makna budaya dalam mitos di minahasa meaning of …

15
105 Abstract Myth is a medium of understanding and inheriting cultural values that are believed by society in the past and also influences people’s mindsets in the present. In this study, myth is a reflection of social structures and social relations in which there are basic feelings commonly shared by human beings, such as love, , or revenge. This study aims to (1) describe the mythical myths Minahasa and (2) express the cultural meanings of the Minahasa people contained in Minahasa myths. The benefits of this study are in the form of disclosing the concepts of cultural meaning possessed by the Minahasa tribe so that they can broaden the horizons of thought about Minahasa society and culture. The method used in this study is the expository description method. Lévi-Strauss states that myths are formed by units of basic elements, in which the basic element units have a dual structural structure, namely historical and ahistorical at the same time whose elements are combined or connected to one another to produce meaning. Keywords: culture, myth, structuralism Abstrak Mitos merupakan media pemahaman dan pewarisan nilai-nilai budaya yang diyakini oleh masyarakat di masa lampau dan memengaruhi pola pikir masyarakat di masa kini. Dalam kajian ini, mitos merupakan pantulan struktur sosial dan hubungan sosial yang di dalamnya terkandung perasaan- perasaan mendasar yang umum dimiliki umat manusia, seperti cinta, kebencian, atau balas dendam. Penelitian ini memiliki tujuan untuk (1) menguraikan miteme-miteme yang ada dalam mitos-mitos Minahasa dan (2) mengungkapkan makna budaya masyarakat Minahasa yang terdapat dalam mitos- mitos Minahasa. Manfaat penelitian ini berupa pengungkapan konsep-konsep makna budaya yang dimiliki suku Minahasa sehingga dapat memperluas cakrawala pemikiran mengenai masyarakat dan kebudayaan Minahasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi ekspositoris. Lévi-Strauss menyatakan bahwa mitos dibentuk oleh unit-unit unsur pokok, Unsur pokok tersebut memiliki struktur ganda, yaitu historis dan ahistoris sekaligus unsur-unsurnya digabungkan atau dihubungkan satu dengan yang lain untuk menghasilkan makna. Kata Kunci: budaya, mitos, strukturalisme MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF CULTURE IN MYTHS IN MINAHASA Nontje Deisye Wewengkang Balai Bahasa Sulawesi Utara Jalan Diponegoro Nomor 25 Manado Pos-el [email protected] 1. PENDAHULUAN Sastra menyajikan sebagian besar realitas ke- hidupan manusia yang sangat berpengaruh terha- dap kehidupan manusia itu sendiri. Melalui karya sastra pengarang berusaha menyampaikan kebe- naran, termasuk kebenaran sejarah dan sosial. Hegel dan Taine (dalam Yoesoef, 2007:18) bahkan memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang monumental, sebagai gambar trans- paran mengenai kondisi suatu zaman. Yoesoef (2007:18) juga mengutip pendapat Lukacs yang menyebutkan bahwa karya sastra tidak hanya Sekadar cermin yang membalikkan imajinasi objek yang terletak di depannya tetapi, juga suatu

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

Nontje Deisye WewengkangMakna Budaya dalam Mitos di Minahasa

105

AbstractMyth is a medium of understanding and inheriting cultural values that are believed by society in the past and alsoinfluences people’s mindsets in the present. In this study, myth is a reflection of social structures and social relations inwhich there are basic feelings commonly shared by human beings, such as love, , or revenge. This study aims to (1) describethe mythical myths Minahasa and (2) express the cultural meanings of the Minahasa people contained in Minahasamyths. The benefits of this study are in the form of disclosing the concepts of cultural meaning possessed by the Minahasatribe so that they can broaden the horizons of thought about Minahasa society and culture. The method used in thisstudy is the expository description method. Lévi-Strauss states that myths are formed by units of basic elements, in whichthe basic element units have a dual structural structure, namely historical and ahistorical at the same time whose elementsare combined or connected to one another to produce meaning.

