makassar impression

46
Catalogue / 카탈로그 >> Kampungbuku - Makassar 3-4 September 2014 신형만 Shin Hyeongman An Art Exhibition

Upload: tanahindie

Post on 06-Apr-2016

232 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Katalog pameran seniman Korea Selatan, Shin Hyeongman di Wahana Pameran Tanahindie, Kampung Buku (Jalan Abdullah Daeng Sirua 192 E) Makassar.

TRANSCRIPT

Page 1: Makassar Impression

Catalogue / 카탈로그 >>

Kampungbuku - Makassar 3-4 September 2014

신형만Shin HyeongmanAn Art Exhibition

Page 2: Makassar Impression

Shin Hyeongman신형만

Page 3: Makassar Impression

2011 Art Space Artist mite-ugro - gwangju

2012 Daein Art Market Self-Residency - gwangju

2013 Mokpo National University Museum Planning 'Young Artists' - Mokpo

2014 Art Space Artist mite-ugro ‘오 + �’

Group Exhibition

golbaengyi Gallery 'Mokpo <=> cheolam' - Taebaek

Mokpo Young Artists Exhibition "neo cube" - Mokpo

PR

OFI

LE Shin Hyeongman Name:

[email protected]:

Yeosu, 6 October 1988Date, Birth of Place:

Education:

2013, Mokpo National University of Fine and Arts

Page 4: Makassar Impression

Hal-hal yang memberikan inspirasi dalam berkarya Berkarya di Makassar memberikan banyak hal yang perlu saya ketahui. Kebanyakan diantaranya

adalah hal-hal yang telah saya ketahui tapi terlupakan. Hal yang terbesar adalah kenikmatan/kesenangan berekspresi itu sendiri.Buat saya, kota Makassar adalah perasaan/emosi yang saya lihat dan rasakan, dan hadiah saat tinggal sendiri setelah meninggalkan Korea.'Waktu sendirian' dari saya sebagai manusia adalah waktu bereksplorasi. Saya mengabadikan semua itu seperti catatan dalam buku harian. Pemandangan-pemandangan yang baru juga menumbuhkan lagi semangat saya untuk menggambar. Dan, saya mulai melakukan hal-hal yang bisa saya lakukan di tempat lain yang memiliki bahasa dan budaya yang berbeda.

Hal-hal yang dirasakan sangat berbeda selama berada di MakassarMakassar mungkin saat-saat yang paling menyakitkan, menyusahkan dan sekaligus membahagiakan dalam hidup saya. Selama berada di Makassar, saya tidur ketika ingin tidur, makan ketika lapar, menangis ketika ingin menangis, sakit ketika sakit, susah ketika susah dan sedih ketika sedih.Negara tidak mengendalikan dan menyembunyikan emosi manusia tetapi emosi diekspresikan apa adanya. Saya menangis ketika air mata merebak di perjalanan malam dengan sepeda motor. Saya menangis melihat kakek buta dan cucunya di mesjid Pantai Losari.Saya menangis menyaksikan anak perempuan memindahkan anak kucing dari atas jalanan.Makassar memberi tahu betapa tidak berartinya saya sebagai manusia.Siapapun ketika berbicara tentang Indonesia, tingkat ekonomi menjadi tolak ukur untuk menilai semua hal.Akan tetapi buat saya, sebaliknya Makassar murni dan manusiawi.Makassar bernyanyi sambil memetik gitar untuk hidup.Itu saja, saya seperti mendapat hadiah yang sangat besar.

Shin Hyeongman

Efek rasa dalam berkarya

Karya-karya yang dihasilkan dikerjakan dengan metode yang

sangat sederhana. Berekspresi dengan menggunakan material

yang mudah diperoleh, seperti pastel minyak, pensil, pena dan

lain-lain.

Tugas utama saya adalah mengekspresikan perasaan/emosi

saya dan kesan tentang Makassar.

