makalah pelapukan
DESCRIPTION
Tugas kuliah bahasa indonesiaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya.
Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi,
bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan,
pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya.
Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di
alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan
bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi
matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya siang malam dan pasang surut air laut.
Adapun yang ingin kami telusuri lebih dalam pada makalah ini adalah
mengenai pelapukan yang terjadi pada bumi, seperti kita ketahui Pelapukan adalah
proses pengerusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga eksogen. Pelapukan
di setiap daerah berbeda beda tergantung unsur unsur dari daerah tersebut. Misalnya
di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat
mencapai seratus meter, sedangkan daerah sub tropis pelapukannya hanya beberapa
meter saja. Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis
yaitu:
a. Pelapukan mekanik atau fisik
b. Pelapukan Kimiawi
c. Pelapukan Biologis
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah pokok dalam
makalah ini yaitu sebagai berikut :
a) Apa yang dimaksud dengan pelapukan..?
b) Penjelasan bagaimana proses terjadinya macam – macam pelapukan tersebut...?
1.3 Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penulisan makalah
ini adalah mengetahui :
1. Mengetahui pengertian pelapukan.
2. Mampu menjelaskan jenis-jenis pelapukan yang terjadi pada bumi.
3. Mampu mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pelapukan pada bumi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pelapukan
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit
bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu
pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang
lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan dibagi dalam tiga
macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
Pelapukan merupakan tenaga perombak (pengkikisan) oleh media
penghancur. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai proses penghancuran massa
batuan melalui media penghancuran, berupa:
1. Sinar matahari
2. Air
3. Gletser
4. Reaksi kimiawi
5. Kegiatan makhluk hidup (organisme)
Pelapukan dibagi dalam tiga macam, yaitu pelapukan fisik atau mekanik,
pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
3
2.2 Macam-macam Pelapukan
2.2.1 Pelapukan Mekanik atau Fisik
Pelapukan mekanik atau sering disebut pelapukan fisik adalah
penghancuran batuan secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi.
Penghancuran batuan ini bisa disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan
air, perubahan suhu tiba-tiba, atau perbedaan suhu yang sangat besar antara
siang dan malam.
Pelapukan fisika (pelapukan mekanik) merupakan proses perubahan
batuan menjadi fragmen batuan yang berukuran lebih kecil, tanpa merubah
komposisi kimia atau mineralnya. Proses pelapukan fisika biasanya terjadi
bersama-sama dengan pelapukan kimia, kecuali pada daerah beriklim
dingin dan sangat kering. Adapun yang termasuk proses pelapukan fisika
antara lain frost wedging, pengembangan dan penyusutan, dan pelepasan
beban pada batuan.
4
Frost Wedging, disebabkan oleh pembekuan air di dalam rekahan
batuan. Proses ini merupakan proses pelapukan fisika yang terpenting
pada daerah yang iklimnya memungkinkan adanya proses pencairan
dan pembekuan batuan yang berulang-ulang. Volume air akan
meningkat sekitar 9% apabila mengalami pembekuan. Peningkatan
volume ini memungkinkan untuk menjadikan rekahan batuan menjadi
lebih besar.
Pengembangan dan penyusutan, Proses ini sering terjadi pada daerah
yang perbedaan temperatur antara siang dan malam relatif besar. Pada
siang hari, karena panas, batuan akan mengembang, sedang pada malam
hari temperatur turun dan batuan mengalami penyusutan. Proses
pengembangan dan penyusutan yang terjadi berulang kali menyebabkan
batuan akan pecah.
Pelepasan beban. Proses ini terjadi karena adanya pengikisan lapisan
penutup batuan (overburden). Pelepasan beban ini menyebabkan terjadi
rekahan pada batuan yang sejajar dengan topografi. Proses ini akan
membentuk rekahan batuan seperti perlapisan, sehingga sering disebut
sheeting. Proses ini sering terjadi pada batuan yang homogen seperti
granit.
