makalah lobster.docx

18
KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat, dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat selesai sebagaimana yang kami harapkan. Ada hal yang mendasar dari penyusunan makalah ini, yakni latar belakang dalam penyusunan makalah ini. Hampir 90% seluruh jenis hewan yang dikenal manusia adalah Lobster. Hewan laut yang termasuk dalam Crustacea atau udang – udangan, jenis udang raksasa ini termasuk dalam keluarga Nephropidae dan juga keluarga Homaridae termasuk lobster yang memiliki capit salah satu jenis yang termasuk dalam golongan ini adalah Metanephrops sibogae. Lobster merupakan salah satu hewan laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi selain produk ikan. Lobster biasanya menjadi favorit bagi penggemar masakan ikan laut yang ad di restaurant – restaurant besar. Harganya yang mahal menjadikan lobster menjadi primadona bagi para penangkapnya untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Maka dengan hal ini membuktikan bahwa Lobster merupakan jumlah yang cukup besar dan cukup unik untuk diteliti dan dibahas tentang ciri-cirinya, klasifikasinya, serta peranannya bagi kehidupan manusia. Dan tentunya dapat menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi kita, khususnya para siswa. Kemudian dengan selesainya makalah ini, kami menghaturkan rasa terima kasih kepada Ibu guru yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Khususnya kepada guru mata pelajaran Biology. Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi para pembaca pelajar yang sedang menuntut ilmu.

Upload: annieramadhanie

Post on 07-Dec-2015

258 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat, dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat selesai sebagaimana yang kami harapkan.

Ada hal yang mendasar dari penyusunan makalah ini, yakni latar belakang dalam penyusunan makalah ini. Hampir 90% seluruh jenis hewan yang dikenal manusia adalah Lobster. Hewan laut yang termasuk dalam Crustacea atau udang – udangan, jenis udang raksasa ini termasuk dalam keluarga Nephropidae dan juga keluarga Homaridae termasuk lobster yang memiliki capit salah satu jenis yang termasuk dalam golongan ini adalah Metanephrops sibogae. Lobster merupakan salah satu hewan laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi selain produk ikan. Lobster biasanya menjadi favorit bagi penggemar masakan ikan laut yang ad di restaurant – restaurant besar. Harganya yang mahal menjadikan lobster menjadi primadona bagi para penangkapnya untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Maka dengan hal ini membuktikan bahwa Lobster merupakan jumlah yang cukup besar dan cukup unik untuk diteliti dan dibahas tentang ciri-cirinya, klasifikasinya, serta peranannya bagi kehidupan manusia. Dan tentunya dapat menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi kita, khususnya para siswa.

Kemudian dengan selesainya makalah ini, kami menghaturkan rasa terima kasih kepada Ibu guru yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Khususnya kepada guru mata pelajaran Biology. Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi para pembaca pelajar yang sedang menuntut ilmu. 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lobster adalah hewan laut yang termasuk dalam Crustacea atau udang –

udangan, jenis udang raksasa ini termasuk dalam keluarga Nephropidae dan juga

keluarga Homaridae termasuk lobster yang memiliki capit salah satu jenis yang

termasuk dalam golongan ini adalah Metanephrops sibogae. Lobster merupakan

salah satu hewan laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi selain produk ikan.

Lobster biasanya menjadi favorit bagi penggemar masakan ikan laut yang ad di

restaurant – restaurant besar. Harganya yang mahal menjadikan lobster menjadi

primadona bagi para penangkapnya untuk mendapatkan keuntungan yang besar.

Lobster juga memiliki kerabat yang bentuknya tidak sepenuhnya sama dengan

yang kita kenal. Lobster chelae adalah jenis yang tidak memiliki cakar, lobster

air tawar juga merupakan kerabat lobster karang namun memiliki rasa dan

tekstur yang jauh berbeda karena habitat asalnya. Lobster termasuk hewan

nokturnal yang aktif pada malam hari, pada waktu siang hari lebih suka berdiam

pada lubang-lubang karang dan nanti pada malam hari keluar dari

persembunyiannya untuk mencari makan di sekitar karang yang lebih dangkal

pada waktu air pasang. Lobster laut tinggal di daerah perairan yang yang

berbatu, berkarang dan berpasir. Banyaknya batu karang akan membantu lobster

untuk bersembunyi dan beranak pinak. Tempat tinggal yang strategis bagi

kelangsungan hidup mereka adalah batu karang yang banyak lubangnya dimana

mereka bisa bersembunyi di dalamnya. Hampir semua perairan di dunia menjadi

habitat penyebaran hewan crustacea ini. Lobster di alam liar termasuk hewan

yang memiliki pola makan omnivora atau pemakan segala. Ia memakan ikan

kecil, berbagai jenis moluska kecil dan udang – udang kecil lain serta makan

ganggang serta tanaman laut. Dalam mencari makanan ia berjalan di dasar

perairan laut dengan menggunakan kaki – kakinya serta berburu dengan

menggunakan capit yang juga berfungsi sebagai tangan juga.