Keywords: culture, myth, structuralism

AbstrakMitos merupakan media pemahaman dan pewarisan nilai-nilai budaya yang diyakini oleh masyarakatdi masa lampau dan memengaruhi pola pikir masyarakat di masa kini. Dalam kajian ini, mitosmerupakan pantulan struktur sosial dan hubungan sosial yang di dalamnya terkandung perasaan-perasaan mendasar yang umum dimiliki umat manusia, seperti cinta, kebencian, atau balas dendam.Penelitian ini memiliki tujuan untuk (1) menguraikan miteme-miteme yang ada dalam mitos-mitosMinahasa dan (2) mengungkapkan makna budaya masyarakat Minahasa yang terdapat dalam mitos-mitos Minahasa. Manfaat penelitian ini berupa pengungkapan konsep-konsep makna budaya yangdimiliki suku Minahasa sehingga dapat memperluas cakrawala pemikiran mengenai masyarakat dankebudayaan Minahasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsiekspositoris. Lévi-Strauss menyatakan bahwa mitos dibentuk oleh unit-unit unsur pokok, Unsur pokoktersebut memiliki struktur ganda, yaitu historis dan ahistoris sekaligus unsur-unsurnya digabungkanatau dihubungkan satu dengan yang lain untuk menghasilkan makna.

Kata Kunci: budaya, mitos, strukturalisme

MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA

MEANING OF CULTURE IN MYTHS IN MINAHASA

Nontje Deisye WewengkangBalai Bahasa Sulawesi Utara

Jalan Diponegoro Nomor 25 ManadoPos-el [email protected]

1. PENDAHULUANSastra menyajikan sebagian besar realitas ke-

hidupan manusia yang sangat berpengaruh terha-dap kehidupan manusia itu sendiri. Melalui karyasastra pengarang berusaha menyampaikan kebe-naran, termasuk kebenaran sejarah dan sosial.Hegel dan Taine (dalam Yoesoef, 2007:18)

bahkan memandang karya sastra sebagai dokumensosial yang monumental, sebagai gambar trans-paran mengenai kondisi suatu zaman. Yoesoef(2007:18) juga mengutip pendapat Lukacs yangmenyebutkan bahwa karya sastra tidak hanyaSekadar cermin yang membalikkan imajinasiobjek yang terletak di depannya tetapi, juga suatu

Page 2: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

106

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

pengetahuan tentang realitas yang sebenarnyasudah ada sebelum kita mengetahuinya dalambentuk pikiran. Dengan kata lain, karya sastratidak hanya mencerminkan bentuk-bentuk kenya-taan tetapi, juga pengetahuan tentang kenyataanitu.

Sastra yang kita kenal sekarang sebenarnyaberasal dari suatu perkembangan yang lebih awaldi masa lampau. Karya-karya sastra di masalampau dikenal saat ini dengan cerita rakyat, teka-teki, peribahasa, dan nyanyian rakyat (Danandjaja,1994:5). Sebagian orang menyebut karya sastradi masa lampau itu dengan sastra lisan, ada jugayang menyebutnya tradisi lisan. Tidak berbedadengan karya sastra dewasa ini, sastra lisan jugamerupakan media pemahaman dan pewarisannilai-nilai budaya yang diyakini oleh masyarakat.Sastra lisan adalah monumen tata nilai masyarakatdi suatu daerah, yang diakui sejak dahulu. Sastralisan juga telah lama berperan sebagai wahanapemahaman gagasan dan pewarisan tata nilai yangtumbuh dalam masyarakat.Bahkan, sastra lisantelah berabad-abad berperan sebagai dasar komu-nikasi antara pencipta dan masyarakat, dalam articiptaan yang berdasarkan lisan akan lebih mudahdiketahui karena ada unsur yang sudah dikenaloleh masyarakat.

Cerita rakyat sebagai salah satu bentuk sastralisan juga merupakan momentum tata nilaimasyarakat pemiliknya. Pandangan-pandanganyang ditawarkan dalam cerita rakyat mewakilipandangan-pandangan hidup masyarakatnya (Pardi,dkk. 2006:2). Beberapa sistem yang ada dalammasyarakat modern pun masih dapat ditelusurihubungannya dengan sistem yang pernah dilak-sanakan oleh masyarakat tradisional. Penelusuranitu dapat dilakukan melalui cerita rakyat. Bahkan,penelusuran tersebut bisa berkembang mengarahpada pencarian makna baru nilai-nilai budaya.

