makalah seminar di bogor 16-17 juni 2010 revisi

7

Click here to load reader

Upload: rahmat-pramulya

Post on 27-Jun-2015

123 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Seminar Di Bogor 16-17 JUni 2010 Revisi

I. PENDAHULUAN

Zakat adalah ibadah maaliyaah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis, dan menentukan baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Pengumpulan zakat, infak, dan sedekah masyarakat Indonesia oleh lembaga pengelola zakat sudah berlangsung lama sebelum disahkan UU No 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

Sejak berlakunya UU No 38 tahun 1999, pada tingkat nasional terdapat BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) dan di seluruh propinsi terdapat Badan Amil Zakat tingkat Propinsi dan hampir sebagian besar kota dan kabupaten telah memiliki Badan Amil Zakat Daerah. Selain itu terdapat 18 Lembaga Amil Zakat Nasional yang beroperasi di seluruh Indonesia dan Lembaga Amil Zakat Daerah yang dikukuhkan oleh Walikota atau Bupati setempat. Pada tahun 2009

ANALISIS PERSEPSI MUSTAHIK PENERIMA PROGRAM ZAKAT UNTUK USAHA PRODUKTIF

(STUDI KASUS PROGRAM IKHTIAR DI INDONESIA)

Abstract  

Perception Analysis of Mustahiq’s Micro Entrepreneurs(A Case Study of Ikhtiar Program in Indonesia)

Rahmat Pramulya*1

Zakah, infaq and sadaqah occupy a central position in the Islamic economy that have significant implications for human welfare. Use of these institutions of Islamic charity for poverty alleviation however, involves some major challenges arising out of differences in Shariah rules governing their management. This is the focus of the present paper that is based on a case study of Ikhtiar Program in Bogor region of Indonesia. The Program uses an “additive” approach by involving multiple institutions - Organization Pengelola Zakat and Baytul Maal Bogor to mobilize and distribute amanah funds (zakah) and non-amanah funds (infaq, sadaqah and other forms of donations and grants) respectively for the economic empowerment of communities through the provision of Shariah-compliant microfinance services.  Program Ikhtiar also involves other organizations, such as, Peramu Foundation as the empowerment organization and Baytul Ikhtiar as the cooperative organization. The strategic role of each institution is uniquely different, but is influenced by the expectation and perception of the beneficiaries of the Program. Results based on Importance Performance (IPA) Matrix Analysis shows that provision of financial services along with skill-development of poor women is expected to enhance the probability of success and achieving desired outcomes. The study also highlights specific strategic responses on the part of the Muzakki, Amil Zakat and Mustahiq for the program to be successful.

Keywords : Zakah, Multiple Institution, IPA Matrix Analysis

*1 Lecturer at Islamic Colleage of Teuku Dirundeng, Meulaboh – Province of Aceh Email : [email protected]

Page 2: Makalah Seminar Di Bogor 16-17 JUni 2010 Revisi

potensi zakat nasional diperkirakan mencapai 12,3 - 12,7 trilyun rupiah. Dari jumlah tersebut, potensi penghimpunan dana zakat oleh BAZ dan LAZ adalah 911 milyar dan 884 milyar (Wibisono, 2009).

Pendayagunaan zakat menghadapi tantangan ke depan mengingat angka kemiskinan meningkat Survei statistik BPS (Badan Pusat Statistik) pada bulan Maret 2006 menyebutkan bahwa terdapat 39,30 juta jiwa atau sekitar 17,75 % dari total penduduk Indonesia dalam kategori miskin. Penanggulangan kemiskinan telah banyak dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat namun cenderung menggunakan pendekatan karitatif seperti P2KP, BLT Raskin, Program bantuan seperti ini memiliki kelemahan yaitu membuat mereka tergantung dan menumpulkan semangat swadaya. Pendekatan penanggulangan kemiskinan perlu diubah dengan pendekatan pemberdayaan melalui proses pendampingan. Pendekatan ini dilakukan oleh Komunitas Peramu. Pendekatan yang telah dilakukan Yayasan Peramu selama kurun waktu (1980 – 2009) menggunakan sistem BMT yang melibatkan tiga model lembaga yaitu organisasi pengelola zakat, BM Bogor; organisasi qiradh atau komersial, KBMT dan BPRS; dan organisasi penjamin resiko pembiayaan, Baytut Ta’min.

Baytul Maal Bogor sendiri merupakan bagian dari Komunitas Peramu yang merupakan komunitas lembaga keuangan mikro syariah yang terdiri dari Koperasi BMT, BPRS, Koperasi dan Agency Takaful Mikro Indonesia. Peran strategis Baytul Maal Bogor adalah memobilisasi dan mendistribusikan dana-dana amanah zakat dan non zakat (infak/sedekah, wakaf, hibah dan lainnya) untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hal ini dilatar belakangi atas keterbatasan pendekatan kelembagaan BMT dalam menghimpun dana amanah sedangkan sebagian besar mustahik tidak dapat mengakses lembaga keuangan mikro syariah lainnya (BMT dan BPRS).

