makalah transplantasi organ
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga mengalami
perkembangannya di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di bidang
kesehatan yaitu teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu
teknologi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan
organ dari individu yang lain. Sampai sekarang penelitian tentang transplantasi organ
masih terus dilakukan.
Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor
kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transplantasi maju
dengan pesat. Permintaan untuk transplantasi organ terus mengalami peningkatan
melebihi ketersediaan donor yang ada. Sebagai contoh di Cina, pada tahun 1999 tercatat
hanya 24 transplantasi hati, namun tahun 2000 jumlahnya mencapai 78 angka.
Sedangkan tahun 2003 angkanya bertambah 356. Jumlah tersebut semakin meningkat
pada tahun 2004 yaitu 507 kali transplantasi. Tidak hanya hati, jumlah transplantasi
keseluruhan organ di China memang meningkat drastis. Setidaknya telah terjadi 3 kali
lipat melebihi Amerika Serikat. Ketidakseimbangan antara jumlah pemberi organ
dengan penerima organ hampir terjadi di seluruh dunia.
Sedangkan transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah
pemindahan suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia,
sehingga menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau
sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang
lain di tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak
atau tak berfungsi pada penerima.
Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No.
23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat
Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Hal ini tentu saja
menimbulkan suatu pertanyaan tentang relevansi antara Peraturan Pemerintah dan
1
Undang-Undang dimana Peraturan Pemerintah diterbitkan jauh sebelum Undang-
Undang. (Binchoutan,2008)
Penulis mengambil tema makalah Transplantasi organ dikarenakan maraknya
kasus transplantasi di Indonesia serta masih adanya pro dan kontra di kalangan
masyarakat maupun dunia kesehaan tentang etis dan tidaknya praktek transplantasi
organ.
B. Pokok Permasalahan
1. Apa pengertian Transplantasi Organ
2. Apa saja klasifikasi Transplantasi Organ
3. Apa penyebab Transplantasi Organ
4. Bagaimana pandangan agama mengenai transplantasi organ
5. Bagaimana aturan transplantasi Organ dari Segi Hukum
6. Bagaimana Transplantasi Organ dari dilihat dari Segi Etika Keperawatan
7. Bagaimana Transplantasi Organ dilihat dari Segi Norma Masyarakat
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui praktek transplantasi organ di dunia pada umumnya dan praktek
transplantasi organ di Indonesia pada khususnya dilihat dari sudut dilema etik.
b. Tujuan Khusus
18 Mengetahui pengertian transplantasi organ
28 Mengetahui Klasifikasi transplantasi organ
38 Mengetahui penyebab transplantasi organ
48 Mengetahui transplantasi organ dari segi agama
58 Mengetahui transplantasi organ dari segi hukum
68 Mengetahui transplantasi organ dari segi etika keperawatan
78 Mengetahui transplantasi organ dari segi norma masyarakat
D. Manfaat
1. Bagi penulis :
1. Makalah ini disusun sebagai syarat mengikuti Ujian Tengah Semester
2
2. Sebagai sarana memperluas wawasan mengenai transplantasi organ
2. Bagi Pembaca :
Sebagai sarana mengetahui apa itu transplantasi organ
3
BAB II
KONSEP
A. Definisi Transplantasi Organ
Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan suatu
jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya
sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Syarat tersebut
melipui kecocokan organ dari donor dan resipen.
Donor organ adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki
daya hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak
berfungsi dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan
hidup penderitan hampir tidak ada lagi. Sedangkan resipien adalah orang yang akan
menerima jaringan atau organ dari orang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri.
Organ tubuh yang ditansplantasikan biasa adalah organ vital seperti ginjal, jantung, dan
mata. namun dalma perkembangannya organ-organ tubuh lainnya pun dapat
ditransplantasikan untuk membantu ornag yang sangat memerlukannya.
Menurut pasal 1 ayat 5 Undang-undang kesehatan,transplantasi organ adalah
rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia
yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan organ dan atau jaringan tubuh. Pengertian lain mengenai transplantasi
organ adalah berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, transplantasi adalah
tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang
berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk
mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
Jika dilihat dari fungsi dan manfaatnya transplantasi organ dapat dikategorikan
sebagai ‘life saving’. Live saving maksudnya adalah dengan dilakukannya transplantasi
diharapkan bisa memperpanjang jangka waktu seseorang untuk bertahan dari penyakit
yang dideritanya.
B. Klasifikasi Transplantasi Organ
Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:
4
1. Autotransplantasi: pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh
orang itu sendiri.
2. Homotransplantasi : pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke
tubuh orang lain.
3. Heterotransplantasi : pemindahan organ atau jaringan dari satu spesies ke spesies
lain.
4. Autograft
Transplantasi jaringan untuk orang yang sama. Kadang-kadang hal ini dilakukan
dengan jaringan surplus, atau jaringan yang dapat memperbarui, atau jaringan lebih
sangat dibutuhkan di tempat lain (contoh termasuk kulit grafts , ekstraksi vena untuk
CABG , dll) Kadang-kadang autograft dilakukan untuk mengangkat jaringan dan
kemudian mengobatinya atau orang, sebelum mengembalikannya (contoh termasuk
batang autograft sel dan penyimpanan darah sebelum operasi ).
5. Allograft
Allograft adalah suatu transplantasi organ atau jaringan antara dua non-identik
anggota genetis yang sama spesies . Sebagian besar jaringan manusia dan organ
transplantasi yang allografts. Karena perbedaan genetik antara organ dan penerima,
penerima sistem kekebalan tubuh akan mengidentifikasi organ sebagai benda asing
dan berusaha untuk menghancurkannya, menyebabkan penolakan transplantasi .
6. Isograft
Sebuah subset dari allografts di mana organ atau jaringan yang
ditransplantasikan dari donor ke penerima yang identik secara genetis (seperti
kembar identik ). Isografts dibedakan dari jenis lain transplantasi karena sementara
mereka secara anatomi identik dengan allografts, mereka tidak memicu respon
kekebalan.
7.
xenograft dan xenotransplantation
Transplantasi organ atau jaringan dari satu spesies yang lain. Sebuah contoh adalah
transplantasi katup jantung babi, yang cukup umum dan sukses. Contoh lain adalah
mencoba-primata (ikan primata non manusia)-transplantasi Piscine dari pulau kecil
(yaitu pankreas pulau jaringan atau) jaringan.
8. Transplantasi Split
5
Kadang-kadang organ almarhum-donor, biasanya hati, dapat dibagi antara dua
penerima, terutama orang dewasa dan seorang anak. Ini bukan biasanya sebuah
pilihan yang diinginkan karena transplantasi organ secara keseluruhan lebih berhasil.
9. Transplantasi Domino
Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan fibrosis kistik karena kedua paru-
paru perlu diganti dan itu adalah operasi lebih mudah secara teknis untuk
menggantikan jantung dan paru-paru pada waktu yang sama. Sebagai jantung asli
penerima biasanya sehat, dapat dipindahkan ke orang lain yang membutuhkan
transplantasi jantung. (parsudi,2007).
Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan tubuh,
maka transplantasi dapat dibedakan menjadi :
a. Transplantasi dengan donor hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ tubuh
seseorang ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa mengancam
kesehatan. Donor hidup ini dilakukan pada jaringan atau organ yang bersifat
regeneratif, misalnya kulit, darah dan sumsum tulang, serta organ-organ yang
berpasangan misalnya ginjal.
b. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah
Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ atau
jaringan dari tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis organ yang
biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi
misalnya jantung, kornea, ginjal dan pankreas.
C. Penyebab Transplantasi Organ
Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu:
1. Eksplantasi : usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hiudp atau yang
sudah meninggal.
