makalah managemen

56
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era saat ini, organisasi kesehatan harus bekerja keras dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas menjadi lebih baik. Hal ini merupakan hasil dari ekonomi global yang meningkatkan kompetisi. Bagi organisasi pelayanan kesehatan, dibutuhkan sistem yang bagus dan struktural yang dapat mengoptimalkan kualitas kerja para pekerjanya. Kepemimpinan dan manajemen dalam bidang keperawatan merupakan suatu kemampuan dan ketrampilan yang harus dimiliki oleh perawat profesional jika ingin berhasil dalam lingkungan perawatan kesehatan sekarang. Selama bertahun-tahun keperawatan menyandarkan kedua hal tersebut dalam hirarki organisasi untuk mengatur dan memimpin unitnya. Suatu jenis kepemimpinan yang baru dapat memfasilitasi kerja tim dan proses peningkatan dapat berjalan. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penyusunan makalalah ini adalah dalam rangka memenuhi tugas yang telah diberikan oleh fasilitator mata ajar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan kepada penulis. 2. Tujuan Khusus 1

Upload: dadanpriyana

Post on 26-Nov-2015

108 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah managemen

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era saat ini, organisasi kesehatan harus bekerja keras dan berkesinambungan

untuk meningkatkan kualitas menjadi lebih baik. Hal ini merupakan hasil dari ekonomi

global yang meningkatkan kompetisi. Bagi organisasi pelayanan kesehatan, dibutuhkan

sistem yang bagus dan struktural yang dapat mengoptimalkan kualitas kerja para

pekerjanya. Kepemimpinan dan manajemen dalam bidang keperawatan merupakan suatu

kemampuan dan ketrampilan yang harus dimiliki oleh perawat profesional jika ingin

berhasil dalam lingkungan perawatan kesehatan sekarang. Selama bertahun-tahun

keperawatan menyandarkan kedua hal tersebut dalam hirarki organisasi untuk mengatur

dan memimpin unitnya. Suatu jenis kepemimpinan yang baru dapat memfasilitasi kerja

tim dan proses peningkatan dapat berjalan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penyusunan makalalah ini adalah dalam rangka memenuhi tugas

yang telah diberikan oleh fasilitator mata ajar Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan kepada penulis.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah:

a. Mahasiswa mampu menambah dan memperkaya ilmu serta pengetahuan mengenai

manajemen dan kepemimpinan dalam dunia keperawatan dan pentingnya kedua hal

tersebut bagi perawat saat ini.

b. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep manajemen dan kepemimpinan pada

asuhan keperawatan.

C. Rumusan Masalah

Penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini dalam beberapa

pertanyaan, yaitu:

1. Bagaimana konsep manajemen asuhan keperawatan?

1

Page 2: makalah managemen

2. Bagaimana konsep perawat sebagai leader?

3. Bagaimana metode penugasan dalam manajemen asuhan keperawatan?

4. Apa saja peran dan tugas perawat dalam manajemen asuhan keperawatan?

5. Bagaimana proses timbang terima per-shift dan ronde asuhan keperawatan?

6. Bagaimana dokumentasi dalam asuhan keperawatan?

7. Bagaimana kualitas asuhan keperawatan?

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pustaka, yaitu

dengan mencari materi yang terkait melalui literatur-literatur baik itu buku, maupun

internet dan juga melalui diskusi kelompok.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dibagi menjadi tiga bab. Bab pertama berisi latar belakang

penulisan makalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan

makalah. Bab kedua berisi pembahasan mengenai pemicu yang diberikan. Bab terkahir

yaitu bab penutup berisi tentang simpulan isi makalah dan saran.

2

Page 3: makalah managemen

BAB II

PEMBAHASAN

Teori dan Tipe Kepemimpinan serta Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan

Di era globalisasi ini, segala profesi yang ada dituntut untuk menunjukkan

keprofesianalannya, termasuk profesi perawat. Untuk menyikapi hal ini lahirlah standar

akreditasi internasional yang telah dibuat dengan tujuan memudahkan adanya pengakuan

berstandar Internasional bagi profesi perawat. Adanya standar akreditasi international

perawat ini sangatlah penting, karena Perawat memiliki peranan besar bagi suatu rumah sakit

dalam memenuhi standar pelayanan internasional. Guna memberikan pelayanan yang baik,

perawat harus memperhatikan standar pelayanan sesuai akreditasi Joint Commision

International (JCI), yaitu keselamatan pasien dan kualitas perawatan pasien (Dimyati, 2012).

Demi terwujudnya pelayanan rumah sakit di Indonesia yang memenuhi standar JCI

dibutuhkan berbagai peranan elemen masyarakat, termasuk pemerintah. Dalam upaya

mendukung peningkatan mutu rumah sakit, pemerintah telah membuat kebijakan yang

dituangkan dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan

No. 659 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia dan SK Menteri Kesehatan

No. 1195 Tahun 2010 tentang Lembaga Akreditasi Rumah Sakit Bertaraf Internasional (IZN,

2012). Seluruh regulasi ini berperan dalam mengatur instansi kesehatan menuju rumah sakit

yang memenuhi standar JCI.

Akreditasi tersebut menjadi wujud nyata peningkatan profesionalisme bagi setiap

rumah sakit yang mendapatkan akreditasi itu. Kelanjutan apabila suatu RS sudah berstandar

JCI maka harus ada peranan dari elemen lain yang terlibat didalamnya. Salah satu bagian

yang memegang peranan penting ialah perawat.

Langkah konkrit lainnya ialah meningkatkan kompetensi perawat di Indonesia.

Perawat harus memiliki kemampuan kompetensi khusus dalam meningkatkan pelayanan.

Selain itu, hal lain yang penting untuk mewujudkan rumah sakit berstandar JCI yaitu adanya

pengaturan pengorganisasian dalam manajemen asuhan keperawatan yang baik. Hal tersebut

meliputi konsep kepemimpinan, managemen keperawatan, metode penugasan,

pengaplikasian manajemen keperawatan dalam setting asuhan keperawatan di rumah sakit

maupun puskesmas, dan pendokumentasian asuhan keperawatan.

A. Teori-teori dalam Kepemimpinan

3

Page 4: makalah managemen

Kepemimpinan adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau

bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain

dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok (Tead; Terry; Hoyt (dalam

Kartono, 2003)). Kepemimpinan juga merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain,

bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok,

memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh

kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Tipe dari setiap kepempinan

bisa berbeda- beda. Berikut beberapa tipe kepemimpinan, diantaranya:

1. Tipe Otokratis

Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”,

antara lain dalam bentuk :

1. Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam

organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan

martabat mereka.

2. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa

mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para

bawahannya.

3. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:

1. Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.

2. Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.

3. Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.

4. Menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.

2. Tipe Paternalistik

Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat

tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah

rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau

4

Page 5: makalah managemen

seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan

masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat

mengembangkan sikap kebersamaan.

3. Tipe Kharismatik

Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan

yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat

memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat

besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh

banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara

konkret mengapa orang tersebut dikagumi.

4. Tipe Laissez Faire

Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan

sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang

mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai,

tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu

sering intervensi.

5. Tipe Kepemimpinan Militeristik

Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun

sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:

1. Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku

dan seringkali kurang bijaksana.

2. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,

3. Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran

yang berlebihan,

4. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,

5. Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,

6. Komunikasi hanya berlangsung searah.5

Page 6: makalah managemen

6. Tipe Kepemimpinan Populistis

Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal,

tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis

ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu

menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari

teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika

modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan

birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya

perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial

ditengah masyarakat.

8. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan

yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,

dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang

baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi

terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.

Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan

nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya

masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-

saat dan kondisi yang tepat.

Perawat sebagai Leader

Untuk memastikan bahwa staf keperawatan melaksanakan tugasnya dengan baik,

manajer keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan, mendesak dan

membujuk stafnya untuk melakukan apa yang seharusnya dikerjakan, tidak bergantung

kepada kapan mereka mau melakukannya tetapi pada kapan klien dan rekan kerja

memerlukan bantuan mereka, tidak berdasarkan atas kesukaan mereka tetapi pada apa yang

seharusnya dilakukan demi tercapainya tujuan asuhan keperawatan. Kepemimpinan dalam

6

Page 7: makalah managemen

keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada semua

staf keperawatan untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan

melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.

Penerapan kepemimpinan dalam keperawatan menurut Kron (1981), ruang lingkup

kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan meliputi:

1. Perencanaan dan pengorganisasian

2. Membuat penugasan dan memberi pengarahan

3. Pemberian bimbingan

4. Mendorong kerjasama dan partisipatif

5. Kegiatan koordinasi

6. Evaluasi hasil kerja.

Morton menguraikan ada 4 pemimpin yang efektif yaitu: 1) Seseorang akan mengerti

apabila menerima suatu komunikasi, 2) Orang ini mempunyai pedoman apa yang harus

dilakukan yang diminta oleh komunikasi tadi, 3) Orang ini percaya bahwa perilaku yang

diminta adalah sesuai dengan kehendak perorangan dengan nilai yang baik, 4) Orang ini

percaya bahwa hal itu sesuai dengan tujuan dan nilai organisasi. Semua definisi

kepemimpinan dipandang bagai suatu proses interaksi yang dinamis yang mencakup tiga

dimensi yaitu pimpnan, bwahan, dan situasi. Masing – masing dari dimensi tersebut saling

mempengaruhi (Swanburg, 2000).

Peran dan Tugas Perawat dalam Manajemen Asuhan Keperawatan

1. Peran dan Fungsi Perawat

Fungsi perawat menurut Aziz (2004), merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan

sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah sesuai dengan keadaan yang

ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan beberapa fungsi

dianataranya:

a. Fungsi Independen yaitu: mandiri dan tidak tergantung pada orang lain dimana

perawat dalam melaksanakannya dilakukan secara sendiri dengan keputusan

sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar

manusia

b. Fungsi Dependen yaitu: dalam melaksanakan kegiatan atas pesan dan instruksi dari

perawat lain ataupun dari dokter. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas 7

Page 8: makalah managemen

yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat kepada perawat umum

atau perawat yang fungsinya sebagai perawat pelaksana, juga dokter melimpahkan

ke perawat.

c. Fungsi Interdependen yaitu: dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila

bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti

dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit

komplek.

2. Peran Manajer

Secara umum peran manajer dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi

dan meningkatkan kepuasan staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya

kebutuhan fisik, psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran

manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada manajer agar

diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk

melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

3. Peran Kepala Ruangan

Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah peran

kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan

keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang

berkwalitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari

kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.

Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan kegiatan

koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan

evaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan kualitas

pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Berbagai metode pemberian asuhan

keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien, dan kategori

pendidikan serta pengalaman staf di unit yang bersangkutan (Arwani, 2005).

4. Fungsi Kepala Ruangan

Fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai berikut:

8

Page 9: makalah managemen

1) Perencanaan: dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan,

dan peraturan-peraturan, membuat perencanaan jangka pendek dan jangka

panjang, menetapkan biaya-biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan

pengelola rencana perubahan.

2) Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan

perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien

yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta

melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta

wewengan dengan tepat.

3) Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview, mencari,

dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan sosialisasi staf.

4) Pengarahan: mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya

manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian,

komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.

5) Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika

aspek legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam mengerjakan

kelima fungsinya tersebut sehari – sehari akan bergerak dalam berbagai bidang

penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain – lain.

5. Kepala Ruangan Sebagai Manager Keperawatan

Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut Depkes

(1994), adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan fungsi perencanaan, seperti merencanakan jumlah dan kategori

tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan, jumlah jenis peralatan

perawatan yang diperlukan serta jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan

diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.

2. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, seperti mengatur dan

mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat, melaksanakan program

orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau tenaga lain yamg bekerja di ruang

rawat, serta memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk

melaksanakan asuhan perawatan sesuai standar

3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:

9

Page 10: makalah managemen

1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah

ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan pengetahuan

dan keterampilan di bidang perawatan.

2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian

Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan dan

tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai

kepentingan (naik pangkat/ golongan, melanjutkan sekolah) mengawasi dan

mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat-obatan secara

efektif dan efisien.

3) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan

keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.

6. Perawat Pelaksana

Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan

asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat

sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode

pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan

(Praptianingsi, 2006). Peran sebagai perawat pelaksana, yaitu:

a. Comferter

Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien (Praptianingsi, 2006).

Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu

memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka

memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan

kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan

kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan dengan klien.

b. Protector dan Advocat

Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya hak dan

kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter

& Perry (2005), sebagai pelindung perawat membantu mempertahankan

lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah

terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak

diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan.

c. Communication

10

Page 11: makalah managemen

Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini terkait

dengan keberadaan perawatyang mendampingi pasien selama 24 jam untuk

memberikan asuhan keperawatan (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry

(2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat

pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien, keluarga,

antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan

komunitas.

d. Rehabilitator

Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi maksimal

setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan

lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai dari mengajar klien

berjalan dengan menggunakan alat pembantu berjalan sampai membantu klien

mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis (Potter &

Perry, 2005)

B. Konsep Manajemen dalam Asuhan keperawatan

Pengertian Manajemen

Manajemen adalah suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan

pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian) yang

diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik dan

informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien

(Griffin, R.W, 2002). Sedangkan manajer adalah orang yang tanggung jawab

utamanya adalah melaksanakan proses manajemen.

