makalah sociolinguistics politeness

22
BAB II PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dalam menjalin komunikasi dengan siapapun, baik itu komunikasi secara lisan maupun tulisan, seseorang memerlukan strategi agar komunikasinya berjalan dengan baik. Strategi diperlukan agar kedua belah pihak (penutur dan petutur) dapat menyampaikan, menerima, maupun merespon pesan dengan baik dan berterima. Selain itu kita juga harus menyadari bahwa dalam berkomunikasi tidak akan terlepas dari aspek-aspek sosial, budaya, dan kebiasaan yang ada dalam suatu masyarakat maupun perorangan. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi cara berkomunikasi seseorang. Bagi pemelajar bahasa Inggris di Indonesia dimana bahasa tersebut merupakan bahasa asing, pengetahuan akan struktur bahasa bukanlah hal satu-satunya yang paling penting. Hal tersebut dikarenakan dalam berkomunikasi dengan bahasa apapun, kesadaran akan kompetensi berkomunikasi yang didalamnya juga terdapat aspek sosial-budaya dalam bahasa tersebut juga merupakan hal yang tidak kalah penting untuk disadari, dipelajari, dan dilakukan dalam berkomunikasi. Dengan hal tersebut komunikasi dapat berlangsung dengan baik. Didalam tujuannya berkomunikasi, penutur dan petutur hendaknya menjaga keharmonisan. Hal tersebut dapat terjaga apabila masing-masing peserta tutur tidak saling mempermalukan atau dengan kata lain saling menjaga citra positif dan citra

Upload: oktari-aneliya

Post on 27-Jun-2015

2.204 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

sociolinguistics

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah sociolinguistics politeness

BAB II

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Dalam menjalin komunikasi dengan siapapun, baik itu komunikasi secara lisan

maupun tulisan, seseorang memerlukan strategi agar komunikasinya berjalan dengan baik.

Strategi diperlukan agar kedua belah pihak (penutur dan petutur) dapat menyampaikan,

menerima, maupun merespon pesan dengan baik dan berterima. Selain itu kita juga harus

menyadari bahwa dalam berkomunikasi tidak akan terlepas dari aspek-aspek sosial, budaya,

dan kebiasaan yang ada dalam suatu masyarakat maupun perorangan. Hal tersebut secara

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi cara berkomunikasi seseorang.

Bagi pemelajar bahasa Inggris di Indonesia dimana bahasa tersebut merupakan bahasa

asing, pengetahuan akan struktur bahasa bukanlah hal satu-satunya yang paling penting. Hal

tersebut dikarenakan dalam berkomunikasi dengan bahasa apapun, kesadaran akan

kompetensi berkomunikasi yang didalamnya juga terdapat aspek sosial-budaya dalam bahasa

tersebut juga merupakan hal yang tidak kalah penting untuk disadari, dipelajari, dan

dilakukan dalam berkomunikasi. Dengan hal tersebut komunikasi dapat berlangsung dengan

baik.

Didalam tujuannya berkomunikasi, penutur dan petutur hendaknya menjaga

keharmonisan. Hal tersebut dapat terjaga apabila masing-masing peserta tutur tidak saling

mempermalukan atau dengan kata lain saling menjaga citra positif dan citra negatif seseorang

dengan strategi kesantunan dalam berkomunikasi. Kesantunan merupakan aspek penting

dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik diantara penutur dan petutur.

Kesantunan dalam berkomunikasi berarti dapat menyampaikan pesan ataupun keinginan serta

meresponnya dengan cara yang baik bagi kedua belah pihak partisipan.

Strategi kesantunan dikatakan oleh Brown dan Levinson (1987) sebagai upaya untuk

menjaga citra positif maupun citra negatif teman bicara ketika seseorang ingin

menyampaikan sesuatu ataupun meminta teman bicara agar melakukan sesuatu. Strategi

kesantunan digunakan sesuai kebudayaan seseorang mengenai apa yang dianggap santun

serta dimensi sosial yaitu status sosial, jarak kedekatan atau solidaritas antar partisipan, dan

kuasa antar partisipan.