2. Implantasi : usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian
tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
6
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan
tindakan transplantasi, yaitu :
1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang
diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan
kekurangan jaringan atau organ. (anonim,2006)
2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan atau
organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ
tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang
hidup atau dari jenazah orang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan
kematian batang otak. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit, ginjal,
sumsum tulang dan darah (tranfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah
adalah : jantung, hati, ginjal, kornea, pancreas, paru-paru dan sel otak.
D. Transplantasi Organ dari Segi Agama
1. Transplantasi Organ dari Segi Agama Islam
Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ
dan donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu
:
a. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup
Dalam syara seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya mendonorkan sebuah
organ tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan organ yang
disumbangkan itu, seperti ginjal. Akan tetapi mendonorkan organ tunggal yang dapat
mengakibatkan kematian si pendonor, seperti mendonorkan jantung, hati dan otaknya.
Maka hukumnya tidak diperbolehkan, berdasarkan firman Allah SWT dalam Al –
Qur’an :
1) surat Al – Baqorah ayat 195
” dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan ”
2) An – Nisa ayat 29
” dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri ”
3) Al – Maidah ayat 2
” dan jangan tolong – menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. “
7
b. Transplantasi Organ dari Donor yang Sudah meninggal
Sebelum kita mempergunakan organ tubuh orang yang telah meninggal, kita harus
mendapatkan kejelasan hukum transplantasi organ dari donor tersebut. Adapun beberapa
hukum yang harus kita tahu, yaitu :
1. Dilakukan setelah memastikan bahwa si penyumbang ingin menyumbangkan organnya
setelah dia meninggal. Bisa dilakukan melalui surat wasiat atau menandatangani kartu
donor atau yang lainnya.
2. Jika terdapat kasus si penyumbang organ belum memberikan persetujuan terlebih
dahulu tentang menyumbangkan organnya ketika dia meninggal maka persetujuan bisa
dilimpahkan kepada pihak keluarga penyumbang terdekat yang dalam posisi dapat
membuat keputusan atas penyumbang.
3. Organ atau jaringan yang akan disumbangkan haruslah organ atau jaringan yang
ditentukan dapat menyelamatkan atau mempertahankan kualitas hidup manusia lainnya.
4. Organ yang akan disumbangkan harus dipindahkan setelah dipastikan secara prosedur
medis bahwa si penyumbang organ telah meninggal dunia.
5. Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban kecelakaan lalu lintas yang
identitasnya tidak diketahui tapi hal itu harus dilakukan dengan seizin hakim.
Seorang dokter atau seorang penguasa tidak berhak memanfaatkan salah satu
organ tubuh seseorang yang sudah meninggal untuk ditransplantasikan kepada orang
lain yang membutuhkannya.Adapun hukum kehormatan mayat dan penganiayaan terha-
dapnya, maka Allah SWT telah menetapkan bahwa mayat mempunyai kehormatan yang
wajib dipelihara sebagaimana kehormatan orang hidup. Dan Allah telah mengharamkan
pelanggaran terhadap kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran terhadap kehor-
matan orang hidup. Allah menetapkan pula bahwa menganiaya mayat sama saja
dosanya dengan menganiaya orang hidup. Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin
RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Memecahkan tulang mayat itu sama dengan
memecahkan tulang orang hidup.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Amar bin Hazm Al Anshari RA, dia
berkata,”Rasulullah pernah melihatku sedang bersandar pada sebuah kuburan. Maka
beliau lalu bersabda : “Janganlah kamu menyakiti penghuni kubur itu !” Hadits-hadits di
atas secara jelas menunjukkan bahwa mayat mempunyai kehormatan sebagaimana
8
orang hidup. Begitu pula melanggar kehormatan dan menganiaya mayat adalah sama
dengan melanggar kehormatan dan menganiaya orang hidup.
2. Transplantasi Organ dari Segi Agama Kristen
Di alkitab tidak dituliskan mengenai mendonorkan organ tubuh, selama niatnya
tulus dan tujuannya kebaikan itu boleh-boleh saja terutama untuk membantu
kelangsungan hidup suatu nyawa (nyawa orang yang membutuhkan donor organ) bukan
karena mendonorkan untuk mendapatkan imbalan berupa materi, uang untuk si
pendonor organ. Akan lebih baik lagi bila si pendonor sudah mati dari pada saat si
pendonor belum mati karena saat kita masih hidup organ tubuh itu bagaimanapun
penting, sedangkan saat kita sudah mati kita tidak membutuhkan organ tubuh jasmani
kita.
3. Transplantasi Organ dari Segi Agama Katolik
Gereja menganjurkan kita untuk mendonorkan organ tubuh sekalipun jantung
kita, asal saja sewaktu menjadi donor kita sudah benar-benar mati artinya bukan mati
secara medis yaitu otak kita yang mati, seperti koma, vegetative state atau kematian
medis lainnya. Tentu kalau kita dalam keadaan hidup dan sehat kita dianjurkan untuk
menolong hidup orang lain dengan menjadi donor.
Kesimpulannya bila donor tidak menuntut kita harus mati, seperti donor darah,
sum-sum, ginjal, kulit, mata, rambut, lengan, jari, kaki atau urat nadi, tulang maka kita
dianjurkan untuk melakukannya. Sedangkan menjadi donor mati seperti jantung atau
bagian tubuh lainnya dimana donor tidak bisa hidup tanpa adanya organ tersebut, maka
kita sebagai umat Katolik wajib untuk dinyatakan mati oleh ajaran GK. Ingat, kematian
klinis atau medis bukan mati sepenuhnya, jadi kita harus menunggu sampai si donor
benar-benar mati untuk dipanen organ, dan ini terbukti tidak ada halangan bagi
kebutuhan medis dalam pengambilan organ.
4. Transplantasi Organ dari Segi Agama Budha
Dalam pengertian Budhis, seorang terlahir kembali dengan badan yang baru. Oleh
karena itu, pastilah organ tubuh yang telah didonorkan pada kehidupan yang lampau
tidak lagi berhubungan dengan tubuh dalam kehidupan yang sekarang. Artinya, orang
yang telah mendanakan anggota tubuh tertentu tetap akan terlahir kembali dengan organ
tubuh yang lengkap dan normal. Ia yang telah berdonor kornea mata misalnya, tetap
akan terlahir dengan mata normal, tidak buta. Malahan, karena donor adalah salah satu
9
bentuk kamma baik, ketika seseorang berdana kornea mata, dipercaya dalam kelahiran
yang berikutnya, ia akan mempunyai mata lebih indah dan sehat dari pada mata yang ia
miliki dalam kehidupan saat ini.
5. Transplantasi Organ dari Segi Agama Hindu
Menurut ajaran Hindu transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan dengan
alasan, bahwa pengorbanan (yajna) kepada orang yang menderita, agar dia bebas dari
penderitaan dan dapat menikmati kesehatan dan kebahagiaan, jauh lebih penting, utama,
mulia dan luhur, dari keutuhan organ tubuh manusia yang telah meninggal. Perbuatan
ini harus dilakukan diatas prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas tanpa pamrih dan
bukan dilakukan untuk maksud mendapatkan keuntungan material. Alasan yang lebih
bersifat logis dijumpai dalam kitab Bhagawadgita II.22 sebagai berikut: “Wasamsi
jirnani yatha wihaya nawani grihnati naro’parani, tatha sarirani wihaya jirnany
anyani samyati nawani dehi” Artinya: seperti halnya seseorang mengenakan pakaian
baru dan membuka pakaian lama, begitu pula Sang Roh menerima badan-badan jasmani
yang baru, dengan meninggalkan badan-badan lama yang tiada berguna.
