makalahatristis rematoid 6c

46
Nama kelompok M.HAFIZUR RIZKI ISSUDDIN MUSDALIFAH TOTOK HIDAYAT

Upload: uddin-prikitiq-kitiq

Post on 13-Aug-2015

95 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalahatristis rematoid 6C

Nama kelompok

M.HAFIZUR RIZKI

ISSUDDIN

MUSDALIFAH

TOTOK HIDAYAT

Page 2: makalahatristis rematoid 6C

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin

meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada

semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem

muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya

beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai

usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah artritis

rheumatoid. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan

meningkatnya usia manusia.

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik yang

menyebabkan tulang sendi destruksi, deformitas, dan mengakibatkan ketidakmampuan

(Meiner&Luekenotte, 2006). Prevalensi penyakit muskuloskeletal pada lansia dengan

Rheumatoid Arhtritis mengalami peningkatan mencapai 335 juta jiwa di dunia.

Rheumatoid Arhtritis telah berkembang dan menyerang 2,5 juta warga Eropa, sekitar 75 %

diantaranya adalah wanita dan kemungkinan dapat mengurangi harapan hidup mereka

hampir 10 tahun(Breedveld, 2003). Di Amerika Serikat, Penyakit ini menempati urutan

pertama dimana penduduk AS dengan Rheumatoid Arhtritis 12.1 % yang berusia 27-75

tahun memiliki kecacatan pada lutut, panggul, dan tangan, sedangkan di Inggris sekitar 25

% populasi yang berusia 55 tahun ke atas menderita Rheumatoid Arhtritis pada lutut. Di

Indonesia, data epidemiologi tentang penyakit RA masih sangat terbatas. Menurut

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004, penduduk dengan keluhan

sendisebanyak 2 %. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan (Balitbangkes) Depkes, dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta selama 2006 (Yoga,

2006) menunjukkan angka kejadian gangguan nyeri muskuloskeletal yang mengganggu

aktifitas, merupakan gangguan yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari sebagian

Page 3: makalahatristis rematoid 6C

besar responden. Dari 1.645 responden laki-laki dan perempuan yang diteliti, peneliti

menjelaskan sebanyak 66,9 % di antaranya pernah mengalami nyeri sendi. Gangguan

utamanya terjadi pada populasi kelompok umur 45 tahun ke atas. Data terakhir dari

Poliklinik Reumatologi RSCM Jakarta menunjukkan, jumlah kunjungan penderita

Reumatoid Artritis selama periode Januari sampai Juni 2007 sebanyak 203 dari jumlah

seluruh kunjungan sebanyak 1.346 pasien.

Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila

otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan

meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut

tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik

ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan merupakan

suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan penyakit yang menampilkan

perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya menunjukkan adanya

persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat

terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan

utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta

adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan

gerak. (Soenarto, 1982)

Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit

rheumatoid artritis dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada klien Artritis Rheumatoid pada Lansia.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Artritis Rheumatoid pada lansia?

1.3. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

muskuloskeletal yaitu Rheumatoid Artritis pada Lansia.

2. Tujuan khusus

Page 4: makalahatristis rematoid 6C

Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :

a. Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan Artritis

Rheumatoid pada Lansia.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Artritis

Rheumatoid pada Lansia.

c. Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan Artritis Rheumatoid

pada Lansia.

2.4. Manfaat

Dengan pembuatan makalah ini kami dapat mengerti tentang Penyalahgunaan Zat. dan

memahami apa yang harus dilakukan seorang perawat untuk menangani pasien dengan

Artritis Rheumatoid pada Lansia.

Page 5: makalahatristis rematoid 6C

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi

Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik,

juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya,

sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang

diperantarainya.

Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi

menjadi tiga tipe, yaitu: 

1) sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan

dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan

sindemosis; 

2) sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong

oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis

dan simpisis; dan

3) sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami

pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh

kartilago hialin. Kapsul sendi membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi,

tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium

menghasilkan cairan sinovial yang berwarna kekuningan, bening, tidak membeku,

dan mengandung lekosit. Asam hialuronidase bertanggung jawab atas viskositas

cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial. Cairan sinovial

mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi. Jenis sendi sinovial : 

a. Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis ; 

b. Selaris : fleksi dan ekstensi, abd & add, biaxila ; 

c. Globoid : fleksi dan ekstensi, abd & add; rotasi sinkond multi axial ; 

d. Trochoid : rotasi, mono aksis ; 

e. Elipsoid : fleksi, ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi axis. Secara

fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak terjadi

Page 6: makalahatristis rematoid 6C

tekanan yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil.

Sejalan dengan gerakan ke depan, cairan bergeser mendahului beban ketika

tekanan berkurang cairan kembali ke belakang. (Price, 2005; Azizi, 2004).

Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdiri atas sel

kondrosit, dan matriks. Matrriks tulang rawan terdiri atas sabut-sabut protein yang

terbenam di dalam bahan dasar amorf. Berdasarkan atas komposisi matriksnya ada 3

macam tulang rawan, yaitu : 

a. tulang rawan hialin, yang terdapat terutama pada dinding saluran pernafasan dan

ujung-ujung persendian; 

b. tulang rawan elastis misalnya pada epiglotis, aurikulam dan tuba auditiva; dan 

c. tulang rawan fibrosa yang terdapat pada anulus fibrosus, diskus intervertebralis,

simfisis pubis dan insersio tendo-tulang. Kartilago hialin menutupi bagian tulang

yang menanggung beban pada sendi sinovial. Rawan sendi tersusun oleh kolagen

tipe II dan proteoglikan yang sangat hidrofilik sehingga memungkinkan rawan

tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban yang kuat.

Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah

cedera atau penambahan usia

(Wilson, 2005; Laboratorium histologi FK UNS, 2009)

Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang bersendi

diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi

dikelilingi sejenis kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul.

Jaringan ini dilapisi membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk

“meminyaki” sendi. Bagian luar kapsul diperkuat oleh ligamen berserat yang melekat

pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan membatasi gerakan yang dapat

dilakukan.

Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi

ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan

pergerakan sendi menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam

Page 7: makalahatristis rematoid 6C

benturan. Agar rawan berfungsi baik, maka diperlukan matriks rawan yang baik pula. 

Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu : 

a) Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80%

air, hal inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan

rawan sendi elastic

b) Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan

terhadap tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan

sendi yang tebal kolagennya akan tahan terhadap tarikan.

Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti

enzim.

Gejala Sama, Jenis Berbeda

Kebanyakan orang tahu bahwa rematik menyebabkan rasa nyeri, kaku, dan

kadang-kadang pembengkakan pada sendi. Tapi, rematik juga dapat mempengaruhi

otot dan tendon (tempat otot melekat), yang mungkin tidak bengkak tetapi tetap

sakit.  Jenis rematik ada kuranglebih 100 macam, yang paling umum adalah

Osteoarthritis, Rheumathoid Arthritis dan Gout (Arthritis Pirai).

2.2. Definisi

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi

utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organtubuh (Kapita Selekta Kedokteran,

2001 : hal 536). Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat

sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara

simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 ). Reumatoid

arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi

(Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari

kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur

(Felson dalam Budi Darmojo, 1999).

Page 8: makalahatristis rematoid 6C

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui

penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang

mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin

Tucker.1998). Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama

mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan

dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C.

Baughman. 2000). Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan

manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif

Mansjour. 2001 ).

2.3. Epidemologi

Dengan tingkat prevalensi 1 sampai 2 % di seluruh dunia, prevalensi meningkat sampai

hampir 5 % pada wanita di atas usia 50 tahun. Angka penderita Rheumatoid Arthritis

belum dapat dipastikan Pada tahun 2000 ditemukan kasus baru Rheumatoid Arthritis yang

merupakan 4,1 % dari seluruh kasus baru di Poliklinik Rheumatologi RSUPN Cipta

Mangunkusumo Jakarta. Seiring dengan bertambahnya umur, penyakit ini meningkat baik

wanita maupun laki laki. Puncak kejadianya pada umur 20-45 tahun. Prevalensi lebih tinggi

wanita dibandingkan dengan laki laki, lebih dari 75 % penderita RA adalah wanita dengan

perbandingan 3:1 . Rheumatoid Faktor pada serum darah ditemukan 85% pasien penderita

RA (Indonesian Rheumatoid Assosiation (IRA), 2001).