Page 2: Makalah sociolinguistics politeness

Makalah ini bertujuan untuk melihat strategi kesantunan yang digunakan pada dialog

percakapan yang ada dibuku ajar bahasa Inggris kelas XII yang berjudul ”Developing

English Competencies: for Senior High School Grade XI of Natural and Science

Programmes” yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

II. Rumusan masalah

Dalam makalah ini permasalahan yang diangkat yaitu strategi kesantunan dalam

upaya menjaga citra positif dan negatif seseorang yang digunakan dalam percakapan yang

ada pada buku ajar bahasa Inggris kelas XI ”Developing English Competencies” khususnya

pada topik percakapan asking and giving opinion dan giving advice and warning.

Page 3: Makalah sociolinguistics politeness

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Kesantunan dan teori citra Brown dan Levinson

Menurut Brown dan Levinson (1987), bersikap santun adalah bersikap peduli pada

“muka,” (face) baik milik penutur, maupun milik mitra tutur. “Muka,” dalam hal ini bukan

dalam arti rupa fisik, namun “muka” dalam artian public image, atau dapat disebut juga

dengan “citra” dalam pandangan masyarakat. Sejatinya, setiap orang memiliki citra yang

ingin ditampilkan pada masyarakat. Brown dan Levinson (1987) berpendapat bahwa setiap

orang memiliki dua jenis citra yaitu citra negatif dan citra positif.

Citra negatif diartikan sebagai keinginan seseorang agar tindakannya tidak dihalangi

oleh orang lain, agar merasa bebas dari hambatan dan tekanan. Citra positif merupakan

keinginan seseorang agar kemauannya diakui sebagai suatu hal yang baik oleh orang lain

serta citra tentang dirinya dihargai oleh orang lain. Kedua jenis citra tersebut menurut Brown

dan Levinson (1987) dapat hilang, dijaga, ditingkatkan, dan harus secara terus-menerus hadir

dan terjaga dalam suatu interaksi. Oleh karena itu kesantunan merupakan suatu aksi untuk

menjaga citra positif maupun citra negatif seseorang.

Sejatinya, setiap orang ingin merasa nyaman terhadap dirinya. Namun dalam

berinteraksi dikehidupan sehari-hari, seseorang mungkin akan mengalami suatu tindakan

yang menghalangi atau tindakan yang menghambat terhadap citra negatif maupun citra

positif nya. Hal tersebut dinamakan tindakan ancaman terhadap citra (face threatening act).

Tindakan ancaman terhadap citra dapat terjadi secara disengaja maupun tidak disengaja. Oleh

karena itu berlaku sopan merupakan tindakan agar seseorang merasa nyaman dalam

berinteraksi.

Brown dan Levinson mengklasifikasian tindakan-tindakan yang dapat mengancam

citra positif dan citra negatif seseorang. Tindakan yang dapat mengancam citra positif

seseorang antara lain; mencela, kritik, mengeluh, menuduh, menghina, ketidak setujuan,

mengungkapkan emosi dengan kasar, menyebutkan topik-topik yang tabu, menginterupsim

bersikap tidak kooperatif, memberi kabar buruk tentang teman bicara atau kabar baik tentang

penutur. Sedangkan tindakan yang dapat mengancam citra negatif seseorang antara lain;

memerintah, meminta bantuan, memberikan saran, mengingatkan seseorang, mengancam,

memperingatkan, dan berjanji

Page 4: Makalah sociolinguistics politeness

Berlaku santun memerlukan pengetahuan bagaimana menyatakan berbagai jenis

tindak tutur secara berterima dalam konteks kebudayaan yang sesuai dengan partisipan

komunikasi (Holmes, 2001). Selain faktor budaya, bersikap santun juga dipengaruhi oleh

nilai-nilai sosial seperti status sosial, jarak kedekatan sosial atau solidaritas, dan kuasa

(Brown dan Levinson, 1987).

Oleh karena faktor-faktor diatas, kesantunan pun menjadi relatif bagi tiap orang.

Contohnya, seorang yang memiliki kuasa tinggi mengatakan ”tolong ambilkan saya minum”

terhadap bawahannya (pesuruh) dalam situasi di kantor akan terdengar wajar. Namun jika hal

tersebut dikatakan oleh seorang bawahan terhadap atasan akan terdengar tidak wajar dan

tidak santun. Maka dalam hal tersebut kesantunan dipengaruhi oleh kuasa (power). Akan

tetapi jika seorang atasan dan seorang bawahan tersebut memiliki ikatan pertemanan yang

erat (solidaritas) maka seorang yang memiliki kuasa yang lebih rendah pun akan merasa biasa

saja jika menyuruh seorang yang dengan kuasa lebih tinggi untuk mengambilkan minum

namun dalam situasi di luar kantor. Pada contoh tersebut yang berpengaruh adalah jarak

kedekatan atau solidaritas, serta situasi.

