makalah pengolahan sampah organik.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan limbah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh
negara di dunia, tidak hanya di negara-negara berkembang, limbah juga masih
menjadi permasalahan di negara-negara maju. Di Indonesia misalnya, rata-rata
penduduk kota-kota besar dapat menghasilkan puluhan ton limbah padat setiap
harinya. Limbah-limbah padat tersebut diangkut oleh truk-truk khusus dan
dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa diapa-
apakan lagi. Dari hari ke hari limbah itu terus menumpuk dan terjadilah bukit
limbah seperti yang sering kita lihat.
Limbah yang menumpuk itu, umumnya belum terorganisir dengan baik,
pembuangan limbah di Indonesia dinilai masih sangat buruk. Limbah yang mudah
terurai dan dan limbah yang sulit terurai masih tercampur dan mengganggu
penduduk sekitar. Selain baunya yang tidak sedap, limbah sering dihinggapi lalat
dan juga dapat menjadi sarang penyakit seperti demam berdarah dan malaria.
Menyikapi permasalahan di atas, maka perlu dilakukan pengolahan limbah agar
tidak hanya bernilai negatif namun dapat juga berdampak positif. Pengolahan
limbah dapat dimulai dengan pemisahan limbah yang mudah terurai dengan yang
susah diurai, kemudian mengolah kedua jenis limbah tersebut menjadi sesuatu
yang lebih berguna seperti pupuk kompos dan bahan bakar.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, diharapkan dapat :
a. Memberikan pengetahuan kepada pembaca dan masyarakat tentang jenis
limbah padat organik
b. Memberikan pengetahuan kepada pembaca dampak dari limbah padat
organik bagi lingkungan
c. Menjelaskan tentang cara penanganan limbah padat organik, berupa cara
pengolahannya menjadi bahan yang lebih bermanfaat seperti pupuk
kompos dan bahan bakar
1.3 Ruang Lingkup Bahasan
Ruang lingkup bahasan pada makalah ini meliputi :
a. Dampak pencemaran limbah padat organik terhadap lingkungan
b. Pengolahan limbah padat organik menjadi pupuk kompos, bahan bakar
biogas, bahan bakar bensin dan kreasi kerajinan tangan.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Limbah
Limbah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang
oleh pemakainya, atau zat sisa hasil dari suatu proses yang tidak diperlukan lagi
dari proses tersebut, tetapi masih bisa dimanfaatkan jika dikelola dengan prosedur
yang benar. Limbah dapat berasal dari berbagai aktivitas makhluk hidup, seperti
kotoran makhluk hidup, limbah rumah tangga, limbah industri, limbah rumah
sakit dan masih banyak lagi.
Gambar 1. Limbah
Berdasarkan sifatnya, limbah dibagi menjadi :
a. Limbah organik, adalah limbah yang mengandung senyawa-senyawa
organik yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hydrogen dan oksigen.
Yang termasuk limbah organik adalah daun-daunan, kayu, kertas,
karton, sisa-sisa makanan, sayur, buah dan berbagai jenis plastik.
Beberapa limbah organik ada yang mudah terurai oleh mikroba dan
ada juga yang sukar terurai.
b. Limbah anorganik, terdiri dari kaleng, besi, logam, gelas atau bahan
lain yang yang tidak tersusun oleh senyawa-senyawa organik. Semua
limbah anorganik tidak dapat diuraikan oleh mikroba.
Berdasarkan bentuknya, limbah dibagi menjadi :
a. Limbah padat yaitu limbah zat sisa yang dihasilkan berupa padatan.
b. Limbah cair yaitu limbah zat sisa yang dihasilkan berupa cairan.
c. Limbah gas yaitu limbah zat sisa yang dihasilkan berupa gas.
2.2 Limbah Padat Organik
Limbah padat organik adalah limbah yang mengandung senyawa-senyawa
organik yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen yang
berbentuk padatan. Limbah padat organik ini sangat sering dijumpai di setiap
aktivitas sehari-hari, seperti plastik, sisa-sisa tumbuhan dan hewan, kertas dll.
