makalah seminar fisika tari balet
DESCRIPTION
qwTRANSCRIPT
MAKALAH SEMINAR FISIKA
APLIKASI KONSEP FISIKA PADA GERAKAN PIROUETTE
DALAM TARI BALET
Oleh :
NAMA : SHERLY MARGARETA FERNANDES
NIM : 06101011042
JURUSAN : PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
RENCANA USUL JUDUL SEMINAR FISIKA
Nama : Sherly Margareta Fernandes
NIM : 06101011042
Program Studi : Pendidikan Fisika
Pembimbing : Sudirman, S.Pd.,M.Si.
1. Judul : Aplikasi Konsep Fisika Pada Gerakan
Pirouette dalam Tari Balet
2. Masalah : Bagaimana Aplikasi Konsep Fisika Pada Gerakan
Pirouette Dalam Tari Balet?
3. Tujuan : 1. Mengetahui Macam – Macam Gerakan dalam Tari Balet
2. Mengetahui Aplikasi Konsep Fisika dalam Gerakan
Pirouette dalam Tari Balet
4. Manfaat : Menambah Pengetahuan Tentang Tari Balet dan Aplikasi
Konsep-konsep Fisika pada Gerakan Pirouette.
Indralaya, Januari 2014
Menyetujui,
Koordinator Seminar Fisika Dosen Pembimbing
Dr. Sardianto M.S., M.Si.,M.Pd Sudirman, S.Pd., M.Si.
NIP. 196706281993021001 NIP. 196806081997021001
SEMINAR FISIKA MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Judul : APLIKASI KONSEP FISIKA PADA GERAKAN
PIROUETTE DALAM TARI BALET
Nama/NIM : Sherly Margareta Fernandes
Pembimbing : Sudirman, S.Pd., M.Si.
Disetujui untuk disampaikan pada seminar fisika
Hari, tanggal : Sabtu ,19 April 2014
Tempat : Ruangan Kelas Pendidikan Fisika Kampus Palembang
Waktu : 09.00-12.00 WIB
Menyetujui,
Koordinator Seminar Fisika Dosen Pembimbing
Dr. Sardianto M.S., M.Si.,M.Pd Sudirman, S.Pd., M.Si.
NIP. 196706281993021001 NIP. 196806081997021001
Mengesahkan,
Program Studi Pendidikan Fisika
Taufiq, M.Pd
NIP. 197805252003121003
Aplikasi Konsep Fisika
Dalam Gerakan Pirouette Pada Tari Balet
Sherly Margareta Fernandes
Abstrak
Dalam salah satu gerakan khas tari balet, yaitu gerakan berputar (pirouette),
ada beberapa konsep fisika yang dipakai, diantaranya momentum (p), torsi (τ),
momentum sudut (L), dan momen inersia (I). Seorang ballerina memulai gerakan
berputar (pirouette) dengan memberikan gaya kepada lantai dengan menekan lantai
sehingga lantai memberikan gaya yang berlawanan kepada ballerina yang kemudian
disebut dengan kopel, kopel menimbulkan torsi (τ) sehingga ia mulai berputar.
Semakin besar gaya yang diberikan, semakin cepat ballerina berputar karena (τ = Fd).
Pada saat berputar ballerina juga memainkan gerakan tangannya yaitu merentang atau
dilipat mendekati tubuhnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengatur kecepatan
putarannya dengan mempengaruhi nilai momen inersia (I). Karena I=mr2, maka I ~ m
dan I ~ r2 . semakin besar massa tubuh seorang ballerina maka semakin besar momen
inersianya dan begitu juga sebaliknya. Ballerina mendekap (menarik) tangannya
mendekati tubuh untuk memperkecil momen inersia sehingga ia berputar dengan
cepat, kemudian ballerina merentangkan tangannya untuk memperbesar momen
inersianya sehingga ia berputar lebih lambat lalu berhenti. Pada saat berputar juga
berlaku hukum kekekalan momentum sudut (∑L = ∑L’) karena torsi yang bekerja
pada ballerina adalah nol.
Pendahuluan
Dalam tarian balet sangat dituntut keselarasan antara gerakan, musik dan
ekspresi penari (ballerina) sehingga dapat menampilkan bahasa tubuh yang indah.
Secara umum gerakan-gerakan dalam tari balet dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
abaresque (diam seimbang), pirouette (berputar), dan grand jete (melompat). Tarian
balet tidak hanya menampilkan seni dalam bentuk bahasa tubuh yang indah, tetapi
juga secara tidak langsung menampilkan banyak penerapan (aplikasi) konsep fisika di
dalamnya. Pada makalah ini akan dibahas mengenai aplikasi konsep-konsep fisika
yang terdapat didalam gerakan berputar (pirouette).
The Pirouette
Gambar 1. Gerakan Berputar (The Pirouette)
Pirouette adalah salah satu gerakan yang paling mengagumkan dari tari
klasik. Secara umum, pirouette adalah gerakan memutar di mana penari menopang
dirinya pada satu kaki. Setiap putaran dimulai dengan beberapa bentuk persiapan
posisi diikuti dengan torsi yang diberikan terhadap lantai.
