makalah wound healing fix

Upload: silvia-aryani

Post on 14-Oct-2015

238 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

sediaan steril

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    1/25

    1

    MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI III

    Wound Healing

    Kelompok 4

    Farmasi VI-BD

    Elsa Elfrida 1111102000032 Ichsana Eskha 1111102000092

    Ida Ayu P. 1111102000036 Aditya R. 1111102000093

    Faradhila N.S. 1111102000038 Rian Hidayat 1111102000096

    Silvia Aryani 1111102000039 Sri Puji Astuti 1111102000097

    Ririn Astri S. 1111102000040 Lela Laelatu R. 1111102000099Rosita Pracima 1111102000041 Vina Fauziah 1111102000100

    Hardi Mozer 1111102000049 Indah Nunik N. 1111102000101

    Syaima 1111102000056 Ahmad Rifqi 1111102000118

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    2/25

    2

    Wound Healing

    1. DefinisiLuka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat

    substansi jaringan yang rusak atau hilang.

    Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:

    1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

    2. Respon stres simpatis

    3. Perdarahan dan pembekuan darah

    4. Kontaminasi bakteri

    5. Kematian sel

    Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan proses peradangan,

    yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness),

    panas (heat), nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function).

    Pembalut luka (wound dressing) merupakan segmen penting di pasar perawatan luka

    medis dan farmasi di seluruh dunia. Di masa lalu, dressingtradisional yang berasal dari bahan

    alami atau sintetis seperti perban, kapas, benang dan gauzes semua dengan berbagai tingkat

    serap yang digunakan untuk pengelolaan luka. Fungsi utama mereka adalah untuk menjaga

    luka kering dengan memungkinkan penguapan eksudat luka dan mencegah masuknya bakteriberbahaya ke dalam luka. Sekarang telah dibuktikan, bahwa memiliki lingkungan luka lembab

    yang hangat dapat mencapai penyembuhan luka yang lebih cepat dan sukses.

    Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama

    dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan

    kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu

    terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil

    pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolik semakin

    banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka

    dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan

    optimal.

    Pemeliharaan dressing luka didasarkan pada kondisi lingkungan yang lembab di sekitar

    luka yang menyerap eksudat dari permukaan luka. Oleh karena itu, luka penuh dan parsial

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    3/25

    3

    menunjukkan peningkatan nyata dalam tingkat re-epitelisasi ketika mereka dipelihara dalam

    lingkungan lokal lembab ( Hinman dan Maibach , 1963; Winter 1962 ).

    Oleh karena itu tujuan utama dari balutan luka (wound dresssing) adalah menciptakan

    lingkungan yang kondusif dalam mendukung proses penyembuhan luka. Seperti baju yang

    memiliki ukuran, corak, dan warna, balutan luka (wound dressing) bersifat individual

    bergantung pada karakteristik dari luka itu sendiri.

    Wound Dressing adalah sediaan farmasi yang ditujukan untuk menutup luka. Penutup

    luka selain berfungsi untuk menutupi/ melindungi jaringan baru, juga diharapkan dapat

    mempercepat proses penyembuhan luka.

    2. Cara Sterilisasi Wound DressingSterilisasi adalah suatu tindakan membunuh kuman pathogen dan apatogen beserta

    sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi,

    atau menggunakan bahan kimia.

    Jenis peralatan yang disterilkan

    a. Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum, dll.b. Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya kateter, sarung tangan, Selang NGT, drain.c. Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya kanula rektum, kanul trakea, dll.d.

    Peralatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok, baskom, dll.

    e. Peralatan yang terbuat dari porselen, misalnya mangkok, piring, cangkir, dll.f. Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya selang infus, dll.g. Peralatan yang terbuat dari tenun, misalnya kain kasa, tampon, duk operasi, sprei,

    sarung bantal, dll.

    Prosedur pelaksanaan

    a. Sterilisasi dengan cara merebusSterilisasi peralatan dengan cara merebusnya didalam air hingga mendidih (1000C)

    dan tunggu 15-20 menit. Misalnya, peralatan dari logam, kaca, dan karet.

    b. Sterilisasi dengan carastoomSterilkan peralatan dengan uap panas didalam autoklaf dengan waktu, suhu, dan

    tekanan tertentu. Misalnya, alat tenun, obat-obatan, dll.

    c. Sterilisasi dengan cara panas kering

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    4/25

    4

    Sterilkan peralatan dalam oven dengan panas tinggi. Misalnya, peralatan logam, benda

    tajam, peralatan dari kaca dan obat-obat tertentu.

    d. Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimia.Sterilkan peralatan dengan menggunakan bahan kimia, seperti alkohol, sublimat, dan

    uap formalin khususnya untuk peralatan yang cepat rusak jika terkena panas, misalnya

    sarung tangan, kateter, dll.

    e. Sterilisasi Wound Healing (Penutup luka) berdasarkan Gelling agent-nya bila sediaandibuat dalam bentuk hidrogel.

    Asam ursolat dapat menstimulasi keluarnya reseptor peroxisome proliferator-

    activated receptor- (PPAR-), involucrin, loricrin, dan filagrin. Stimulasi PPAR- ini

    akan menstimulasi diferensiasi epidermis yang merupakan fase formasi jaringan (fase

    kedua dari proses penyembuhan luka (Lim et al., 2007).

    Tujuan penanganan luka adalah melakukan penyembuhan luka dalam waktu yang sesingkat

    mungkin dengan seminimal mungkin rasa sakit, ketidaknyaman, dan ketakutan yang dirasakan

    oleh pasien. Selain itu penanganan luka haruslah menghasilkan lingkungan fisiologis yang

    kondusif untuk proses perbaikan dan regenerasi jaringan luka (Bowler et al., 2001). Bentuk

    sediaan penyembuh luka sebaiknya mampu memberikan lingkungan yang lembab. Lingkungan

    yang lembab akan mencegah dehidrasi jaringan dan kematian sel, mempercepat angiogenesis dan

    meningkatkan pecahnya fibrin dan jaringan mati (Mallefet and Dweck, 2008). Sediaan yang

    ditujukan untuk penggunaan luka terbuka adalah sediaan steril (Moynihan and Crean, 2009).

    Berbagai bentuk sediaan yang ditujukan untuk luka dapat digunakan, salah satunya adalah

    sediaan hidrogel. Kemampuan suatu sediaan sebagai pembawa zat aktif sampai ke tempat aksi

    dipengaruhi oleh sifat fisis sediaan tersebut. Sifat fisis sediaan hidrogel penyembuh luka dapat

    dipengaruhi oleh proses sterilisasi yang digunakan dan formula sediaan tersebut. Proses sterilisasi

    dapat mengubah viskositas hidrogel. Untuk mendapatkan sediaan hidrogel penyembuh luka yang

    steril bisa dicapai dengan dua cara. Yang pertama dengan sterilisasi bahan baku hidrogel dan

    proses pembuatan dilakukan secara aseptis. Kedua dengan pembuatan basis hidrogel terlebih

    dahulu dan kemudian dilakukan sterilisasi diakhir proses menggunakan autoklaf (Halls, 1994).