Fungsi – fungsi manajemen adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan (Planning)

Fungsi perencanaan meliputi beberapa tugas, diantaranya mengenali masalah,

menetapkan dan mengkhususkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek,

mengembangkan tujuan, dan terakhir menguraikan bagaimana tujuan dan sasaran

tersebut dapat dicapai.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi)

yang dimiliki oleh organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk mencapai

tujuan organisasi.

11

Page 12: makalah managemen

c. Penggerak (Actuating)

Actuating adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu

bekerja secara optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan keterampilan

yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.

d. Pengelolaan Staf (Staffing)

Fungsi ini mencakup memperoleh, menempatkan dan mempertahankan anggota/staf

pada posisi yang dibutuhkan dalam pekerjaan.

e. Pengarahan (Directing)

Seorang manajer harus mampu memberikan arahan kepada stafnya sehingga mereka

menjadi pekerja yang berpengetahuan dan mampu bekerja secara efektif guna

mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

f. Pengontrolan (Controlling)

Tugas ini mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan yang

dilaksanakan oleh staf telah berjalan sesuai dengan rencana.

Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah :

a. Division of work (pembagian pekerjaan)

b. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)

c. Dicipline (disiplin)

d. Unity of command (kesatuan komando)

e. Unity of direction (kesatuan arah)

f. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada

kepentingan umum)

g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)

h. Centralization (sentralisasi)

i. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)

j. Order (ketertiban)

k. Stability of tenure of personal (stabilitas / masa jabatan pegawai)

l. Equity (keadilan)

m. Inisiative (prakarsa)

n. Esprit de Corps (kesetiakawanan korps / semangat bekerja sama )

Pengertian Manajemen Keperawatan

12

Page 13: makalah managemen

Manajemen keperawatan diartikan secara singkat sebagi proses pelaksanaan

pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,

pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/keluarga/masyarakat.

(Suyanto,2008).  Sehingga dapat disimpulkan manajemen keperawatan adalah suatu tugas

khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,

mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada baik sumber

daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan

yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana

masing -masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh

lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu

input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik. Input dari proses manajemen

keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas.

Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat

pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan

wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan,

pengembangan staf dan riset. Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen

keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja

perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan

finansial, audit keperawatan, survei kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

Menurut Suyanto (2008) Prinsip yang mendasari manajemen keperawatan yaitu:

a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan, karena melalui

fungsi perencanaan pimpinan dapat menurunkan resiko kesalahan, memudahkan

pemecahan masalah.

b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.

Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang

terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai waktu yang telah

ditentukan.

13

Page 14: makalah managemen

c. Manajemen keperawatan melibatkan para pengambilan keputusan. Berbagai situasi

maupun permasalahan yang terjadi saat mengelola kegiatan keperawatan memerlukan

keterlibatan pengambil keputusan diberbagai tingkatan manajerial.

d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer

keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan

ingini. Kepuasan pasien merupakan point utama dari seluruh tujuan keperawatan.

e. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi

proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana

yang telah diorganisasikan.

f. Devisi keperawatan yang baik dapat memotivasi perawat untuk memperlihatkan

penampilan kerja yang terbaik.

g. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.

h. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat

pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau untuk peningkatan pengetahuan

dan ketrampilan perawat.

i. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi: penilaian

pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi, menetapkan standar dan

membandingkannya dengan penampilan serta memperbaiki kekurangan yang terjadi.

Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari:

a. Manajemen Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari

tiga tingkatan manajerial, yaitu:

1) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)

2) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor)

3) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)

4)  Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses

keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep – konsep manajemen seperti

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

(Suyanto, 2008)

Proses manajemen keperawatan

       Proses manajemen keperawatan menurut Nursalam (2007) yaitu:

14

Page 15: makalah managemen

a. Pengkajian- pengumpulan data

Pada tahap ini seseorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi

tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit atau

puskesmas):’’ tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan yang akan

mempengaruhi fungsi organisasi keperawatn secara keseluruhan. Manajer perawat yang

efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan

melalui usaha orang lain.

b. Perencanaan

Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi

yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan dalam

asuhan keperawatan kepada semua pasien, menehgakkan tujuan, mengalokasikan

anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan.

c. Pelaksanaan

Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap

implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang

lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.

d. Evaluasi

Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah

dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu

melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta

mengidentifikasi faktor – faktor yang menghambat dan mendukung dalam  pelaksanaan.

C. Penerapan kepemimpinan dan Manajemen pada Setting Pelayanan di Rumah

Sakit dan Puskesmas

Keberhasilan manajemen keperawatan dalam mengelola suatu organisasi

keperawatan dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip manajemen

keperawatan yaitu :

1. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan

2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif

3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan

4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien

5. Manajemen keperawatan harus terorganisir

15

Page 16: makalah managemen

6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan

7. Divisi keperawatan yang baik

8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif

9. Pengembangan staf

10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan

Pada setting ruang rawat rumah sakit kita mengenal adanya kepala ruangan

(karu). Kepala ruangan adalah tenaga perawat yang diberikan tugas memimpin satu

ruang rawat dan bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan. Adapun

hal-hal yang dikelola oleh kepala ruang yaitu:

1. SDM Keperawatan

2. Sarana dan prasarana

3. Biaya/anggaran

4. Sistem informasi.

5. Karu secara terus menerus belajar dan menguasai pengetahuan manajemen yang

digunakan untuk menyelesaikan masalah manajerial.

