makalah prosiding p3p lemlit unm pdf

20

Upload: aquarius-hurt

Post on 12-Aug-2015

91 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF
Page 2: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF
Page 3: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF
Page 4: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF

PERAN PEREMPUAN DALAM MENDIDIK ANAK RAMAH LINGKUNGAN HIDUP

Hamidah Suryani, S.Pd, M.Pd

Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

Abstrak Terwujudnya pemberdayaan dan peran perempuan serta kesetaraan gender bisa

terintegrasi dalam berbagai aktivitas kehidupan. Tidak terkecuali, dalam masalah penyelamatan dan pelestarian lingkungan. Peran perempuan telah terbukti dalam membangun keluarga yang sehat dan ramah lingkungan, dengan berpedoman pada sabda Nabi saw., “kebersihan adalah sebagian dari iman”. Semoga akan bertambah banyak perempuan yang peduli lingkungan agar dunia selamat hingga akhir zaman. Kegiatan ramah lingkungan adalah bersifat menyeluruh. Semua kegiatan manusia di rumah, di luar rumah, di jalan, di pabrik, di kantor, di sekolah, di pasar dan sebagainya idealnya ramah lingkungan. Tidak mencemari, tidak merusak lingkungan, hemat sumberdaya alam serta semakin baik dari waktu ke waktu. Sekarang dapat kita saksikan sudah banyak orang-orang yang sadar lingkungan tetapi masih banyak lagi yang belum sadar. Kegiatan ramah lingkungan tidak selamanya harus bersifat sukarela tetapi pada masa depan harus menggunakan “law enforcement” (penegakkan hukum). Manusia perlu “dipaksa” supaya menjadi terbiasa. Kalau tidak dipaksa manusia akan terus merokok sembarangan, menebang hutan secara serampangan, korupsi semakin menjadi jadi. Oleh karena itu, penegakan hukum secara tegas, akan menjadikan pelaku perusakan lingkungan itu jera dan kapok untuk melakukan perbuatan tidak bermoral itu. Kata Kunci: peran perempuan, penyelamatan, ramah lingkungan hidup PENDAHULUAN

Menyadari bahwa perempuan adalah aset dan potensi pembangunan, maka dalam

pemberdayaan perempuan sebagai pengelola lingkungan, kaum perempuan perlu diberi informasi mengenai pemeliharaan lingkungan, seperti pengelolaan sampah, penghematan sumber daya alam dan bahaya dan cara menghindari zat polutan.

Selain itu, himbauan kepada para perempuan untuk terus melakukan gerakan dari bawah sekaligus menjadi motor penggerak dalam mencegah dampak negatif dari perubahan iklim. Melalui gerakan perempuan peduli lingkungan, saya harapkan menjadi wahana bagi para perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan yang ada di sekitarnya. Semoga launching laporan ini dapat membuka wawasan kita bersama, bahwa efek negatif dari perubahan iklim harus kita waspadai dan menjadi tugas kita bersama seluruh komponen masyarakat, untuk melakukan upaya-upaya konkrit di dalam mencegah dampak buruk dari perubahan iklim ini.

PEMBAHASAN

Masyarakat mengandalkan air, lahan, energi, keanekaragaman hayati dan ekosistem yang sehat untuk menjamin kelangsungan penghidupan mereka dan asset alam sangat penting untuk keluar dari kondisi pemiskinan. Banyak isu lingkungan yang tadinya berdiri sendiri sebagai isu

Page 5: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF

lingkungan seperti perubahan iklim dan bencana, sekarang bergeser menjadi isu pembangunan secara umum dan politik karena luasnya dampak yang ditimbulkan. Salah satu kelompok penerima dampak terbesar, jika kita bicara tentang lingkungan dan menurunnya fungsi layanan aset alam adalah perempuan. Perempuan dan pembedaan peran perempuan dalam masyarakat di Indonesia membuat beban yang lebih bagi perempuan. Perempuan sering mengalami ketidakadilan akibat pembedaan gender tersebut. Karena pembedaan peran ini erat kaitannya dengan budaya patriarki baik dalam artian sederhana, maupun oleh perimpitan budaya patriarki dengan kapitalisme, arus modal, neo-kolonialisme, neo-liberalisme dan berbagai bentuk kekerasan. 1. Peran Perempuan dalam Penyelamatan Lingkungan Hidup

Upaya mengatasi masalah ketidakadilan gender di Walhi harus dilihat sebagai bagian

yang tidak terpisahkan dengan perlawanan terhadap penghancuran kehidupan manusia. Selama satu dasawarsa, pemerintah Indonesia melakukan eksploitasi sumber daya alam demi alasan pertumbuhan perekonomian. Sayangnya, paradigma ekonomi sentries dalam pembangunan ini, telah menghancurkan sumber-sumber kehidupan rakyat, khususnya perempuan. Aktor dan sistem yang mendorong kapitalisme turut melanggengkan marjinalisasi terhadap rakyat dan perempuan. Berbagai kebijakan dan peraturan juga mendukung kerangka ini, misalnya UU otonomi daerah yang melahirkan berbagai Perda yang bias gender dan memisahkan SDA dari rakyat. Instrumentasi hukum oleh kekuatan ekonomi telah menjadikan rakyat terutama perempuan sebagai kelompok rentan, tetapi juga menjadi kelas yang paling dimiskinkan. Di sektor industri ekstraktif seperti kehutanan, perkebunan dan pertambangan, kepemilikan dikuasai oleh modal dan industri skala besar, sementara disisi yang lain rakyat, terutama perempuan, semakin dijauhkan dari hutan dan aset alam tempat mereka menggantungkan penghidupan.

