makalah kuljarr mey
DESCRIPTION
Kultur jaringanTRANSCRIPT
MAKALAH KULTUR JARINGAN
FARMASI
“PERBANYAKAN BENIH NILAM MURAH DAN SEHAT”
DISUSUN OLEH
MEGA CAHAYANI
1313015099
S1 B Farmasi
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
FAKULTAS SARJANA FARMASI
2014
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Kultur Jaringan. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Kultur Jaringan, Program Studi S1 Farmasi.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada dosen yang telah membina saya. Penulis menyadari
bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semuanya.
Samarinda, September 2014
Penulis
2
Daftar Isi
Kata Pengantar………………………………………………………………..….2
Daftar isi…………………………………………………………………….……3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah.……………………………………………………………..5
C. Tujuan…………………………………………………………………………..6
BAB II
METODE PENELITIAN………………………………………………………….7
BAB III
PEMBAHASAN…………………………………………………………………16
BAB IV
PENUTUP………………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kendala dalam budidaya nilam adalah serangan Organisme
Pengganggu tanaman (OPT) yang dapat menurunkan hasil secara signifikan. Tiga
varietas unggul nilam (Sidikalang, Lhokseumawe, dan Tapak Tuan) asal PPBS
Bogor dilaporkan telah terinfeksi oleh penyakit mosaik yang disebabkan oleh
virus golongan potyvirus (Noveriza et al., 2009). Oleh karena itu, perlu
diupayakan teknik perbanyakan tanaman yang dapat menghasilkan tanaman bebas
virus. Salah satu teknik yang dapat dilakukan adalah kultur apikal meristem dan
perlakuan air panas pada bahan stek.
Beberapa jenis penyakit pada tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.)
adalah layu bakteri (Ralstonia solanacearum), daun kuning atau daun merah yang
disebabkan oleh nematoda parasit Pratylenchus spp (Pratylenchus coffeae, P.
brachyurus), Meloidogyne spp. (Meloidogyne incognita, M. hapla) dan
Radopholus similis, hawar daun (Rhizoctonia sp.), bercak daun (Colletotrichum
sp.), busuk akar (Sclerotium sp. dan Fusarium sp.), budok (Synchitrium sp.) dan
penyakit mosaik yang disebabkan oleh virus golongan potyvirus (Djiwanti dan
Momota, 1991; Mustika et al. 1995; Sitepu dan Asman, 1989; Mustika dan
Nazaruddin, 1998; Nasrun et al., 2005; Kusnata, 2005; Sukamto et al., 2007,
Sukamto et al., 2008). Tiga varietas unggul nilam (Sidikalang, Lhokseumawe, dan
Tapak Tuan) asal IPBS Bogor telah terinfeksi oleh penyakit mosaik yang
disebabkan oleh virus golongan potyvirus (Noveriza et al., 2009). Oleh sebab itu
perlu dilakukan perbanyakan tanaman nilam yang bebas virus dengan kultur
meristem apikal dan perlakuan air panas. Untuk meminimalkan biaya, maka tidak
dilakukan penggunaan antiviral. Dengan teknik kultur meristem dan perlakuan
panas pada stek, diyakini sudah mampu mendapatkan tanaman bebas virus.
Selain serangan OPT, kendala lain yang dihadapi dalam budidaya tanaman
nilam adalah penyediaan benih. Secara konvensional, penyediaan benih belum
dapat mencukupi kebutuhan. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan dengan teknik
4
kultur jaringan. Namun, teknik kultur jaringan memerlukan biaya yang besar.
Untuk mengurangi besarnya biaya perbanyakan benih nilam dengan teknik kultur
jaringan, dilakukan dengan cara mengganti media dasar kimia (MS), dengan
media Hyponex (pupuk majemuk) dan ZPT kimia dengan ZPT alternatif dengan
harga yang lebih murah.