Pencarian makna baru nilai-nilai budayadalam tradisi dilatarbelakangi oleh kebutuhan

masyarakat yang telah terlebih dahulu melampauitahap kemodernan dan pada dasarnya jugamerupakan kebutuhan pribadi setiap manusia. Halini dibuktikan dengan kesadaran para pemikirbarat mengenai akibat-akibat negatif dominasilogika atau daya nalar yang menjadi ciri eramodern (Sibarani, 2004:149). Perbedaan antarakenyataan dan makna menjadi semakin kabur.Kenyataan bahwa peradaban manusia makin ber-kembang seiring dengan adanya berbagai penemu-an dalam bidang teknologi membuat penggaliankembali nilai-nilai budaya makin mendapat tempatdi era ini.

Masyarakat Minahasa termasuk masyarakatyang memanfaatkan cerita rakyat sebagai saranauntuk melakukan pewarisan budaya. Banyak ceritarakyat yang berkembang di masyarakat denganmetode dari mulut ke mulut dan banyak jugacerita rakyat yang telah dicetak dan dijadikanbahan bacaan populer. Dengan demikian, upayauntuk menggali struktur cerita rakyat yang men-cerminkan struktur berpikir masyarakat makin ter-buka luas. Hal ini dapat dilakukan karena pemi-kiran bahwa cerita rakyat merupakan cerminpemikiran konseptual yang dimiliki masyarakatMinahasa. Hal lain yang memberikan kemungkinanbahwa pemikiran konseptual ini memiliki kesama-an pola dengan kebudayaan yang lain. Penulismemilih untuk meneliti struktur sejumlah mitosyang ada di daerah dengan menggunakan kajianstruktural untuk menghasilkan analisis yang me-nilai cerita secara objektif dan atas dasar asumsilinguistik dalam rangka menemukan makna bu-daya yang tersimpan dalam mitos-mitos Minahasa.

Pemikiran-pemikiran tersebut memunculkanpertanyaan-pertanyaan yang perlu diteliti lebihmendalami yakni, (1) miteme-miteme apa sajakahyang ada dalam mitos-mitos Minahasa?; (2) apakahmakna budaya yang terdapat dalam mitos-mitosMinahasa? Adapun tujuan penelitian ini adalahuntuk menguraikan miteme-miteme yang ada

Page 3: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

Nontje Deisye WewengkangMakna Budaya dalam Mitos di Minahasa

107

dalam mitos Minahasa dan mengungkapkanmakna budaya yang ada di dalam mitos-mitostersebut.

Secara teoretis, penelitian ini penting untukmenguraikan miteme-miteme yang ada dalammitos-mitos Minahasa dengan tujuan untuk meng-ungkapkan makna budaya yang terkandung didalamnya. Penerapan teori struktural Levi- Straussdiharapkan dapat mengungkapkan relasi-relasipenting antartokoh dalam mitos-mitos Minahasadan dapat menghasilkan analisis untuk menerokakajian selanjutnya terhadap mitos-mitos Minahasa.Dengan demikian, peneliatian ini diharapkan dapatmenguatkan teori struktural Levi-Strauss danmenjadi dasar pengembangan kajian yang lainmengenai mitos Minahasa.

Manfaat praktis penelitian ini berupa peng-ungkapan konsep-konsep makna budaya yang di-miliki suku Minahasa sehingga dapat memperluascakrawala pemikiran mengenai masyarakat dankebudayaan Minahasa. Upaya ini diharapkandapat membantu masyarakat dan pemerintahuntuk lebih memahami jalinan hubungan budayayang ada dalam masyarakat Minahasa untuk me-ningkatkan komunikasi yang baik antara elemenmasyarakat yang satu dengan masyarakat yanglainnya. Di sisi lain, melalui penelitian ini peme-rintah dan pihak terkait lainnya dapat memperolehgambaran yang lebih hakiki mengenai konsepberpikir yang sekalipun lokal, tetapi bersifatuniversal. Gagasan-gagasan yang terkandung didalam mitos-mitos merupakan hal yang mendasaryang dimiliki juga oleh kebudayaan lainnya. Peng-ungkapan universalitas mitos-mitos Minahasadapat dijadikan rujukan dalam penerapan programpemerintah sehingga tercapai suatu kebijakan yangdidasarkan pada konsep emik dan bukan etik.