Perbedaan dalam berkarya

Berkarya di Makassar sangat berbeda dari cara berkarya di

Korea.

Jika berkarya di Korea lebih bersifat konseptual maka

berkarya di Makassar lebih bersifat intuitif.

Karya di Makassar buat saya adalah karya hadiah dari

kenikmatan/kesenangan berekspresi. Bukan karya yang

digambar dan dibuat dengan baik, sebaliknya karya dengan

kebebasan berekspresi dari keinginan yang lebih untuk

berekspresi.

prakata

Page 5: Makassar Impression

어떤 것들이 작업의 영감을 주었나

마카사르에서의 작업은 나에게 많은 것들을 알게 해주었다.

그중에는 내가 알고 있었으나 잊어버린 것들이 대부분이었다.

그중 가장 큰 것은 표현한다는 행위 자체의 즐거움이다. 나에게 마카사르라는 도시는 내

가 보고 느끼는 감정들과

한국을 떠나 홀로 있는 순간을 선물했다.

혼자 있는 시간들은 나에게서 나라는 인간을 탐구하는 시간들이 이였고. 나는 그것들은

일기처럼 기록해 나갔다. 그리고 새로운 풍경들은 나에게 그리고 싶다는 욕구를 새롭게

불러일으켰다.

그래서 나는 언어와 문화가 다른 장소에서 내가 할 수 있는 것들을 하기 시작했다.

작업 방법 느낌 효과

작품들의 작업 방식은 단순하다.

오일 파스텔, 연필, 펜 등 쉽게 구할 수 있는 재료로 표현했다.

주요 작업은 마카사르의 인상과 내감정들을 표현했다.

작업의 차이

마카사르에서 한 작업은 한국에서 작업하던 방식과는 매우 다르다.

한국에서의 작업이 개념적 작업들이라면 마카사르의 작업들은 직관적인 작업이다.

마카사르의 작업은 나에게 표현한다는 행위의 즐거움을 선물해준 작업들이다. 잘 그리

고 잘 만들어진 작업이 아닌 오히려 표현하고 싶은 만큼 잘 표현된 자유로운 작업이다.

마카사르에 있는 동안 가장 다르게 느낀 점

마카사르는 아마 내 인생 중 가장 아프고 힘들고 행복한 순간일 것이다.

나는 마카사르에 있는 동안 자고 싶을 때 자고 배가 고프면 먹고 울고 싶으면 울었고

아프면 아파했고 힘들면 힘들어했고 슬프면 슬퍼했다.

나라는 인간의 감정을 통제하고 숨기는 것이 아니라 있는 그대로 표출했다.

스쿠터를 타고 밤길을 달리다가 눈물이 나면 울었다.

로사리 해변 모스크에서 눈이 안 보이는 할아버지와 손자를 보고 울었다.

길 위에 아기 고양이를 옮겨주는 청년을 보면서 울었다.

마카사르는 나라는 인간이 얼마나 하찮은지 알게 만들었다.

누군가는 인도네시아를 말할 때 경제수준을 그 모든 것들의 평가하는 잣대로 세울지도

모른다.

하지만 나에게 마카사르는 오히려 인간적이고 순수했다.

삶을 위해 마카사르는 노래했고 기타를 쳤다.

그것만으로 나는 가장 큰 선물을 얻은 것 같다.

신형만

예비

Page 6: Makassar Impression

Seluruh negara di dunia menyimpan cerita yang sama: ibu kotanya selalu lebih semarak

dan ramai, secara sosial dan kultur bergerak lebih cepat, dan sikap orang-orangnya

lebih berambisi tinggi. Ciri-ciri tersebut juga berlaku untuk Korea Selatan. Seoul, ibukota

negara itu, menyimpan sejumlah cerita tentang hiruk pikuk sebuah ibu kota. Dari ibu kota

itu kita tahu bahwa pengaruh kebudayaan Korea tersebar luas ke seluruh penjuru,

termasuk merambah benua Eropa dan Amerika, dan tentunya Asia sendiri, kawasan di

mana Semenanjung Korea terletak. Di antara pengaruh yang bisa disebut adalah

goyang Gangnam Style dan serial drama Korea yang bisa membuat para pecandu

drama kehidupan, bercucuran air matanya.