II.2. Strategi kesantunan Brown dan Levinson

Brown dan Levinson mengklasifikasikan empat jenis strategi kesantunan dalam

menjaga citra positif maupun citra negatif seseorang. Yaitu:

1. Bald-on record politeness

2. Positive politeness

3. Negative politeness

4. Off-record politeness

Bald-on record politeness merupakan strategi kesantunan yang digunakan dengan

tidak meminimalisir tekanan terhadap teman bicara. Oleh karena itu dalam strategi ini,

seseorang tidak menggunakan ungkapan yang berbelit-belit yang memungkinkan bagi teman

bicaranya salah mengartikan pesan yang dimaksud. Dalam strategi ini, penutur

mengungkapkan maksud dengan sebenar-benarnya. Strategi kesantunan bald-on record ini

memiliki karakter memenuhi kriteria bidal-bidal Grice yaitu: (1) bidal kualitas, karena

dengan strategi ini seseorang mengatakan maksudnya dengan sebenar-benarnya dan jujur, (2)

bidal kuantitas, karena tidak mengatakan hal yang berlebihan dan juga tidak mengurangi

maksud, (3) bidal relevan, dan (4) bidal tata cara, karena menghindari ambiguitas dan

ketidakjelasan makna.

Page 5: Makalah sociolinguistics politeness

Strategi kesantunan bald-on record digunakan pada situasi dimana hal yang sangat

dipentingkan yaitu efisiensi pesan yang ingin disampaikan, misalnya pada situasi darurat,

interaksi berorientasi pada tugas, suruhan, serta dalam keadaan bising yang memaksakan

penutur untuk berbicara efisien dan jelas. Selain itu strategi ini juga digunakan ketika

keinginan penutur untuk menjaga citra petutur kecil dikarenakan tingkat kuasa penutur lebih

tinggi dibandingkan petutur.

Strategi kesantunan positif (positive politeness) merupakan strategi kesantunan yang

digunakan untuk memuaskan citra positif seseorang. Keinginan seseorang untuk dihargai

setiap kemauannya dan dihargai nilai-nilai yang ada pada dirinya dan diyakininya. Strategi

kesantunan ini berkaitan dengan keakraban dan kedekatan dengan partisipan komunikasi,

adanya kesamaan kemauan dan pengetahuan akan apa yang dianggap baik satu sama lain

(Brown dan Levinson, 1987). Seseorang sangat mengetahui keinginan dari teman bicaranya

sehingga ungkapan yang digunakan dalam strategi kesantunan positif bersifat intim, tulus,

dan dilebih-lebihkan. Selain itu, strategi kesantunan ini diidentikan juga dengan keinginan

seseorang untuk lebih dekat dengan teman bicaranya.

Dalam strategi kesantunan positif, Brown dan Levinson menjelaskan bahwa dalam

berinteraksi, seseorang yang menggunakan strategi kesantunan positif (1) mengetahui dan

memenuhi ketertarikan dan kemauan teman bicara terhadap suatu hal. Penutur seharusnya

mengetahui kondisi baik fisik maupun perasaan petutur, (2) penutur melebih-lebihkan

ketertarikannya tehadap keadaan petutur dengan memuji, menyatakan simpati, serta

ketertarikan, (3) penggunaan gaya bahasa yang menunjukkan identitas grup seperti

menggunakan kata sapaan yang intim, penggunaan bahasa daerah atau bahasa yang

mencirikan kedekatan personal, dan penggunaan bentuk jargon dan ragam bahasa tidak baku.

(4) membicarakan hal-hal yang topiknya menjadi ketertarikan dan aman bagi lawan

bicara, (5) menghindari ketidak samaan pendapat, dan berusaha menunjukan ketidak samaan

pendapat dengan cara yang sehalus mungkin agar tidak mengintimidasi teman bicara, (6) baik

penutur maupun petutur memiliki pngetahuan yang sama terhadap keterkaitan satu sama lain,

(7) penggunaan lelucon, (8) optimis bahwa keinginan penutur akan dipenuhi oleh petutur

maupun sebaliknya, dan (9) mengikut sertakan baik penutur maupun petutur kedalam

kegiatan yang sama, seringkali menggunakan kata ganti ’kami’ atau ’kita’.

