makalh halusinasi (2) (repaired) - copy.doc
DESCRIPTION
reTRANSCRIPT
MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN JIWA
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN
PADA NY.C DIRUMAH SAKIT DUREN SAWIT
DisusunOleh :
1. ARLINA AFRIANI
2. DEVI TIAS M
3. MAHARANI MALABAR
4. RISNAWATI HARIS AMIN
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIV
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
JAKARTA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di
butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya.
Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii
Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap
negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat.
Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan
dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina
Pelayanan Keperawatandan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study
terbaru IBU SHO di 14 negara menunjukkan bahibu Sa pada negara-negara berkembang,
sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun
utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiw merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada
dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang diIndonesia, berdasarkan data Departemen
Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional.
Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat
kurangnya layanan untuk penyakit kejiibu Saan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin
berat mendorong jumlah penderita gangguan jiibu Sa di dunia, dan Indonesia khususnya
kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiibu Sa (Nurdibu Siyanti, 2008).
Berdasarkan keadaan umum semua pasien yang ada di ruangan Yudistira RS. Dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor yaitu berjumlah 31 orang. Dimana pasien terbagi atas berbagai
macam masalah diagnose keperawatan yang berbeda dari 31 orang pasien terdapat 3
masalah utama pasien dimana 58% pasien menderita gangguan sensori persepsi:
Halusinasi, 24% pasien menderita Isolasi social, dan 18% pasien menderita gangguan
pola pikir: IBU Saham.
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas
halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk
menyelesaikan praktek klinik di RS. Duren sawit.
1.2 Tujuan.
1.Tujuan Umum.
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperaibu Satn jiwa pada klien dengan
perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruangan berry duren sawit.
2 Tujuan khusus
1) Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
2) Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi
3) Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi sensori:halusinasi
pendengaran
4) Melakukan tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatanpada klien perubahan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran
6) Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran
7) Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis
dapatkan.
1.3 Metode
Metode yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah :a. Studi kasusMelakukan asuhan keperawatan secara langsung pada seorang klien dengan masalah Defisit peraibu Satan diri / personal hygine di ruang Berry RSKD. Duren Saibu Sitb. ObservasiMengobservasi gejala – gejala perilaku yang dialami klien dengan gangguan defisit peraibu Satan diri dan observasi keberhasilan standart asuhan keperawatanyang di berikan.c. Studi perpustakaanDengan mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan Devisit peraibu Satan diri termasuk bahan – bahan perkuliahan agar makalah ini mempunyai nilai ilmiah untuk dipertahankan.
1.2 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah adalah sebagai berikut :
Bab I Berisi tentang pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II Berisi tentang tinjauan teori meliputi pengertian, etiologi, faktor predisposisi, faktor presipitasi, tanda dan gejala, mekanisme koping, rentang respon, masalah keperaibu Satan, pohon masalah, diagnosa keperaibu Satan, fokus intervensi.
Bab III Berisi tentang tinjauan kasus meliputi pengkajian, analisa data, masalah keperaibu Satan, pohon masalah, diagnosa keperaibu Satan, rencana keperaibu Satan, implementasi dan evaluasi keperaibu Satan.
Bab IV Berisi tentang pembahas.Bab V Berisi tentang penutup meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya
penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara
bisikan itu (Haibu Sari, 2001).
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,
2002).
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien
dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien
berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat
dibuktikan (Nasution, 2003).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari
luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat,
mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang
tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Kesimpulannya, halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
2.2 MACAM-MACAM HALUSINASI
1.Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang
kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan
lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahibu Sa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
2.Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar kartun,bayangan yang
rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3.Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4.Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
5.Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6.Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau
pembentukan urine
7.Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
2.3 ETIOLOGI
A. FAKTOR PREDIPOSISI
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis
yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
a.Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
b.Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-
masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c.Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang
signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan
pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).
Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
B. FAKTOR PRESIPITASI
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1 Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2.Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3.Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
2.5 MANIFESTASI KLINIK
1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien mungkin
melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan
kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol
kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertaibu Sa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
2.Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien
berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol,
gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat
jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang
dari orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan
dengan realitas.
3. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak
berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol
klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit
atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi
perintah.
4. Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi
yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi
klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya
klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam ibu Saktu singkat, beberapa jam atau
selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang.
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan
pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba
marah atau menyerang oranglain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati
sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya ( apa
yangdilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan
halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :
1. Tahap I : halusinasi bersifat menyenangkan
Gejala klinis :
a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2 : halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis :
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3. Tahap 3 : halusinasi yang bersifat mengendalikan
Gejala klinis :
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
4. Tahap 4 : halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis :
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2.6 AKIBAT YANG DITIMBULKAN
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan
yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
1. Memperlihatkan permusuhan
2.Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa membahayakan
diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, dimana klien mengalami
panic dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan
kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan
bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan. Tanda dan gejalanya adalah
muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak
klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang
2.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dna ketakutan klien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi
kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik
atau emosional. Setiap peraibu Sat masuk ke kamar atau mendekati klien, bicaralah dengan klien.
Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya klien diberitahu. Klien diberitahu tindakan
yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat merangsang
perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,
gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang
diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Peraibu Sat harus mengamati
agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.
3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, peraibu Sat dapat menggali masalah klien yang
merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga klien atau orang lain yang dekat
dengan klien.
4. Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain
atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan klien ke kehidupan nyata
dan memupuk hubungan dengan orang lain. Klien diajak menyusun jadibu Sal kegiatan dan
memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses peraibu Satan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien agar ada kesatuan
pendapat dan kesinambungan dalam proses keperaibu Satan, misalnya dari percakapan dengan
klien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada
orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Peraibu Sat menyarankan agar klien
jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan
ini hendaknya diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar tidak membiarkan klien
sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.
Farmako:
1. Anti psikotik:
a. Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
b. Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
c. Stelazine
d. Clozapine (Clozaril)
e. Risperidone (Risperdal)
2. Anti parkinson:
a. Trihexyphenidile
b. Arthan
2.8 POHON MASALAH
BAB III
ASUHAN KEPERAWATANTEORITIS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Meliputi nama,jenis kelamin, umur, alamat lengkap, No. MR, penanggung jawab.
3.1.2 Alasan Masuk
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak
mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan
di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
3.1.3 Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan terlambat
• Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
• Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
• Usia sekolah mengalami peristiibu Sa yang tidak terselesaikan
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
• Komunikasi peran ganda
• Tidak ada komunikasi
• Tidak ada kehangatan
• Komunikasi dengan emosi berlebihan
• Komunikasi tertutup
• Orangtu yang membandingkan anak-anaknya, orangtua yang otoritas dan konflik
dalam keluarga
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu
tinggi.
4) Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga
diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping
destruktif.
5) Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan
besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
6) Faktor genetik
Telah diketahui bahibu Sa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu.
Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah
kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak
kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %,
seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15%
mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya
menjadi 35 %.
3.1.4 Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
1) Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan
abnormal).
3) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya.
Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah kesehatan,
lingkungan dan perilaku.
1) Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian, kelelahan dan infeksi, obat-
obatan sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan.
2) Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan kebebasab
hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan
orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosialm tekanan kerja, dan
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
3) Sikap
Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya kekuatan berlebihan,
merasa malang, rendahnya kemampuan sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan dan
penanganan gejala.
4) Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak
aman, gelisah, bingung, perilaku merusak, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan, bicara sendiri. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung
pada jenis halusinasinya. Apabila peraibu Sat mengidentifikasi adannya tanda-tanda dan
perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar
mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang iperlukan
meliputi :
• Isi halusinasi
Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.
• IBU Saktu dan frekuensi
Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali sehari.
• Situasi pencetus halusinasi
Peraibu Sat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul.
Peraibu Sat bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi
untuk memvalidasi pertanyaan klien.
• Respon klien
Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji dengan apa yang
dilakukan oleh klien saat mengalami pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa
mengontrol stimulus halusinasinya atau sebaliknya.
3.1.5 Pemeriksaan fisik
- Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan
rambut yang kusam, keadaan tekstur.
- Kepala : Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.
- Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah
- Hidung : Lihat kebersihan hidung, membran mukosa
- Mulut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan
- Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi
- Telinga : Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi
- Kulit : Lihat kebersihan, adakah lesi, ibu Sarna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu.
- Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan skrotum,
testis pada pria, cairan yang dikeluarkan
3.1.5 Analisa Data
No Data Masalah
1 Data subyektif
– Mendengar suara/kegaduhan
– Menyurh melakukan sesuatu yang
berbahaya
– Mendengar suara yang mengajak bercakp-
cakap.
Gangguan
Sensori Persepsi:
Halusinasi
Pendengaran
Data obyektif
– Bicara atau tertaibu Sa sendiri
– Marah-marah tanpa sebab
– Menutup telinga
2Data subyektif :
Klien mengatakan Malas berinteraksi, tidak
mampu, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif :
- Klien terlihat Mengurung diri
- Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang
lain
ISOLASI
SOSIAL
3 Data subyektif :
- Klien mengatakan pernah melakukan
tindak kekerasan
- Informasi dari keluarga yang dilakukan
oleh pasien
- Mendengar suara-suara
Data obyektif :
- Ada tanda/jejas perilaku kekerasan pada
Resiko Perilaku
Kekerasan
anggota tubuh
- Tampak tegang saat bercerita
3.1.4 Masalah keperawatanyang mungkin muncul
1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
2. Isolasi Sosial
3. Resiko Perilaku Kekerasan
3.1.7 Pohon masalah
3.2 Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan
(Terlampir)
BAB IV
LAPORAN KASUS
RUANGAN : BERRY TANGGAL DIRAWAT : 27-08-2015
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.C Tanggal Pengkajian : 31-08- 2015
Umur : 49 Tahun RM No. : 03-95-65
Informan : Pasien, Rekam Medic
II. ALASAN MASUK
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan dibawa oleh tetangganya ke panti laras
karena telah memukul salah satu tetangganya. Kemudian klien dipindahkan ke RSKD Duren
Sawit karena saat di panti laras klien suka menyendiri dan suka mendengar suara yang
menyuruhnya memukul orang disekitarnya.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiiwa dimasa lalu: Ya
2. Pengobatan sebelumnya: Kurang berhasil karena klien putus minum obat, karena merasa
bosan dengan minum obat secara terus-menerus, klien merasa dia sudah sembuh
3. Pengalaman
a. Aniaya fisik : klien pernah mengalami anaiaya fisik, dipukuli dan di rampok serta
diancam oleh perampok saat usia 5 tahun. Bersama orang tuanya perampok itu ingi
mengambil harta miliknya, Perasaan klien pada saat itu takut dan klien diam saja.