Para ahli dari Universitas Alabama, AS, menarik kesimpulan terhadap penelitian mereka

bahwa wanita yang menderita Rheumatoid Arthritis mempunyai kemungkinan 60% lebih

besar untuk meninggal lebih cepat dibanding wanita yang tidak menderita penyakit

tersebut. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa Rheumatoid Arthritis adalah masalah

kesehatan masyarakat terutama para lansia (lanjut usia). Dalam riset ini, para ahli

mengamati 31 ribu wanita berusia 55 tahun hingga 69 tahun. Pada tahun 1986 ketika

penelitian dimulai, tak satupun dari mereka yang menderita Rheumatoid Arthritis, tetapi

11 tahun kemudian (1997), 158 orang di antara mereka didiagnosa menderita Rheumatoid

Arthritis. Pada tahun 2000, 30 orang di antara penderita Rheumatoid Arthritis itu

meninggal dunia. Berdasarkan data di atas bisa diambil kesimpulan bahwa Rheumatoid

Arthritis akan menjadi penyakit yang banyak ditemui di masyarakat.

Page 9: makalahatristis rematoid 6C

2.4. Etiologi

Penyebab Rheumatoid Arthritis sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti.

Penyebab Rheumatoid Arthritis ini masih terus diteliti di berbagai belahan dunia, namun

agen infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur, sering dicurigai sebagai pencetusnya.

Sejumlah ilmuwan juga berpendapat, bahwa beberapa faktor resiko seperti faktor genetik

dan kondisi lingkungan pun ikut berperan dalam timbulnya RA, seperti(Williams&Wilkins,

1997) :

a. Genetik

Terdapat hubungan antara HLA-DW 4 dengan RA seropositif yaitu penderita

mempunyai resiko 4 kali lebih banyak terserang penyakit ini.

b. Hormon Sex

Faktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan karena perempuan lebih

banyak menderita penyakit ini.

c. Infeksi

Dengan adanya infeksi timbul karena permulaan sakitnya terjadi secara mendadak

dan disertai tanda-tanda peradangan. Penyebab infeksi diduga oleh bakteri,

mikroplasma atau virus.

d. Heart Shock Protein (HSP)

HSP merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh tubuh

sebagai respon terhadap stres.

e. Radikal Bebas

Radikal superoksida dan lipid peroksidase yang merangsang keluarnya

prostaglandin dan pembengkakan.

Menurut Meiner&Lueckenotte (2006), penyebab RA belum diketahui dengan jelas,

namun teori yang paling banyak diterima menyebutkan bahwa RA merupakan penyakit

autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi dan jaringan penyambung. Insiden

meningkat dengan bertambahnya usia terutama pada wanita. Insiden puncak adalah antara

40-60 tahun dan penyakit ini menyerang orang diseluruh dunia dan berbagai suku bangsa

(Price&Wilson, 2005).

2.5. Patofisiologi

Page 10: makalahatristis rematoid 6C

Pada arthritis rheumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan synovial.

Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan

memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membrane synovial dan akhirnya

pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi

tulang. Akibatnya adalah menghilangnya gerak sendi. Otot akan turut terkena karena

serabut otot akan mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya elastisitas

otot dan kekuatan kontraksi otot (Brunner&Suddarth, 2002).

2.6. Manifestasi Klinis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita reumatoid artritis.

Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena

penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi (Brunner&Suddarth, 2002).

a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan

demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.

b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,

namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua

sendi diartrodial dapat terserang.

c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam dapat bersifat generalisasi terutama

menyerang sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis,

yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1

jam.

d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.

Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat

dilihat pada radiogram.

e. Deformitas. kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan

penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,

deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang

sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput

metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga

dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam

melakukan gerak ekstensi.

Page 11: makalahatristis rematoid 6C

f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar

sepertiga orang dewasa penderita arthritis rheumatoid. Lokasi yang paling sering

dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang

permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga

timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan

suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.

g. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ

lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh

darah dapat rusak.