Tapi betulkah Korea Selatan hanyalah Seoul? Tentunya tidak. Negara berpenduduk

sekitar 50 juta jiwa itu memiliki kota-kota lain yang menyimpan cerita berbeda dengan

gemerlap dan gegap gempita Seoul. Gwangju adalah salah satunya.

Gwangju, kota terluas keenam di Korea Selatan, adalah kota penting bagi wajah

negara itu saat ini. Pada era 1980-an, kota itu adalah zona pertarungan para aktivis

pro-demokrasi Korea Selatan yang menginginkan perubahan penting yang sedang

dikuasai oleh kelompok bersenjata: militer. Puncak dari pertarungan tersebut terjadi

ketika meletusnya peristiwa 18 Mei 1980 yang dalam sejarah dikenal sebagai Gwangju

Uprising. Peristiwa memilukan yang menelan korban jiwa sebanyak 241 jiwa itu diingat

sampai saat ini oleh masyarakat Korea Selatan sebagai Gerakan Demokratisasi Korea.

Dan tidak tanggung-tanggung, UNESCO menetapkan peristiwa 18 Mei sebagai salah

satu dari 301 peristiwa dunia moderen yang masuk dalam Memory of the World

Register.

Sejumlah museum, menara, buku, lm, pelatihan dan konferensi menjadi bagian dari

upaya memonumentasikan peristiwa tersebut demi mengingatkan warga Korea Selatan

sendiri, dan juga warga dunia, bahwa peristiwa tragedi kemanusiaan telah terjadi di

Gwangju, yang menyebabkan 241 manusia kehilangan hak untuk hidup lebih lama.

Lalu bagaimana Gwangju hari ini? Sebagaimana kota lain di Korea Selatan, Gwangju

pada dasarnya tidak ingin ketinggalan dalam menikmati gross domestic product sebesar

$ 1,130 triliun dengan tingkat inasi hanya 1,1 % negara gingsen itu. Sejumlah proyek

raksasa dicanangkan, termasuk di bidang seni dan budaya. Salah satunya adalah

proyek ambisius Asian Cultural Centre (ACC), sebuah mega-proyek yang ingin meraup

semua praktek seni di Asia: dari yang tradisional sampai yang kontemporer. Lokasi ACC

terletak sangat dekat dari titik pusat peristiwa 18 Mei.

Korea Selatan Yang LainShin dan

Page 7: Makassar Impression

Di tengah proyek-proyek raksasa dan monumen-monumen yang memelihara ingatan akan peristiwa 18 Mei, Gwangju memiliki pasar tradisional, Daein, terletak tidak jauh dari kompeks ACC dan May 18 Memorial Park. Pasar tradisional ini sengaja didipertahankan karena menyimpan narasi-narasi kecil tentang peristiwa 18 Mei, antara lain adalah cerita tentang perempuan penjual buah keliling yang dulu menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang menyembunyikan dan memberi makan para aktivis yang diburu-buru oleh aparat bersenjata lengkap.

Di pasar tradisional ini pula sebuah proyek seni berskala menengah telah berlangsung beberapa tahun yang dimotori oleh Mite-Ugro-Zaza (Korea: makan-minum-tidur). Dengan memanfaatkan lapak-lapak pasar yang bisa disewa, sejumlah kelompok seni menjadikan pasar tersebut sebagai medan praktek seni sebagai sumber inspirasi, bukan hanya sebagai studio untuk bekerja. Shin, seniman yang sudah tinggal 2 bulan di Makassar dan menjalani program residensi di Tanahindie, adalah salah satu dari puluhan seniman yang bergaul di Pasar Daein.