Strategi kesantunan negatif (negative politeness) digunakan untuk memuaskan citra

negatif seseorang yang mana dirinya serta aktifitasnya ingin terbebas dari hambatan,

rintangan, serta tekanan oleh karena itu strategi ini bertujuan untuk meminimalisir tekanan

dan hambatan tersebut terhadap teman bicara. Dalam strategi ada keinginan untuk

Page 6: Makalah sociolinguistics politeness

menyatakan sesuatu dengan secara langsung (on record) dan keinginan untuk menyatakan

secara tidak langsung untuk menghindari tekanan (off record) sehingga solusi untuk

mengatasinya yaitu menggunakan ungkapan conventionalized indirect dimana penutur

mengungkapkan maksudnya secara jelas namun tidak bersifat memaksa bagi petutur untuk

melakukannya, contohnya pada ”can you please the salt?” ”Are you able to post this letter

for me?”

Selain itu, dalam strategi kesantunan negatif ini seringkali penutur meminta maaf

sebelum menyatakan keinginannya kepada petutur. Hal tersebut dikarenakan penutur berniat

untuk mengusik atau mengganggu kenyamanan dan kebebasan petutur. Strategi ini biasanya

digunakan ketika jarak kedekatan antara penutur dan petutur tidak terlalu dekat.

Off-record politeness yaitu strategi kesantunan yang digunakan dengan maksud

meminimalisir sekecil-kecilnya ancaman terhadap citra negatif seseorang. Ungkapan yang

digunakan bersifat tidak langsung dan memungkinkan bagi petutur mengintepretasikan hal

yang berbeda dari maksud penutur. Tujuan utama penutur yaitu mengungkapkan maksud

tanpa kesan memaksa ataupun berharap agar petutur melaksanakan atau melakukan timbal

balik apa maksud dari penutur. Jika petutur dapat merespon sesuai dengan keinginan penutur

maka hal tersebut menjadi ’hadiah’ bagi penutur. Dalam strategi ini, penutur memberikan

kesempatan kepada petutur untuk peduli terhadap keadaan maupun perasaan penutur.

Ungkapan yang digunakan dalam strategi off-record politeness biasanya

menggunakan kalimat yang ambigu, tidak jelas seperti ”I’m going you-know-where/ I’m

going down ther road for a bit” (pub) ungkapan metafor (Harry is a real fish) dan ironi

(lovely neighborhood, eh? (padahal mengacu pada kawasan kumuh)) serta pertanyaan retoris

(how was I to know…? (kenyataannya ia tidak mengetahui)).

Page 7: Makalah sociolinguistics politeness

BAB III

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III.1. Analisis percakapan “Asking and giving opinion”

A. Transkrip percakapan

The instructors of the English club, Utami, Krisna and Hani are talking about quality

improvement in their English club. Now they are in the classroom.

Utami : Our headmaster wanted us1 to improve and increase the quality of our English club.

What do you think, Krisna?2

Krisna : Well3. I think so4. We should be able to do that5.

Utami : So what should we do?6

Krisna : I think that we7 have to improve our syllabus. It must be more relevant to English.

Hani : That's a great idea8. But don't forget. I think it is not only that9. We10 should also know

the student's needs, because we11 handle different levels and wishes.

Utami : Yes, I know that12. Thank you13. And then do we need new instructors here?

Krisna : I don’t think so. It is not necessary14. Why don't you recruit the qualified ones among

us15, or are you still doubtful about us?16

Utami : Oh, of course not17. I believe that we are still able to show our quality and capability,

in fact from time to time many people from different levels want to learn English here. It

means that they are satisfied18.

Hani : Are you going to accept children to study here?

Utami : Why not?19 As long as we20 are still trusted and able to handle them, we21 will open

new classes. So should we22 recruit new instructors? I myself heard statements from some

participants that they feel satisfied with our teaching methods.

Krisna : Alright23. If so we24 need new ones. Err25 ... I have no objection26.

Utami : How about you, Hani?

