makalah psa

35
1 TUGAS PENGEMBANGAN SUMBER AIR LAHAN BASAH DISUSUN OLEH: AGUNG FERDIANSYAH 03091001003 DOSEN PENGASUH: IR. H. SARINO, MSCE. AGUS LESTARI YUONO S.T. M.T. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK 1

Upload: agung-ferdiansyah

Post on 04-Aug-2015

161 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Psa

1

TUGAS PENGEMBANGAN SUMBER AIR

LAHAN BASAH

DISUSUN OLEH:

AGUNG FERDIANSYAH

03091001003

DOSEN PENGASUH:

IR. H. SARINO, MSCE.

AGUS LESTARI YUONO S.T. M.T.

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2012

1

Page 2: Makalah Psa

2

Daftar isi

Pendahuluan............................................................................................................. 3

Latar belakang,................................................................................................. 3

Tujuan .............................................................................................................. 3

Ruang lingkup materi........................................................................................ 4

Landasan teori.......................................................................................................... 7

Definisi lahan basah.......................................................................................... 7

Fungsi lahan basah............................................................................................ 8

Pengembangan lahan basah dan masalah yang dialami.................................... 9

Pembahasan............................................................................................................. 11

Kualitas lahan basah......................................................................................... 11

Degradasi lahan basah...................................................................................... 16

Rehabilitasi lahan basah................................................................................... 18

Penutup................................................................................................................... 22

Kesimpulan...................................................................................................... 22

Saran................................................................................................................ 22

Daftar pustaka........................................................................................................ 23

2

Page 3: Makalah Psa

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan sumber air adalah salah satu mata kuliah di Jurusan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya. Mata kuliah ini

membahas mengenai analisis dan perencanaan dalam pengembangan sumber

air sehingga sumber air tersebut dapat dikembangkan dan bermanfaat sesuai

rencana.

Dalam perencanaan dari Pengembangan sumber air, adalah penting untuk

terlebih dahulu melakukan analisis terhadap lahan basah di dalam ruang

lingkup pengembangan tersebut supaya dapat direncanakan dengan tepat.

Karena peranannya dalam perencanaan Pengembangan sumber air yang

besar maka perlu diketahui dan dianalisis mengenai kualitas, degradasi, dan

rehabilitasi dari lahan basah, sehingga dapat ditentukan seperti apa

pengembangan yang akan dapat dilakukan dan sesuai dengan potensi yang

dimiliki oleh sumber daya air tersebut.

B. Tujuan

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dari lahan basah.

2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan degradasi pada lahan basah.

3. Mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan dalm rangka melakukan

rehabilitasi terhadap lahan basah.

3

Page 4: Makalah Psa

4

C. Ruang Lingkup Materi

1. Definisi lahan basah

Lahan basah dalah “Daerah rawa-rawa, payau, lahan gambut, dan

perairan; tetap atau sementara; dengan air yang tenang atau mengalir;

tawar, payau, atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya

tidak lebih dari enam meter pada waktu surut” (Konvensi Ramsar).

Pengertian di atas menunjukkan bahwa cakupan lahan basah di wilayah

pesisir meliputi terumbu karang, padang lamun, dataran lumpur dan dataran

pasir, mangrove, wilayah pasang surut, maupun estuari; sedang di daratan

cakupan lahan basah meliputi rawarawa baik air tawar maupun gambut,

danau, sungai, dan lahan basah buatan seperti kolam, tambak, sawah, embung,

dan waduk. Untuk tujuan pengelolaan lahan basah dibawah kerangka

kerjasama Internasional, Konvensi Ramsar, mengeluarkan sistem

pengelompokan tipe-tipe lahan basah menjadi 3 (tipe) utama yaitu:

1. Lahan basah pesisir dan lautan, terdiri dari 11 tipe antara lain terumbu karang dan estuari.

2. Lahan basah daratan, terdiri dari 20 tipe antara lain sungai dan danau.

3. Lahan basah buatan, terdiri dari 9 tipe antara lain tambak dan kolam

pengolahan limbah.

