makalah nekton

Upload: ayunggrni

Post on 10-Oct-2015

489 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

MAKALAHBIOLOGI LAUT

NEKTONIKAN BARRACUDA Sphyrna jello

NAMA : AYU ANGGRAENINIM: H41112007JURUSAN: BIOLOGI A

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMJURUSAN BIOLOGIUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangDi laut terdapat makhluk-makhluk mulai dari yang berupa jasad-jasad hidup bersel satu yang sangat kecil sampai yang berupa jasad-jasad hidup yang berukuran sangat besar seperti ikan paus yang panjangnya lebih dari sepuluh meter. Meskipun dilaut terdapat kehidupan yang beraneka ragam, tetapi lazimnya biota laut hanya dikelompokkan kedalam tiga kategori utama, yakni plankton, nekton dan bentos. Pengelompokkan ini tidak adakaitannya dengan jenis menurut klasifikasi ilmiah, ukuran atau apakah mereka temasuk tumbuh-tumbuhan atau hewan, tetapi hanya didasarkan kepada kebiasaan hidup mereka secara umum, seperti gerak berjalan, pola hidup dan sebaran menurut ekologi.Hewan-hewan perenang di laut sudah lama menjadi perhatian manusia karena nilai ekonominya yang besar dan menjadi sumber makanan. Kelompok ini kurang beraneka-ragam dibandingkan dengan dua kelompok lain, yakni plankton dan bentos.Nekton merupakan salah satu kedalam ketiga kelompok tersebut. Nekton merupakan organisme yang hidupnya bergerak sendiri kesana-kemari. Kelompok hewan yang termasuk nekton sangat beragam adanya. Adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya berbeda dengan jenis organisme yang lainnya. Dengan dasar ingin mengetahui lebih lanjut kehidupan nekton di laut terutama pada spesies ikan barracuda maka makalah ini disusun.

BAB IIISI2.1 PengertianNekton adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak sendiri ke sana ke mari seperti ikan bertulang rawan, ikan bertulang keras, penyu, ular dan hewan menyusui laut yang kesemuannya termasuk Vertebrata. Sotong dan cumi-cumi yang termasuk Mollusca juga termasuk nekton. Tidak ada tumbuh-tumbuhan yang mampu berenang, jadi tidak ada tumnuh-tumbuhan yang tergolong nekton. (Romimohtarto, 2007).Berbeda dengan plankton, nekton terdiri dari organisme yang mempunyai kemampuan untuk bergerak sehingga mereka tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. Mereka dapat bergerak di dalam air menurut kemauannya sendiri.Nekton merupakan organisme laut yang sangat bermanfaat bagi manusia terutama untuk perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi. Tumpukan bangkai nekton merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti gas dan minyak bumi setelah mengalami proses panjang dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun.2.2 Sifat NektonSifat nekton sehingga dibedakan dengan organisme dilaut yaitu :a. Organisme yang dapat bergerak atau berenang dengan keinginan sendiri. b. Organisme konsumer di daerah pelagik, aktif berenang umumnya invertebrata. c. Memiliki masa hidup lebih panjang dari pada plankton (invertebrata 1 tahun, ikan 5 10 tahun).d. Migrasi biasanya berkaitan dengan siklus reproduksi, ikan tuna migrasi dari feeding ground ke breeding ground (ribuan kilometer).2.3 Penggolongan NektonBeberapa kelompok ikan yang berbeda dijumpai dalam golongan nekton : a. Holopipelagik, ikan yang menghabiskan seluruh waktunya di daerah epipelagik. mencangkup ikan-ikan hiu tertentu (cucut martil, hiu mackerel, dan cucut biru), kebanyakan ikan terbang, tuna, setuhuk, cucut gergaji, lemuru, ikan dayung, dan lain-lain. Ikan ini biasanya menghabiskan telur yang mengapung dan larva epipelagik. Jumlahnya sangat berlimpah di permukaan perairan tropik dan subtropik.

b. Meroepipelagik. Ikan ini hanya menghabiskan sebagian dari hidupnya di daerah epipelagik. Kelompok ini lebih beragam dan mencakup ikan menghabiskan masa dewasanya di epipelagik tetapi mememijah di perairan pantai (Haring, geger lintang jinak, dolphin, kacang-kacang) atau diperairan tawar (salem). Ada juga jenis lain yang memasuki daerah epipelagik hanya pada waktu-waktu tertentu. Seperti ikan-ikan perairan-dalam semacam ikan lentera yang bermigrasi ke permukaan pada malam hari untuk mencari makan. Kebanyakan ikan menghabiskan awal daur hidupnya di epipelagik , tetapi masa dewasanya di daerah lain. Bentuk juvenil memegang peranan tetap dalam fauna epipelagik, tetapi disebut meroplankton, karena kemampuannya geraknya terbatas.

