makalah menulis puisi
DESCRIPTION
this ismeTRANSCRIPT
Menulis Puisi
1. Pembuka
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, kami menyimpulkan rumusan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah pengertian dialog?
1.2.2 Apa sajakah aturan dasar dialog?
1.2.3 Apakah landasan dialog?
1.2.4 Apa sajakah syarat dialog?
1.2.5 Apakah manfaat dialog?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 Menjelaskan pengertian dialog
1.3.2 Menjelaskan aturan dasar dialog
1.3.3 Menjelaskan landasan dialog
1.3.4 Menyebutkan syarat-syarat dialog
1.3.5 Menyebutkan manfaat dialog
1
2. Pembahasan
2.1 Pengertian Menulis
Menurut (Tarigan, 1994 : 3) menulis merupakan suatu ketrampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,
tidak secara tatap muka dengan orang lain. Dalam kegiatan menulis ini maka
sang penulis haruslah trampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan
kosa kata. Ketrampilan menulis ini tidak hanya akan datang secara otomatis,
melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.
2.2 Tujuan menulis
Tujuan menulis menurut Hartig (Tarigan, 1994 : 24) adalah sebagai
berikut :
2.2.1 Tujuan Penugasan (Assigment Purpose)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama
sekali. Dalam artian penulis menulis sesuatu karena ditugaskan,
bukan atas kemauan sendiri.
2.2.2 Tujuan Altruistik (Altruistic Purpose)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,
menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para
pembaca memahami, menghargai, perasaan dan penaarannya, ingin
membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan
dengan karyanya itu.
2.2.3 Tujuan Persuasif (Persuasive Purpose)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran
gagasan yang diutarakan.
2.2.4 Tujuan Informasional, Tujuan Penerangan (Informational Purpose)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau
keteragan/penerangan kepada para pembaca.
2.2.5 Tujuan Pernyataan diri (Self-Expressive)
Tulisan yang bertujuan memperkelnakan atau menyatakan diri sang
pengarang kepada para pembaca.
2
2.2.6 Tujuan kreatif (Creative Purpose)
Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tulisan
ini bertujuan untuk mencapai nilai-nilai artistik, niaai-nilai kesenian.
2.2.7 Tujuan Pemecahan Masalah (Problem-Solving Purpose)
Dalam tulisan seperti ini sang penulis hanya ingin memecahkan
masalah tertentu yang sedang dihadapinya.
2.3 Puisi
Puisi merupakan suatu bentuk kesusastraan yang paling tua. Tradisi
berpuisi sudah merupakan tradisi kuno dalam masyarakat. Puisi juga
memiliki bahasa multidimensional, yang mampu menembus alam pikiran,
perasaan, dan imajinasi manusia.
Jadi puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan
perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindera dalam susunan yang
berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan
diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan
2.4 Unsur-Unsur Pembangun Puisi
Puisi terdiri atas dua bagian besar, yaitu metode puisi dan hakikat puisi.
Kedua bagian tersebut terdiri atas unsur-unsur yang saling mengikat
keterjalinan dan semua unsur tersebut membentuk totalitas makna yang utuh.
Unsur-unsur itu bersifat fungsional terhadap unsur yang lainnya.
Bentuk dan struktur fisik puisi sering disebut metode puisi yang
mencangkup (1) perwajahan puisi, (2) diksi, (3) pengimajian, (4) kata
konkret, (5) majas atau bahasa figuratif, dan (6) verifikasi. Semua unsur
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh.
Struktur batin puisi dengan istilah hakikat puisi. Struktur batin puisi
terdiri atas empat unsur : (1) tema, makna (sense), (2) rasa (feeling), (3) nada
(tone), dan (4) amanat,tujuan, maksud (intention).
3
2.5 Metode Puisi
Menurut Siswanto (2008:113) bahwa metode puisi atau struktur fisik
puisi dibangun oleh perwajahan puisi, diksi, pengimajian, kata konkret dan
majas atau bahasa figuratif, dan verifikasi.
Hal senada juga menurut pendapat Waluyo (1995:71) bahwa unsur-unsur
bentuk atau struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam metode puisi yakni
unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi. Unsur-unsur itu dapa
ditelaah satu persatu, tetapi unsur-unsur itu merupakan kesatuan yang utuh.