Ajaran Hindu tidak melarang bahkan menganjurkan umatnya unutk melaksanakan
transplantasi organ tubuh dengan dasar yajna (pengirbanan tulus ikhlas dan tanpa
pamrih) untuk kesejahteraan dan kebahagiaan sesama umat manusia. Demikian
pandangan agama hindu terhadap transplantasi organ tubuh sebagai salah satu bentuk
pelaksanaan ajaran Panca Yajna terutama Manusa Yajna.
E. Transplantasi Organ dari Segi Hukum
Dasar hukum dilaksanakannya transplantasi organ sebagai suatu terapi adalah
Pasal 32 ayat (1), (2), (3) tentang hak pasien untuk memperoleh kesembuhan dengan
pengobatan dan perawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan :
Pasal 32 ayat (1) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan akibat penyakit,
mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat.
pasal 32 ayat (2) berbunyi: Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan
dengan pengobatan dan atau perawatan.
10
Pasal 32 ayat (3) berbunyi: Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan
ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Sedangkan untuk prosedur pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat
Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh
Manusia.
Pada Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pelaksanaan
transplantasi diatur dalam Pasal 34 yang berbunyi:
Pasal 34 Ayat (1): Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
Pasal 34 Ayat (2): Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan donor dan ahli
waris atau keluarganya.
Pasal 34 Ayat (3): Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan
transplantasi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah No.18 tahun
1981, tentang bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat
atau Jaringan Tubuh Manusia. Pokok-pokok peraturan tersebut adalah :
1. Pasal 1
c. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk oleh
beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh
tersebut.
d. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang sama
dan tertentu.
e. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau jaringan
tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan alat dan jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
f. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada orang lain
untuk keperluan kesehatan.
11
g. Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yag
berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung seseorang telah berhenti.
2. Pasal 10
Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a dan Huruf b, yaitu harus
dengan persetujuan tertulis penderita dan keluarga yang terdekat setelah penderita
meninggal dunia.
3. Pasal 11
a. Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
ditunjuk oleh mentri kesehatan.
b. Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang
merawat atau mengobati donor yang bersangkutan.
4. Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada sangkut paut medic
dengan dokter yang melakukan transplantasi.
5. Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai dengan
dua orang saksi.
6. Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank
mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan pernyataan
tertulis keluarga terdekat.
7. Pasal 15
Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan
oleh calon donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh
dokter yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat-
akibat dan kemungkinan yang dapat terjadi . dokter yang merawatnya harus yakin benar
12
bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari
pemberitahuan tersebut.
8. Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu kompensasi
material apapun sebagai imbalan transplantasi.
9. Pasal 17
Dilarang memperjual-belikan alat atau jaringan tubuh manusia.
10. Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk
ke dan dari luar negri
F. Transplantasi Organ dari Segi Etika Keperawatan
Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi suatu
hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik keperawatan,
Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat dengan teman sejawat.
Pokok etik tersebut berbunyi “ Perawat bertindak melindungi klien dan tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
illegal ”. Seorang perawat dalam meeeenjalankan profesinya juga diwajibkan untuk
tetap mengingat tentang prinsip-prinsip etik, antara lain :
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai
hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. Jika dikaitkan
dengan kasus transplantasi organ maka hal yang menjadi pertimbangan adalah
seseoranhg melakukan transplantasi tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak manapun
13
dan tentu saja pasien diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan
yang telah dipertimbangkan secara matang.
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,
standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus diupayakan semaksimal
mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
f. Menepati janji (Fidelity)
14
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan
rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan
komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar bahwa dalam
memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai pertimbangan yang
matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak pendonor maupun
resipien, tidak meruguikan pihak manapun serta berorientasi pada kemanusiaan.
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar nilai-
nilai dalam praktek perawat professional. Sebagai contoh nilai tersebut adalah,
keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang perawat
menjunjung tinggi nilai tersebut dalam prakteknya, niscaya seorang perawat tidak akan
begitu mudah membantu melaksanakan praktek transplantasi organ hanya dengan
motivasi komersiil.
G. Transplantasi Organ dari Segi Norma Masyarakat
Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah donor hidup,
jenazah dan donor mati, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan pelaksana lain,
dan masyarakat. Hubungan pihak-pihak itu dengan masalah etik dan moral dalam
transplatasi adalah :
1. Donor Hidup
Adalah orang memberikan jaringan atau organnya kepada orang lain (resipien).
Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti
resiko yang dihadapi, baik di bidang medis, pembedaan maupun resiko untuk
pembedahannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah
dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, seseorang tidak boleh mengalami
tekanan psikologis. Hubungan psikis dan emosi harus sudah difikirkan olehdonor hidup
tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.
15
2. Jenazah dan Donor Mati
Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan
sungguh-sungguh untuk memberikan jaringan atau organ tubuhnya kepada yang
memerlukan apabila ia telah meninggal. Kapan seorang donor itu dapat dikatakan
meninggal secara wajar, dan apabila sebelum meninggal donor itu sakit, sudah sejauh
mana pertolongan dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya
tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana transplantasi telah
melakukan upaya mempercepat kematian seseorang hanya untuk mengejar organ yang
akan ditransplantasikan.
3. Keluarga donor dan ahli waris
Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan
saling pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin ataupun tekanan psikis
dan emosi di kemudian hari. Dari keluarga resipien sebenarnya hanya dituntut suatu
pengargaan kepada donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila
dibuat suatu ketentuan untuk mencegah timbulnya rasa tidak puas kedua belah pihak.
4. Resipien
Adalah orang yang menerima jaringan atau organ orang lain. Pada dasarnya,
seorang penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat
memperpanjang hidup atau meringankan penderitanya. Seorang resipien harus benar-
benar mengerti semua hal yang dijelaskan olah tim pelaksana transplantasi. Melalui
tindakan transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan
resipien. Akan tetapi, is harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada
keungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia menerima untuk transplantasi
berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di masa
yang akan datang.
5. Dokter dan tenaga pelaksana lain
Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat persetujuan
dari donor, resipien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal-hal
yang mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan
psikologis dan emosi di kemudian hari dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim
16
pelaksana adalah menolong pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat
manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak
dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan kepentingan pribadi.
6. Masyarakat
Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi.
Kerjasama tim pelaksana dengan para cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka
agama diperlukan untuk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan
luhur usaha transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ
yang segera diperlukan, atas tujuan luhur akan terpenuhi.
17
BAB III
ARTIKEL
Artikel 1 : Ketika Organ Tubuh Mulai Diperdagangkan Secara Ilegal
Jember - Maraknya kasus penculikan bayi dan anak sering dikaitkan dengan
dugaan perdagangan organ tubuh, seperti ginjal, kornea mata, hati, dan jantung. Kendati
demikian, isu tersebut masih perlu ditelusuri lagi kebenarannya. Aktivis Pusat
Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A) di Kabupaten Jember, Jatim, Dewi Masyitah
membenarkan kemungkinan perdagangan organ tubuh anak dengan perdagangan anak
ke luar negeri. Namun kasus itu belum pernah ditemukan di sejumlah daerah seperti di
Kabupaten Jember.
Organ tubuh yang diperdagangkan tersebut tentu berkaitan dengan dunia
kedokteran, karena sejumlah negara di Asia dan Eropa telah berhasil melakukan
transplantasi organ tubuh seperti kornea mata, hati dan ginjal. Di Indonesia tidak semua
rumah sakit bisa melaksanakan transplantasi sejumlah organ tubuh karena keterbatasan
sarana kesehatan dan tenaga medis yang menguasai hal tersebut.
