makalah promkes new
DESCRIPTION
makalah promkesTRANSCRIPT
MAKALAH
PROMOSI KESEHATAN DENGAN SASARAN REMAJA
OLEH :
KELOMPOK 4
1. FITRI DWI KAYANTI
2. MARIA ANDRINAYANTA
3. RARA ATLANTIKA
4. TITIN ANDRIYANI
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG D.III
MATARAM
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT, karena atas rahmat-Nyalah
saya dapat menyelesaikan makalah Promosi Kesehatan Remaja. Makalah ini
ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan. Tidak lupa saya
ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah promosi kesehatan ini:
1. Ns. Agus Supinganto, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua STIKES Yarsi Mataram
2. Irni Setyawati, M.Keb., selaku Ketua prodi DIII Kebidanan
3. Misroh Mulyaningsih, M.ph, selaku Dosen Promosi Kesehatan
Dalam penyusunan makalah Promosi Kesehatan ini masih terdapat banyak
kekurangan, dan oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga Makalah
Promosi Keseahatan ini bermanfaat bagi kita semua.
Mataram, Maret 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Tujuan............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 5
A. Pengertian Remaja ......................................................................... 5
B. Pengertian Promosi Kesehatan ...................................................... 6
C. Metode Promosi Kesehatan ........................................................... 8
D. Media / Sarana Promosi Kesehatan ............................................... 10
E. Sasaran Promosi Kesehatan ........................................................... 12
F. Promosi Kesehatan Pada Remaja .................................................. 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 19
A. Kesimpulan .................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
SATUAN ACARA PENYULUHAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah
remaja. Sebanyak 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di
Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara
tahun 1970 dan 2000, kelompok umur 15 – 24 jumlahnya meningkat dari 21
juta menjadi 43 juta atau 18% menjadi 21 % dari total jumlah populasi
penduduk Indonesia (Kusmiran, 2011).
Seiring dengan meningkatnya populasi remaja di Indonesia, masalah gizi
remaja perlu mendapatkan perhatian khusus karena berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi
dewasa (Pudjiadi, 2005). Remaja memiliki pandangan tersendiri mengenai
tubuhnya (body image) yang seringkali salah (Notoatmodjo, 2010).
Bagi sebagian besar remaja putri tubuh ideal merupakan impian. Untuk
mendapatkan impian tersebut, biasanya banyak remaja putri yang melakukan
diet ketat (yang menyebabkan remaja kurang mendapatkan makanan yang
seimbang dan bergizi), mengkonsumsi minuman atau obat pelangsing, minum
jamu, dsb. Bila tidak dilakukan dengan benar, upaya tersebut dapat berakibat
pada penurunan status gizi (Sayogo, 2011).
Pada umumnya remaja putri mempunyai pola dan kebiasaan makan
yang homogen dimana asupan energi dan zat gizi kurang dari angka
kecukupan gizi (AKG) yang sudah dianjurkan. Hal ini juga terlihat bahwa
hampir separuh remaja putri mempunyai berat badan rendah dan tinggi badan
yang kurus, serta sepertiga dari mereka kurus, yang menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan (Sayogo, 2011).
Untuk kelompok umur 13-15 tahun penilaian status gizi berdasarkan
TB/U dan IMT/U. prevalensi nasional kurus pada remaja umur 13-15 tahun
adalah 11,1 persen terdiri dari 3,3 persen sangat kurus dan 7,8 persen kurus.
Prevalensi sangat kurus terlihat paling rendah di Bangka Belitung (1,4 %) dan
1
2
paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (9,2%). Sedangkan di NTB mencapai
15,0%. prevalensi kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara nasional
sebesar 9,4 persen (1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus). Sedangkan di NTB
mencapai sekitar 16,0%. prevalensi risiko KEK wanita usia subur (tidak
hamil). Secara nasional prevalensi risiko KEK WUS sebanyak (20,8) persen.
Prevalensi di NTB mencapai sekitar (28,8%). Pada wanita tidak hamil
kelompok umur 15-19 tahun prevalensinya naik (15,7%). Remaja usia 15-19
tahun risiko kekurangan energi kronik pada tahun 2007 (30,9%) dan pada
tahun 2012 naik menjadi (46,6%). Data ini menunjukan bahwa banyak remaja
Indonesia dan khususnya di NTB yang mengalami masalah gizi. (Riskesdas
RI, 2013)
Remaja putri mempunyai risiko tinggi untuk anemia karena pada usia
ini terjadi peningkatan kebutuhan zat besi akibat pertumbuhan, adanya
menstruasi, sering membatasi konsumsi makan, serta pola konsumsinya sering
menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi (Arisman, 2009).