4

Page 5: Makalah Psa

5

2. Fungsi dan manfaat lahan basah

Lahan basah pada umumnya merupakan wilayah yang sangat produktif

dan mempunyai keanekaragaman yang tinggi, baik hayati maupun non hayati.

Penilaian keanekaragaman hayati menunjukkan bahwa lahan basah adalah

salah satu sistem penyangga kehidupan yang sangat potensial.

Manfaat langsung (direct function)

1. Pengendali banjir dan kekeringan,

2. Pengaman pantai dari intrusi air laut,

3. Pengaman garis pantai (abrasi/erosi) dan badai,

4. Jalur transportasi,

5. Rekreasi,

6. Penelitian dan pendidikan.

Manfaat ekologi

1. Penambat sedimen dari darat dan penjernih air,

2. Penahan dan penyedia unsur hara,

3. Penahan dan penawar, pencemaran,

4. Stabilisasi iklim mikro,

5. Pengendali iklim global

Hasil produksi

1. Penyedia air untuk masyarakat,

2. Pengisi air tanah,

3. Penyedia air untuk lahan basah lainnya,

4. Penyedia hasil hutan,

5. Sumber kehidupan liar dan sumber makanan,

6. Sumber perikanan,

7. Pendukung pertanian,

5

Page 6: Makalah Psa

6

8. Sumber energi.

Kekhasan (attributes)

1. Merupakan habitat berbagai keanekaragaman hayati,

2. Keunikan tradisi, budaya dan warisan,

3. Habitat bagi sebagian atau seluruh siklus hidup flora dan fauna.

Dilihat dari fungsinya dari sektor produksi, tampak jelas bahwa lahan

basah memiliki konstribusi besar dalam sektor produksi seperti dapat dilihat di

atas. Sektor produksi, terutama yang berhubungan dengan pertanian memiliki

kaitan yang erat terhadap perencanaan Pengembangan sumber air, karena

mempengaruhi debit rencana jenis bangunan air, dan dimensi dari bangunan

air yang akan dikembangkan. Karena peranannya itulah diperlukan suatu

analisis terhadap kualitas, degradasi dan rehabilitasi dari lahan basah tersebut

supaya lahan basah dapat memenuhi potensinya secara penuh dan memenuhi

umur yang direncanakan.

6

Page 7: Makalah Psa

7

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Definisi Lahan Basah

Istilah “Lahan Basah”, sebagai terjemahan “wetland” baru dikenal di

Indonesia sekitar tahun 1990. Sebelumnya masyarakat Indonesia menyebut

kawasan lahan basah berdasarkan bentuk/nama fisik masing-masing tipe

seperti: rawa, danau, sawah, tambak, dan sebagainya. Disamping itu, berbagai

departemen sektoral juga mendefinisikan lahan basah berdasarkan sektor

wilayah pekerjaan masing-masing. Pengertian fisik lahan basah yang

digunakan untuk menyamakan persepsi semua pihak mulai dikenal secara

baku sejak diratifikasinya Konvensi Ramsar tahun 1991 yaitu:

Lahan basah dalah “Daerah rawa-rawa, payau, lahan gambut, dan

perairan; tetap atau sementara; dengan air yang tenang atau mengalir;

tawar, payau, atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya

tidak lebih dari enam meter pada waktu surut” (Konvensi Ramsar).

Pengertian di atas menunjukkan bahwa cakupan lahan basah di wilayah

pesisir meliputi terumbu karang, padang lamun, dataran lumpur dan dataran

pasir, mangrove, wilayah pasang surut, maupun estuari; sedang di daratan

cakupan lahan basah meliputi rawarawa baik air tawar maupun gambut,

danau, sungai, dan lahan basah buatan seperti kolam, tambak, sawah, embung,

dan waduk. Untuk tujuan pengelolaan lahan basah dibawah kerangka

kerjasama Internasional, Konvensi Ramsar, mengeluarkan sistem

pengelompokan tipe-tipe lahan basah menjadi 3 (tipe) utama yaitu:

7

Page 8: Makalah Psa

8

1. Lahan basah pesisir dan lautan, terdiri dari 11 tipe antara lain terumbu karang dan estuari.

2. Lahan basah daratan, terdiri dari 20 tipe antara lain sungai dan danau.

3. Lahan basah buatan, terdiri dari 9 tipe antara lain tambak dan kolam

pengolahan limbah.

