makalah tekpem
DESCRIPTION
inkuiri, dan problem basse learningTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Sudarman (2005:68) menjelaskan bahwa salah satu masalah yang
dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas di
arahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika anak didik lulus dari sekolah,
mereka pintar teoretis tetapi mereka miskin aplikasi. Pendidikan di sekolah
terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal.
Pendidikan tidak di arahkan untuk mengembangkan dan membangun
karakter serta potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, proses pendidikan kita
tidak diarahkan membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan
memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk
manusia kreatif dan inovatif.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, salah satu cara untuk dapat
menciptakan sumber daya manusia berkualitas, guru dalam mengajar dapat
menggunakan beberapa metode dan pendekatan. Dalam hal ini, yang
dianggap sesuai adalah model inquiri, model Discovery learning, danproblem
based learning (PBL), karena pada ketiga model tersebut siswa akan diajak
1 | P a g e
berpikir supaya bisa mengembangkan inovasi dan kreatifitasnya. Diharapkan
pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang
kuat kepada siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi dalam
pembelajaran.
1.2 RumusanMasalah
a. Bagaimana model pembelajaran inkuiri?
b. Bagaimana model pembelajaran discovery?
c. Bagaimana model pembelajaran berbasis masalah?
1.3 Tujuan
a. Memahami model pembelajaran inkuiri
b. Memahami model pembelajaran diskoveri
c. Memahami model pembelajaran berbasis masalah.
2 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Pembelajaran Inkuiri
1. Pengertian
Inkuiri berasal dari kata “to inquire” yang berarti ikut serta, atau
terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi,
dan melakukan penyelidikan. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk
memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan
intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir
reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus
ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun
kemampuan itu.
Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains, yang
sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup
efektif adalah metode inkuiri. David L. Haury dalam artikelnya,
Teaching Science Through Inquiry (1993) mengutip definisi yang
diberikan oleh Alfred Novak: inkuiri merupakan tingkah laku yang
terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional
fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain,
inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus
pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa
ingin tahu (Haury, 1993).
Menurut Mulyani Sumantri (1999) Metode inkuiri (penemuan)
adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa
untuk menemukan informasi dengan tanpa bantuan guru. Menurut
Sumantri M. Dan Johar Permana (2000:142) adalah cara penyajian
pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode Inkuiri
3 | P a g e
memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-
informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya, karena
metode inkuiri melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental
untuk penemua suatu konsep berdasarkan informasi-informasi yang
diberikan guru.
Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam
proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-
benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam
pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan
fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan
kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa
masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru
selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka
memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih
diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan
masalah harus dikurangi (Sagala, 2004).
2. Ciri – ciri
Sanjaya (2008:196) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang
menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, yaitu:
a. Strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu
sendiri.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
4 | P a g e
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar
siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses
tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam
menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam
melakukan inkuiri.
c. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya
dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
3. Tahapan
Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina
suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan
dalam tahap orientasi ini adalah:
1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapai oleh siswa.
2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-
langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan
kesimpulan.
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
5 | P a g e
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa
pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang
disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu
ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang
tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam
pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa
akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap
anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari
suatu permasalahan yang dikaji.
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat
dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
6 | P a g e
e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
4. MacamPendekatanInkuiri
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan
besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang
diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri
tersebut adalah:
a. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana
guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi
pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru
mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-
tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan
bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan
inkuiri.
7 | P a g e
Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada
bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami
konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan
dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik
melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara
mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan
memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap
awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-
tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa
mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang
diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah
yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran
matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui
lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses
belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru
dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding
yang diperlukan oleh siswa.
b. Inkuiri Bebas (free inquiry approach)
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam
pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja
seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan
permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan
masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah
yang diperlukan. Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat
sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali.
8 | P a g e
Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya
kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan
mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara,
karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi
jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan
cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang
lain dari masalah yang diselidiki.
Belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan,
antara lain:
1) Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama
sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam
kurikulum.
2) Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan
yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di
luar konteks yang ada dalam kurikulum.
3) Terdapat kemungkinan setiap kelompok atau individual
mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan
waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa.
4) Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual
berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya
kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau
individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana
yang diharapkan.
c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan(modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua
pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing
dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang
akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau
mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam
9 | P a g e
pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah
untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan
pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan
dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan
lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi
bimbingan agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri
dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri
penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat
menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan
secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi
dengan siswa dalam kelompok lain.
5. Implikasi
Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai
peranan sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus
dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui
tiga tahap:
a. Tahap problem solving atau tugas.
b. Tahap pengelolaan kelompok.
c. Tahap pemahaman secara individual.
Pada saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat
memberikan kemudahan bagi kerja kelompok, melakukan intervensi
dalam kelompok dan mengelola kegiatan pengajaran.
Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan pendekatan
pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah
pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih
banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan
10 | P a g e
masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar,
peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah
sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah
yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun
dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh
siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi
siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan
guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam
pemecahan masalah harus dikurangi.
6. Kelebihan dan kelemahan
Keunggulan
a.Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik secara seimbang.
b. Siswa menjadi aktif dalam mencari dan mengolah sendiri informasi
c. Siswa mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide secara lebih baik
d. Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
e. Siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
f. Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dalam transfer
konsep yang dimilikinya kepada situasi-situasi proses belajar yang
baru
g.Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan
hipotesisnya sendiri.
h.Dapat membentuk dan mengembangkan konsep sendiri (self-
concept) pada diri siswa sehingga secara psikologis siswa lebih
terbuka terhadap pengalaman baru, berkeinginan untuk selalu
mengambil dan mengeksploitasi kesempatan-kesempatan yang ada
11 | P a g e
i. Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya
sumber balajar
Kelemahan
a. Jika guru tidak dapat merumuskan teka-teki atau pertanyaan kapada
siswadengan baik, untuk memecahkan permasalah secara sistematis,
maka akanmembuat murid lebih bingung dan tidak terarah.
b. Kadang kala guru mengalami kesulitan dalam
merencanakanpembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan
siswa dalambelajar.
c. Dalam implementasinya memerlukan waktu panjang sehingga guru
seringsulit menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.
d. Pada sistem klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak;
penggunaan pendekatan ini sukar untuk dikembangkan dengan baik
e. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswamenguasai materi, maka pembelajaran ini
sulitdiimplementasikan olehguru
2.2 Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan)
1. Pengertian
Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak
melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan,
menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan
dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
12 | P a g e
Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum
sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak
harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas
itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery.
Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan
untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang
dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-
golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan
menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran
discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses
kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca
sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran
yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses
pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai
pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan
konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.
2. Ciri – ciri
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:
a. mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan
b. berpusat pada siswa
c. kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan
yang sudah ada
13 | P a g e
3. Langkah - langkah
Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi kebutuhan siswa.
b. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep
dan generalisasi pengetahuan.
c. Seleksi bahan, problema atau tugas-tugas.
d. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa
serta peranan masing-masing siswa.
e. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan.
f. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan
dipecahkan.
g. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.
h. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh
siswa.
i. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi masalah.
j. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa.
k. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil
penemuannya.
Whewell mengajukan model penemuan dengan tiga tahap, yaitu:
a. mengklarifikasi
b. menarik kesimpulan secara induksi
c. pembuktian kebenaran (verifikasi)
4. KeuntungandanKelemahan
Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu:
a. Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.
b. Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik
dari pada hasil lainnya.
c. Secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran
siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar
14 | P a g e
penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk
menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang
lain.
Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh
Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:
a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan
menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
b. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri
proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini
lebih lama diingat.
c. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat
belajarnya meningkat.
d. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan
akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai
konteks.
e. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery
(penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya
membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar
menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan
bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa
pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan
dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang
telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.
