makalah kualitatif smt 6 april 2013
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
DALAM KEPERAWATAN/KESEHATAN
OLEH
DR. BLACIUS DEDI, SKM.,M.KEP
LEMBAGA PENGEMBANGAN,PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LP3M)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
TAHUN 2013
Disampaikan pada acara perkuliahan EBPN 3 S1 Kep, smt 6, Bandung, 18 April 2013.
A. Latar belakang
Peneitian terdiri dari dua desain, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain
penelitian ini bisa di implementasikan pada berbagai profesi bidang kesehatan. Profesi
kesehatan di bangun dari body of knowledge. Batang tubuh ilmu kesehatan atau
keperawatan merupakan perpaduan dari ilmu eksakta, sosial, pyikologis, kemanusiaan
dan klinis. Pengembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dan keperawatan
dibutuhkan riset dengan berbagai metoda. Metoda penelitian kuantitatif dan kualitatif
perlu dikembangankan untuk saling mendukung dan melengkapi. Metodologi penelitian
kualitatif dalam bidang kesehatan dan keperawatan masih jarang dikembangkan. Masih
banyak mahasiswa dan profesi kesehatan termasuk keperawatan yang merasa asing dan
belum begitu berminat dengan penelitian kualitatif. Tidak jarang para akademisi ilmu
kesehatan atau keperawatan mempunyai pandangan negatif dan berkomentar tidak
proporsional mengenai penelitian kualitatif. Hal ini terjadi karena belum mempunyai
pemahaman yang benar dan belum banyak melakukan penelitian kualitatif. Ilmu
kesehatan atau keperawatan meliputi hal-hal yang bersifat psykologis, humanis dan sosial
yang sulit terjangkau oleh metode kuanlitatif, sehingga perlu dilengkapi dengan
metodologi riset kualitatif (Steubert & Carpenter, 2003; Pollit & Hungler, 2004;
Cresweel & Clark, 2011).
Dalam rangka berbagi pengalaman dan diskusi dengan para mahasiswa di FIKES UKSW
STIKES Salatiga. Penulis mencoba menyusun materi yang bisa mendorong dan menjadi
bahan pemicu minat riset kualitatif. Hal ini akan sejalan dengan pengembangan
keilmuan, melalui kegiatan Tridharma Perguruan tinggi guna peningkatan kualitas riset
para dosen dan para mahasiswa kesehatan.
B. Pengertian penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif vs kuantitatif
Penelitian kualitatif menjawab pertanyaan: 1) mengapa, 2) bagaimana, 3) dengan cara
apa, 4) In what way. Sedangkan penelitian kuantitatif memusatkan perhatian pada
pertanyaan: 1) seberapa banyak , 2) seberapa sering, 3) sebatas mana.
Penelitian kualitatif adalah Pendekatan penelitian yang akan menggali permasalahan-
permasalahan yang bersifat sosial, kemanusiaan, kultural atau budaya dan psikologis
yang tidak terjangkau oleh pendekatan kuantitatif. Penelitian kualitatif tidak mengenal
konsep generalisasi dan hipothesis penelitian. Penelitian kualittaif lebih mementingkan
kedalaman substansi penelitian melalui pengumpulan data, dengan metode; in-depth,
interview, focus group discussion dan observasi partisipatif (Streubeth & Carpenter.
2003 ; Polit & Hungler, 2000; Maleong, 2004). Penelitian kualitatif /qualitative adalah
pendekatan riset dari lapangan atau area penelitian secara alamiah, peneliti tidak
berangkat dari kerangka teori, tapi apa adanya dari area penelitian untuk menemukan
teori baru, atau memperbaiki, mengembangkan dan memperkaya materi yang sudah ada
sebelumnya (Streubeth & Carpenter, 2003).
C. Pendekatan penelitian kualitatif
Desain penelitian kualitatif terdiri dari beberapa pendekatan yaitu : 1) phenomenology, 2)
grounded theory, 3) biography, 4) ethnography, 5) action research, 6) metha-synthesis
(Moleong, 2000; Steubert & Carpenter, 2003; Pollit & Hungler, 2004; Cresweel & Clark,
2011).
.