Paradigma daratan dengan mengabaikan kekhasan Indonesia sebagai negara kepulauan, juga semakin mengeksploitasi sumber daya laut dan pesisir yang menggusur ribuan nelayan, terutama perempuan nelayan, dari ruang hidupnya. Kehancuran sumber daya laut semakin diperparah dengan pencemaran limbah industri dan kerusakan hutan mangrove, sehingga menjadi kelumrahan kemudian juga angka pemiskinan begitu tinggi di wilayah pesisir Indonesia. Kelangkaan air terus menerus menjadi krisis rutin di Indonesia, bencana kekeringan dan tingkat pencemaran industri yang tinggi, mengakibatkan perempuan semakin sulit untuk bisa mengakses air bersih dan menjaga ketahanan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Di kota, perempuan semakin ditekan dengan menjamurnya budaya konsumtif yang didorong oleh industrialisasi pusat perbelanjaan. Budaya ini kemudian menghasilkan timbunan sampah, pencemaran air tanah dan menciutnya ruang terbuka publik. Ditambah lagi dengan ancamana solusi teknologi yang justru berdampak buruk bagi kesehatan, seperti teknologi incenerator. Ironisnya, ketika bencana ekologis terus menerus terjadi karena kesalahan pendekatan pembangunan, pemerintah pun tidak mampu memberikan perlindungan yang layak kepada jutaan perempuan yang tinggal di berbagai wilayah yang rentan terhadap bencana. Pemerintah melakukan pengabaian hak rakyat, khususnya perempuan, dalam pemenuhan hak-hak dasarnya pada pasca bencana terutama pada tahap tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi.

Selama ini, kerusakan lingkungan dan aset alam belum merefleksikan sisi pandang perempuan. Budaya patriarki yang telah menggeser kedaulatan perempuan dalam mengelola dan menentukan pangan telah membuat pandangan perempuan tentang kehidupan menjadi kabur,

Page 6: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF

tidak dipahami oleh laki-laki, bahkan oleh perempuan sendiri. Perempuan juga masih ditinggalkan dalam proses pengambilan kebijakan. Jika melihat bahwa persoalan lingkungan hidup dan aset alam sebagai sebuah proses politik, perempuan banyak ditinggalkan dalam proses pengambilan keputusan politik untuk dapat mengakses sumber-sumber kehidupannya. Padahal, perempuan menjadi garda terdepan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup dimulai dari tingkatan keluarganya, hingga mengambil peran penting dalam mengelola aset alam.

Bagi perempuan, the personal is political. Sesungguhnya persoalan perempuan adalah persoalan politik yang berkaitan dengan relasi kekuasaan, dan perempuan selalu menjadi kelompok yang dirugikan, karenanya WALHI sebagai organisasi yang membela hak dan kepentingan kelompok rentan harus mengambil sebuah keputusan dan sikap politik terkait isu perempuan, gender dan lingkungan. WALHI harus senantiasa mendorong tercapainya keadilan gender (gender justice) untuk lingkungan aset alam yang lebih demokratis, adil dan berkemanusian, disiapkan oleh: Gender working group WALHI, (2009).

2. Peran Perempuan Mengelola Lingkungan Hidup

Soehandoko (2010) memaparkan bahwa pemilu demi pemilu telah dilaksanakan, mulai Legislatif Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Presiden dan Wakil Presiden, telah berjalan dengan lancar dan damai. Khusus shon adanya euphoria bagi caleg yang menang atau terpilih, yang harus menepati janjinya. Ternyata Caleg perempuan terpilih di Daerah cukup signifikan, mereka menjadi Anggota DPRD tentunya sebagai wakil rakyat tersebut harus komitmen. Konsisten terutama terhadap pelestarian lingkungan hidup, khususnya di Daerah utamanya di Kabupaten Ngawi. Kepedulian pokok sesuai dengan kondisi saat sekarang dengan cuaca ekstrem, maka kaum Perempuan punya peranan sangat penting dalam mencegah dan atau mengantisipasi pemanasan Global.

Selanjutnya, Soehandoko (2010) menjelaskan bahwa bentuk komitmen kaum perempuan: adalah aktivitas kepedulian dalam menyelamatkan dan melestarikan fungsi lingkungan hidup, dengan mencegah pencemaran dan perusakan yang diakibatkan oleh kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, yang kita ketahui kegiatan tersebut secara langsung berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup. Menurut informasi dari media elektronik maupun media cetak : permasalahan lingkungan telah terjadi baik ditingkat internasional nasional, regional dan lokal. Fakta terjadinya pemanasan global yang telah kita rasakan bersama, : adanya penipisan lapisan ozon, perubahan iklim, naiknya permukaan air laut, pencemaran udara, laut, air tanah dan limbah perkotaan (baik limbah rumah tangga, industri dan kegiatan lainnya yang berupa sampah padat maupun cair), limbah b3, kerusakan lahan dan kawasan lindung serta sistim aliran sungai (das), bencana banjir dan longsor dsbnya secara fakta dan nyata telah terjadi. Permasalahan rusaknya lingkungan hidup: jika tidak segera diantisipasi tidak mustahil akan menjadi bencana yang lebih besar. Oleh karena itu diperlukan adanya komitmen dan tindakan nyata peran serta semua pihak dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan hidup yang benar melalui tindakan nyata, salah satu contoh melalui pendidikan yang dimulai dari usia dini sampai dewasa guna mengubah perilaku stake holder dan pelaku kepentingan lingkungan hidup mulai dari eksekutif, legeslatif, yudikatif, dunia usaha dan industri, serta masyarakat, dalam menyelamatkan dan melestarikan lingkungan, termasuk mencegah dan /atau menghambat pemanasan global. Untuk mengatasi pemasalahan: tersebut dibutuhkan partisipasi aktif semua pihak terutama elemen masyarakat termasuk kelompok perempuan peduli dan penyelamat lingkungan. Pemerintah kabupaten