Aniaya Seksual : klien tidak pernah mengalami aniaya seksual
Penolakan : klien tidak pernah mengalami penolakan dalam keluarga maupun
masyarakat.
Kekerasan dalam keluarga : klien tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarga.
Tindakan kriminal : klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal
Jelaskan No 1,2,3 : Klien Mengatakan masuk ke RS. Duren Saibu Sit karena sakit dan
dibawa supir rumah sakit. Klien mengatakan sebalumnya pernah dirawat di RS Duren
Sawit 3 tahun yang lalu. Tetapi Pengobatannya Kurang berhasil karena klien putus
minum obat, karena merasa bosan dengan minum obat secara terus-menerus, klien
merasa dia sudah sembuh.
Masalah Keperawatan :
- Regimen terapi inefektif
- Isolasi Sosial
- Koping Keluarga Inefektif
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan kesal dan benci kepada perampok yang merampok pada usia 5 tahun,
karena suara-suara perampok itu datang lagi dan ingin mengambil hartanya lagi.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah.
III. FISIK
1. TandaVital:TD: 120/80mmHg Nadi : 84x/menit Suhu :37 C P : 20x/menit
2. Ukur : TB : 150cm BB : 45kg
3. Keluhan fisik : Ya
Jelaskan : Klien mengatakan jari tangan dan jari kaki kaku, tapi jalan dan
beraktivitas masih bisa.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
IV. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: laki laki : tinggal serumah
: perempuan : meninggal
: pasien : orang terdekat
Jelaskan : Klien Mengatakan anak ke 2 dari 8 bersaudara, dan mempunyai 6 anak
laki-laki, pola komunikasi pada anak-anaknya kurang karena klien tinggal dipanti, klien
juga mengambil keputusan adalah orang panti.
Masalah Keperawatan : Koping Keluarga Tidak Efektif
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan yang disukai dari tubuhnya, semuanya tidak
ada yang tidak disukai.
b. Identitas diri : Klien mengenal dirinya perempuan dan usianya masih muda yaitu
40 tahun
c. Peran : Klien mengatakan klien disini sebagai orang sakit dan ibu untuk
anak-anak nya
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin pulang ke Kediri dan ingin bertemu
dengan anak-anak nya.
e. Harga diri : Klien mengatakan dirinya sendiri disini dan masih muda, serta
orang lain mengganggapnya sudah tua
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan paling dekat dengan anaknya karena
merupakan seseorang yang paling berharga dan hanya mereka yang klien punya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : Klien mengatakan kalau dikediri
atau dikampung hanya petani, dan dikelompok klien hanya sebagai pasien.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada hambatannya tapi klien
lebih suka sendiri.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dari keyakinan : Klien mengatakan bahibu Sa agamanya kristen.
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan suka brdoa dan suka berkumpul
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan.
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi
Jelaskan : Klien berpenampilan tidak rapi dengan ditandai rambut klien
tampak kasar, gigi klien kotor, bajunya kurang rapi, ibu Sajah klien kummel.
Masalah Keperawatan : Defisit Peraibu Satan Diri: Kebersihan
diri/mandi.
3. Pembicaraan
Cepat dan Inkoheren
Jelaskan : Pembicaraan klien cepat dank lien berbicara loncat-loncat dan tidak
sesuai dengan pembicaraan
Masalah Keperawatan : Perubahan proses fikir
3. Aktivitas Motorik:
lesu
Jelaskan : Klien terlihat lesu dan banyak tidur
Masalah Keperawatan : Penurunan Aktifitas Motorik
4. Alam Perasaan
Sedih dan khaibu Satir
Jelaskan : Klien terlihat sedih dan takut karena masih mendengar suara-suara
yang jahat.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Pendengaran
5. Afek
Datar
Jelaskan : Saat Pengkajian ekspresi ibu Sajah datar, tidak senyum dan tidak
fokus.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
6. Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang dan tidak kooperatif
Jelaskan : Kontak mata klien saat pengkajian kurang dan tidak kooperatif.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
7. Persepsi
Pendengaran
Jelaskan : Klien mengatakan sering mendengar bisikan bisikan yang
menyuruhnya mencangkul dan ingin mengambil tanahnya, halusinasi itu datang
tidak tentu ( pagi, sore, malam) pada saat klien sendiri, respon klien pada saat itu
kesal dan benci serta klien melakukan menghardik” pergi-pergi kamu suara
palsu”.