Kelainan yang terjadi pada daerah artikule dibagi menjadi dalam 3 stadium, yaitu :

a. Stadium Sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan diri pada jaringan sinovium (jaringan sendi tipis

yang berada di sendi). Sinovitis aktif mempunyai tanda-tanda hangat,

pembengkakan di sekitar sendi yang radang, nyeri saat istirahat maupun saat

bergerak, bengkak, dan kekakuan. Sendi-sendi yang terkena biasanya sendi-sendi

superficial dimana kapsul sendi mudah dilihat seperti, lutut, pergelangan tangan dan

jari-jari.

b. Stadium Destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada

jaringan sekitar, ditandai adanya kontraksi tendon. Destruksi sendi yang progresif

atau sub luksasio (dislokasi parsial) terjadi ketika satu tulang bergeser terhadap

lainnya dan menghilangkan rongga sendi. Selain tanda dan gejala tesebut terjadi

pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari Swan-Neck.

c. Stadium Deformitas

Pada stadium ini, terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali deformitas

dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali sinovitis

berlanjut pada pembentukan pannus, ankilisis fibrosa dan terakhir ankilosis tilang.

Deformitas disebabkan oleh ketidaksejajaran sendi (misalignment) yang terjadi

akibat pembengkakan

2.5. Pemeriksaan Diagnostik

Page 12: makalahatristis rematoid 6C

Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu karakteristik saja tetapi

berdasar pada evaluasi dari sekelompok tanda dan gejala.

Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:

a. Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)

b. Arthritis pada tiga atau lebih sendi

c. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan

d. Arthritis yang simetris

e. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum

f. Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)

Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya empat dari

tujuh kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang disebutkan terdahulu harus sudah

berlangsung sekurang-kurangnya 6 minggu.

a. Sinar x dari sendi yang sakit: Menunjukkan pembengkakkan pada jaringanlunak,

erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahanawal)

berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendidan subluksasio.

Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.

b. Scan radionuklida:Identifikasi peradangan sinovium.

c.  Artroskopi langsung: Visualisasi dari area yang menunjukkan iregularitas/

degenerasi tulang pada sendi. 

d. Aspirasi cairan sinovial: Mungkin menunjukkan volume yang lebih besardari

normal; buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,

2.6. Penatalaksanaan

Rheumatoid Arhtritis (RA) saat ini belum ada obatnya, kecuali dibebabkan oleh

infeksi. Obat yang tersedia hanya mengatasi gejala penyakitnya. Tujuan pengobatan yang

dilakukan adalah untuk mengurangi nyeri, mengurangi terjadinya proses inflamasi pada

sendi, memelihara, dan memperbaiki fungsi sendi dan mencegah kerusakan tulang

(Brunner&Suddarth, 2002). Mengingat keluhan utama penderita Rheumatoid Arhtritis

Page 13: makalahatristis rematoid 6C

adalah timbulnya rasa nyeri, inflamasi, kekakuan, maka strategi penetalaksanaanya nyeri

mencangkup pendekatan farmakologi dan non farmakologi (Williams&Wilkins, 1997).

a. Penatalaksanaan Farmakologi

Mengkombinasikan beberapa tipe pengobatan dengan menghilangkan nyeri. Obat

anti infalamasi yang dipilih sebagai pilihan pertama adalah aspirin dan NSAIDs dan

pilihan ke dua adalah kombinasi terapi terutama Kortikosteroid (Bruke&Laramie,

2000). Pada beberapa kasus pengobatan bertujuan untuk memperlambat proses dan

mengubah perjalanan penyakit dan obat-obatan yang digunakan untuk mencegah

kerusakan lebih lanjut (Williams&Wilkins, 1997).

Pengobatan dengan Aspirin dan Asetaminofen diberikan untuk menghindari

terjadinya infalamasi pada sendi dan menggunakan obat NSAIDs untuk menekan

prostaglandin yang menyebabkan timbulnya peradangan dan efek samping obat ini

adalah iritasi pada lambung (Meiner&Leuckenotte, 2006). Penelitian yang dilakukan

oleh Gotzsche&Johansen (1998), penggunaan obat ini dapat menurunkan ambang

nyeri mencapai 0.25% sampai dengan 2.24%, tetapi obat ini mempunyai suatu efek

lebih besar dibanding anti inflamatori selama penggunaan jangka panjang.

