makalah tekpem

40
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1LatarBelakang Sudarman (2005:68) menjelaskan bahwa salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas di arahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari- hari. Akibatnya, ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar teoretis tetapi mereka miskin aplikasi. Pendidikan di sekolah terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal. Pendidikan tidak di arahkan untuk mengembangkan dan membangun karakter serta potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, proses pendidikan 1 | Page

Upload: memorita-madsar

Post on 14-Aug-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

inkuiri, dan problem basse learning

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah tekpem

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Sudarman (2005:68) menjelaskan bahwa salah satu masalah yang

dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk

mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas di

arahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak

dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut

memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan

kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika anak didik lulus dari sekolah,

mereka pintar teoretis tetapi mereka miskin aplikasi. Pendidikan di sekolah

terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal.

Pendidikan tidak di arahkan untuk mengembangkan dan membangun

karakter serta potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, proses pendidikan kita

tidak diarahkan membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan

memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk

manusia kreatif dan inovatif.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, salah satu cara untuk dapat

menciptakan sumber daya manusia berkualitas, guru dalam mengajar dapat

menggunakan beberapa metode dan pendekatan. Dalam hal ini, yang

dianggap sesuai adalah model inquiri, model Discovery learning, danproblem

based learning (PBL), karena pada ketiga model tersebut siswa akan diajak

1 | P a g e

Page 2: Makalah tekpem

berpikir supaya bisa mengembangkan inovasi dan kreatifitasnya. Diharapkan

pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang

kuat kepada siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi dalam

pembelajaran.

1.2 RumusanMasalah

a. Bagaimana model pembelajaran inkuiri?

b. Bagaimana model pembelajaran discovery?

c. Bagaimana model pembelajaran berbasis masalah?

1.3 Tujuan

a. Memahami model pembelajaran inkuiri

b. Memahami model pembelajaran diskoveri

c. Memahami model pembelajaran berbasis masalah.

2 | P a g e

Page 3: Makalah tekpem

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Model Pembelajaran Inkuiri

1. Pengertian

Inkuiri berasal dari kata “to inquire” yang berarti ikut serta, atau

terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi,

dan melakukan penyelidikan. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk

memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan

intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir

reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus

ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun

kemampuan itu.

Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains, yang

sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup

efektif adalah metode inkuiri. David L. Haury dalam artikelnya,

Teaching Science Through Inquiry (1993) mengutip definisi yang

diberikan oleh Alfred Novak: inkuiri merupakan tingkah laku yang

terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional

fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain,

inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus

pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa

ingin tahu (Haury, 1993).

Menurut Mulyani Sumantri (1999) Metode inkuiri (penemuan)

adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa

untuk menemukan informasi dengan tanpa bantuan guru. Menurut

Sumantri M. Dan Johar Permana (2000:142) adalah cara penyajian

pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode Inkuiri

3 | P a g e

Page 4: Makalah tekpem

memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-

informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya, karena

metode inkuiri melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental

untuk penemua suatu konsep berdasarkan informasi-informasi yang

diberikan guru.

Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya

menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam

proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,

mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-

benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam

pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan

fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan

kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa

masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru

selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka

memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih

diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan

masalah harus dikurangi (Sagala, 2004).

2. Ciri – ciri

Sanjaya (2008:196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang

menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, yaitu:

a. Strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal

untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri

menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses

pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima

pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka

berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu

sendiri.

b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga

4 | P a g e

Page 5: Makalah tekpem

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).

Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai

sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar

siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses

tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam

menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam

melakukan inkuiri.

c. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah

mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses

mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya

dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka

dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

3. Tahapan

Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina

suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan

dalam tahap orientasi ini adalah:

1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan

dapat dicapai oleh siswa.

2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh

siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-

langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah

merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan

kesimpulan.

3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini

dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

5 | P a g e

Page 6: Makalah tekpem

b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa

pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang

disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk

memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu

ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang

tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam

pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa

akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya

mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan

yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk

mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap

anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau

dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari

suatu permasalahan yang dikaji.

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam

pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental

yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses

pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat

dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan

kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

6 | P a g e

Page 7: Makalah tekpem

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh

berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti

mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran

jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan

tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan

temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk

mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu

menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

4. MacamPendekatanInkuiri

Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan

besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang

diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri

tersebut adalah:

a. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)

Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana

guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi

pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru

mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-

tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan

bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan

inkuiri.

7 | P a g e

Page 8: Makalah tekpem

Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada

bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami

konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan

dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik

melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu

menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara

mandiri.

Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan

memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap

awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-

tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa

mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang

diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah

yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran

matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui

lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses

belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru

dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding

yang diperlukan oleh siswa.

b. Inkuiri Bebas (free inquiry approach)

Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah

berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam

pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja

seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan

permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan

masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah

yang diperlukan. Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat

sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali.

8 | P a g e

Page 9: Makalah tekpem

Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya

kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan

mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara,

karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi

jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan

cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang

lain dari masalah yang diselidiki.

Belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan,

antara lain:

1) Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama

sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam

kurikulum.

2) Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan

yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di

luar konteks yang ada dalam kurikulum.

3) Terdapat kemungkinan setiap kelompok atau individual

mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan

waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa.

4) Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual

berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya

kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau

individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana

yang diharapkan.

c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan(modified free inquiry approach)

Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua

pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing

dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang

akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau

mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam

9 | P a g e

Page 10: Makalah tekpem

pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah

untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan

pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan

dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan

lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.

Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi

bimbingan agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri

dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri

penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat

menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan

secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang

relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi

dengan siswa dalam kelompok lain.

5. Implikasi

Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai

peranan sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus

dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui

tiga tahap:

a. Tahap problem solving atau tugas.

b. Tahap pengelolaan kelompok.

c. Tahap pemahaman secara individual.

Pada saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat

memberikan kemudahan bagi kerja kelompok, melakukan intervensi

dalam kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran.

Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan pendekatan

pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah

pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih

banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan

10 | P a g e

Page 11: Makalah tekpem

masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar,

peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah

sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah

yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun

dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh

siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi

siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan

guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam

pemecahan masalah harus dikurangi.

6. Kelebihan dan kelemahan

Keunggulan

a.Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik secara seimbang.

b. Siswa menjadi aktif dalam mencari dan mengolah sendiri informasi

c. Siswa mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide secara lebih baik

d. Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya

belajar mereka.

e. Siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata tidak akan

terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

f. Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dalam transfer

konsep yang dimilikinya kepada situasi-situasi proses belajar yang

baru

g.Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan

hipotesisnya sendiri.

h.Dapat membentuk dan mengembangkan konsep sendiri (self-

concept) pada diri siswa sehingga secara psikologis siswa lebih

terbuka terhadap pengalaman baru, berkeinginan untuk selalu

mengambil dan mengeksploitasi kesempatan-kesempatan yang ada

11 | P a g e

Page 12: Makalah tekpem

i. Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis

sumber yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya

sumber balajar

Kelemahan

a. Jika guru tidak dapat merumuskan teka-teki atau pertanyaan kapada

siswadengan baik, untuk memecahkan permasalah secara sistematis,

maka akanmembuat murid lebih bingung dan tidak terarah.

b. Kadang kala guru mengalami kesulitan dalam

merencanakanpembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan

siswa dalambelajar.

c. Dalam implementasinya memerlukan waktu panjang sehingga guru

seringsulit menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.

d. Pada sistem klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak;

penggunaan pendekatan ini sukar untuk dikembangkan dengan baik

e. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan

siswamenguasai materi, maka pembelajaran ini

sulitdiimplementasikan olehguru

2.2 Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan)

1. Pengertian

Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode

mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak

memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak

melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.

Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran

yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan,

menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan

dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

12 | P a g e

Page 13: Makalah tekpem

Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang

mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum

sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak

harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas

itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery.

Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan

untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.

Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu

mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang

dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-

golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat

kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan

menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya

membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran

discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses

kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca

sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran

yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses

pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai

pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan

konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.

2. Ciri – ciri

Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:

a. mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,

menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan

b. berpusat pada siswa

c. kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan

yang sudah ada

13 | P a g e

Page 14: Makalah tekpem

3. Langkah - langkah

Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi kebutuhan siswa.

b. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep

dan generalisasi pengetahuan.

c. Seleksi bahan, problema atau tugas-tugas.

d. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa

serta peranan masing-masing siswa.

e. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan.

f. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan

dipecahkan.

g. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.

h. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh

siswa.

i. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang

mengarahkan dan mengidentifikasi masalah.

j. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa.

k. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil

penemuannya.

Whewell mengajukan model penemuan dengan tiga tahap, yaitu:

a. mengklarifikasi

b. menarik kesimpulan secara induksi

c. pembuktian kebenaran (verifikasi)

4. KeuntungandanKelemahan

Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu:

a. Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.

b. Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik

dari pada hasil lainnya.

c. Secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran

siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar

14 | P a g e

Page 15: Makalah tekpem

penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk

menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang

lain.

Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh

Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:

a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan

menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

b. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri

proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini

lebih lama diingat.

c. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini

mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat

belajarnya meningkat.

d. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan

akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai

konteks.

e. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery

(penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya

membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar

menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan

bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa

pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan

dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang

telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.

15 | P a g e

Page 16: Makalah tekpem

2.3 Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

1. Pengertian

Model pembelajaranberbasismasalahadalah model pembelajaran yang

menyajikanmasalahotentikdanbermaknasertadicaripemecahannyamelaluisuat

upenyelidikan yangmenggunakanlimatahappembelajaran, yaitu:

(1) orientasimasalah

(2) mengorganisasisiswabelajar

(3) membimbingpenyelidikan individual maupunkelompok

(4) mengembangkandanmenyajikanhasilkarya

(5) menganalisisdanmengevaluasi proses pemecahanmasalah.

Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa

situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan

kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan (Dhofir, 2009).

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang

efektif  untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi, pembelajaran ini

membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam

benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial

dan sekitarnya, pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan

dasar maupun kompleks (Holil, 2008).

2. Landasan Teori Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah dapat ditelusuri menjadi tiga aliran

pemikiran pendidikan yaitu Dewey dan kelas demokratis, konstruktivisme

Piaget dan Vygotsky, serta belajar penemuan Bruner (Ibrahim dan Nur, 2004).

a. Dewey dan Pembelajaran Demokratis

Dewey menyampaikan pandangan bahwa sekolah seharusnya

mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan

laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Ilmu mendidik

Dewey menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek

16 | P a g e

Page 17: Makalah tekpem

atau tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki

masalah – masalah intelektual dan sosial.

b. Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky

Piaget berpendapat bahwa berdasarkan pandangan konstruktivis

kognitif, pengetahuan adalah konstruksi dari kegiatan atau tindakan

seseorang. Pengetahuan tumbuh dan berkembang pada saat siswa

menghadapi pengalaman baru. Pengalaman baru tersebut akan memaksa

siswa untuk membangun dan memodifikasi pengetahuan awal yang

dimiliki. Setiap pengetahuan mengandalkan suatu interaksi dengan

pengalaman. Tanpa interaksi dengan obyek, siswa tidak dapat

menkonstruksi pengetahuannya (Dahar, 1988).

Seperti halnya Piaget, Vygotsky percaya bahwa perkembangan

intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru

yang menantang. Pengalaman tersebut akan membuat siswa berusaha

untuk memecahkan masalah, sehingga merangsang keterampilan berpikir

(Ibrahim dan Nur, 2004). Untuk memperoleh pemahaman, individu

mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang dimiliki.

Piaget berpendapat bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual

individu dilalui tanpa memandang latar konteks sosial dan budaya

individu. Sementara itu, Vygotsky memberi tempat lebih pada jenjang

sosial pembelajaran. Ia percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain

mendorong terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan

intelektual pembelajaran. Implikasi dari pandangan Vygotsky dalam

pendidikan adalah bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial

dengan guru dan teman sejawat (Ibrahim dan Nur, 2004).

c. Bruner dan Belajar Penemuan

Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian

pengetahuan secara aktif oleh manuasia sehingga memberikan hasil yang

lebih baik. Berusaha sendiri untuk pemecahan masalah dan pengetahuan

yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar

bermakna (Dahar, 1988). Pelibatan siswa secara aktif dalam kegiatan

17 | P a g e

Page 18: Makalah tekpem

pembelajaran dapat menyebabkan perubahan ide maupun pemahaman

hingga tindakan siswa. perubahan ini semakin berarti jika berasal dari

proses diri sendiri dan sesuai dengan caranya sendiri, karena pada

dasarnya kegiatan pembelajaran merupakan proses yang kompleks

(Wartono, 2003).

Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar

penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan

bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar

penemuan meningkatkan penalaran dan keterampilan berpikir secara bebas

,melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan

memecahkan masalah (Dahar, 1988).

3. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai

berikut (Nurhadi. 2004).

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah

Dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah. Model

pembelajaran berbasis masalah berpusat pada pertanyaan atau masalah

yang secara pribadi bermakna bagi siswa. siswa mengajukan situasi

kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana dan

memungkinkan adanya berbagai macam solusi.

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu

Berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar –

benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah dari

banyak mata pelajaran.

c. Penyelidikan autentik

Menghendaki siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari

penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Siswa harus menganalisis dan

mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat

ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan

eksperimen dan merumuskan kesimpulan.