Penjualan organ tubuh dilarang keras oleh agama Islam atau haram hukumnya
karena hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Sementara itu,
Pengamat Sosial dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember
(Uned), Drs Hadi Prayitno M.Kes, mengaemukakan, banyaknya kasus penculikan anak
dan balita di Indonesia diduga berkaitan dengan perdagangan organ tubuh manusia.
Jember merupakan 'kantong' tenaga kerja Indonesia (TKI), sehingga
kemungkinan pahlawan devisa Jember bisa jadi menjadi korban perdagangan organ
tubuh melalui sindikat internasional. Kasus perdagangan anak yang terjadi di Jember,
bukan tidak mungkin menjadi peluang sejumlah pihak yang ingin menikmati
keuntungan besar dengan melakukan transaksi jual beli organ tubuh anak tersebut
kepada seseorang yang kaya dan mampu membeli organ tubuh itu dengan harga mahal.
Jurnal kesehatan "The Lancet" menyebutkan, harga ginjal di pasaran mencapai
15.000 dolar AS. Sepotong hati manusia harganya mencapai 130.000 dolar AS, sama
dengan harga sebuah jantung. Sedangkan harga paru-paru bisa mencapai 150.000 dolar
AS. Tinggi rendahnya harga sejumlah organ tubuh manusia sesuai dengan mekanisme
pasar, yakni semakin besar permintaan, harganya semakin mahal. Diperkirakan jutaan
18
orang mengantre untuk mendapatkan transplantasi organ tubuh, seperti jantung, ginjal,
dan hati. Di Indonesia, diperkirakan ada 70.000 penderita gagal ginjal kronis yang
membutuhkan cangkok ginjal. Sedangkan di Jepang terdapat 11.000-an penderita gagal
ginjal.
Kasus 2 : Kasus Pengambilan Organ Tubuh Anak Dilakukan oleh Profesional
Republika.co.id, Jakarta, dari pantauan Komisi Nasional Perlindungan Anak
(Komnas PA) kasus penculikan anak yang dilanjutkan dengan pengambilan organ tubuh
dilakukan oleh kalangan profesional. ‘Kasus-kasus pengambilan organ tubuh yang
terjadi kurun waktu 2008-2009 dilakukan oleh orang-orang profesional,’ ungkap Ketua
Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, kepada Republika, Rabu (24/8).
Karena, menurut Arist, tidak mungkin pengambilan organ tersebut dilakukan
oleh orang biasa. Butuh keahlian khusus untuk mengambil organ pada tubuh manusia.
‘Saya tidak menunjuk pihak mana yang mungkin melakukan ini, tapi yang jelas mereka
profesional,’ ujarnya.
Organ yang berhasil diambil dari anak-anak yang diculik ini bisa jadi
dipasarkan di dalam maupun luar negeri. Tapi indikasi untuk menjualnya ke luar negeri,
kata Arist, sulit terjadi. Karena pencangkokkan organ pada tubuh manusia di luar negeri
sangat ketat dan biasanya melalui jalur legal.Ia mencontohkan seperti di Singapura
maupun Jepang. ‘Jadi kemungkinan kuat organ tubuh dijual di dalam negeri,’ tuturnya.
Kasus 3 : Transplantasi Dua Organ Tubuh Bisa Perpanjang Hidup Pengidap
Diabetes
Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Kasus terbanyak
terjadi di India, Tiongkok dan America. Penyakit tersebut bisa menyebabkan komplikasi
yang mengancam jiwa. Tetapi transplantasi dua organ tubuh dipercaya bisa dapat
memperpanjang harapan hidup para pengidap diabetes.
Suatu hari pukul 05.30 waktu setempat di ruang bedah Rumah Sakit Barnesh-Jewish di
St Louis, Dokter Jason Wellen yang tengah melakukan pembedahan, menunjuk ke
rongga perut pasiennya yang di bedah dan pankreasnya yang baru di transplantasi. Sang
pasien bernama Tiffany Buchta. Ia mengidap diabetes tipe 1 dan didiagnosa ketika
berusia 15 tahun.
19
Dikenal sebagai diabetes usia remaja, diabetes tipe 1 ini terjadi ketika system
imunitas menyerang dirinya sendiri, menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin
di dalam pancreas. Sekitar 10 persen penderita sakit gula mengidap diabetes tipe 1.
Penyebab pasti diabetes tipe ini tidak diketahui tetapi para periset meyakini kombinasi
factor genetic dan lingkungan hidup adalah penyebabnya. Berbeda dengan penderita
diabetes tipe 2 yang seringkali mengontrol penyakit mereka dengan diet, olah raga dan
obat-obatan yang diminum. Orang yang diabetes tipe 1 membutuhkan suntikan insulin
untuk bertahan hidup. Belum lagi diabetes bisa berakibat buruk pada ginjal.
Tiffany mengatakan “Sekitar tiga atau empat athun lalu ginjal saya hanya
berfungsi 45 persen dan saya tidak menyadari ini bias terjadi begitu cepat”.
Hal itu terjadi ketika ia berusia 30-an. Oktober tahun lalu, Butcha mengalami gagal
ginjal. Tiga kali seminggu ia harus pergi ke klinik setempat. Disna selama 3,5 jam ia
terhubung dengan mesin dialysis. Mesin tersebut mencuci darahnya. Pekerjaan yang
tidak lagi bias dilakukan ginjalnya. Lalu Butcha ditawari transplantasi. Tidak hanya
ginjal baru tapi juga pancreas baru.
Dr. Wellen menjelaskan “Jika saya hanya memberi transplantasi ginjal kepada
penderita diabetes tipe 1, lama kelamaan waktu diabetes mereka akan menyerang ginjal
baru tersebut seperti yang terjadi pada ginjal mereka sendiri. Jadi, dengan menawarkan
mereka transplantasi ginjal dan pancreas dari donor yang sama, kita tidak hanya
meningkatkan secara drastic kualitas hidup mereka. Gula darah mereaka menjadi
normal dan tidak lagi membutuhkan insulin serta membuat ginjal itu lebih tahan lama”.
Dengan pancreas dan ginjal baru dari sang donor yaitu korban kecelakaan mobil
usia 23 tahun, Butcha kemungkinan akan hidup lebih lama. “Pembedahan ini akan
memberinya harapan hidup sekitar 85 persen. Jadi dari harapan hidup 30 persen menjadi
85 persen ini merupakan perbedaan yang sangat besar”, demikian tambah Dr. Wellen
dan bagi Tiffany Butcha, kini ia bisa hidup normal lagi.
Kasus 4 : Remaja 14 tahun Hidup Tanpa Jantung Selama 4 Bulan
Melewati hidup tanpa detak jantung bukan hal yang mudah bagi D’Zhana
Simmons. Ia merasa aneh walaupun tetap yakin bahwa ia belum mati. “Saya tahu, saya
masih disini saya bisa hidup tanpa jantung,”ungkap gadis berusia 14 tahun itu. Namun
kini ia bisa bernafas lega, hari ini (kamis) D’Zhana bisa bernafas lega dan mulai
20
menjalani hidup normal. Ia meninggalkan sebuah rumah sakit di Miami untuk pertama
kalinya sejak Juli lalu setelah melewati dua kali operasi transplantasi jantung. Gadis
pemalu itu sempat bertahan hidup tanpa kehadiran organ jantung sama sekali selama
empat bulan dan hanya dibantu dengan pompa jantung buatan.
Diagnosa Pembesaran Jantung :
Musim semi lalu D’Zhana di diagnose mengalami pembesaran jantung sehingga
organ vitalnya tersebut terlalu lemah untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Gadis
yang tinggal di Clinton, South Caroline itu lalu dirujuk ke RS Anak Holt Miami untuk
transplantasi. Celakanya, jantung baru D’Zhan tidak bekerja optimal dan beresiko pecah
sehingga dokter mencabut jantung tersebut dua hari kemudian. Pertaruhan nyawa
D’Zhana pun dimulai ketika para dokter lalu mananamkan sepasang alat pompa buatan
untuk menggantikan fungsi organ jantung.