    Komposisi basis hidrogel akan sangat berpengaruh pada sifat fisis gel yang dihasilkan.

    Hidrogel untuk penggunaan dermatologi secara umum mempunyai sifat tidak berminyak,

    tiksotropi, mudah menyebar, mudah dibersihkan, dan mempunyai sifat emolien

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    5/25

    5

    (Mohamed, 2004). Sebagai contoh digunakan 3 macamgelling agent yaitu Carbopol, Na-

    CMC, dan Ca-alginat.

    Salah satu persyaratan sediaan yang ditujukan untuk luka terbuka adalah steril.

    Sterilisasi menjadi salah satu langkah pembuatan sediaan hidrogel penyembuh luka

    ekstrak etanol daun binahong yang penting. Panas sterilisasi akan mengakibatkan

    penurunan viskositas. Penurunan viskositas basis hidrogel pada sterilisasi basah ini

    terjadi karena depolimerisasi akibat terjadinya hidrolisis. Sedangkan pada sterilisasi

    kering depolimerisasi terjadi karena adanya proses oksidasi. Pengaruh panas sterilisasi

    terhadap basis hidrogel penyembuh luka ekstrak etanol daun binahong ditunjukkan oleh

    adanya perubahan viskositas dan daya sebar basis hidrogel dibandingkan dengan basis

    hidrogel tanpa panas sterilisasi.

    Hoefler (2011) menyatakan bahwa pemberian panas yang tidak terlalu tinggi pada

    larutan Na-CMC tidak akan terlalu berpengaruh karena dalam larutan, perubahan fisis

    yang diakibatkan oleh temperatur tidak bersifat permanen. Pemberian panas yang tinggi

    dan dalam waktu lama akan mengakibatkan depolimerisasi Na-CMC yang akan

    mengakibatkan penurunan viskositas. Suhu dan waktu pemanasan (duration of thermal

    treatment) mempengaruhi stuktur polimer alginat (Serp et al., 2002).

    Pada panas kering suhu yang digunakan lebih tinggi (160C) dan waktu lebih lama (60

    menit) dibandingkan pada proses panas basah (115C, 30 menit) sehingga kemungkinan

    terjadinya depolimerisasi terhadap Na-CMC lebih besar dibandingkan pada panas basah,

    hal ini terbukti dengan terjadinya penurunan viskositas yang lebih besar pada panas

    kering. Adanya Ca-alginat memperbesar potensi penurunan viskositas karena dengan

    naiknya suhu dan waktu pemanasan memperbesar kemungkinan rearrangement dan

    leakage dari homopolimer blok Ca-alginat. Hal tersebut menjelaskan mengapa pada

    panas kering penurunan viskositas dan kenaikan daya sebar basis hidrogel lebih besar

    dibandingkan pada proses panas basah.

    Carbopol memberikan kontribusi/pengaruh paling besar pada viskositas, daya sebar,

    extrudability dan bioadesi sediaan, berpengaruh memperkecil penurunan viskositas dan

    kadar asam ursolat dalam sediaan, tetapi tidak berpengaruh terhadap penurunan bioadesi

    sediaan. Carbopol didalam air akan mengembang membentuk struktur jejaring berserat-

    serat tidak teratur (irregular fibrous network structure). Penambahan kadar Carbopol

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    6/25

    6

    akan mengakibatkan densitas ikatan silang meningkat dan mengakibatkan naiknya

    viskositas. Carbopol dengan kadar 1% dengan penambahan TEA akan membentuk

    struktur seperti sarang lebah. Jejaring struktur sarang lebah ini lebih kuat dibandingkan

    struktur jejaring berserat-serat tidak teratur. Semakin banyak Carbopol yang digunakan

    maka struktur sarang lebah ini akan membentuk dinding yang makin kuat pula (Kim et

    al., 2003). Hal inilah yang menyebabkan Carbopol mempunyai kontribusi sangat besar

    dalam sifat fisis sediaan dan memperkecil penurunan viskositas, bioadesi dan kadar asam

    ursolat sediaan.

    Na-CMC memberikan pengaruh terhadap sifat fisis gel kecuali bioadesi, memperbesar

    penurunan viskositas dan bioadesi, tidak berpengaruh terhadap penurunan kadar asam

    ursolat, dan memberikan kontibusi paling besar terhadap penurunan bioadesi. Viskositas

    dan pengaturan struktur Na-CMC dalam air tergantung pada derajat netralisasinya. Saat

    dimasukkan ke dalam air, Na+ lepas dan diganti dengan ion H+ dan membentuk HCMC

    yang akan meningkatkan viskositas dengan terbentuknya cross-linking (Bochek et al.,

    2002). Ikatan hidrogen menurunkan kelarutan Na-CMC dalam air dan menghasilkan

    formasi hidrogel yang elastis. Semakin banyak Na-CMC dalam air maka semakin banyak

    ikatan hidrogen yang mungkin terjadi dan akan membuat larutan menjadi semakin rigid.

    Na-CMC tidak mempengaruhi bioadesi sediaan terhadap kulit. Na-CMC dalam

    sediaan gel yang netral akan cenderung melepas Na+ dan bermuatan negatif. Polimeranionik cenderung tidak berikatan dengan permukaan kulit, sebaliknya polimer kationik

    mampu membentuk ikatan kuat (Smart, 2005). Sehingga dapat dimengerti apabila Na-

    CMC tidak mempengaruhi respon bioadesi.

    Ca-alginat memberikan pengaruh terhadap viskositas, daya sebar, extrudability dan

    bioadesi sediaan, memperbesar penurunan viskositas, bioadesi dan kadar asam ursolat,

    dan memberikan kontribusi paling besar terhadap penurunan viskositas dan kadar asam

    ursolat sediaan. Pembentukan hidrogel alginat didasarkan pada afinitas alginat pada ion

    tertentu dan kemampuannya mengikat ion tersebut. Meningkatnya ikatan ion akan

    meningkatkan viskositas gel. Ion Ca2+ berikatan dengan rantai G (guluronat) alginat,

    sehingga alginat yang kaya akan G lebih rigit dibandingkan alginat yang kaya akan rantai

    M (manuronat) (Draget et al., 1997). Viskositas hidrogel alginat tergantung pada

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    7/25

    7

    kekuatan ionik solven, konsentrasi alginat, apabila pH larutan alginat diturunkan maka

    akan menyebabkan presipitasi molekul alginat (Draget et al., 1994).