1. Phenomenologi
Adalah pendekatan penelitian untuk menggali pengalaman hidup partisipan dalam
menghadapi kejadian yang phenomenal dalam kehidupannya. Tradisi riset kualitatif
yang berakar pada philosophy dan psychologis yang berfokus pada pengalaman hidup
manuai secara sosiologis. Pengalaman hidup atau way of life ini yang phenomenal,
yang membuat traumatic atau exsiting dari fenomena bisa berbentuk even, situasi,
dan pengalaman atau konsep Kita dikelilingi banyak fenomena, kita sadar akan tetapi
tidak sepenuhnya memahami. Kurangnya pemahaman akan fenomena karena
kebanyakan tidak digambarkan dan dijelaskan secara detail. Penelitian diawali
dengan adanya gap dalam pemahaman kita. Klarifikasi atau iluminasi sangat
dibutuhkan. Fenomenologi riset tidak perlu memberikan penjelasan yang pasti
tentang terjadi nya fenomena akan tetapi justru dapat meningkatkan kesadaran dan
pemahaman secara insight seluruh pembaca tentang fenomena tersebut.
2. Grounded theory
Adalah pendekatan penelitian kualitatif untuk membuat teori yang baru, meperbaiki
fenomena, mengevaluasi atau merumuskan kembali teori yang sudah ada.
3. Biography
Pendekatan penelitian untuk mengali sejarah kehidupan seseorang yang terkenal
4. Ethnography
Suatu pendekatan penlitian kualitatif untuk memotret budaya/culture etnik tertentu,
budaya kerja organisasi, atau profesi tertentu. Merupakan penelitian yang
berlatarbelakang anthropology budaya, yang berarti menggambarkan masyarakat
dengan budaya tertentu. Merupakan deskripsi budaya dan masyarakat. Yang termasuk
parameter budaya adalah : 1) geografi: bagian tertentu dari sebuah negara/ tempat, 2)
agama, 3) suku bangsa , 4) shared experience (sharing pengalaman hidup).
5. Action research
Action research adalah serangkaian aktivitas intervensi yang dilakukan oleh peneliti dalam
rangka penelitian untuk mengevaluasi efektivitas suatu intervensi yang sudah dilakukan.
6. Meta-synthesis/analisys
Adalah melakukan analisis tematik dari beberapa laporan riset kualitatif untuk dilakukan
penelitian lanjutan, dengan ketentuan bahwa substansi dan metode pendekatan penelitian
kualitatif yang sama.
D. Beberapa istilah penelitian kuaitatif
Sebaiknya peneliti kualitatif dapat memahami beberapa istilah yang sering digunakan
dalam penelitian kualitatif. Hal ini akan berpengaruh terhadap ketajaman penulisan
laporan dan argumentasi yang disampaikan, sehingga jelas dan lugas justifikasinya.
Istilah-istilah tersebut adalah :
1. Emic
adalah suatu pendapat atau pandangan dari sudut Pandang partisipan
2. Etik
Suatu pendapat atau pandangan dari sudut pandang peneliti, berdasarkan referensi
dan justifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah maupun logika
3. Hermeunetic
Hermeneutic theory is a member of the social subjectivist paradigm where meaning is inter-subjectively created, in contrast to the empirical universe of assumed scientific realism (Berthon et al. 2002). Other approaches within this paradigm are social phenomenology and ethnography. As part of the interpretative research family, hermeneutics focuses on the significance that an aspect of reality takes on for the people under study. Hermeneutics focuses on defining shared linguistic meaning for a representation or symbol. In order to reach shared understanding as proposed in hermeneutic theory, subjects must have access to shared linguistic and interpretative resources (Marshall et al. 2001). However, hermeneutic theory also posits that linguistic meaning is likely open to infinite interpretation and reinterpretation due to the interpretative ambiguity coming from presuppositions, to the conditions of usage different from authorial intention, and to the evolution of words (Marshall et al. 2001). Due to its interpretive nature, hermeneutics cannot be approached using a pre-determined set of criteria that is applied in a mechanical fashion (Klein et al. 1999). However, a meta-principal, known as the hermeneutic circle, guides the hermeneutic approach where the process of understanding moves from parts of a whole to a global understanding of the whole and back to individual parts in an iterative manner (Klein et al. 1999). This meta-principal allows the development of a complex whole of shared meanings between subjects, or between researchers and their subjects (Klein et al. 1999). Other co-existing principles that may help assure rigorous interpretive analysis involve: a) understanding the subject according to its social and historical context, b) assessing the historical social construction between the researcher and the subject, c) relating ideographic details to general theoretical concepts through abstraction and generalization, d) being sensitive to potential pre-conceptual theoretical contradictions between research design and actual findings, e) being aware of possible multiple interpretations among participants for a given sequence of events, and f) being conscious of potential biases or systematic distortions in the subject’s narratives (Klein et al. 1999).