Dalam satu kurun produksi (5 bulan) kemampuan untuk menyediakan
benih sebar nilam varietas Sidikalang, Tapak Tuan dan Lhokseumawe hanya
22.000 setek,jauh di bawah kebutuhan benih yang mencapai 451.840.000
setek/tahun (Ditjenbun, 2007 dan Litbang Deptan, 2008). Salah satu usaha yang
dilakukan untuk memecahkan kendala tersebut adalah melakukan perbanyakan
benih dengan teknik kultur jaringan, akan tetapi masalah yang dihadapi dengan
teknik ini adalah biaya proses produksi benih yang cukup tinggi dan berdampak
pada harga jual benih. Harga benih hasil kultur biasanya 3 – 4 kali lipat dari harga
benih hasil perbanyakan secara konvensional, saat ini dijual dengan harga Rp
3.500,-/setek, sedangkan harga benih penjenis adalah Rp. 200,-/setek dan untuk
benih Rp. 500,- (Permentan, 2008), sedangkan benih sebar Rp. 750,-/polybag
(Litbang Deptan, 2008). Perbanyakan benih secara kultur jaringan adalah
perbanyakan di atas media dengan nutrisi yang cukup dalam kondisi yang aseptik
(bebas dari mikroba).
Perbanyakan nilam dengan kultur jaringan ini sangat efektif dan efisien,
karena dapat mengeliminir penyakit (bebas dari mikroba/virus), dalam jumlah
besar dan seragam. Untuk mengurangi biaya produksi benih nilam, dicoba
dilakukan teknik perbanyakan benih dengan cara penggunaan biaya input yang
minimal. Analisis harga pokok dan skala usaha yang optimal akan dilakukan
untuk menentukan harga jual yang sesuai dan skala usaha yang tepat.
B. Rumusan Makalah
1. Metode apa yang digunakan untuk mendapatkan benih nilam yang
banyak,sehat dan murah?
2. Apa saja zat pengatur yang dapat mempengaruhi pertumbuhan benih
nilam ?
5
C. Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan metode perbanyakan benih nilam murah dan sehat (bebas virus).
6
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2010 sampai Desember 2010
di Laboratorium Kultur Jaringan, Kelti Plasma Nutfah dan Pemuliaan, dan di
Rumah Kaca, Kelti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik di Bogor.
B. Tahap Penelitian
Penelitian terdiri dari dua sub kegiatan yaitu :
1. Sub kegiatan 1: perbanyakan benih nilam bebas virus, dengan 2 percobaan:
a. Perbanyakan benih nilam bebas virus dengan kultur apikal meristem,
b. Perbanyakan benih nilam bebas virus dengan perlakuan air panas.
2. Sub kegiatan ke-2: perbanyakan benih nilam murah dan sehat.
1. Perbanyakan benih nilam bebas OPT
1.1 Perbanyakan benih nilam bebas virus dengan Kultur Apikal
Meristem
Penyiapan Sterilisasi Eksplan
Eksplan yang digunakan adalah tanaman nilam varietas Sidikalang,
Lhokseumawe, Tapak tuan. Potongan pucuk apikal meristem nilam
dengan ukuran 3-5 mm dicuci dengan 0,1% Tween 20 menggunakan
stirrer kemudian dicuci beberapa kali dengan akuades. Sterilisasi
permukaan dilakukan dengan merendam pucuk apikal tersebut dalam
larutan 1% sodium hypochlorite dan 30% ethanol selama 15 menit dan 1
menit, dan terakhir dicuci dengan akuades steril.
Kultur Apikal Meristem secara In Vitro
Apikal meristem dikultur berdasarkan metode Sugimura et al.