Makalah ini bertujuan menjawab pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan bagaimana persepsi mustahik dalam posisi mereka sebagai penerima manfaat layanan Program Ikhtiar. Selanjutnya pembahasan dilakukan untuk menganalisa atribut yang dinilai oleh penerima manfaat sebagai atribut yang berpengaruh terhadap kualitas pelayanan Program Ikhtiar.

II. TINJAUAN PUSTAKA Al Qur’an dan Hadits telah menjelaskan secara terperinci tentang pihak-pihak (asnaf)

yang berhak menerima zakat. Allah SWT berfirman dalam Surat At Taubah ayat ke-60 :”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Hafidhuddin (2007) menyatakan bahwa zakat yang diberikan kepada asnaf fakir dan miskin dapat bersifat konsumtif, yaitu untuk memenuhi keperluan konsumsi sehari-hari mereka dan bersifat produktif yaitu untuk menambah modal usaha.

Menurut Karim dan Syarief (2008), keberadaan pengelolaan zakat tidak terlepas dari kedua fenomena yang terdiri dari faktor penarik (pull factor) berupa semangat menyadarkan umat, semangat melayani secara profesional, semangat berinovasi membantu mustahik dan semangat memberdayakan masyarakat, dan faktor pendorong (push factor) berupa potensi penghimpunan dana zakat yang besar, regulasi yang mulai mendukung, infrastruktur IT yang mendukung dan tingkat kesadaran masyarakat yang meningkat. Pengelolaan Zakat terkait dengan kebijakan pemerintah berarti kegiatan pengumpulan dan penyaluran untuk mencapai sangat kompleks dan harus didekatkan secara sistematik (Muhammad, 2008).

Baytul Maal Bogor (BM Bogor) adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang didirikan pada 1 Muharram 1420 H atau 17 april 1999 dengan status sebagai lembaga otonom di bawah Yayasan Peramu. Pada 18 Agustus 2003 Baytul Maal Bogor berubah menjadi

Page 3: Makalah Seminar Di Bogor 16-17 JUni 2010 Revisi

Yayasan Baytul Maal Bogor menjadi lembaga independen terpisah dari Yayasan Peramu. Visi BM Bogor adalah “terwujudnya masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dalam ekonomi, sosial, budaya dan politik, mengedepankan rasa persaudaraan dan kasih saying serta menguatkan dan membela kaum yang terpinggirkan”. Misi BM Bogor adalah bekerjasama dengan berbagai institusi dan kelompok masyarakat yang peduli untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pemiskinan melalui optimalisasi pendayagunaan zakat dan non zakat serta penyadaran aghniya – aqwiya dan pencerahan dhu’afa – mustadh’afiin.

Tujuan didirikan BM Bogor adalah untuk memberdayakan ekonomi rakyat dengan mengoptimalkan pemanfaatan dana-dana amanah baik zakat maupun non zakat (infaq, shadaqah, wakaf dan hibah) dengan membentuk kerjasama sinergi dengan berbagai lembaga sejenis atau yang memiliki sikap dan kepedulian yang sama terhadap realita pengentasan kemiskinan.

Program Ikhtiar merupakan program pemberdayaan berbasis komunitas (community based empowerment) melalui pelayanan keuangan mikro (microfinance services) dengan mekanisme kelompok (parcipatory group) yang ditujukan secara khusus bagi kaum perempuan dari keluarga berpenghasilan rendah (women of the poor or low income families). Program Ikhtiar adalah sebuah kerjasama program pendayagunaan ZIS antara BM Bogor dan jaringannya untuk menjangkau keluarga miskin di perkotaan dan pedesaan (urban and rural poor). Program ini dimulai pada akhir tahun 1999 di wilayah pedesaan Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor serta kawasan miskin perkotaan di kota Bogor pada tahun 2002. Program Ikhtiar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor berkaitan pemberdayaan berbasis komunitas (community based empowerment) melalui pelayanan keuangan mikro (microfinance services) dengan mekanisme kelompok (parcipatory group) yang ditujukan secara khusus bagi kaum perempuan dari keluarga berpenghasilan rendah (women of the poor or low income families) (Assadullah, 2007).

Pelayanan adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud, serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu (Kotler, 1999). Menurut Parasuraman et al. (1985) ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam kualitas layanan, yaitu sebagai berikut:1. Kualitas layanan sulit dievaluasi oleh pelanggan daripada kualitas barang.2. Persepsi kualitas layanan dihasilkan dari perbandingan antara kepuasan pelanggan dan

layanan yang diberikan secara nyata.3. Evaluasi kualitas tidak semata-mata diperoleh dari hasil akhir sebuah layanan, tetapi juga

mengikutsertakan evaluasi dari proses layanan tersebut.Metode Importance Performance Analysis (IPA) pertama kali diperkenalkan oleh

Martilla dan James (1977) dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara persepsi konsumen dan prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal pula sebagai quadrant analysis (Brandt, 2000 dan Latu & Everett, 2000).

III. HASIL DAN PEMBAHASANPenilaian terhadap Program Ikhtiar yang berkaitan dengan pelayanan keuangan mikro

syariah dapat diamati dari kegiatan yang diperuntukkan kepada penerima manfaat dan bagaimana harapan mereka terhadap kegiatan tersebut. Sehingga pelaksana program dapat mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan dan menyusun prioritas perbaikan kegiatan pelayanan.