Lobster termasuk keluarga crustacean yaitu suatu kelompok besar dari

arthropoda, terdiri dari kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan

biasanya dianggap sebagai suatu subfilum.Kelompok ini mencakup hewan-

hewan yang cukup dikenal seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta

teritip. Mayoritas merupakan hewan akuatik, hidup di air tawar atau laut,

walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti

kepiting darat. Mayoritas dapat bebas bergerak, walaupun beberapa takson

bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya. artikel

(wikipedia.co.id)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini ialah bagaimana morfologi dari

class crustacea yaitu Metanephrops sibogae mulai dari siklus hidup, habitat serta

penyebarannya.

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang morfologi

lobster (Metanephrops sibogae), siklus hidup, habitat dan penyebarannya.

D. Kegunaan

Sebagai bahan referensi dan di harapkan dapat memberi tambahan wawasan

serta pengetahuan khususnya mengenai morfologi Metanephrops sibogae serta

siklus hidup, habitat dan penyebarannya

BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi dan Morfologi

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Crustacea

Order : Decapoda

Suborder : Macrura Reptantia

Superfamily : Nephropoidea

Family : Nephropidae

Subfamily : Nephropinae

Genus : Metanephrops

Species : Metanephrops sibogae

Tubuh lobster terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian depan terdiri dari

kepala dan dada yang disebut cephalothorax. Sementara bagian belakang terdiri

dari badan dan ekor yang disebut abdomen. Kepala ditutupi oleh kulit atau

cangkang kepala (carapace). Carapace ini berperan dalam melindungi organ

tubuh, seperti otak, insang, hati dan lambung.

Carapace berbahan zat tanduk atau kitin yang tebal dan merupakan

nitrogen polisakarida yang disekresikan oleh kulit epidermis dan dapat

mengelupas saat terjadinya pergantian cangkang tubuh (moulting). Hewan ini

tertutupi kerangka luar kitin, yang mengandung sebagian besar kapur dan

skelerotin yaitu yang membuat rangka lebih keras dan berat tapi sangat baik

sebagai lapisan pelindung. Kitin luar tipis dan berhubungan, untuk memberikan

kelenturan maksimal. Bagian anterior tubuhnya disebut Carapace dan masing-

masing segmen posterior abdominal terdiri dari lengkungan dorsal tergum, dua

lateral pleura dan sebuah ventral sternum.

a. carapas b. capit c. abdomen

Gambar 2.0 bagian – bagian tubuh lobster Metanephrops sibogae

Anggota badan lobster memperlihatkan suatu rangkaian yang sangat

penting dari adaptasi dan modifikasi dalam hidupnya. Antennules dan antennae

merupakan modifikasi untuk tactil dan chemical stimulation (rangsangan kimia);

rahang bawah untuk mengunyah, lima berikutnya, maxillae dan maxillipeds,

terutama untuk mendorong makanan; pasangan berikutnya adalah chelipeds

yang sangat besar untuk mencapit makanan dan untuk pertahanan; empat pasang

selanjutnya untuk berjalan dan enam pasang terakhir untuk berenang dan untuk

berbagai fungsi yang lain.

Lubang kecil melubangi seluruh rangka, banyak tersebar di anggota

badan dan bagian ekor. Kumpulan di dalam itu adalah bulu-bulu yang membuat

hewan itu sangat sensitif terhadap lingkungan sekitar melalui taktil stimulation.

Semua anggota badan ini, dengan berbagai macam, bentuk dan fungsi, berawal

dari sebuah anggota badan sederhana dengan satu fungsi yang disebut daya

penggerak.

Gambar 2.1 Skema tubuh dan kaki lobster (Nephropoidea)

Menurut Spence (1989), lobster terdiri dari kepala dan thorax yang

tertutup oleh karapas dan memiliki abdomen yang terdiri dari enam segmen.

Karakteristik yang paling mudah untuk mengenali lobster adalah adanya capit

(chelae) besar yang pinggirnya bergerigi tajam yang dimiliki lobster untuk

menyobek dan juga menghancurkan makanannya. Isnansetyo dan Yuspanani

(1993) memberikan gambaran morfologi Lobster secara umum, yaitu

mempunyai bentuk badan memanjang, silindris, kepala besar ditutupi oleh

capace berbentuk silindris, keras, tebal dan bergerigi. Mempunyai antenna besar

dan panjang menyerupai cambuk, dengan rostum kecil. Pada udang barong

betina endopod pada pleopod II tanpa appendix interna/stylamblys.