2.4 Kondisi LingkunganFaktor lingkungan pada zona epipelagik yang dihuni oleh nekton tentu saja sama dengan yang dibahas untuk plankton dan mencakup cahaya, suhu, kepadatan, dan arus. Namun kepentingan relatif dari faktor-faktor yang berbeda dalam memilih adaptasi dan strategi hidup nekton dapat berbeda. Penting diperhatikan bahwa tanggapan lingkungan ini sangat berbeda untuk ikan atau mamalia besar dan perenang cepat dibandingkan dengan kopepoda kecil.Beberapa kondisi lingkungan perlu diperhatikan karena memberikan perbedaan yang jelas bagi nekton dan dimana adaptasi terjadi. Pertama, laut merupakan daerah tiga dimensi yang sangat besar. Kedua, tidak ada substrat padat di mana pun, sehingga hewan-hewan ini selalu melayang dalam medium yang transparan tanpa perlindungan terhadap predator yang potensial. Oleh sebab itu, tidak ada tempat perlindungan bagi hewan yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara horizontal. Terakhir, kurangnya substrat, yang berarti tidak adanya pendukung yang kuat bagi hewan kebanyakan mempunyai daging yang lebih padat dari pada air laut di sekelilingnya. Kombinasi antara keadaan tiga dimensi dan kurangnya rintangan, memudahkan evolusi adaptasi untuk mobilitas yang besar. Besarnya mobilitas dan kemampuan untuk menempuh jarak-jarak jauh pada gilirannya menyebabkan perkembangan sistem saraf dan indria (sensory) yang akan menangkap dan mengolah informasi yang diperlukan untuk menjelajahi daerah, mencari dan menangkap makanan, serta untuk menghindari predator.Kurangnya perlindungan serta besarnya ukuran kebanyakan nekton, juga menyebabkan perkembangan kecepatan renang yang tinggi untuk menghindari predator dan sekaligus untuk mencari makan. Kamuflase juga merupakan usaha yang lain. Keadaan tersuspensi tubuh hewan nektonik yang kerapatan tubuhnya lebih besar dari pada kerapatan air laut secara terus-menerus menyebabkan perkembangan progresif berbagai adaptasi agar dapat tetap terapung.2.5 Adaptasi NektonMasing - masing individu mempunyai cara yang berbeda dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, ada yang mengalami perubahan bentuk tubuh (adaptasi Morfologi), perubahan proses metabolisme tubuh (adaptasi Fisiologi) dan perubahan sikap dan tingkah laku (adaptasi tingkah laku) (Darmadi, 2010).a. Adaptasi Morfologi merupakan proses penyesuaian diri makhluk hidup yang memperlihatkan perubahan bentuk dan struktur tubuh.Ciri adaptasi hewan air yaitu tubuhnya berbentuk torpedo (stream line) dan permukaan tubuh licin karena berlendir. Contohnya pada ikan barracuda Sphyrna jello.

Bentuk anak panah (sagittiform) Bentuk tubuh seperti ini umumnya tipe predator memiliki kemampuan menyerang mangsa secara tiba - tiba. Ciri-ciri dari ikan barracuda Sphyrna jello adalah sebagai berikut :1. Morfologi, tubuhnya panjang dan ditutupi oleh sisik yang halus, tipe sisik yang dimiliki oleh ikan barakuda adalah tipe sisi ctenoid, ini berarti sisiknya mempunyai bentuk dengan tambahan gerigi pada posteriornya. Letak mulutnya adalah tipe superior yaitu mulut bagian bawah melebihi dengan hidung ikan tersebut. Bentuk dan tipe ekornya adalah forked.forkedsuperior