(1995) sebagai berikut: Isolasi meristem dilakukan secara aseptik dibawah
mikroskop untuk memotong eksplan dengan ukuran 0,5-1 mm. Regenerasi
plantlet dari apikal meristem secara in vitro dengan beberapa tahapan
7
sebagai berikut: (1) untuk inisiasi pucuk, eksplan diinkubasi pada media
MS + 0,2 ppm 6-benzylaminopurine (BAP) selama 4 minggu; (2) untuk
proliferasi pucuk, kultur ditransfer pada media MS + 0,2 ppm BAP dan
0,9% Bakto agar, kemudian diinkubasi pada suhu 28ºC selama 8-10
minggu dibawah cahaya secara terus-menerus (2000 lux); dan (3) untuk
pertumbuhan akar, kultur akhirnya ditransfer pada media MS+ vermiculite
steril tanpa phytohormon dan diinkubasi selama 3 minggu dibawah cahaya
terus-menerus (4500 lux). Plantlet yang dihasilkan diaklimatisasi dalam
pot yang berisi tanah dan diinkubasi pada ruangan dengan kelembaban
tinggi selama 3 minggu, kemudian dipindahkan ke rumah kaca selama 2
bulan. Hasil tanaman nilam kultur jaringan dikonfirmasi bebas potyvirus
dengan uji serologi (ELISA). Deteksi sampel secara serologi dengan
metode Indirect-ELISA mengikuti metode DNMZ (Clark & Adam,1977).
Daun tanaman ditimbang 0,2 g di gerus dalam 1 ml buffer coating+0,05 M
DIECA, kemudian sebanyak 100 μl dimasukkan ke dalam plat mikrotiter,
dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 2-4 jam atau overnight pada suhu
4°C. Plat kemudian dikosongkan dan dicuci dengan PBS-T (buffer fosfat
ditambah Tween) 5 kali. Plat selanjutnya diisi dengan 100 μl 2% skim
milk dalam PBS-Tween dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit.
Plat dikosongkan dari larutan blocking dan biarkan kering
sebentar, kemudian masukkan 100 μl Mab dalam buffer konjugat
dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 2-4 jam. Plat kemudian
dikosongkan dan dicuci dengan PBS-T (buffer fosfat ditambah Tween) 5
kali. Tambahkan 100 μl konjugat RaM-AP dalam buffer konjugat dan
diinkubasi selama 2 jam. Plat kemudian dikosongkan lagi dan dicuci
dengan PBS-T (buffer fosfat ditambah Tween) 5 kali. Tambahkan 100 μl
p-nitrophenyl fosfat dan diinkubasi pada suhu kamar selama 30-60 menit.
Reaksi dibaca dengan menggunakan microplate reader pada panjang
gelombang 405 nm. Tanaman nilam bebas virus digunakan untuk
perbanyakan vegetatif dengan setek.
8
1.2. Perbanyakan benih nilam bebas virus dengan Perlakuan Air Panas
pada Bahan Setek
Penyiapan Bahan Tanaman
Bahan tanaman diambil dari tanaman nilam yang menunjukkan
gejala penyakit mosaik (diverifikasi dengan ELISA) dan tanaman sehat
sebagai kontrol negatif dari UPBS Balittro Bogor. Bahan setek yang
digunakan adalah setek batang (Sidikalang, Lhokseumawe, Tapak tuan).
Perbanyakan Benih Nilam bebas virus dengan Perlakuan Air Panas.
Perendaman bahan setek di dalam air panas dengan suhu 35ºC
selama 10 menit sebagai pre-treatment. Perlakuan terdiri dari dua faktor
yaitu perlakuan air panas dan jenis setek. Faktor perlakuan air panas terdiri
dari empat perlakuan:
1. perlakuan air panas 50ºC selama 60 menit, 120 menit, 180 menit pada
setek tanaman sakit;
2. perlakuan air panas 55ºC selama 60 menit, 120 menit, 180 menit pada
setek tanaman sakit;
3. perlakuan air panas 60ºC selama 30 menit;
4. Sebagai kontrol: tanpa perlakuan air panas pada tanaman sakit (kontrol
positif) dan tanpa perlakuan air panas pada tanaman sehat (kontrol
negatif).