Page 7: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF

ngawi “ membentuk aliansi perempuan peduli lingkungan (appl) di kabupaten ngawi” yang mempunyai program dan kegiatan mengembangkan manajemen pengelolaan lingkungan hidup dengan tindakan nyata dengan berperan secara optimal. Guna menambah wawasan tentang pengelolaan lingkungan hidup, perlu kiranya ada pencerahan tentang kelestarian fungsi lingkungan hidup, maka pemkab ngawi menyelenggarakan: “sosialisasi pemberdayaan perempuan dalam pengelolaan lingkungan hidup khususnya dalam mencegah pemanasan global”. Sebab kaum perempuan memiliki potensi yang besar untuk merawat, memelihara, mendididk dan melindungi fungsi lingkungan hidup bagi generasi masa kini dan masa depan serta keberlanjutan kelastarian fungsi lingkungan hidup, hal ini juga jelas termasuk semangat dan cita cita kartini yang bulan ini kita peringati bersama. Komitmen kaum perempuan terutama para wakil rakyat yang akan duduk di DPRD, DPRRI paling tidak mempunyai maksud nyata dengan : 1) Upaya mengajak kaum perempuan, khususnya untuk merubah sikap atau perilaku sebagai penentu kebijakan dengan upaya membentuk pola komsumsi dan produksi yang ramah lingkungan. Khususnya menyangkut wehab yaitu water (air), energy (energi), health (kesehatan), agriculture (pertanian) dan biodiversity (plasma nuftah). Dimana kaum perempuan, diharapkan dapat menjadi motor dan / atau penggerak, guna mengganti bahan-bahan berbahaya dengan bahan ramah lingkungan, sehingga secara langsung dapat mengurangi kerusakan lingkungan dan mencegah pemanasan global. 2) Membudayakan, dan melaksanakan perilaku 3r, yaitu reduce (mengurangi produksi sampah), reuse (menggunakan lagi barang bekas), recyle (mendaur ulang). Semuanya akan mempunyai nilai ekonomi, dan pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan. 3) Meningkatkan komunikasi, pengetahuan dan pendidikan mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu harus mempunyai tujuan: 1) Memberikan informasi dan semangat para generasi penerus untuk mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan dengan melaksanakan 3 r khususnya dalam pengelolaan sampah. 2) Memberikan semangat dan kesempatan peran aktif kaum perempuan untuk mempelopori berperilaku yang berwawasan lingkungan. 3) Mendorong kaum perempuan dalam pelestarian dan pengelolaan lingkungan serta mamahami pengendalian /pencegahan percemaran dan perusakan lingkungan. 4) Menumbuhkembangkan kepeloporan perempuan dalam pengelolaan lingkungan hidup secara nyata untuk mengurangi terjadinya pemanasan global. 5) Meningkatkan cara dan /atau pola hidup yang sehat, bersih dan alami. 6) Menciptakan lingkungan yang bersih, teduh dan aman (berteman) serta memahami arti penting kelestarian fungsi lingkungan hidup. 7) Membudayakan penggunaan produk produk ramah lingkungan, berinovasi dalam teknologi (misal : kompos, biogas, biopori) dsbnya.

Dengan maksud dan tujuan tersebut, diharapkan para wakil rakyat yang duduk di DPRD, DPRRI konsisten melaksanakan tindak lanjut melalui: 1) Upaya mitigasi terhadap pemanasan global dengan : (a) Penurunan emisi gas rumah kaca (grk) dan peningkatan kapasitas penyerapan karbon, melalui gerakan penanaman pohon. (b) Penyelamatan ozon melalui penggunaan kosmetik yang alami tanpa gas pendorong (contoh hair spray) dsbnya. (2) Upaya adaptasi terhadap pemanasan global dengan (a) Membuat ruang terbuka hijau (rth) dirumah dan/atau halaman rumah minimal 10 % luas lahan (b) Melaksanakan hemat penggunaan air, listrik, gas dan sejenisnya dan menggunakan energi alternative, (menggunakan biogas) dsbnya. Dengan mitigasi kita bisa terhindar dari bencana lingkungan, dan melakukan adaptasi tersebut kita secara langsung melestarikan fungsi lingkungan hidup. Sehingga generasi mendatang dapat menikmati dan tidak akan menuntut kita.

Semoga pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah tanggal 12 mei 2008, berjalan lancar, tertib, aman dan damai. Menghasilkan kepala daerah dan wakil kepala daerah

Page 8: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF

perioda 2010 – 2015, yang benar-benar pro rakyat,peduli kelestarian lingkungan hidup. Bermoral ahklaqul karimah, yang selalu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, para pejabatnya penuh dengan kejujuran, dan keadilan, membuat pendidikan dan kesehatan terjangkau. Membrantas korupsi, mengurangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan.

3. Perempuan dan Lingkungan dalam Perspektif Islam.

Admin Rahima (2010) menjelaskan bahwa perempuan dan alam bisa dikatakan selalu mengalami nasib sama, diperlakukan dengan tidak adil. Perempuan seringkali dimarjinalkan, sedang lingkungan selalu dieksploitasi dan dirusak. Akibatnya, peran dan posisi perempuan makin lemah karena budaya patriarki, dan lingkungan makin rusak sebab ulah manusia sendiri. Namun begitu, berbagai kalangan terus berusaha meluruskan pandangan menuju sikap yang positif terhadap alam dan lingkungan; bahwa alam dan lingkungan merupakan makhluk Allah swt. yang harus dilestarikan, tidak dirusak dan dieksploitasi. Demikian juga terhadap budaya patriarki, telah di-counter dengan pandangan bahwa sesungguhnya lelaki dan perempuan adalah sama. Ini sebagaimana ditegaskan dalam Alquran, bahwa lelaki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban, serta seimbang satu sama lain dalam setiap sisi kehidupan.

