makalah seminar 14 april 2013

15
ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN BUDIDAYA LAUT DI TELUK SALEH KABUPATEN SUMBAWA 1 (Sustainability Analysis of Mariculture Management in Saleh Bay of Sumbawa District) Muhammad Marzuki 2 , I Wayan Nurjaya 3 , Ari Purbayanto 4 , Sugeng Budiharso 5 dan Eddi Supriyono 6 Abstract This study aimed to determine the value of the index and the sustainability status of aquaculture management for commodity of long line cultured seaweeds and floating cage cultured humpback grouper existing condition and currently formulating short, medium and long term scenarios for mariculture management in Saleh Bay of Sumbawa District. Sustainability analysis conducted by the method of Rap-Insus-Seaweed (Rapid Appraisal of Sustainability-Index Seaweed) and Rap-Insus-Grouper (Rapid Appraisal of Sustainability- Index Grouper) has been modified from Rapfish program. The results showed that the value of a multidimensional index of sustainability management seaweed culture currently obtained value of 46.82 and the floating cage culture of humpback grouper values obtained 39,47. Multidimensional sustainability index value lies in the range of 25.00 to 49.9, so the status categorized as "Less Sustainable". Sustainability index value of seaweed culture management on short and medium-term scenario increased to 63.45 and the long-term scenario increased to 75,50, so the status of sustainability in the short and medium-term scenario remains "Fairly Sustainable", while in the long-term scenario status of sustainability increased to "Highly Sustainable". Whilts the value of sustainability index floating cage culture of humpback grouper culture management on short and medium-term scenario increased to 48,10 and the long-term scenario increased to 70,97, so the status of sustainability in the short and medium-term scenario remains "Less Sustainable", while in the long-term scenario status of sustainability increased to " Highly Sustainable ". Keywords: Sustainability Analysis, Mariculture, Multi Dimensional Scaling, Saleh Bay PENDAHULUAN Kabupaten Sumbawa memiliki potensi perairan budidaya laut sekiar 69% dari luasan potensi lahan budidaya laut di Nusa Tenggara Barat (Zamroni et al, 2007). Teluk Saleh merupakan perairan yang menjadi prioritas pengembangan budidaya laut. Potensi perairan Teluk Saleh menyumbangkan lebih dari 70 % 1 Bagian dari desertasi, disampaikan pada seminar Sekolah Pascasarjana IPB 2 Mahasiswa S3 Program Studi Pengelolalaan Sumbaerdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB 3 Ketua Komisi Pembimbing, Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK IPB 4 Guru Besar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB 5 Dosen Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB 6 Dosen Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB 1

Upload: agha-rafie

Post on 15-Feb-2015

51 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Muhammad Marzuki,S.PI. M.Si. Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Budidaya Laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Seminar 14 April 2013

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN BUDIDAYA LAUT DI TELUK SALEH KABUPATEN SUMBAWA1

(Sustainability Analysis of Mariculture Management in Saleh Bay of Sumbawa District)Muhammad Marzuki2, I Wayan Nurjaya3, Ari Purbayanto4, Sugeng Budiharso5 dan

Eddi Supriyono6

AbstractThis study aimed to determine the value of the index and the sustainability status of

aquaculture management for commodity of long line cultured seaweeds and floating cage cultured humpback grouper existing condition and currently formulating short, medium and long term scenarios for mariculture management in Saleh Bay of Sumbawa District. Sustainability analysis conducted by the method of Rap-Insus-Seaweed (Rapid Appraisal of Sustainability-Index Seaweed) and Rap-Insus-Grouper (Rapid Appraisal of Sustainability-Index Grouper) has been modified from Rapfish program.