Pemberian kortikosteroid digunakan untuk mengobati gejala Rheumatoid Arthritis

saja seperti nyeri pada sendi, kaku sendi pada pagi hari, lemas, dan tidak nafsu

makan. Cara kerja obat Kortokosteroid dengan menekan sistem kekebalan tubuh

sehingga reaksi radang pada penderita berkurang (Handono&Isbagyo, 2005). Efek

samping jangka pendek menggunakan Kortikosteroid adalah pembengkakan, emosi

menjadi labil, efek jangka panjang tulang menjadi keropos, tekanan darah menjadi

tinggi, kerusakan arteri pada pembuluh darah, infeksi, dan katarak. Penghentian

pemberian obat ini harus dilakukan secara bertahap dan tidak boleh secara mendadak

(Bruke&Laramie, 2000).

Bagi penderita RA erosif, persisten, bedah rekonstruksi merupakan indikasi jika

rasa nyeri tidak dapat diredakan dengan tindakan konservatif. Prosedur bedah

mencangkup tindakan Sinovektomi (eksisi membran sinovial), Tenorafi (penjahitan

tendon), Atrodesis (operasi untuk menyatukan sendi), dan Artroplasti (operasi untuk

memperbaiki sendi). Namun operasi tidak dilakukan pada saat penyakit masih berada

dalam stadium akut (Brunner&Suddarth, 2002).

Page 14: makalahatristis rematoid 6C

b. Penatalaksanaan non farmakologi

Tindakan non farmakologi mencangkup intervensi perilaku-kognitif dan penggunaan

agen-agen fisik. Tujuannya adalah mengubah persepsi penderita tentang penyakit,

mengubah perilaku, dan memberikan rasa pengendalian yang lebih besar

(Perry&Potter, 2006). Menggunakan terapi modalitas maupun terapi komplementer

yang digunakan pada kasus dengan Rheumatoid Arhtritis pada lansia mencangkup :

1. Terapi Modalitas

a) Diit makanan merupakan alternatif pengobatan non farmakologi untuk

penderita Rheumatoid Arhtritis (Burke&Laramie, 2000). Prinsip umum

untuk memperoleh diit seimbang bagi pederita dengan Rheumatoid Arhtritis

adalah penting di mana pengaturan diit seimbang pada penderita akan

menurunkan kadar asam urat dalam darah. Umumya penderita akan mudah

menjadi terlalu gemuk disebabkan oleh aktivitas penderita rendah.

Bertambahnya berat badan dapat menambah tekanan pada sendi panggul,

lutut, dan sendi-sendi pada kaki (Price&Wilson, 1995). Diit dan terapi

yang berfungsi sebagai pengobatan bagi penderita Rheumatoid Arhtritis

seperti mengkonsumsi jus seledri dan daun salada, kubis, bawang putih,

bawang merah, dan wortel (Nainggolan, 2006). Menurut Syamsul (2007)

penderita dapat mengkonsumsi buah musiman yaitu anggur, ceryy, sirsak,

aprikort, dan buah tin serta sebaiknya hindari makanan seperti lobak, buncis,

kacang tanah, adas, dan tomat. Mengkonsumsi minyak ikan yang

mengandung Omega 3 seperti ikan salmon, tuna, sarden, dan makarel akan

mengurangi dan menghilangkan kekakuan pada sendi di pagi hari dan

pembengkakan. 1 gram minyak ikan yang dikonsumsi dapat menurunkan

pembengkakan dan nyeri pada sendi. Begitu pula dengan mengkonsumsi

multivitamin setiap hari yang mempunyai sifat anti inflamasi dan anti

oksidan sangat bermanfaat bagi penderita Rheumatoid Arhtritis (Eliopoulus,

2005).