Remaja merupakan calon pemimpin di masa datang, calon tenaga kerja
yang akan menjadi tulang punggung produktivitas nasional, serta sebagai
calon ibu yang akan memasuki usia reproduksi sehat yaitu 20-30 tahun dan
akan melahirkan generasi penerus serta merupakan kunci perawatan anak di
masa datang. Oleh karena itu, kualitas remaja khususnya remaja putri perlu
mendapat perhatian khusus (Nursari, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan memahami masalah promosi kesehatan
pada remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui pengertian remaja
b. Mahasiswa mengetahui definisi pengertian promosi kesehatan
c. Mahasiswa mengetahui metode promosi kesehatan
3
d. Mahasiswa mengetahui media/sarana promosi kesehatan
e. Mahasiswa mengetahui sasaran promosi kesehatan
f. Mahasiswa memahami masalah promosi kesehatan pada remaja
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu
(Notoatmodjo, 2007). Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan
masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku.
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai
dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya
konfrensi Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada
pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang di
dalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion.
Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer
seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah
penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer istilah-
istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social
Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu
kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari
sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan
penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap
program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit
menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi
lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan
lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi
kesehatan.
5
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi
dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini organisasi
kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai
promosi kesehatan :
“Health promotion is the process of enabling people to increase
control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical,
mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify
and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the
environment” (Ottawa Charter,1986).
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut di atas bahwa Promosi
Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka
masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain
pada promosi kesehatan sebagai berikut :
“Health promotion is programs are design to bring about “change”
within people, organization, communities, and their environment ”.
Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan
yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam
masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi
berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan
peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi kesehatan
merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari,
6
oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut
dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan
semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan
dengan menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses
pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi
lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan
perundangan.
B. Metode Promosi Kesehatan
Metode promosi kesehatan berdasarkan teknik komunikasi dapat
dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Metode penyuluhan langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap
muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain; pertemuan diskusi,
pertemuan di sekolah.
2. Metode yang tidak langsung
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara
tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan
perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,
melalui pertunjukan film, dsb.
Metode promosi kesehatan berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai
dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
a. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and counceling)
Dengan cara ini kontak antar klien dengan petugas lebih
intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan
dibantu penyelesaiannya.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan,
apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui
7
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai
dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.
2. Metode Pendidikan Kelompok.
a. Kelompok Besar
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah. Ceramah akan berhasil apabila penceramah
menguasai materi yang akan diceramahkan serta menggunakan
alat-alat bantu pengajaran semaksimal mungkin.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan menengah ke atas.
b. Kelompok Kecil
1) Diskusi Kelompok
2) Curah Pendapat (Brain storming)
3) Bola salju (Snow balling)
4) Kelompok – kelompok kecil (Buzz group)
5) Memainkan peranan (Role play)
6) Permainan simulasi (Simulation game)
3. Metode Pendidikan Massa
a. Ceramah Umum (Public speaking)
b. Pidato
c. Sinetron
d. Tulisan di majalah atau Koran
e. Billboard
Metode promosi kesehatan berdasarkan indera penerimanya dapat
dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Metode melihat / memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima sasaran
melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan
Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film
8
2. Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui
indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah,
dll
3. Metode “Kombinasi”. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat,
didengar, dicium, diraba dan dicoba)
C. Media / Sarana Promosi Kesehatan
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan
sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar,
diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan
penyebarluasan informasi.
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya
menggunakan papan tulis dengan photo dan sebagainya. Tetapi dalam
menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun
tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
2. Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh
sasaran
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-
keuntungan :
1. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan
contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah
tafsir atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah
ditangkap.
3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang
mengesankan.
4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang
dianjurkan.
9
Alat-alat peraga yang digunakan sebagai media promosi kesehatan
dapat dibagi dalam 4 (empat) kelompok besar yaitu :
1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini
kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat
bantu mengajar.
2. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan
bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan.
Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal
ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat
dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik
dan lain-lain.
3. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.
a. Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar
dengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya,
tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang
lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat
yangmudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai
desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam
poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.
Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak,
memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus
menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan
saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal
lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong
untuk bertindak.
b. Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-
kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar
yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet
digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah,
10
misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi
tentang diare dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat
diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan pertemuan dilakukan
seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan
lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana
seperti di photo copy.
4. Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll
a. Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
1) Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan,
menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan
dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan ditunjukan
kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan.
2) Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan
tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok
persoalan atau titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk
bahan brosur, leaflet, dll
b. Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup.
Slide ini sangat efektif untuk membahas suatu topik tertentu, dan
peserta dapat mencermati setiap materi dengan cara seksama, karena
slide sifatnya dapat diulang-ulang
c. Film
Film lebih ke arah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun
bernuansa edukatif.
D. Sasaran Promosi Kesehatan
Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran
dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
11
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan
menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan
menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak
sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini
sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki
kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan,
dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat
tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan
promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan
diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat
untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan
adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan
(policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-
kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan
memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun
sasaran primer dari usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).
E. Pengertian Remaja
Pendapat tentang rentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli,
organisasi, atau lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan periode transisi
perkembangan dan masa anak ke masa dewasa, usia antara 10-24 tahun.
Secara etimiologi, remaja berarti tumbuh menjadi dewasa” Definisi
remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah
periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa
12
Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24
tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and Services
Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21
tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-l4 tahun); remaja
menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini
kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang
mencakup usia 10-24 tahun.
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dan tiga sudut pandang, yaitu
1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12
tahun sampai 20-21 tahun;
2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan flsik
dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual;
3. Secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu mengalami
perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, di
antara masa anak-anak menuju masa dewasa.
Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi
eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Pada masa transisi dari
masa anak-anak ke masa remaja, individu mulai mengembangkan ciri-ciri
abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja mulai memandang diri
dengan penilaian dan standar pribadi, tetapi kurang dalam interpretasi
perbandingan sosial. Remaja mempunyai sifat yang unik, salah satunya adalah
sifat ingin meniru sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan
di sekitarnya. Di samping itu, remaja mempunyai kebutuhan akan kesehatan
seksual, dimana pemenuhan kebutuhan kesehatan seksual tersebut sangat
bervariasi (Kusmiran, 2011).
F. Promosi Kesehatan Pada Remaja
1. Ruang Lingkup
Lingkup promosi kesehatan terhadap remaja meliputi gizi/nutrisi,
sosialisasi, pendidikan kesehatan, pergaulan, sexualitas dan kemandirian.
Pembinaan remaja terutama wanitanya, tidak hanya ditujukan semata
13
kepada masalah gangguan kesehatan (penyakit sistem reproduksi). Faktor
perkembangan psikologis dan sosial perlu diperhatikan dalam membina
kesehatan remaja. Remaja yang tumbuh berkembang secara biologis
diikuti oleh perkembangan pskologis dan sosialnya. Alam dan pikiran
remaja perlu diketahui. Remaja yang berjiwa muda memiliki sifat
menantang sesuatu yang dianggap kaku dan kolot serta ingin akan
kebebasan dapat menimbulkan konflik di dalam diri mereka.
Pendekatan keremajaan di dalam membina kesehatan diperlukan.
Penyampaian pesan kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja.
Bimbingan kepada remaja antara lain mencakup perkawinan yang sehat,
keluarga yang sehat, sistem reproduksi dan masalahnya, sikap dan perilaku
remaja yang positif dan sebagainya.
2. Pengetahuan Dasar Bagi Remaja
Pengetahuan Dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar
mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik, antara lain :
a. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek
tumbuh kembang remaja)
b. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan
pasanganya
c. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap
kondisi kesehatan reproduksi
d. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
e. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
f. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
g. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat
kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
h. Hak-hak reproduksi
3. Masalah kesehatan pada remaja :
a. Masalah jerawat 85% dialami remaja dan diketahui merupakan
masalah kesehatan yang serius yang menyertai remaja.
14
b. Rokok
c. Penggunaan obat dan kekerasan (penggunaan obat-obat medis,
perangsang, obat tidur, dan penenang)
d. Penggunaan psikotropika
e. Nutrisi (kekurangan nutrisi atau kegemukan)
f. Gangguan makan (anoreksia nervosa, bulimia nervosa, fitnes dan
latihan fisik)
g. Stress (gejala fisik yang dapat mempengaruhi pada keadaan kronik
atau stress yang extrem. Gejala psikologik misalnya cemas, sedih,
gangguan makan, depresi, insomnia,)
h. Pelaksanaan aktivitas seksual.