6. Karu berasumsi bahwa perawat pelaksana memerlukan peningkatan kompetensi

7. Organisasi tetap eksis melalui upaya karu melakukan perubahan/pembaharuan.

Adapun lingkup kegiatan kepala ruangan (Huber, 2006) yaitu:

1. Mengelola praktik klinik keperawatan dan askep di ruang rawat

2. Mengkoordinasikan pelayanan ruangan dengan dengan tim kesehatan.

3. Mengelola keuangan

4. Mengelola SDM keperawatan di ruangan

5. Bertanggung jawab terhadap staf dan pengaturan shift.

6. Mengevaluasi kualitas dan askep yang tepat.

7. Mengorientasikan dan mengembangkan staf

8. Menjamin terlaksananya standar dan aturan lain.

9. Mempertahankan kenyaman/keamanan pasien

16

Page 17: makalah managemen

D. Penerapan Kepemimpinan dan Majemen pada Setting Pelayanan Keperawatan di

Puskesmas

Puskesmas sebagai unit pelayanan strata pertama sebenarnya merupakan tempat

yang paling ideal bagi perawat khususnya untuk aplikasi perawatan kesehatan keluarga

dan komunitas. Selama ini, manajemen keperawatan tidak dijalankan dengan baik di

Puskesmas. Berbeda dengan di Rumah Sakit atau klinik swasta. Secara umum,

manajemen Puskesmas telah diatur oleh pemerintah termasuk pencatatan dan

pelaporannya. Namun, tugas pokok dan fungsi perawat sebagai pelaksana asuhan

keperawatan sangat jarang tersentuh pada aplikasinya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa tugas perawat di Puskesmas tidak sama dengan di

Rumah Sakit atau klinik. Perawat di Puskesmas selain memberikan pelayanan di dalam

gedung juga memberikan pelayanan di luar gedung. Ditambah lagi dengan beberapa

tugas rangkap yang disebabkan kurangnya tenaga di Puskesmas. Banyak perawat yang

harus melaksanakan tugas administratif yang seharusnya menjadi tugas staf administrasi.

Bahkan di banyak Puskesmas Pembantu, perawat seringkali melakukan tindakan yang

sebenarnya merupakan fungsi dependent dari tenaga keperawatan. Mengingat hal

tersebut, perlu suatu manajemen yang tepat agar perawat di Puskesmas bisa menjalankan

tugas dan fungsinya dengan baik.

E. Penerapan Kepemimpinan dan Majemen pada Setting Pelayanan Keperawatan

di Keluarga dan Masyarakat

Keluarga merupakan sumber dukungan social yang sangat diperlukan oleh

setiap individu di dalam setiap siklus kehidupannya (Efendi dan Makhfuldi, 2009,).

Dukungan sosial akan semakin dibutuhkan ketika seseorang mengalami masalah atau

sakit, di sinilah peran anggota keluarga diperlukan untuk menemani menjalani masa-

masa sulit dengan cepat. Tingkat kemandirian keluarga menurut Departemen

Kesehatan RI (2006) dalam Efendi dan Makhfuldi (2009) yaitu

17

Page 18: makalah managemen

Keperawatan kesehatan keluarga dalam keberadaannya tentunya memiliki tujuan.

Tujuan keperawatan kesehatan keluarga yaitu:

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat utk

mengatasi masalah kesehatan keluarga

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota

keluarganya

Meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya

Dalam keperawatan kesehatan keluarga terdapat cara-cara untuk memanajemen

kesehatan keluarga tersebut. Adapun Manajemen perawatan kesehatan keluarga adalah

Membina hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga

Melaksanakan pengkajian masalah kesehatan keluarga

Menyusun rencana asuhan perawatan kesehatan keluarga

Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga

Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan

Lain halnya dengan keluarga, masyarakat adalah sumber-sumber sejati dari divisi

keperawatan, dan masyarakat dibuat produktif oleh manajemen keperawatan. Melalui

18

Page 19: makalah managemen

fungsi keperawatan mereka dapat menghasilkan lingkungan hidup mereka sendiri dan

menemukan akses pada kebutuhan mereka terhadap status social, pencapaian komunitas

dan individu, dan kepuasan. (Swanburg, 2000)

F. Metode Penugasan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Pelayanan di

Rumah Sakit dan Puskesmas

Profesionalisme perawat mempengaruhi kualitas pelayanan dalam sebuah

institusi baik rumah sakit maupun puskesmas. Salah satu upaya untuk memberikan

pelayanan yang berkualitas dan profesional adalah pengembangan model praktik

keperawatan profesional (MPKP) yang mengatur metode penugasan dalam

memberikan asuhan keperawatan. Ada beberapa metode penugasan dalam manajemen

asuhan keperawatan di rumah sakit yang meliputi keperawatan fungsional,

keperawatan tim, keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen kasus.

1. Metode Fungsional

Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas

dan prosedur keperawatan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang

berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap

anggota staf. Setiap staf perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan

pada semua pasien di bangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk

pemberian obat, seorang lain untuk tindakan perawatan luka, dan sebagainya.

Gambar 1.1 Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional

19

Page 20: makalah managemen

2. Metode Tim

Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dnegan

menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini

dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki

pengetahuan di bidangnya (Registered nurse). Pembagian tugas dalam kelompok

dilakukan oleh pimpinan kelompok/ketua group dan ketua group bertanggung jawab

dalam mengarahkan anggota kelompoknya/tim. Ketua kelompok juga bertugas untuk

memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien

serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan

selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang.

Pelaksanaan konsep tim sangat bergantung pada filosofi ketua tim apakah

berorientasi pada tugas atau pada klien. tugas keta tim meliputi: mengkaji anggota

tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan, dan

mengkoordinasikan aktivitas klien.

3. Metode Primer

Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan

dimana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan

pelaksanaan pengevaluasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit

sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan

perawatan langsung secara total untuk klien. ketika perawat primer tidak sedang

20

Page 21: makalah managemen

bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada perawat asosier yang mengikuti

rencana keperawatan yang telah disusun oleh perawat primer.

Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Ada beberapa ketentuan untuk

menentukan perawat primer di antaranya, memiliki kemampuan asertif, self direstion

kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,

akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu,

biasanya yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah seorang perawat spesialis

klinik.

4. Metode Kasus

Metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien tertentu yang

didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan

kostan untuk periode tertentu. metode ini biasa diterapkan untuk perawatan khusus

seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas, dll.

5. Metode Modifikasi

21

Page 22: makalah managemen

Metode yang merupakan modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudasono

(2000), ada beberapa jenis metode modifikasi yang ditentukan berdasarkan kondisi

sumber daya manusia, antara lain adalah:

a. Model Praktek Keperawatan Profesional III. Ketenagaannya terdiri dari perawat

dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk

melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset.

b. Model Praktek keperawatan Profesional II. Ketenagaannya terdapat tenaga

perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu

tertetentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan

keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya. Jumlah perawat spesialis

direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya.

c. Model Praktek Keperawatan Profesional I. Diperlukan 3 komponen utama yaiitu:

ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan.

Kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.

d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula. Pada model ini terdapat 3

komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan

keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.