Di Indonesia, lahan basah utama diklasifikasikan sebagai berikut :

> Rawa

> Hutan mangrove

> Terumbu karang

> Padang lamun

> Danau

> Muara

> Sungai

> Sawah

> Tambak dan Kolam garam

2. Fungsi Lahan Basah

Lahan basah pada umumnya merupakan wilayah yang sangat produktif

dan mempunyai keanekaragaman yang tinggi, baik hayati maupun non hayati.

Penilaian keanekaragaman hayati menunjukkan bahwa lahan basah adalah

salah satu sistem penyangga kehidupan yang sangat potensial.

Manfaat langsung (direct function)

1. Pengendali banjir dan kekeringan,

8

Page 9: Makalah Psa

9

2. Pengaman pantai dari intrusi air laut,

3. Pengaman garis pantai (abrasi/erosi) dan badai,

4. Jalur transportasi,

5. Rekreasi,

6. Penelitian dan pendidikan.

Manfaat ekologi

1. Penambat sedimen dari darat dan penjernih air,

2. Penahan dan penyedia unsur hara,

3. Penahan dan penawar, pencemaran,

4. Stabilisasi iklim mikro,

5. Pengendali iklim global

Hasil produksi

1. Penyedia air untuk masyarakat,

2. Pengisi air tanah,

3. Penyedia air untuk lahan basah lainnya,

4. Penyedia hasil hutan,

5. Sumber kehidupan liar dan sumber makanan,

6. Sumber perikanan,

7. Pendukung pertanian,

8. Sumber energi.

Kekhasan (attributes)

1. Merupakan habitat berbagai keanekaragaman hayati,

2. Keunikan tradisi, budaya dan warisan,

3. Habitat bagi sebagian atau seluruh siklus hidup flora dan fauna.

9

Page 10: Makalah Psa

10

3. Pengembangan Lahan Basah dan Masalah yang Dialami

Karena potensinya yang besar seperti di bahas pada sub-bab sebelumnya

itulah lahan basah perlu untuk dikembangkan supaya dapat memenuhi

potensinya hingga ke batas maksimal. Hanya saja pengembangan potensi

lahan basah seringkali berbenturan dengan upaya pelestariannya sehingga

hanya akan memenuhi salah satu fungsi saja dari lahan basah saja. Misal,

hanya memenuhi potensi produksi saja tetapi merugikan atau mematikan

potensi lahan basah tersebut secara ekologi.

Karena adanya kemungkina benturan antar potensi apabila pengembangan

hanya menitikberatkan pada salah satu potensi saja, maka diperlukanlah suatu

analisa terhadap lahan basah tersebut sehingga benturan tersebut dapat

diminimalisasi, dan memaksimalisasi semua potensi yang mungkin untuk

dikembangkan pada lahan tersebut.

Salah satu analisa yang perlu untuk dilakukan dalam pengembangan

lahan basah adalah analisa terhadap kualitas, degradasi dan rehabilitasi dari

lahan basah tersebut.

10

Page 11: Makalah Psa

11

BAB III

PEMBAHASAN

1. Kualitas Lahan Basah

Kualitas dari suatu lahan basah ditentukan oleh kualitas air dan kualitas

tanah dari lahan basah tersebut. Kualitas air akan menentukan jenis makhluk

hidup apa yang sesuai untuk dibudidayakan pada lahan tersebut. Sedangka

kualitas tanah, selain terhadap jenis makhluk hidup yang dibudidayakan juga

berpengaruh terhadap jenis pondasi terhadap bangunan air yang akan

digunakan untuk pengembangan dari lahan basah tersebut.

Definisi kualitas air menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No.20 tahun1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air yaitu sifat air dan

kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air.

Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika

(suhu, kekeruhan, padatan terlarut, salinitas), parameter kimia ( pH, oksigen

terlarut, BOD, kadar logam) dan parameter biologi keberadaan plankton,

bakteri dan sebagainya)

1. Parameter Fisika

a. Suhu : Suhu suatu badan air diantaranya dipengaruhi oleh ketinggian

dari permukaan laut, sirkulasi udara, aliran serta kedalaman badan air.

Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,

evaporasi dan volatilisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan

penurunan kelarutan gas dalam air, misal O2, CO2, N2 dan

sebagainya.

11

Page 12: Makalah Psa

12

b. Salinitas: Pada perairan laut dan limbah industri, salinitas sangat perlu

diukur. Salinitas adalah konsentrasi ion total yang terdapat di perairan.

Nilai salinitas perairan tawar biasanya kurang dari 0.5 ‰, perairan

payau antara 0.5 – 30 ‰ dan perairan laut 30 – 40 ‰ Pada perairan

sungai nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan dari laut ketika

pasang maupun surut.

2. Parameter Kimia.

a. pH: pH limbah cair adalah ukuran keasaman atau kebasaan limbah cair.

pH normal 6-8.Sedangkan ph air terpolusi berbeda2 tergantung jenis

buangannya. Contohnya pabrik pengalengan nilai pH berkisar 6.2-7.6,

pabrik susu dan produk-produknya berkisar 5.3-7.8, pH pabrik pulp

dan kertas berkisar 7.6-9.5.

b. Oksigen terlarut (OD) : OD berasal dr proses fotosintesis tanaman air,

dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanaman, dan

oksigen yang masuk dari atmosfer. Konsentrasi OD dalam keadaan

jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Pada suhu

20 dgn takanan 1atm konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh

=9.2 ppm. Sedangkan pd suhu 50=5.6 ppm. Semakin tinggi suhu air

semakin rendah tingkat kejenuhan.

c. Biochemical Oxigen Demand (BOD) : Menunjukkan jumlah oksigen

terlarut yg dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah

atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Nilai BOD tdk

menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tapi hanya

mengukur secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Oksigen tersebut

dipergunakan untuk menguraikan atau membongkar senyawa organik.

Dengan demikian kadar oksigen dalam limbah cair lama kelamaan

12

Page 13: Makalah Psa

13

akan berkurang dan limbah cair menjadi bertambah keruh dan berbau,

sehingga kehidupan air sulit berlangsung secara normal.

d. Kadar Logam : Logam berat yg berbahaya dan sering

mengkontaminasi lingkungan diantaranya merkuri (Hg), timbal (Pb),

arsenic (As), cadmium (Cd), kromium (Cr), Nikel (NI) dan Tembaga

(Cu).

1. Tembaga (Cu) : Tembaga merupakan logam berat yang dikumpai

pada perairan alami dan merupakan unsur yang esensial bagi

tumbuhan dan hewan, akan tetapi akan bersifat racun terhadap

semua tumbuhan pada konsentrasi larutan diatas 0.1 ppm. Pada

perairan alami, kadar tembaga biasanya , 0.02 mg/liter.

2. Timbal (Pb) : Timbal pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut

dan tersuspensi. Perairan tawar alami biasanya memiliki kadar

timbal , 0.05 mg/liter. Pada perairan laut kadar timbal sekitar 0.025

mg/liter. Timbal tidak termasuk unsur yang esensial bagi makhluk

hidup, bahkan cenderung bersifat toksik bagi hewan dan manusia

karena dapat terakumulasi pada tulang.

3. Merkuri (Hg) : Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berada

dalam bentuk cairan pada suhu normal. Kadar merkuri pada

perairan tawar alami berkisar antara 10-100 μg/liter, sedangkan

pada perairan laut berkisar antara , 10-30 μg/liter (Senyawa merkuri

bersifat sangat toksik bagi manusia dan hewan.