    Ca-alginat memberikan kontribusi paling besar dalam penurunan viskositas dan kadar

    asam ursolat sediaan karena struktur jejaring Ca-alginat akan runtuh pada suhu 35

    450C. Runtuhnya struktur jejaring Ca-alginat kemungkinan disebabkan oleh pemisahan

    fase di dalam campuran atau asosiasi yang berlebihan dari alginat dengan polimer yang

    lain (Panouill and Larreta-Garde, 2009).

    Pemilihan kondisi optimum ditentukan berdasarkan kriteria yang dibuat sebelumnya.

    Kriteria ditentukan sebagai berikut: viskositas 100150 d.Pa.S, daya sebar 50100 cm

    g/detik, extrudability 37 cm3, bioadesi 1020 g/cm

    2, kadar asam ursolat 0,3605 mg%.

    Ditemukan area yang memenuhi syarat sediaan hidrogel ekstrak daun binahong pada

    rentang Ca-alginat antara 0,500,71 g, Na-CMC antara 0,200,71 g, dan Carbopol antara

    1,031,07 g.

    Panas sterilisasi basah menyebabkan penurunan viskositas dan peningkatan daya

    sebar lebih kecil dibandingkan panas sterilisasi kering. Na-CMC memberikan pengaruh

    terhadap sifat fisis gel kecuali bioadesi, memperbesar penurunan viskositas dan bioadesi,

    tidak berpengaruh terhadap penurunan kadar asam ursolat, dan memberikan kontibusi

    paling besar terhadap penurunan bioadesi. Ca-alginat memberikan pengaruh terhadap

    viskositas, daya sebar, extrudability dan bioadesi sediaan, memperbesar penurunanviskositas, bioadesi dan kadar asam ursolat, dan memberikan kontribusi paling besar

    terhadap penurunan viskositas dan kadar asam ursolat sediaan.

    3. Sterilisasi Bahan Wound Healinga. Sterilisasi Chitosan

    Penggunaan chitosan sebagai pembalut luka memiliki kelebihan karena

    biokompatibilitas dan biodegradasi dari molekul, yang tidak membahayakan lingkungan.

    Chitosan mempunyai zat analgesik, bakteriostatik dan fungistatik, yang sangat berguna

    untuk pengobatan luka. Selain itu, chitosan memodulasi fungsi makrofag dan sekresi

    berbagai enzim (misalnya, kolagenase) dan sitokin (misalnya interleukin dan tumor

    necrosis factor) selama penyembuhan luka proses (Majeti & Ravi, 2000). Degradasi

    kitosan menjadi monomer dan oligomer pada situs luka secara signifikan mempercepat

    proses penyembuhan luka (Minagawa et al., 2007).

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    8/25

    8

    Metode sterilisasi yang digunakan untuk bahan turunan kitosan sangat tergantung pada

    jenis aplikasi. Sterilisasi menggunakan panas kering, uap jenuh autoklaf, etilen oksida

    (EO) dan iradiasi gamma adalah salah satu metode yang saat ini digunakan untuk produk

    farmasi dan medis.

    Paparan panas kering mengakibatkan kelarutan kitosan dalam air menjadi rendah dan

    tidak larut di beberapa media air asam (Lim et al., 1999). Hal ini karena suhu yang tinggi

    dapat mengubah sifat biomolekul dan mengakibatkan performa yang buruk sebagai

    biopolimer. Selain itu, panas dapat mengubah sifat fisik dari kitosan, mempengaruhi

    kelarutan berairnya, reologi dan penampilan.

    Iradiasi sinar gamma menyebabkan pemotongan rantai utama dalam kitosan (Lim et al.,

    1998). Iradiasi dengan 2,5 Mrad di udara meningkatkan kekuatan tarik dari film kitosan,

    yangmungkin karena perubahan dalam interaksi rantai dan penataan ulang. Iradiasi

    gamma pada 2,5 Mrad bawah kondisi anoxic (tanpa oksigen) dapat memberikan

    sterilisasi cocok untuk produk chitosan, karena kondisi anoxic (tanpa oksigen) selama

    iradiasi tidak mempengaruhi sifat film.

    Penggunaan autoklaf uap jenuh direkomendasikan untuk produk chitosan karena dapat

    mempertahankan kekuatan tarik dari film kitosan (Rao & Sharma, 1997). Meskipun

    demikian, uap jenuh autoklaf menyebabkan penggelapan kitosan menjadi warna kuning,

    yang mungkin timbul dari Reaksi Maillard antara gugus NH2 dan OH (Yang et al.,2007). Telah dilaporkan juga bahwa sterilisasi dengan autoklaf uap jenuh mungkin tidak

    cocok untuk mensterilkan kitosan yang membentuk kompleks dengan protein, faktor

    pertumbuhan atau enzim.

    Sterilisasi menggunakan EO (etilen oksida) untuk kitosan juga dilaporkan

    mempertahankan biokompatibilitas kitosan yang berpori (Lim et al, 2007;. Lim et al,

    2010.). Chitosan yang disterilkan dengan EO harus dikarantina dan dilakukan saline

    irrigated sebelum menggunakannya untuk menghilangkan residu EO. Chitosan

    disterilkan dengan EO yang dikarantina di bawah aliran udara selama 10 hari untuk

    menghilangkan residu EO. Selain itu, sifat-sifat kimia dan struktur chitosan tidak

    terpengaruh setelah EO, sebagaimana ditentukan oleh Fourier transform infrared

    spektroskopi (FTIR) (Yang et al., 2007).

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    9/25

    9

    b. Sterilisasi Benang Bedah (ETHICON, INC)Benang bedah disterilkan oleh penyinaran dengan kobalt 60 atau dengan gas etilen

    oksida. Kedua proses ini mengubah protein, enzim, dan komponen seluler lainnya agar

    mikroorganisme tidak dapat bertahan atau menyebabkan infeksi. Benang untuk bedah

    diberi label sebagai sekali pakai, sekali pakai peralatan medis dan tidak boleh di

    sterilisasi.

    Penyinaran (iradiasi) dan gas oksida etilena merupakan sterilisasi dingin proses karena

    radiasi mensterilkan pada suhu kamar dan etilena gas oksida mensterilkan pada temperatur

    yang lebih rendah dari metode sterilisasi lain seperti panas kering atau uap di bawah

    tekanan.

    Sterilisasi dengan penyinaran memaparkan produk ke ionizing radiationeither beta

    raysyang dihasilkan oleh energy electron acceleratorsatau sinar gamma dari radioisotop

    sampai diserap dalam dosis sterilisasi yang tepat. Penyinaran dengan Cobalt 60 merupakan

    proses sterilisasi yang paling sederhana.