Admin Rahima (2010) menjelaskan bahwa dalam Islam dan ada keharusan menjaga Lingkungan. Allah SWT. menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi (QS: al-Baqarah [2]: 30). Karenanya manusia bertanggungjawab atas pemeliharaan dan pelestarian alam lingkungan, dengan berusaha menanam, membangun,memperbaiki, menghidupi, serta menghindarkan dari hal-hal yang merusak. Namun manusia modern telah gagal dan lalai melaksanakan tanggungjawabnya sebagai pengemban amanah di bumi sehingga lingkungan alam baik darat, laut maupun udara mengalami kerusakan parah akibat keserakahan mereka (QS. al-Rum: 41). Bencana alam telah terjadi di berbagai belahan dunia, seperti banjir,tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan, dan sebagainya.

Menurut Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) pada 1998 - 2003 tercatat telah terjadi 647 bencana di Indonesia yang menelan korban 2.022 orang. Sebanyak 85 persen bencana yang terjadi akibat banjir dan tanah longsor. Banjir ini terjadi berulang-ulang dalam skala besar di 302 lokasi dengan korban 1.066 jiwa; dan longsor terjadi di 245 lokasi dengan korban 645 jiwa. Dua persen dari total hutan atau 1.871 juta hektar, atau rata-rata 51 kilometer hutan rusak antara 2000-2005 setiap tahunnya. Pada 2008 Indonesia juga masuk dalam Guinnes World Record sebagai “negara penghancur hutan tercepat”. Bahkan selama dua tahun belakangan bencana demi bencana terus terjadi seakan tanpa mau berhenti. Sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim, harusnya bangsa Indonesia telah mendapatkan rambu-rambu untuk selalu memelihara lingkungan dengan baik (QS. al-A’raf [7]: 56). Prinsip-prinsip konservasi lingkungan telah dijelaskan dalam Alquran, misalnya tentang larangan hidup boros (QS.Al-A’raf [7]: 31; al-Isra’ [17]: 26-27), dan anjuran mengelola bumi dengan penuh tanggung jawab (QS. Al-An’am [6]: 165; Fathir [35]: 39).Semua itu demi menyelamatkan kehidupan yang berkelanjutan dan membangun peradaban di muka bumi (QS. Hud [11]: 61). Demikian pula Rasulullah saw. secara tegas telah melarang praktik pembalakan liar, dengan bersabda: “Barang siapa yang menebang pohon (tanpa alasan yang membenarkan), maka Tuhan akan mengirimnya ke neraka”. (HR. al-Tirmizi). Ketentuan-ketentuan syariat tersebut jelas menunjukkan landasan etis pentingnya memelihara bumi demi kepentingan manusia sendiri. Tapi mengapa tidak dihiraukan juga?

Page 9: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF

4. Peran Perempuan Penerima Dampak Kerusakan Alam

Admin Rahima (2010) menjelaskan selama ini sebagai penerima utama atas dampak kerusakannya, peran perempuan dalam pengelolaan lingkungan telah ditinggalkan, terutama dalam proses pengambilan kebijakan. Sebab persoalan lingkungan hidup dan kekayaan alam yang terkandung dipandang sebagai sebuah proses politik yang selama ini belum merefleksikan pandangan-pandangan kaum perempuan. Padahal perempuan menjadi bagian dari garda terdepan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup yang dimulai dari lingkup keluarganya. Sehing ga mestinya, perempuan juga berkesempatan mengambil peran penting dalam mengelola aset alam secara lebih luas lagi. Ketiadaan peran perempuan tersebut sesungguhnya merupakan dampak bias gender yang mengakar kuat dalam budaya patriarki.

Adanya subordinasi perempuan ini telah sekian lama menjadi watak dominasi turun-temurun yang telah melemahkan daya tawar kaum perempuan ungkap Admin Rahima (2010) termasuk untuk melakukan pilihan-pilihan hidup mereka, terkait cara-cara yang bijak dalam mengelola alam lingkungan mereka. Sebab itulah, sudah selayaknya kita melakukan introspeksi atas berbagai bencana alam yang terjadi di muka bumi ini. Pelestarian dan pengelolaan lingkungan alam merupakan tugas bersama setiap komponen masyarakat, tanpa membedakan usia ataupun jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Pemanfaatan alam dan pengelolaan lingkungan secara baik dan proporsional menjadi tugas yang bersifat dharur (mendesak) yang tidak saja menjadi urusan kelompok, golongan ataupun jenis kelamin tertentu. Kaum perempuan memiliki tugas yang sama dengan kaum laki-laki untuk meningkatkan pembangunan masyarakat berkelanjutan yang lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Firman Allah SWT. dalam Al-Quran: “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-Nahl [16]: 97)

5. Peran Perempuan Dalam Mitigasi Dan Adaptasi

Meneg PP. (2009) memaparkan berbagai upaya nasional dan internasional telah dilakukan KNPP-PA untuk berkontribusi dalam memecahkan masalah lingkungan, khususnya yang terkait dengan upaya untuk mencegah timbulnya dampak negatif akibat perubahan iklim ini. Salah satu bentuk partisipasi KNPP & PA antara lain melalui keikusertaan dalam konferensi PBB UNFCCC – COP 13 di Bali pada tahun 2007 yang lalu. KNPP-PA telah mendorong perempuan untuk menjadi motor penggerak dalam pengelolaan lingkungan untuk mencegah terjadinya perubahan iklim melalui penyelenggaraan side event “Gender and Climate Change”. Dalam event ini, para perempuan dunia ikut memberikan pemikiran apa yang dapat dilakukan dalam mengurangi atau mencegah meningkatnya suhu, sehingga pemanasan global dapat dikurangi dan dampak perubahan iklim dapat diatasi. Berbagai upaya nasional dan internasional telah dilakukan KNPP-PA untuk berkontribusi dalam memecahkan masalah lingkungan, khususnya yang terkait dengan upaya untuk mencegah timbulnya dampak negatif akibat perubahan iklim ini. Salah satu bentuk partisipasi KNPP & PA antara lain melalui keikusertaan dalam konferensi PBB UNFCCC – COP 13 di Bali pada tahun 2007 yang lalu. KNPP-PA telah mendorong perempuan untuk menjadi motor penggerak dalam pengelolaan lingkungan untuk mencegah terjadinya perubahan iklim melalui penyelenggaraan side event “Gender and Climate Change”. Dalam event ini, para perempuan dunia ikut memberikan pemikiran apa yang dapat