4. Cadmium (Cd) : Bahan pencemar kadmium dalam air berasal dari

pembuangan limbah industri dan limbah pertambangan.Sifat

kadmium sangat mirip dengan seng. Lapisan permukaan air yang

bersifat aerobik mengandung kadmium terlarut dalam konsentrasi

relatif tinggi terutama dalam bentuk ion CaCl+. Di lapisan tengah

perairan dimana kondisinya anaerob airnya hanya sedikit

mengandung kadmium karena terjadinya proses reduksi oleh

13

Page 14: Makalah Psa

14

mikroba yang mereduksi sulfat menjadi sulfida yang kemudian

mengendapkan CaCl+ mjd Cd. Gambrel dalam Nora F Y Tam

(1997) mengatakan bahwa penyerapan kadmium oleh tanaman rawa

akan lebih efektif dalam keadaan asam dan teroksidasi. pH yang

rendah akan meningkatkan daya larut logam berat di tanah dan

penyerapan oleh tanaman.

Sedangkan kualitas tanah ditentukan oleh daya dukung tanah, unsur hara dan

nilai sedimentasi.

2. Degradasi Lahan Basah

Definisi degradasi agak bersifat subjective (Lamb, 1994), memiliki arti

yang berbeda tergantung pada suatu kelompok masyarakat. Menurut Oldeman

(1992) mengatakan bahwa degradasi adalah suatu proses dimana terjadi

penurunan kapasitas baik saat ini maupun masa mendatang dalam

memberikan hasil (product).

Menurut Firmansyah (2003) faktor alami penyebab degradasi tanah antara

lain: areal berlereng curam, tanah yang mudah rusak, curah hujan intensif, dan

lain-lain. Faktor degradasi tanah akibat campur tangan manusia baik langsung

maupun tidak langsung lebih mendominasi dibandingkan faktor alami, antar

lain: perubahan populasi, marjinalisasi penduduk, kemiskinan penduduk,

masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan politik dan kesalahan

pengelolaan, kondisi sosial dan ekonomi, masalah kesehatan, dan

pengembangan pertanian yang tidak tepat.

Lima faktor penyebab degradasi tanah akibat campur tangan manusia

secara langsung, yaitu : deforestasi, overgrazing, aktivitas pertanian,

ekploitasi berlebihan, serta aktivitas industri dan bioindustri. Sedangkan

14

Page 15: Makalah Psa

15

faktor penyebab tanah terdegradasi dan rendahnya produktivitas, antara lain :

deforestasi, mekanisme dalam usaha tani, kebakaran, penggunaan bahan kimia

pertanian, dan penanaman secara monokultur. Faktor-faktor tersebut di

Indonesia pada umumnya terjadi secara simultan, sebab deforestasi umumnya

adalah langkah permulaan degradasi lahan, dan umumnya tergantung dari

aktivitas berikutnya apakah ditolerenkan, digunakan ladang atau perkebunan

maka akan terjadi pembakaran akibat campur tangan manusia yang tidak

terkendali.

2.1. Klasifikasi degradasi lahan

Diantara penggunaan untuk pertanian dan kehutanan, tanah merupakan

komponen paling penting. Intensitas dan meningkatnya tekanan pada

lahan menyebabkan efek degradasi dan polusi, yang mana akan

mengakibatkan hilang secar keseluruhan maupun sebagian kapasitas

produksi. Degradasi Lahan/Tanah dapat didefinisikan sebagai proses

yang mana satu atau lebih dari fungsi potensial ekologi dari tanah rusak.

Terdapat 3 bentuk dari sifat-sifat erosi menurut FAO

Sheet erosion (Erosi permukaan)

Merupakan bentuk umum erosi. Partikel tanah yang tak terlindung

dihilangkan oleh erosi angin dan akibat dari air hujan. Partikel tanah

kemudian dipindahkan oleh arus permukaan air hujan pada sungai dan

sistem arus.

Wind erosion (erosi angin)

Jarang terjadi, tetapi ambil bagian dalam hilangnya vegetasi dan partikel

tanah. Tanda dari erosi angin termasuk deposisi dari pertikel pasir

sekeliling tanaman dan permukaan area yang terkena.

Gully Erosion

Erosi selokan sebenarnya jarang terjadi tanpa sheet erosion.