Faktor kedua yaitu jenis setek, terdiri dari 2 taraf: setek pucuk dan
setek batang. Dengan demikian, pengujian ini terdiri dari 8 kombinasi
perlakuan. Lamanya perendaman tidak dijadikan kombinasi perlakuan.
Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali, setiap ulangan terdiri dari 10
unit pengujian sehingga terdapat 240 unit pengujian.
Penanaman Setek.
Setek setelah perlakuan ditanam pada polibag yang berisi media
tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Benih dipelihara
sampai 4 minggu, dan dilakukan pengamatan jumlah daun yang tumbuh
dan tinggi tanaman. Kemudian daun di panen untuk deteksi Potyvirus
dengan ELISA.
9
Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Kelompok: 8
perlakuan dengan 3 ulangan. Masing–masing perlakuan dengan 10
tanaman. Data dianalisa dengan menggunakan ANOVA dalam Rancangan
Acak Kelompok dan uji lanjut LSD.
2. Perbanyakan benih nilam yang sehat dan murah
Pengadaan biakan steril (sterilisasi eksplan dari tunas)
Pengadaan biakan steril/sterilisasi dilakukan sebagai sumber
eksplan dari tunas terminal/aksilar nilam varietas Sidikalang,
Lhokseumawe dan Tapaktuan yang diambil di Jawa Barat (Ciamis dan
Cicurug). Ukuran eksplan ± 2 cm eksplan dicuci dengan menggunakan air
mengalir dan detergen sampai bersih. Kemudian disterilisasi berturut-turut
dengan larutan Hg Cl2 0,2% selama 1 menit, kloroks 30% selama 2 menit,
kloroks 20% selama 5 menit dan dibilas dengan air steril sebanyak 3 kali.
Eksplan steril (masing – masing varietas, 50 eksplan steril) ditanam pada
media untuk induksi tunas dengan media Hyponex (pupuk majemuk)
sebagai pengganti media dasar MS, ditambah dengan ZPT alternatif
dengan konsentrasi 10 %.
Pembuatan media
Media dasar yang digunakan untuk induksi tunas adalah dengan
media Hyponex, dengan penambahan ZPT alternatif sebagai pengganti
ZPT kimia (IBA, NAA, IAA) dengan konsentrasi 10%. Sebagai sumber
energi ditambahkan gula 30 g/l, sebagai pengganti sukrosa dan sebagai
pemadat digunakan agar swallow 8 g/l sebagai pengganti bacto agar. pH
diatur 5.7-5.8. Sterilisasi media menggunakan autoclave selama 20 menit
pada suhu 1210C dan tekanan 18-20 psi.
Untuk induksi tunas menggunakan eksplan dari tiga varietas
unggul nilam (Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapaktuan) dengan media
Hyponex, ditambah ZPT alternatifi (air kelapa) 10% dengan 10 ulangan
(10 botol), masing-masing botol berisi 3 potongan tunas. Parameter yang
diamati adalah pertumbuhan eksplan yang tumbuh membentuk tunas,
penampakan kultur secara visual, warna dan struktur tunas.
10
Regenerasi dan perbanyakan tunas dengan ZPT alternatif
Pembuatan media
Media dasar digunakan untuk induksi tunas adalah Hyponex
dengan penambahan ZPT alternatif (air kelapa) masing-masing dengan
konsentrasi 10 % sebagai pengganti ZPT kimia. Sebagai sumber energi
ditambahkan gula 30 g/l, sebagai pengganti sukrosa dan sebagai pemadat
digunakan agar swallow 8 g/l sebagai pengganti bacto agar. pH diatur 5.7-
5.8. Sterilisasi media menggunakan autoclave selama 20 menit pada suhu
1210C dan tekanan 18-20 psi.