Masalah Keperawatan :
- gangguan sensori Persepsi : halusinasi pendengaran
8. Proses Pikir
Pengulangan pembicaraan/ persevarasi
Jelaskan : Klien selalu mengatakan yan sama saat bertemu yaitu ada suara-
suara jahat yang ingin merampok klien.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses fikir
9. Isi Pikir
Fobia
Jelaskan : Klien mengatakan takut akan suara itu karena telah mengancam
klien untuk mencangkul dan mengambil tanahnya.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses fikir
10. Tingkat Kesadaran
Jelaskan : Klien tidak mengalami disorientasi dan tingkat kesadaranya normal
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat saat ini
Jelaskan : Klien mengatakan tidak ingat pembicaraan kemaren karena kalau
sudah bicara ya sudah dan tidak ingat lagi.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses fikir
12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Jelaskan : Klien mampu berhitung dalam bentuk sederhana ( menghitung
angka)
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
13. Kemampuan Penilaian
Jelaskan : Klien mengatakan memilih mandi dulu baru makan karena sudah
terbiasa dan aturannya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
14. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Jelaskan : Klien mengatakan bahibu Sa sakitnya Cuma itu saja dan tidak
mengalami gangguan jiibu Sa .
Masalah Keperawatan :
- Ketidakefektifan pelaksanaan regiment teraupeutik
VI. KEBUTUHAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan
Makanan : ya Pakaian : ya Uang :tidak
Keamanan : tidak Transportasi : tidak
Peraibu Satan Kes : tidak Tempat tinggal : tidak
Jelaskan : segala kebutuhan dipenuhi oleh keluarga dan rumah sakit
Masalah Keperawatan : Gangguan pemenuhan kebutuhan kesehatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri :
Mandi : minimal BAB/BAK : minimal
Kebersihan : minimal Ganti pakaian : minimal
Makan : minimal
Jelaskan : klien melakukan peraibu Satan diri dengan di arahkan dan di bantu
oleh petugas
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
b. Nutrisi
- Apakah anda puas dengan pola makan anda ? Ya
- Apakah anda makan memisahkan diri ? Tidak
- Frekuensi makan sehari : 3x sehari
- Frekuensi kudapan sehari : 1x sehari
- Nafsu makan : Meningkat
- Diet khusus : -
Jelaskan : klien makan 3 kali sehari kudapan 1 kali dihabiskan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperaibu Satan
c. Tidur
- apakah ada masalah : Tidak
- apakah anda merasa segar setelah bangun tidur : Ya
- apakah anda kebiasaan tidur siang : Ya lamanya : 5 jam
- apa yang menolong anda tidur : -
- Waktu tidur malam : 19.30 IBU Waktu bangun
jam :05.00
- sulit untuk tidur : tidak Terbangun saat tidur :tidak
- bangun terlalu pagi : tidak Gelisah saat tidur :tidak
- Semnabolisme : tidak Berbicara dalam tidur :tidak
Jelaskan : Klien mengatakan bahibu Sa lamanya pasien tidur selama 5 jam.
Klien tidak mengalami masalah dalam tidur. Saat malam hari biasanya Klien
tidur sekitar pukul 19.30 sampai dengan pukul 05.00.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3. Kemampuan klien dalam
- Mengantisipasi kebutuhan sendiri : ya
- Membuat keputusan berdasarkan keputusan sendiri : ya
- Mengatur penggunaan obat : tidak
- Melakukan pemeriksaan kesehatan (folloibu S up) : ya
Jelaskan : klien tidak mampu mengatur penggunaan obat secara mandiri
Masalah Keperawatan : inefektifitas penetalaksanaan regimen medik
4. Klien memiliki system pendukung
Keluarga : ya Teman sejaibu Sat : ya
Profesional/terapis : tidak Kelompok social : tidak
Jelaskan : klien dapat dukungan dari keluarganya
Masalah Keperawatan : kerusakan komunikasi
5. Apakah klien menikmati saat bekerja yang menghasilkan atau hobi : ya
Jelaskan : Klien menikmati pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperaibu Satan
VII. MEKANISME KOPING
Adaptif : Bicara dengan orang lain
Maladaptif :
Menghindar
menyendiri
Masalah Keperawatan : Koping Individu Inefektif
VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Klien Mengatakan suka ikut doa
kelompok.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien mengatakan lebih enak
dirumah dari pada dipanti.
Masalah dengan pendidikan, spesifik : KlienMengatakan klien hanya tamat SD.
Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Klien mengatakan klien hanya bekerja sebagai
Petani.
Masalah dengan perumahan, spesifik : Klien mengatakan tinggal dipanti dan ingin
pulang ke Kediri
Masalah ekonomi, spesifik : Klien Mengatakan klien kurang mampu karena hartanya
dirampok.