2. KAJIAN TEORIPengertian mitos dalam kajian struktural tidak

sama dengan pengertian mitos yang biasa diguna-

kan untuk kajian mitologi. Mitos digunakan untukmenjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan astro-nomi, meteorologi dan sebagainya. Namun, tidakbisa juga dijelaskan secara sederhana bahwa mitosmerupakan pantulan struktur sosial dan hubungansosial yang di dalamnya terkandung perasaan-perasaan mendasar yang umum dimiliki manusiaseperti cinta, kebencian, dan balas dendam. (Lévi-Strauss, 2009:277). Dengan demikian, mitos dapatmenggambarkan peristiwakesejarahan, meskipuntidak dapat dikemukakan sebagai bukti sejarahdan juga lingkup sosial kemasyarakatan sebagaicerminan masyarakat pemilik mitos itu.

Mitos dalam konteks strukturalisme Lévi-Strauss tidak lain ialah dongeng. Dongeng adalahcerita pendek kolektif kesusastraan lisan dan me-rupakan cerita prosa rakyat yang tidak dianggapbenar-benar terjadi karena merupakan hasil imaji-nasi manusia, dari khayalan manusia, walaupununsur-unsur khayalan tersebut berasal dari apayang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari(Danandjaja, 2007:83). Bagi masyarakat pemilik-nya, mitos atau dongeng memiliki peran pentingdalam proses transmisi budaya. Ada yang dilaku-kan “sambil lalu”, melalui peran-serta dalam ke-giatan rutin sehari-hari; sekadar penghibur diwaktu senggang. Namun, ada juga yang dilakukandengan cara memberi penerangan, persuasi, rang-sangan untuk hal-hal yang positif dan mengejekserta menertawakan hal-hal yang negatif karenapentingnya nilai yang disampaikan (Koentjara-ningrat, 1990:230).

Pada dasarnya mitos merupakan ekspresi darikeinginan-keinginan yang yang tidak disadari, yangsedikit banyak tidak konsisten dengan keseharian(Leach dalam Ahimsa, 2016:78) Ada yang ber-asumsi bahwa mitos adalah dongeng semata yangdiciptakan untuk tujuan menghibur. Tetapi, se-benarnya mitos tidak hanya memiliki peran meng-hibur tetapi juga merupakan ungkapan simbolisdari konflik-kolflik batin yang ada dalam masya-

Page 4: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

108

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

rakat. Dengan demikian mitos menurut Ahimsa(2016:186) motos dapat menjadi sarana untukmengelakkan, memindahkan dan mengatasikontradiksi-kontradiksi empiris yang tidakterpecahkan

Sebagian orang beranggapan bahwa ceritarakyat itu hanya satu yakni cerita rakyat. Bahkanada yang menyebutnya dongeng. Wundt dalamProp (1987:6) membagi cerita rakyat dalam tujuhkategori dan lima diantaranya merupakan dongengyaitu cerita dongeng mitos, dongeng tumbuhan,dongeng binatang, dongeng jenaka dan dongengmoral. Sementara itu menurut Bascom dalamDanandjadja (1994:50) cerita prosa rakyat dibagidalam tiga golongan besar yaitu myte, legenda, dandongeng.

Sebagaimana fenomena kebahasaan, mitosjuga memiliki ketertataan serta keterulangankarena terdapat unsur-unsur yang sama antarabahasa dan mitos. Karena kedudukannya yangsama dengan bahasa, mitos tidak berbeda halnyadengan bagian bahasa yang disebut kalimat ataususunan berbagai kalimat yang disebut sebagaiteks. Keberadaan teks ini dengan demikian dapatdibaca dan memiliki makna yang merupakanmanifestasi gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikiran dan menghasilkan suatu makna melaluisuatu mekanisme artikulasi. Dengan demikian,tidak mengherankan apabila mitos merupakansistem komunikasi yang dimanfaatkan secarasosial dalam konteks masyarakat yang berinte-raksi.