Ini adalah tindakan medis yang tidak biasa, terutama bagi pasien semuda
D’Zhana. Dokter sepertinya tak punya pilihan lain dan harus menggunakan alat ini
hingga pasien siap melakukan transplantasi kedua. Dr. Peter Wearden, ahli bedah
Cardiothoracic di RS Anak Pittsburgh, yang pernah menggunakan alat pompa jantunh
sejenis, mengatakan apa yang dilakukan tim medis di Miami sungguh sebuah pertaruhan
besar. “Untuk lebih dari 100 hari, tanpa adanya jantung dalam tubuh seorang gadis ? ini
sungguh luar biasa,” kata Wearden.
Pompa jantung yang berfungsi sebagai alat bantu ventricular, biasanya
digunakan pada pasien yang masih memiliki jantung guna membantu bilik
mensirkulasikan darah. Dengan kondisi D’Zhana yang dicopot, tim dokter di RS Anak
membuat bilik jantung pengganti menggunakan sejenis alat yang terhubung pada dua
pompa. Meskipun penggunaan jantung buatan telah disetujui untuk pasien dewasa,
tetapi pemerintah federal belum memberikan izin bagi pasien anak. Sejauh ini, memang
hanya ada sedikit pilihan bagi pasien anak-anak atau balita karena kondisi yang yang
mengancam jiwa seperti ini masih terbilang jarang. Belum banyak perusahaan yang mau
menginvestasikan alat atau teknologi jantung yang dapat membantu anak-anak, kata Dr.
Marco Ricci, ahli bedah jantung anak di Universitas Miami.
Ricci mengatakan, kasus usus member pelajaran bagaimana para dokter saat ini
punya banyak pilihan. “Di masa lalu, situasi ini bisa sangat mematikan,” tegas Ricci.
Kenyataanya, nyawa D’Zhana pun nyaris melayang. Selama empat bulan, gadis belia itu
21
kerap mengalami kesulitan bernafas, selain juga mengalami gagal jantung dan lever
serta pendarahan pada system pencernaan. Dan yang lebih mendebarkan lagi, perlu
setidaknya empat orang untuk terus memantau kondisi D’Zhana setiap waktu, dan
setidaknya satu orang yang mengendalikan mesin yang menjadi bagian terpisah dari alat
pompa jantung tersebut.
Ketika kondisi D’Zhana sudaj cukup berhasil untuk menjalani operasi, tim dokter
pun akhirnya melakukan transplantasi kedua pada 29 Oktober lalu. “Saya benar-benar
percaya bahwa ini adalah sebuah keajaiban,” ungkap Twolla Anderson, ibunda
D’Zhana. D’Zhana mengatakan ia sangat senang karena bisa berkumpul dengan lima
saudaranya dan menghabiskan lebih banyak waktu di alam terbuka. “Sya bahagia bisa
berjalan tanpa mesin,” ujar gadis yang akan merayakan ulang tahun ke-15Nya itu
Kasus 5 : Jantung Bocor, Bayi 14 Bulan Butuh Transplantasi Jantung
Tangis Fahia Raihana (14 bulan) pecah manakala detak nafasnya sesak.
Beberapa saat kemudian, tubuhnya mulai membiru mulai dari jari tangan dan kakinya.
Maklum, bayi perempuan mungil anak pasangan Siti Aisiyah (27) dan Slamet Hariono
(31) warga Desa Siman, Kecamatan Kepung, Kediri didiagnosis mengalami kelainan
jantung langka. Bila manusia normal letak jantung berada di sisi kiri, pada bayi ini letak
jantungnya di sisi kanan. Akibatnya, beberapa organ tubuhnya pun tak dapat bekerja
optimal.
Ironisnya, kelainan jantung ini baru diketahui orang tuanya sejak sang bayi
berusia 4 bulan. Hal ini karena terbatasnya kemampuan ekonomi.
"Selama ini ya ke bidan desa, dan katanya hanya sesak-sesak biasa. Setelah semakin
besar, kami coba ke rumah sakit, dan tak tahunya ternyata penyakit anak saya
berbahaya," kata ibunya, Siti Aisiyah kepada detiksurabaya.com saat menunggu
anaknya dalam perawatan tim dokter RSUD Pelem Pare, Kamis (17/7/2008). Dia
menjelaskan, beberapa ciri kelainan jantung anaknya dapat diketahui bila bayi
melakukan aktivitas berlebih, termasuk menangis. Bila menangis, sekujur tubuhnya
akan membiru, nafasnya sesak dan detak jantung berdetak cepat. "Pertama kali pasti di
jari-jari tangan dan kaki membiru. Kalau nangisnya terusan, ya menyebar ke sekujur
tubuh," ujar wanita yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Saat ini, kata dia, dirinya
kebingungan mencari dana pengobatan anaknya. Padahal dokter menyebutkan, anaknya
kemungkinan dapat disembuhkan melalui tranplantasi jantung. "Suami saya hanya
22
buruh pabrik kecil, dan terkadang nyambi manjing lainnya. Pendapatannya tak
menentu," katanya dengan mata berkaca-kaca.
Sementara dari diagnosis dokter menunjukkan, pasien mengalami kelainan tata
letak jantung. Hal ini diketahui setelah dokter melakukan rontgen pada bayi.
"Jelas terlihat, jantung bayi ini ada di sebelah kanan dan tidak berada pada posisi
semestinya," kata dokter anak RSUD Pelem Pare, dr Suryatmono SpA.
Dijelaskan oleh dia, akibat kelainan tata letak jantung terjadi kebocoran pada bilik
kanan dan kiri jantung sang bayi. Hal ini yang menyebabkan kondisinya sering
membiru bila melakukan aktivitas berlebih.
"Makin beraktivitas yang bisa memacu detak jantung, maka aliran darah
semakin deras. Dan hal itu akan tampak membiru di beberapa bagian tubuhnya,"
jelasnya. Rupanya, penderitaan pasien tak berhenti sampai kelainan letak jantung. Dia
menambahkan, pada jantungnya terdapat komplikasi bawaan dextrocardia yaitu
Ventrical Septal Defeck (VSD) tampak pada terdapatnya lubang pada bilik kanan dan
kiri dan Antrial Septal Defeck (ASD) yakni adanya lubang di serambi kanan dan kiri
jantung sang bayi.
"Kelainan bawaan ini juga mengakibatkannya mengalami gangguan dalam organ
pompa darah," imbuhnya. Pihaknya, jelas Suryatmono, hanya membuat langkah yakni
tekanan darah balik ke jantung akan diperkecil. Sehingga jantungnya tidak akan bekerja
dengan beban yang berat.
"Operasi pun hanya bisa menyembuhkannya dari kelainan bawaan, sedangkan
letak jantung tidak mungkin dapat dipindahkan," ujarnya. Sementara kasus kelainan tata
letak jantung di Indonesia, terakhir kali ditemukan pada bayi kembar siam Anggie dan
Anjeli, tahun 2005 silam. Pada kasus tersebut, dokter juga gagal memberikan
pertolongan pada sang bayi.