1. Daya ApungMungkin adaptasi yang paling jelas pada hewan nektonic adalah kemampuannya melayang dan bergerak dengan kecepatan tinggi dalam air. Hal initulah yang diperhatikan karena merupakan ciri khas hewan nektonik.Daya apung merupakan hal yang utama diperlukan untuk hidup di epipelagik. Ini berlaku juga bagi plankton, seperti yang telah diketahui. Kebanyakan hewan nektonik mempunyai kerapatan yang hampir sama dengan air laut. Walupun jaringan-jaringan hidup biasanya lebih rapat dari pada air laut, tetapi ternyata hewan besar ini mempunyai daya apung secara alamiah, karena ada bagian tubuhnya yang mempunyai kerapatan lebih rendah yang dapat mengimbangi tingginya kerapatan kebanyakan jaringan.Kebanyakan ikan mempunyai gas atau gelembung renang dalam tubuhnya. Struktur yang mengisi sekitar 5-10 persen dari volume tubuhnya ini berfungsi mengimbangi daging yang lebih padat sehingga menyebabkan daya apung menjadi netral. Kebanyakan ikan dapat mengatur jumlah gas dalam gelembung renangnya dan mengubah tingkat apungnya. Diketahui dua macam gelembung gas : fisostoma di mana ada saluran terbuka antara gelembung gas dan esophagus, dan fisoklis tidak terdapat saluran. Ikan-ikan fisostoma memasukkan dan mengeluarkan gas dari gelembung melalui saluran dengan cara mengisap udara dari permukaan. Tetapi pengisian gelembung gas biasanya melalui kelenjar gas dan sistem rete mirabile adalah sekumpulan pembuluh-pembuluh darah kecil yang bercabang dari pembuluh darah besar. Ikan-ikan fisoklis juga mensekresi gas ke dalam gelembung renang melalui kelenjar gas dan sistem rete mirabile, tetapi untuk membuang gaharus melalui organ khusus yang dapat mengabsorpsi gas yang dinamakan oval.Pada ikan perenang cepat (Sarda, Scomber) yang juga bergerak secara vertikal pada badan air, gelembung gas tidak dapat cukup cepat disesuaikan untuk mengimbangi perubahan tekanan dan mencapai daya apung netral. Oleh karena itu, Denton dan Marshall (1958) menemukan bahwa ikan-ikan tercepat cendrung tidak memiliki gelembung gas dan mencapai daya apung dengan cara lain.Rongga-rongga berisi gas dalam bentuk paru-paru juga membantu tercapainya daya apung netral untuk semua hewan nektonik yang bernafas dari udara. Beberapa mamalia air mempunyai kantung udara tambahan. Dalam kasus ini, mereka dapat mengatur daya apungnya melalui sejumlah udara yang terkandung di dalam paru-parunya. Burung juga memiliki kantung udara tambahan. Pada kebanyakan burung laut penyelam (kecuali penguin), udara yang terperangkap di bawah bulu memberikan daya apung terbesar. Mamalia bahari, berang-berang, dan anjing laut juga menggunakan udara yang terperangkap pada lapisan bawah rambutnya yang lebat sebagai daya apung.Mekanisme lain untuk mencapai daya apung netral adalah dengan mengganti ion kimia berat dalam cairan tubuh dengan yang lebih ringan. Hal ini kita dapatkan juga pada plankton. Satu-satunya hewan nektonik yang mengalami hal ini adalah cumi-cumi. Cumi-cumi cendrung mempunyai rongga tubuh di mana ion natrium yang berat digantikan dengan ammonium yang lebih ringan. Akibatnya, kerapatan cairan tubuh akan lebih kecil dari pada kerapatan air laut pada volume yang sama. Walaupun ini merupakan mekanisme yang banyak terdapat pada plankton, tetapi jarang terdapat pada nekton, sebab supaya efektif, jumlah cairan dengan kadar amonium tinggi haruslah banyak. Rongga yang besar dan berisi air