Jika pirouette tidak dilakukan dalam keadaan seimbang maka dianggap tidak
sukses dan meskipun itu adalah sebuah gerakan umum dalam balet juga merupakan
gerakan yang sangat sulit untuk menguasai. Bahkan penari profesional mengalami
kesulitan yang signifikan dalam melakukan lebih dari dua atau tiga rotasi selama
pirouette sebelum kehilangan keseimbangan. Sejumlah penelitian yang telah
dilakukan membuktikan bahwa terdapat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap
keberhasilan putaran seperti distribusi massa. Menurut teorema sumbu parallel,
pirouette adalah suatu "remote " dimana momen inersia tubuh berputar sekitar poros
eksternal dan sama dengan perkalian dari massa dan jarak kuadrat (Blazevich, AJ
2012) .
Setiap benda bergerak dan mempunyai massa memiliki momentum, begitu
juga dengan penari balet (ballerina). Oleh karena itu dibawah ini akan dibahas
mengenai momentum dalam gerakan berputar (pirouette).
Momentum (
Momentum dimiliki oleh benda yang bergerak. Momentum adalah
kecenderungan benda yang bergerak untuk melanjutkan gerakannya pada kelajuan
yang konstan. Momentum merupakan besaran vektor yang searah dengan kecepatan
benda. Momentum juga dinamakan dengan kuantitas gerak yang besarnya berbanding
lurus dengan massa dan kecepatan. Momentum dapat dirumuskan sebagai hasil
perkalian massa dengan kecepatan. Besarnya momentum dirumuskan sebagai berikut:
Berdasarkan rumus tersebut, dengan massa tubuh yang sama, ballerina yang
berputar dengan kecepatan yang besar akan memiliki momentum yang besar pula
sehingga putarannya berlangsung lebih lama dibandingkan ballerina yang berputar
dengan kecepatan sedang atau rendah. Oleh karena itu sering dijumpai perbedaan
lamanya putaran antar ballerina pada tarian balet yang dibawakan oleh beberapa
ballerina yang berpostur tubuh sama. Demikian juga dengan kecepatan yang sama,
ballerina yang bespostur tubuh lebih besar (m lebih besar) akan menghasilkan putaran
yang lebih lama dibandingkan ballerina yang berpostur tubuh kecil (m nya lebih
kecil) karena momentum ballerina bertubuh besar lebih besar daripada momentum
a b
ballerina bertubuh kecil (mb > mk). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin
besar massa dan kecepatan ballerina, maka akan semakin besar pula momentumnya.
Semakin kecil massadan kecepatan ballerina, maka akan semakin kecil pula
momentumnya.
Bila dalam gaya merupakan penyebab terjadinya gerak translasi, maka dalam gerak
rotasi, yang menyebabkan suatu benda dapat berputar adalah torsi.
Torsi (τ)
Torsi (τ) merupakan salah satu bentuk usaha dengan salah satu titik sebagai
titik acuan. Torsi (τ) adalah hasil kali gaya dan jarak terpendek arah garis kerja
terhadap titik tumpu dan dikenal juga sebagai perubahan momentum sudut. Besar
torsi τ yang ditimbulkan oleh gaya F yang bekerja membentuk sudut α pada jarak r
dari sumbu putar didefinisikan sebagai perkalian antara F dengan lengan d.
τ = Fd
Penari mengawali putaran dengan menggerakkan ujung sepatu depan dan
belakang kesamping berlawanan (gambar 2). Lantai akan memberikan reaksi dengan
memberikan gaya yang berlawanan pada kedua ujung sepatu itu. Kedua gaya inilah
yang disebut kopel. Kopel adalah pasangan dua gaya yang sama besar dan
berlawanan arah, dan garis-garis kerja kedua gaya itu sejajar tetapi tidak berimpit.
Kopel gaya dari lantai inilah akan memutar penari (menimbulkan torsi).
Gambar 2. (a) kopel pada satu kaki, (b) kopel pada dua kaki
Semakin besar tekanan dari kaki, semakin besar torsinya, semakin cepat
terjadinya putaran.
Momentum Sudut
Setiap benda yang berotasi pasti memiliki momentum sudut. Jika suatu benda
berotasi terhadap sumbu inersia utamanya maka momentum sudut total L sejajar
dengan kecepatan sudut ω dan selalu searah sumbu rotasi. Momentum sudut (L)
adalah hasil kali antara momen inersia I dan kecepatan sudut ω.
L = I. ω …………… (1-1)
Momentum sudut terhadap titik O dari sebuah partikel dengan massa m yang
bergerak dengan kecepatan v (memiliki momentum P=mv) didefinisikan dengan
perkalian vektor berikut.