Kasus 6 : Angky Camaro (Direktur PT. Indofood Sukses Makmur Tbk)
Melakukan Transplantasi Ginjal
Komisaris PT. HM Sampoerna, direktur PT Indofood Sukses Makmur yang juga
komisaris PT Indomobil Tbk, Angky Camaro semula tidak pernah menyadari bahwa ia
terkena ginjal. Bahkan penyakit diabetes yang menjadi penyebab rusaknya ginjalnya
pun tak ia sadari. Hingga pada April tahun 2005, dimana pantatnya tiba tiba abses
23
(bengkak) dan bernanah. Buntutnya ia pun harus dioperasi dan saat operasi yang
pertama itulah baru ia tahu bahwa creatinine atau kreatini (zat racun) didalam tubuhnya
sudah mencapai 350 (3,5) dan gulanya 500. Dan sejak saat itu meski sudah diet
kretininnya ternyata terus naik, termasuk berat badannya juga terus naik. Angky juga
mengalami dua hal pembedahan lagi yaitu pada tahun Oktober dan November 2007,
karena selangkangannya abses dan bernanah. Puncaknya pada saat 12 Mei 2008
kreatinin sudah mencapai 810. Dan saat itulah dr Gordon Ku dari RS Mount Elisabeh,
Singapore memerintahkan untuk transplantasi ginjal atau cuci darah.
Waktu dr Gordon Ku bilang Angky harus melakukan transplant atau cuci darah.
Akhirnya Angky memutuskan untuk transplantasi. Masalahnya kalau cuci darah
seminggu tiga kali dan sekali cuci darah butuh waktu empat jam. Waktu itu dr Gordon
merekomendasikan dua tempat yang memungkinkan Angky bisa transplant, yaitu di
Filipina atau Tiongkok. Angky memilih untuk transplantasi di Tiongkok.Tanggal 23 Mei
sebetulnya sudah ada orang Angky (Channel) yang bilang Angky bisa ke Tiongkok
karena seminggu lagi sudah ada ginjalnya. Tapi Angky nggak mau soalnya tanggal 27
Mei saya harus RIPS Sampoerna dulu dimana dalam RUPS Angky diputuskan menjadi
Preskom PT. HM Sampoerna Tbk (sebelumnya Angky mencapai sebagai Managing
Director PT HM Sampoerna). Menurut Angky ini mukjizat, karena orang biasanya
kalau pesan bisa ber bulan bulan bahkan bertahun tahun tapi nggak dapat, tapi Angky
langsung dapat. Tapi Angky justru yang nolak saat itu, soalnya Angky harus RUPS
Sampoerna. Tanggal 29 Mei, setelah Angky ikuti RUPS Angky akhirnya berangkat ke
Tiongkok dari Singapura. Karena Angky tidak bisa bahasa Mandarin, maka Angky
minta teman Angky Marvy Apandi ( Executive Director Indomobil ) untuk ikut
menjadi penerjemah bahasa Mandarin. Marvy berangkat dari Jakarta dan bertemu
Angky di sebuah bandara di Tiongkok
Lagi-lagi Angky mendapat kemudahan, karena saat Angky datang ke rumah sakit,
Angky secara kebetulan bisa bertemu langsung dengan kepala rumah sakitnya. Padahal
biasanya orang yang datang ke rumahsakit terrsebut sangat susah ketemu dengan kepala
rumah sakit. Asal tahu saja. Di rumah sakit itu banyak brokernya. Kalau lewat broker
ini, belum tentu dapat “barang” bagus, malah seringnya banyak yang dibohongi. Jadi
Angky mengingatkan para pembaca yang ingin transplantasi di Tiongkok, hati-hati
janan sampai bertemu broker.
24
Selain Angky bisa bertemu langsung dengan pimpinan rumah sakitnya, Angky
juga langsung mendapat donor, hanya saja waktu itu kurang bagus untuk Angky karena
kreatinin nya sudah tinggi. Tapi Angky hanya menunggu 2 minggu setelah itu. Ginjal
yang akan didonorkan bergolongan darah O. (Yenibudi, 2009)
25
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
Dari beberapa kasus diatas dapat kita analisa dari segi penyebab atau
motivasi pelaku melakukan transplantasi organ. Kasus pertama menyatakan bahwa
kasus perdagangan anak yang terjadi di Jember tidak menutup kemungkinan bahwa
anak yang diperjualbelikan bisa saja organ tubuhnya dimanfaatkan juga. Mengingat
kebutuhan organ di luar negeri masih sangat tinggi sedangkan organ yang tersedia
bisa dibilang kurang. Dari motivasi ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa kasus
pertama dilakukan dengan motivasi uang. Sedangkan sumber organ diperoleh dari
anak-anak yang diperjualbelikan.
Kasus kedua mengungkapkan bahwa transplantasi organ harus dilakukan
oleh seseorang yang professional. Jika transplantasi organ tidak dilakukan oleh
orang yang benar-benar mengerti tentang transplantasi organ, maka resiko gagal
lebih tinggi. Pada kasus ini, sumber organ yang digunakan untuk transplantasi
hampir sama dengan kasus pertama. Seperti diungkapkan Arist Merdeka Sirait
Ketua Komnas Perlindungan anak, bahwa donor organ pastilah dilakukan oleh
professional. Sedangkan untuk pangsa pasar, kemungkinan masih berada di dalam
negeri karena untuk penjualan organ di luar negeri harus melalui jalur legal, seprti
contohnya di Singapura dan Jepang.
Kasus ketiga menyatakan bahwa trasnplantasi dua organ bisa
memperpanjang kesempatan hidup pengidab diabetes. Dikatakan seorang pasien
bernama Tiffany Butcha didiagnosis mendertia diabetes tipe 1 (diabetes remaja),
penyakit ini dikarenakan sistem imunitas mengalami hipersensitiv, ia menyerang
dirinya sendiri. Sehingga imunitas merusak sel-sel yang berada di pankreas, dan
pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau terganggu dalam produksi insulin.
Dalam kasus ini Tiffany Butcha penderita diabetes 1, membutuhkan suntikan
insulin untuk bertahan hidup. Apalagi diabetes juga mempunyai pengaruh yang
buruk terhadap ginjal. Pada usia 30 tahun Tiffany divonis menderita gagl ginjal,
karena penyakitnya itu ia harus menjalani cuci darah 3 kali seminggu. Hal ini tentu
saja sangat mengganggu aktivitas Tiffany. Akhirnya Dr. Wellen yang merawat
26
Tiffany menyarankan untuk melakukan transplantasi organ. Tidak tanggung-
tanggung, Tiffany disarankan menjalani 2 operasi transplantasi. Yaitu transplantasi
organ ginjal dan pankreas. Alasannya adalah jika tiffany hanya melakukan
transplantasi ginjal, maka penyakit diabetesnya akan menyerang ginjalnya yang
baru. Jika dilakukan transplantasi 2 organ (ginjal dan pankreas) kemungkinan
tersebut bisa dihindari. Karena kadar gula darah akan kembali normal dengan
adanya pankreas baru dan ginjal akan tetap berfungsi normal karena kemungkinan
ginjal terserang diabetes juga telah diminimalisir. Dengan dilakukannya
transplantasi dua organ kepada penderita diabetes, hal ini dapat meningkatkan
kemungkinan hidup penderita dari 30 % menjadi 80 %.
Pada kasus keempat, dengan judul remaja berusia 14 tahun hidup tanpa jantung
selama 4 bulan. Seorang gadis berusia 14 tahun, bernama D’zhana Simmons mengalami
pebesaran jantung dan dianjurkan untuk melakukan transplantasi organ jantung. Saat
transplantasi yang pertama dilakukan, jantung yang dicangkokkan tidak berfungsi
maksimal, dan beresiko pecah. Maka dokter mengharuskan D’zhana melakukan
transplantasi untuk kedua kalinya. Sebelum dilakukan trasnplantasi yang kedua,
D’zhana dipasang alat pompa buatan untuk menggantikan fungsi jantungnya. Selama
empat bulan, gadis belia itu kerap mengalami kesulitan bernafas, selain juga mengalami
gagal jantung dan lever serta pendarahan pada system pencernaan. Dan yang lebih
mendebarkan lagi, perlu setidaknya empat orang untuk terus memantau kondisi
D’Zhana setiap waktu, dan setidaknya satu orang yang mengendalikan mesin yang
menjadi bagian terpisah dari alat pompa jantung tersebut. Akhirnya transplantasi
jantung yang kedua berhasil dilakukan setelah D’zhana haruus menggunakan alat
pompa buatan selama 4 bulan dan sekarang D’zhana bisa berkumpul dengan
keluarganya lagi.