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : Klien mengatakan di panti obatnya
tidak mempan , tapi obat di RS Duren Saibu Sit Ampuh..
Masalah lainya, spesifik : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
IX. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Penyakit jiwa
Koping
Penjelasan : Klien Mengatakan tidak mengetahui penyakit jiwa serta obat-obatan
yang diminum.
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa dan
ketidak patuhan minum obat
X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : ( skizofrenia)
Terapi Medik :
Trihezipenidyl 1x1mg (THP)
Olandos 1x5 mg
XI. DAFTAR MASALAH KEPERAIBU SATAN
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
Isolasi Sosial
Resiko Perilaku Kekerasan
Regiment Taraupeutik Inefektif
Harga Diri Rendah
Defisit Peraibu Satan Diri
Koping Keluarga tidak efektif
Resiko Perilaku Kekerasan
core problem
Isolasi sosial Defisit Peraibu Satan Diri: Mandi/ kebersihan Diri
Regiment Teraupeutik Inefektif HDR
Koping Keluarga Inefektif
Analisa Data
No Data Masalah
1 Data subyektif
– Klien mengatakan sering mendengar suara-
suara anaeh ditelinganya.
Gangguan
Sensori Persepsi:
Halusinasi
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
– Klien mengatakan suara yang didengar
adalah suara perampok yang mengancam,
menyuruh mencangkul, meibuar,
membunuh dan serta mau mengambil
hartanya.
– klien Mengatakan sudah bisa mengontrol
halusinasinya dengan menghardik “Pergi-
pergi saya tidak mau dengar, kamu suara
palsu”
Data obyektif
– Klien tampak berbicara sendiri
– Klien tampak dapat melakukan menghardik
– Klien tampak Menutup Telinganya.
Pendengaran
2 Data subyektif :
- Klien mengatakan ingin sendiri
- Klien mengatakan mau mengobrol
dengan yang mau dan yang baik saja
- Klien mengatakan capek mengobrol
terus.
Data obyektif :
- Klien tampak berdiam diri
- Klien tampak kontak mata kurang,
karena ditanya klien mengalihkan
pandangannya.
- Klien tampak tidak focus.
Isolasi Sosial
3 Data subyektif :
- Klien mengatakan merasa diancam atau
dicederai oleh orang lain.
- Klien mengatakan tidak suka diinjak oleh
temanya
- Klien mengatakan mendengar suara-suara
aneh
Data obyektif :
- Klien tampak tegang saat bercerita.
- Klien tampak menginjak kaki pasien
lain karena pasien lain itu tidak sengaja
menginjak kakinya.
- Klien pembicaraannya kasar jika sedang
tidak enak hati.
Resiko Perilaku
Kekerasan
4.
Data Subjektif:
- Klien mengatakan pernah masuk RS.
Duren Sawit.
- Klien mengatakan minum obat tapi obat
yang dipanti sudah kadaluwarsa.
Data Objektif :
- Kemajuan klien kurang dan tidak
berubah karena klien masih
- berhalusinasi
Regiment
Teraupeutik
Inefektif
- Sekarang klien dirawat di RS. Duren
Sawit
5 Data Subjektif :
- Klien mengatakan sudah mandi, tapi tidak
sampoan /tidak keramas.
- Klien mengatakan tidak menggosok gigi
karena sikat gigi tidak ada
Data Objektif :
- Rambut klien tampak kasar
- Kulit klien tampak kotor, dan tidak elastis
lagi.
- Gigi klien kotor
Defisit Perawatan
Diri:
Mandi/kebersihan
Diri
6 Data Subjektif :
- Klien mengatakan anak dan saudaranya
tinggal di Kediri
- Klien mengatakan tinggal di panti
Cipayung
Data Objektif :
- Klien tampak sendiri
- Klien tampak sedih
- Klien mengingat anak-anaknya
Koping Keluarga
Ineefektif
7 Data Subjektif :
- Data Subjektif :
Klien mengatakan dirinya masih muda
tapi orang lain mengganggap klien sudah
tua.
- Klien mengatakan ingin sendiri karena
Harga Diri
Rendah
takut dirampok.
Data Objektif :
- Ekspresi wajah datar dan tidak senyum
- Klien tampak malas-malasan.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATANKLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI:
HALUSINASI PENDENGARAN
Hari : Senin, 28 Oktober 2015.
Pertemuan : 1
Sp/Dx : 1/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran.
Ruangan : Berry
Nama Klien : Nn. S
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar.
Data objektif :
Klien tampak tertawa sendiri.
Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperaibu Satan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 : PENGKAJIAN DAN MENGENAL HALUSINASI.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik : Assalamualaikum..!!! selamat pagi bu… perkenalkan nama
saya Fenny. Saya mahasisibu Sa praktek dari Fakultas KeperawatanProfesi Ners
Binaibu San yang akan dinas di ruangan Berry ini selama 2 minggu. Hari ini saya
dinas siang dari jam 13:00 sampai jam 19:00. Saya akan meraibu Sat ibu selama
di rumah sakit ini. Nama ibu siapa? Senangnya ibu di panggil apa ?
b. Evaluasi/validasi : Bagaimana keadaan IBU S hari ini ?
c. Kontrak :
Topik : Baiklah IBU S, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
suara yang mengganggu IBU S dan cara mengontrol suara-suara
tersebut, Apakah bersedia?
IBU Saktu : Berapa lama IBU S mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 20 menit?
Tempat : IBU S mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di
ruang tamu? Baiklah IBU S.
2. Fase Kerja .
Apakah IBU S mendengar suara tanpa ada ibu Sujudnya? Saya percaya IBU S
mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apakah IBU
S mnedengarnya trus menerus atau seibu Saktu-ibu Saktu? Kapan yang paling sering
IBU S mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari IBU S mendengarnya? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada ibu Saktu sendiri? Apa yang IBU S
rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana perasaan IBU S ketika mendengar
suara tersebut? Kemudian apa yang IBU S lakukan? Apakah dengan cara tersebut
suara-suara itu hilang? Apa yang IBU S alami itu namanya Halusinasi. Ada empat
cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap,
dan melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah IBU S bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya.. baiklah saya
akan mempraktekan dahulu baru IBU S mempraktekkan kembali apa yang telah saya
lakukan. Begini IBU S jika suara itu muncul katakan dengan keras “ pergi..pergi saya
tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga IBU S. seperti
ini ya IBU S. coba sekarang IBU S ulangi lagi seperti yang saya lakukan atdi. Bagus
sekali IBU S, coba sekali lagi IBU S. ibu Sah bagus sekali IBU S.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan IBU S setelah kita kita bercakap-cakap? Jadi suara-
suara itu menyuruh IBU S untuk mengejek, terus menerus terjadi dan terutama kalau
sendiri dan IBU S merasa kesal. Seperti yang telah kita perlajari bila suara-suara itu
muncul IBU S bisa mengatakan “ pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara
palsu”
b. RTL :
IBU S lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu selama 3
kali sehari yaitu jam 90:00, 14:00 dan jam 20:00 cara mengisi buku kegiatan harian
adalah sesuai dengan jadibu Sal keegiatan harian yang telah kita buat tadi ya IBU
S? . Jika IBU S melakukanya secara mandiri makan IBU S menuliskan M, jika IBU
S melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka IBU S buat
IBU S, Jika IBU S tidak melakukanya maka IBU S tulis T. apakah IBU S mengerti?
Coba IBU S ulangi? Naah bagus IBU S.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah IBU S bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
yang kedua yaitu denganminum obat untuk mencegah suara-suara itu muncul,
apakah IBU S bersedia?
IBU Saktu :
IBU S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00 ?
Tempat :
IBU S maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah IBU S besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa besok
IBU S. saya permisi Assalamualaikum IBU SR,IBU SB.
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 : ENAM BENAR MINUM OBAT
Hari : Selasa, 29 Oktober 2015.
Pertemuan : 2
Sp/Dx : 2/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar.
Ruangan : Berry
Nama Klien : IBU S
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif :
Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
Klien tampak tertaibu Sa dan berbicara sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
a. Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar minum
obat.
4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
d. Jelaskan akibat bila putus obat.
e. Jelaskan cara mendapatkan obat.
f. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar ibu Saktu, benar dosis dan kontinuitas.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum IBU S, masih ingat dengan saya? bagaimana perasaan IBU S
hari ini?
b. Evaluasi/validasi.
Apakah IBU S Halusinasinya masih ada? Apakah IBU S telah melakukan apa
yang telah kita pelajari kemarin? Bagaimana pakah dengan menghardik suara-
suara yang IBU S dengar berkurang? Bagus sekarag coba praktekkan pada saya
bagaiman IBU S melakukannya. Bagus sekali IBU S. coba lihat jadwal kegiatan
hariannya bagus sekali IBU S.
c. Kontrak.
Topik :
Baiklah IBU S sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara yang
kedua dari empat mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu cara minum
obat yang benar, Apakah bersedia?
IBU Saktu :
Berapa lama IBU S mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Temapat :
IBU S mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
Baiklah IBU S.
2. Fase Kerja.
IBU S sudah dapat obat dari ibu perawat? IBU S perlu minum obat ini secara
teratur agar pikiran jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga
macam, yang ibu Warnanya putih namanya THP minum 3 kali sehari supaya relaks
dan tidak kaku, yang warnanya merah jambu ini namanya Olandoz gunannya untuk
menghilangkan suara-suara yang IBU S dengar. semuanya ini harus IBU S minum 3
kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti mulut IBU S
terasa kering, untuk membantu mengatasinya IBU S bisa menghisap es batu yang bisa
diminta pada peraibu Sat. Bila IBU S merasa mata berkunang-kunang, IBU S
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan minum
obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya IBU S.