Page 10: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF

dilakukan dalam mengurangi atau mencegah meningkatnya suhu, sehingga pemanasan global dapat dikurangi dan dampak perubahan iklim dapat diatasi. Dampak pemanasan global dapat dicegah dengan bermitigasi (mengurangi resiko sekecil mungkin) dan beradaptasi (menyesuaikan) terhadap dampak dan akibat dari perubahan iklim tersebut. Dampak perubahan iklim telah nyata menjadi ancaman kehidupan di bumi. Pengamatan Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa meningkatnya suhu udara dan samudra, meluasnya salju dan meleleh es memicu naiknya tinggi rata-rata permukaan air laut. Kenaikan temperatur global 0.76 oC pada 1850-2005 dan sepanjang abad ke-20 Benua Asia telah mencatat kenaikan tertinggi 1 oC.

Meneg PP. (2009) memaparkan berubahnya iklim akan menyebabkan pergeseran musim. Hal ini akan menyebabkan adanya perubahan pola curah hujan yang berlangsung singkat, namun dengan intensitas curah hujan sangat tinggi dan mengakibatkan banjir dan longsor. Di wilayah Asia Tenggara yang terletak di garis khatulistiwa terjadi perubahan tekanan udara yang cukup ekstrim, karena naiknya suhu udara sehingga terjadi pembelokkan arah angin yang menyebabkan badai dan angin puting beliung disertai hujan cukup deras. Pergeseran musim juga menyebabkan musim kemarau berkepanjangan yang berdampak pada kekeringan. Selain itu, perubahan iklim berdampak dalam merubah ketersediaan sumber air, yang berakibat terhadap peningkatan biaya dalam menangani persoalan air sebagai kebutuhan hidup manusia.

Musim penghujan diprediksi berkurang sementara intensitas curah hujan maupun risiko bahwa banjir akan semakin tinggi papar Meneg PP. (2009), dijelaskannya bahwa Indonesia secara geografis merupakan negara kepulauan dengan banyak pulau dan beriklim tropis. Dengan demikian tantangan dan dampak pemanasan global tidak dapat dihindarkan. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya es di kutub serta di Pegunungan Himalaya sehingga permukaan air laut naik yang menyebabkan gelombang laut, banjir-longsor serta badai yang membahayakan. Hal ini juga akan menyebabkan mundurnya garis pantai di sebagian besar wilayah Indonesia, sehingga beberapa wilayah pesisir Indonesia terancam tenggelam dan banyak pulau kecil dan daerah landai di Indonesia akan hilang. Secara nasional, mundurnya garis pantai mengakibatkan kerugian serta pengurangan wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Meneg PP. (2009) menjelaskan bahwa meningkatnya suhu udara ini juga berdampak terjadinya perubahan iklim di Indonesia yang menyebabkan terganggunya tatanan ekosistem lingkungan dan kualitas lingkungan, baik di laut maupun di daratan. Pemanasan global juga telah menimbulkan makin banyaknya wabah penyakit endemik “lama dan baru” yang merata dan terus bermunculan, seperti leptospirosis, demam berdarah, diare, dan malaria. Padahal penyakit-penyakit, seperti malaria, demam berdarah dan diare adalah penyakit lama yang seharusnya sudah mampu ditangani, namun sampai sekarang masih mengakibatkan ribuan orang terinfeksi dan meninggal. Timbul pula penyakit infeksi baru, seperti SARS dan flu burung.

Dalam beberapa tahun ke depan ungkap Meneg PP. (2009) bahwa perubahan iklim dapat mengancam kehidupan para nelayan di pesisir sehingga terjadi kemiskinan dan juga kelangkaan pangan yang luar biasa. Saat ini kita sudah dapat merasakan akibat berubahnya iklim yang sulit diprediksi, seperti, musim hujan yang semakin pendek sementara kemarau semakin panjang atau sebaliknya. Keadaan ini mengakibatkan petani sulit bercocok tanam dan sering terjadi gagal panen akibat kekurangan air dan serangan hama.

Meneg PP. (2009) menjelaskan bahwa dengan gagalnya panen, maka terjadi penurunan produktivitas pangan yang mengakibatkan kemiskinan semakin meningkat. Korban terbesar dari kemiskinan tersebut pada umumnya lebih banyak ditanggung oleh perempuan dan anak-anak. Kuatnya pengaruh budaya patriarki yang masih ada di berbagai daerah, cenderung

Page 11: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF

memarginalkan atau meminggirkan posisi perempuan. Konsekuensi logis dari kondisi ini telah menyebabkan kaum perempuan semakin tersingkir dari proses produktif, di tengah masyarakat karena peranannya terkurung terbatas dalam “peran tradisional” dan “peran reproduktif” saja.

Pada masyarakat tradisional, perempuan adalah pengurus rumah tangga, sehingga perempuan berkewajiban untuk mengambil air, mengumpulkan kayu bakar dan bahan-bahan lain yang akan dimanfaatkan untuk menjalankan rutinitasnya sebagai pemelihara rumah tangga. Karena itu, perempuan sangat berkepentingan untuk memelihara sumber air, pohon-pohon, hutan dan kesuburan tanah pertanian. Mereka mempunyai kearifan lokal dan tata cara tersendiri untuk memelihara sumber-sumber tersebut yang diwariskan secara turun-temurun kepada generasi berikutnya. Di samping itu, perempuan juga mempunyai tugas budaya, yaitu melestarikan jenis tanaman tertentu yang terkait pada peran mereka, seperti menanam tanaman obat-obatan tradisional dan bumbu dapur, makanan, minuman dan juga kosmetika. Kearifan lokal ini merupakan mitigasi dan adaptasi masyarakat Indonesia sejak dahulu kala namun telah bergeser papar Meneg PP. (2009).