The results showed that the value of a multidimensional index of sustainability management seaweed culture currently obtained value of 46.82 and the floating cage culture of humpback grouper values obtained 39,47. Multidimensional sustainability index value lies in the range of 25.00 to 49.9, so the status categorized as "Less Sustainable". Sustainability index value of seaweed culture management on short and medium-term scenario increased to 63.45 and the long-term scenario increased to 75,50, so the status of sustainability in the short and medium-term scenario remains "Fairly Sustainable", while in the long-term scenario status of sustainability increased to "Highly Sustainable". Whilts the value of sustainability index floating cage culture of humpback grouper culture management on short and medium-term scenario increased to 48,10 and the long-term scenario increased to 70,97, so the status of sustainability in the short and medium-term scenario remains "Less Sustainable", while in the long-term scenario status of sustainability increased to " Highly Sustainable ".

Keywords: Sustainability Analysis, Mariculture, Multi Dimensional Scaling, Saleh Bay

PENDAHULUAN

Kabupaten Sumbawa memiliki potensi perairan budidaya laut sekiar 69% dari luasan potensi lahan budidaya laut di Nusa Tenggara Barat (Zamroni et al, 2007). Teluk Saleh merupakan perairan yang menjadi prioritas pengembangan budidaya laut. Potensi perairan Teluk Saleh menyumbangkan lebih dari 70 % potensi perairan budidaya laut Kabupaten Sumbawa. Dalam 5 tahun terakhir wilayah perairan ini menyumbangkan lebih dari 45 % produksi budidaya laut Kabupaten Sumbawa (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009).

Budidaya laut merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang mampu memberikan kontribusi cukup besar terhadap pendapatan daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan lapangan kerja baru dan perolehan devisa negara (Mansyur, 2005). Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan kontribusi sektor perikanan terhadap perekonomian daerah, maka pemerintah daerah menetapkan program prioritas yaitu peningkatan produksi perikanan di Teluk Saleh sebagai sentra produksi budidaya laut.

Kegiatan budidaya laut memiliki dinamika dan permasalahan yang kompleks terkait kegiatan di wilayah daratan dan kegiatan budidaya itu sendiri akan berpengaruh terhadap

1 Bagian dari desertasi, disampaikan pada seminar Sekolah Pascasarjana IPB2 Mahasiswa S3 Program Studi Pengelolalaan Sumbaerdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB3 Ketua Komisi Pembimbing, Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK IPB4 Guru Besar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB5 Dosen Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB6 Dosen Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB

1

Page 2: Makalah Seminar 14 April 2013

kondisi biofisik dan daya dukung perairan, kondisi sosial ekonomi, kelembagaan dan teknologi budidaya yang saling berhubungan membentuk sebuah sistem yang kompleks. Dinamika dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi saat ini merupakan proses dinamis, disadari sebagai rangkaian kemungkinan kejadian yang diinginkan di masa datang, sangat tergantung dari kebijakan yang diambil saat ini.

Oleh karena itu dalam kerangka untuk mendukung implementasi kebijakan pemerintah menjadikan Teluk Saleh sebagai sentra produksi pengembangan budidaya laut, maka diperlukan suatu pendekatan yang bersifat multidimensi, sehingga konsep pembangunan berkelanjutan yang mampu menjamin kelestarian ekosistem dengan memperhatikan keterbatasan kapasitas lingkungan, sehingga mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat dan perekonomian daerah secara berkesinambungan.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini dilakukan untuk (1) menganalisis indeks dan status keberlanjutan pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan kelembagaan; (2) merumuskan skenario jangka pendek, menengah dan skenario jangka panjang pengelolaan budidaya laut berkelanjutan.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa. Secara administrasi dilakukan di wilayah 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Moyo Hilir, Kecamatan Lape, Kecamatan Maronge, dan Kecamatan Terano. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Desember 2011.

Jenis dan Sumber DataData yang diperlukan adalah data primer dan sekunder yang terkait dengan atribut-

atribut dimensi pembangunan keberlanjutan yaitu: dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan infrastruktur serta hukum dan kelembagaan. Data primer diperoleh hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian dan dari responden serta pakar yang terpilih, sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber kepustakaan dan dokumen beberapa instansi yang terkait dengan penelitian.