Unsur-unsur itu ialah : diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif
(majas), versifiksi, dan tata wajah puisi.
2.5.1 Diksi
Kata-kata yang dipilih oleh penyair sangat cermat dan melalui proses
yang sangat panjang. Penyair juga mempertimbangkan dari berbagai
aspek estetis dan kekuatan daya magis yang akan ditimbulkan dari
kata-kata tersebut karena kata-kata yang dipakai dalam puisinya
sangat penting.
Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyairnya
dalam puisinya. Karena puisi itu adalah bentuk karya sastra yang
dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, kata-
katanya harus dipilh secermat mungkin. Pemilihan kata dalam puisi
berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Bahasa puisi berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari
tetapi kata-kata tersebut oleh penyair diberi makna yang baru. Selain
itu, sebuah puisi biasanya ditulis dengan tujuan menyampaikan
sesuatu dengan mengungkapkan makna, tetapi dengan menggunakan
seminimal mungkin kata-kata. Oleh karena itu, puisi terkadang sukar
untuk ditafsirkan karena telah mengalami proses pemadatan makna
dan kreativitas pemilihan diksi dari penyairnya.
Sebagai contoh dalam puisinya “Aku”, Chairil menulis salah satu
4
baris berbunyi:kalau sampai waktuku/ ku mau tak seorang kan
merayu; kata-kata dalam baris itu tidak boleh dibolak-balik
menjadi : kalau waktuku sampai/ ku mau kan tak seorang merayu;
atau salah satu katanya diganti kata lain yang semakna : kalau sampai
saatku/ kuingin tak seorang kan membujuk. Penggantian urutan kata
dan penggantian kata-kata akan merusak konstruksi puisi itu
sehingga kehilangan daya gaib yang ada dalam puisi.
Hendaknya disadari bahwa kata-kata dalam puisi bersifat konotatif
artinya memilki kemungkinan makna yang lebih dari satu. Kata-
katanya juga dipilih yang puitis artinya mempunyai efek keindahan
dan berbeda dari kata yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan pemilihan kata yang cermat ini, orang akan langsung tahu
bahwa yang dihadapi itu puisi setelah membaca kata-kata yang
dibacanya itu kata-kata yang tepat untuk puisi. Selanjutnya akan
dibahas perbendaharaan kata, ungkapan, urutan kata-kata, dan daya
sugesti dari kata-kata.
1. Perbendaharaan kata
Perbendaharan kata penyair disamping sangat penting
untuk kekuatan ekspresi, juga menunjukan ciri khas penyair.
Dalam memilih kata-kata, di samping penyair memilih
berdasarkan makna yang akan disampaikan dan tingkat
perasaan serta suasana batinnya, juga dilatarbelakangi oleh
faktor sosial budaya penyair.
Suasana perasaan penyair juga menentukan pilihan kata.
Intensitas perasaan penyair,kadar emosi, cinta, benci, rindu, dan
sebagainya menentukan pemlihan kata.
2. Urutan Kata (Word Order)
Dalam puisi urutan kata bersifat beku artinya tidak dapat
dipindah-pindahkan tempatnya meskipun maknanya tidak
berubah oleh perpindahan tempat itu. Cara menyusun urutan
5
kata-kata itu bersifat khas karena penyair yang satu berbeda
caranya dari penyair yang lainnya. Dapat pula dikatakan bahwa
ada perbedaan teknik menyusun urutan kata, baik urutan dalam
tiap baris maupun urutan dalam suatu bait puisi
3. Daya Sugesti Kata-kata
Dalam memilih kata-kata, penyair mempertimbangkan
daya sugesti kata-kata itu. Sugesti itu ditimbulkan oleh makna
kata yang dapat dipandang sangat tepat mewakili perasaan
penyair. Karena ketepatan pilihan dan ketepatan penempatanya,
maka kata-kata itu seolah memancarkan daya gaib yang mampu
memberikan sugesti kepada pembaca untuk ikut sedih, terharu,
bersemangat, marah dan sebagainya.
Untuk mengungkapkan penghargaan yang tinggi kepada
kekasihnya, Rendra melukiskan kekasihnya itu, seperti baris
puisi berikut ini :
Engkaulah putri duyung/ tawananku/ putri duyung dengan
suara merdu lembut/ bagai angin laut/ mendesahlah bagiku.