Analisis mengenai struktur dalam yang dilaku-kan dalam penelitian ini ide besarnya berasal darilinguistik. Analisis ini secara langsung dipengaruhioleh teori Chomsky juga Saussure yang mengubahstudi linguistik dari pendekatan diakronis kesinkronis (Nurgyantoro, 2005:36) sekalipun dalammitos aspek sinkronis dan diakronis ini tidak dikajisecara terpisah. Jadi, kajian linguistik tidak lagiditekankan pada sejarah perkembangannya, tetapi

pada hubungan antarunsurnya. Mengutip pemi-kiran Saussure (1988:43) bahwa sifat sistemis languejuga mendorong dikembangkannya penelitian-penelitian, terutama dalam lingkup berbagai satuandan struktur hadir bersama dalam suatu koek-sistensi fungsional yang disebut Saussure dalamlingkup sinkronis atau lebih tepat idiosinkronis.

Konsep-konsep Lévi-Strauss serta cara beker-janya dalam menganalisis azas-azas cara berpikirsimbolik dari akal manusia dalam upacara, dalamhubungan kekerabatan, dan dalam mitos, menun-jukkan suatu perbedaan mendasar antara hal yangdisebut struktur oleh Lévi-Strauss dan hal yangdisebut struktur sosial oleh Malinowski-Radcliffe-Brown serta para ahli antropologi Inggris. Kalaupara antropolog tersebut menganggap struktursosial sebagai suatu perumusan dari jaringan hu-bungan interaksi antarmanusia dalam kehidupanmasyarakat, bagi Lévi-Strauss keadannya justrusebaliknya. Baginya, struktur (terutama dalamanalisis mitologi) ialah beberapa konsep caraberpikir akal manusia yang dianggapnya elementerdan karena itu bersifat universal. Dengan strukturitu seorang penulis dapat memahami secaradeduktif data mengenai interaksi manusia dalamkenyataan kehidupan masyarakat.

Inti gagasan struktural Lévi-Strauss ini bahwamanusia membagi lingkungannya ke dalamlingkungan alam dan lingkungan kebudayaan atausosial-budaya. Secara khusus alam semesta terdiridari hal-hal yang kolektif dan hal-hal yang khas.

Demikian pun, lingkungan sosial budayaterdiri dari kelompok-kelompok dan individu-individu sehingga kalau dari unsur itu disusunsebuah matriks bermutasi maka akan timbulempat rangkaian, yaitu (1) Kategori kelompok; (2)Kategori individu; (3)Unsur khusus kelompok; dan(4) Unsur khusus individu.

Menurut Leach dalam Ahimsa-Putra(2006:109), terdapat sejumlah relasi yang dapatdianalisis dengan teori struktural Lévi-Strauss.

Page 5: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

Nontje Deisye WewengkangMakna Budaya dalam Mitos di Minahasa

109

Relasi-relasi ini ditampilkan dalam mitos secaralangsung maupun tersirat dalam rupa: (1) relasi-relasi antarmanusia, binatang, burung, reptil,serangga, dan makhluk-makhluk supranaturalyang beraneka ragam; (2) relasi-relasi antarakategori-kategori makanan dan cara menyiapkanmakanan, serta digunakan atau tidak diguna-kannya api; (3) relasi antara kategori-kategorisuara dan kesenyapan, yang dihasilkan baik secaraalami – seperti teriakan binatang – ataupun secaraartifisial, melalui alat-alat musik tertentu; (4)relasi-relasi antara kategori-kategori bau dan rasa,enak dan tidak enak, manis dan pahit, dan seba-gainya; (5) relasi-relasi antara jenis/tipe pakaianatau penutup tubuh manusia, ketertutupan,ketelanjangan manusia, dan relasi antara binatang-binatang dan tetumbuhan yang bahannya diguna-kan untuk penutup tubuh; (6) relasi-relasi antarafungsi-fungsi tubuh, seperti: makan, buang airbesar, kencing, muntah, sanggama, kelahiran, danmenstruasi; (7) relasi-relasi antara kategori-kate-gori lanskap, perubahan musim dan cuaca, per-gantian waktu, benda-benda langit, dan sebagai-nya, atau kombinasi-kombinasi dari kerangka-kerangka acuan tersebut. Dengan kandungansemacam ini Lévi-Strauss tampaknya merasabahwa dengan menganalisis mitos-mitos secarastruktural, berbagai bentuk simbolisasi yang adadalam mitos-mitos dapat lebih ditonjolkan,terutama menyangkut transformasi-transformasiyang mengikuti aturan-aturan logika tertentu secaraketat. Dalam perspektif struktural, mitos merupa-kan kisah yang memuat sejumlah pesan. Pesan-pesan ini tidak tersimpan dalam unsur-unsur mitosyang terpisah-pisah, melainkan dalam keseluruhanmitos untuk menunjukkan cara kerja nalarmanusia.