Hani : Well27 I am with him. I agree with him28.

Utami : Thank you all29. So we30 can conclude that firstly, the syllabus should be analysed and

improved if needed. Secondly we31 will recruit new instructors to handle children classes.

Page 8: Makalah sociolinguistics politeness

B. Strategi kesantunan yang digunakan dalam percakapan ”Asking and giving

opinion”.

Dari segi konteks dimensi sosial, partisipan dalam percakapan tersebut yaitu tiga orang

siswa yang juga instruktur bahasa Inggris di klub bahasa Inggris. Percakapan tersebut terjadi

di kelas. Dapat dikatakan bahwa kedekatan diantara ketiga partisipan tersebut cukup dekat

karena mereka berada dalam satu organisasi yang sama. Namun dalam kaitannya dengan

kuasa diantara ketiga partisipan tersebut tidak dinyatakan dengan jelas apakah ada partisipan

yang memiliki kuasa lebih terhadap partisipan lain. Namun dalam percakapan tersebut,

terlihat bahwa ada satu partisipan, yaitu Utami, yang memiliki kuasa lebih dibandingkan

partisipan lainnya karena ia yang menayakan pendapat partisipan yang lain terhadap kemauan

dari kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas klub bahasa Inggris mereka. Selain itu,

dalam percakapan tersebut Utami lah yang secara langsung menyimpulkan dari opini-opini

partisipan lainnya.

Merujuk pada konteks sosial yang telah dijelaskan diatas maka tidak heran bahwa strategi

kesantunan yang banyak digunakan adalah strategi kesantunan bald-on record. Hal tersebut

terlihat dari ungkapan meminta pendapat yang digunakan merupakan ungkapan langsung,

jelas, dan dapat secara mudah dimengerti oleh partisipan lain (what do you think Krisna? So

what should we do? Do we need new instuctors here? How about you, Hani?).

Namun dalam menyatakan pendapat, masing-masing partisipan memiliki strategi

kesantunan yang beragam. Penggunaan kata ganti orang “we” serta “us” pada ungkapan

untuk memberikan pendapat seperti pada no 5, 6, 10, 11, dll (lihat pada transkrip percakapan

diatas) memiliki arti bahwa penutur mengikutsertakan semua pihak partisipan terlibat dalam

suatu aktifitas. Hal tersebut merupakan ciri dari strategi kesantunan positif. Akan tetapi dalam

menyatakan pendapat, partisipan melakukan campur strategi kesantunan yaitu dengan strategi

kesantunan bald-on record Selain itu strategi kesantunan positif juga ditemukan dalam

penggunaan ungkapan yang berlebih (exaggerate) seperti pada kalimat ”That's a great idea”

hal tersebut bertujuan menghargai pendapat partisipan lain.

Perihal menyatakan ketidak setujuan partisipan terhadap suatu opini, dapat dikatakan

bahwa ungkapan yang digunakan seperti pada ungkapan ”I think it is not only that”, ”I don’t

think so. It is not necessary” menggunakan strategi kesantunan bald-on record. Ungkapan

ketidak setujuan dengan menggunakan strategi tersebut cocok digunakan dalam konteks

partisipan memang memiliki hubungan pertemanan yang dekat sehingga dengan ungkapan

Page 9: Makalah sociolinguistics politeness

ketidak setujuan yang dinyatakan secara eksplisit tersebut tidak mengancam citra positif

seseorang.

III.2. Analisis percakapan “Giving advice and warning”

A. Transkrip percakapan

Rita and her uncle, Mr Latuconsina, are in an AC room. Rita warns her uncle not to smoke in

the air conditioned room.

Uncle : Wow! How comfortable this room is.

Rita : Yes, sure. This is an air-conditioned room. Everyone should stay here before seeing

a doctor. But I beg your pardon, look at the warning on the wall1. You are warned of the

danger of smoking cigarette in this room2.

Uncle : Thanks a lot, dear3. I didn't see it. Rita, your cellular phone is still on4. It must not be

active5.

Rita : Oh, no. There is no prohibition of turning on our cellphone. But ....

Uncle : But, why don't you use vibration?6 The sound can disturb others.

Rita : . I'll change the sound to vibration.

Uncle : By the way, how long should we wait our turn? We have been here for half an hour.