Hermeuneutic adalah proses interpretasi data dengan mengerti dan memberikan
pertimbangan pengertian melalui bahasa dan symbol-symbol yang diuacapkan dan
diberikan partisipan. Bagaimana proses validasi data subyektif klien menjadi data
obyektif, sehingga penelitian kulaitatif menjadi hal-hal yang obyektif (Steubert &
Carpenter, 2003; Berthon et al. 2002; Pollit & Hungler, 2004; Cresweel & Clark,
2011).
4. Breaket
Kemampuan mengendalikan diri atau emosi dari peneliti, untuk tidak memberikan
komentar, arahan atau membantu jawaban partisipan, ketika in-depth interview
berlangsung
5. Saturasi data
Kecukupan data atau kejenuhan data. Diperoleh apabila dalam proses in-depth
interview, jawaban tiga dari enam partisipan, atau empat dari delapan partisipan, atau
dua dari empat partisipan menceriterakan atau menyatakan jawaban yang sama
terhadap pertanyaan dari peneliti. Pertanyaan wawancara mendalam tidak perlu di
ulang pada partisipan selanjutnya, karena datanya sudah saturasi.
6. Generalisasi data
Dalam penelitian kualitatif, hasil penelitian tidak bisa digeneralisir, sebab tidak
mengenal tehnik sampling atau keterwakilan. Sebagai contoh, penelitian kualitatif di
jawa Barat, tidak bisa disimpulkan sebagai hasil penelitian di Indonesia, tetapi hasil
penelitian bisa dipakai sebagai referensi atau data pendukung bagi penelitian
selanjutnya. Istilah generalisasi dipandang dari perspektif yang berbeda.
7. Representatif dalam penelitian kualitatif
Keterwakilan tidak dikenal dalam penelitian kualitatif, karene tidak memakai tehnik
sampling. Partisipan yang dianjurkan adalah berjumlah 6 – 8 partisipan. yang
dipentingkan bukan jumlah partisipan, tetapi kedalaman substansi penelitian ketika
wawancara mendalam dilakukan (in-depth interview). Keterwakilan ditinjau dari
perspektif kualitatif (Steubert & Carpenter, 2003; Pollit & Hungler, 2004).
E. Partisipan penelitian
Informan atau responden dalam study kualitatif disebut partisipan. Kenapa partisipan?
Karena dalam proses penelitian informan benar-benar berpartisipasi dalam proses
penelitian. Partisipan akan bercerita mengenai data, fakta dan apa yang ia alami. Data dan
fakta atau pengalaman yang partisipan alami adalah kenyataan dari lapangan. Partisipan
artinya informan yang benar-benar ikut berperan aktif dalam proses pengumpulan data
penelitian kualitatif. Partisipan penelitian kualitatif sebaiknya berjumlah 6 sampai 8
partisipan (Moleong, 2000; Steubert & Carpenter, 2003; Pollit & Hungler, 2004;
Cresweel & Clark, 2011).
F. Instruement
Peneliti adalah instrument dalam penelitian kualitatif “ Researcher as the instrument”.
Sebagai instrument peneliti harus berupaya mengerti dan memahami substansi penelitian
dan metodologi penelitian kualitatif. Upaya yang bisa ditempuh dengan membaca
berbagai literature, literature review mengenai substansi penelitian dan metodologi
penelitian. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah diskusi dengan dewan pakar di
bidangnya, baik mengenai substansi dan metodologi penelitian kualitatif (Pollit &
Hungler, 2004). Supaya wawancara mendalam dapat lebih terarah sesuai tujuan
penelitian, maka dibuatlah pedoman wawancara. Pedoman wawancara mengacu pada
tujuan penelitian. Isi pedoman wawancara mendalam adalah pertanyaan inti yang
dirancang sesuai tujuan penelitian dan substansi penelitian yang akan diperdalam.