Limbah padat organik dapat bersumber dari limbah rumah tangga, limbah
jalanan, limbah rumah sakit dan limbah industri. Berdasarkan karakteristiknya
limbah padat organik dibedakan menjadi :
a. Sampah basah (garbage) adalah jenis sampah yang terdiri dari sisa-
sisa potongan hewan atau sayuran hasil dari pengolahan dan
pembuatan makanan yang sebagian besar terdiri dari zaat yang mudah
membusuk.
b. Sampah kering (rubbish) adalah sampah yang mudah terbakar yang
berasal dari rumah-rumah, pusat perdagangan dan kantor-kantor,
seperti kertas, plastik dan kardus.
c. Limbah industri organik di indonesia biasanya berupa limbah pabrik
kelapa sawit (PKS). Limbah PKS semakin meningkat seiring dengan
perkembangan industri kelapa sawit yang sedang terjadi sehingga
kuantitas dan kualitas limbah padat yang dihasilkan juga semakin
meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen penanganan
limbah padat industry yang terstandardisasi (Asbudi, 2012)
d. Limbah Rumah Sakit biasanya berupa botol plastik, botol impus dan
plastik suntikan.
2.3 Prinsip Pengolahan Limbah
Manajemen Limbah Padat yang tepat menjadi salah satu poin penting
untuk mengurangi pemcemaran lingkungan. Berikut adalah Hierarki baru
penerapan manajemen limbah padat yang terintegrasi seperti pada gambar berikut:
Gambar 2. Integrasi pengolahan limbah padat organik (Suratman, 2013)
Hierarki baru integrasi pengelolaan limbah berkaitan dengan global
warming sbb :
a. Eco-Design
Eco-dsign adalah suatu pendekatan untuk merancang suatu produk dengan
pertimbangan khusus pada dampak lingkungan dari produk selama seluruh
siklus hidup, dan dapat mengurangi pengolahan atau pembuangan limbah
padat. Bangunan dan produk harus dirancang dengan tujuan menggunakan
bahan kimia lebih sedikit dan peningkatan efisiensi energi, serta mengurangi
hasil buangan atau emisi.
b. Mengurangi (Reduce)
Salah satu upaya untuk pengelolaan limbah adalah dengan mengurangi
penggunaan atau pemakaian dari potensi limbah itu sendiri.
c. Menggunakan kembali (Reuse)
Reuse atau penggunaan ulang adalah menggunakan kembali suatu barang
lebih dari sekali.Ini mencakup penggunaan kembali secara konvensional di
mana barang dipakai lagidengan fungsi yang sama, dan penggunaan kembali
di mana barang dipergunakan denganfungsi yang berbeda. Berbeda dengan
prosesdaur ulangyang menghancurkan barangbekas menjadibahan
mentahyang dipakai untuk membuat barang baru. Denganmengambil produk
yang berguna dan menukarkannya, tanpa melalui proses, hal
inimenghematwaktu, uang, energi, dansumber daya.
d. Mendaur ulang (Recycling)
Recycling atau daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan
bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang
sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan
bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi,
kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses
pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan
sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai,
dan komponen utama dalam manajemen sampah modern.
e. Memperbaiki (Recovery)
Pemakaian kembali sebagian sampah/limbah yang dapat digunakan untuk
keperluan lain. Konsep ini dapat diterapkan misalnya dengan mengolah
sebagian dari batu baterai bekas sebagai sumber energi alternatif. Konsep ini
banyak diterapkan oleh masyarakat di pedesaan terpencil yang tidak
terjangkau aliran listrik oleh PLN.
f. Disposal adalah pembuangan limbah yang tidak bisa dimanfaatkan lagi
dan limbah residuyang akan dibuang melalui proses landfill.Di beberapa
Negara, telah dikembangkan suatu strategi dalam pengelolaan Limbah
padat.Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, dan Saudi Arabia mengadopsi sebuah
system manajemenpengelolaan Limbah secara seragam dan mekanisme
monitoring dimulai dari produksi limbah,pengumpulan, sortir, pengelolaan
dan pembuangan. Pengelolaan ini juga dianut secara globaloleh Negara-
negara di dunia.
2.4 Dampak Pengolahan Limbah Padat Organik yang tidak Benar
a) Dampak Kesehatan
Menjadi tempat perkembangbiakan bibit penyakit.
Sampah yang menutup saluran air menyebabkan banjir.
Sampah yang dibakar terus menerus dapat menyebabkan infeksi
saluran pernafasanatas (ISPA).
Dampak kesehatan dari pengolahan sampah beberapa negara adalah
pemulung yang mengumpulkan sampah memiliki risiko tinggi terhadap
infeksi penyakit seperti infeksi kulit dan infeksi darah akibat kontak langsung
dengan limbah, dan dariluka yang terinfeksi. Infeksi mata dan infeksi saluran
pernafasan akibat paparan debuyang terinfeksi, khususnya selama operasi
TPA. Penyakit lainyang dihasilkan dari gigitan binatang yang ada di sampah.