Pada kasus kelima, seorang bayi bernama Fahia Raihana mengalami kelainan
tata letak jantung. Jantung manusia yang biasanya berada di sebelah kiri, kali ini berada
di sebelah kanan. Akibatnya organ tubuh yang lain juga tidak berfungsi optimal. Selain
itu akibat kelainan tata letak jantung terjadi kebocoran pada bilik kanan dan kiri jantung
sang bayi. Hal ini yang menyebabkan kondisinya sering membiru bila melakukan
aktivitas berlebih. Dokter yang dirujuk oleh puskesmas yang merawat Raihana,
manganjurkan Raihana melakukan transplantasi organ. Kelainan bawaan yang dialami
27
Raihana mengakibatkannya mengalami gangguan dalam organ pompa darah. Karena
kondisi orang tua Raihana yang tidak mampu, akhirnya tindakan yang dilakukan
terhadap Raihana hanya memperkecil tekanan darah balik ke jantung. Sehingga
jantungnya tidak akan bekerja dengan beban yang berat. Operasi pun hanya bisa
menyembuhkannya dari kelainan bawaan, sedangkan letak jantung tidak mungkin dapat
dipindahkan.
Pada kasus keenam, Angky Camaro direktur PT. Indofood Sumber Makmur,
harus melakukan transplantasi ginjal, karena penyakit diabetes yang dideritanya. Angky
berulang kali harus menjalani operasi karena abses dan nanah yang dikarenakan kadar
kreatininnya berulang kali tidak stabil meski telah melakukan diet kreatinin. Oleh
dokter yang merawatnya, ia dianjurkan untuk melakukan transplantasi ginjal atau cuci
darah. Akhirnya Angky memutuskan untuk transplantasi ginjal, karena cuci darah yang
ditawarkan, tentu saja harus dilakukan berulang kali dan menyita banyak waktu. Hal ini
tentu akan sangat merugikan Angky yang notabene seorang pebisnis.
B. Pembahasan
Dari analisa beberapa kasus diatas, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kategori motivasi atau penyebab seseorang melakukan transplantasi. Kasus pertama
dan kedua menyatakan bahwa transplantasi organ dilakukan oleh seorang yang
telah professional serta beberapa kasus penculikan anak, bisa saja berkembang
menjadi kasus penjualan organ tubuh. Pada kasus ini bisa dikatakan motivasinya
adalah uang. Kasus ketiga dan keenam serta keempat dan kelima, menyatakan
bahwa pelaku melakukan transplantasi dikarenakan faktor penyakit yang
dideritanya. Penyakit tersebut jika tidak segera dilakukan transplantasi,
dikhawatirkan bisa menimbulkan komplikasi yang lebih berbahaya. Pada kasus
ketiga dan keenam dikarenakan penyakit diabetes. Pada kasus keempat dan kelima
dikarenakan penyakit jantung.
Jika dilihat dari segi hokum, kategori pertama jelas melanggar hokum.
Dijelaskan dalam UU. No 23 tahun 1992, pasal 34 ayat 2. Yang berbunyi
“pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan donor dan
ahli waris atau keluarganya”. Pada kasus pertama dan kedua, diungkapkan sumber
28
organ bisa berasal dari anak-anak korban penculikan. Hal ini tentu saja tidak boleh
dilakukan. Anak-anak korban penculikan tentu saja tidak akan tahu apa yang
dilakukan terhadap tubuh mereka. Apalagi jika pengambilan organ anak-anak yang
diculik dilakukan oleh orang yang tidak professional. Hal ini juga melanggar pasal
34 Ayat (1) berbunyi “Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu”. Pada kategori kedua, transplantasi
dilakukan untuk pencegahan komplikasi penyakit yang lebih berbahaya. Jika dilihat
dari Pasal 15 Undang-undang N0. 18 tahun 1981 yang berbunyi “Sebelum
persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh
calon donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh
dokter yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat-
akibat dan kemungkinan yang dapat terjadi . dokter yang merawatnya harus yakin
benar bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari
pemberitahuan tersebut”, maka kategori kedua tidak melanggar hukum. Karena
dokter yang merawat pasien-pasien tersebut telah menjelaskan prosedur dan resiko-
resiko yang terjadi. Dokter juga telah memberikan alternative pengobatan, tindakan
selanjutnya kembali kepada keputusan pasien. Jadi jika pada dasarnya, transplantasi
organ menurut hukum, boleh dilakukan dengan ketentuan, transplantasi dilakukan
dengan persetujuan pendonor dan resipien serta pendonor maupun resipien paham
betul bagaimana transplantasi akan dilakukan serta resiko apa saja yang akan
terjadi.
Agama memandang transplantasi organ berdasar motivasi yang mendasari
dan darimana organ diperoleh. Agama Islam memperbolehkan transplantasi organ
jika donor organ berasal dari orang yang masih hidup serta bukan organ tunggal
yang dapat menimbulkan kematian bagi pendonor. Hal tersebut tertulis di Al-
Qur’an dalam beberapa surat : yang pertama surat Al-Baqoroh ayat 195 yang
artinya “dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan’,
surat yang kedua adalah AnNisa ayat 29, yang artinya “dan janganlah kamu
membunuh dirimu sendiri”. Jika donor berasal dari organ seseorang yang sudah
meninggal, hal tersebut juga dilarang. Dalam sebuah hadist Imam Ahmad
meriwayatkan dari ‘Amar bin Hazm Al Anshari RA, dia berkata,”Rasulullah pernah
29
melihatku sedang bersandar pada sebuah kuburan. Maka beliau lalu bersabda :
“Janganlah kamu menyakiti penghuni kubur itu !” Hadits tersebut secara jelas
menunjukkan bahwa mayat mempunyai kehormatan sebagaimana orang hidup.
Begitu pula melanggar kehormatan dan menganiaya mayat adalah sama dengan
melanggar kehormatan dan menganiaya orang hidup. Pada kasus ketiga
transplantasi dilakukan dengan sumber organ dari seorang korban kecelakaan.
Tentu saja hal tersebut melanggar hukum agama Islam. Dalam agama kristen tidak
dijelaskan secara signifikan mengenai aturan transplantasi organ, tetapi
menyatakan transplantasi organ boleh dilakukan dengan motivasi kemanusiaan,
bukan karena uang semata. Dalam agama hindu tidak melarang bahkan
menganjurkan umatnya unutk melaksanakan transplantasi organ tubuh dengan
dasar yajna (pengorbanan tulus ikhlas dan tanpa pamrih) untuk kesejahteraan dan
kebahagiaan sesama umat manusia. Dapat dijumpai dalam kitab
Bhagawadgita II.22 sebagai berikut: “Wasamsi jirnani yatha wihaya nawani
grihnati naro’parani, tatha sarirani wihaya jirnany anyani samyati nawani dehi”
Artinya: seperti halnya seseorang mengenakan pakaian baru dan membuka pakaian
lama, begitu pula Sang Roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan
meninggalkan badan-badan lama yang tiada berguna.