(“Surat Cinta”,1959)
Dengan demikian , dapat disimpulkan bahawa pemilihan kata
dalam puisi merupakan suatu kegiatan penyair dalam mencari
dan mengolah berbagai kata-kata dengan sebaik mungkin. Hal
ini dimaksudkan agar semua luapan hati dalam jiwa penyair
dapat tersampaikan secara lengkap sesuai dengan kehendak
penyairnya.
2.5.2 Pengimajian
Waluyo (1995:78) bahwa ada hubugan erat antara diksi,
pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus
menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih
konkret. Pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian kata atau
susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris,
6
seperti penglihatan, pendengaran, atau cita rasa (perasaan).
Effendi dalam Waluyo (1995:80) juga mempertegas bahwa
pengimajian adalah usaha penyair untuk menciptakan atau
menggugah timbulnya imaji dalam diri pembacanya sehingga
pembaca tergugah untuk menggunakan mata hati untuk melihat
benda-benda, warna, dengan telinga hati mendengar bunyi-bunyian,
dan dengan perasaan hati kita menyentuh kesejukan dan keindahan
benda dan warna.
Pengimajian ditandai dengan penggunaan kata yang konkret dan
khas. Imaji yang ditimbulkan ada tiga macam, yakni imaji visual,
imaji auditif, dan imaji taktil (cita rasa). Ketiganya digambarkan
atas bayangan konkret apa yang dapa dihayati secara nyata. Waluyo
(1995:79) memberikan contoh sebagai berikut :
1. Imaji Visual
Citraan penglihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh
indera penglihatan (mata).Citraan ini paling sering digunakan
oleh penyair.Citraan penglihatan mampu memberi
rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang
tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
Baris-baris puisi Rendra dibawah ini menunjukan adanya
pengimajian sehingga menimbulkan imaji visual:
Satu demi satu yang maju tersadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka
(“Balada Terbunhnya Atmo Karpo”)
2. Imaji Auditif
Citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan
menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya
dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang,
dentum, dan sebagainya.Citraan pendengaran berhubungan
7
dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga).
Bait sajak Ramadhan K.H berikut ini mengungkapkan imaji
auditif dan visual:
Serung di pasir ipis, merdu / antara gundukan pohon pina
(“Priangan si jelita”)
3. Imaji Taktil
Citraan perabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh
indera peraba (kulit).Pada saat membacakan atau
mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi
yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, lembut,
kasar, dan sebagainya.
Imaji taktil dapat dihayati dalam puisi Chairil Anwar
dibawah ini:
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku
Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin
Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Di karet, di karet daerahku( y.a.d) sampai juga deru angin
(“yang terhempas dan Yang Putus”)
2.5.3 Kata Konkret
Waluyo (1995:81) mengemukakan Jika imaji pembaca
merupakan akibat dari pengimajian yang diciptakan penyair, maka
kata konkret ini merupakan syarat atau sebab terjadinya
pengimajian itu. Dengan kata yang diperkonkret tersebut, pembaca
dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang
dilukiskan oleh penyairnya. Contoh pada sajak “Gadis Peminta-
minta” karya Toto Sudarto Bachtiar, untuk memperkonkret puisi
tersebut penyair benar-benar melukiskan gadis iu seorang pengemis
gembel, maka penyair menggunakan kata-kata “gadis kecil
8
berkaleng kecil”.
2.5.4 Bahasa Figuratif (Majas)
Sudjito dalam Siswanto (2008:120) majas ialah bahasa berkias
yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu.
Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau
berfigura sehingga disebut figuratif. Bahasa figuratf menyebabkan
puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau
kaya akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa,
yakni tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya
bermakna kiasan atau makna lambang.
Bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa
yang dimaksudkan penyair, karena : (1) bahasa figuratif mampu
menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahas figuratif adalah cara
untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang
abstrak jadi konkret dan menambah puisi lebih nikmat dibaca, (3)
bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair
untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa
figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak
disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas
dengan bahasa yang singkat.
2.5.5 Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma
Waluyo (1995:90) Rima adalah bunyi dalam puisi. Digunakan
kata rima untuk mengganti istilah persajakan pada sistem lama
karena diharapkan penempatan bunyi dan pengulangannya tidak
hanya pada akhir setiap baris, namun juga untuk keseluruhan baris
dan bait. Dalam ritma pemotongan-pemotongan baris menjadi frasa
yang berulang-ulang, merupakan unsur yang memperindah puisi itu.