4. Bimbingan terhadap remaja
Promosi kesehatan pada remaja juga mencakup promosi kesehatan
pranikah yang merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang
ditujukan pada masyarakat reproduktif pranikah. Bimbingan terhadap
remaja antara lain mencakup :
a. Perkawinan yang sehat
Bagaimana mempersiapkan diri ditinjau dari sudut kesehatan,
menghadapi perkawinan, disampaikan kepada remaja. Pekawinan
bukan hanya sekedar hubungan antara suami dan istri. Perkawinan
memberikan buah untuk menghasilkan turunan. Bayi yang dilahirkan
juga adalah bayi yang sehat dan direncanakan.
b. Keluarga yang sehat
Kepada remaja disampaikan tentang keluarga sehat dan cara
mewujudkan serta membinanya. Keluaga yang diidamkan adalah
kelurga yang memiliki norma keluaga kecil, bahagia dan sejahtera.
Jumlah keluaga yang ideal adalah suami, istri dan 2 anak. Keluarga
bahagia adalah keluarga yang aman, tentram disertai rasa ketakwaan
kepada Tuhan YME. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang sosial
ekonominya mendukung kehidupan anggota keluarganya.dan mampu
15
menabung untuk persiapan masa depan. Selain itu keluarga sejahtera
juga dapat membantu dan mendorong peningkatan taraf hidup keluarga
lain.
c. Sistem reproduksi dan masalahnya
Tidak semua remaja mmemahami sistem reproduksi manusia.
Membicarakan sistem reproduksi dianggap tabu dibeberapa kalangan
remaja. Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pada masa
kehamilan, persalinan, pasca persalinan dijelaskan. Penjelasan juga
diberikan mengenai perawatan bayi. Gangguan sistem reproduksi yang
dijelaskan seperti gangguan menstruasi, kelainan sistem reproduksi
dan penyakit. Penyakit sistem reproduksi yang dimaksud seperti
penyakit-penyakiit hubungan seksual, HIV /AIDS dan tumor.
d. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan pada
masa remaja.
Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui
penyakit-penyakit yang memberatkan kehamilan atau persalinan atau
juga penyakit yang akan membahayakan dalam masa kehamilan atau
persalianan. Penyakit-penyakit tersebut perlu dijelaskan.
Penyakit yang perlu dan penting dijelaskan sewaktu
mengadakan bimbingan antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal,
hipertensi, DM, anemia, tumor.
e. Sikap dan perilaku remaja pada masa kehamilan dan persalinan
Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa
kehamilan dan persalinan. Akibat perubahan sikap dan perilaku akan
mengganggu kesehatan, misalnya pada masa hamil muda terjadi
gangguan psikologi misalnya benci terhadap seseorang (suami) atau
benda tertentu. Emosi yang berlebihan dimungkinkan akibat perubahan
perilaku. Pada masa persalinan atau pasca persalinan gangguan jiwa
mungkin terjadi.
16
5. Peran Bidan Dalam Promosi Kesehatan
Pencegahan dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa
sakit usaha tersebut adalah :
a. Masa sebelum sakit
1) Promosi kesehatan (health promotion)
Dalam hal ini pendidikan kesehatan diberikan kepada perorangan,
kelompok atau masyarakat agar dapat mencegah terjadinya
penyakit. Misalnya agar sasaran para remaja meningkatkan gizi
sehat dari apa yang dikonsumsinya setiap hari dan melakukan
kebiasaan hidup sehat, agar para remaja tidak menggunakan
narkoba dan sejenisnya.
2) Perlindungan khusus (specific protection)
Pendidikan kesehatan diberikan agar mengerti/memahami akan
pentingnya perlindungan khusus terhadap serangan penyakit
contohnya pemberian imunisasi TT bagi remaja (TT WUS)
b. Pada masa sakit
1) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and promt
treatment)
Peserta didik diberikan pemahaman tentang pengenalan dan
pengertian jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan
pengobatan yang tepat seawall mungkin. Contohnya penndidikan
tentang penyakit menular seksual akibat pergaulan bebas.
2) Pembatasan kecacatan (disbability limination)
Peserta didik diberikan pengertian untuk melakukan pengobatan
sesempurna mungkin, sehingga dapat dicegah adanya gangguan
kemampuan kerja yang ditimbulkan akibat adanya dampak dari
penyakitnya, yang bisa berupa kecacatan.