Adapun makanan yang sebaiknya dihindari oleh penderita Rheumatoid

Arhtritis seperti minuman alkohol, bersoda dan kafein, tinggi protein, jeroan

Page 15: makalahatristis rematoid 6C

(hati,ginjal), makanan laut, seafood, gorengan, emping, dan kuah daging

atau daging merah serta merokok. Akan tetapi makanan yang bersumber

dari hewani seperti, ikan tawar sangat penting dalam mencegah dan

mengobati Rheumatoid Arhtritis (Junaidi, 2002). Dalam mengkonsumsi

makanan pada lansia dengan Rheumatoid Arhtritis, jumlah proteinnya harus

dibatasi sebesar 20-40 gram/hari (Eliopoulus, 2005).

b) Kompres panas dan dingin serta massase. Penelitian membuktikan bahwa

kompres panas sama efektifnya dalam mengurangi nyeri

(Brunner&Suddarth. 2002). Pilihan terapi panas dan dingin bervariasi

menurut kondisi penderita, misalnya panas lembab menghilangkan

kekakuan pada pagi hari, tetapi kompres dingin mengurangi nyeri akut dan

sendi yang mengalami peradangan (Perry&Potter, 2006). Namun pada

sebagian penderita, kompres hangat dapat meningkatkan rasa nyeri, spasme

otot, dan volume cairan sinovial. Jika proses inflamsi bersifat akut, kompres

dingin dapat di coba dalam bentuk kantung air dingin atau kantung es

(Doenges&Moorhouse, 2000). Massase dengan menggunakan es dan

kompres menggunakan kantung es sangat efektif menghilangkan nyeri.

Meletakkan es di atas kulit memberikan tekanan yang kuat, diikuti dengan

massase melingkar, tetap, dan perlahan. Lokasi pengompresan yang paling

efektif berada di dekat lokasi aktual nyeri, serta memakan waktu 5 sampai

10 menit dalam mengkompres dingin (Perry&Potter, 2006).

c) Olah raga dan istirahat. Penderita Rheumatoid Arhtritis harus

menyeimbangkan kehidupannya dengan istirahat dan beraktivitas. Saat

lansia merasa nyeri atau pegal maka harus beristirahat (Brunner&Suddarth,

2002). Istirahat tidak boleh berlebihan karena akan mengakibatkan

kekakuan pada sendi. Latihan gerak (Range of Motion) merupakan terapi

latihan untuk memelihara atau meningkatkan kekuatan otot (Brunner

&Sudarth,2002).

Otot yang kuat membantu dan menjaga sendi yang terserang penyakit

Rheumatoid Arhtritis (Bruke&Laramie, 2000). Ketidakaktifan penderita

dapat menimbulkan dekondisioning oleh karena itu tindakan untuk

Page 16: makalahatristis rematoid 6C

membangun kertahankan fisik harus dilaksanakan dengan latihan

kondisioning seperti berjalan kaki, senam, berenang atau bersepeda, dan

berkebun dilakukan secara bertahap dan dengan pemantauan

(Brunner&Suddarth, 2002). Dengan berolahraga, penderita Rheumatoid

Arhtritis akan menurunkan nyeri sendi, mengurangi kekauan, meningkatkan

kelenturan otot, meningkatkan daya tahan tubuh, tidur menjadi nyenyak, dan

mengurangi kecemasan. Lansia melakukan olahraga dengan diit secara

seimbang berdasarkan penelitian Jong et al (2000), kepada 217 lansia

selama 17 minggu menemukan terjadi perbedaan antara lansia yang

melakukan olahraga dengan lansia yang tidak berolahraga dapat

menurunkan berat badan 0.5 kg sampai dengan 1.2 kg dengan P Value =

0.02 dan dapat terhindar dari kekauan dan nyeri pada sendi (Syamsul, 2007).