Dalam mengatasi dampak perubahan iklim tersebut perlunya menerapkan kembali kearifan lokal masyarakat Indonesia,terutama peran perempuan untuk beradaptasi (menyesuaikan) dan bermitigasi (mengurangi resiko sekecil mungkin). Perempuan harus dilihat sebagai subjek, agen perubahan dan penggerak yang merupakan potensi yang handal dan juga aset bangsa yang luar biasa dalam menyikapi berbagai masalah lingkungan hidup. Selain itu, tiap daerah di Kepulauan Indonesia memiliki indigenous knowledge system dalam kehidupan masyarakatnya, ketika memperlakukan lingkungan hidup. Selain dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati, beberapa suku bangsa sejak dahulu selalu menerapkan suatu kearifan lokal dalam pemeliharaan hutan yang berfungsi menyerap CO2 untuk menghambat pemanasan global. Kearifan lokal inilah yang selalu dipatuhi oleh masyarakatnya, yang diwariskan secara turun-temurun dalam adat merek, papar Meneg PP. (2009).

Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai kebijaksanaan atau nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kekayaan-kekayaan budaya lokal, berupa tradisi, petatah-petitih dan semboyan hidup dan penggunaan keanekaragaman hayati untuk makanan/minuman, kosmetika dan obat-obatan. Sebagai contoh di Papua, memanfaatkan buah merah, akar tumbuhan sarang semut untuk penyakit kanker dan lainnya. Budaya suku Batak yang menerapkan semboyan marsiadap ari (saling membantu dalam melakukan suatu pekerjaan), atau …. siote ….. pate-pate di Sulawesi Utara, yang bermakna gotong-royong.

Lebih jauh, Meneg PP. (2009) menjelaskan adat pada Suku Sakai dan Suku Dayak, kearifan lokal telah menerapkan zonifikasi lahan yang ketat Hutan ulayat mereka dibagi dalam beberapa kategori, yaitu hutan adat, hutan larangan, dan hutan perladangan. Hutan adat hanya boleh diambil rotannya, damar, dan madu lebah, tetapi pohon-pohon utamanya tidak boleh ditebang. Pada hutan larangan, yang biasanya berada di bantaran sungai, pohon-pohon sama sekali tidak boleh diusik. Hutan perladangan boleh ditebang untuk ladang dengan sistem rotasi. Selain menerapkan zonifikasi, Suku Sakai juga melarang warganya menebang beberapa jenis pohon, di antaranya pohon sialang, kapur, labuai, dan buah-buahan. Pohon sialang ini merupakan tempat bersarangnya lebah. Pepohonan di sekeliling pohon sialang, hingga radius 1-2 kilometer, juga dilarang ditebang karena pepohonan ini dinilai sebagai habitat lebah madu.

Meneg PP. (2009) menjelaskan bahwa dalam masyarakat Minangkabau, kita juga dapat menemukan pembagian zona pembangunan, yaitu dalam pemilihan site plan denah tapak, “nan lereng ditanam tabu. Nan bancak jadikan sawah...” (yang di lereng ditanami tebu, yang becek dijadikan sawah). Hal ini berarti rumah adat yang disebut rumah gadang, tidak boleh didirikan di

Page 12: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF

tanah yang basah, rendah atau labil, atau di tanah pertanian. Kearifan lokal orang Minangkabau telah menuntun anggotanya dalam penggunaan lahan dan tanaman. Masing-masing fungsi harus disesuaikan dengan kondisi dan sifat lahan masing-masing. Perempuan sebagai pewaris tanah pusaka dan rumah gadang, dengan sendirinya harus memahami aturan adat yang berisi kearifan lokal Minangkabau ini.

Contoh lain dari kearifan lokal adalah tradisi penanaman padi di Bali. Sebelum menanam pada dilakukan upacara pemujaan terhadap Dewi Sri, yaitu dengan mengaduk-aduk dan mengolah tanah dengan harapan tanah menjadi subur. Ada 16 ritual yang harus diizinkan secara kolektif oleh penduduk desa saat menyiapkan bibit hingga memindahkan ke sawah. Kearifan lokal boleh jadi merupakan salah satu wujud nyata slogan "kembali ke alam" (back to nature) yang sering didengungkan di mana-mana. Kearifan lokal ini telah terpelihara berabad-abad dan terbukti mampu melindungi masyarakat dari bencana. Karena itu kita selalu perlu mengingatkan agar dalam pembangunan masa kini, kearifan lokal harus diperhatikan dan direvitalisasi, terutama untuk mengatasi berbagai macam bencana akibat rusaknya lingkungan hidup. Mengamati istilah ini secara lebih seksama, secara kritis kita juga boleh berasumsi bahwa jika ada ‘kearifan lokal’, maka mungkin juga ada ‘kearifan nasional’ yang kemudian dapat diajarkan dan ditularkan menjadi ‘kearifan internasional’.

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KNPP-PA) dalam usahanya mencegah dan mengurangi perubahan iklim yang berdampak terhadap manusia utamanya perempuan dan anak, telah menginisiasi pencanangan Model Pemberdayaan Perempuan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di wilayah padat penduduk. Model ini diharapkan menjadi sarana bagi perempuan untuk aktif dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan. Bahkan dukungan yang kuat juga datang dari pemerintah, Bapak Presiden telah mencanangkan aksi nasional “Tanam dan Pelihara 10 Juta Pohon” yang salah satunya bertujuan untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap masyarakat.