memberikan bentuk bulat-gemuk bagi hewan dan akan mengurangi rongga mantel, sehingga jelas mengurangi kemampuan bergerak cepat.Peningkatan daya apung dengan mengurangi jumlah tulang atau bagian yang keras lainnya bukan merupakan pilihan yang baik bagi hewan ini, karena kerangka yang kuat dan kaku diperlukan agar sistem otot bekerja dengan efektif sehingga hewan dapat bergerak di dalam air. Ini merupakan perbedaan yang nyata dengan plankton.Mekanisme lain untuk meningkatkan daya apung adalah dengan menyimpan lipida (lemak atau minyak) di dalam tubuh. Kerapatan lipida lebih kecil dari pada kerapatan air laut sehingga dapat turut mengatur daya apung. Jumlah lipida yang besar banyak terdapat dalam ikan nektonik, terutama yang tidak mempunyai gelembung renang seperti ikan hiu, mackerel (Scomber), ikan biru (Pomatomus), dan bonito (Sarda). Agaknya lipida, paling tidak sebagian, menggantikan fungsi gelembung renang. Lipida dapat di simpan pada berbagai bagian tubuh seperti otot, organ internal, rongga tubuh, atau terpusat pada satu organ. Contohnya pada ikan hiu pelagik, lipida terkumpul pada hati yang ukurannya bertambah besar. Pada banyak spesies ikan hiu, pembentukan lemak dalam hati merupakan proses dalam perkembangannya. Jadi beberapa ikan hiu muda yang pada awalnya tidak mempunyai daya apung, lambat laun dalam pertumbuhannya mempunyai daya apung netral atau positif, sementara lemak menumpuk dihatinya. Pada mamalia bahari, lipida biasanya terdapat sebagai lapisan lemak tepat di bawah kulitnya. Fungsinya bukan saja untuk menjaga daya apung, tetapi juga sebagai isolasi untuk mencegah kehilangan panas.Selain usaha statik dalam mencapai atau menambah daya apung ini, beberapa hewan nektonik tertentu juga menunjukan mekanisme hidrodinamik untuk menghasilkan daya apung tambahan selama pergerakan. Mungkin yang paling umum adalah membentuk formasi untuk mengangkat permukaan bagian anterior yang biasanya dilakukan oleh sirip dada atau flipper, serta adanya ekor yang heteroserkal. Pada ekor heteroserkal, cuping atas lebih besar dan berkembang. Pada sistem ini, sirip atau flipper berfungsi sebagai kemudi guling seperti pada pesawat terbang, dan jika dimiringkan pada sudut positif yang tepat, akan menyebabkan hewan itu naik di dalam badan air, sementara ekornya melakukan gerakan mendorong. Jika ekornya eriserkal, gerakannya juga menghasilkan hentakan ke atas. Pada beberapa jenis pengangkatan, yang dilakukan oleh sirip dan flipper, dibantu oleh seluruh bagian anterior tubuh, yang juga dapay dicondongkan pada satu sudut untuk memberikan daya angkat. Perkembangan daya apung dinamik yang paling baik terjadi dalam bentuk daya apung negatif.Secara umum, ada kecendrungan pada ikan-ikan yang lebih primitif untuk mempunyai adaptasi hidrodinamik (pergerakan air) untuk melakukan pengangkatan, sedangkan pada jenis yang lebih maju nampaknya membentuk alat statik atau pasif untuk mendapatkan daya apung netral. Ini disebabkan karena diperlukan energi yang lebih sedikit untuk mencapai daya apung netral dari pada harus bergerak terus menerus agar tubuh tetap melayang dalam air. Karena paru-paru berisi udara, mamalia yang bernafas di udara cendrung mempunyai daya apung netral.2. Daya Penggerak Jenis adaptasi kedua pada hewan nektonik adalah yang berhubungan dengan pergerakan hewan di dalam air. Adaptasi ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: yang diperlukan untuk menciptakan daya pendorong, dan yang mengurangi hambatan yang dialami oleh tubuh ketika bergerak dalam air.Daya yang diperlukan untuk mendorong hewan nektonik melalui air yang rapat, dihasilkan oleh beberapa bagian dari tubuhnya. Cara yang paling umum untuk menghasilkan pergerakan maju adalah dengan melakukan gerakan mengombak dari tubuh atau sirip. Sebenarnya semua ikan nektonik menunjukkan tipe pergerakan ini. Pada mekanisme mengombak, hewan bergerak maju dengan mengayunkan bagian posterior tubuh dan sirip dari sisi ke sisi. Cara ini akan melemparkan tubuh ke dalam suatu rangkaian belokan-belokan pendek berawal dari kepala bergerak turun ke ujung tubuh. Pergerakan dari sisi ke sisi ini diakibatkan oleh kontraksi otot-otot tubuh yang bergantian dari satu sisi ke sisi yang lain. Jika daya yang timbul dari pergerakan dalam air seperti ini kita analisi, akan dijumpai bahwa komponen bagian depan adalah yang terkuat sehingga hewan bergerak ke arah itu. Serangkaian yang serupa digunakan oleh paus, tetapi pergerakan fleksural-nya pergerakan dari atas ke bawah bagian dan bukan dari sisi ke sisi. Hasilnya berupa pergerakan maju yang sama. Pergerakan dari atas ke bawah bagian depan tubuh merupakan pengganti bagi pergerakan mengombak yang dilakukan oleh ekor berbentuk pipih yang terletak secara lateral. Semakin pendek dan bulat tubuh ikan, semakin kecil kelenturan otot-otot posterior tubuh, dan maju dengan cepat de sepanjang tubuh. Kecepatan ikan bergantung pada kecepatan dimana gelombang kontraksi otot merambat sepanjang tubuh, dan juga bergantung pada aspek-aspek lain dari bentuk tubuh . Secara umum, ikan yang pendek dan bulat lebih cepat dari pada ikan-ikan yang panjang pipih.Anjing laut dan singa laut tidak mampu berenang secepat paus. Anjing laut bertelinga (eared seal) berenang dengan menggunakan sirip depannya sebagai dayung, tetapi anjing laut tidak bertelinga (eraless seals) menggunakan kaki belakang yang berselaput renang, merentang secara vertikal seperti sirip ekor ganda pada ikan.Namun pada ikan-ikan nektonic tercepat seperti tuna dan allies, gerakan mengombak benar-benar ditekan. Pada ikan-ikan ini, daya dorong digerakan hanya oleh sirip caudal lunate. Sirip ini digerakan dengan cepat dari sisi ke sisi oleh kontraksi otot-otot tubuh yang kuat secara bergantian melalui tendon; tendon ini berjalan seperti katrol melalui tulang-tulang dari caudal peduncle pipih untuk menyusup di dasar sirip ekor. Jenis lain tenaga pendorong/penggerak adalah dengan melakukan pergerakan mengombak pada sirip. Pada model pergerakan seperti ini, tubuh tetap diam dan sirip melakukan pergerakan maju. Bentuk pergerakan ini lebih lambat dari pada yang terdahulu. Contoh tipe ini dijumpai pada ikan pari seperti pari Manta (Manta hamiltoni), cumu-cumi tertentu (Todapordes), dan ikan matahari bahari (mola-mola). Namuan pada kebanyakan ikan, sirip lateral digunakan untuk bergerak atau mengangkat, seperti pada ikan hiu dengan ekor heteroseksual.Kecuali setasea dan ular laut, bentuk umum tenaga pendorong pada vertebrata bahari yang bernafas di udara adalah melalui pergerakan mendayung , baik yang dilakukan oleh tungkai depan, belakang, atau keduanya. Tungkai penyu, anjing laut, dan sing laut, serta penguin semua termodifikasi menjadi anggota yang pipih berbentuk seperti dayung, yang digunakan oleh hewan untuk bergerak