Pelapukan mekanik juga merupakan penghancuran masa batuan yang
disebabkan oleh faktor fisik. Faktor penyebabnya antara lain perubahan
suhu, insolasi, perbedaan warna, mineral, pengisian celah batuan oleh
air, dan pengelupasan.
Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:
1. Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau
beriklim Gurun di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat
mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas.
5
Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi
dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus
dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.
2. Pembekuan air di dalam batuan
Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan
ini menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batu- batuan menjadi
rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim
sedang dengan pembekuan hebat.
6
3. Berubahnya air garam menjadi kristal
Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya
menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali
dan dapat merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama batuan
karang di daerah pantai.
4. Pembasahan dan pengeringan
Batuan yang berada dipermukaan basah terkena hujan dan kemudian
dikeringkan oleh panas sinar matahari, proses tersebut berulang secara
kontinyu sehingga batuan menjadi terlapuk.
7
5. Pelepasan beban
Batuan yang terkubur dibawah permukaan terkena tekanan yang tinggi
oleh lapisan batuan diatasnya. Jika batuan yang diatasnya tererosi maka
tekanan yang dialami oleh batuan tadi akan berkurang dan batuan akan
“melambung” ke atas.
6. Pelapukan Kulit Bawang
Pelapukan berskala kecil pada masa batuan yang berbentuk kubik,
dipotong oleh rekahan2 yang saling berhubungan, yang menyebabkan
lapisan-lapisan atau "kulit"-nya terkelupas sehingga menghasilkan inti
spheriodal/bagian tengahnya berbentuk spheroidal. Perubahan dari
dingin menjadi panas menyebabkan retak mendatar. Sebaliknya, dari
panas menjadi dingin menyebabkan retak-retak menyebar pada batuan.
8
2.2.2 Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa
kimia. Biasanya yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya
Anda masih ingat bahwa air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga
mengandung CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga untuk
melarutkan yang besar, apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau
karst.
Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda
perhatikan pada permukaan batuan kapur selalu ada celah-celah yang
arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah karst biasa
menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang
kapur, stalagmit, atau gua kapur.
Berikut ini adalah contoh gambar dari pelapukan kimiawi :
Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang
umumnya berupa pelarutan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada
pegunungan kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air
dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang)
dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO2). Peristiwa ini
merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst.
9
Di Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan
kimiawi. Hal ini karena di Indonesia banyak turun hujan. Air hujan inilah
yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.
Proses pelapukan kimia adalah proses pelapukan yang dapat
merubah komposisi kimia dan mineral dari batuan. Mineral penyusun
batuan akan mengalami perubahan karena persentuhannya dengan air,
oksigen dan karbon dioksida yang terdapat dalam atmosfer. Beberapa unsur
penyusun mineral akan bereaksi dan berubah menjadi larutan. Larutan
tersebut dapat mengkristal kembali dan membentuk mineral sekunder.
Jenis – jenis pelapukan kimiawi :
Hidrolisis, merupakan reaksi kimia yang penting antara mineral silikat
dengan air yang menyebabkan terlepasnya kation logam dan silikat.
Mineral yang mengandung aluminium akan menghasilkan mineral
lempung selain ion logam dan silikat. Mineral ortoklas akan
menghasilkan kaolinit, sedang albit akan menghasilkan mineral kaolinit
atau montmorilonit.
Hidrasi, adalah proses penambahan molekul air pada mineral untuk
membentuk mineral baru. Contohnya adalah penambahan molekul air
pada hematit yang membentuk gutit, atau pada anhidrit yang
membentuk gipsum.
Oksidasi, terutama terjadi pada mineral silikat yang mengandung besi
seperti biotit dan piroksin. Proses ini akan membentuk mineral oksida
besi.
Pelarutan, Proses ini terutama terjadi pada mineral yang mudah larut
oleh air yang mengandung CO2 seperti kalsit, dolomit, dan gipsum.