    Beberapa benang jahitan tidak dapat menahan efek sterilisasi iradiasi (penyinaran),

    yang menyebabkan benang jahitan tidak dapat digunakan. Benang jahitan yang seperti itu

    disterilkan melalui gas etilen oksida. Kombinasi konsentrasi gas etilen oksida, suhu,

    kelembaban, dan waktu pemaparan harus hati hati dikendalikan untuk memastikan

    sterilisasi yang optimum. Ruangan sterilisasi terdiri dari :

    1. Ruang sterilisasi dengan inlet udara (mengandung filter bakteri);

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    10/25

    10

    2. Saluran Uap;3. Gas conditioner;4. Pompa vakum;5. ETO silinder; dan6. Vakum sistem untuk mengalirkan gas dari ruangan ke saluran pembuangan gas gas

    buang saluran atau langsung ke luar.

    (http://www.gdnash.com/)

    Chambers dipanaskan oleh hambatan listrik atau uap yang terkandung dalam jaket

    sekitar Chamber. Siklus sterilisasi biasanya terdiri dari empat fase:

    1. Pengkondisian, humidifikasiPada tahap pengkondisian, pompa vakum atau water injektor menarik udara dari

    Chamber.Jumlah yang masuk dikendalikan, sehingga dapat meningkatkan

    kelembaban

    2. Paparan, sterilisasiETO atau disuntikkan ke dalam ruangan untuk memulai fase pemaparan

    3. Pembuangan,Pada tahap pembuangan, Vakum sistem untuk mengalirkan gas dari ruangan ke

    saluran pembuangan gas gas buang saluran atau langsung ke luar

    4. Pembersihan udara.Udara disaring untuk mencegah penumpukan gas. Ruangan kemudian diangin

    anginkan untuk menghilangkan residu ETO.

    c. Sterilisasi Hydrocolloid dan Hydogel dengan Radiasi

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    11/25

    11

    Secara umum sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara baik secara fisika

    maupun kimia. Sterilisasi fisika pun dibagi menjadi beberapa macam diantaranya

    sterilisasi dengan panas kering, panas uap, dan radiasi. Sedangkan sterilisasi kimia

    dilakukan dengan zat kimia.

    Hiydrocolloid dan hydrogel adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk

    pembuatan wound dressing. Karakteristiknya yang khas membuat kedua bahan tersebut

    cocok untuk mempercepat penyembuhan luka pasien. Hal yang menjadi titik penting

    adalah bahan-bahan tersebut akan kontak langsung dengan luka sehingga sterilitasnya

    harus terjaga untuk menjamin keselamatan pasien. Sebagaimana yang telah diketahui,

    luka adalah kondisi dimana lapisan kulit terluar sudah tidak ada atau tidak berfungsi

    semestinya yang dapat menyebabkan infeksi bila terpapar dengan bakteri infeksi.

    Banyak formulasi baru yang menggunakan hidrokoloid yang mana lebih cocok untuk

    dijadikan bermacam-macam bahan seperti, plastik atau film LSE (low surface energy),

    kain bedah, busa, weave dan non-weave. Biokompatibilitas dapat ditingkatkan dan sifat

    adhesif dapat bertahan lebih baik bila disterilisasi dengan autoklaf, gamma dan etilen

    dioksida (Cooler, 2011).

    Namun sterilisasi dengan etilen oksida sering kali meninggalkan residu yang tidak

    dapat ditoleransi, terlebih untuk open wound. Hal ini akan menyebabkan kerusakan

    jaringan luka yang tidak diinginkan sehingga dapat memperburuk kondisi pasien.Selain itu, sterilisasi dengan metode autoklaf menurut penelitian terbaru dapat

    merubah sifat fisik sediaan pada beberapa sediaan wound dressing yang dapat

    menyebabkan penurunan potensi sediaan wound dressing. Oleh karena itu, autoklaf tidak

    dipilih sebagai metode untuk seterilisasi pada kasus ini untuk mencegah hal tersebut.

    Teknik sterilisasi dengan radiasi dengan demikian menjadi metode pilihan untuk

    beberapa sediaan wound dressing karena menurut penelitian, sifat fisik sediaan wound

    dressing menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan dengan sediaan yang belum

    dilakukan sterilisasi dengan demikian, dianggap bahwa tidak akan ada penurunan potensi

    yang tidak diinginkan.

    Salah satu bahan yang dapat disterilisasi dengan radiasi adalah EVA copolymer.

    Fungsi dari EVA copolymer adalah untuk cross-linksaat terjadi radiasi ionisasi, seperti

    radiasi gamma pada dosis 2kGy, yang dapat digunakan untuk mensterilisasi wound

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    12/25

    12

    dressing yang dibuat dengan komposisi seperti ini. Jaringan yang terintegrasi terbentuk

    dari EVA polymer dengan cross-linking selama irradiasi. Masalah yang ada pada sistem

    ini adalah dosis ada proses sterilisasi yang umum digunakan. Perusahaan menawarkan

    pelayanan sterilisasi untuk peralatan medis dengan nominal dosis 25kGy secara spesifik

    yang mana tergolong pada rentang 25-35 kGy, contohnya, beberapa dressing akan

    menerima jumlah yang sedikit, sedangkan beberapa akan terpapar oleh jumlah yang besar.

    Variasi seperti itu menyebabkan variasi kerapatan cross-link pada dressing meskipun

    dilakukan pada produksi batch yang sama (Anonim, 1999).

    Dalam mikrobiologi radiasi gelombang elektromagnetik yang banyak digunakan

    adalah radiasi sinar ultraviolet, radiasi sinar gamma atau sinar X dan sinar matahari. Sinar

    matahari banyak mengandung sinar ultraviolet, sehingga secara langsung dapat dipakai

    untuk proses terilisasi; hal ini telah lama diketauhi orang. Sinar ultraviolet bisa diperoleh

    dengan menggunakan katoda panas (emisi termis) yaitu ke dalam tabng katoda

    bertekanan randah diisi dengan uap air raksa; panjang gelombang yang dihasilkan dalam

    proses ini biasanya dalam orde 2.500 sampai dengan 2.600 Angstrom. Lampu merkuri

    yang banyak terpasang di jalan-jalan sesungguhnya banang mengandung sinar ultraviolet.

    Namun sinar ultraviolet yang dihasilkan itu banyak diserap oleh tabung gelas yang

    dilaluinya, sehingga dalam proses sterilisasi hendaknya dosis ultraviolet diperhatikan

    (Gabriel, 1988).Sinar ultaviolet yang diserap oleh sel organisme yang hidup, khususnya oleh

    nukleotida maka elektron-elektron dari molekul sel hidup akan mendapat tambahan

    energi. Tambahan energi ini kadang-kadang cukup kuat untuk mengganggu bahkan

    merusak ikatan intramolekuler misalnya ikatan atom hidrogen dalam DNA. Perubahan

    intramolekuler ini menyebabkan kematian pada sel-sel tersebut. Beberapa plasma sangat

    peka terhadap sinar ultraviolet sehingga mudah menjadi rusak (Gabriel, 1988).