Jadi, tidak mengherankan jika tingkah laku Shin tampak sebagai “anak pasar tradisional” yang mudah bergaul dengan siapa saja di Makassar: dari orang yang sedang menyeberang maupun pelayan restoran makanan cepat saji. Meskipun terkendala bahasa, Shin mampu mengatasi perbedaan kebudayaan dengan tingkah laku sebagai manusia biasa.

Shin sangat berbeda dengan sejumlah orang Korea di Indonesia yang pernah saya (atau mungkin orang lain juga) temui, yang memandang semua orang Indonesia sebagai; tenaga kerja yang bisa diperas tenaganya; konsumen setia dan tidak rasional bagi produk-produk kebudayaan populer Korea; atau orang berpengaruh yang bisa diajak untuk menggarap joint venture bernilai ratusan miliar rupiah.

Mirwan AndanMakassar, 31 Agustus 2014

Page 8: Makassar Impression

SAYA tak pernah membayangkan seseorang berangkat ke negeri lain untuk waktu lama tanpa bekal bahasa. Tapi Shin Hyeongman menjadi pengecualian. Pemuda dari Gwangju ini kemudian sampai di Makassar, ketika tiba tanggal kedatangannya, seperti pesannya lewat Facebook.Kami menjemputnya di Bandara Hasanuddin sore pertengahan Juni tiga bulan lalu. Kami katakan padanya bakal telat tiba sebab simpangan tol-Bandara macet parah. Itu juga masih lewat Facebook.Gelagat kendala bahasa mulai terbaca ketika Shin menelepon dengan kalimat yang tidak selesai, “How many…?”. Pertanyaan tak rampung ini diulangnya tiga kali. Mungkin ia mau tanyakan berapa lama lagi kami tiba di Bandara. Belakangan kami tahu ternyata ketika itu dia kena marah petugas bandara. Agaknya karena Hyeongman hanya bercakap dalam bahasa Korea ke petugas informasi.Tapi lupakan. Hyeongman sudah aman. Yang kami tahu ketika itu, ia baru saja tiba dari perjalanan jauh. Jadi kami mengantarnya ke warkop menikmati semerbak kopi Toraja, semacam sambutan selamat datang. Program residensi pun dimulai begitu kami tiba di Kampung Buku. Beberapa mahasiswa dan seorang alumni jurusan Hubungan Internasional Unhas yang mempelajari Bahasa Korea datang membantu menerjemahkan. Namun satu yang pasti begitu pertemuan itu selesai: saya harus mengunduh aplikasi Google Translate.

KEDATANGAN Hyeongman berawal dari Andan yang bertemu dengan salah seorang pegiat komunitas seniman di Korea Selatan untuk mengirim rekannya beresidensi di Indonesia.

Me-ngenal-

kan

Hyeong-man

Page 9: Makassar Impression

Dalam obrolan saya sebelumnya dengan Andan, kami juga berusaha melihat kemungkinan bagaimana proyek residensi juga bisa menjajal Kota Makassar. Selama ini, kabar tentang itu baru satu sepengetahuan saya, yakni Gertjan Zuihof (Belanda) yang beresidensi 30 hari di Rumata Artspace.Rasanya pertukaran pengalaman jelas sesuatu yang penting bagi siapa pun, mulai dari soal metode bekerja sampai sudut pandang.