2.5.5.1 Rima
9
Pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk
musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu,
puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi ini,
penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana
puisi.
Siswanto (2008:122) juga mengemukakan bahwa ada
sedikit perbedaan konsep rima dengan sajak. Sajak adalah
persamaan bunyi pada akhir baris puisi, sedangkan rima adalah
persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, maupun
akhir baris puisi. Rima mencakup : (1) Onomatope, (2) Bentuk
intern pola bunyi, dan (3) Pengulangan kata.
2.5.5.2 Ritma
Siswanto (2008:123) mengungkapkan bahwa ritma
merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya
bunyi. Ritma sangat menonjol bila puisi itu dibacakan. Ada ahli
yang menyamakan ritma dengan metrum. Dalam deklamasi,
biasanya puisi diberi tanda (‘) pada suku kata bertekanan keras,
dan (u) di atas suku kata yang bertekanan lemah.
Ritma sangat berhubunan dengan bunyi dan juga
berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frase, dan
kalimat. Ritma berasa dari bahasa yunani “rheo” yang berarti
gerakan-gerakan air yang teratur, terus-menerus, dan tidak
putus-putus (mengalir terus).
Lain halnya dengan Mulyana dalam Waluyo (1995:94)
mengungkapan bahwa ritma merupakan pertentangan bunyi:
tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah, yang mengalun
dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk
keindahan.
2.5.6 Tata Wajah (Tipografi)
10
Waluyo (1995:97) mengemukakan tipografi merupakan
pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-
larik puisi tidak membangun periodistet yang disebut paragraf.
Namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan
berakhir di tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman
yang memuat puisi belum tentu dipenuhi tulisan, hal yang sama
tidak berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Tipografi puisi
terkadang membentuk suasana dan maksud yang hendak dikatakan
penyair.
Ciri-ciri yang dapat dilihat secara sepintas dari bentuk puisi
adalah perwajahannya. Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan
kata, larik dan bait dalam puisi. Pada puisi konvesional, kata-
katanya diatur dalam deret yang disebut larik atau baris, Siswanto
(2008:113).
2.6 Hakikat Puisi
Hakikat puisi atau struktur batin puisi merupakan wujud kesatuan makna
puisi yang terdiri atas tema, perasaan, nada dan amanat yang disampaikan
penyair. Dari unsur-unsur tersebut menciptakan sebuah puisi menjadi
struktur yang utuh sehingga berbeda dengan karya sastra lainnya.
2.6.1 Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang
dikemukakan penyairnya (Waluyo, 1995:106). Tema puisi itu harus
dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang
terimajinasikan. Oleh karena itu, tema bersifat khusus, objektif, dan
lugas atau tidak dibuat-buat. Tema juga tidak dapat terlepas dari
perasaan penyair, nada yang ditimbulkan, dan amanat yanga akan
disampaikan.
Tema yang diungkapkan oleh penyair dapat berasal dari dirinya
berupa renungan, orang lain, atau masyarakat. Penyair
11
menggunakan tema yang berhubungan dengan gagasan, pencitraan,
cita-cita, keinginan, dan harapanya yang kemudian dituangkan
dalam puisinya.
2.6.2 Perasaan
Perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang
ditampilkan (Aminudin, 2010:150). Dalam menciptakan puisi,
suasana perasaan penyair, suasana perasaan penyair ikut
diekspresikan sehingga dapat dihayati oleh pembaca. Jika pembaca
tidak mampu melibatkan emosi ke dalam emosi penyair, maka
pembaca tidak mampu menghayati jiwa puisi itu sehingga tafsiran
yang diberikan pembaca tidak sesuai dengan puisi tersebut.
Perasaan penyair yang dituangkan ke dalam puisi dapat berupa
perasaan sedih, senang, gembira, kesal, marah, terharu, rindu, rasa
benci, setia kawan, dan sebagainya.
2.6.3 Nada
Menurut Waluyo (1995:125) nada merupakan sikap penyair
terhadap pembaca, maka suasana adalah keadaan jiwa pembaca
setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan
puisi itu terhadap pembacanya.