Nilai-nilai profesional dari penatalaksanaan kegiatan keperawatan daplikasikan

dalam bentuk aktivitas pelayanan profesional yang dipaparkan dalam 4 pilar sebagai

berikut: Pendekatan Manajemen (Management approach), Penghargaan karir

(compensatory rewards), Hubungan Profesional (Professional relationship), dan Sistem

pemberian asuhan pasien (patient care delivery system).

22

Page 23: makalah managemen

Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Community Health Nursing)

Perawatan Kesehatan Masyarakat sering disebut dengan PHN (Public Health

Nursing), namun pada akhir-akhir ini lebih tepat disebut CHN (Community Health

Nursing). Keperawatan Kesehatan masyarakat (Perkesmas) adalah pelayanan keperawatan

profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep

keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok

resiko tinggi. Kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat meliputi kegiatan di dalam

maupun di luar gedung Puskesmas baik upaya kesehatan perorangan dan atau upaya

kesehatan masyarakat. (Supari, 2006)

Pelaksana utama kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah semua perawat

fungsional keperawatan di Puskesmas. Perawat Puskesmas memiliki enam peran dan fungsi,

yaitu (1) sebagai penemu kasus (case finder), (2) sebagai pemberi pelayanan (care giver); (3)

sebagai koordinator dan kolaborator ; (5) pemberi nasehat (counseling); (6) sebagai panutan

(role model). (Supari, 2006)

Pengorganisasian di Puskesmas. Kepala Puskesmas merupakan penanggung jawab

kegiatan Perkesmas di Puskesmas. Agar berjalan optimal, ditetapkan adanya:

1. Perawat Pelaksana perkesmas di puskesmas adalah semua tenaga fungsional perawat di

Puskesmas.

23

Page 24: makalah managemen

2. Perawat penanggung jawab desa/daerah binaan merupakan perawat pelaksana yang

sekaligus membantu perawat koordintor perkesmas. Dalam aspek teknis keperawatan

kesehatan masyarakat, Kepala Puskesmas dibantu oleh Perawat Koordinator. (Supari,

2006)

G. Proses Timbang Terima Per-shift dan Ronde Keperawatan

1. Timbang Terima Per-shift

Proses timbang terima per-shift atau biasa disebut sebagai operan adalah suatu

proses dimana suatu tim perawat menyampaikan laporan yang berkaitan dengan kondisi

pasien, contohnya mengenai informasi tentang asuhan keperawatan kepada tim perawat

yang lain, dan biasanya dilaksanakan pada akhir shift (Smith, 2004). Perawat yang

melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap masalah, kebutuhan dan

segenap tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama

masa perawatan. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengakurasi, mereliabilisasi

komunikasi tentang perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk

kesinambungaan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja (Nursalam, 2002).

Gaya utama dalam proses timbang terima terdiri dari timbang terima verbal yang

bertempat di ruangan khusus, rekaman (tape recorder), timbang terima di samping

tempat tidur dan timbang terima secara tertulis (Sexton, 2004). Gaya timbang terima

yang diterapkan pada tiap rumah sakit berbeda tergantung dari masing-masing

manajemen rumah sakit tersebut. Timbang terima secara verbal dilakukan saat kedua

tim perawat yang akan bertukar shift berkumpul dalam ruangan khusus dan melakukan

konferensi dan bertukar informasi, model ini memakan waktu lama sehingga banyak

keluhan pasien yang tidak dapat tersampaikan. Sedangkan timbang terima yang

dilakukan di samping tempat tidur memungkinkan perawat menerima informasi terbaru

dari pasien dan tidak memakan banyak waktu dalam prosesnya.

Proses timbang terima dilakukan kepada masing-masing penanggung jawab dan

dilaksanakan setiap penggantian shift. Dari nurse station, perawat berdiskusi untuk

melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif hal-hal yang

berkaitan tentang masalah keperawatan klien. Hal-hal yang sifatnya khusus,

memerlukan perincian yang matang dicatat secara khusus untuk diserah terimakan pada

petugas berikutnya. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu disampaikan pada saat

timbang terima (Nursalam, 2002):

24

Page 25: makalah managemen

a) Identitas pasien dan diagnosa medis

b) Masalah keperawatan yang masih muncul

c) Tindakan mandiri keperawatan yang telah dilaksanakan

d) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan

e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan terhadap prosedur yang tidak

rutin dijalankan.

Perawat yang melaksanakan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya

jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau

berhak bertanya terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas. Timbang terima

harus dilakukan seefektif mungkin dan proses ini dilakukan tidak lebih dari 5 menit

untuk setiap pasien, kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang

rumit. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan

keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2002).

Prinsip dalam proses timbang terima terdiri dari (Brown, 2010):

a) Informasi harus disampaikan secara verbal dan tertulis

b) Diberikan atau disampaikan oleh perawat yang secara langsung menangani

pasien atau mengetahui kondisi pasien

c) Menunda pekerjaan atau kegiatan klinis selama proses timbang terima

d) Merupakan proses komunikasi dua arah, terdapat kesempatan untuk melakukan

klarifikasi

e) Ruang khusus, terpisah dari pekerjaan klinis dan kemungkinan distraksi lainnya

f) Menggunakan dokumentasi atau laporan yang telah tersedia untuk menghindari

adanya dokumentasi ganda atau kesalahan transkripsi

g) Berisi laporan singkat dan dikhususkan pada masalah klinis

h) Menghindari penggunaan singkatan dan istilah non spesifik

i) Menghindari asumsi lokal dan pengetahuan budaya

Kontinuitas dari sebuah pelayanan keperawatan profesional di rumah sakit dapat

dicapai dengan cara pengoptimalan peran dan fungsi masing-masing anggota tim

kesehatan. Hal ini dapat diwujudkan bergantung dari adanya suatu mekanisme

komunikasi yang efisien dan efektif dari seluruh anggota tim kesehatan (Sexton, 2004).

Apabila komunikasi antar tim kesehatan yang ada berjalan dengan lancar, maka peran

dan fungsi masing-masing anggota tim akan berjalan secara optimal, yang nantinya

secara otomatis dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

25

Page 26: makalah managemen

2. Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah

keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk

membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan, akan tetapi pada kasus tertentu

harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate

dengan melibatkan seluruh anggota tim. Karakteristik dari ronde keperawatan adalah

klien dilibatkan secara langsung dan merupakan fokus kegiatan, perawat asosiet,

perawat primer dan konselor melakukan diskusi bersama dan konselor memfasilitasi

kreatifitas serta membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet dan perawat

primer dalam mengatasi masalah (Sitorus, 2005).