Sebelum IBU S minum obat lihat dulu label yang menempel di bungkus obat,
apakah benar nama IBU S yang tertulis disitu. Selain itu IBU S perlu memperhatikan
jenis obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa
saja obatnya harus diminum, dan cara meminum obanya. IBU S harus meminum obat
secara teratur dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang
kita memasukan ibu Saktu meminum obat kedalam jadibu Sal ya IBU S. cara mengisi
jadwalnya adalah jika IBU S minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh perawat
atau teman maka di isi dengan M artinya mandiri, jika IBU S meminum obatnya
diingatkan oleh perawat atau oleh teman maka di isi B artinya dibantu, jika IBU S
tidak minum obatnya maka di isi T artinya tidak melakukannya. Mengerti IBU S?
coba IBU S ulangi kembali cara mengisi jadwal kegiatan? Nah bagus, IBU S sudah
mengerti.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan IBU S setelah kita berbincang-bincang tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara? Coba IBU S sebutkan.
b. RTL :
Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan 19:00 pada jadwal
kegiatan IBU S. Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal minum obat yang
telah kita buat tadi ya IBU S. jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya
IBU S.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah IBU S bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk melihat
manfaat minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang
ketiga yaitu bercakap-cakap dengan orang lain. apakah IBU S bersedia?
IBU Saktu
IBU S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00 ?
Tempat :
IBU S maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah B besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa besok IBU
S. saya permisi Assalamualaikum wR,wB.
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 : BERCAKAP-CAKAP.
Hari : Rabu, 30 Oktober 2015.
Pertemuan : 3
Sp/Dx : 3/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
Ruangan : Berry
Nama Klien : IBU S
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif :
Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
Klien tampak tertawa sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
a. Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
4. Tindakan Keperawatan.a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan harian
klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Asalamualaikum IBU S.. selamat sore..
b. Evaluasi/validasi.
Bagaimana perasaan IBU S hari ini? Apakah Halusinasinya masih muncul?
Apakah IBU S telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba saya lihat jadwal kegiatan
harian IBU S? bagus sekali IBU S, sekarang coba lihat obatnya. Ya bagus IBU S
minum obat dengan teratur jam 07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan menghardik
suara-suara juga dilakukan dengan teratur.
Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi suara-suara yang
IBU S dengarkan berkurang? Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-
suara yang telah kita pelajari. Coba ceritakan perbedaan minum obat secara
teratur dengan yang dulu tidak teratur? Dan jelaskan kembali pada saya cara
minum obat dengan benar. Bagus sekali IBU S.
c. Kontrak.
Topik :
Baiklah IBU S sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar cara ketiga
dari empat cara mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu bercakap-
cakap dengan orang lain, Apakah bersedia?
Waktu :
Berapa lama IBU S mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat :
IBU S mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
Baiklah IBU S.
2. Fase Kerja.
Caranya adalah jika IBU S mulai mendengar suara-suara, langsung saja IBU S
cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman IBU S untuk berbicara dengan IBU S.
contohnya begini IBU S : tolong berbicara dengan saya.. saya mulai mendengar
suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau IBU S minta pada ibu perawat untuk
berbicara dengannya seperti “ buk tolong berbicara dengan saya karena saya mulai
mendengar suara-suara:. Coba ibu S praktekkan, bagus sekali IBU S.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :
Bagaimana perasaan IBU S setelah kita berlatih tentang cara mengontrol suara-
suara dengan bercakap-cakap. Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk
mengontrol suara-suara? Coba sebutkan! Bagus sekali IBU S.mari kita masukan
kedalam jadibu Sal kegiatan harian ya IBU S.
b. RTL :
berapa kali IBU S akan bercakap-cakap. Ya dua kali IBU S. jam berapa saja IBU
S? baiklah IBU S jam 09:00 dan 16:00. Jangan lupa IBU S lakukan cara yang
ketiga agar suara-suara yang IBU S dengarkan tidak mengganggu IBU S lagi.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah IBU S bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
manfaat bercakap-cakap dan berlatih cara keempat untuk mengontrol suara-
suara atau halusinasi IBU S yaitu dengan cara melakukan kegiatan aktivitas
fisik, apakah IBU S bersedia?
Waktu:
IBU S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00 ? Berapa lama IBU S
mau berbincang-bincang?