Metode Pengumpulan DataData primer diperoleh melalui pengamatan lapangan, wawancara dengan masyarakat

dan tokoh masyarakat, pengusaha budidaya, dan aparat pemerintah. Diskusi mendalam dilakukan dengan pakar mencakup akademisi, lembaga swadaya masyarakat, aparat pemerintah dan tokoh masyarakat. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber antara lain Kecamatan dan Kabupaten Dalam Angka, dokumen RTRW Kabupaten Sumbawa, dokumen RDTR Teluk Saleh, dan hasil penelitian lainnya yang relevan.

Analisis DataAnalisis Indeks dan Status Keberlanjutan Pengelolaan Budidaya Laut di Teluk Saleh

Kabupaten SumbawaAnalisis keberlanjutan pengelolaan budidaya laut untuk komoditi rumput laut dan

ikan kerapu sistem KJA di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa dilakukan dengan metode pendekatan Multi Dimensional Scaling (MDS) dengan teknik Rap-Insus Seaweed dan Rap-Insus Grouper yang telah dimodifikasi dari program Rapfish (Kavanagh, 2001; Pitcher and Preikshot, 2001 Fauzi dan Anna, 2002). Metode MDS merupakan teknik analisis statistik berbasis komputer menggunakan perangkat lunak SPSS dan telah dikembangkan dari progam Rapfish G77 Alscal (VBA dan Excel) menjadi Program Simple Rap Insus Mariculture Alglib (.net Windows Aplication) yang lebih mudah pengoperasiannya, yang melakukan

2

Page 3: Makalah Seminar 14 April 2013

transformasi terhadap setiap dimensi dan multidimensi keberlanjutan pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh. Penentuan atribut pada masing-masing dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan infrastruktur serta hukum dan kelembagaan mengacu pada indikator dari Rapfish (Kavanagh, 2001); Tesfamichael dan Pitcher (2006); Charles (2000) dan Nikijuluw (2002) yang dimodifikasi.

Atribut setiap dimensi dan kriteria baik atau buruk mengikuti konsep Rapfish (Kavanagh, 2001) dan judgement knowladge pakar/stakeholder. Setiap atribut diperkirakan skornya, yaitu skor 3 untuk kondisi baik (good), 0 berarti buruk (bad) dan di antara 0-3 untuk keadaan di antara baik dan buruk. Skor definitifnya adalah nilai modus, yang dianalisis untuk menentukan titik-titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan relatif terhadap titik baik dan buruk dengan teknik ordinasi statistik MDS. Skor perkiraan setiap dimensi dinyatakan dengan skala terburuk (bad) 0% sampai yang terbaik (good) 100%, yang dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu: 0-25% dikategorikan buruk (tidak berkelanjutan), 25,01-50% (kurang berkelanjutan), 50,01-75% (cukup berkelanjutan) dan 75,01-100% dikategorikan baik (sangat berkelanjutan).

Teknik ordinasi atau penentuan jarak di dalam MDS didasarkan pada Euclidian Distances yang dalam ruang berdimensi n dapat ditulis sebagai berikut:

Konfigurasi atau ordinasi dari suatu obyek atau titik di dalam MDS kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak Euclidian (dij) dari titik i ke titik j dengan titik asal (σij) sebagaimana persamaan berikut:

Teknik yang digunakan untuk meregresikan persamaan di atas adalah Algoritma ALSCAL (Alder et al.,2000 dalam Fauzi dan Anna, 2005), merupakan metode yang paling sesuai untuk Rapfish dan mudah tersedia pada hampir setiap software statistika (SPSS dan SAS). Metode ALSCAL mengoptimisasi jarak kuadrat (square distance = dijk) terhadap data kuadrat (titik asal = oijk), yang dalam tiga dimensi (i, j, k) ditulis dalam formula yang disebut S-Stress sebagai berikut:

Jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian yang dibobot atau ditulis:

Goodness of fit dalam MDS dicerminkan dari besaran nilai S-Stress yang dihitung berdasarkan nilai S di atas dan R2. Nilai stres yang rendah menunjukkan good fit, sedangkan nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Di dalam Rapfish, model yang baik ditunjukkan oleh nilai stres yang lebih kecil dari 0,25 (S<0,25), sedangkan nilai R2 yang baik adalah yang nilainya mendekati 1 (Malhotra, 2006). Evaluasi pengaruh galat acak (Error) digunakan analisis Monte Carlo untuk mengetahui: (a) pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut, (b) pengaruh variasi pemberian skor, (c) stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang, (d)

3

Page 4: Makalah Seminar 14 April 2013

kesalahan pemasukan atau hilangnya data (missing data), dan (e) nilai stress dapat diterima apabila <20% (Pitcher and Preikshot, 2001).

Analisis Skenario dan Strategi Jangka Pendek, menengah dan Skenario Jangka Panjang

Analisis skenario dan strategi jangka pendek, menengah dan skenario jangka panjang pengelolaan budidaya laut berkelanjutan dilakukan dengan metode deskriftif kuantitatif. Perumusan skenario berdasarkan atribut yang memeiliki nilai RMS paling besar dilakukan upaya perbaikan untuk meningkatkan nilai skornya berdasarkan S

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi EkologiHasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut

di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa terhadap 10 atribut berpengaruh pada dimensi ekologi, diperoleh bahwa nilai indeks keberlanjutan pada dimensi ekologi budidaya rumput laut sebesar “52,81” dan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA sebesar “54,87”. Nilai indeks tersebut terletak antara 50,00 - 74,9 berarti “Cukup Berkelanjutan”. Apabila kondisi ekologi perairan dibiarkan seperti saat ini, maka akan berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi yang lain sehingga pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa semakin tidak berkelanjutan.

Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi EkonomiHasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut

di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa terhadap 10 atribut berpengaruh pada dimensi ekonomi, diperoleh bahwa nilai indeks keberlanjutan pada dimensi ekonomi budidaya rumput laut sebesar “51,29” dan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA sebesar “44,50”. Nilai indeks budidaya rumput laut terletak antara 50,00 - 74,9 berarti “Cukup Berkelanjutan”. Sedangkan nilai indeks budidaya ikan kerapu siste KJA terletak antara 25,00 - 49,9 berarti “Kurang Berkelanjutan”. Apabila kondisi ekonomi perairan dibiarkan seperti saat ini, maka akan berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi yang lain sehingga pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa semakin tidak berkelanjutan.

Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi SosialHasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut

di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa terhadap 10 atribut berpengaruh pada dimensi sosial, diperoleh bahwa nilai indeks keberlanjutan pada dimensi sosial budidaya rumput laut sebesar “47,02” dan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA sebesar “28,32”. Nilai indeks tersebut terletak antara 25,00 - 49,9 berarti “Kurang Berkelanjutan”. Apabila kondisi sosial perairan dibiarkan seperti saat ini, maka akan berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi yang lain sehingga pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa semakin tidak berkelanjutan.

Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi KelembagaanHasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut

di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa terhadap 10 atribut berpengaruh pada dimensi kelembagaan, diperoleh bahwa nilai indeks keberlanjutan pada dimensi kelembagaan budidaya rumput laut sebesar “32,38” dan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA sebesar “23,41”. Nilai indeks tersebut terletak antara 25,00 - 49,9 berarti “Kurang Berkelanjutan”. Apabila kondisi kelembagaan perairan dibiarkan seperti saat ini, maka akan berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi yang lain sehingga pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa semakin tidak berkelanjutan.

4

Page 5: Makalah Seminar 14 April 2013

Indeks dan Status Keberlanjutan Dimensi TeknologiHasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut

di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa terhadap 10 atribut berpengaruh pada dimensi teknologi, diperoleh bahwa nilai indeks keberlanjutan pada dimensi teknologi budidaya rumput laut sebesar “41,62” dan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA sebesar “32,24”. Nilai indeks tersebut terletak antara 25,00 - 49,9 berarti “Kurang Berkelanjutan”. Apabila kondisi teknologi perairan dibiarkan seperti saat ini, maka akan berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi yang lain sehingga pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa semakin tidak berkelanjutan.