Tipe degradasi tanah dibagi 2 macam, yaitu :

15

Page 16: Makalah Psa

16

1) berhubungan dengan displasemen bahan tanah yang terdiri dari erosi

air dan erosi angin.

2) berdasarkan deterosiasi in situ terdiri dari degradasi kimia (hilangnya

unsur hara/bahan organik, salinasi dan polusi), dan degradasi fisik.

Derajat tipe degradasi terbagi menjadi rendah sedang, kuat dan

ektrim, dengan faktor penyebab adalah deforestasi, overgrazing,

kesalahan pengelolan pertanian, ekspoitasi berlebihan, dan aktivitas

industri.

2.2. Faktor terjadinya degradasi lahan

Faktor terjadinya erosi menurut Prof.Dr.Ir.H. Suntoro Wongso

Atmojo. MS. Dalam tulisannya “degradasi lahan dan ancaman bagi

pertanian”, antara lain :

1.  Erosi. Erosi tanah merupakan penyebab kemerosotan tingkat

produktivitas lahan DAS bagian hulu, yang akan berakibat terhadap

luas dan kualitas lahan kritis semakin meluas. Penggunaan lahan

diatas daya dukungnya tanpa diimbangi dengan upaya konservasi dan

perbaikan kondisi lahan sering akan menyebabkan degradasi lahan

Misalnya lahan didaerah hulu dengan lereng curam yang hanya

sesuai untuk hutan, apabila mengalami  alih fungsi menjadi lahan

pertanian tanaman semusim akan rentan terhadap bencana erosi dan

atau tanah longsor.

2.  Pencemaran Agrokimia. Tingkat pencemaran dan kerusakan

lingkungan di lingkungan pertanian dapat disebabkan karena

penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang tidak

proporsional. Pada tahun enampuluhan terjadilah biorevolusi

dibidang pertanian, yang dikenal dengan revolusi hijau dan telah

berhasil merubah pola pertanian dunia secara spektakuler, yaitu

dengan dikenalkannya penggunaan agrokimia, baik berupa pupuk

16

Page 17: Makalah Psa

17

kimia maupun obat-obatan (insektisida). Namun, dampak

penggunaan agrokimia mulai dirasakan antara lain berupa

pencemaran air, tanah, dan hasil pertanian, gangguan kesehatan

petani, menurunya keanekaragaman hayati, ketidak berdayaan petani

dalam pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan

komoditas yang akan ditanam.

3.  Pencemaran Industri. Pencemaran dan kerusakan lingkungan di

lingkungan pertanian dapat juga disebabkan karena kegiatan industri.

Pengembangan sektor industri akan berpotensi menimbulkan dampak

negatip terhadap lingkungan pertanian kita, dikarenakan adanya

limbah cair, gas dan padatan yang asing bagi lingkungan pertanian.

Dampak yang ditimbulkan dapat berupa gas buang seperti belerang

dioksida (SO2) akan menyebabkan terjadinya hujan asam dan akan

merusak lahan pertanian. Disamping itu, adanya limbah cair dengan

kandungan logam berat beracun (Pb, Ni, Cd, Hg) akan menyebabkan

degradasi lahan pertanian dan terjadinya pencemaran dakhil. Limbah

cair ini apa bila masuk ke badan air pengairan

4.  Pertambangan dan galian C. Dampak negatif pertambangan dapat

berupa rusaknya permukaan bekas penambangan yang tidak teratur,

hilangnya lapisan tanah yang subur, dan sisa ekstraksi (tailing) yang

akan berpengaruh pada reaksi tanah dan komposisi tanah. Sisa

ektraksi ini bisa bereaksi sangat asam atau sangat basa, sehingga akan

berpengaruh pada degradasi kesuburan tanah.

5.  Alih fungsi lahan. Konversi lahan pertanian yang semakin

meningkat akhir-akhir ini merupakan salah satu ancaman terhadap

keberlanjutan pertanian. Salah satu pemicu alih fungsi lahan

pertanian ke penggunaan lain adalah rendahnya isentif bagi petani

dalam berusaha tani dan tingkat keuntungan berusahatani relatif

rendah. Selain itu, usaha pertanian dihadapkan pada berbagai

17

Page 18: Makalah Psa

18

masalah yang sulit diprediksi dan mahalnya biaya pengendalian

seperti cuaca, hama dan penyakit, tidak tersedianya sarana produksi

dan pemasaran. Alih fungsi lahan banyak terjadi justru pada lahan

pertanian yang mempunyai produktivitas tinggi menjadi lahan non-

pertanian.

