makalah maternitas
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu
tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan kuantitatif dan pelayanan dalam
upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan (Mochtar, 1998)
Derajat kesehatan keluarga dan masyarakat ditentukan oleh kesehatan ibu
dan anak. Salah satu keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan berdasarkan
Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate) dan Angka Kematian Bayi
(Neonatal Mortality Rate) (Saifuddin, 2002).
Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang
ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus melalui vagina
ke dunia luar. Pada beberapa kasus seperti placenta previa, preeklamsia, gawat
janin, kelainan letak janin dan besar, persalinan melalui vagina dapat
meningkatkan resiko kematian pada ibu dan bayi sehingga diperlukan cara
alternative lain dengan mengeluarkan hasil konsepsi melalui bantuan ekstraksi
vakum (Mochtar, 1998).
Simpson memperkenalkan gagasan ekstraksi vakum pada tahun 1840-an,
dan sejak itu dilakukan banyak upaya untuk merekatkan alat penarik melalui
sebuah pengisap ke kulit kepala janin. Semua alat yang dilaporkan sebelumnya
gagal sampai Malmstorm (1954) menerapkan suatu prinsip baru, yaitu traksi pada
sebuah mangkuk logam yang dirancang sedemikian rupa sehingga pengisapan
akan menimbukan kaput artifisial, atau chignon di dalam mangkuk yang menahan
dengan kuat sehingga janin dapat ditarik. Angka pelahiran dengan ekstraksi
vakum di Amerika Serikat dari tahun 1980 sampai 1997 lebih kurang 6%
(Williams, 2005) .
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
- Menjelaskan persalinan dengan ekstraksi vakum.
1.2.2 Tujuan Khusus
- Menjelaskan pengertian ekstraksi vakum.
- Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi persalinan dengan ekstraksi
vakum.
- Menjelaskan teknik persalinan dengan ekstraksi vakum.
- Menjelaskan komplikasi persalinan dengan ekstraksi vakum.
- Menjelaskan asuhan keperawatan persalinan dengan ekstraksi vakum..
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekstraksi Vakum
2.1.1 Pengertian
Ekstraksi vakum ialah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan
ekstraksi tenaga negatif (vakum) di kepalanya (Bobak, 2004).
Ekstraksi vakum adalah suatu tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vacum
ekstraktor ( Standar Pelayanan Kebidanan).
Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi
pada bayi. Oleh karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk
mengekspresikan bayinya, merupakan faktor yang sangat penting dalam
menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama.
Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang
dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum).
Sejak abad ke-17 diusahakan untuk menciptakan alat yang dapat
melahirkan kepala janin tanpa mengadakan tekanan kepadanya, dan tidak
memerlukan banyak tempat dalam rongga panggul. Pada tahun 1957, Malstrom
berhasil membuat alat yang dinamakan ekstraktor vakum. Prinsip
menyelenggarakan ekstraksi vakum yaitu antara kepala janin dan alat penarik
sehingga kepala mengikuti gerakan alat tersebut.
Pada saat ini telah ada vakum ekstraktor elektris yang akan memudahkan
pemakaiannya. Tekanan vakum yang dianggap tidak berbahaya untuk bayi
berkisar antara 0,4-0,6 kg/cm2 (Mochtar, 1998).
2.1.2 Alat
Alat-alat ekstraksi vakum terdiri dari atas :
a. Mangkok dari logam yang agak mendatar dalam berbagai ukuran
(diameter 30-60 mm) dengan lubang ditengah-tengahnya
3
b. Pipa karet yang pada ujung satu dihubungkan dengan mangkok dan pada
ujung yang lain dengan suatu alat penarik dari logam
c. Rantai dari logam yang berhubungan dengan alat bundar dan datar; alat
tersebut dimasukkan ke dalam rongga mangkok sehingga dapat menutup
lubangnya; selanjutnya rantai dimasukkan ke dalam pipa karet dan setelah
ditarik kuat, dikaitkan dngan alat penarik
d. Pipa karet yang pada ujung yang satu dihubungkan dengan alat penarik
dan pada yang lain dengan botol penompang cairan yang terisap(lendir,
darah, air ketuban dan sebagainya)
e. Manometer dan pompa tangan untuk menghisap udara, yang berhubungan
dengan botol penumpang dan menyelenggarakan vakum antara mangkok
dan kepala janin.