Faktor Pengungkit (Leverage Factor)

Hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa terhadap 49 atribut kelima dimensi, diperoleh 21 faktor pengungkit untuk budidaya rumput laut dan 22 faktor pengungkit untuk budidaya KJA. Perubahan terhadap leverage faktor ini akan mudah berpengaruh terhadap nilai indeks dan status keberlanjutan. Secara rinci faktor pegungit masing-masing dimensi keberlanjutan pengeloaan budidaya laut di Teluk Saleh disajikan Pada Tabel 1.

Tabel 1. Atribut Kunci Kelima Dimensi Keberlanjutan Pengelolaan Budidaya Laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa

Faktor Pengungkit Budidaya RL RMS Faktor Pengungkit Budidaya KJA RMSDimensi EkologiAncaman Terhadap Perairan 0,80 Ancaman Terhadap perairan 2,70Tingkat Sedimentasi 0,73 Tingkat Sedimentasi 1,44Serangan hama 0,63 Status Kesuburan Perairan 1,29

Dimensi EkonomiEfisiensi Rantai Pemasaran 1,96 Kepemilikan KJA 7,76Fluktuasi Harga 1,85 Transfer Keuntungan 4,59Status Modal Usaha 1,38 Penghasilan Buruh Budidaya 3,81Nilai Tambah Komoditi 1,19 Tingkat Subsidi 3,12

Dimensi SosialTingkat Pendidikan 3,37 Ketersediaan SDM Teknisi Budidaya 4,36Tingkat Kemandirian 3,08 Jumlah Pengusaha Budidaya 3,83Jumlah Petani Rumput Laut 2,37 Sosial Kapital 3,72

Ketersediaan Buruh Budidaya 4,44Dimensi KelembagaanKelembagaan Pembibitan 3,61 Dukungan dan Komitmen Pemda 3,35Kelembagaan Pasar 3,05 Koordinasi Antar Stakeholder 3,33Kelembagaan Penjamin Mutu 2,76 Kelembagaan Pembudidaya 3,10Dukungan dan Komitmen Pemda 1,82 Kelembagaan Pembenihan 3,05Kelembagaan Penyuluh 1,70 Kelembagaan Penyuluh 2,73Dimensi TeknologiIndustri Pengolahan 3,35 Ketersediaan Benih 4,41Ketersediaan Bibit 2,47 Penguasaan Teknologi Pembenihan 4,23Sarana Pengeringan 1,66 Teknologi Informasi dan Pemasaran 4,21Sarana Pergudangan 1,66 Penguasaan Teknologi Budidaya 3,27Ketepatan Umur Panen 1,53 Ketersediaan Sarana Prasarana KJA 1,78Sumber: Hasil Analsis (2012)Keterangan : Faktor pengungkit = faktor dengan nilai root mean square (RMS) di tengah s/d tertinggi