Pertukaran ion, Proses pelapukan ini sangat penting pada perubahan
jenis mineral lempung menjadi jenis yang berbeda. Proses ini
merupakan pertukaran antara ion-ion di dalam mineral. Contohnya
adalah pertukaran antara ion Na dan Ca yang terdapat dalam mineral.
10
Chelation, merupakan pengabungan ion logam dengan molekul organik
yang mempunyai struktur cincin.
Gejala Karst yang timbul akkibat pelapukan kimiawi antara lain :
1. Karren
Di daerah kapur biasanya terdapat celah-celah atau alur-alur sebagai
akibat pelarutan oleh air hujan. Gejala ini terdapat di daerah kapur yang
tanahnya dangkal. Pada perpotongan celah-celah ini biasanya terdapat
lubang kecil yang disebut karren.
2. Ponor
Ponor adalah lubang masuknya aliran air ke dalam tanah pada daerah
kapur yang relatif dalam. Ponor dapat dibedakan menjadi 2 macam
yaitu dolin dan pipa karst. Dolin adalah lubang di daerah karst yang
bentuknya seperti corong.
Dolin ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu dolin korosi dan dolin terban.
Dolin korosi terjadi karena proses pelarutan batuan yang disebabkan
oleh air. Di dasar dolin diendapkan tanah berwarna merah (terra rossa).
Sedangkan dolin terban terjadi karena runtuhnya atap gua kapur
(perhatikan gambar).
11
( Dolin Korosi )
( Dolin Terban )
3. Pipa karst
Pipa karst yang bentuknya seperti pipa. Gejala ini terjadi karena
larutnya batuan kapur oleh air. Karena terjadi proses pelarutan batuan,
maka disebut pipa karst korosi atau disebut juga aven-type. Namun jika
terjadi karena tanah terban, pipa karst itu disebut pipa karst terban atau
disebut juga yama-type.
12
( Aven-type )
( Yama-type )
4. Gua kapur
Jika Anda berkunjung ke daerah kapur, biasanya di daerah ini banyak
terdapat gua. Pada gua ini sering dijumpai stalaktit dan stalakmit.
Stalaktit adalah endapan kapur yang menggantung pada langit-langit
gua (atas). Bentuknya biasanya panjang, runcing dan tengahnya
mempunyai lubang rambut. Sedangkan stalakmit adalah endapan kapur
yang terdapat pada lantai gua (bawah).
13
Bentuknya tidak berlubang, berlapis-lapis, dan agak tumpul. Jika
stalaktit dan stalakmit bisa bersambung, maka akan menjadi tiang kapur
(pillar)
Gua Kapur
Stalaktit dan Stalakmit
14
2.2.3 Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu.
Batu yang besar itu dihantam dengan palu menjadi kerikil-kerikil kecil yang
digunakan untuk bahan bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat
burung atau binatang lainnya membuat sarang pada batuan cadas, lama
kelamaan batuan cadas itu menjadi lapuk. Dua ilustrasi ini merupakan
contoh pelapukan biologis.
Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi
akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-
tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah
panjang dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu
mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media penghancur batuan yang
ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan
menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut
Berikut ini adalah contoh gambar pelapukan biologis :
15
Pelapukan biologis disebabkan oleh makhluk hidup yang memecah
batu baik secara fisik maupun kimia. Makhluk hidup penyebab pelapukan
ini mencakup berbagai macam organisme dari bakteri hingga tanaman dan
hewan. Misalnya, lumut memainkan peran penting dalam pelapukan karena
mereka kaya akan agen chelating, yang menangkap unsur-unsur logam dari
batuan yang lapuk. Beberapa lumut hidup di permukaan batu (epilithic),
beberapa aktif hingga menembus permukaan batuan / dalam batuan
(endolithic), dan yang lain hidup di cekungan dan retakan di batu
(chasmolithic).