dalam air seperti kalau kita menggunakan dayung bergantung pada frekuensi dayung. Pada organisme yang hanya dapat melakukan beberapa dayungan, seperti penyu, kecepatannya lambat. Pda organism lain, seperti penguin yang dapat mencapai 200 dayungan per menit seperti yang pernah dicatat oleh brooks(1917) pada Pygoscelis papua laju pergerakan dapat sangat cepat (10m/detik untuk 200 dayungan/menit). Jenis tenaga pendorong yang terakhir adalah daya dorong pancar dengan menggunakan air. Bentuk dorongan ini dikuasai oleh cumi-cumi bahari. Mereka mampu menghasilkan gerakan yang sangat cepat.3. Hambatan Permukaan dan Bentuk TubuhKarena air merupakan medium yang sangat rapat, maka sukar untuk bergerak di dalamnya, apalagi dengan kecepatan tinggi. Untuk menggerakan badan dalam air diperlukan energi yang lebih banyak dari pada di udara. Tetapi energi dapat lebih dihemat jika benda itu mempunyai bentuk yang dapat mengurangi hambatan. Permukaan dalam air sampai batas minimum. Karena hewan nektonik harus bergerak dan karena sumber energi mereka terbatas, maka diperlukan suatu adaptasi untuk mengurangi hambatan permukaan.Ada beberapa macam tahanan atau hambatan terhadap pergerakan yang perlu diperlukan hambatan friksional sebanding dengan dengan luas daerah permukaan yang bersentuhan dengan air. Hambatan friksional terkecil dihasilkan oleh benda berbentuk bola yang dibentuk geometriknya mempunyai daerah permukaan minimum untuk suatu volume tertentu. Jika suatu objek nektonik bergerak dalam air, suatu macam hambatan tehadap pergerakan merupakan suatu masalah penting. Hambatan ini adalah hambatan bentuk, dimana hambatan sebanding dengan luas melintang objek yang bersentuhan dengan air. Dalam kasus ini, objek berbentuk bulat mempunyai daerah melintang yang sangat luas sehingga bentuk ini tidak sesuai bagi hewan-hewan nektonik. Untuk meminimumkan hambatan bentuk, bentuk harus relatif panjang dan tipis, seperti silinder atau kawat yang tipis. Jenis hambatan yang terakhir perlu diperhatikan adalah turbulensi. Turbulensi terjadi ketika lapisan aliran yang halus dari suatu cairan pada permukaan tubuh terganggu dan terlempar sebagai pusaran, yang akibatnya menambah hambatan. Hambatan semacam ini berkurang pada tubuh yang bentuknya seperti tetesan air, agak tumpul di depan dan mengecil sampai titk di bagian belakang. Bentuk ini juga terbaik untuk meminimumkan hambatan friksional dan juga hambatan bentuk. Oleh karena itu hewan nektonik perenang cepat banyak dijumpai mempunyai bentuk tubuh seperti ini.Selain bentuk tubuh, hewan nektonik mempunyai adaptasi lain untuk mengurangi hambatan. Adaptasi ini adalah pelurusan permukaan luar tubuh sehingga tidak ada tonjolan yang dapat menyebabkan turbulensi dan mengurangi hambatan. Spesies yang bergerak cepat seperti tuna, hamper semua struktur tubuhnya yang biasanya menonjol menjadi tertekan sampai menjadi pipih atau berlekuk, yang dapat ditinggikan hanya bila dibutuhkan. Jadi pada ikan-ikan perenang cepat, walupun matanya besar, tetapi tidak menonjol melampaui sisi tubuh. Siri-sirip dada dan perut masuk ke dalam lekukan kecuali bila dibutuhkan, dan sisik tubuhnya kurang atau tidak ada. Sama halnya pada mamalia laut, rambut menjadi lebih pendek atau tidak ada, sebab rambut lebih menghambat dari pada kulit telanjang. Kelenjar susu rata, dan alat genital jantan tidak menonjol kecuali jika sedang berfungsi.