Indeks dan Status Keberlanjutan Multidimensi

5

Page 6: Makalah Seminar 14 April 2013

Hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa untuk kelima dimensi pengelolaan budidaya rumput laut menunjukkan nilai indeks keberlanjutan terletak pada rentan skor antara 25,00 - 49,9, sehingga status keberlanjutan dikategorikan “Kurang Berkelanjutan”. Sedangkan pengelolaan budidaya KJA menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi, dimensi ekonomi dan dimensi sosial terletak pada rentan 25,00 - 49,9, sehingga status keberlanjutan dikategorikan “Kurang Berkelanjutan”. Sedangkan nilai indeks dimensi kelembagaan dan dimensi teknologi nilai indeks keberlanjutan >24,9 sehingga status keberlanjutan dikategorikan “Tidak Berkelanjutan”. Nilai indeks keberlanjutan untuk kelima dimensi divisualisasikan dalam bentuk diagram layang (kite diagram) disajikan pada Gambar 1.Untuk mengetahui status keberlanjutan multidimensi pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa diperoleh dengan melakukan uji pair wise comparison berdasarkan pendapat pakar di bidang pengelolaan budidaya laut untuk memperoleh nilai bobot tertimbang dan selanjutnya dikalikan dengan nilai indeks keberlanjutan dari masing-masing dimensi (Budiharsono, 2007). Berdasarkan hasil pembobotan kelima dimensi keberlanjutan, maka diperoleh nilai indeks keberlanjutan multidimensi pengelolaan budidaya rumput laut sebesar 42,26 dan nilai indeks keberlanjutan multidimensi pengelolaan budidaya rumput KJA sebesar 31,44. Hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pengelolaan budidaya laut multidimensi keberlanjutan pengelolaan budidaya rumput laut diperoleh nilai 42,26 dan pengelolaan budidaya KJA diperoleh nilai 31,44. Nilai indeks keberlanjutan multidimensi terletak pada rentan 25,00 - 49,9, sehingga status pengelolaan laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa dikategorikan “Kurang Berkelanjutan”. Kondisi eksisting pengelolaan budidaya rumput laut di Teluk Saleh masih kurang mendukung keberlanjutan bila dibandingkan dengan kondisi budidaya rumput laut di daerah lain. Keberlanjutan pengelolaan budidaya rumput laut di wilayah pesisir Kabupaten Bantaeng berdasarkan kondisi yang ada, diperoleh nilai 54.11 % yang berarti termasuk kedalam status cukup berkelanjutan (Yulianti, 2011). Secara rinci nilai indeks multi dimens pengelolaan budidaya rumput laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa berdasarkan hasil pembobotan disajikan pada Tabel 2.

Gambar 1. Diagram Layang-Layang (kite diagram) Kondisi Eksisting Pengelolaan Budidaya Laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa

6

Page 7: Makalah Seminar 14 April 2013

Tabel 2. Nilai Indeks Multidimensi Pengelolaan Budidaya Rumput Laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa

DimensiNilai Bobot Tertimbang

(%)

Nilai Indeks Keberlanjutan

Nilai Indeks Hasil Pembobotan

RL KJA RL KJA RL KJAEkologi 29,24 23,34 52,81 54,87 15,31 15,91Ekonomi 23,34 29,24 51,29 44,50 11,80 10,24Sosial 21,46 15,14 47,02 28,32 9,87 5,95Kelembagaan 15,14 10,82 32,38 23,41 4,84 3,51Teknologi 10,82 21,46 41,62 32,24 4,99 3,87

100 100 46,82 39,47

Sumber: Hasil Analisis (2013)

Analisis Monte CarloAnalisis Monte Carlo menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan pengelolaan

ekosistem terumbu karang pada taraf kepercayaan 95% memperlihatkan bahwa hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper antara analisis MDS dengan Monte Carlo tidak mengalami perbedaan yang siginifikan (Tabel 2). Kecilnya perbedaan hasil dua analisis tersebut menunjukkan bahwa; (1) kesalahan dalam pembuatan skor dalam atribut relatif kecil, (2) ragam pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil, (3) proses analisis yang dilakukan secara berulang relatif stabil, (4) kesalahan dalam pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari.

Tabel 2. Hasil analisis Monte Carlo untuk nilai Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper pada selang kepercayaan 95 % Pengelolaan Budidaya Rumput Laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa

Dimensi Analisis MDS Analisis Monte Carlo Perbedaan (MDS-MCRL KJA RL KJA RL KJA

Ekologi 52,81 54,87 52,55 52,55 0,26 0,67Ekonomi 51,29 44,50 50,93 50,93 0,36 0,01Sosial 47,02 28,32 46,76 46,76 0,26 1,22Kelembagaan 32,38 23,41 32,93 32,93 0,55 0,81Teknologi 41,62 32,24 41,72 41,72 0,10 1,09

Sumber: Hasil Analisis (2013)

Hasil analisis Rap Insus Seaweed dan Rap Insus Grouper menunjukkan bahwa semua atribut yang dikaji terhadap status keberlanjutan pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten umbawa cukup akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai stress yang dibawah angka 0,25 dan nilai koefisien determinasinya (R2) 0,94. Hal ini sesuai dengan pendapat Fauzi dan Anna (2005) yang menyatakan bahwa hasil analisis cukup memadai apabila nilai stress lebih kecil dari 0,25 (25 %) dan nilai koefisien determinasinya mendekati nilai 1,0. Secara rinci nilai stress dan koefisien deteminasi analisis Rap-Insus Seaweed dan Rap-Insus Grouper dengan analisis Monte Carlo pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa disajikan Pada Tabel 3.