    Sinar gamma mempunyai tenaga yang lebih besar dari pada sinar ulttaviolet dan

    merupakan radiasi pengion. Interaksi antara sinar gama dengan materi biologis sangat

    tinggi sehingga mampu memukul elektron pada kulit atom sehingga menghasilkan

    pasangan ion (pair production). Cairan sel baik intraselluler maupun ekstraseluler akan

    terioniasi sehingga menyebabkan kerusakan dan kematian pada mikroorganisme tersebut

    (Gabriel, 1988).

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    13/25

    13

    Sterilisasi dengan penyinaran sinar gamma berdaya tinggi dipergunakan untuk objek-

    objek yang tertutup plastik (stick ntuk swab, jarum suntik). Untuk makanan maupun obat-

    obatan tidak boleh menggunakan sinar gamma untuk sterilisasi oleh karena akan terjadi

    perubahan struktur kimia pada makanan maupun obat-obatan tersebut (Gabriel, 1988).

    Selain untuk mensterilisasi, adapula manfaat lain dari radiasi untuk penyembuhan luka.

    Radiasi ultraviolet pada panjang gelombang tertentu dapat menjadi bahaya namun

    dapat pula memberikan keuntungan yang nyata. Hal tersebut amat ditentukan oleh dosis

    pajanannya.

    UVC (200-280 nm)adalah antimikroba yang poten dan dapat langsung diaplikasikan

    ke infeksi luka akut untuk membunuh patogen tanpa bahaya yang tidak dapat ditoleransi

    terhadap jaringan penderita. UVC sudah digunakan secara luas untuk mensterilisasi

    benda mati. UVB (280-315 nm) secara langsung telah diaplikasikan untuk jaringan luka

    untuk menstimulasi penyembuhan dan telah digunakan secara luas sebagai radiasi UV

    perawatan ekstra untuk darah untuk menstimulasi sistem imun. UVA (315-400 nm)

    mempunyai efek yang berbeda pada pengenalan sel, tetapi belum digunakan secara luas

    untuk penyembuhan luka (Gupta, 2013).

    Penetrasi sinar UVC dan UVB ke dalam jaringan dapat membahayakan DNA di

    dalam sel penderita dan resiko ini harus diseimbangi dengan keuntungan yang didapatkan.

    Pajanan kronik UV dapat bersifat karsinogenik dan hal ini harus dilakukan berdasarkanperencanaan yang matang. Teknologi tinggi sumber UV terbaru seperti light emitting

    diodes, laser, dan microwave generated UV plasma dapat digunakan untuk kebutuhan

    biomedis. Penelitian lebih lanjut mengenai pengenalan sel yang terjadi setelah pemaparan

    UV dapat memberikan manfaat terhadap penyembuhan luka (Gupta, 2013).Paparan

    radiasi UV akan menyebabkan eritema, hiperplasia epidermal, meningkatkan aliran darah

    di mikrosirkulasi dan juga mempunyai efek bakerisidal (Eaglstein, 1975 dan Taylor,

    1995).

    4. Desinfeksi Definisi

    Desinfeksi adalah suatu tindakan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen,

    tetapi tidak termasuk sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran atau permukaan

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    14/25

    14

    jaringan tubuh dengan menggunakan bahan disinfektan atau dengan cara mencuci,

    mengoleskan, merendam, dan menjemur.

    Tujuano Mencegah terjadinya infeksi silango Memelihara peralatan dalam keadaan siap pakai.

    Prosedur Pelaksanaana) Desinfeksi dengan cara mencuci

    1. Tangan, Cuci tangan dan dibersihkan dengan sabun, kemudian siram ataubasahi dengan alkohol 70%.

    2. Luka,Cuci luka khususnya luka kotor dengan betadin.3. Kulit,Cuci kulit atau jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan larutan iodium

    tinktur 3% dan dilanjutkan dengan alkohol.

    4. Vulva, Cuci vulva dengan larutan sublimate 1:1000 atau PK 1:1000b) Desinfeksi dengan cara mengoleskan

    1. Luka,Oleskan mercurochroom pada luka.2. Luka bekas jahitan,Oleskan alkohol 70%, betadin, dan lain-lain pada luka

    bekas jahitan.

    c) Desinfeksi dengan cara merendam1. Tangan,Rendam tangan dalam larutan lisol 0,5%2. Peralatan, Merendam peralatan perawatan atau kedokteran setelah dipakai

    dalam larutan lisol 3-5% sekurang-kurangnya 2 jam.

    3. Alat Tenun,Rendam alat tenun setelah dipakai oleh pasien penyakit menulardalam larutan lisol 3-5% sekurang-kurangnya 24 jam.

    d) Desinfeksi dengan cara menjemur dibawah sinar matahari1. Jemur kasur, bantal, tempat tidur, dan lain-lain sekurang-kurangnya 2 jam

    setiap permukaan.

    2. Jemur peralatan perawatan, misalnya urinal dan pispot.

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    15/25

    15

    5. Macam-macam Sediaan Obat LukaA. Berdasarkan kegunaannya :

    1. Pembersih lukaMerupakan sediaan steril yang digunakan untuk membersihkan luka dari kotoran -

    kotoran yang menempel. Biasanya dilakukan pada penanganan awal luka, baik luka

    bakar atau luka bukan akibat terbakar. Contohnya adalah alkohol swab, larutan NaCl

    fisiologis.

    2. Wound Dressing(Pembalut luka) danBurn Dressing(pembalut luka bakar)Merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menutup luka akibat benturan atau

    luka bakar sehingga menghindari resiko adanya infeksi. Terdapat banyak jenis wound

    and burn dressing yang dijual dipasaran. Berikut daftar bentuk sediaannya serta nama

    mereknya.

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    16/25

    16

    B. Berdasarkan bentuk sediaannya1. Film / membrane

    Sediaan farmasi yang tersedia dalam berbagai tingkat ketebalan dari mulai ukuran

    micrometer sampai millimeter. Dibuat melalui metode yang berbeda menggunakan

    satu jenis atau lebih polimer polimer. Sediaan membrane ini merupakan sediaan

    yang ideal untuk penyembuhan luka, tersedia banyak dipasaran. Film / membrane

    dengan struktur jaringan polimer yang homogeny digunakan untuk mengobati area

    luka dang melindungi luka dari serangan luar (kotoran dan bakteri). Adapun jenis

    jenis polimer yang sering digunakan diantaranya adalah polyurethane, PVP

    (polyvinyl pirolidon), kolagen, kitosan dan turunannya, Na alginate, asam hialuronat.