Adanya nyeri, pembatasan gerak, keletihan, maupun malaise dapat

menggangu istirahat oleh karena itu penderita sebaiknya menggunakan

kasur atau matras yang keras dengan meninggikannya sesuai kebutuhan,

mengambil posisi yang nyaman saat tidur atau duduk di kursi, gunakan

bantal untuk menyokong sendi yang sakit dalam mempertahankan posisi

netral, ataupun memberikan massase yang lembut (Doenges&Moorhouse,

2000). Mencegah ketidaknyamanan akibat stress aktivitas atau stress akibat

menanggung beban berat pada sendi, penggunaan verban tekan, bidai, dan

alat bantu mobilitas seperti tongkat, kruk, dan tripod dapat membantu

mengurangi rasa nyeri dengan membatasi gerakan (Brunner&Suddarth,

2002).

d) Sinar Inframerah. Cara yang lebih modern untuk menhilangkan rasa saklit

akibat rematik adalah penyinaran menggunakan sinar inframerah. Meskipun

umumnya dilakukan di tempat-tempat fisioterapi, penyinaran tidak boleh

melampaui 15 menit dengan jarak lampu dan bagian tubuh yang disinari

sekitar 1 meter. Harus diperhatikan juga agar kulit di tempat rasa sakit tadi

tidak sampai terbakar (Syamsul, 2007).

2.8. Komplikasi

Page 17: makalahatristis rematoid 6C

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus

peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid

(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid

drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada

arthritis reumatoid. Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga

sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan

dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat

vaskulitis.

Page 18: makalahatristis rematoid 6C

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ

lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut

atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

1. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;

kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.

Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,

keletihan.

Tanda : Malaise

Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.

2. Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,

kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

3. Integritas ego

Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,

faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )

Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan

pada orang lain).

4. Makanan/ cairan

Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan

adekuat: mual, anoreksiaKesulitan untuk mengunyah

Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.

5. Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.

Ketergantungan

Page 19: makalahatristis rematoid 6C

6. Neurosensori

Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Gejala : Pembengkakan sendi simetris

7. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan

lunak pada sendi ).

8. Keamanan

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan

dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan

menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.

9. Interaksi sosial

Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;

isolasi.

2.2. Diagnosa

1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh

akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal

Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan

kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,

ketidakseimbangan mobilitas

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan

kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan

interpretasi informasi

2.3. Intervensi

1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh

akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

Kriteria Hasil:

a.Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,

Page 20: makalahatristis rematoid 6C

b. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas

sesuai kemampuan.

c.Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,

d. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam

program kontrol nyeri.

Intervensi dan Rasional:.

1. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang

mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal

Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan

keefektifan program

2. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai

kebutuhan

Rasional : Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah

pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi

yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi

yang terinflamasi/nyeri

3. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter,

bebat, brace. 

Rasional : Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan

posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat

mengurangi kerusakan pada sendi

4. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,

sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.

Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.

Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)

5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu

bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk

mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air

kompres, air mandi, dan sebagainya. 

Page 21: makalahatristis rematoid 6C

Rasional : Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa

sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat

dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan

6. Berikan masase yang lembut

Rasional : meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri

Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi

progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi,

hypnosis diri, dan pengendalian napas.

7. Rasional : Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin

meningkatkan kemampuan koping

8. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.

Rasional : Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan

meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat

9. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.

Rasional : Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme,

memudahkan untuk ikut serta dalam terapi

10. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)

Rasional : sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi

kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

11. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan

Rasional : Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama

periode akut

2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal

Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

Kriteria Hasil :

- Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan

kontraktur.

Page 22: makalahatristis rematoid 6C

- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari

dan/ atau konpensasi bagian tubuh.

- Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan

melakukan aktivitas

Intervensi dan Rasional:.

a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi

(R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi

dari peoses inflamasi)

b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas

untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur

malam hari yang tidak terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan

selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk

mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)

c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif

dan isometris jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan

fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak

adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang

berlebihan dapat merusak sendi)

d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.

Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan

mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan

meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan

kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah

robekan abrasi kulit)

Page 23: makalahatristis rematoid 6C

e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace

(R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan

memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh,

mengurangi kontraktor)

f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi leher)

g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri,

dan berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan

mobilitas)

h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,

menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/

Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)

i. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna dalam

memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada

kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat)

j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/ Menurunkan

tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko

imobilitas)

k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin

dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut)

3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan

kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan

energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Kriteria Hasil :

Page 24: makalahatristis rematoid 6C

- Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan

untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan

kemungkinan keterbatasan.

- Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi dan Rasional:

a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan

masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/

kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung)

b. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.

Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan

gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.