15 | P a g e
2.3 Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
1. Pengertian
Model pembelajaranberbasismasalahadalah model pembelajaran yang
menyajikanmasalahotentikdanbermaknasertadicaripemecahannyamelaluisuat
upenyelidikan yangmenggunakanlimatahappembelajaran, yaitu:
(1) orientasimasalah
(2) mengorganisasisiswabelajar
(3) membimbingpenyelidikan individual maupunkelompok
(4) mengembangkandanmenyajikanhasilkarya
(5) menganalisisdanmengevaluasi proses pemecahanmasalah.
Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa
situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan
kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan (Dhofir, 2009).
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang
efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi, pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial
dan sekitarnya, pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan
dasar maupun kompleks (Holil, 2008).
2. Landasan Teori Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah dapat ditelusuri menjadi tiga aliran
pemikiran pendidikan yaitu Dewey dan kelas demokratis, konstruktivisme
Piaget dan Vygotsky, serta belajar penemuan Bruner (Ibrahim dan Nur, 2004).
a. Dewey dan Pembelajaran Demokratis
Dewey menyampaikan pandangan bahwa sekolah seharusnya
mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan
laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Ilmu mendidik
Dewey menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek
16 | P a g e
atau tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki
masalah – masalah intelektual dan sosial.
b. Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky
Piaget berpendapat bahwa berdasarkan pandangan konstruktivis
kognitif, pengetahuan adalah konstruksi dari kegiatan atau tindakan
seseorang. Pengetahuan tumbuh dan berkembang pada saat siswa
menghadapi pengalaman baru. Pengalaman baru tersebut akan memaksa
siswa untuk membangun dan memodifikasi pengetahuan awal yang
dimiliki. Setiap pengetahuan mengandalkan suatu interaksi dengan
pengalaman. Tanpa interaksi dengan obyek, siswa tidak dapat
menkonstruksi pengetahuannya (Dahar, 1988).
Seperti halnya Piaget, Vygotsky percaya bahwa perkembangan
intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru
yang menantang. Pengalaman tersebut akan membuat siswa berusaha
untuk memecahkan masalah, sehingga merangsang keterampilan berpikir
(Ibrahim dan Nur, 2004). Untuk memperoleh pemahaman, individu
mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang dimiliki.
Piaget berpendapat bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual
individu dilalui tanpa memandang latar konteks sosial dan budaya
individu. Sementara itu, Vygotsky memberi tempat lebih pada jenjang
sosial pembelajaran. Ia percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain
mendorong terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual pembelajaran. Implikasi dari pandangan Vygotsky dalam
pendidikan adalah bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial
dengan guru dan teman sejawat (Ibrahim dan Nur, 2004).
c. Bruner dan Belajar Penemuan
Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manuasia sehingga memberikan hasil yang
lebih baik. Berusaha sendiri untuk pemecahan masalah dan pengetahuan
yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna (Dahar, 1988). Pelibatan siswa secara aktif dalam kegiatan
17 | P a g e
pembelajaran dapat menyebabkan perubahan ide maupun pemahaman
hingga tindakan siswa. perubahan ini semakin berarti jika berasal dari
proses diri sendiri dan sesuai dengan caranya sendiri, karena pada
dasarnya kegiatan pembelajaran merupakan proses yang kompleks
(Wartono, 2003).
Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan
bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar
penemuan meningkatkan penalaran dan keterampilan berpikir secara bebas
,melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah (Dahar, 1988).
3. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai
berikut (Nurhadi. 2004).
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah. Model
pembelajaran berbasis masalah berpusat pada pertanyaan atau masalah
yang secara pribadi bermakna bagi siswa. siswa mengajukan situasi
kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu
Berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar –
benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah dari
banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan autentik
Menghendaki siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari
penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Siswa harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat
ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen dan merumuskan kesimpulan.
18 | P a g e
d. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
Menuntut siswa menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya
nyata yang menjelaskan atau mewakili penyelesaian masalah yang
ditemukan. Karya nyata dapat berupa transkrip debat, laporan, model fisik,
video atau program komputer yang disajikan dalam diskusi kelas.
e. Kerjasama dalam kelompok
Dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu sama lain secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil bekerjasama memberikan
motivasi untuk terlibat dalam tugas – tugas kompleks, memperbanyak
peluang berbagi inkuiri dan dialog serta mengembangkan keterampilan
sosial dan keterampilan berpikir.