    2. GelGel merupakan sediaan semi padat yang terbentuk dengan adanya disperse

    komponen organic dan komponan anorganik yang memiliki ukuran lebih besar dari

    pada ukuran koloid dalam fasa cair. Hydrogel merupakan sistem semi solid yang

    terbentuk dengan kombinasi satu atau lebih polimer hidrofilik. Hydrogel banyak

    dipilih dalam menangani luka selain karena pemakaiannya yang mudah, juga karena

    kemampuannya dalam menyerap air sangat besar, sehingga berpotensi mengurangi

    resiko iritasi ketika kontak dengan jaringan lain yang memiliki struktur yang sama.

    Selain itu mampu menjaga kelembaban di sekitar tempat pengaplikasian dan mudahdibersihkan. Niopolimer yang secara luas digunakan untuk sediaan ini diantaranya

    adalah hyaluronan, kitosan, dll.

    3. Spray dan busa.Spray adalah bentuk sediaan farmasi yang mengandung pelarut dan polimer ,

    membentuk lapisan film pada permukaan luka ketika disemprotkan. Contoh

    sediaannya adalah Hydron . Dibuat dengan menggunakan bubuk polyhydroxyethyl

    metakrilat dan polietilen glikol cair. Ketika disemprotkan pada permukaan luka, akan

    menciptakan lapisan film tipis dan transparan. Dalam penelitian ditemukan bahwa

    semprotan mengurangi rasa sakit dari luka, tetapi memiliki kelemahan termasuk

    hilangnya integritas rias dan akumulasi cairan sub - membran. Para peneliti

    menyatakan bahwa Hydron memberikan pengobatan yang efektif bila diterapkan

    untuk luka kecil ketebalan parsial dan ke daerah-daerah yang jauh dari sendi (

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    17/25

    17

    Dressler et al , 1980; . Pruitt & Levine , 1984) . Contoh lain dari semprotan aerosol

    adalah semprotan papain - pektin . Spray-onluka topikal initerdiri dari 0,1 % papain

    dalam 6 % pektin gel diformulasikan untuk penyembuhan luka kulit. Stabilitas

    aktivitas enzim semprot ini dirumuskan baru dibandingkan dengan papain 0,1 %

    dalam larutan air pada suhu didinginkan dari 4C . dan 75 C. Formulasi yang telah

    disiapkan diuji pada luka eksperimental dibuat pada kelinci . Dalam kelompok belajar

    dirawat oleh pectinpapain semprot aerosol dibandingkan dengan kelompok kontrol .

    4. KompositKomposit dikembangkan untuk pengobatan luka melibatkan lapisan luar elastis

    dengan kekuatan mekanik yang tinggi, yang tahan terhadap efek lingkungan dan

    memberikan kelembaban dengan mencegah penguapan; Sebaliknya, lapisan dalam

    memberikan adhesi dari komposit ke permukaan luka. Komposit yang secara klinis

    telah digunakan antara lain komposit kitin nanofibrils / kitosan glikolat (Muzzarelli et

    al., 2007), komposit DNA salmon milt / kolagen salmon (Shen et al., 2008), komposit

    polimer-xerogel (Costache et al., 2010), dan sistem matriks gel seluler autologous

    (Weinstein-Oppenheimer et al., 2010). Komposit nanofibrillar chitin / chitosan

    glikolat tampaknya paling cocok sebagai obat-obatan yang dapat melakukan kontrol

    atas berbagai proses biokimia dan fisiologis yang terlibat dalam penyembuhan luka

    selain hemostasis. Sedangkan kitosan memberikan aktivitas antimikroba, kapasitasstimulasi sel dan filmogenicity, nanofibrils kitin yang direstrukturisasi dengan gel,

    dilepaskan perlahan N-asetilglukosamin dan dikenal sebagai protein untuk faktor

    pertumbuhan.

    Dalam studi lain, Shen et al. (2008) meneliti neovaskularisasi dan Fibrillogenesis

    dari efek komposit DNA salmon milt dan kolagen salmon (SC) bila digunakan untuk

    pengobatan luka. Kehilangan jaringan pada penyembuhan luka diobati dengan

    komposit yang diperbaiki dengan cepat dan lapisan epidermis terbentuk dengan cepat

    dengan cara sDNA (Shen et al., 2008).

    Biobrane, adalah gabungan berbasis kolagen-silikon, yang digunakan sebagai

    cangkok kulit untuk mengobati luka (Gambar 5). Lapisan luar dari membran adalah

    lapisan tipis dan semipermeabel yang terdiri dari silikon. Lapisan ini memungkinkan

    perembesan air tetapi mencegah masuknya mikroorganisme. Tipe I kolagen babi

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    18/25

    18

    membentuk lapisan dalam dengan inert, struktur jaringan hidrofilik dan memberikan

    landasan yang cocok untuk pengembangan granulasi jaringan. Transfer air dapat

    dipertahankan mirip dengan kulit alami dengan memodifikasi ketebalan membran

    (Suzuki et al, 1990;. Ou et al, 1998;. Masih et al, 2003.).

    Gambar. 1. Gangrenosum pioderma di permukaan tibialis. Diobati dengan Gauze dan i.v. terapi

    steroid dan siklosporin untuk memperbaiki dasar luka. Penyembuhan Sempurna dalam 40 hari

    (Muzzarelli et al., 2007).

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    19/25

    19

    Gambar. 2. Pengamatan Skema aplikasi biobrane pada permukaan sampai pertengahan sebagian

    ketebalan bakar.

    Komposit membran bilaminar yang mengandung kolagen sapi yang berbasis

    analog dermal dan epidermis silastic telah dikembangkan untuk pengobatan luka dan

    luka bakar. Hal ini menyatakan bahwa sapi biokompatibel dengan basis kolagen

    dermal analog yang secara perlahan merusak dan menyediakan lingkungan yang

    sesuai untuk pengembangan jaringan ikat pasien; di samping itu, permeabilitas

    lapisan epidermal uap air dekat dengan kulit dan melindungi luka dari trauma dan

    mikroorganisme (Masih et al., 2003).

    Selain itu, membran komposit biodegradable atau nonbiodegradable unilaminar

    dan bilaminar berfungsi sebagai lapisan kulit serosa dan mengurangi rasa sakit tetapi

    tidak dapat mencegah infeksi. Hal ini menyatakan bahwa komposit sintetis tidak

    mengakibatkan infeksi, yang cocok untuk digunakan dengan larutan antimikroba dan

    mudah diterapkan untuk luka jaringan (Van den Kerckhove et al, 2001;.. Van Zuijlen

    et al, 2003).