Meneg PP. (2009) menjelaskan bahwa perempuan sebagai pengatur rumah tangga dapat mencegah pemanasan global, antara lain dengan cara menanami pekarangan dengan jenis tanaman pelindung atau tanaman lain yang bermanfaat, mengurangi pemakaian listrik, memilih bahan bakar yang paling sedikit menghasilkan polutan, menghindarkan pemakaian pupuk kimia, mengolah dan memilah sampah, mengurangi pemakaian bahan yang tak dapat diserap atau diolah bumi, dan menggiatkan bekerja membuat kompos. Sarana kegiatan ini dapat diteruskan kepada masyarakat sekitarnya, yaitu dengan membuat suatu lingkungan yang hijau, mengurangi sumber-sumber penyakit, mengurangi pemakaian zat berbahaya, dan bersama-sama mengolah sampah menjadi bahan produktif, misalnya pupuk dan bahan-bahan daur ulang.

Perempuan dalam perannya sebagai pendidik, maka dapat mendidik anak-anaknya dan masyarakat sekitarnya untuk mencintai lingkungan papar Meneg PP. (2009). Hal ini dapat dimulai dengan mengajak menanam dan memelihara pohon, mendidik anak-anak tidak mengganggu dan membunuh binatang, mengajar penghematan pemakaian sumber daya rumah tangga, seperti air, energi untuk memasak, energi penerangan dan alat rumah tangga lain, menyadarkan anak dan masyarakat untuk mengurangi pemakaian zat polutan dan lain-lain. Kita juga telah banyak mengenal perempuan yang mampu menggerakkan masyarakat untuk memperbaiki lingkungan yang kritis, bahkan beberapa di antaranya telah mendapat penghargaan Kalpataru. Sebagai contoh, antara lain pemenang Kalpataru tahun 2002 untuk Kategori Pengabdi Lingkungan diberikan kepada Ibu Endang Maryatun (DI Yogyakarta), Ir. Tri Mumpuni menciptakan Energi Listrik Mikrohidro dalam upaya Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim dan pemenang Kalpataru tahun 2005, Ibu Katrina Koni, perempuan asal Dusun Pokapaka, Desa

Page 13: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF

Malimada, Kecamatan Wewewa Utara, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang berhasil menghijaukan lahan kritis dengan tanaman kayu-kayuan, seperti cendana, lame, ello, mahoni, dan johar. 6. Mendidik Anak Bangsa dengan Kegiatan Ramah Lingkungan

Suplieffendirahim (2010) menjelaskan ada tiga kumpulan kata kunci dalam tulisan ini

yakni mendidik, anak bangsa dan kegiatan ramah lingkungan. Mendidik itu adalah suatu kata kerja (verb) yang melibatkan proses dalam suatu sistem input-proses; anak bangsa adalah objek yang dilibatkan secara langsung atau tidak langsung di dalam sistem input proses “mendidik”; kegiatan ramah lingkungan adalah alat yang digunakan dalam sistem input-proses “mendidik”. Apabila kata mendidik ini diartikan, maka kata ini sangat banyak padanan katanya. Mungkin dia bisa dekat dengan aktivitas atau pengalaman yang mempunyai efek formatif terhadap pola fikir, karakter ataupun kemampuan fisikal atau mental seseorang. Mungkin juga mendidik itu adalah proses bagaimana berlangsungnya transfer atau perpindahan pengetahuan, kemahiran/skil atau nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Nah proses mendidik itu juga ada yang bersifat formal, ada juga yang bersifat tidak formal.

Mendidik secara formal bermula dalam program TK/TPA, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi atau kursus-kursus serta bimbingan belajar. Secara informal mendidik bisa berlangsung menggunakan televisi, perpustakaan, musium, pameran, seminar, dan sebagainya. Mendidik baik secara informal maupun secara formal tetap mempunyai tujuan yang sama baiknya yakni ingin menjadikan orang-orang yang kita didik supaya menjadi generasi yang berkarakter, berketrampilan, bertanggungjawab serta mempunyai nilai-nilai.

Suplieffendirahim (2010) menjelaskan bahwa suatu hal yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa mendidik itu juga adalah suatu proses yang terus menerus, terpadu dan menggunakan pendekatan preventif. Mengapa terus menerus? Karena mendidik itu bukan pekerjaan satu kali proses tetapi merupakan proses yang berterusan mengikuti perkembangan objek yang kita didik. Mendidik dimulai sebelum lahir, sewaktu bayi, sewaktu kanak-kanak, sewaktu anak berusia muda, menginjak dewasa dan bahkan sampai tua. Nabi Muhammad berpesan tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat (kuburan). Selanjutnya mendidik itu bersifat terpadu. Orang tua idealnya mendidik dari rumah, pada waktu pagi, petang, malam. Orang tua idealnya memberi contoh dalam berkata, bersikap dan dengan perbuatan yang baik. Selain orang tua ada juga pembantu, anggota keluarga yang lain, guru di sekolah dan masyarakat luas termasuk tetangga, televisi, dan masyarakat pada umumnya.

Mendidik juga idealnya bersifat preventif papar Suplieffendirahim (2010) bahwa dalam proses mendidik objek yang kita didik peserta didik dalam arti luas harus diupayakan - diupayakan dihindarkan dari hal-hal yang bersifat merusak seperti bekerja dan berkata sia-sia, berteman dengan orang-orang yang tidak baik, tidak disiplin, tidak jujur, judi, mabuk, berzina, mencuri dan sebagainya. Mendidik dengan pendekatan reaktif akan jauh lebih sulit. Setelah objek yang dididik rusak baru diperbaiki, memang tepat kata pepatah Inggeris: “prevention is better than cure”. Kegiatan Ramah Lingkungan: pertama, Mendidik peserta didik baik formal maupun tidak formal idealnya melalui kegiatan-kegiatan yang ramah lingkungan. Apa saja yang dimaksud dengan kegiatan ramah lingkungan? Wah banyak. Tetapi yang penulis maksudkan sejumlah hal berikut: kedua, ramah lingkungan bermula dari adanya etika atau akhlak sebagai konsekuensi bahwa pemahaman yang menyeluruh tentang siapa diri kita manusia, yang menciptakan kita, tujuan penciptaan, dan keterkaitan dengan perkesitaran atau lingkungan hidup

Page 14: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF

manusia. Diri kita adalah bagian dari lingkungan yang saling mempunyai ketergantungan satu sama lain. Kita diciptakan oleh Yang Maha mencipta. Tujuan diciptakan adalah untuk memakmurkan bumi bukan untuk merusaknya. Keterkaitan dengan lingkungan bermakna kalau ada yang dirusak maka semua akan menerima konsekuensi kerusakan itu.