Tempat :
IBU S maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah IBU S besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa besok
IBU S. saya permisi Assalamualaikum IBU SR,IBU SB.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl
dan
Jam
Diagnosa Tindakan
Keperaibu Satan
Evaluasi Paraf
28-
Sep-
15
Jam
09.00
Gangguan
sensori
persepsi :
Halusinasi
Pendengaran
1. Mengidentifikas
halusinasi: isi,
frekuensi, waktu
terjadi, situasi,
pencetus,
perasaan, respon,
2. Jelaskan cara
mengontrol
halusinasi;
menghardik,
obat, bercakap-
cakap,
melakukan
kegiatan
3. Melatih cara
mengontrol
halusinasi
dengan
menghardik
4. Memasukkan
pada jadwal
kegiatan untuk
latihan
menghardik
S :
- klien mengatakan mendengar
suara-suara
- Klien mengatakan suara muncul
pada saat sendiri
- klien mengatakan saat
mendengar suara itu takut
- klien mengatakan suara itu
muncul pada malam hari pada saat
mau tidur
O:
- Klien tampak komat kamit
- Klien tampak mondar mandir
- Klien tampak menutup
telinganya
A : SP 1 Halusinasi
P : melanjutkan SP 2 : Halusinasi
Perawat: Evaluasi cara
menghardik
Pasien:
- Melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
- masukkan pada jadwal kegiatan
CATATAN PERKEMBANGAN (SP2)
Tgl
dan
Jam
Diagnosa Tindakan
Keperaibu Satan
Evaluasi Paraf
29-
Sep-
15
Jam
10.00
Gangguan
sensori
persepsi :
Halusinasi
Pendengaran
1. Mengevaluasi
kegiatan
menghardik.beri
pujian
2. Melatih cara
mengontrol
halusinasi dengan
obat (jelaskan 6
benar, jenis, guna,
dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas,
minum obat)
3. Memasukkan
pada jadwal
kegiatan untuk
latihan kegiatan
untuk lkatihan
menghardik dan
minum obat
S :
- klien mengatakan masih
mendengar suara-suara
- klien mengatakan suara itu
muncul pada malam hari pada saat
mau tidur
- klien mengatakan takut saat
mendengar suara itu muncul
- klien mengatakan suara itu
muncul pada saat sendiri
- Klien mengatakan jika
mendengar suara dia langsung
tutup telinga dan menghardik
O:
- Klien tampak komat kamit
- Klien tampak komat kamit
- Klien tampak menghardik
A : SP 2 Halusinasi : pendengaran
P : melanjutkan SP 3 : Halusinasi
Perawat: Evaluasi cara mengontrol
halusinasi dengan obat (6 benar
obat, jenis, guna, dosis, frekuensi,
kontinuitas minum obat)
Klien: Menyebutkan cara
mengontrol halusinasi dengan obat
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan
CATATAN PERKEMBANGAN (SP3)
Tgl
dan
Jam
Diagnosa Tindakan
Keperaibu Satan
Evaluasi Paraf
30-
Sep-
15
Jam
09.00
Gangguan
sensori
persepsi :
Halusinasi
Pendengaran
1. Mengevaluasi
kegiatan latihan
menghardik dan
obat. Beri pujian
2. Latih cara
mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
saat terjadi
halusinasi
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik,
minum obat, dan
bercakap-cakap
S : klien mengatakan masih
mendengar suara-suara
- klien mengatakan suara itu
muncul pada malam hari pada saat
mau tidur
- klien mengatakan takut saat
mendengar suara itu muncul
- klien mengatakan suara itu
muncul pada saat sendiri
- Klien mengatakan jika
mendengar suara dia langsung
tutup telinga dan menghardik
O : Klien tampak komat kamit
- Klien tampak komat kamit
- Klien tampak menghardik
A : SP 3 Halusinasi : pendengaran
P :lanjutkan SP 3 : Halusinasi
Pasien :Evaluasi kegiatan latihan
menghardik dan minum obat
Klien: lakukan cara menghardik
dan minum obat
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa
ada stimulus atau rangsangan yang nyata. (Stuart, 2007).
Penyebab dari halusinasi itu ada 2 yaitu Faktor Predisposisi dan Presipitasi.
Adapun gejala klinis dari halusinasi yaitu .
a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
4.2 Saran
1. Bagi perawat
Hendaknya dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi perlu dilakukan secara intensif dengan lebih memperhatikan keadaan
klien, melakukan interaksi yang singkat tapi sering dengan komunikasi terapeutik sehingga
masalah- masalah yang dialami klien dapat teratasi dengan baik, serta perlu mengutamakan
kemampuan dalam membina hubungan saling percaya dengan klien.
1. Bagi klien dan keluarga
Hendaknya klien mampu berlatih dan melaksanakan interaksi sosial secara bertahap,
mengikuti program terapi, serta dibutuhkan pemahaman keluarga tentang perawatan klien
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi dirumah secara tepat agar klien selalu dapat
berinteraksi dengan orang lain dan merasa mendapatkan perhatian dari lingkungan sekitar.
2. Bagi Instansi Rumah Sakit
Banyak klien dirumah sakit jiwa yang jarang dikunjungi keluarga, dalam hal tersebut,
pihak rumah sakit harus melibatkan keluarga dalam proses perawatan klien,
memperhatikan keadaan klien dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan(terjemahan), Edisi
8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Stuart GIBU S, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.).St.Louis Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses KeperawatanKesehatan Jiibu Sa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan KeperawatanJiibu Sa Semarang :RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Kesibu Sa, Standar Asuhan KeperawatanJiibu Sa, Edisi 1, Bandung,
RSJP Bandung, 2000