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    20/25

    20

    5. Sistem Partikulat` Keuntungan terbesar dari sistem partikulat adalah bahwa, bila diterapkan secara

    lokal untuk luka terbuka, mereka dengan mudah memberikan uap air dan

    permeabilitas oksigen dari luka; dan memiliki permukaan kontak yang besar dan

    bioadhesiveness yang tinggi karena mereka banyak memiliki struktur partikulat.

    Pelepasan obat di daerah luka dapat dikontrol dengan sistem partikulat, dan ini

    meningkatkan kecepatan penyembuhan luka (Kawaguchi, 2000; Tanggal & Patravale,

    2004).

    Dalam studi terbaru pada sistem micro-/nanoparticulate pada pengobatan luka dan

    luka bakar, penggunaan nanopartikel oksida nitrat (Martinez et al., 2009), poli

    (etilena-co-vinil alkohol) nanofiber (Xu et al., 2011), perak nanopartikel (Lakshmana

    et al, 2010;.. Xu et al, 2011), mikropartikel fucoidan (, 2008b Sezer et al.), spons

    kolagen (Masih et al, 2003;. Lee, 2005), dan liposom yang mengandung faktor

    pertumbuhan epidermal (Alemdaroglu et al., 2008) telah diteliti. Staphylococcus

    aureusmerupakan bakteri gram positif, yang mampu dengan cepat berkembang biak

    pada daerah yang terluka dan dapat menyebabkan pada permukaan kulit dan kulit

    invasif. Kulit terluka adalah media yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme

    patogen tersebut. Dengan pengolesan oksida nitrat (NO) memberikan pencegahan dan

    terapi berpotensi berguna terhadap infeksi permukaan kulit, termasuk infeksiStaphylococcus aureus yang resisten methicillin. NO memodulasi respon imun dan

    merupakan regulator penting dari penyembuhan luka (Martinez et al., 2009). NO

    nanopartikel dibuat dengan kombinasi natrium nitrit dengan tetramethylorthosilicate,

    polietilen glikol, chitosan, glukosa. Mekanismenya di mana NO nanopartikel

    mempercepat penyembuhan luka yang lebih ditentukan dengan membuat NO

    nanopartikel baik untuk mencegah degradasi kolagen oleh MRSA pada jaringan yang

    terinfeksi. Kandungan kolagen tertinggi di kedua luka yang tidak terinfeksi dan

    terinfeksi diobati dengan NO nanopartikel, meskipun jaringan yang tidak terinfeksi

    pada nanopartikel-diperlakukan juga kandungan kolagen yang tinggi. Noda biru yang

    tersebar menunjukkan pembentukan kolagen jaringan yang lebih tebal dan lebih

    matang dalam luka yang diobati dengan NO nanopartikel, hal ini menunjukkan bahwa

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    21/25

    21

    paparan NO nanopartikel dapat dipertahankan dengan arsitektur dermal melalui

    pembersihan bakteri, dan akhirnya dapat menjaga kolagen. (Martinez et al., 2009).

    Perak telah digunakan dalam pengobatan luka sejak zaman kuno. Salep termasuk

    sulfadiazine perak juga sering digunakan dalam pengobatan luka bakar. Perak

    mempengaruhi bakteri patogen pada luka dan membakar daerah dengan cara yang

    berbeda. Ion perak berinteraksi dengan enzim bakteri yang diambil di dalam sel

    bakteri, merusak DNA dari bakteri dan mencegah proliferasi sel. Ion perak juga

    menempel pada dinding sel dan mengganggu integritas membran sel serta membunuh

    bakteri (Klasen, 2000a dan 2000b).

    Sistem serat Poli (etilena-co-vinil alkohol) termasuk nanopartikel perak disiapkan

    untuk pengobatan luka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran nanofibre dapat

    dikontrol dengan mengatur konsentrasi larutan polimer. Telah dilaporkan bahwa

    konsentrasi tinggi perak mungkin dapat mengubah morfologi serat. Hasil tes

    menunjukkan bahwa bakteri patogen memiliki kemampuan untuk bertahan dari perak

    nanofibres yang dikemas secara efektif dan proporsional selama rentang konsentrasi

    perak, fdan hal ini menunjukkan kapasitasnya dalam mengendalikan peradangan dan

    potensi untuk dapat diaplikasikan dalam pengobatan luka kulit (Xu et al., 2011).

    Dalam studi lain, nanopartikel perak disintesis dengan metode cair dan organik

    yang dimasukkan ke electrospun polyurethane (PU) nanofibre untuk meningkatkanantibakteri serta sifat luka penyembuhan. Parameter electrospinning juga

    dioptimalkan untuk PU dengan dan tanpa nanopartikel perak. Penyerapan air,

    antibakteri dan cytocompatibility dari nanofibers PU-perak telah dipelajari dan

    dibandingkan dengan busa PU yang konvensional. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa nanofibers PU-Ag dapat digunakan untuk aplikasi pembalut luka (Lakshmana

    et al., 2010).

    Dalam berbagai tahap penyembuhan luka, berbagai jenis sel, sitokin, faktor

    koagulasi, faktor pertumbuhan, aktivasi komplemen dan matriks protein terlibat

    dalam tingkat yang berbeda. Kolagen adalah salah satu komponen protein yang paling

    penting dari struktural jaringan ikat. Sulit untuk mengatakan di mana tahap kolagen

    mendominasi karena penyembuhan luka adalah peristiwa dinamis yang melibatkan

    banyak tahapan. Ada banyak aplikasi klinis yang berbeda dari kolagen. Sebagai

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    22/25

    22

    contoh, kolagen gel sering digunakan untuk mengobati pasien hemofilia karena efek

    hemostatiknya (Tan et al, 2001;. Lee et al, 2002;. Ruszczak, 2003;. Beckenstein et al,

    2004). Dengan menggunakan teknologi microsponge, yang merupakan jenis baru dari

    bentuk sediaan farmasi, partikel kolagen berbasis teruji secara klinis dalam

    pengobatan luka dan luka bakar dan dilaporkan memiliki hasil yang positif

    dibandingkan dengan persiapan komersial (Ruszczak, 2003;. Beckenstein et al, 2004).

    Efikasi microsponges mengandung yang faktor pertumbuhan epidermal (EGF)

    diteliti secara klinis. Ditemukan bahwa penerapan microsponges EGF ke permukaan

    luka bakar meningkatkan aktivitas fibrinogen dan sintesis sehingga fibroblast dan

    migrasi terlihat pada tempat luka (Lee, 2005). Dan juga, sistem liposom EGF yang

    telah dikemas digunakan sebagai sistem partikel pembawa dalam pengobatan luka

    dan luka bakar. Hasil positif dilaporkan dalam hal pembentukan jaringan eschar dan

    penyembuhan luka dengan sistem ini, ketika digunakan terutama dalam pengobatan

    luka bakar tingkat dua (Alemdaroglu et al., 2008).