Dengan demikian masalah degradasi lahan basah terjadi karena pola

pemanfaatan yang tidak tepat yakni kurang memperhatikan daya dukung dan 

kesesuaian lahan, yang disebabkan karena aspek ekonomi yakni kemiskinan

dan kekurangpahaman terhadap teknik konservasi.

3. Rehabilitasi Lahan Basah

Karena permasalahan seperti yang telah diuraikan di atas, maka salah satu

hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan adalah bagaimana cara

melakukan rehabilitasi terhadap lahan basah tersebut bila kerusakan sudah

terlanjur terjadi.

Rehabilitasi perlu dilakukan supaya lahan tersebut tetap dapat produktif

sehingga menghindari hancurnya lahan tersebut. Restorasi dan rehabilitasi

lahan basah seringkali membutuhkan waktu yang sangat lama dan biaya yang

besar. Upaya yang dapat dilakukan dalam jangka pendek adalah mengurangi

tekanan kerusakan yang terjadi pada suatu kawasan. Hingga saat ini kegiatan

restorasi dan rehabiliasti yang berhasil dilakukan umumnya pada lahan basah

pesisir terutama mangrove. Kegiatan serupa untuk restorasi dan rehabilitasi

lahan basah darat seperti danau dan rawa belum begitu banyak. Upaya yang

dilakukan biasanya masih terbatas pada pengkajian dan uji coba rehabilitasi

18

Page 19: Makalah Psa

19

seperti yang dilakukan di Danau Tempe Sulawesi Selatan dan pengendalian

kerusakan lahan gambut di Kalimantan.

Contoh upaya yang telah rehabilitasi yang telah dilakukan:

Strategi 10.1:

Mengembangkan program restorasi dan rehabilitasi terhadap lahan basah yang

mengalami kerusakan.

Rencana aksi:

1. Melakukan inventarisasi sebaran dan kondisi lahan basah yang mengalami

kerusakan.

2. Membuat skala prioritas (berdasarkan pertimbangan tertentu, misalnya nilai

konservasi) bagi lahan basah rusak yang membutuhkan upaya restorasi dan

rehabilitasi.

3. Melakukan pengkajian, percontohan dan penyebarluasan informasi

mengenai metode restorasi dan rehabilitasi lahan basah.

4. Melaksanakan kegiatan rehabilitasi dan restorasi berdasarkan skala

prioritas yang telah ditetapkan.

5. Meningkatkan kepedulian dan upaya restorasi kawasan-kawasan lahan

basah buatan.

6. Menyusun panduan mengenai pengendalian kebakaran, perbaikan tata air,

pengendalian kerusakan akibat penambangan liar, dan penanganan

pencemaran.

Tolok ukur keberhasilan:

Terdapat hasil kajian berupa daftar prioritas lahan basah yang harus direstorasi

dan direhabilitasi di setiap provinsi. Semua pemangku kepentingan di

provinsi, terutama provinsi yang memiliki lahan basah penting memperoleh

panduan teknis mengenai pengendalian kebakaran, perbaikan tata air,

pengendalian kerusakan akibat penambangan liar, dan penanganan

pencemaran secara rutin. Terdapat penurunan yang signifikan secara nasional

jumlah lahan basah yang berada dalam kondisi kritis.

19

Page 20: Makalah Psa

20

Strategi 10.2:

Mengendalikan kerusakan lahan gambut akibat pembangunan kanal.

Rencana aksi:

1. Melakukan inventarisasi terhadap keberadaan/sebaran dan status

kepemilikan maupun operasional kanal-kanal di lahan gambut di seluruh

Indonesia.