18 | P a g e

Page 19: Makalah tekpem

d. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya

Menuntut siswa menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya

nyata yang menjelaskan atau mewakili penyelesaian masalah yang

ditemukan. Karya nyata dapat berupa transkrip debat, laporan, model fisik,

video atau program komputer yang disajikan dalam diskusi kelas.

e. Kerjasama dalam kelompok

Dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu sama lain secara

berpasangan atau dalam kelompok kecil bekerjasama memberikan

motivasi untuk terlibat dalam tugas – tugas kompleks, memperbanyak

peluang berbagi inkuiri dan dialog serta mengembangkan keterampilan

sosial dan keterampilan berpikir.

4. Tahapan

Langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dilakukan

sebagai berikut:

a. Mengorientasikan siswa pada masalah

Guru menyajikan masalah secara hati-hati dengan prosedur yang jelas,

situasi masalah baru disampaikan semenarik mungkin, biasanya

memberikan kesempatan siswa untuk melihat, merasakan dan menyentuh

sesuatu sehingga dapat memunculkan keterkaitan dan memotivasi inkuiri.

Sajian masalah tersebut diharapkan dapat menggugah minat siswa dan

menimbulkan keinginan untuk memecahkan masalah tersebut.

b. Mengorientasikan siswa belajar

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, bagaimana

kelompok terbentuk tergantung tujuan yang ditetapkan guru untuk masalah

tertentu. Setelah siswa diorientasikan kepada situasi masalah dan telah

membentuk kelompok, maka tugas pertama bagi kelompok adalah

mengajukan hipotesis dari permasalahan yang terjadi. Dalam tahap ini

guru membantu siswa dalam merencanakan dan mengatur waktu untuk

melakukan penyelidikan, diskusi serta mengembangkan dan menyajikan

hasil karya.

19 | P a g e

Page 20: Makalah tekpem

c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok.

Penyelidikan yang dilakukan secara mandiri atau kelompok banyak

melibatkan pengumpulan data, melakukan percobaan, pengajuan hipotesis,

menjelaskan dan memberikan pemecahan masalah. Selama tahap

penyelidikan, guru menyediakan bantuan yang dibutuhkan tanpa

menunggu dan mengingatkan tugas-tugas yang harus mereka selesaikan.

Bantuan guru dapat berupa memberikan bimbingan apabila siswa

menemukan kesulitan, menyediakan bahan ajar, dan menyediakan alat dan

bahan percobaan.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Pada tahap ini, guru membantu siswa dalam manyiapkan karya yang

sesuai, seperti poster, video, laporan dan model. Setelah pengembangan

hasil karya selesai, guru memberikan kesempatan masing-masing

kelompok untuk menyajikan hasil karya yang digarapkan dapat mewakili

penyelesaian dan penjelasan dari masalah yang sedang dipelajari.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Tahap ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan

mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri serta keterampilan

penyelidikan dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Selama

tahap ini, guru meminta siswa untuk melakukan rekonstruksi pemikiran

dan aktivitas mereka selama tahap-tahap pelajaran yang telah dilewatinya.

5. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Masalah

Beberapa prinsip yang berkaitan dengan model pembelajaran berbasis

masalah adalah sebagai berikut:

a. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan

Pakar konstruktivisme meyakini bahwa siswa harus mengkonstruksi

makna untuk dirinya sendiri. Hal ini kan membuat belajar yang terjadi

adalah sesuatu yang dihubungkan dengan pengetahuan, pengalaman atau

konseptualisasi yang telah ada pada diri individu. Sesuatu yang dipelajari

20 | P a g e

Page 21: Makalah tekpem

siswa bukanlah tiruan dari yang diamati di sekitarnya, tetapi hasil dari

pemikiran dan pemrosesan mereka sendiri (Handayanto, 2003).

b. Faktor – faktor kontekstual dan sosial mempengaruhi pembelajaran

Tentang penggunaan pengetahuan. Jika tujuan pembelajaran adalah

mengajarkan siswa untuk menggunakan pengetahuan dalam memecahkan

masalah dunia nyata Gruber (1993) dalam Supat (2003) menyarankan

bahwa pembelajaran harus diletakkan dalam konteks situasi pemecahan

masalah kompleks dan bermakna serta belajar harus berlangsung dalam

situasi kerjasama.