4. Tahapan
Langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Mengorientasikan siswa pada masalah
Guru menyajikan masalah secara hati-hati dengan prosedur yang jelas,
situasi masalah baru disampaikan semenarik mungkin, biasanya
memberikan kesempatan siswa untuk melihat, merasakan dan menyentuh
sesuatu sehingga dapat memunculkan keterkaitan dan memotivasi inkuiri.
Sajian masalah tersebut diharapkan dapat menggugah minat siswa dan
menimbulkan keinginan untuk memecahkan masalah tersebut.
b. Mengorientasikan siswa belajar
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, bagaimana
kelompok terbentuk tergantung tujuan yang ditetapkan guru untuk masalah
tertentu. Setelah siswa diorientasikan kepada situasi masalah dan telah
membentuk kelompok, maka tugas pertama bagi kelompok adalah
mengajukan hipotesis dari permasalahan yang terjadi. Dalam tahap ini
guru membantu siswa dalam merencanakan dan mengatur waktu untuk
melakukan penyelidikan, diskusi serta mengembangkan dan menyajikan
hasil karya.
19 | P a g e
c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok.
Penyelidikan yang dilakukan secara mandiri atau kelompok banyak
melibatkan pengumpulan data, melakukan percobaan, pengajuan hipotesis,
menjelaskan dan memberikan pemecahan masalah. Selama tahap
penyelidikan, guru menyediakan bantuan yang dibutuhkan tanpa
menunggu dan mengingatkan tugas-tugas yang harus mereka selesaikan.
Bantuan guru dapat berupa memberikan bimbingan apabila siswa
menemukan kesulitan, menyediakan bahan ajar, dan menyediakan alat dan
bahan percobaan.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Pada tahap ini, guru membantu siswa dalam manyiapkan karya yang
sesuai, seperti poster, video, laporan dan model. Setelah pengembangan
hasil karya selesai, guru memberikan kesempatan masing-masing
kelompok untuk menyajikan hasil karya yang digarapkan dapat mewakili
penyelesaian dan penjelasan dari masalah yang sedang dipelajari.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Tahap ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri serta keterampilan
penyelidikan dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Selama
tahap ini, guru meminta siswa untuk melakukan rekonstruksi pemikiran
dan aktivitas mereka selama tahap-tahap pelajaran yang telah dilewatinya.
5. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Masalah
Beberapa prinsip yang berkaitan dengan model pembelajaran berbasis
masalah adalah sebagai berikut:
a. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan
Pakar konstruktivisme meyakini bahwa siswa harus mengkonstruksi
makna untuk dirinya sendiri. Hal ini kan membuat belajar yang terjadi
adalah sesuatu yang dihubungkan dengan pengetahuan, pengalaman atau
konseptualisasi yang telah ada pada diri individu. Sesuatu yang dipelajari
20 | P a g e
siswa bukanlah tiruan dari yang diamati di sekitarnya, tetapi hasil dari
pemikiran dan pemrosesan mereka sendiri (Handayanto, 2003).
b. Faktor – faktor kontekstual dan sosial mempengaruhi pembelajaran
Tentang penggunaan pengetahuan. Jika tujuan pembelajaran adalah
mengajarkan siswa untuk menggunakan pengetahuan dalam memecahkan
masalah dunia nyata Gruber (1993) dalam Supat (2003) menyarankan
bahwa pembelajaran harus diletakkan dalam konteks situasi pemecahan
masalah kompleks dan bermakna serta belajar harus berlangsung dalam
situasi kerjasama.
Faktor sosial juga mempengaruhi belajar individu. Dalam model
pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerjasama satu sama lain
(berpasangan atau dalam kelompok kecil) sehingga dapat memberikan
motivasi untuk terlibat dalam tugas-tugas, berbagi inkuiri, dialog dan
mengembangkan keterampilan sosial serta keterampilan berpikir (Nurhadi,
2004). Dalam kelompok kecil, siswa akan membangkitkan metode
pemecahan masalah dan pengetahuan konseptual merekan. Mereka
menyatukan ide-ide dan membagi tanggung jawab dalam menyelasaikan
situasi masalah.