7

Page 8: Makalah Seminar 14 April 2013

Tabel 3. Nilai Stress dan Koefisien Deteminasi Analisis Rap-Insus Seaweed dan Rap-Insus Grouper dengan Analisis Monte Carlo Pengelolaan Budidaya Laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa

DimensiNilai indeks keberlanjutan Stress R2 Iterasi

RL KJA RL KJA RL KJA RL KJAEkologi 52,81 54,87 0,13 0,13 0,94 0,94 2 2Ekonomi 51,29 44,50 0,13 0,13 0,95 0,95 2 2Sosial 47,02 28,32 0,13 0,13 0,95 0,94 2 2Kelembagaan 32,38 23,41 0,14 0,13 0,95 0,95 2 2Teknologi 41,62 32,24 0,14 0,14 0,94 0,95 2 2Sumber: Hasil Analsisis (2013)

Skenario dan Strategi Jangka Pendek, menengah dan Skenario Jangka Panjang Pengelolaan Budidaya Laut Berkelanjutan di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa

Hasil analisis Rap-Insus Seaweed dan analisis Rap-Insus Grouper terhadap atribut kunci yang telah dilakukan penambahan skor untuk melihat seberapa besar peningkatan nilai indeks dan status keberlanjutan pengelolaan budidaya laut pada skenario jangka pendek, menegah dan pada skenario jangka panjang dari kondisi saat ini. Nilai indeks keberlanjutan pengelolaan budidaya rumput laut pada skenario jangka pendek dan menengah meningkat dari 46,82 menjadi 63,45 dan nilai indeks keberlanjutan pada skenario jangka panjang meningkat menjadi 75,50, sehingga status keberlanjutan meningkat dari “Kurang Berkelanjutan” menjadi “Cukup Berkelanjutan” dan “Sangat Berkelanjutan”. Sedangkan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan budidaya KJA pada skenario jangka pendek dan menengah meningkat dari 39,47 menjadi 48,10 dan dan nilai indeks keberlanjutan pada skenario jangka panjang meningkat menjadi 70,97, sehingga status keberlanjutan pada skenario jangka pendek dan menengah tetap “Kurang Berkelanjutan”, sedangkan pada skenario jangka panjang status keberlajutan meningkat menjadi “Sangat Berkelanjutan”. Secara detail posisi nilai indeks keberlanjutan kelima dimensi pengelolaan budidaya laut pada kondisi eksisting, skenario jangka pendek, menengah dan skenario jangka panjang disajikan pada Gambar 2. Nilai indeks keberlanjutan kelima dimensi pengelolaan budidaya laut pada kondisi eksisting, skenario jangka pendek, menengah dan skenario jangka panjang disajikan pada pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Indeks Keberlanjutan Pengelolaan Budidaya Laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa Pada Kondisi Eksisting, Skenario Jangka Pendek, Menengah, dan Skenario Jangka Panjang

DimensiNilai Indeks Keberrlanjutan

Eksisting Skenario 1 Skenario 2RL KJA RL KJA RL KJA

Ekologi 15,31 15,91 22,15 16,36 24,38 24,97Ekonomi 11,80 10,24 16,07 12,61 20,03 19,84Sosial 9,87 5,95 11,64 7,49 12,91 8,99Kelembagaan 4,84 3,51 7,06 5,74 8,71 7,69Teknologi 4,99 3,87 6,52 5,91 9,46 9,47Nilai Indeks Multidimensi 46,82 39,47 63,45 48,10 75,50 70,97Sumber: (Hasil Analisis, 2013)