Infeksi usus yang ditularkan oleh lalat di tempat sampah. Penyakit kronis
pada operator TPA beresiko penyakit pernapasan kronis, termasuk kanker
akibat paparan debu dan senyawa berbahaya. Kecelakaan Tulang dan
gangguan otot akibat penanganan kontainer yang berat. Menginfeksi luka
akibat kontak dengan benda tajam. Keracunan dan luka bakar akibat kontak
dengan sejumlah kecillimbah bahan kimia berbahaya campur dengan limbah
umum. Luka bakar dan cedera lainnya akibat kecelakaan kerja di tempat
pembuangan sampah atau dari ledakan gasmetana di lokasi TPA.
b) Terhadap air dan tanah
Sampah yang mencemari sungai mematikan kehidupan akuatik dan
menyebabkan pendangkalan.
Pencemaran air permukaan dan air tanah.
Bakteri pathogen dan E.coli dapat berkembang biak
c) Terhadap kualitas udara
Pembakaran sampah menyebabkan penyakit ISPA, kanker
(gasdioxin).
Timbulnya gas-gas beracun (H2S, NH3, dan lain-lain).
Pemanasan global : CO2, CH4 (Gas Rumah Kaca).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Permasalahan Pengolahan Limbah Padat Organik di Indonesia
Sistem Pengolahan limbah padat organik di setiap negara berbeda-beda,
sesuai dengan kesadaran masyarakat, peraturan pemerintah dan kemajuan
teknologinya. Berikut ini pengolahan limbah padat organik yang diterapkan di
Indonesia beserta segala permasalahan yang terjadi (Andi Sani, 2013) :
a) Sistem Pewadahan dan Pengumpulan Limbah Padat
Di Indonesia, pengumpulan limbah padat masih mengalami hambatan
terutama pada pengumpulan sampah dimana dalam pengolahannya tidak
dilakukan pemisahan baik sebelum atau selama pembuangan di rumah tangga
maupun TPS.
b) Sistem Pengangkutan
Sistem pengangkutan sampah di Indonesia menggunakan alat pengangkut /
truk banyak yang masih tidak tertutup sehingga menimbulkan bau dan
sampah yang diangkutbiasanya diterbangkan oleh angin. Pengangkutan
sampah yang juga ddilakukan di Kota Chinhoyi menunjukkanbahwa
pemerintah kota tidak mengumpulkan limbah dari rumah-rumah
penduduk,pengumpulan limbah yang seharusnya dilakukan sekali seminggu
ternyata dilakukandua kali seminggu. Selain itu, pengumpulan limbah tidak
menentu dan tidak konsisten.Dalam bisnis dan industri, limbah seharusnya
dikumpulkan setiap hari, namun karenaketerbatasan sumber daya,
pengumpulan menjadi tidak menentu.Hal ini berdasarkanhasil penelitian
pengelolaan limbah di Kota Chinhoyi.
c) Pembuangan Akhir dan Pengolahan limbah padat
TPA di Indonesia lebih dari 90 % menggunakan metoda Open Dumping,
kurang dari 10% Berupa TPA Controlled Landfll dan Sanitary Landfll.
Pembuangan limbah seperti limbah rumah sakit yang tidak seharusnya
dibuang dilokasi TPA tak terkendali. Limbah rumah sakit seperti penyeka,
botol bekas obat-obatan, masker oksigen dan kateter berserakan dimana-
mana. Adapula sisa bekas bangunan dan limbah elektronik.Selain itu,
Penyemprotan dengan bahan kimia juga dilakukan untuk membasmi hama
dan vector penyakit.
3.2 Alternatif Pengelolaan Limbah
Untuk menangani permasalahan limbah secara menyeluruh perlu
dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif
yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah
lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua
permasalahan pembuangan limbah dengan cara mendaur-ulang semua limbah
yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat
mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada
tiga asumsi dalam pengelolaan limbah yang harus diganti dengan tiga prinsip–
prinsip baru. Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan
jumlah limbah yang terus meningkat, minimisasi limbah harus dijadikan prioritas
utama.
Limbah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat
dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem
pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-
industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses
daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur limbah.
Pembuangan limbah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material
yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat
mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-
ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai
tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk
sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu
dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan
penggunaan.