Gambar 2.1.2 Ekstraktor vakum
2.1.3 Syarat-syarat dilakukan ekstraksi vakum
a. Pembukaan serviks lebih 7 cm
b. Penurunan kepala janin pada Hodge II
c. Janin hidup
d. Presentasi kepala
e. Ketuban sudah pecah
f. Janin harus dapat lahir lewat pervaginam atau tidak ada kesempitan
panggul
4
g. Janin tidak premature
h. Kontraksi baik
i. Ibu kooperatif dan masih mampu mengejan
2.1.4 Indikasi
2.1.4.1 Ibu
a) Kelelahan ibu (exhausted mother)
b) Toksemia gravidarum
c) Ruptura Uteri iminens
d) Kala II memanjang
e) Penyakit jantung kompensata, penyakit paru fibrotik
2.1.4.2 Janin
a. Gawat Janin
2.1.5 Kontraindikasi
2.1.5.1 Ibu
a. Ruptur uteri
b. Panggul sempit
c. Pada penyakit-penyakit di mana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan,
misalnya payah jantung, preeklamsia berat.
d. Ibu tidak boleh mengedan.
2.1.5.2 Janin
a. Letak lintang, presentasi muka, persentasi bokong atau presentasi kepala
menyusul.
2.1.6 Keunggulan Ekstraksi Vakum
a. Tidak memerlukan anestesi umum
b. Komplikasi pada ibu maupun janin lebih sedikit.
c. Pemasangan mudah
d. Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan
lahir
5
2.1.7 Kerugian Ekstraksi Vakum
a. Waktu untuk melahirkan janin lebih lama dari ekstraksi forsep (lebih dari
6 menit)
b. Ekstraksi vacum tidak dapat digunakan pada :
- Letak muka
- Kaput suksadeneum yang sudah besar
- Gawat janin yang berat
- Kepala menyusul pada letak sungsang
- Disproporsi sefalo-pelvik
c. Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari
karet dan harus selalu kedap udara
2.1.8 Komplikasi
2.1.8.1 Ibu
a. Robekan pada dinding vagina, perineum
b. Perdarahan
c. Infeksi
2.18.2 Janin
a. Perdarahan dalam otak
b. Kaput suksedaneum artifisialis
c. Fraktur tulang tengkorak
d. Perdarahan intrakranial
e. Trauma susunan saraf pusat
2.1.9 Prosedur pemasangan eksraktor vakum
1. Ibu tidur dalam posiisi litotomi. Vulva dan sekitarnya dibersihkan dengan
kapas sublimat atau kapas lisol dan kemudian tinctura jodii 2 %. Kandung
kemih dan rektum dikosongkan
2. Setelah bagian-bagian dari alat vakum ekstrator di pasang di mangkuk lalu
dimasukkan ke dalam vagina dan langsung diletakkan pada bagian
terbawah kepala janin
6
3. Pembantu memompa ekstrator vakum samapai menjadi hampa udara 0,2
kg/cm2, lalu ditunggu selama lebih kurang 2 menit. Selama menunggu ini
dilakukan periksa dalam kembali untuk mengetahui apakah letak mangkok
sudah benar dan tidak ada jalan lahir yang terjepit antara mangkuk dan
kepala. Jika da jalan lahir yang terjepit, maka tekanan diturunkan kembali
samapai 0 kg/cm2, dan letak mangkuk dibenarkan. Setelah itu tekanan
dinaikkan lagi sampai 0,2 kg/cm2, tunggu 2 menit, naikkan tekanan sampai
0,4 kg/cm2, tunggu 2 menit, naikkan tekanan sampai 0,6 kg/cm2, tunggu 2
menit.