Faktor sosial juga mempengaruhi belajar individu. Dalam model

pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerjasama satu sama lain

(berpasangan atau dalam kelompok kecil) sehingga dapat memberikan

motivasi untuk terlibat dalam tugas-tugas, berbagi inkuiri, dialog dan

mengembangkan keterampilan sosial serta keterampilan berpikir (Nurhadi,

2004). Dalam kelompok kecil, siswa akan membangkitkan metode

pemecahan masalah dan pengetahuan konseptual merekan. Mereka

menyatukan ide-ide dan membagi tanggung jawab dalam menyelasaikan

situasi masalah.

6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam

Pemanfaatannya

Kelebihan

a. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif

b. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah

c. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar

d. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan

situasi baru

e. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk

belajar secara mandiri

f. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan

masalah yang telah ia lakukan

Kekurangan

21 | P a g e

Page 22: Makalah tekpem

a. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.

Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode

konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.

b. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang

membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang

memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan.

Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan

beban kurikulum.

c. Menurut Fincham et al. (1997), "PBL tidak menghadirkan

kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui

metode pengajaran yang berbeda," (hal. 419).

d. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi

mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak

memiliki pengalaman sebelumnya.

e. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat

untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis

konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan,

karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi

guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk "melepaskan

kontrol" dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk

mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka

solusi

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang

berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa.

Kelebihan daripembelajaraniniantara lain menekankan pada

pengembangan aspek kognitif, afektif, danpsikomotorik secara seimbang,

22 | P a g e

Page 23: Makalah tekpem

siswa menjadi aktif dalam mencari dan mengolah sendiri informasi, siswa

mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide secara lebih baik, memberikan

ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gayabelajar mereka, siswa

yang memiliki kemampuan diatas rata-rata tidak akan terhambat oleh

siswa yang lemah dalam belajar, membantu siswa dalam menggunakan

ingatan dalam transfer konsep, mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan

merumuskan hipotesisnya sendiri, dapat membentuk dan mengembangkan

konsep sendiri (self-concept) pada diri siswa, memungkinkan siswa belajar

dengan memanfaatkan berbagai jenis

sumber.

Kelemahandaripembelajaraniniantara lain murid lebih bingung dan tidak

terarah, kadang kala guru mengalami kesulitan dalam

merencanakanpembelajaran, dalam implementasinya memerlukan waktu

panjang, penggunaan pendekatan ini sukar untuk dikembangkan dengan

baik, pembelajaran ini sulitdiimplementasikan olehguru.

2. Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang

mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh

pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui

pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.

Kelebihandaripembelajaraniniantara lain pengetahuan bertahan lama dan

mudah diingat, hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih

baik dari pada hasil lainnya, secara menyeluruh belajar discovery

meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.

Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan

kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa

pertolongan orang lain.

Kelemahandaripembelajaraniniadalahmembutuhkan waktu belajar yang

lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima.

3. Model pembelajaran berbasis masalahadalah model pembelajaran yang

menyajikan masalah otentik dan bermakna serta dicari pemecahannya

melalui suatu penyelidikan.

23 | P a g e

Page 24: Makalah tekpem

Kelebihandaripembelajaraniniantara lain mengembangkan pemikiran kritis

dan keterampilan kreatif, meningkatkan kemampuan memecahkan

masalah, meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, membantu siswa

belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru, dapat

mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara

mandiri, mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan

masalah yang telah ia lakukan.

Kekurangandaripembelajaraniniantara lain kurang terbiasanya peserta

didik dan pengajar dengan metode ini, kurangnya waktu pembelajaran,

menurut Fincham, "PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih

pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda",

siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka

untuk belajar.

3.2 Saran

1. Sebaiknyadalammenggunakanmodel pembelajaraninkuiriini,

pengajarmemperhatikanwaktu yang

dibutuhkanolehsiswadalammenguasaidasar–dasarilmiahdarimateri yang

dipelajari. Hal inidilakukandenganmemadukan model

pembelajaraninidengan model pembelajarankoperatif.

2. Pengajarmembuatsuasanakondusif yang

memungkinkansiswabisanyamanuntukberfikirdanmenemukaninspirasidala

mmempelajarisuatumateri.

3. Pengajardalammenyampaikansuatumasalahdimulaidenganmenyajikanper

masalan yang

ringanuntukkemudianditambahporsinyaseiringdenganperkembanganpresta

si yangditunjukkanolehpesertadidik.

24 | P a g e

Page 25: Makalah tekpem

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R.W.1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen P dan K Direktorat

Jendral Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan.

Sanjaya,Wina.2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

25 | P a g e

Page 26: Makalah tekpem

Slavin, Robert.E. 2008. Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik.

Bandung : PT. Nusa Media

Suherman, dkk. 2001. Common TexBook Strategi Pembelajaran Kontemporer.

Bandung : UPI Bandung.

26 | P a g e