apapun.
Dua memang lebih baik daripada
satu, banyak siswa dengan metode
ini menjadi lebih percaya diri
dalam menyelesaikan persoalan
yang diberikan.
Ketika metode ini diaplikasikan
dengan konsep kompetisi maka
kelas akan menjadi lebih hidup,
akan tetapi guru harus mengontrol
penuh pelaksanakan kegiatan agar
tujuan pembelajaran tercapai.
B. LEBIH DARI DUA SISWA, PENGELOMPOKKAN BERDASAR KEMAMPUAN INDIVIDU
No.Tipe Model Pembelajaran
KooperatifFoto Kegiatan
Aplikasi pada
Pembelajaran IPAHasil Penelitian/ Temuan
1.Team Assisted
Individualization (TAI)
Sumber:
https://karwapi.wordpress.com
Perlu ada tes penempatan di
awal pembentukan
kelompok, dapat
diaplikasikan di pembelajaran
IPA yang perlu tes materi
(Sel, Atom, Gaya, dsb)
Hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode
pembelajaran TAI lebih besar
daripada hasil belajar dengan
metode konvensional.
(Waryuman, dkk., 2010)
2. Student Teams
Achievement Division
(STAD)
Sumber: http://smpn3bobotsari-
ku.blogspot.co.id/2012/02
Setelah diskusi kelompok
lalu hasil akan
dipresentasikan di depan
kelas, sangat tepat
diaplikasikan pada materi
yang membutuhkan banyak
gambar/ ilustrasi (sistem-
sistem organ)
Hasil penelitian menunjukkan
hasil tes tindakan siklus I kriteria
ketuntasan minimum sebesar
62,86% setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Hasil tes tindakan siklus
II menunjukkan peningkatan
kriteria ketuntasan minimum
mencapai 88,57% sehingga
penelitian ini dihentikan pada
siklus II karena indikator kerja
penelitian ini telah tercapai yaitu
minimal 80 % siswa telah
memperoleh nilai ≥ 65. (Harni,
2012)
3. Jigsaw Sumber:
https://adiwarsito.wordpress.com
Sangat sesuai bila diterapkan
dalam materi yang dapat
terbagi-bagi (Sistem organ
pada manusia, atau materi
yang kental dengan konten
fisika, dsb)
Penerapan metode pembelajaran
jigsaw pada pembelajaran IPA,
dapat meningkatkan minat belajar
siswa (minat belajar siswa pada
prasiklus yang dengan persentase
57% menjadi 69% meningkat
menjadi 81%). Serta dapat
meningkatkan aktivitas siswa
(pada Pra Siklus 60% menjadi
77% dan meningkat menjadi
85%). Hasil belajar siswa juga
meningkat. (rata-rata IPA 64,5,
menjadi 74 dan akhirnya 79,5)
(Sutarjo, dkk., 2015)
4. Reversed Jigsaw
Sumber:
Sama seperti jigsaw hanya
urutannya yang berbeda,
cocok diterapkan pada materi
yang dapat dipresentasikan
seperti pencemaran
lingkungan dsb.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan pendekatan
Kontekstual Berbantuan Jigsaw
Puzzle Competition dapat
meningkatkan hasil belajar fisika
siswa kelas VII B SMP Negeri 2
Biromaru. (Raniati, dkk, 2012)
https://adiwarsito.wordpress.com
5.Numbered Head Together
(NHT)
Sumber:
http://s1pgsd.blogspot.co.id/2011/05
Sistem tanya jawab, maka
akan sangat cocok jika
diterapkan pada pembelajaran
yang banyak memunculkan
pertanyaan singkat dan dapat
diterapkan pada materi apa
saja.
Terdapat pengaruh positif
terhadap hasil dan minat belajar
siswa SMP pada materi sistem
pencernaan (Wahidah, 2013).
Siswa bersemangat untuk
saling mengingatkan dan
menjawab pertanyaan guru.
6. Round Table
Sumber:
https://mgmpips3gw.wordpress.com
Dapat diterapkan di akhir
semester sebelum evaluasi,
agar dapat meneruskan
kalimat (kaya akan
pengetahuan) IPA yang
diberikan.
Tidak terlalu signifikan dalam
meningkatkan hasil belajar, tapi
dirasa cukup efektif untuk
didiskusikan bersama, karena
semua orang dapat melengkapi
jawaban temannya satu sama lain.
7.Team Game Tournament
(TGT)
Sumber:
https://duniabelajarkimia.wordpress.
com
Cocok untuk diterapkan pada
pembelajaran yang
memerlukan banyak hapalan
(konten biologi)
TGT pada materi gelombang
dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar dengan
nilai Gain ternormalisasi
sedang (Nuraeni, 2013)
Harus sangat hati-hati dan
detail dalam menentukan aturan
main, tak jarang dapat memacu
keributan akibat ketidakadilan
ataupun ketidak sesuaian.
C. LEBIH DARI DUA SISWA, PENGELOMPOKKAN ACAK TUGAS DIKERJAKAN BERSAMA
No.Tipe Model
Pembelajaran KooperatifFoto Kegiatan
Aplikasi pada
Pembelajaran IPAHasil Penelitian/ Temuan
1. Three- minutes Review
Sumber: Dokumen Pribadi
Dapat dillaksanakan di akhir
materi pembelajaran dengan
kegiatan berkelompok.