Sering kali terjadi kebingungan dalam membedakan antara erosi dan
pelapukan. Meskipun pada dasarnya terlihat seperti peristiwa atau proses
yang sama, sering kali hal ini yang berakibat menyamakan erosi dengan
pelapukan. Hal sebenarnya adalah ada perbedaan yang sangat mendasar
antara erosi dan pelapukan. Erosi terjadi pada saat partikel batuan (pada
umumnya terlepas oleh peristiwa pelapukan) berpindah dari batuan asalnya.
Hal ini dapat diakibatkan ole gravitasi, udara (angin), air, atau es.
Pelapukan sendiri merupakan peristiwa yang menyebabkan partikel
– partikel batuan terlepas. Salah satu cara yang paling mudah untuk
mengingat perbedaan pelapukan dan erosi adalah jika gaya fisika atau kimia
menyebabkan terlepasnya partikel batuan dan partikel tersebut masih berada
ditempat ia jatuh, maka peristiwa tersebut pelapukan. Akan tetapi bila
partikel tersebut mulai bergerak atau berpindah, peristiwa perpindahan
tersebut adalah erosi.
Pelapukan ini juga disebabkan oleh intervensi binatang, tumbuhan
dan manusia. Binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing
tanah, serangga.
16
Lumut menghancurkan batuan
Akar pohon menghancurkan batuan
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil pembahasan adalah :
1. Pelapukan atau weathering (weather) merupakan pengerusakan batuan pada kulit
bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin).
Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan
menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air.
2. Pelapukan dibagi dalam tiga macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan
kimiawi, dan pelapukan biologis.
3. Pelapukan batuan disebabkan 3 faktor :
Pelapukan biologi : pelapukan yg disebabkan oleh kegiatan makhluk hidup,
misalnya oleh lumut, akar tanaman.
Pelapukan kimia : proses pelapukan yg disertai perubahan struktur kimia
batuan, misalnya proses oksidasi (oleh oksigen) dan proses hidrolis (oleh
air).
Pelapukan fisika : proses pelapukan tanpa disertai perubahan komposisi,
misalnya pengaruh sinar matahari, perubahan temperatur (pemanasan &
pendinginan).
3.2 Saran
Saran kepada para pembaca agar dapat memahami isi dari makalah ini secara
mnyeluruh dan tersistematis agar ilmu yang didapatkan lebih baik, serta bermanfaat
bagi orang lain
18
DAFTAR PUSTAKA
Holmes Arthur (1978). Principles of Physical Geology(edisi ke-3rd). Wiley. hlm. 640-641.
ISBN 0471072516.
1958: The tectonic approach to continental drift. In: S. W. Carey (ed.): Continental Drift –
A Symposium. University of Tasmania, Hobart, 177-363 (expanding Earth from p. 311 to
p. 349)
Korgen Ben J (1995). "A Voice From the Past: John Lyman and the Plate Tectonics Story"
(PDF).Oceanography 8 (1): 19–20.
Spiess Fred, Kuperman William (2003). "The Marine Physical Laboratory at Scripps"
(PDF). Oceanography16 (3): 45–54.
http://www.google.co.id/imghp?hl=id&tab=wi
http://fikarsul10.blogspot.com/2012/02/makalah-pelapukan.html
http://www.google.co.id/search?q=pelapukan&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
http://geochimpunk.blogspot.com/2012/03/pelapukan-weathering.html
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=pelapukan&source=web&cd=10&ved=0CHUQFjAJ&url=http%3A%2F
%2Fimages.putseerdjmount2009.multiply.multiplycontent.com%2Fattachment
%2F0%2FS3Tz2QooCH4AAHCTcsI1%2FPELAPUKAN.doc%3Fkey
%3Dputseerdjmount2009%3Ajournal%3A24%26nmid
%3D317203488&ei=9amrT_qqL8O8rAe7_-
39Dw&usg=AFQjCNFfpPz_4thBnNggSdZH36ncgmZ5bA&cad=rja
19