Ketiga, ramah lingkungan itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu diamalkan bukan hanya sekedar teori. Misalnya kalau sampah dibuang sembarangan akan mengotori air, udara dan tanah. Oleh karena itu harus terbangun suatu sistem yang terdiri dari orang-orang sadar lingkungan, ada sistem pengelolaan yang ramah lingkungan, bersifat terus menerus, terpadu dan preventif. Keempat, kegiatan Ramah lingkungan itu adalah sesuatu amalan yang hanya mungkin terwujud secara meluas jika semua menjadi sadar, ambil bagian dalam mengamalkan, yang tentunya merupakan tanggungjawab semua pihak - bukan terbatas para ahli, tetapi juga para praktisi, wakil rakyat dan rakyat secara keseluruhan. Misalnya panen hujan di lahan dan di rumah harus disadari, direncanakan, dilaksanakan dan diawasi oleh semua pihak. Kalau tidak banjir dan kekeringan di manapun di bumi ini akan bertambah parah dari tahun ke tahun.

Kelima, kegiatan ramah lingkungan adalah bersifat menyeluruh. Semua kegiatan manusia di rumah, di luar rumah, di jalan, di pabrik, di kantor, di sekolah, di pasar dan sebagainya idealnya ramah lingkungan. Tidak mencemari, tidak merusak lingkungan, hemat sumberdaya alam serta semakin baik dari waktu ke waktu. Sekarang dapat kita saksikan sudah banyak orang-orang yang sadar lingkungan tetapi masih banyak lagi yang belum sadar. Keenam, kegiatan ramah lingkungan tidak selamanya harus bersifat sukarela tetapi pada masa depan harus menggunakan “law enforcement” (penegakkan hukum). Manusia perlu “dipaksa” supaya menjadi terbiasa. Kalau tidak dipaksa manusia akan terus merokok sembarangan, menebang hutan secara serampangan, korupsi semakin menjadi jadi. Oleh karena itu, penegakan hukum secara tegas, akan menjadikan pelaku perusakan lingkungan itu jera dan kapok untuk melakukan perbuatan tidak bermoral itu.

KESIMPULAN

Perempuan pada dasarnya mempunyai dasar kehidupan untuk beradaptasi dan bermitigasi untuk memelihara, selain itu sebagian besar perempuan masih menyimpan kearifan lokal yang diwariskan nenek moyangnya. Karena itu mereka adalah aset penting bagi pemberdayaan, pemeliharaan dan pencegahan lingkungan dari kerusakan. Dalam menyikapi pemanasan global, menyikapi keseimbangan bumi dan lingkungan hijau, ada 10 prinsip bijak peran perempuan untuk menyelamatkan bumi (hasil konferensi perempuan 2007), yaitu: (1) Perlakukan tanah secara bijak (bangun rumah di lahan perumahan yang tidak merusak hutan, jangan merubah lahan pertanian menjadi hunian, pabrik ataupun mall); (2) Tingkatkan kualitas hidup (kendalikan pertumbuhan penduduk dan kurangi hidup boros); (3) Budayakan prinsip 3R (Reduce, kurangi penggunaan benda sekali pakai buang; Reuse, manfaatkan air limbah menjadi air bersih; Recycle, daur ulang sampah menjadi kompos); (4) Hemat energi (gunakan energi alam matahari/angin/air/energi bio dari tanaman/kotoran binatang) dan menggunakan listrik/alat elektronik seperlunya); (5) Hemat air (gunakan air bersih secukupnya jangan biarkan air terbuang dan buat resapan air); (6) Transportasi yang efisien (kurangi penggunaan kendaraan bermotor untuk menurunkan gas CO2 yang memicu pemanasan global); (7) Tanam pohon untuk menjerap CO2 (di setiap rumah minimal 2 (dua) pohon dipekarangan atau di dalam pot agar udara menjadi bersih dan sejuk); (8) Kelola sampah menjadi berkah dan bermanfaat

Page 15: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF

(sampah dipisah, sampah organik menjadi kompos dan sampah anorganik di daur ulang); (9) Hindari tas dari plastik (pakai tas kain untuk belanja/bawa makanan dengan serbet kain/ tempat makanan yang dapat dipakai lagi); (10) Hindari pemakaian bahan kimia karena bahan kimia dapat mencemari tanah (gunakan pewarna alami/ gunakan ampas kelapa untuk mengepel). DAFTAR PUSTAKA

Admin Rahima. 2010. Perempuan dan Lingkungan dalam Perspektif Islam : Al Arham Edisi 31 (A) Email: [email protected]. Alamat : Jl. H. Shibi No.70 Rt. 007/01 Srengseng Sawah Jakarta Selatan 12640

Meneg PP . 2009. Peran Perempuan Dalam Mitigasi Dan Adaptasi saat Launching “State Of World Population Report 2009” di Jakarta (19/11). Doc-Anggun

Soehandoko. 2010. Peranan Perempuan dalam Kelola Lingkungan. BestFast. Ngawi: 18 April 2010, dalam menyongsong hari Kartini.

Suplieffendirahim. 2010. Mendidik Anak Bangsa Dengan Kegiatan Ramah Lingkungan Jakarta: BioSeven Online

Walhi KALTIM, 2009. Peran Perempuan dalam Penyelamatan Lingkungan Hidup. Submitted by firdaus on Wed, 14/10/2009 - 15:48 http://walhikaltim.org/index.php?

Page 16: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF
Page 17: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF
Page 18: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF
Page 19: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF
Page 20: Makalah Prosiding P3P Lemlit UNM PDF