8

Page 9: Makalah Seminar 14 April 2013

Gambar 2. Diagram Layang-Layang (kite diagram) Peningkatan Nilai Indeks Keberlanjutan Pada Kondisi Eksisting, Skenario Jangka Pendek, Menangah dan Skenario Jangka Panjang Pengelolaan Budidaya Laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Status keberlanjutan pengelolaan budidaya laut saat ini di Teluk Saleh Kabupaten

Sumbawa untuk budidaya rumput laut dan KJA adalah “Kurang Berkelanjutan”. 2. Status keberlanjutan pengelolaan budidaya rumput laut berdasarkan skenario jangka

pendek, menengah adalah “Cukup Berkelanjutan” dan skenario jangka panjang adalah “Sangat Berkelanjutan”.

3. Status keberlanjutan pengelolaan budidaya KJA Berdasarkan Skenario berdasarkan skenario jangka pendek, menengah adalah “Kurang Berkelanjutan” dan skenario jangka panjang adalah “Sangat Berkelanjutan.”

Saran

1. Perlu diprioritaskan perbaikan dimensi keberlanjutan yang memiliki indeks keberlanjutan kurang berkelanjutan, dan perlu menjaga serta meningkatkan indek keberlanjutan multidimensi karena tingkat keberlanjutannya masih sangat mudah untuk berubah ke arah kurang berlanjut.

2. Perlu kebijakan dan komitmen dari pemerintah daerah dalam melakukan perbaikan terhadap atribut kunci untuk dapat meningkatkan nilai indeks dan status keberlanjutan pengelolaan budidaya laut.

9

Page 10: Makalah Seminar 14 April 2013

DAFTAR PUSTAKA

Alder J, Pritcher TJ, Preikshot D, Kaschner K, Ferriss B. 2001. How Good is Good?: A Rapid Appraisal Technique for Evaluation of the Sustainability Status of Fisheries of the North Atlantic. Fisheries Centre. University of British Columbia. Vancouver, Canada.

Budiharsono, S. 2006. Konsep Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Berkelanjutan. Dalam: Sistem Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Sekjen DKP Jakarta.

Charles AT. 2000. Sustainability Fishery Systems. Sain Mary’s University Halifax, Nova Scotia, Canada. 370 p. Jakarta.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2009. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Teluk Saleh. Dinas Kelautan dan Perikanan NTB. Mataram

Fauzi A dan Anna Z. 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Untuk Analisis Kebijakan. Jakarta, Gramedia.

Fauzi. A dan S. Anna. 2002. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan, Aplikasi RAPFISH, Studi Kasus Perairan Pesisir DKI Jakarta. Jurnal Pesisir dan Lautan. Vol. 4(3).

Pitcher, T.J. and Preikshot, D.B. 2001. Rapfish: A Rapid Appraisal Technique to Evaluate the Sustainability Status of Fisheries. Fisheries Research 49(3): 255-270

Mansyur A.,U, Tarunamulis,Pantjara B, Hasnawi.2005. Identifikasi Lokasi Lahan Budidaya Laut di Perairan Teluk Kupang Nusa Tenggara Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 11 No 5:9-29.

Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. PT. Pustaka Cidesindo. Tesfamichael D dan T J Pitcher. 2006. Multidisciplinary Evaluation of the Sustainability of Red Sea Fisheries Using Rapfish. Fisheries Reasearch 78: 277-235

Kavanagh P. 2001. Rapid Appraisal of Fisheries (RAPFISH) Project. University of British Columbia, Fisheries Centre.

Yulianti. 2011. Optimasi Pengelolaan Sumberdaya Rumput laut di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor

Zamroni A, Apriliani T, Hikmayani Y. 2007. Analisis Pemasaran Rumput Laut di Wilayah Potensial di Indonesia. Jurnal Bijak da Ristek KP. Vo. 2 No 2 Tahun 2007. Hal 159-175.

10