Regenerasi dan perbanyakan tunas
Tunas diperbanyak pada media dasar Hyponex dengan
penambahan ZPT alternatif (air kelapa, dengan konsentrasi 10 %). Untuk
regenerasi tunas dan perbanyakan tunas digunakan tiga varietas unggul
nilam (Sidikalang, Lhokseumawe, dan Tapaktuan).
11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Eliminasi Virus melalui Perlakuan Perendaman Air Panas
Hasil pada Tabel 1 dibawah menunjukkan bahwa perendaman setek
batang nilam yang terinfeksi oleh virus (yang ditunjukkan oleh positif adanya
gejala mosaik pada daun nilam) pada suhu 500C-600C belum mampu
menginaktifkan virus tersebut, hal ini ditunjukkan dengan masih munculnya
gejala mosaik pada daun dari setek batang nilam sampai pada 2 bulan setelah
persemaian. Setek batang nilam dari ketiga varietas yang di uji (Sidikalang,
Lhokseumawe dan Tapaktuan) tidak mampu tumbuh setelah dilakukan
perendaman pada suhu lebih besar dari 500C. Varietas Sidikalang tidak dapat
tumbuh jika waktu perendaman diatas 10 menit, sedangkan kedua varietas
lainnya masih dapat tumbuh setelah dilakukan perendaman pada suhu 500C
selama 20 menit dan 30 menit. Daya tumbuh setek nilam varietas
Lhokseumawe setelah di rendam pada suhu 500C selama 10, 20 dan 30 menit
adalah 63,6%, 30% dan 10%, sedangkan varietas Tapaktuan adalah 14,3%,
42,9% dan 12,5% dan varietas Sidikalang adalah 90,9%,0% dan 0%. Teknik
perendaman air panas tidak mampu untuk mengeliminasi virus yang
menyebabkan penyakit mosaik pada tanaman nilam, lain halnya jika di
perlakukan pada tanaman pertanian lainnya seperti nanas. Berdasarkan hasil
penelitian Sutrawati (2009), perlakuan perendaman air panas pada suhu 580C
selama 40 menit dapat menginaktifkan dan mengeliminasi virus PMWaV
(Pineapple mealybug wilt-associated virus) yang menyerang tanaman nanas
dan daya tumbuh setek daun serta batang nanas masih diatas 60%.
Untuk selanjutnya, di rencanakan untuk memodifikasi teknik kultur
jaringan dan perendaman air panas karena perendaman setek pada air panas
belum dapat mengeliminasi virus pada daun nilam.
12
Eliminasi virus dengan Perlakuan Kultur Jaringan Apikal Meristem
13
Eksplan meristem apikal, varietas N3 (Tapak Tuan) menunjukkan
tingkat pembentukan tunas yaitu 88,89 persen, ternyata lebih tinggi di
bandingkan varietas N1 (Sidikalang) yaitu 80 persen dan N2
(Lhokseumawe) 66.67 persen, dapat dilihat pada Tabel 2.
Pertumbuhan kultur jaringan apikal meristem varietas N3 (Tapak
tuan) lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ke dua varietas
lainnya yaitu N1 (sidikalang dan N2 (Lhokseumawe). Tetapi pertumbuhan
non apikal meristem varietas N1 sangat lambat sekali, sedangkan untuk
varietas N2 dan N3 tidak tumbuh sama sekali.
Eksplan kultur jaringan tersebut di sub kulturkan kembali pada
media MS + 0,5 mg/l BAP dan media MS + IBA untuk perbanyakan dan
pembentukan akar. Selanjutnya kultur jaringan tersebut di aklimatisasi dan
dipindahkan ke polibeg berisi media tanah + pupuk kandang.
Pertumbuhan Vegetatif Kultur In Vitro
Pertumbuhan eksplan meristem apikal nilam varietas N3 lebih baik
di bandingkan varietas N1 dan N2 (Tabel 3).