Tujuan dari ronde keperawatan adalah menumbuhkan cara berpikir secara kritis,

menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah

klien, meningkatkan validitas data klien, menilai kemampuan justifikasi, meningkatkan

kemampuan dalam menilai hasil kerja, dan meningkatkan kemampuan untuk

memodifikasi rencana keperawatan (Sitorus, 2005). Intinya, ronde keperawatan ialah

suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dasar dari masing-

masing perawat agar skill atau kemampuan yang dimiliki semakin meningkat dan

menjadi setara antara perawat yang satu dengan perawat yang lainnya.

Peran dari masing-masing anggota tim dalam ronde keperawatan sangat penting

untuk memaksimalkan keberhasilan dalam pekerjaan, diantaranya yaitu (Sitorus, 2005):

a) Peran perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)

Menjelaskan keadaan dan data demografi klien

Menjelaskan masalah keperawatan utama

Menjelaskan intervensi yang belumdan yang akan dilakukan

Menjelaskan tindakan selanjutnya

Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil

b) Peran ketua tim lain dan konselor

Memberikan justifikasi

Memberikan reinforcement

Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan

yang rasional

Mengarahkan dan koreksi

26

Page 27: makalah managemen

Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

Pelaksanaan ronde keperawatan dimulai dari penjelasan tentang klien oleh

perawat primer, dalam hal ini penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan

rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan. Proses selanjutnya adalah diskusi

antar anggota tim mengenai kasus tersebut, pemberian justifikasi oleh perawat primer,

konselor atau kepala ruangan tentang masalah klien, serta tindakan yang akan

dilakukan dan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah atau yang akan

ditetapkan (Sitorus, 2005).

H. Dokumentasi dalam Asuhan Keperawatan di Area Rumah Sakit dan Puskesmas

Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan suatu upaya untuk

menegakkan akuntabilitas profesi perawat, yang secara umum bertujuan untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Pendokumentasian dilakukan setelah

pelaksanaan setiap tahap proses keperawatan keluarga dilakukan dan disesuaikan urutan

waktu. Adapun manfaat dari pendokumentasian diantaranya sebagai alat komunikasi

antar anggota tim kesehatan lainnya, sebagai dokumen resmi dalam sistem pelayanan

kesehatan, sebagai alat pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan

keperawatan yang diberikan pada pasien (Effendi, 1995).

Tujuan utama pendokumentasian keperawatan adalah mengidentifikasi status

kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien,merencanakan, melaksanakan

tindakan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan, serta dokumen tasi untuk penelitian,

keuangan, hukum dan etika. Sedangkan manfaat dari pendokumentasian ini antara lain :

Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi kepoerawatan, dimana

perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi

diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang

bukti di pengadilan.

Jaminan mutu (kualitas pelayanan). Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat,

akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah

klien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa

jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal

ini akan membantu meningkatkan mutu yankep.

27

Page 28: makalah managemen

Komunikasi, Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah

yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat

catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam

memberikan asuhan keperawatan.

Keuangan, Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah diberikan

dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam

biaya keperawatan.

Pendidikan, Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan

keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi

siswa atau profesi keperawatan.

Penelitian, Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan mengandung

informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan

profesi keperawatan.

Akreditasi, Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan

fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada jklien. Dengan demikian dapat

diambil kesimoulan tingkat keberhasilan pemeberian askep yang diberikan, guna

pembinaan lebih lanjut.

1. Dokumentasi Keperawatan di Puskesmas

Upaya keperawatan kesehatan masyarakat sebagai upaya kesehatan yang

professional harus dapat dipertanggungjawabkan baik dalam aspek teknis maupun

administrative. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan dokumentasi yang tepat

dan benar antara lain melalui pencatatan dan pelaporan kegiatan. Meskipun materi

yang dicatat dan dilaporkan tergantung informasi yang diperlukan untuk mendukung

proses pengambilan keputusan di tingkat Puskesmas/Kabupaten/Kota, tetapi

Puskesmas diharapkan mempunyai pencatatan kegiatan Perkesmas (Perawat

Kesehatan Masyarakat) sebagai berikut:

28

Page 29: makalah managemen

a. Pencatatan

Meliputi:

Formulir pengkajian keperawatan. Formulir pengkajian keperawatan baik untuk

individu, keluarga, kelompok, masyarakat.

1) Register Rawat jalan dan register rawat inap (untuk Puskesmas dengan Ruang

Rawat Inap).

2) Catatan keperawatan. Dimaksudkan untuk mencatat rencana, tindakan dan

penilaian keperawatan klien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) yang

mendapat asuhan keperawatan.

3) Family Folder (berkas catatan kesehatan keluarga) untuk setiap keluarga

rawan kesehatan/miskin yang dibina.

4) Buku register Kohort Keluarga Pembinaan Keluarga rawan. Merupakan

catatan untuk mengetahui identitas, masalah kesehatan yang dihadapi serta

kemajuan pembinaan keluarga rawan kesehatan/miskin yang dibina.

5) Buku register Pembinaan Kelompok/Desa/mayarakat. Merupakan catatan

untuk mengetahui identitas, masalah kesehatan yang dihadapi serta kemajuan

pembinaan kelompok khusus/masyarakat/desa yang dibina.

6) Buku Catatan Kegiatan Perawat. Merupakan catatan kegiatan perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan dan kegiatan lainnya, yang memudahkan

untuk perhitungan angka kredit jabatan fungsionalnya. (Keputusan Menkes RI,

2006)

b. Pelaporan

Disesuaikan dengan kebutuhan informasi untuk mengukur keberhasilan

upaya keperawatan kesehatan masyarakat sesuai dengan indikator yang sudah

29

Page 30: makalah managemen

diterapkan. Bentuk format laporan terintegrasi dengan sistem pelaporan yang

berlaku. (Keputusan Menkes RI, 2006)

2. Dokumentasi Keperawatan di Rumah Sakit

Teknik dokumentasi keperawatan merupakan cara menggunakan

dokumentasi keperawatan dalam penerapan proses keperawatan. Ada tiga teknik

dokumentasi yang sering digunakan:

a) SOR (Source Oriented Record)

Adalah tehnik dokumentasi yang dibuat oleh setiap anggota tim kesehatan.

Dalam melksanakan tindakan mereka tidak tergantung dengan tim lainnya.