4. Lakukan traksi dengan arah yang sesuai dengan arah sumbu jalan lahir.
Traksi dilakukan sewaktu his datang dan pasien disuruh mengedan serta
searah dengan titik tengah dari mangkuk.
Gambar 2.1.9 prosedur pemasangan ekstrator vakum
7
8
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN PERSALINAN
EKSTRAKSI VAKUM
1. Pengkajian
Pengkajian pada ibu sebelum ibu melahirkan adalah :
a. Toksemia gravidarum
b. Ruptura uteri iminens
c. Kala II memanjang
d. Penyakit jantung kompensata
e. Penyakit paru fibrotik
f. Panggul sempit
g. Ibu tidak boleh mengedan
Pengkajian pada ibu selama dan sesudah melahirkan adalah :
a. Robekan pada dinding vagina, perineum atau serviks
b. Perdarahan
c. Infeksi
Pengkajian setelah kelahiran pada bayi dibagi menjadi 3 tahapan:
a. Segera
b. Transisional
c. Periodik
a. Pengkajian Segera
Menggunakan system scoring, yaitu dengan menggunakan nilai APGAR
A: Apperance (Warna)
P: Pulse (Denyut nadi)
G: Grimace (Reflek)
A: Activity (Tonus otot)
R: Respiratory Effort (Usaha bernafas)
9
Table nilai APGAR SCORE
Tanda 0 1 2
Warna Biru, pucat Tubuh merah
muda, ekstermitas
biru
Merah muda
seluruh tubuh
Denyut nadi Tidak ada <100 x/m >100 x/m
Reflek Tidak ada respon Menyeringai Menangis
Tonus otot Lemah Ekstermitas sedikit
kaku
Fleksi baik
Pernafasan Tidak ada Lambat, tangis
lemah
Menangis baik
b. Pengkajian Transisional
Selama 24 jam pertama kehidupan bayi normal benar-benar menjadi
perubahan dan fisiologis
c. Pengkajian Periode
a. Periode I
Reaktivitas (30 menit pertama) setelah lahir bayi terjaga, respon positif,
menghisap dan menangis.
b. Periode II
- Reaktivitas berlangsung 2-5 jam
- Bayi bangun dari tidur yang nyenyak
- Bayi mengeluarkan meconium, urine.
c. Periode III
- Stabilisasi (12-14 jam) setelah bayi lahir
- Bayi lebih mudah untuk tidur dan terbangun
- Tanda vital stabil dan kulit merah dan hangat.
Tindakan Resusitasi
a. Setelah tali pusat digunting, sumber oksigen bayi satu-satunya udara bebas
b. Bila untuk beberapa alasan bayi tidak berupaya bernafas, oksigen tidak dapat
mencapai aliran darah melalui paru-parudan bayi akan segera mati
10
c. Ketika bayi dapat hidup sel-sel otak yang sangat sensitif mungkin dapat rusak
secara permanen karena kekurangan oksigen > 5 menit
d. Resusitasi ditujukan untuk mengatasi 3 masalah pada aspiksia neonatus :
- Membersihkan jalan nafas terhadap sumbatan lendir dan cairan
- Mendorong oksigen ke dalam paru-paru yang kolaps
- Menstimulasi bayi untuk bernafas.
Lingkungan
a. Pengaruh terhadap bayi
ketika bayi telah lahir, tubuh yang basah, hangat, terpapar ke udara dingin,
kedinginan yang tiba-tiba ini menyebabkan dengan bayi bernapas cepat.
b. Lingkungan termal netral
Pemeliharaan hal-hal yang sangat penting adalah :
Identifikasi BBL
a. Dari aspek legal, identifikasi dianjurkan.
b. ldentifikasi pada pergelangan dipasang tangan bayi dan pergelangan kakinya
dengan nama lengkap ibunya, nomor pendaftaran jenis kelamin, tanggal dan
waktu lahir, sidik jari kaki bayi dan telapak tangan.