14
Deteksi Virus
Deteksi virus pada sampel nilam hasil kultur jaringan menunjukan
47,37% bebas virus, hal ini mungkin disebabkan karena eksplan yang di
tanam belum benar-benar pada bagian meristem yang bebas virusnya
sehingga masih hasil kultur jaringan tersebut masih membawa virus
golongan Potyvirus tersebut (Tabel 4).
Menurut Visessuwan et.al 1988 tanaman tebu yang di perbanyak
dari kultur meristem apikal menghasilkan 88 persen bebas virus dengan
ukuran meristem apikal 0.2 – 0.5 mm. Langhans et.al melaporkan bahwa
eksplan meristem apikal yang berukuran 0.3 – 0.5 mm merupakan ukuran
optimal dalam menghasilkan eskplan bebas virus.
Eksplan non meristem apikal varietas N1 100% terinfeksi virus,
sedangkan eksplan maristem apikal pada varietas yang sama hanya
menunjukkan 47,37% yang terinfeksi virus. Hal ini dimungkinkan karena
belum optimalnya dalam pengambilan besarnya ukuran jaringan meristem.
Menurut Sugimura et al. (1995) ukuran meristem apikal yang optimum
pada tanaman nilam menghasilkan eksplan bebas virus adalah 0.5 – 1 mm.
Hasil laporan ini menunjukkan bahwa teknik kultur jaringan apikal
meristem dari eksplan tanaman nilam yang terinfeksi virus (Potyvirus)
dapat menghasilkan kultur jaringan nilam yang bebas virus, walaupun
hasilnya belum maksimal karena tergantung ketepatan ukuran jaringan
eksplan yang ditanamkan. Hal ini juga tergantung kecepatan pertumbuhan
dari varietas nilam yang ditumbuhkan, semakin cepat pertumbuhannya
maka makin butuh ketepatan ukuran jaringan meristem apikal yang
ditumbuhkan.
15
Perbanyakan Benih Nilam yang Sehat dan Murah
Induksi tunas pada media dasar hyponex dengan zpt alternatif
Untuk induksi tunas menggunakan eksplan (tunas ± 2 cm) varietas
Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan dengan media dasar hyponex
ditambah zpt alternatif alami air kelapa dengan masing-masing botol berisi
3 potongan tunas. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan eksplan
yang tumbuh membentuk tunas, penampakan kultur secara visual, warna
dan struktur tunas.
Presentase tunas hidup pada umur 1 bulan mencapai 100 %. Zat
pengatur tumbuh alternatif air kelapa tertinggi dicapai pada konsentrasi
10%. Dari hasil pengamatan, pada penambahan ZPT alternatif air kelapa
dengan konsentrasi 10 %, didapatkan rata – rata jumlah tunas sebanyak 10
tunas, dengan tinggi tunas 1,2 cm dan jumlah daun 5,1 pada umur kultur i
bulan. Media dengan kandungan alami (zpt alternatif air kelapa)
mempunyai kandungan IAA sebesar 0,0075%, GA3 sebesar 0,0096% dan
Zeatin 0,0067%.
Regenerasi dan Perbanyakan Tunas dengan ZPT Alternatif
Multiplikasi tunas pada kegiatan ini menggunakan media Hyponex
(pupuk majemuk yang dapat berfungsi sebagai penyedia unsur hara makro
dan mikro) dan sebagai pengganti ZPT dan vitamin digunakan air kelapa.
Konsentrasi air kelapa yang terbaik diperoleh pada penelitian terdahulu
yaitu sebesar 10 %. Persentase tunas yang hidup 100%, rata-rata jumlah
tunas pada ke tiga varietas yang dicobakan adalah 20 buah per 3 bulan
setelah kultur. Pada periode subkultur selanjutnya telah diperoleh tunas –
tunas baru sebanyak 30 planlet pada setiap botol. Dengan demikian, pada
5 bulan setelah kultur, untuk varietas Sidikalan, Lhokseumawe dan Tapak
Tuan, telah diperoleh 300 planlet , yang didapatkan dari 10 botol kultur
untuk masing–masing varietas.