Pengembangan wawancara mendalam akan sangat tergantung pada keluasan pemahanan
dan teknik wawancara mendalam dari peneliti sebagai instrument. Pedoman wawancara
mendalam sangat diperlukan bagi peneliti pemula. Pada peneliti yang sudah ahli tidak
diperlukan lagi, yang penting memahami subsatansi, tujuan dan teknik wawancara
mendalam. Selain pedoman wawancara mendalam, diperlukan pedoman observasi
partisipatif, apabila menggunakan teknik observasi dalam data collection/ pengumpulan
data. (lihat contoh pada lampiran)
G. Uji validitas
Uji validitas pada study kualitatif yaitu peneliti melakukan latihan/ try out wawancara
mendalam dihadapan dewan pakar, feer review, atau sesama peneliti. Uji coba ini
dilakukan untuk mengevaluasi, sejauh mana peneliti memahami substansi dan tehnik
wawancara mendalam sesuai teori dan standar, sehingga pada saat penelitian tidak kaku
dan terpaku pada pedoman wawancara. Wawancara mendalam pada saat pengumpulan
data sebaiknya mengalir seperti suasana yang tidak formal. Sehingga partisipan bebas
bercerita dan mengungkapkan pengalaman riil, apa yang dilakukannya apa adanya dan
sesuai dengan apa yang terjadi di area penelitian. Data yang riil, natural dan evidence
base dapat diperoleh peneliti (Steubert & Carpenter, 2003).
H. Metoda pengumpulan data penelitian kualitatif
Ada beberapa tehnik pengumpulan data dalam study kualitatif, yaitu sebagai berikut :
1. In-depth interview
Wawancara mendalam disebut juga wawancara terstruktur, yaitu menanyakan substansi
penelitian secara mendalam kepada beberapa partisipan. Pertanyaan yang diajukan sama
dan dengan cara yang sama. Pertanyaan inti akan di iukuti sub-sub pertanyaan
mendalamnya, ketika ada jawaban partisipant yang belum jelas dan perlu klarifikasi atau
penjelsan tambahan. Teknik ini yang disebut in-depht atau mendalam. Hal ini terjadi
apabila peneliti menguasai substansi dan teknil wawancara mendalam. Contoh: apakah
menurut anda pelayanan kesehatan di daerah ini sangat bagus, bagus, cukup atau kurang?
Mengapa?
2. Observasi partisipan
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, bukan sekedar mengamati, tetapi ikut serta
aktif dalam kegiatan yang dilakukan oleh partisipan. Peran serta aktif peneliti akan
membuat suasana akrab dan nyaman partisipan, sehingga tidak merasa sedang
diobservasi. Rasa nyaman dari partisipan akan menunjukan kegiatan yang dilakukan apa
adanya dan alamiah, tidak dibuat-buat, tentu saja proses ini memerlukan waktu dan tidak
terjadi tiba-tiba. Perlu waktu untuk perkenalan, menjalin keakraban antara peneliti dan
partisipan.
3. Focus Group discussion (FGD)
Salah satu teknik mengumpulkan data penelitian kualitatif melalui diskusi kelompok
interaktif pada sebuah topik yang ditentukan oleh peneliti (Pollit & Hungler, 2004).
Berikut adalah perkembangan metoda pengumpulan data (focus Group Discussion) :
Sekitar tahun 1920an: digunakan dalam perkembangan survey instrument. Tahun 1940 –
1950 : digunakan sebagai alat untuk mengembangkan materi training. Lazarsfeld dulu
mempergunakan ini untuk penelitian pendengar radio (Merton 1997). Perkembangan
selanjutnya sebagai teknik penelitian dalam marketing khususnya mengeksplorasi brand
image, kemasan produk, dan pilihan produk. Perkembangan terkini: diterapkan dalam
metode yang paling umum dalam berbagai bidang sosial dan berbagai disiplin keilmuan
termasuk profesi keperawatan.
Kunci FGD :
1) Topik ditentukan oleh peneliti
2) Diskusi interaktif sebagai sumber data
3) Peranan peneliti dalam menggerakkan diskusi sangat besar
Asumsi dasar dari FGD yaitu kelompok diskusi interaktif terdiri dari anggota yang
terpilih dengan seleksi ketat, dipimpin oleh moderator terlatih yang menyediakan
informasi yang mendetail untuk memahami sebuah isu yang akan diinvestigasi.Langkah-
langkah - langkah dalam melakukan FGD adalah : 1) mengidentifikasi topik penelitian
dan setting untuk investigasi, 2) mendesain anggota FGD untuk membentuk grup yang
terarah, 3) mengembangkan dan uji coba panduan FGD, 4) memilih dan melatih
moderator FGD, 5) melaksanakan FGD, 6) persiapan data dan analisi data.