Muljanah et. al. (1994) menyatakan bahwa, lobster secara umum

memiliki tubuh yang berkulit sangat keras dan tebal, terutama di bagian kepala,

yang ditutupi oleh duri-duri besar dan kecil. Mata lobster agak tersembunyi di

bawah cangkang ruas abdomen yang ujungnya berduri tajam dan kuat. Lobster

memiliki dua pasang antena, yang pertama kecil dan ujungnya bercabang dua,

disebut juga sebagai kumis. Antena kedua sangat keras dan panjang dengan

pangkal antena besar kokoh dan ditutupi duri-duri tajam, sedangkan ekornya

melebar seperti kipas. Warna lobster bervariasi tergantung jenisnya, pola-pola

duri di kepala, dan warna lobster biasanya dapat dijadikan tanda spesifik jenis

lobster. Lobster (M.sibogae) memiliki warna orange bercampur dengan warna

merah muda pada seluruh tubuhnya.

Gambar 2.3 Morfologi Metanephrops sibogae

B. Siklus hidup

Menurut Subani, 1984 in Utami 1999, lobster dapat digolongkan sebagai

binatang yang mengasuh dan memelihara keturunannya walaupun sifatnya

hanya sementara. Lobster betina yang sedang bertelur melindungi telurnya

dengan cara meletakkan atau menempelkan butir-butir telurnya di bagian bawah

badan (abdomen) sampai telur tersebut dibuahi dan menetas menjadi larva

udang. Menjelang akhir periode pengeluaran telur dan setelah dibuahi, lobster

akan bergerak menjauhi pantai dan menuju ke perairan karang yang lebih dalam

untuk penetasan Nontji (1993) menyatakan bahwa, jumlah telur yang dihasilkan

setiap ekor betina lobster dapat mencapai lebih dari 400.000 butir. Telur-telur

tersebut akan menetas dan berubah menjadi larva pelagis. Selanjutnya dikatakan

pula bahwa, udang karang (lobster) mempunyai daur hidup yang kompleks.

Telur yang telah dibuahi menetas menjadi larva dengan beberapa tingkatan

(stadium). Larva lobster memiliki bentuk yang sangat berbeda dari yang dewasa.

Larva pada stadium filosoma misalnya, mempunyai bentuk yang pipih seperti

daun sehingga mudah terbawa arus.

Gambar 2.4 siklus hidup lobster

Semenjak telur menetas menjadi larva hingga mencapai tingkat dewasa

dan akhirnya mati, maka selama pertumbuhannya, lobster selalu mengalami

pergantian kilit (moulting). Pergantian kulit tersebut lebih sering terjadi pada

stadia larva. (Subani, 1984 in Utami, 1999) Secara umum dikenal adanya tiga

tahapan stadia larva, yaitu “naupliosoma“, “filosoma“, dan “puerulus“.

Perubahan dari stadia satu ke stadia berikutnya selalu terjadi pergantian kulit

yang diikuti perubahan-perubahan bentuk (metamorphose) yang terlihat dengan 

adanya modifikasi-modifikasi terutama pada alat geraknya. Pada stadia filosoma

yaitu bagian pergantian kulit yang terakhir, terjadi stadia baru yang bentuknya

sudah mirip lobster dewasa walaupun kulitnya belum mengeras atau belum

mengandung zat kapur.

Pertumbuhan berikutnya setelah mengalami pergantian kulit lagi,

terbentuklah lobster muda yang kulitnya sudah mengeras karena diperkuat

dengan zat kapur. Bentuk dan sifatnya sudah mirip lobster dewasa (induknya)

atau disebut sebagai juvenile. Lama hidup sebagai stadia larva untuk lobster

berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Lobster yang hidup di perairan tropis,

prosesnya lebih cepat dibanding dengan yang hidup di daerah sub-tropis. Waktu

yang diperlukan untuk mencapai stadia dewasa untuk lobster tropis antara 3

sampai 7 bulan (Subani, 1984 in Utami, 1999). Lobster Metanephrops sibogae

mempunyai ukuran panjang tubuh rata – rata 11,5 – 13 cm tetapi dapat

mencapai ukuran hingga 18 cm

C. Habitat dan Penyebaran

Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa lobster terdapat di mana-

mana pada substrat keras di laut-laut tropis dan merupakan bagian penting fauna

terumbu karang, dengan sifat ekologis mirip seperti kerabatnya yang hidup di

daerah sub tropis.