4. Pertahanan Diri dan PenyamaranSejauh ini, adaptasi yang paling menonjol pada hewan nektonik adalah yang berhubungan dengan kemampuannya bergerak dengan cepat dalam badan air. Adaptasi ini sangat penting sehingga diutamakan dari adaptasi lain yang berhubungan dengan pertahanan diri tehadap predator jika adaptasi seperti itu dapat menurunkan kemampuannya untuk bergerak cepat. Selain itu, kebanyakan hewan nektonik mempunyai badan yang sangat besar sehingga mempunyai sedikit predator yang potensial. Hewan nektonik terbesar (paus) hampir tidak mempunyai predator selain manusia dan paus pembunuh. Oleh karena itu, kebutuhan akan mekanisme pertahanan diri yang rumit juga berkurang.Dalam pergerakan cepat, dimungkinkan juga mekanisme pertahanan diri tertentu dan yang paling umum dan banyak terdapat adalah kamuflase (penyamaran). Kita mengetahui bahwa pada lingkungan yang dibahas disini tidak terdapat tempat untuk bersembunyi dan dapat terlihat secara tiga dimensi, sehingga mekanisme penyamaran dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu: tubuh yang transparan, warna yang tidak jelas, dan perubahan bentuk tubuh.Jika tubuh organisme transparan dan melayang di bagian permukaan air laut yang transparan, hewan tersebut tidak akan terlihat dalam air. Transparansi seperti ini merupakan adaptasi pertahanan diri yang umumnya kebanyakan spesies plankton. Tetapi hal ini tidak dijumpai pada nekton , karena semakin besar dan tebal hewan tersebut, semakin sulit untuk membut tubuh tetap transparan. Terutama jika terdapat banyak otot untuk pergerakan. Oleh karena itu, penyamaran secara transparan tidak berlaku untuk nekton.Penyamaran bentuk tubuh pada nekton mungkin saja dapat dilakukan selama bentuk itu tidak menghambat pergerakan yang cepat. Diantara hewan nektonik, yang paling umum adalah membentuk lunas ventral pada tubuh untuk menghilangkan bayangan yang mencolok pada perut hewan bila dilihat dari bawah. Jika cahaya masuk ke dalam air, alurnya menembus ke bawah meruncing seperti panah. Pada waktu yang sama, sebagian cahaya dipantukan atau dibaurkan ke segala arah oleh partikel dalam air. Cahaya yang dibaurkan ini dapat menyinari benda-benda dalam air pada berbagai jurusan, tetapi intensitasnya jauh lebih kecil daripada cahaya yang langsung jatuh di permukaan. Jika seekor hewan melayang di dalam kolam air, paling banyak ia disinari dari atas, sedangkan cahaya yang dibaurkan menerangi dari sisi dan bawah. Karema intensitas cahaya dari sisi dan bawah snagat kecil, timbul bayangan di bawah hewan dimana tubuhnya menghalangi cahaya yang datang dari atas. Sekarang jika tubuh melebar ke arah ventral seperti lunas yang membentuk ujung ventral yang runcing tidak membulat, maka bayangannya akan terhapus jika dilihat dari bawah. Hal ini disebabkan seluruh permukaan tubuh telah terpusat sehingga tidak ada yang hanya tersinari oleh cahaya baur yang tersebar, tetapi paling tidak oleh beberapa komponen dari cahaya permukaan yang besar. Tanpa bayangan yang mencolok itu, hewan yang terlihat dari bawah menjadi benar-benar tidak kelihatan dibawah cahaya yang menyinari dari atas sehingga terhindar dari predator yang menyelam lebih dalam. Penghilangan bayangan ini akan lebih baik lagi jika permukaan lunas memantulkan cahaya dengan menggunakan pigmen dan atau sisik putih. Perwarnaan kriptik juga merupakan karakteristik kebanyakan hewan nektonik. Pada bagian atas perairan yang terang, warna spektral yang dominan adalah biru dan hijau. Jika air dilihat dari permukaan atau dari atas permukaan, akan tampak kehijauan atau kebiruan. Tidak mengherankan kalau banyak hewan nektonik berwarna biru atau hijau tua pada bagian permukaan punggungnya sehingga predator potensial akan sulit melihatnya dari atas pada latar belakang yang umumnya kehijauan atau kebiruan. Pada waktu yang bersamaan, jika dilihat dari bawah air tampak berwarna putih atau lebih cerah. Organisme berwarna gelap yang berenang di daerah ini akan terlihat mencolok dari bawah, meskipun ada lunas untuk menghilangkan bayangan. Tetapi hewan ini akan cenderung tidak tampak bila bagian perutnya berwarna putih atau perak untuk memaksimumkan pemantulan cahaya atau membaur dengan cahaya yang menembus ke bawah. Oleh karena itu, kita mendapatkan bahwa banyak hewan nekton mempunyai dua warna, hijau tua atau biru tua di bagian atas dan putih atau perak di bagian bawah. Pada hewan vertebrata tertentu yang berenang tepat di permukaan seperti lumba-lumba, pola warnanya lebih kompleks, dengan garis-garis terang dan gelap yang tidak rata yang menyerupai pola gelombang perairan permukaan tempat hidupnya. Beberapa lumba-lumba yang hidup diantara gerombolan ikan tuna, berwarna abu-abu di bagian atas dan putih di bagian bawah dengan bercak-bercak putih di bagian abu-abu dan bercak-bercak hitam di bagian putih. Dengan warna yang demikian, dalam air, diantara gerombolan, hewan-hewan ini sulit dibedakan bila dilihat dari samping. Pada sejumlah besar ikan terbang terdapat adaptasi yang berupa sirip-sirip yang besar. Ikan-ikan ini lolos dari predator dengan cara mendorong dirinya keluar dari air dan meluncur menggunakan sirip-sirip yang seperti sayap ini dalam jarak yang jauh. Selain adaptasi seperti di atas, ada beberapa perkembangan struktur morfologi khusus untuk mempertahankan diri terhadap predator. Kebanyakan adaptasi tersebut berupa perkembangan berbagai duri dan cangkang yang menghambat pergerakan cepat karena menambah hambatan. Namun, hal ini tidak terlalu berpengaruh karena nekton besar merupakan predator utama dalam sistem dan tidak ada atau sedikit nekton lain yang memaksanya.