Program-program limbah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar
berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-
program di negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti
pola program yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat
perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor
informal (tukang limbah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting
dalam sistem penanganan limbah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja
mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan limbah di
negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah zabbaleen di Kairo, yang
telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan daur-ulang limbah yang
mampu mengubah/memanfaatkan 85 persen limbah yang terkumpul dan
mempekerjakan 40,000 orang. Alternatif pengolahan limbah padat oganik yang
dapat diterapkan di Indonesia adalah sebagai berikut :
a) Teknik kerajinan industri kreatif dari plastik atau botol-botol bekas
untuk dijadikan barang yang baru dan menarik. Plastik-plastik yang
telah dibersihkan dirangkai menjadi berbentuk tas, dompet dll.
b) Teknik Pengomposan
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk
penanganan limbah organik merupakan komponen-komponen terpenting
dari suatu sistem penanganan limbah kota. Limbah-limbah organik
seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos (pengomposan dengan
cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan nutirisi-
nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang
masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci
ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan limbah. Daur-ulang limbah
menciptakan lebih banyak pekerjaan per ton limbah dibandingkan dengan
kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat
mensuplai industri. Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang
unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-
benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik),
seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana
dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Setiap bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati, akan
mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Daun-daun yang gugur ke
tanah, batang atau ranting yang patah, bangkai hewan, kotoran hewan, sisa
makanan, dan lain sebagainya, semuanya akan mengalami proses
dekomposisi kemudian hancur menjadi seperti tanah berwarna coklat-
kehitaman. Wujudnya semula tidak dikenal lagi. Melalui proses
dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara
yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati,
dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan
terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka
produk akhirnya adalah kompos (compost).
Pengomposan didefinisikan sebagai proses biokimiawi yang
melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara) yang merombak bahan
organik menjadi bahan yang mirip dengan humus. Hasil perombakan
tersebut disebut kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk
dan pembenah tanah. Kompos memiliki keunggulan-keunggulan lain yang
tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi, yaitu kompos mampu :
Mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah sehingga memudahkan
perkembangan akar dan kemampuannya dalam penyerapan hara.
Meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air sehingga tanah
dapat menyimpan air lebih ama dan mencegah terjadinya kekeringan
pada tanah.
Menahan erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara.
Menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad penghuni
tanah seperti cacing dan mikroba tanah yang sangat berguna bagi
kesuburan tanah.
Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah
lingkungan.
Mengurangi tumpukan limbah organik yang berserakan di sekitar
tempat tinggal.
Membantu pengelolaan limbah secara dini dan cepat.
Menghemat biaya pengangkutan limbah ke tempat pembuangan
akhir (TPA).
Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan limbah akhir
(TPA).
Setelah menjadi pupuk kompos, pupuk siap untuk digunakan sebagai
penyubur tanah. Adapun kekurangan pupuk kompos adalah unsur hara
relatif lama diserap tumbuhan, pembuatannya lama, dan sulit dibuat dalam
skala besar. Oleh karena itu untuk mendukung peningkatan hasil-hasil
pertanian diperlukan pupuk buatan.
c) Teknologi Biogas
Proses pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu
proses terbentuknya gas metana dalam kondisi anaerob dengan bantuan
bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga akan dihasilkan gas
metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yang volumenya lebih
besar dari gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan asam sulfida
(H2S). Proses fermentasi memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk
menghasilkan biogas dengan suhu optimum 35 oC dan pH optimum
pada kisaran 6,4 – 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu
bakteri anaerob seperti Methanobacterium, Methanobacillus,
Methanococcus dan Methanosarcina.
Biogas dapat dibuat dari limbah jerami dari pada jerami hasil padi
dibakar. Biogas mengandung gas metana (CH4) sebesar 55–65 %, gas
karbon dioksida (CO2) sebesar 30-35 % dan sedikit gas hidrogen (H2), gas
nitrogen (N2) dan juga memiliki keseimbangan nutrisi yang baik, relatif
dapat diproses secara biologi. Pada dasarnya teknik pembuatan biogas
sangat sederhana dengan cara memasukkan kotoran ternak sapi
kedalam pembangkit biogas yang disebut digester. Pada digester terjadi
proses penguraian material organik yang terjadi secara anaerob (tanpa
oksigen). Pada umumnya, biogas dapat terbentuk pada hari ke 4 – 5
setelah digester diisi dan mencapai puncak pada hari ke 20-25. Dengan
pemanfaatan biodigester dapat mengurangi emisi gas metan (CH4) yang
dihasilkan pada komposisi bahan organic yang diproduksi dari sector
peternakan karena kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi secara
terbuka melainkan difermentasi menjadi energi gas bio (Amaru, K.,2004).