Gambar 2.5 penyebaran Lobster Metanephrops sibogae

Lobster hidup pada beberapa kedalaman tergantung pada jenis spesies

dan lingkungan yang cocok mulai dari daerah intertidal sampai perairan yang

dalam. Banyak spesies yang hidup pada substrat yang berbatu-batu, lumpur atau

pasir dan membuat lubang. Lobster Metanephrops sibogae hidup pada

kedalaman 248 – 320 m dan mempunyai penyebaran yang sangat luas dan

menyukai hidup pada lubang atau celah-celah batu karang. Biasanya mendiami

tempat-tempat yang terlindung di antara batu-batu karang dan jarang ditemukan

dalam kelompok yang berjumlah besar. Banyak terdapat diperairan Kepulauan

Kai, Indonesia. Terlalu sedikit yang diketahui tentang kebiasaan dan habitat

yang sebenarnya dari spesies ini.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Lobster adalah hewan laut yang termasuk dalam Crustacea atau udang –

udangan, jenis udang raksasa ini termasuk dalam keluarga Nephropidae dan

juga keluarga Homaridae termasuk lobster yang memiliki capit salah satu

jenis yang termasuk dalam golongan ini adalah Metanephrops sibogae

2. Lobster termasuk hewan nokturnal yang aktif pada malam hari, pada waktu

siang hari lebih suka berdiam pada lubang-lubang karang dan nanti pada

malam hari keluar dari persembunyiannya untuk mencari makan di sekitar

karang yang lebih dangkal pada waktu air pasang

3. Muljanah et. al. (1994) menyatakan bahwa, lobster secara umum memiliki

tubuh yang berkulit sangat keras dan tebal, terutama di bagian kepala, yang

ditutupi oleh duri-duri besar dan kecil. Mata lobster agak tersembunyi di

bawah cangkang ruas abdomen yang ujungnya berduri tajam dan kuat.

Lobster memiliki dua pasang antena, yang pertama kecil dan ujungnya

bercabang dua, disebut juga sebagai kumis. Antena kedua sangat keras dan

panjang dengan pangkal antena besar kokoh dan ditutupi duri-duri tajam,

sedangkan ekornya melebar seperti kipas. Lobster (M.sibogae) memiliki

warna orange bercampur warna merah muda pada seluruh tubuhnya.

4. (Subani, 1984 in Utami, 1999) Secara umum dikenal adanya tiga tahapan

stadia larva, yaitu “naupliosoma“, “filosoma“, dan “puerulus“.Lama hidup

sebagai stadia larva untuk lobster berbeda-beda untuk setiap jenisnya.

Lobster yang hidup di perairan tropis, prosesnya lebih cepat dibanding

dengan yang hidup di daerah sub-tropis. Waktu yang diperlukan untuk

mencapai stadia dewasa untuk lobster tropis antara 3 sampai 7 bulan

(Subani, 1984 in Utami, 1999). Lobster Metanephrops sibogae mempunyai

ukuran panjang tubuh rata – rata 11,5 – 13 cm tetapi dapat mencapai ukuran

hingga 18 cm

5. Lobster Metanephrops sibogae hidup pada kedalaman 248 – 320 m dan

mempunyai penyebaran yang sangat luas dan menyukai hidup pada lubang

atau celah-celah batu karang serta dasar dari terumbu karang. Biasanya

mendiami tempat-tempat yang terlindung di antara batu-batu karang dan

jarang ditemukan dalam kelompok yang berjumlah besar. Banyak terdapat

diperairan Kepulauan Kai, Indonesia. Terlalu sedikit yang diketahui tentang

kebiasaan dan habitat yang sebenarnya dari spesies ini.

DAFTAR PUSTAKA

The IUCN Red List Of Threatened Species, Http://Www.Iucnredlist.Org (Diakses Pada

Tanggal 08 Mei 2012)

Gary C.B.Poore, Marine Decapod Crustacea Of Southern Australia : A Guide To

Identification, Museum Victoria 2004

Richard J. F. Jenkins 1972, Metanephrops, A New Genus Of Late Pliocene To

Recent Lobsters (Decapoda, Nephropidae)

Ahmad Faizin 2001, Penanganan Dan Pemasran Lobster Air Laut. (Panulirus Spp) Untuk

Tujuan Ekspor Pada UD. OBA Cilacap Jawa Tengah

Tin-Yan Cham 2010, Annotated Checklistof Theworld’s Marinelobsters (Crustacea:

Decapoda: Astacidea, Glypheidea, Achelata, Polychelida), National

University Of Singapore

L. B. Holthuis, FAO Spesies Catalogue ; Vol, 13 Marine Lobsters Of The World,

Nationaal Natuurhistorisch Museum Leiden, The Netherlands, Rome 1991