16
BAB IV
KESIMPULAN
1. Perlakuan perendaman dalam air panas pada suhu 50⁰-60⁰C dan waktu
perendaman 10-30 menit tidak dapat mengeliminasi Potyvirus yang
menginfeksi ketiga varietas nilam yang diuji. Varietas Tapak Tuan dan
Lhokseumawe lebih toleran terhadap air panas dibandingkan varietas
Sidikalang, walaupun demikian daya tumbuh setek nilam semakin menurun
seiring semakin lama waktu perendaman.
2. Kultur jaringan meristem apikal tanaman nilam ketiga varietas tersebut
berhasil dilakukan pada media MS yang ditambah BAP 0,5 mg/l. Varietas
Tapak Tuan menunjukkan pertumbuhan tunas yang berbeda nyata dengan ke
dua varietas lainnya. Persentase pertumbuhan tunas varietas Tapak Tuan
mencapai 90% dengan periode inisiasi lebih cepat yaitu 14 hari. Varietas
Sidikalang dan Lhokseumawe menghasilkan pertumbuhan tunas berturut-
turut 71,43% dan 69,23% dengan periode inisiasi berturut-turut 17 hari dan
21 hari.
3. Dengan penambahan ZPT alternatif air kelapa dengan konsentrasi 10 %,
didapatkan rata – rata jumlah tunas sebanyak 10 tunas, dengan tinggi tunas
1,2 cm dan jumlah daun 5,1 pada umur kultur 1 bulan.
4. Persentase tunas yang hidup 100%, rata-rata jumlah tunas pada ke tiga
varietas yang dicobakan adalah 20 buah per 3 bulan setelah kultur.
17
DAFTAR PUSTAKA
Clark MF, Adams AN. 1977. Characteristics of the microplate method of enzyme-
linked immunosorbent assay for the detection of plant viruses. Journal of
General Virology 34:475-483.
Ditjenbun. 2007. Nilam. Statistik Perkebunan Indonesia 2003 - 2006. h 1-19.
Djiwanti, S.R. dan Y. Momota. 1991. Parasitic nematodes associated with
patchouli disease in West Java. Indust. Crops Res. J. 3 (2): 31-34.
Kusnata, A. 2005. Identifikasi dan pengendalian penyakit karat palsu pada nilam
(Pogostemon cablin) dengan fungsida Thesis Pasca Sarjana, Univ Gadjah
Mada.
Mustika, I dan S.B. Nazaruddin. 1998. Gangguan nematoda dan cara
pengendaliannya. Monograf Nilam. Monograf No. 5. Balittro, Badan
Litbang Pertanian. p89-95.
Mustika, I., A. Rachmat S. Dan Suyanto. 1995. Pengaruh pupuk, pestisida dan
bahan organik terhadap pH tanah, populasi nematoda dan produksi nilam.
Media Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri No.
15: 70-74.
Nasrun, Christanti, T. Arwiyanto dan I. Mariska. 2005. Pengendalian penyakit
layu bakteri nilam menggunakan Pseudomonad fluoresecens. Jurnal
Penelitian Tanaman Industri II(1):19-20.
Noveriza, R., G. Suastika, S.H. Hidayat and U. Kartosuwondo. 2009. Detection of
a Potyvirus Causing Mosaic Disease on Patchouli Plants in West Java.
Seminar dan Kongres Perhimpunan Fitopatologi Indonesia XX Makasar,
2009. Unpublish.
Permentan. 2008. Harga Referensi Benih Penjenis Tanaman dan Bibit Ternak
Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Peraturan
Mentri Pertanian No.33/Permentan/O.T140/2008.Departemen Pertanian.
Jakarta.
Sitepu, D. Dan A. Asman. 1989. Observasi penyakit nilam di Sumatera Barat.
Laporan Hasil Penelitian Balittro. p19.
18