B. Strategi kesantunan yang digunakan dalam percakapan “Giving advice”

Memberikan saran merupakan suatu tindakan yang dapat mengancam citra negatif

seseorang (Brown dan Levinson, 1987) karena hal tersebut menghalangi atau membatasi

kebebasan seseorang. Oleh karena itu, dalam memberikan saran, kita perlu memperhatikan

strategi kesantunan untuk meminimalisir ancaman tersebut.

Partisipan pada percakapan di atas adalah seorang paman dan seorang keponakan yang

terjadi di ruang tunggu praktek dokter atau ruang tunggu di rumah sakit (tidak dikatakan

dengan eksplisit lokasi percakapan terjadi). Hubungan kedekatan antara kedua partisipan

yaitu keluarga. Dengan hubungan tersebut dapat dimungkinkan adanya kesan kasual. Namun

salah satu partisipan, yaitu paman, tetap memiliki kuasa yang lebih terhadap keponakannya

karena paman lebih tua dan lebih tinggi tingkatannya dalam silsilah keluarga. Dengan adanya

hubungan solidaritas dan hubungan kuasa antar partisipan maka ada tiga kemungkinan jenis

hubungan yang terjadi yaitu (1) sangat kasual, (4) formal, (3) kasual namun pada saat tertentu

dapat menjadi formal.

Page 10: Makalah sociolinguistics politeness

Pemberian saran yang pertama diberikan oleh Rita terhadap pamannya dengan ungkapan

“This is an air-conditioned room. Everyone should stay here before seeing a doctor. But I

beg your pardon, look at the warning on the wall. You are warned of the danger of smoking

cigarette in this room”. Rita tidak memberikan saran apa yang harus dilakukan pamannya

secara langsung, namun ia memberikan situasi bahwa mereka sedang dalam berada di

ruangan yang menggunakan alat pendingin ruangan dan memberitahu pamannya bahwa

ruangan tersebut juga digunakan orang lain untuk menunggu dokter.

Pada ungkapan “This is an air-conditioned room. Everyone should stay here before

seeing a doctor,” penutur (Rita) menggunakan strategi kesantunan off-record dengan

memberikan petunjuk namun tidak secara eksplisit bertujuan untuk menyuruh paman agar

tidak merokok. Kemudian pada ungkapan selanjutnya “But I beg your pardon, look at the

warning on the wall. You are warned of the danger of smoking cigarette in this room”

penutur menggunakan strategi kesantunan negatif dengan memberikan saran sebagai aturan

umum dengan tujuan memberikan saran karena adanya aturan umum yang harus diikuti

bersama. Dengan strategi kesantunan yang digunakan oleh penutur (off-record dan

kesantunan negatif) maka dapat dikatakan penutur berusaha meminimalisasi ancaman

tehadap citra negatif maupun citra positif petutur (paman) dan hubungan penutur terhadap

petutur masih formal karena pertimbangan kuasa yang dimiliki oleh petutur (paman).

Namun lain halnya dengan paman, yang mengungkapkan “Thanks a lot, dear” ia

menggunakan strategi kesantunan positif dengan penggunaan kata sapaan yang intim (dear).

Pada ungkapan “Rita, your cellular phone is still on. It must not be active,” paman

menggunakan strategi kesantunan bald-on record untuk menyampaikan saran kepada Rita

agar mematikan telepon genggamnya. Namun Rita menolak saran pamannya karena tidak ada

peraturan untuk mematikan telepon genggam dengan mengatakan ”Oh, no. There is no

prohibition of turning on our cellphone. But…” kemudian paman kembali memberikan saran

dengan menggunakan strategi kesantunan bald-on record dengan mengatakan “Why don't you

use vibration?”

Dari berbagai strategi yang digunakan dalam percakapan di atas untuk memberikan

saran, terlihat bahwa paman memberikan saran secara langsung (bald-on record) sedangkan

Rita memberikan saran secara halus dengan menggunakan strategi kesantunan off record dan

kesantunan negatif. Penggunaan jenis strategi kesantunan yang berbeda ini dimungkinkan

dipengaruhi oleh hubungan solidaritas dan kuasa antara partisipan. Rita yang memiliki kuasa

dibawah paman menyampaikan saran secara hati-hati dan tidak langsung untuk mengurangi

Page 11: Makalah sociolinguistics politeness

ancaman citra negatif maupun positif tehadap paman. Lain halnya dengan paman yang

memiliki kuasa diatas Rita menyampaikan saran secara langsung.