Pertimbangan umum dalam memilih partisipant untuk FGD yaitu ; 1) pertanyaan
penelitian dan tujuan: anggota harus direncakan dan dipilih dengan pertimbangan penuh
mengacu pertanyaan penelitian dan tujuan, 2) dinamika kelompok: mengantisipasi
dinamika kelompok jika kelompok merupakan kombinasi dari beberapa karakter, 3)
homogenitas VS heterogenitas , 4) kemudahan dalam merekrut calon anggota, 5) jumlah
anggota: < 5-6 kecil; >8 besar
I. Analisa data penelitian kualitatif
Analisa tematik hasil penelitian kualitatif menutut “ Colaiszi “ tahun (1978). Tahap-tahap
yang dilakukan adalah (Steubert & Carpenter, 2003; Pollit & Hungler, 2004)
1. Transkripverbatim
Transkripverbatim adalah cacatan lengkap data dari hasil wawancara mendalam,
catatan lapangan (field-note), rekam data tape recorder. Transkribverbatim sebaiknya
di buat secara computerise supaya memudahkan dalam entri data dan merevisinya.
Transripverbatim di susun dengan menggunakan matrik, contoh sebagai berikut :
Transripverbatim…………………………………… (judul)
No Hasil in-depth interview Kata kunci Kategori Tema
2. Analisa kata kunci
Analisa kata kunci dilakukan dengan membaca transripverbatim secara teliti dan
berulang-ualang. Kata kunci adalah kata yang menjadi ciri dari jawaban reponden.
Kata kunci ini nampak menonjol dari segi makna dan arti apabila dihubungkan
dengan tujuan penelitian. Pemilihan kata kunci dipengaruhi oleh ketajaman
pemahaman substansi penelitian dari peneliti. Kata kunci transripverbatim
computerise ditandai dengan menghitamkan (bold) atau menggarisbawahi
(underline). Transkipverbatim yang dibuat manual, bisa dengan memakai stabilo
berwarna.
3. Analisa katagorial
Gabungkan beberapa kata kunci yang bermakna dan mempunyai arti yang sama
sebagai satu katagori. Proses ini memerlukan ketajaman analisis peneliti. Perlu
dilakukan dengan literature review, agar katagori yang disusun benar-benar sesuai
dengan landasan teori.
4. Analisa tematik
Setelah tersususn beberapa katagori, proses selanjutnya adalah analisis tematik
dengan merumuskan tema penelitian. Analisis tematik memerlukan ketajaman
analitik, Lakukan literature review, melihat kemabali tujuan penelitian, apakah tema
yang dirumuskan menjawab tujuan? Atau sebaliknya tujuan penelitian yang akan di
revisi.
J. Publikasi ilmiah
Publikasi hasil riset menjadi sangat penting. Kepentingan publikasi riet diperlukan untuk
meningkatkan nilai hasil riset, sosialisasi, kemanfaatan hasil riset bagi masyarakat,
akreditasi hasil riset dan meningkatkan profesionalisme bagi periset itu sendiri. Publikasi
riset bisa di lakukan melalui; Jurnal internasional, jurnal nasional ISSN, jurnal nasional
terakreditasi. ISSN merupakan kepanjangan dari Internasional Standard Serial number,
yaitu merupakan pemberian nomor seri secara sistematis kepada majalah journal yang
akan terbit, supaya sesuai dengan standar ilmiah yang berlaku secara International oleh
lembaga ilmiah resmi yang ditunjuk pemerintah (Suparman, 2010).
Publikasi ilmiah dilakukan dengan berbagai macam cara, jenis publikasi tersebut adalah :
1. Oral presentation
Peneliti melakukan presentasi hasil penelitian dihadapan audiens/forum suatu
conferensi asiriset nonal atau internasional. Seminar atau lokakarya Hasil riset akan
dimuat di dalam proseding dengan ISBN(International Standard Book Number.