17
3) Rehabilitasi(rehabilitation)
Disini cacat terjadi. Dalam hal ini peserta didik diberi pengertian
dan dorongan tetap semangat bekerja dan berbaur ditengah
masyarakat seperti halnya sebelum terjadi kecacatan.
6. Tugas bidan pada remaja
Salah satu peran bidan adalah sebagai pendidik bagi : remaja putri,
calon ibu, WUS, ibu hamil, ibu nifas, kader dimasyarakat dalam kesehatan
ibu dan anak. Seorang bidan dalam menjalankan peran tersebut harus
mempunyai kompetensi sebagai edukator, fasilitator, advokator dan
motivator.
Pendidikan kesehatan/ promosi kesehatan yang dilaksanakan pada
remaja adalah pentingnya pendidikan mengenai kesehatan reproduksi
wanita dan masalah gizi pada remaja.
Tugas bidan pada sasaran para remaja antara lain :
a. Pengaturan menu seimbang/gizi seimbang untuk remaja
b. Informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja
c. Konseling pada remaja mengenai :
1) Perubahan fisik/biologi sesuai dengan usia perkembangan remaja
putra/putri
2) Perubahan emosi dan perilaku pada usia remaja
3) Proses kehamilan yang mungkin dapat terjadi pada usia remaja dan
dampaknya
4) Penyalahgunaan obat dan bahan yang berbahaya, termasuk dalam
kelompok narkoba
5) Kenakalan remaja
7. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada remaja
Remaja membutuhkan edukasi akurat dan komprehensif tentang
seksualitas untuk praktik perilaku seksual sebagai orang dewasa. Kini,
eksploitasi atau risiko aktivitas seksual mungkin menjadi masalah
18
kesehatan dan sosial seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit
menular seksual meliputi HIV/AIDS.
Pendidikan seksual sebaiknya menjadi kurikulum rutinitas pada
sekolah menengah pertama dan atas. Pendidikan kesehatan juga sebagai
komponen komunitas – target program dasar pencegahan pada ibu hamil,
pencegahan kekerasan, penurunan kekerasan, perkembangan anak muda.
atau pelayanan kesehatan reproduksi. Tenaga kesehatan juga bertanggung
jawab untuk memberikan pendidikan seksual pada remaja sebagai bagian
dari pencegahan penyakit. Tidak semua sekolah memiliki instruksi dasar
dan peraturan tentang kelas pendidikan seksual.
8. Strategi untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada remaja
a. Letakkan pendidikan seksual dalam tatanan kehidupannya
b. Menganjurkan untuk menawarkan pendidikan seksualitas dan topik
tentang seks yang berhubungan issue saat ini
c. Menyediakan pendidikan seksualitas dengan mempercayai dan
mengakui pasien sebagai individu dan isu serta nilai dalam keluarga.
d. Khusus menyediakan, kepercayaan, budaya sensitif dan konseling
yang tidak ternilai tentang isu penting seksualitas (konseling umum,
pencegahan kehamilan tidak diinginkan, strategi pencegahan penyakit
menular HIV/AIDS)
e. Menyediakan konseling yang tepat atau pencerahan-pencerahan pada
anak dan remaja dengan isu khusus dan jadi perhatian (Gay, lesbian,
biseksual anak muda)
f. Pelayanan ginekolgi rutin disediakan untuk remaja putri yang
menjalani perilaku seksual. Skrining untuk kanker serviks dan PMS
akan diberikan pada perempuan yang menjalani seksual aktif.
g. Menjadikan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan seksual di
sekolah, institusi keagamaan, dan komunitas lainnya.
19
h. Bekerja sama dengan perencana masyrakat (LSM) untuk
meningkatkan strategi yang menyeluruh untuk menurunkan kejadian
perilaku seksual yang tidak aman dan hasil yang merugikan.
9. Level pencegahan penyakit pada remaja:
a. Primary prevention: immunisasi lanjutan (Vaksin HPV) atau
pendidikan kesehatan/konseling tentang nutrisi, rokok, sexual
education, alcohol, managemen stress.
b. Secondary prevention: Screening test ; pemeriksaan payudara sendiri
sejak anak mulai mendapatkan mestruasi, pap smear bagi remaja yang
telah melakukan hubungan seksual aktif, tes kolesterol, pemeriksaan
Hb
c. Tertiary prevention: pendidikan pada pasien untuk menurunkan
kondisi sakit dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki,
misalnya mengoptimalkan kemampuan anak yang menderita kanker.