3.1.1 Tingkat Kinerja Atribut PelayananHasil kuesioner di Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat atribut yang memiliki kinerja

yang paling tinggi yaitu petugas yang ramah (4,57 dalam skala 5) dimana atribut ini

Page 4: Makalah Seminar Di Bogor 16-17 JUni 2010 Revisi

berkaitan dengan petugas lapang yang memberikan pelayanan dengan ramah, sopan dan akrab.

3.1.2 Tingkat Kepentingan Atribut PelayananHasil kuesioner di Tabel 1 menunjukkan penerima manfaat memiliki kepentingan

yang paling tinggi terhadap atribut petugas yang ramah (4,74 dalam skala 5) dan ini berkaitan dengan harapan mereka terhadap pentingnya petugas lapang yang dapat berkomunikasi sehingga memberikan kemudahan dalam proses pelayanan.

Tabel 1. Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan Atribut PelayananNo Atribut Pelayanan

TingkatKinerja

TingkatKepentingan

1 Modal Kerja 4,38 4,40

2 Pertemuan 4,46 4,43

3 Pelatihan 4,13 4,22

4 Pendampingan 3,18 3,89

5 Identitas 4,09 4,51

6 Prosedur 4,31 4,36

7 Petugas Ramah 4,57 4,74

8 Materi Pelatihan 4,26 4,41

9 Terpecaya 4,46 4,59

10 Evaluasi 4,16 4,28

11 Penguatan 4,01 4,21

12 Pendidikan 4,16 4,21

13 Permasalahan 4,40 4,48

14 Penguasaan 3,81 4,14

15 Konsisten 4,13 4,20

16 Kegiatan Sosial 4,38 4,55

17 Rekomendasi 4,28 4,19

18 Kesungguhan 4,53 4,56

4,21 4,35

3.1.3 Analisa terhadap Penilaian Atribut PelayananPenilaian yang dilakukan oleh penerima manfaat program berkaitan dengan tingkat

harapan dan penilaian kinerja atas pelayanan keuangan mikro syariah Program Ikhtiar yang meliputi variabel-variabel Service Quality yang terdiri dari lima dimensi yaitu tangible (bukti fisik), reliability (keandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan) dan emphaty (empati). Analisa yang dilakukan terhadap penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) yang dapat diinterpertasikan melalui analisa diagram kartesius.

Kuadran I I(Pertahankan Prestasi)

Kuadran I (Prioritas Utama)

Kuadran III (Prioritas Rendah)

Kuadran IV(Berlebihan)

Page 5: Makalah Seminar Di Bogor 16-17 JUni 2010 Revisi

Gambar 1. Diagram Kartesius

IV. KESIMPULAN Penilaian terhadap Program Ikhtiar yang berkaitan dengan pelayanan keuangan mikro

syariah dapat diamati dari kegiatan yang diperuntukkan kepada penerima manfaat dan bagaimana harapan mereka terhadap kegiatan tersebut. Analisa menunjukkan terdapat atribut yang memiliki kinerja yang paling tinggi yaitu petugas yang ramah. Pada tingkat kepentingan penerima manfaat, analisa menunjukkan kepentingan yang paling tinggi yaitu atribut petugas yang ramah dan ini berkaitan dengan harapan mereka terhadap pentingnya petugas lapang yang memberikan pelayanan yang komunikatif.

Secara umum berdasarkan analisa Importance Performance Matrix, memperlihatkan bahwa Program Ikhtiar di dalam proses keuangan mikro dan proses pembelajaran pengorganisasian perempuan miskin memiliki prestasi.

DAFTAR PUSTAKA[1] Assadullah, M., Asy’ari, H., Hasan, M., Laela, A., dan Soleh. 2007. Inovasi Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Pendekatan Agama di dalam Warta Gubernur, Jurnal Otonomi dan Pembangunan Daerah Vol. 2 Tahun 1, Februari 2007. Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia. Jakarta.[2] Hafidhuddin, D. 2007. Agar Harta Berkah dan Bertambah. Gema Insani Press, Jakarta.[3] Karim, Adiwarman A dan A. Azhar Syarief. 2008. Fenomena Unik di Balik Menjamurnya Lembaga Amil Zakat (LAZ) di Indonesia. Jurnal Zakat dan Empowering Volume 1 – Sya’ban 1429/Agustus 2008. Circle of Information and Development, Jakarta.[4] Muhammad, Sahri. 2008. Pentingnya Penataan Zakat Demi Perbaikan di Masa Mendatang. Jurnal Zakat dan Empowering Volume 1 – Sya’ban 1429/Agustus 2008. Circle of Information and Development, Jakarta.[5] Parasuraman, A., Zeithaml, V.A., and Berry, L.L. 1985. A conceptual model of service quality and its implications for future research. Journal of marketing Vol.49, 41-50.[6] Wibisono, Yusuf. 2009. Indonesia Zakat dan Development Report 2009. Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi UI dan Circle of Information and Development. Jakarta