Nada pun berhubungan dengan tema dan pembaca. Nada yang
berhubungan dengan tema menunjukan sikap penyair terhadap
objek yang digarapnya. Nada yang berhubungan dengan pembaca,
misalnya menggurui, nada sinis, nada menghasut, mengejek, nada
filosofis, nada santai, dan lain-lain.
2.6.4 Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan penyair
kepada pembaca. Banyak penyair yang tidak menyadari apa amanat
puisi yang ditulisnya. Mereka yang berada dalam situasi demikian
biasanya merasa bahwa menulis puisi merupakan kebutuhan untuk
berekspresi atau kebutuhan untuk berkomunikasi atau kebutuhan
12
untuk aktualisasi diri. Bagaimanapun juga, penyair adalah manusia
biasa yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan manusia biasa
dalam hal menghayati kehidupan ini, maka karyanya pasti
mengandung amanat yang berguna bagi manusia dan kemanusiaan.
Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk
menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang
disusun, dan juga berda dibaik tema yang diungkapkan. Amanat
yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar akan
amanat yang diberikan. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan
martabat manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap sebuah
amanat puisi tidak secara objektif, namun secara subjektif, artinya
berdasarkan interprestasi pembaca.
2.7 Jenis-Jenis Puisi
Waluyo (1995:135-144) mengungkapkan Jenis-jenis puisi itu antara lain
adalah sebagai berikut:
2.7.1 Puisi Naratif, Lirik dan Deskriptif
Klasifikasi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi
atau gagasan yang hendak disampaikan.
2.7.2 Puisi Naratif
Mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi
naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada pula yang
kompleks. Puisi-puisi naratif, misalnya : epik, romansa, balada, dan
syair. Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang
perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat
perhatian. Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan
bahasa romantis yang berisi kisah percintaan yang berhubungan
dengan kesatria, dengan diselingi perkelahian dan petualangan yang
menambah percintaan mereka lebih mempesonakan.
2.7.3 Puisi Lirik
13
Mengungkapkan gagasan pribadi penyair atau aku liriknya.
Jenis puisi ini misalnya : elegy, ode, dan serenade. Elegy adalah
puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Serenade adalah sajak
percintaan yang dapat dinyaniykan. Ode adalah puisi yang berisi
pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau suatu keadaan.
2.7.4 Puisi Deskriptif
Puisi Deskriptif adalah puisi yang di dalamnya penyair
bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda,
atau suasana yang dapat dipandang menarik perhatian penyair. Jenis
puisi ini antara lain puisi satire, kritik sosial, dan puisi-puisi
impresionistik. Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan
tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara
menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Kritik sosial adala
puisi yang juga menyatakan ketidaksenagan penyair terhadap
keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara
membeberkan kepincangan atau kketidakberesan orang lain.
2.7.5 Puisi Auditorium dan Puisi Kamar
Puisi Auditorium disebut pula puisi Hukla (puisi yang
mementingkan suara atau serangkai suara). Puisi auditorium adalah
puisi yang cocok untuk dibaca di uditorium, di mimbar yang jumlah
pendengarnya dapat mencapai ratusan orang. Sedangkan puisi
kamar adalah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu
dua orang pendengar saja dikala berada di kamar atau sebuah
ruangan cukup kecil.
2.7.6 Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisik
Puisi Fisikal bersifat realistis, artinya menggambarkan
kenyataan apa adanya, seperti hal-hal yang dapat dilihat, didengar
dan dirasakan adalah merupakan objek ciptaannya. Puisi Platonik
adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal bersifat spiritual atau
kejiwaan. Puisi metafisik adalah puisi yang bersifat filosofis dan
14
mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan
Tuhan. Puisi religius disatu pihak dapat dinyatakan sebagai puisi
platonik (menggambarkan ide atau gagasan penyair) di lain pihak
dapat disebut juga sebagai puisi metafisik (mengajak pembaca
merenungkan hidup, kehidupan dan Tuhan).
2.7.7 Puisi Subjektif dan Puisi Objektif
Puisi subjektif juga disebut puisi personal, yakni puisi yang
mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan dan suasana dala diri
penyair sendiri. Puisi objektif berarti juga puisi yang
mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri. Puisi
objektif disebut juga puisi impersonal.