  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    23/25

    23

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 1999. Hydrocolloid PSAs: New Formulation Strategies

    Article.http://www.mddionline.com/article/hydrocolloid-psas-new-formulation-

    strategies

    Chin Keong Lim, et al. 2010. Biomedical-Grade Chitosan in WoundManagement and Its

    BiocompatibilityIn Vitro.Malaysia : Universiti Sains Malaysia

    Cooler, Jeremy. 2011. Advanced Adhesives for Medical Applications.www.mdtmag.com

    Bochek, A.M., Yusupova, L.D., Zabivalova, N.M., Petropavlovskii, G.A., 2002. Rheological

    Properties of Aqueous H-Carboxymethyl Cellulose Solutions with Various Additives.

    Russian Journal of Applied Chemistry, 75, 47.

    Bowler, P.G., Duerden, B.I., Armstrong, D.G., 2001. Wound Microbiology and Associated

    Approaches to Wound Management. Clinical Microbiology Reviews, 14, 244269.

    Darwis, Darmawan. 2006. STERILISASI PRODUK KESEHATAN (HEALTH CARE

    PRODUCTS) DENGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON. Jakarta : Pusat

    Pengembangan Teknologi Iso top dan Radiasi (PATlR)BATAN

    David L. Dunn, et al. WOUND CLOSURE MANUAL. ETHICON, INC., Johnson & Johnson

    company

    Draget, K.I., Braek, G.S., Smidsrod, O., 1994. Alginic acid gels : the effect of alginatechemical composition and molecular weight. Carbohydrate Polymers, 25, 3138.

    Draget, K.I., Skjk-Braek, G., Smidsrd, O., 1997. Alginate based new materials.

    International Journal of Biological Macromolecules, 21, 4755.

    Eaglstein WH and Weinstein GD. 1975.ProstaglandinAnd DNA Synthesis in Human Skin:

    Possible Relationship to Ultraviolet Light Effects. J Invest Dermatol.

    Gabriel, J. F. 1988.Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Gupta, Asheesh. Et al. 2013. Ultraviolet Radiation in Wound Care: Sterilization and

    Stimulation.Wound Healing Society. Mary Ann Liebert, Inc.

    Halls, N.A., 1994,Achieving Sterility in Medical and Pharmaceutical Products, Marcel ]

    Dekker, Inc, New York, 1-6, 81-82, 153-155.

    Hoefler, A.C., 2011. Sodium Carboxymethyl Cellulose Chemistry, Functionality, and

    http://www.mddionline.com/article/hydrocolloid-psas-new-formulation-strategieshttp://www.mddionline.com/article/hydrocolloid-psas-new-formulation-strategieshttp://www.mddionline.com/article/hydrocolloid-psas-new-formulation-strategieshttp://www.mddionline.com/article/hydrocolloid-psas-new-formulation-strategieshttp://www.mdtmag.com/http://www.mdtmag.com/http://www.mdtmag.com/http://www.mdtmag.com/http://www.mddionline.com/article/hydrocolloid-psas-new-formulation-strategieshttp://www.mddionline.com/article/hydrocolloid-psas-new-formulation-strategies
  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    24/25

    24

    Applications. Food Ingredient Group Hercules Incorporated Wilmington Delaware,

    diakses tanggal 18 Juni 2011,www.here.com/foodgums/index.htm

    Kim, J., Lee, E., Park, S., Park, S., 2003. Rheological properties and microstructures of

    Carbopol network system. Colloid & Polymer Science, 281, 614623.

    Lim, S.W., Hong, S.P., Jeong, S.W., Kim, B., Bak, H., Ryoo, H.C., et al., 2007.

    Simultaneous effect of ursolic acid and oleanolic acid on epidermal permeability

    barrier function and epidermal keratinocyte differentiation via peroxisome proliferator-

    activated receptor-alpha. The Journal of Dermatology, 34, 62534.

    Mallefet, P., and Dweck, A.C., 2008,Mechanism of Wound Healing Examined, Personal

    Care, 9 (3), 7583.

    Mohamed, M.I., 2004. Optimization of chlorphenesin emulgel formulation. The AAPS

    Journal, 6 (3), 1-7.

    Moynihan, H., and Crean, A., 2009.Physicochemical Basic of Pharmaceuticals. Oxford

    University Press. 1-21.

    Panouill, M., and Larreta-Garde, V., 2009. Gelation behaviour of gelatin and alginate

    mixtures. Food Hydrocolloids, 23, 10741080.

    Poly (vinyl alcohol)-alginate physically crosslinked hydrogel membranes for wound dressing

    applications: Characterization and bio-evaluation. Elbadawy A. Kamoun a, *, El-

    Refaie S. Kenawy b , Tamer M. Tamer c , Mahmoud A. El-Meligy b , Mohamed S.Mohy Eldin. 2013. Science Direct

    PVAclay nanocomposite hydrogels for wound dressing. Mehrdad Kokabia, * , Mohammad

    Sirousazar b,1 , Zuhair Muhammad Hassan c. 2007. Science Direct.

    Serp, D., Mueller, M., Von Stockar, U., Marison, I.W., 2002. Low-temperature electron

    microscopy for the study of polysaccharide ultrastructures in hydrogels. II. Effect of

    temperature on the structure of Ca2+-alginate beads.Biotechnology and bioengineering,

    79, 2539.

    Smart, J.D., 2005. The basics and underlying mechanisms of mucoadhesion. Advanced Drug

    Delivery Reviews, 57, 155668.

    Taylor GJ, Bannister GC, and Leeming JP. 1995.WoundDisinfection with Ultraviolet

    Radiation. J Hosp Infect.

    http://www.here.com/foodgums/index.htmhttp://www.here.com/foodgums/index.htmhttp://www.here.com/foodgums/index.htmhttp://www.here.com/foodgums/index.htm
  • 5/24/2018 Makalah Wound Healing FIX

    25/25

    25

    Wound Healing Dressings and Drug Delivery Systems: A Review JOSHUA S. BOATENG,1

    KERR H. MATTHEWS,2 HOWARD N.E. STEVENS,1 GILLIAN M. ECCLESTON1.

    2007. Published online in Wiley InterScience (www.interscience.wiley.com).

    WHO. 2012. Sterilizing Units Ethylene Oxide. Copyright ECRI Institute

    http://www.interscience.wiley.com/http://www.interscience.wiley.com/http://www.interscience.wiley.com/http://www.interscience.wiley.com/