6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
Pemanfaatannya
Kelebihan
a. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
b. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
c. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
d. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan
situasi baru
e. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk
belajar secara mandiri
f. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan
masalah yang telah ia lakukan
Kekurangan
21 | P a g e
a. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode
konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
b. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang
membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang
memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan.
Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan
beban kurikulum.
c. Menurut Fincham et al. (1997), "PBL tidak menghadirkan
kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui
metode pengajaran yang berbeda," (hal. 419).
d. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi
mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak
memiliki pengalaman sebelumnya.
e. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat
untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis
konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan,
karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi
guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk "melepaskan
kontrol" dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka
solusi
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang
berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa.
Kelebihan daripembelajaraniniantara lain menekankan pada
pengembangan aspek kognitif, afektif, danpsikomotorik secara seimbang,
22 | P a g e
siswa menjadi aktif dalam mencari dan mengolah sendiri informasi, siswa
mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide secara lebih baik, memberikan
ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gayabelajar mereka, siswa
yang memiliki kemampuan diatas rata-rata tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar, membantu siswa dalam menggunakan
ingatan dalam transfer konsep, mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan
merumuskan hipotesisnya sendiri, dapat membentuk dan mengembangkan
konsep sendiri (self-concept) pada diri siswa, memungkinkan siswa belajar
dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber.
Kelemahandaripembelajaraniniantara lain murid lebih bingung dan tidak
terarah, kadang kala guru mengalami kesulitan dalam
merencanakanpembelajaran, dalam implementasinya memerlukan waktu
panjang, penggunaan pendekatan ini sukar untuk dikembangkan dengan
baik, pembelajaran ini sulitdiimplementasikan olehguru.
2. Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang
mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui
pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Kelebihandaripembelajaraniniantara lain pengetahuan bertahan lama dan
mudah diingat, hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih
baik dari pada hasil lainnya, secara menyeluruh belajar discovery
meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.
Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan
kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa
pertolongan orang lain.
Kelemahandaripembelajaraniniadalahmembutuhkan waktu belajar yang
lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima.
3. Model pembelajaran berbasis masalahadalah model pembelajaran yang
menyajikan masalah otentik dan bermakna serta dicari pemecahannya
melalui suatu penyelidikan.
23 | P a g e
Kelebihandaripembelajaraniniantara lain mengembangkan pemikiran kritis
dan keterampilan kreatif, meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah, meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, membantu siswa
belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru, dapat
mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara
mandiri, mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan
masalah yang telah ia lakukan.
Kekurangandaripembelajaraniniantara lain kurang terbiasanya peserta
didik dan pengajar dengan metode ini, kurangnya waktu pembelajaran,
menurut Fincham, "PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih
pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda",
siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
untuk belajar.
3.2 Saran
1. Sebaiknyadalammenggunakanmodel pembelajaraninkuiriini,
pengajarmemperhatikanwaktu yang
dibutuhkanolehsiswadalammenguasaidasar–dasarilmiahdarimateri yang
dipelajari. Hal inidilakukandenganmemadukan model
pembelajaraninidengan model pembelajarankoperatif.
2. Pengajarmembuatsuasanakondusif yang
memungkinkansiswabisanyamanuntukberfikirdanmenemukaninspirasidala
mmempelajarisuatumateri.
3. Pengajardalammenyampaikansuatumasalahdimulaidenganmenyajikanper
masalan yang
ringanuntukkemudianditambahporsinyaseiringdenganperkembanganpresta
si yangditunjukkanolehpesertadidik.
24 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, R.W.1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen P dan K Direktorat
Jendral Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Sanjaya,Wina.2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
25 | P a g e
Slavin, Robert.E. 2008. Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik.
Bandung : PT. Nusa Media
Suherman, dkk. 2001. Common TexBook Strategi Pembelajaran Kontemporer.
Bandung : UPI Bandung.
26 | P a g e