Proseding adalah rangkuman hasil penelitian yang dipresentasikan oleh peneliti
melalui conference, seminar dan likarya ilmiah dirangkum oleh suatu tim dalam
bentuk buku yang dikenal sebagai proseding.
2. Poster presentation/presentasi poster
Peneliti melakukan publikasi ilmiah melalui poster dengan persyaratan tertentu A7,
corel draw, banner standing, besar font , komposisi warna dll. Pada saat presentasi
poster, peneliti harus berada disamping posternya, supaya ketika ada peserta atau
audiens yang bertanya mengenai risetnya, peneliti bisa menjelaskan dan memberikan
klarifikasi terkait metode, hasil dan substansi riset. Poster merupakan ringkasan
penelitian yang informatif. Isi poster sebaiknya meliputi; abstrak, latar belakang,
tujuan, kerangka teori, kerangka konsep penelitian, hasil, pembahasan, rekomendasi
dan daftar pustaka.
3. Manuscript/jurnal ilmiah
Untuk publikasi pada jurnal ilmiah, nasional dan internasional, peneliti harus
menyajikan dalam bentuk full paper, yang dituangkan dalam bentuk manuscript.
Manuskrip adalah berupa ringkasan hasil penelitian yang akan diterbitkan dalam
majalah jurnal ilmiah. Ketentuan manuscript biasanya, terdiri dari 12- 15 halaman. Isi
manuscript terdiri dari ; abstrak, latar belakang, tujuan, teori, metode, hasil,
pembahasan, kesimpulan, rekomendasi, daftar pustaka.
Nilai publikasi ilmiah yang paling tinggi adalah melalui manuscript jurnal ilmiah,
berikutnya oral presentation, dan terakhir presentasi poster. Publikasi ilmiah
digunakan untuk ; kepentingan studi, kenaikan jabatan fungsional dosen, sertifikasi
dosen, dan berbagai persyaratan untuk jabatan structural yang terkait.
Manfaat Publikasi ilmiah;
a) Mempublikasikan karya ilmiah
b) Membangun budaya akademik
c) Mendapatkan masukan, sharing dan perbaikan
d) Pengakuan public, sebagai tanda terujinya suatu karya ilmiah
K. Daftar pustaka
Berton, (2011), Hermeneutic theories used in is researcher; http://www.istheory ; diskses 18 Mei 2011
Berthon, P., Pitt, L., Ewing, M., and Carr, C., L.( 2002) Potential research space in MIS: A framework for envisioning and evaluating research replication, extension, and generation," Information Systems Research (13:4)
Creswell and Clark. (2011). Mixed methods research; Designing and conducting, Los Angeles : Sage University of Nebraska-Lincoln
Jahroh.S, (2009), Penelitian kualitatif,Maklah pelatihan kualitatif; Semarang : FKM-UNDIP ; tidak di pulikasikan
LIPI. ( 2020 ) , Bagaimana mendapatkan ; issn . http://www.jurnal.lipi.go.id ; diperoleh 11 Januari 2011
Maleong Lexy J. (2000). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Marshall, N., and Brady, T.(2001) Knowledge management and the politics of knowledge: Illustrations from complex products and systems, European Journal of Information Systems (10:2) 2001, p 99.
Pollit & Hungler. (1999). Research in nursing: consep, proses and utilisasi. Philadelphia:
Lippincott.
Suparman. (2010). Prinsif ISBN dan ISSN, issn . http://www.jurnal.lipi.go.id ; di peroleh 10
November 2010
Streubert, H.J and Carpenter, D.R. (2003). Qualitative research in nursing; advancing
the humanistic imperative (3rd ed) Lippicott: Philadelphia.
Lampiran 1
Contoh : FORMULIR; OBSERVASI PARTISIPATORIS
No Aspek yang
diobservasi
Type Observasi Hasil observasi
(diuraikan secara naratif)
1 Komunikasi dan
interaksi
participant
dengan klien
Unstructured
(tidak terstruktur)
2 Komunikasi dan
Interaksi
partisipan dengan
rekan kerja
Structured
observasi
(terstruktur)
3 Komunikasi dan
interaksi
partisipan dengan
dokter
Structured
observasi
(terstruktur)
4 Komuniaksi dan
Interaksi
partisipan dengan
keluarga
Unstructured
(tidak terstruktur)