Dalam agama budha dijelaskan donor adalah salah satu bentuk kamma
baik, ketika seseorang berdonor kornea mata, dipercaya dalam kelahiran yang
berikutnya, ia akan mempunyai mata lebih indah dan sehat dari pada mata yang ia
miliki dalam kehidupan saat ini. donor adalah salah satu bentuk kamma baik,
ketika seseorang berdana kornea mata, dipercaya dalam kelahiran yang berikutnya,
ia akan mempunyai mata lebih indah dan sehat dari pada mata yang ia miliki dalam
kehidupan saat ini. Jika ditarik kesimpuan, maka kategori pertama jelas dilarang
karena dilakukan atas dasar komersiil bukan karena kemanusiaan. Untuk kasus
kategori kedua, boleh dilakukan karena dilakukan untuk penyembuhan dan didasari
kemanusiaan. Tetapi pada kasus ketiga, organ diperoleh dari orang yang telah
meninggal, oleh karena itu, dilarang menrut agama Islam.
Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi suatu
hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik keperawatan,
Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat dengan teman sejawat.
30
Pokok etik tersebut berbunyi “ Perawat bertindak melindungi klien dan tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
illegal ”. Selain itu dalam prakteknya, seorang tenaga kesehatan khususnya perawat juga
harus tetap menghargai kehidupan manusia sebagai individu yang unik, serata harus
dihargai sebagai seorang manusia. Jika dalam praktek transplantasi organ, sumber
organnya didapat dari seseorang secara paksa seperti dalam penculikan, tentu saja hal
tersebut tidak sesuai dengan kode etik keperawatan pokok etik 1 alinea 2. Selain pokok
etik 1 dan 4 ada juga pokok etik lain yang harus klita perhatikan. Yaitu pokok etik 2
alinea 2 yang menjelaskan bahwa seorang perawat harus memelihara mutu pelayanan
yang tinggi serta kejujuran. Dalam praktek professionalnya, tentu saja seorang perawat
dilarang untuk berbohong. Apalagi mengenai kondisi pasien. Dalam penerapannya di
kasus transplantasi organ, seorang tenaga kesehatan khususnya perawat, harus berkata
yang sebenarnya, tentu saja menggunakan etiket-etiket yang berlaku.
Perawat dalam menjalankan profesinya juga diwajibkan untuk tetap mengingat
tentang prinsip-prinsip etik, antara lain :
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya. Jika dikaitkan dengan kasus
transplantasi organ maka hal yang menjadi pertimbangan adalah seseorang melakukan
transplantasi tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan tentu saja pasien
diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang telah
dipertimbangkan secara matang.
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kasus transplantasi organ yang didasari
dengan prinsip untuk berbuat baik, tentu saja tidak melanggar prinsip ini.
c. Keadilan (Justice)
31
Dalam praktek transplantasi tentu saja prinsip ini harus diperhatikan karena keadilan
harus diperoleh oleh kedua pihak yang mendonor dan pihak yang menerima donor.
Kasus kategori pertama tentu saja melanggar prinsip ini, karena oknum-oknum yang
melakukan tentu saja sama sekali tidak memperhatikan keadilan bagi para korban
penculikan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus diupayakan semaksimal
mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
dari prinsip ini, seorang dokter harus menyampaikan kondisi yang ebenarnya
bagi pihak pendonor dan resipien. Hal sedetail apapun dalam proses transplantasi organ
harus disampaikan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses yang akan dilakukan.
Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar bahwa dalam
memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai pertimbangan yang
matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak pendonor maupun
resipien, tidak meruguikan pihak manapun serta berorientasi pada kemanusiaan.
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar nilai-nilai
dalam praktek perawat professional. Sebagai contoh nilai tersebut adalah, keyakinan
bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang perawat menjunjung
tinggi nilai tersebut dalam prakteknya, niscaya seorang perawat tidak akan begitu
mudah membantu melaksanakan praktek transplantasi organ hanya dengan motivasi
komersiil.
Transplantasi menurut norma masyarakat terkait dengan beberapa pihak, antara
lain, donor, resipien, dokter dan tenaga ahli, keluarga dan masyarakat. Dalam suatu
kasus pelaksanaan tranplantasi tentu saja, semua pihak-pihak terkait harus mengerti
bagaimana prosedur yang akan dilaksanakan dan resikoresiko yang mungkin terjadi.
Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi.
Kerjasama tim pelaksana dengan para cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka
agama diperlukan untuk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan
32
luhur usaha transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ
yang segera diperlukan, atas tujuan luhur akan terpenuhi.
33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa transplantasi adalah suatu
rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia
yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk
mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik atau
mengalami suatu kerusakan. Transplantasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa
faktor, seperti ditinjau dari sudut si penerima atau resipien organ dan penyumbang
organ itu sendiri. Jika dilihat dari si penerima organ meliputi autotransplantasi,
homotransplantasi, heterotransplantasi, autograft, allograft, isograft, xenograft dan
xenotransplantation, transplantasi split serta transplantasi domino. Sedangkan dilihat
dari sudut penyumbang meliputi transplantasi dengan donor hidup dan donor mati
(jenazah). Banyak sekali faktor yang menyebabkan sesorang melakukan transplantasi
organ. Antara lain untuk kesembuhan dari suatu penyakit (misalnya kebutaan, rusaknya
jantung dan ginjal), Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang telah
rusak atau mengalami kelainan, tapi sama sekali tidak terjadi kesakitan biologis (contoh:
bibir sumbing).
Dalam agama Kristen, katolik, hindu, dan budha transplantasi boleh dilakukan
dengan alasan medis dan asalkan dengan niat tulus dan tujuannya untuk kebaikan
menolong nyawa seseorang tanpa membahayakan nyawa si pendonor organ tersebut.
Sedangkan dalam agama islam untuk melakukan transplantasi organ harus dilihat
terlebih dahulu dari mana organ yang akan ditransplantasikan tersebut berasal atau
dilihat dari sumber organ. Dalam hukum, transplantasi tidak dilarang jika dalam
keadaan darurat dan ada alasan medis, tidak dilakukan secara ilega, dilakukan oleh
profesinal dan dilakukan secara sadar. Dari segi etika keperawatan asalkan tidak
melanggar prinsip-prinsip etik seperti otonomi (Autonomy), Tidak merugikan
(Nonmaleficience), Berbuat baik (Beneficience), Keadilan (Justice), Kejujuran
(Veracity) dan Menepati janji (Fidelity) transplantasi organ diperbolehkan. Dari
segi masyarakat, selama transplantasi dilakukan atas dasar medis dan mendapat
persetujuan dari anggota keluarga maka diperbolehkan. Namun disisi lain transplantasi
34
organ di kalangan masyarakat belum begitu dipahami secara menyeluruh sehingga
masih menimbulkan beberapa pertanyaan tentang transplantasi.
B. Saran
Saran yang ingin disampaikan bagi pembaca adalah jika ingin melakukan
transplantasi organ, pahami betul dari mana organ terseebut berasal. Dari donor
hidup ataukah dari seseorang yang sudah meninggal. Usahakan untuk mencari upaya
penyembuhan lain sebelum memilih transplantasi organ sebagai alternatif
pengobatan.
Untuk penulis, saran yang ingin disampaikan adalah, lakukan penulisan
dengan objektif dan gunakan bebagai macam referensi yang ada agar tulisan benar-
benar terbukti validitasnya.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. ETIKA KEDOKTERAN dan HUKUM KESEHATAN. 1999. Jakarta:EGC
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ3.
3. http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=utama&id=456313.
4. http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/13/transplantasi-organ-2/5.
5. http://www.percikaniman.org/tanya_jawab_aam.php?cID=116.
36