Reaksi kimia pembuatan biogas (gas metana) ada 3 tahap, yaitu :
1. Reaksi Hidrolisa / Tahap pelarutan
Pada tahap ini bahan yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida
dan lemak diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti
karbohidrat dan asam lemak. Tahap pelarutan berlangsung pada
suhu 25o C di digester.
(C6H10O5)n + n H2O n C6H12O6
Selulosa Air Glukosa
2. Reaksi Asidogenik / Tahap pengasaman
Pada tahap ini, bakteri asam menghasilkan asam asetat dalam
suasana anaerob. Tahap ini berlangsung pada suhu 25oC di digester.
Reaksi :
a) n C6H12O6 2n (C2H5OH) + 2n CO2(g) + Kalor
glukosa etanol karbondioksida
b) 2n (C2H5OH)(aq) + n CO2(g) 2n (CH3COOH)(aq) + n CH4(g)
Etanol karbondioksida asam asetat metana
3. Reaksi Metanogenik / Tahap gasifikasi
Pada tahap ini, bakteri metana membentuk gas metana secara
perlahan secara anaerob. Proses ini berlangsung selama 14 hari
dengan suhu 25oC di dalam digester.
Pada proses ini akan dihasilkan 70% CH4, 30 % CO2, sedikit H2
dan H2S.
Reaksi :
2n (CH3COOH) 2n CH4(g) + 2n CO2(g)
Asam asetat gas metana gas karbondioksida
d) Teknologi Pirolisis
Plastik selain dapat digunakan sebagai tempat pengemas,
limbahnya dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi suatu yang berguna,
salah satunya menjadi minyak. Namun tidak semua plastik dapat diolah
(secara optimal) menjadi minyak, seperti jenis plastik PET, PVC dan
PS.
Dengan Proses pirolisis dilakukan pada suhu 400 – 450 derajat
Celcius tanpa menggunakan katalis. Hasil pirolisis dari campuran PE
dan PP akan menghasilkan bahan bakar cair yang setara dengan bensin,
kerosene, solar dan heavy oil, dimana persentase keempatnya
tergantung dari persentase campuran PE dan PP yang diinputkan ke
dalam reaktor. Sedangkan cairan hasil pirolisis PS hanya mengandung
styrenemonomer, styrene dimer dan styrene trimer, yang jika
dimurnikan akan menjadi bahan baku dari plastik. Selain itu hasil
pirolisis PS juga dapat digunakan sebagai campuran bahan bakar cair
lain dengan persentase kurang dari 20%.
Aplikasi penggunaan minyak olahan plastik antara lain diesel
generator sets untuk pembangkit listrik, bahan bakar untuk pompa
pengairan atau irigasi, bahan bakar untuk boiler, bahan bakar untuk
transport publik, input minyak mentah untuk kilang minyak, untuk
sumber bahan bakar lainnya. Plastik tersebut dipanaskan untuk
menghasilkan gas selanjutnya gas didinginkan untuk menghasilkan
minyak, gas dan karbon.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat dari makalah limbah padat organik ini adalah :
a. Limbah padat organik dapat menjadi lebih berguna jika diolah dengan
prosedur yang benar.
b. Prinsip pengolahan limbah padat organik meliputi Eco-design, Reduce,
Reuse, Recycle, Recovery dan Disposal.
c. Alternatif penerapan prinsip pengolahan limbah padat organik dapat
berupa Teknik Kerajinan Kreatif, Teknik Pengomposan, Teknologi
Biogas dan Teknologi Pirolisis.
4.2 Saran
a. Untuk pembaca dapat lebih memahami mengenai pentingnya
pengolahan limbah padat organik agar tidak mencemari lingkungan.
b. Untuk masyarakat dapat mengaplikasikan teknik pengolahan limbah
ini ke kehidupan sehari-hari.
c. Untuk Pemerintah dapat membantu dan mengawasi masyarakat dalam
mengolah limbah agar tidak mencemari lingkungan.
Referensi teknologi, http://www.kencanaonline.biz/2015/07/reaktor-
pirolisis-limbah-plastik-ban.html diakses tgl 5 maret 2016
M. Hidayanto, 2010 limbah kelapa sawit sebagai sumber pupuk pada pakan ternak organik, peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/plimbah08-13.pdf____(Asbudi) diakses tgl 5 maret 2016
Al. Sentot Sudarwanto, SH, MH, 2010, Jurnal Peran Strategis Perempuan dalam Pengelolaanlimbah padat di akses pada tanggal 5 maret 2016
jurnal .pasca.uns.ac.id/index.php/ekosains/article/download/9/10 __( Andi Sani)