Catatan ini cocok untuk pasien rawat inap.

b) Kardex

Teknik dokumentasi ini menggunakan serangkaian kartu dan membuat data

penting tentang klien dengan menggunakan ringkasan problem dan terapi

klien yang digunakan pada pasien rawat jalan.

c) POR (Problem Oriented Record)

POR merupakan teknik efektif untuk mendokumentasikan system pelayanan

keperawatan yang berorientasi pada masalah klien. Teknik ini dapat digunakan

untuk mengaplikasikan pendekatan pemecahan masalah, mengarahkan ide

pemikiran anggota tim mengenai problem klien secara jelas.

Sistem POR ini mempunyai 4 komponen: Data dasar, daftar masalah, rencana

awal, catatan perkembangan

Format Dokumentasi

Aziz Alimul (2001) mengemukakan ada lima bentuk format yang lazim digunakan:

a) Format naratif. Merupakan format yang dipakai untuk mencatat perkembangan

pasien dari hari ke hari dalam bentuk narasi.

30

Page 31: makalah managemen

b) Format Soapier

Format inib dapat digunakan pada catatan medic yang berorientasi pada masalah

(problem oriented medical record) yang mencerminkan masalah yang di

identifikasi oleh semua anggota tim perawat.

Format soapier terdiri dari:

S= Data Subjektif. Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang dirasakan

sendiri oleh pasien

O = Data Objektif. Tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose

keperawatan meliputi data fisiologis dan informasi dari pemeriksaan. Data info dapat

diperoleh melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

diagnostic laboratorium.

A = Pengkajian (Assesment). Analisis data subjektif dan objektif dalam menentukan

masalah pasien.

P = Perencanaan. Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan dating dari

intervensi tindakan untuk mencapai status kesehatan optimal.

I = Intervensi. Tindakan yang dilakukan oleh perawat

E = Evaluasi. Merupakan analisis respon pasien terhadap intervensi yang diberikan

R = Revisi. Data pasien yang mengalami perubahan berdasarkan adanya respon

pasien terhadap tindakan keperawatan merupakan acuan perawat dalam melakukan

revisi atau modifikasi rencana asuhan keperawatan.

c) Format fokus/DAR

Semua masalah pasien diidentifikasi dalam catatan keperawatan dan terlihat pada

rencana keperawatan. Kolom focus dapat berisi : masalah pasien (data), tindakan

(action) dan respon (R)

d) Format DAE

Merupakan system dokumentasi dengan konstruksi data tindakan dan evaluasi

dimana setiap diagnose keperawatan diidentifikasi dalam catatan perawatan,

terkait pada rencana keprawatan atau setiap daftar masalah dari setiap catatan

perawat dengan suau diagnose keperawatan.

e) Catatan perkembangan ringkas

Dalam menuliskan catatan perkembangan diperlukan beberapa hal yang perlu

diperhatikan antara lain :

31

Page 32: makalah managemen

Adanya perubahan kondisi pasien, berkembangnya masalah baru, pemecahan

masalah lama, respon pasien terhadap tindakan, kesediaan pasien terhadap

tindakan, kesediaan pasien untuk belajar, perubahan rencana keperawatan, adanya

abnormalitas atau kejadian yang tidak diharapkan

I. Upaya Peningkatan Kualitas Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan agar

Sesuai dengan Kualitas Akreditasi Secara Internasional/JCI

Di era globalisasi ini, segala profesi yang ada dituntut untuk menunjukkan

keprofesianalannya, termasuk profesi perawat. Untuk menyikapi hal ini lahirlah

standar akreditasi internasional yang telah dibuat dengan tujuan memudahkan adanya

pengakuan berstandar Internasional bagi profesi perawat. Adanya standar akreditasi

international perawat ini sangatlah penting, karena Perawat memiliki peranan

besar bagi suatu rumah sakit dalam memenuhi standar pelayanan internasional. Guna

memberikan pelayanan yang baik, perawat harus memperhatikan standar pelayanan

sesuai akreditasi Joint Commision International (JCI), yaitu keselamatan pasien dan

kualitas perawatan pasien (Dimyati, 2012).

Demi terwujudnya pelayanan rumah sakit di Indonesia yang memenuhi

standar JCI dibutuhkan berbagai peranan elemen masyarakat, termasuk

pemerintah.Dalam upaya mendukung peningkatan mutu rumah sakit, pemerintah telah

membuat kebijakan yang dituangkan dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan No. 659 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Indonesia Kelas Dunia dan SK Menteri Kesehatan No. 1195 Tahun 2010 tentang

Lembaga Akreditasi Rumah Sakit Bertaraf Internasional (IZN, 2012). Seluruh

regulasi ini berperan dalam mengatur instansi kesehatan menuju rumah sakit yang

memenuhi standar JCI.

Akreditasi tersebut menjadi wujud nyata peningkatan profesionalisme bagi

setiap rumah sakit yang mendapatkan akreditasi itu. Kelanjutan apabila suatu RS

sudah berstandar JCI maka harus ada peranan dari elemen lain yang terlibat

didalamnya. Salah satu bagian yang memegang peranan penting ialah

perawat. Apabila suatu rumah sakit telah berakreditasi JCI maka perlu

32

Page 33: makalah managemen

adanya komunikasi yang optimal antara rumah sakit dengan perawat, dan perawat

dengan pasien. “Perawat yang baik harus mampu mewujudkan efisiensi biaya

perawatan kesehatan," ucap Taryudi, Direktur Keperawatan RS Premier

Jatinegara (Dimyati, 2012).

Program yang telah dijalankan oleh RS Premier Jatinegara sebagai upaya

pemenuhan standar JCI ini ialah dengan menjalankan Clinical Pathways (Dimyati,

2012). Program ini menjadi sarana komunikasi yang akurat antara para perawat

dengan pasien. Sehingga komunikasi yang akurat bisa mewujudkan efisiensi biaya

perawatan kesehatan, sehingga bisa menekan pengeluaran yang harus ditanggung

pasien. Perawat yang professional harus mampu menempatkan dirinya dan

mengambil segala pelajaran yang didapat kemudian diterapkan saat bertemu

pasiennya.

Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ibu Dewi Irawaty

mengatakan, komitmen perawat harus kuat dalam mengutamakan kepentingan

pasien (IZN, 2012). Beliau mengungkapkan bahwa nasib pasien ditentukan dengan

kinerja perawat. Sebagai seorang pemimpin yang juga harus mampu mengatur

segalanya, disinilah perawat yang telah berkomitmen harus mampu membantu pasien

dalam menyelesaikan segala masalahnya. “Coba dibayangkan kalau ada perawat yang

melakukan mogok kerja, bagaimana dengan nasib pasiennya,” ungkap Ibu Dewi

Irawaty.