(R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan

interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap

intervensi/ konseling lebih lanjut)

c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima

keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat

mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya

sendiri)

d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. (R/ Nyeri

konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum

terjadi)

e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu

memperhatikan perubahan. (R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun

metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut)

f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping. (R/

Page 25: makalahatristis rematoid 6C

Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat

meningkatkan perasaan harga diri)

g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal

aktivitas. (Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian,

dan mendorong berpartisipasi dalam terapi)

h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/ Mempertahankan

penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)

i. Berikan bantuan positif bila perlu. (R/ Memungkinkan pasien untuk merasa

senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif.

Meningkatkan rasa percaya diri)

j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri,

psikolog. (R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan

selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan)

k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan

obat-obatan peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat

munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan

koping yang lebih efektif

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan

kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Kriteria Hasil :

- Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten

dengan kemampuan individual.

- Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi

kebutuhan perawatan diri.

Page 26: makalahatristis rematoid 6C

- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat

memenuhi kebutuhan perawatan diri.

Intervensi dan Rasional:

a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi

penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin

dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang

diperlukan pada keterbatasan saat ini).

b.Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/

Mendukung kemandirian fisik/emosional)

c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi

/rencana untuk modifikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan untuk

meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri)

d.Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna untuk

menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis;

memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu,

menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)

e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan

evaluasi setelahnya. (R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin

dihadapi karena tingkat kemampuan aktual)

f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan

perawatan rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan berbagai

bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah)

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan

interpretasi informasi.

Page 27: makalahatristis rematoid 6C

Kriteria Hasil :

- Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.

- Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi

gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan

aktivitas.

Intervensi dan Rasional:

a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan. (R/

Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan

berdasarkan informasi)

b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui

diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.(R/

Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan

lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas)

c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang

realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik,

dan manajemen stres. (R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas

pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks)

d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik. (R/

Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)

e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada

waktu tidur. (R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS

akan meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari)

f. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus,

perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik. (R/ Memperpanjang dan

Page 28: makalahatristis rematoid 6C

memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus

umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi)

g. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan

obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter. (R/ Banyak produk

mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar

layak obat/ efek samping yang berbahaya)

h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak

mengandung vitamin, protein dan zat besi. (R/ Meningkatkan perasaan

sehat umum dan perbaikan jaringan)

i. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan

informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan. (R/ Pengurangan

berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut,

pergelangan kaki, telapak kaki)

j. Berikan informasi mengenai alat bantu (R/ Mengurangi paksaan untuk

menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara

lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan)

k. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk

mempersiapkan makanan dan mandi (R/ Mencegah kepenatan,

memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian)

l. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat

maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi

tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang

ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama

menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika

memungkinkan. ( R: mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari

gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri ).

Page 29: makalahatristis rematoid 6C

m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya

dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan

yang tepat. ( R: mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit )

n. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium,

mis: LED, Kadar salisilat, PT. ( R; Terapi obat obatan membutuhkan

pengkajian/ perbaikan yang terus menerus untuk menjamin efek optimal

dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya.

o. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan ( R: Informasi mengenai

posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan

seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan

harga diri/ percaya diri.).

p. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada).

(R: bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan

maksimal).

Page 30: makalahatristis rematoid 6C

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan

berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas,

pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang

menanggung beban. Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik

kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.

Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang

lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala

berupa kelemahan umum cepat lelah.

4.2. Saran

Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan

yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan

datang, diantaranya :

1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang

rencana keperawatan pada pasien dengan rheumatoid artritis, pendokumentasian

harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan keluarga.

2. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan rheumatoid

artritis maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan

kebutuhan klien yang mengalami rheumatoid artritis.

3. Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan

keluarga sehingga keluarga diharapkan mampu membantu dan memotivasi klien

dalam proses penyembuhan.

Page 31: makalahatristis rematoid 6C

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Boedhi Darmojo & Hadi Martono. 1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Lemone & Burke, 2001. Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in Client Care, Third

Edition, California : Addison Wesley Nursing.

Ganong.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculaapius FKUI:Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC:

Jakarta.

Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta: EGC.

http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/rheumatoid-artritis.html