Berdasarkan temuan langsung,
metode ini sangat efektif untuk
dilaksanakan di akhir
pembelajaran yakni untuk
menyamakan persepsi di setiap
kelompok.
Namun sayangnya tidak semua
kelompok turut berpartisipasi
dengan metode ini.
2. Group Investigation (GI)Sumber:
http://peluangmatematika12.blogspot.c
o.id
Baik diterapkan untuk materi
pembelajaran yang konten
materinya tidak begitu sulit,
atau yang pernah dipelajari
siswa di jenjang sebelumnya
agar lebih terarah.
(Lingkungan, gaya, dsb.)
Terdapat perbedaan hasil
belajar siswa yang signifikan
antara kelompok siswa yang
belajar menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif tipe
GI dengan siswa yang belajar
mengikuti model pembelajaran
konvensional (Ariadi, 2014).
Kebanyakan siswa tidak dapat
merangkai keseluruhan
pembelajaran sendiri, sangat
membutuhkan pengarahan
guru.
3. The Williams
Sumber: Dokumen Pribadi
Menjawab pertanyaan besar,
cocok diterapkan kepada
pembelajaran dengan materi
yang menyeluruh (tidak
dibagi menjadi subbab-
subbab) atau yang benar-
benar terintegrasi.
Penerapan tipe ini cukup
mengalami kesulitan karena di
samping guru harus sangat
kreatif dalam memberikan
pertanyaan yang sesuai.
Siswapun sebaiknya telah
mempelajari beberapa bab agar
keinginan guru dapat tercapai.
4. Learning Together
Sumber: Dokumen Pribadi
Pembelajaran bersama yang
dapat diterapkan pada materi
apa saja dan kegiatan apa
saja (laboratorium, outdoor,
dll.)
Metode ini merupakan metode
yang paling sering digunakan,
selain efisien waktu tetapi juga
efisien dalam hasil pengerjaan.
Sering kali dalam metode
seperti ini tidak semua siswa
memiliki peran, perlu adanya
pengontrolan yang jelas dari
guru yang bersangkutan.
5.Student Team Learning
(STL)
Sumber: Dokumen Pribadi
Kumulasi skor, dapat
diterapkan pada materi apa
terutama materi yang dapat
dikerjakan bersama.
Setiap siswa harus diketahui
terlebih dahulu, kemampuannya,
sering terjadi apabila suatu
kelompok tersebut selalu dalam
posisi yang kalah terkadang
menjadi kurang termotivasi.
6. Two Stay Two Stray Metode ini cukup
menyenangkan dilakukan
siswa, membutuhkan
kerjasama dan kemampuan
berkomunikasi. Materi yang
cocok untuk diterapkan
adalah materi yang erat
dengan kaitan hidup sehari-
Hasil penelitian
menunjukkan terdapat
peningkatan terhadap
aktivitas dan hasil belajar
setelah diterapkan (TSTS)
(Bambang, dkk., 2014)
Siswa sangat bersemangat
Sumber:
http://portadora1.rssing.com/chan-
6156810/all_p4.html
hari yang tidak banyak
rumus.
dalam pembagian tugas.
7. Point Counterpoint
Sumber: Dokumen Pribadi
Seperti debat, dimana siswa
harus menguasai teori
terlebih dahulu. Paling baik
diterapkan pada materi yang
sangat aplikatif (Peduli
lingkungan, sistem organ,
zat-zat kimia di kehidupan,
pesawat sederhana, dsb.)
Pembelajaran tipe ini terkadang
sering gaduh dan menjadi keluar
konteks, sehingga guru benar-
benar harus mengarahkan
jawaban siswa
8. Listening Team
Sumber:
http://www.rumahbelajar.web.id
Perlu untuk siswa
mendengarkan instruksi guru
dengan baik, materi ini
kurang cocok bila diajarkan
pada materi yang
menggunakan rumus.
Siswa harus kondusif terlebih
dahulu, karena jika tidak sering
kali di tengah jalan banyak siswa
yang terus bertanya tentang tugas
yang mereka dapat.
9. Write Around
Sumber:
http://sukasains.com/tulisanku/asyikny
a-belajar-tata-surya-dengan-
pembelajaran-kooperatif/
Melanjutkan kalimat dalam
satu wacana, cocok
diterapkan pada materi
dengan banyak wacana
seperti proses tumbuhan dan
tata surya.
Kasus yang ditemukan
kebanyakan setelah siswa
menyelesaikan tugasnya dalam
kelompoknya maka tidak ada
lagi tanggung jawab siswa
tersebut di kelompoknya.
10. Snowball Throwing
Sumber:
http://fitrianygustariny.com/penerapan
-metode-snowball-throwing-
modifikasi/
Dapat diterapkan pada
pembelajaran yang
kontennya tidak terlalu
banyak tetapi jam pelajaran
yang cukup, tetapi
memungkinkan juga untuk
diaplikasikan pada materi
apapun.
Model pembelajaran Snowball
Throwing dapat digunakan
sebagai alternatif dalam
pembelajaran yang
mengupayakan peningkatan
keaktifan belajar. (Husna, 2014)