SELAMA tiga bulanan masa residensi ini sebenarnya ada beberapa orang yang menjadi “korban”. Di hari pertama kedatangan Hyeongman, teman (tak perlu saya sebut namanya) yang membantu menjemput Hyeongman sudah patah hati duluan. Rupanya, orang Korea yang akan kami jemput berjenis kelamin laki-laki. Bukan perempuan, seperti harapannya dan sebagaimana yang ia sering saksikan lewat lm-lm produksi Korea Selatan.Tapi dua bulan setelahnya, giliran saya patah hati. Tak lama, Shin Hyeongman juga begitu. Saya hanya kiasan. Dia tidak.Saya dan rekan-rekan di Kampung Buku masih menyayangkan mengapa ia datang ke Makassar dengan bekal bahasa Inggris yang teramat sedikit. Begitu banyak kerja bersama yang bisa dilakukan kalau saja bahasa bukan kendala. Tapi tentang itu, menurut obrolan Hyeongman dengan seorang teman, ia bertekad kembali ke kampungnya dan segera kursus bahasa Inggris. Ia berencana ke Makassar lagi tahun depan. Lewat pameran The Makassar Impression inilah (rasanya) Hyeongman akan menjelaskan perasaan-perasaannya selama berinteraksi dengan kota ini dan manusia yang hidup di dalamnya, juga perihal yang membuatnya ingin kembali.[]

Anwar Jimpe RachmanPenanggungjawab

Page 10: Makassar Impression
Page 11: Makassar Impression
Page 12: Makassar Impression
Page 13: Makassar Impression
Page 14: Makassar Impression
Page 15: Makassar Impression
Page 16: Makassar Impression
Page 17: Makassar Impression
Page 18: Makassar Impression
Page 19: Makassar Impression
Page 20: Makassar Impression
Page 21: Makassar Impression
Page 22: Makassar Impression
Page 23: Makassar Impression
Page 24: Makassar Impression
Page 25: Makassar Impression
Page 26: Makassar Impression
Page 27: Makassar Impression
Page 28: Makassar Impression
Page 29: Makassar Impression
Page 30: Makassar Impression
Page 31: Makassar Impression
Page 32: Makassar Impression
Page 33: Makassar Impression
Page 34: Makassar Impression
Page 35: Makassar Impression
Page 36: Makassar Impression
Page 37: Makassar Impression
Page 38: Makassar Impression
Page 39: Makassar Impression
Page 40: Makassar Impression
Page 41: Makassar Impression
Page 42: Makassar Impression
Page 43: Makassar Impression
Page 44: Makassar Impression
Page 45: Makassar Impression

Tanahindie merupakan lembaga nirlaba berdiri sejak 1999 yang mengutamakan program pada kajian & dialog, pameran, perisalahan, dan penerbitan bertopik beragam ekspresi dan perkembangan masyarakat kota mutakhir.

Salah satu kegiatan tetap Tanahindie adalah gerobak bioskop Dewi Bulan, program dengan konsep layar tancap setiap bulan. Agenda kerja kolaborasi Tanahindie dan ruangrupa (Jakarta) ini digelar sejak April 2011 hingga sekarang.

Beberapa pameran dan kerja kolaborasi berkaitan seni dan wacana kebudayaan dilaksanakan seperti True Color (pameran lukisan perca & drawing, 2007), Bom Benang (2012, 2013), Panggung dalam Bingkai (pameran foto, 2014), dan Lembaran Halaman yang Hilang (pameran fotogra, 2014)

Penelitian meliputi Makassar Nol Kilometer (Ininnawa, 2005), Pasar Terong Makassar: Dunia dalam Kota (Ininnawa, 2012), dan Chambers: Makassar Urban Culture Identity (Chambers Celebes, 2013).

Ikut menyokong situs jurnalisme warga (2012-http://makassarnolkm.comsekarang).

Alamat:TanahindieKampung BukuJalan Abdullah Daeng Sirua 192 E Panakkukang, Makassar, Sulawesi Selatan 9234T/F: 0411433775 | | [email protected] http://tanahindie.org

Pengurus:

Pengarah: Fitriani A Dalay, Ibrahim, Mirwan Andan

Direktur: Anwar J Rachman

Keuangan: Mubarak AM & Fatma Tahir

Film & Foto: Darmadi

Website & Graka: Kurniawan Ardianto

Page 46: Makassar Impression