Langkah konkrit lainnya ialah meningkatkan kompetensi perawat di

Indonesia. Perawat harus memiliki kemampuan kompetensi khusus dalam

meningkatkan pelayanan. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Kemenkes, Supriantoro, mengatakan Pemerintah Indonesia telah

menandatangani Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Nursing Services di

Busan, Filipina pada 2006 lalu. Dengan langkah tersebut artinya Indonesia dituntut

memiliki kesejajaran dalam mutu pelayanan keperawatan dengan negara-negara

ASEAN lainnya (Dimyati, 2012). "Dalam pelayanan medik, perawat berada di lini

depan dalam menangani pasien. Perawat sudah dapat menegakkan diagnosis

keperawatan sehingga dapat memberikan perawatan sebelum pasien ditangani oleh

dokter," kata Supriantoro.

33

Page 34: makalah managemen

Dari berbagai penjelasan yang telah dipaparkan menujukkan bahwa perawat

telah menjadi bagian yang vital dalam proses penanganan pasien. Setiap perawat

dituntut untuk mengetahui dengan baik prosedur dan standar keselamatan pasien serta

peran dan tanggung jawabnya. Perawat yang baik di rumah sakit yakni perawat yang

mampu mewujudkan efisiensi biaya perawatan kesehatan sekaligus hidup-mati

pasien. Oleh karena itu, banyak rumah sakit yang mulai menggalakkan banyak cara

untuk mewujudkan hal ini, seperti program Clinical Pathways yang dijalankan di RS

Premier Jatinegara. Mari kita dukung program untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan rumah sakit di Indonesia agar sesuai dengan standar internasional.

34

Page 35: makalah managemen

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan merupakan bagian yang terpenting dalam pelayanan kesehatan yang

pasti memerlukan suatu pengelolaan keperawatan yang baik. Sementara untuk

mewujudkan pengelolaan yang baik diperlukan beberapa tingkat pengetahuan tentang

manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan

sistem terbuka dimana masing -masing komponen saling berhubungan dan

berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan yang didalamnya terdapat prinsip,

lingkup, dan proses.

Pengeloaan keperawatan yang baik akan dapat didapatkan apabila diserta cara

kepemimpinan yang baik sehingga dapat dipastikan staf keperawatan melaksanakan

tugasnya dengan baik. Penerapan kepemimpinan dan manajemen keperawatan pun

berbeda menurut lingkupnya, baik itu di ruang rawat inap, puskesmas, atau

masyarakat dan keluarga. Terdapat banyak istem penugasan dalam manajemen

keperawatan yang penerapan dari kesemuanya tersebut bergantung pada sumber daya

masyarakat, situasi, dan kondisi yang berlangsung.

Setiap staf keperawatan memeliki fungsi dan tugas tersendiri yang tercakup dalam

fungsi dependen, fungsi independen, dan fungsi interdependen yang di dalam

penerapannya juga dipengaruhi oleh tingkat kabatan serta kewenangan yang dimiliki

oleh perawat, misalnya seorang kepala ruangan yang juga bertugas untuk memberikan

pengarahan kepada staf perawat di bawahnya selain harus memberikan asuhan

keperatan kepada klien. Selain berinteraksi dengan klien dan tim medis yang lain 35

Page 36: makalah managemen

perawat juga melakukan interaksi dengan sesama perawat untuk salah satunya melalui

operan shift atau pun ronde. Semua manajemen keperawatan ini tidak lain bertujuan

untuk memberikan pelayanan yang baik. Dan pelayanan yang baik adalah pelayanan

yang sesuai akreditasi yang terdapat pada Joint Commision International (JCI), yaitu

keselamatan pasien dan kualitas perawatan pasien.

B. Saran

Saat ini, dunia keperawatan dan perawat dituntut untuk seakin maju dan lebih

professional yang bukan hanya memberikan asuhan keperawatan yang bermutu akan

tetapi juga memiliki skill untuk dapat memanajemen dan memimpin. Manajemen

keerawatan yang baik akan berefek pada peningkatan pelayanan asuhan keperawatan

yang baik pula. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan kepemimpinan dan

manajemen perawat yang sesuai dengan JIC (Joint Commision International) salah

satunya dengan memenuhi akreditasi yang telah ditetapkan di rumah sakit yang telah

terakreditasi.

36

Page 37: makalah managemen

DAFTAR PUSTAKA

Brown, A. (2010). Review of Nursing Shift to Shift Handover at a Regional Hospital.

http://www.changechampions.com.au/resource/Andrew_Brown.pdf.

Connor, F.,D. (2010).”Nursing’s Role in The Computerization.” Diakses dari

http://proquestnursing&alliedhealthsource diakses 6 September 2012-09-08

Dimyati, Vien. (2012). Kompetensi Perawat Perlu Ditingkatkan.

http://www.jurnas.com/halaman/9/2012-05-22/209811. (Diakses pada 09 September

2012, 12.45)

Griffin, R.W. (2002). Manajemen . Jakarta: Erlangga.

Harnawatiaj. 2008. Dokumentasi Keperawatan. Diakses 5 September 2012. Di

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/06/23/format-dokumentasi-keperawatan/

IZN. (2012). Perawat Berperan Penting Mewujudkan RS Berakreditasi Internasional.

http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=814&catid=2. (Diakses pada

05 September 2012, 11.15)

Kozier, et al., (1995). Fundamentals of nursing: concepts process and practice, fourth

edition, Addison Wesley, California

Nursalam (2002). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

------------. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik Keperawatan Profesional

Edisi 2. Jakarta: Salemba  Medika

37

Page 38: makalah managemen

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing: Concept, Process, and Practice.

4th Ed. St. Louis: Mosby-Year Book Inc.

Sexton, A.C., et al. (2004). Journal of Nursing Management: Nursing handovers: do we

really need them?. http://publicationslist.org/data/m.elliott/ref-10/Nursing

%20handovers%20-%20do%20we%20really%20need%20them.pdf.

Sitorus, R. (2005). Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta: EGC.

Smith, G.D. (2004). Get Set for Nursing. Edinburgh: Edinburgh University Press.

Supari, S.F. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Nomer 279/MENKES/SK/IV/2006 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di

Puskesmas. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Suyanto, SKp, M.Kep (2008) ; Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Yogjakarta:

MITRA CENDIKIA Press,

Swanburg, Russel C. ( 2000 ), Pengantar kepemimpinan & manajemen  keperawatan. Jakarta:

EGC.

Windyati, Senik (2008). Seminar Peran Sistem Informasi Kesehatan dalam Desa Siaga. Sistem

Informasi dalam ...simkes.fk.ugm.ac.id/?p=8 diakses pada tanggal 6 September 2012

38