L = r x p
L = r x mv
L = mr x v
Vektor r dan v saling tegak lurus, sehingga
v = ωr
L = mrv
L = mr2ωr
L = mr2ω .…………… (1-2)
Jika arah L dan ω adalah sama maka :
L = mr2ω
atau L = I ω
Dari persamaan sebelumnya diketahui bahwa
ω =
dengan demikian, persamaan (7-2) menjadi :
L = mr2
L = I
Secara vektor, momentum sudut dituliskan :
L = r x p = m (r x v) ………… (1-3)
Jika persamaan (7-2) diturunkan terhadap waktu menjadi :
(
) (
)
( (
(
Sebelumnya telah disebutkan bahwa: τ = F x r, sehingga
τ =
(1-4)
Hukum kekekalan momentum menyatakan bahwa “Jika torsi eksternal neto
yang bekerja pada sebuah sisten adalah nol, maka momentum sudut total system
adalah konstan” atau
∑τ = 0
Maka, L = konstan.
Hukum Kekekalan Momentum Sudut
; jika tidak ada torsi yang diaplikasikan maka momentum sudut pasti
konstan.
Jika tidak ada torsi maka :
- Mengurangi maka akan menambah
- Menambah maka akan mengurangi
Balerina berputar diujung sepatu baletnya. Karena torsi yang dikerjakan oleh
lantai adalah kecil, maka momentum sudut ballerina mendekati konstan. Ketika ia
menarik lengannya kedalam arah badannya, momen inersia badannya terhadap sumbu
vertikal melalui badannya berkurang. Karena momentum sudutnya L=Iω harus tetap
konstan, bila I berkurang, kecepatan sudutnya ω bertambah, yang artinya ballerina
berputar dengan laju lebih cepat (Tipler, 1998:282).
Gambar 3: (a) ballerina membentangkan kedua tangannya, I semakin besar; (b)
ballerina membentangkan salah satu tangannya, I lebih kecil.
Ini merupakan prinsip hukum kekekalan momentum sudut. Jika ditinjau
terhadap benda tegar yang berotasi dengan dua keadaan momentum sudut yang
berbeda, maka hukum kekekalan momentum sudut dituliskan sebagai:
L1 = L2
I1 ω1 = I2 ω2 ……….. (2-1)
Makin besar I, makin kecil ω
Makin kecil I, makin besar ω
Momen Inersia (I)
Momen inersia merupakan kecenderungan benda untuk mempertahankan
posisinya untuk tidak berputar. Momen inersia dirumuskan menjadi
I = mr2 ……….. untuk single ballerina
I= m1r2+ m1r
2+………. untuk penari berpasangan
Ballerina memulai gerakan pirouette dengan mengatur posisi telapak kaki
sedemikian rupa lalu menginjit dan menekan lantai dengan maksimal,
membentangkan tangan dan berputar dengan perlahan. Selang beberapa detik
kemudian ballerina menarik tangannya kedepan dada dan berputar dengan lebih
cepat. Kemudian pada saat akan berhenti, ballerina kembali membentangkan salah
satu atau kedua tangannya,putarannya semakin lambat dan menarik kakinya
kebelakang dan membentangkan kedua tangannya dan berhentilah putarannya.
Berikut ini perubahan momen inersia pada ballerina saat ia berputar dengan
tangan didekap lalu membentangkan tangan.
Sebelum Sesudah
Gambar 4: Perubahan momen inersia
Balerina yang bertubuh kecil dipastikan memiliki momen inersia yang lebih
kecil sehingga menghasilkan putaran yang cepat, karena semakin kecil massa benda,
maka semakin kecil momen inersianya (I ~ m). Untuk memperlambat atau
memberhentikan putaran, maka ballerina membentangkan tangannya. Hal ini akan
memperbesar momen inersianya, semakin besar r maka semakin besar pula I –nya
(I~r).
Ketika ballerina membentangkan tangannya, dengan massa m, maka r nya
semakin besar, sehingga momen inersianya semakin besar dan putaran ballerina akan
lambat. Sedangkan pada saat ballerina menarik tangannya mendekati tubuh atau
mendekap tangannya, r nya mengecil sehingga momen inersianya juga mengecil,
sehingga putaran ballerina akan lebih cepat.
Penutup
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu tari balet khususnya pada gerakan
pirouette (berputar) tidak lepas dari konsep-konsep fisika; setelah mengatur posisi
tubuh, kopel yang menimbulkan torsi menyebabkan penari mulai berputar. Penari
merentangkan tangannya untuk memperbesar momen inersia sehingga putarannya
melambat, lalu ia mendekap atau melipat tangannya kearah mendekati tubuh untuk
memperkecil momen inersia sehingga putarannya lebih cepat. Pada saat berputar juga
berlaku hukum kekekalan momentum sudut karena torsi yang dikerjakan saat itu
sama dengan nol.
Daftar Pustaka
Gollin G., Cole D. 2001. “The Physics of Dance”. Urbana: University of Illinois
Laws K.2002. “Physics and the Art of Dance”. New York: Oxford University
Tipler. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga
Vilma C, Marcella, dkk. 2011. “Physics In Dance And Dance
to Represent Physical Processes”. Journal of Appliedn Mathematics (IV): 76-79
http://www.citraining.com/Biomechanical-Research-in-Dance.html diakses pada
tanggal 30 Maret 2014
http://www.hep.uiuc.edu/home/g-gollin/dance/dance_physics.html diakses pada
tanggal 30 Maret 2014
http://dancerbiomechanics.blogspot.com/ diakses pada tanggal 1 April 2014