2.7.8 Puisi Konkret
Puisi Konkret adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat
dihayati keindahan bentuknya dari sudut penglihatan. Dalam puisi
konkret, tanda baca dan huruf-huruf dsangat potensial membentuk
gambar yang memiliki arti.
2.7.9 Puisi Diafan, Gelap, dan Prismitis
Puisi Diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali
menggunakan pengimajian, kata konkret, dan bahasa figurative
sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Pusi yang
demikian akan sangat mudah dihayati maknanya. Puisi Gelap adalah
puisi yang terlalu banyak mengandung lambing, kiasan, majas dan
sebagainya. Puisi gelap biasanya sukar ditafsirkan. Dalam puisi
prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan
majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga
pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya, namun
tidak terlalu gelap.
2.7.10 Puisi Pernasian dan Puisi Inspiratif
Pernasian adalah sekelompok penyair perancir pada
pertengahan akhir abad 19 yang menunjukan sifat puisi-puisi yang
15
mengandung nilai keilmuan.
Puisi Inspiratif diciptakan berdasarkan mood atau passion.
Penyair benar-benar masuk ke dalam nuansa yang hendak
dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat ke dalam
puisi itu.
2.7.11 Stansa
Stansa artinya puisi yang terdiri atas 8 baris. Stansa berbeda
dengan oktaf karena oktaf dapat terdiri atas 16 atau 24.
2.7.12 Puisi Demonstrasi dan pamphlet
Puisi demonstrasi bersifat kekitaan, artinya melukiskan
perasaan sekelompok bukan perasaan individual. Puisi pamflet juga
megungkapkan protes sosial. Disebut puisi pamflet karena
bahasanya adalah bahasa pamphlet.
2.7.13 Alerogi
Puisi sering-sering mengungkapkan ceria yang isinya
dimaksudkan untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan
agama. Jenis alerogi yang terkenal ialah parabel yang juga disebut
dongeng perumpamaan.
Contoh puisi :
IBU
Ibu…….
Kau selalu menuntunku ke jalan yang benar
memberikanku cinta dan kasih sayang
Memperhatikanku saatku terpuruk
Memperlihatkanku apa saja yang ada didunia ini
Mengajariku hal baru agar ku dapat meraih impianku
Memberikan kebahagiaan yang tak pernah kulupa
16
Memelukku dan menemaniku saat keinginan
menjagaku degan kehangatanmu
memberikanku dorongan tuk maju
Mengajarkanku tuk menjadi diri sendiri
Mengajariku tuk bangkit lebih tinggi
Mengajariku tuk selalu bersyukur
Menasihatiku untuk menjadi lebih baik
mengajariku tuk menyayangi sesama makhluk tuhan
TANAH AIRKU
Angin berdesir dipantai
Burung berkicau dengan merdu
Embun pagi membasahi rumput-rumput
Itulah tanah airku
Sawahnya menghijau
Gunungnya tinggi menjulang
Rakyat aman dan makmur
Indonesiaku
Tanah tumpah darahku
Jaga dan rawatlah selalu
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Disanalah aku menutup mata
Oh..... tanah airku tercinta
Indonesia jaya.....
JALAN HIDUP
Di kala senang...
17
Aku terbawa suasana
Terhanyut dalam kegembiraan
Di raut muka ku slalu ada canda tawa
Di saat ku merasakan kebahagiaan
Di kala sedih ...
Aku terhanyut oleh penderitaan
Masalah hidup yang ku jalani
Terpampang jelas raut muka kesedihan
Yang sedang ku rasakan ini
Entah bagaimana...
Semua ini sudah ada yang mengatur nya
Yang Maha Kuasa Alam Semesta
Hanya bisa bersabar,dan pasrah diri
Kepada nya memohon pertolongan
18
3 Penutup
3.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Pengertian Puisi
http://definisi.net/story.php?title=puisi (Online 6 Juni 2014)
Pengertian puisi dan Unsur-unsur puisi
http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/27/puisi-pengertian-dan-unsur-unsurnya/ (Online 6 Juni 2014)Jenis-jenis puisi
http://duniapuisi.110mb.com/jenis-jenis%20puisi.htm (Online 6 Juni 2014)
Teknik membuat puisi
http://duniapuisi.110mb.com/teknik%20pembuatan%20puisi.htm (Online 6 Juni
2014)
19