2. Melakukan kajian dampak keberadaan kanal terhadap kondisi ekologis

lahan basah di suatu wilayah (biodiversity, kebakaran, kekeringan dan

sosial ekonomi).

3. Melakukan kajian lingkungan secara menyeluruh (hidrologis,

keanekaragaman hayati, kebakaran) sebagai dampak pelaksanaan

penyekatan kanal (canal blocking).

4. Mengidentifikasi prioritas penyekatan kanal-kanal yang diduga telah

menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi lahan basah (gambut).

5. Menyusun dan menyebarluaskan panduan teknik penutupan kanal.

6. Melaksanakan penutupan kanal-kanal berdasarkan prioritas.

7. Menyebarluaskan informasi mengenai konsep perdagangan karbon dan

mekanisme pendanaan lainnya dalam restorasi dan rehabilitasi lahan basah.

8. Mengoptimalkan peranan jasa lingkungan lahan basah melalui mekanisme

perdagangan karbon dan pendanaan lain (seperti CDM, BCF, dan DNS)

dalam pembiayaan rehabilitasi lahan basah.

9. Mengembangkan percontohan proyek karbon untuk merehabilitasi dan

mengkonservasi kawasan lahan basah.

10. Menyebarluaskan hasil-hasil penelitian maupun percontohan proyek

karbon dalam bahasa yang mudah dipahami untuk diterapkan di kawasan

lain yang sesuai.

20

Page 21: Makalah Psa

21

Tolok ukur keberhasilan:

Seluruh kanal-kanal yang menyebabkan dampak negatif pada lahan basah

gambut telah disekat/ ditutup. Terdapat proyek-proyek percontohan

perdagangan karbon untuk kegiatan rehabilitasi dan konservasi di setiap

provinsi yang memiliki lahan basah penting dan perkembangannya dapat

dipantau oleh para pemangku kepentingan.

21

Page 22: Makalah Psa

22

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Lahan basah merupakan lahan yang memiliki berbagai potensi untuk

dikembangkan.

2. Dalam pengembangannya lahan basah seringkali mengalami berbagai

macam kerusakan baik yang bersifat alamiah ataupun yang disebabkan

oleh faktor manusia

3. Untuk menghindari kerusakan, diperlukan upaya analisis terhadap

kualitas dan degradasi dari lahan basah tersebut.

4. Ada berbagai parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas dari

lahan basah, berupa kualitas air dan kualitas tanah.

5. Degradasi lahan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, utamanya oleh

erosi.

6. Perlu dilakukan suatu upaya rehabilitasi untuk menjaga kelestarian dari

lahan basah demi menjaga keseimbangan alam.

B. Saran

1. Agar dapat disusun suatu pedoman perencanaan pengembangan di

kawasan lahan basah.

2. Supaya penyuluhan kepada masyarakat sekitar lahan basah lebih

digalakkan lagi sehingga problem kebodohan dapat dihindari.

3. Supaya dilakukan suatu sistem pengawasan yang terpadu terhadap

pemanfaatan lahan basah untuk menghindari kerusakan terhadap lahan

tersebut.

22

Page 23: Makalah Psa

23

DAFTAR PUSTAKA

Komite nasional pengelolaan ekosistem lahan basah. 2004.Strategi Nasional dan

rencana aksi pengelolaan lahan basah Indonesia, diakses dari

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/PHPA/PHKA/NSAP2004.pdf , pada tanggal 28

Januari 2012

Diakses dari, http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs.htm , pada tanggal 28 Januari

2012

Kusumastuti, Widya. 2009. Evaluasi Lahan Basah Bervegetasi Mangrove Dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan (Studi Kasus Di Desa Kepetingan Kabupaten Sidoarjo). Semarang. Universitas Diponegoro. Thesis

Pamoengkas, Prijanto. 2000. Degradasi dan rehabilitasi hutan tropika basah (kajian falsafah sains). Bogor. Institut Pertanian Bogor. Paper Individu.

EROSI DAN DEGRADASI LAHAN DI INDONESIA. Diakses dari http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/erosi-dan-degradasi-lahan-di-indonesia.html pada tanggal 28 Januari 2012

23