Page 12: Makalah sociolinguistics politeness

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Meminta pedapat dan memberikan pendapat serta memberikan saran dan peringatan

merupakan suatu tindakan yang berpotensi mengancam citra positif serta citra negatif

seseorang. Meminta pendapat mengharuskan seseorang untuk merespon dan memerikan

pendapat sehingga menghalangi kebebasan seseorang (citra negatif). Ketika memberikan

pendapat seseorang mungkin akan tidak setuju terhadap pendapat orang lain maka ketika

seseorang menyatakan ketidak setujuannya dapat mengancam citra positif orang lain.

Memberikan saran maupun peringatan juga memiliki potensi mengancam citra negatif

seseorang karena seseorang ingin orang lain melakukan apa yang disarankannya.

Dari kedua data percakapan tentang meminta pendapat dan memberikan pendapat,

dan memberikan saran dan peringatan, strategi kesantunan yang digunakan untuk mengurangi

ancaman terhadap citra positif dan negatif teman berbicara berbeda-beda sesuai dengan

dimensi sosial. Strategi kesantunan bald-on record dan kesantunan positif digunakan ketika

partisipan memiliki hubungan solidaritas yang tinggi seperti pertemanan dan hubungan

keluarga yang memiliki tingkatan sosial lebih tinggi (paman kepada keponakan).

Sedangkan strategi kesantunan negatif dan kesantunan off-record digunakan ketika

seseorang ingin mengurangi atau menekan ancaman negatif maupun positif tehadap teman

bicara. Hal tersebut dikarenakan salah satu partisipan memiliki kuasa yang lebih terhadap

partisipan yang lain seperti pada percakapan antara Rita dan pamannya.

Dalam mempelajari bahasa, seorang pemelajar hendaknya memiliki kemampuan

komunikatif yang baik. Kemampuan komunikatif berkaitan dengan kemampuan seseorang

dalam aktualisasi penguasaan kaidah bahasa seperti tata bahasa, tata bunyi, pembentukan

kata, dll serta kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa mengenai nilai-nilai sosial

yang mempengaruhi dalam berkomunikasi dalam hal ini termasuk kesantunan.

Kemampuan berkomunikasi dengan santun sebenarnya telah ada dalam setiap orang

seiring tingginya tingkat umur dan pengetahuan seseorang. Namun kesantunan dalam

komunikasi bersifat relatif karena kesantunan dipengaruhi oleh budaya seseorang terhadap

apa yang dianggap santun, dimensi sosial (status sosial, solidaritas, dan kuasa), serta situasi

dimana komunikasi terjadi (konteks) dan seperti apa suasana ketika komunikasi terjadi.

Sehingga dalam mengajarkan kesantunan hendaknya pengajar sadar akan faktor-faktor yang

mempengaruhi kesantunan. Kedua percakapan yang telah dibahas sebelumnya tidak

Page 13: Makalah sociolinguistics politeness

menggambarkan dengan jelas konteks dan suasana yang terjadi saat komunikasi berlangsung.

Oleh karena itu sebagai pengajar akan lebih baik menjelaskan mengapa partisipan

menggunakan ungkapan-ungkapan tersebut.

Page 14: Makalah sociolinguistics politeness

DAFTAR ACUAN

Brown, Penelope dan Stephen C. Levinson. 1987. Politeness: Some Universals in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Holmes, Janet. 2001. Speech Functions, Politeness, and Cross-cultural Communication dalam An Introduction to Sociolinguistics. Edisi kedua. UK: Pearson Education

Page 15: Makalah sociolinguistics politeness

PERSPEKTIF SOSIAL DAN PSIKOLOGI DALAM PEGAJARAN BAHASA

STRATEGI KESANTUNAN DALAM UPAYA MENGURANGI ANCAMAN TERHADAP CITRA POSITIF DAN NEGATIF YANG

TERCERMIN PADA BUKU AJAR BAHASA INGGRIS ”DEVELOPING ENGLISH COMPETENCIES” KELAS XI

Dosen: Bulayat Cornelius Sembiring, S.S., M.A.

OKTARI ANELIYA

1206335685

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM MAGISTER

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA

2013