Pencatatan BBL
Meliputi:
1. Waktu dan tipe kelahiran
2. Jenis kelamin
3. Apgar score
4. Warna kulit
5. Menangis
6. Keadaan umum
7. Abnormalitas yang jelas/ cedera setelah lahir
8. Pengobatan
11
9. Nomor identitas
10. Pemberian oksigen
11. Tindakan resusitasi
12. Cara bayi akan diberi makan
13. Kapan dan bagaimana kondisi bayi meninggalkan ruang bersalin.
Prioritas tujuan intervensi keperawatan
1. Meningkatkan upaya kardiopulmonal efektif
2. Mempertahankan suhu tubuh bayi
3. Mencegah cedera dan komplikasi
4. Meningkatkan kedekatan bayi dan orang tua.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma kepala
Hasil yang diharapkan : bebas dari cedera
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan temuan abnormal
melalui pengkajian pada bayi
baru lahir misalnya gangguan
klavikula, depresi tengkorak
atau gangguan ekstermitas.
Kaji bayi terhadap anomali
kongenital seperti spina bifida,
dislokasi panggul kongenital,
hipospadia, atau epispadia.
Posisikan bayi baru lahir pada
abdomen atau miring dengan
gulungan selimut di punggung.
Pantau bayi terhadap kesulitan
dalam mengatasi mukus.
Kolaborasi
Berikan Vitamin K
Membantu mendeteksi
kemungkinan cedera kelahiran,
seperti fraktur klavikula,
tengkorak, atau ekstremitas.
Mengidentfikasi kondisi yang
memerlukan intervensi segera.
Membantu mencegah aspirasi.
Karena saluran usus bayi baru
12
(AquaMEPHYTON) secara IM lahir steril pada saat lahir, dan
pemberian makan.
b. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan atau distensi uterus.
Hasil yang diharapkan : mengidentifikasi dan menggunakan intervensi
untuk mengatasi nyeri dan berkurangnya nyeri.
INTERVENSI RASIONAL
Tentukan adanya, lokasi dan
sifat nyeri. Tinjau ulang
persalinan dan catatan
kelahiran.
Inspeksi perbaikan perineum
dan epiostomi. Perhatikan
edema, ekimosis, nyeri tekan
lokal, eksudat purulen atau
kehilangan perlekatan jahitan.
Berikan kompres es pada
perineum, khususnya selama 24
jam pertama setelah kelahiran.
Berikan kompres panas lembab
misal berendam dalam bak
mandi dengan suhu 38° sampai
43,2°C selama 20 menit, 3
sampai 4 kali sehari, setelah 24
jam pertama.
Kaji nyeri tekan uterus.
Mengidentifikasi kebutuhan
pasien dan intervensi yang tepat.
Dapat menunjukkan trauma
berlebihan pada jaringan
perineal atau terjadinya
komplikasi yang memerlukan
evaulasi/ intervensi.
Meningkatkan vasokonstriksi
dan mengurangi edema.
Meningkatkan sirkulasi pada
perineum, meningkatkan
oksigenasi, menurunkan edema
dan mempercepat penyembuhan.
Selama 12 jam pertama
persalinan, kontraksi uterus kuat
dan reguler serta berlanjut dalam
2-3 hari.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jaringan trauma, kulit rusak.
Hasil yang diharapkan : bebas dari tanda infeksi
INTERVENSI RASIONAL
13
Tinjau ulang faktor-faktor
resiko pada ibu yang membuat
bayi cenderung terkena infeksi
yang mungkin didapatkan
secara transplasenta atau saat
kelahiran.
Sikat dan cuci tangan dan
lengan dengan preparat iodofor
sebelum memasuki ruang
perawatan bayi, setelahkontak
dengan material terkontaminasi,
dan setelah memegang setiap
bayi.
Demam maternal selama
seminggu sebelum kelahiran,
ketuban pecah yang lama (lebih
dari 24 jam), persalinan yang
lama, cairan amniotik berbau
busuk dan adanya penyakit
infeksi.
Mencuci tangan yang benar
adalah faktor tunggal yang
paling penting dalam
melindungi bayi baru lahir dari
infeksi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn E. (2001). Rencana Perawatan Maternal : pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri. Edisi 2. EGC : Jakarta
Wiknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka
15