Semua aspek yang dijelaskan sebelumnyamerupakan bingkai pemikiran teori strukturalLévi-Strauss yang digunakan untuk menganalisismasalah kedua dalam penelitian ini. Berdasarkan

teorinya, Lévi-Strauss menyatakan bahwa mitosdibentuk oleh unit-unit unsur pokok, setiap unit-unit unsur pokok tersebut memiliki struktur-struktur ganda, yaitu historis dan ahistorissekaligus yang unsur-unsurnya digabungkan ataudihubungkan satu dengan yang lain untukmenghasilkan makna. “The true constituent units ofa myth are not the isolated relations but bundles of suchrelations, and it is only as bundles that these relationscan be put to use and combined so as to produce ameaning.” ‘Unsur tidak memiliki arti dalam dirinyasendiri. Unsur dapat dipahami semata-mata dalamproses antarhubungan, yang pada gilirannyamenampilkan makna-makna baru yang terkandungdalam mitos’ (Lévi-Strauss, 1963:211).

Menurut Firth dalam Lyons (1979:607),hakikat makna adalah keseluruhan kontribusinyaterhadap keberlangsungan pola hidup dalam suatumasyarakat dalam sebuah kelompok seseoranghidup, mendapat peran, serta memperoleh jatidirinya. Budaya adalah suatu cara hidup yangberkembang dan dimiliki bersama oleh sebuahkelompok orang, dan diwariskan dari generasi kegenerasi. Budaya adalah suatu pola hidup menye-luruh karena budaya bersifat kompleks, abstrak,dan luas. Dari kata budaya itu diturunkan katakebudayaan. Kebudayaan dapat disebut jugaperadaban yang mengandung pengertian sangatluas dan mengandung pemahaman perasaan suatubangsa yang sangat kompleks, meliputi pengeta-huan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, kebiasaan, dan pembawaan lainnya yangdiperoleh dari anggota masyarakat. MenurutRahyono (2009:53) segala hal yang terkait denganpenyelenggaraan kehidupan manusia berada dalamlingkup kebudayaan. Kebudayaan bukan sekadarkarya seni, bukan sekadar adat istiadat, bukansekadar tradisi atau hal-hal yang bersifat tradi-sional. Kebudayaan mencakup segala aspekkehidupan manusia.

Page 6: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

110

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

3. METODEMetode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskripsi ekspositoris yang menurutAminuddin (1990:169) mengandung maksudmendeskripsikan data secara langsung dan terbukasesuai dengan teknik yang digunakan. Data di-analisis menggunakan model analisis deskriptifkualitatif. Melalui model inilah fakta-fakta dides-kripsikan kemudian diuraikan dengan memberikanpemahaman dan penjelasan (Ratna, 2007:53).

Tahapan-tahapan sebagai berikut.a. Penjajakan

Pada tahap ini peneliti melakukan penjajakanterhadap masalah dan ketersediaan bahanpenelitian.

b. Orientasi dan klarifikasiPada tahap ini, peneliti menentukan objekkajian serta pihak-pihak terkait yang perludihubungi untuk kepentingan penelitian.

c. Penelitian sesungguhnya – tahap pendataanPada tahap ini, teknik yang peneliti gunakanadalah pertama, teknik studi pustaka dengancara pencatatan data.

d. Penginterpretasian dataPenginterpretasian data dilakukan berdasar-kan kerangka kerja pendekatan fenomenolo-gis yaitu mengintuisi objek, menganalisis bagian-bagian pokok, menjabarkan fenomena, meng-uraikan makna dan yang terakhir membuatsimpulan yang bersifat menyeluruh.

4. PEMBAHASAN

4.1 Tonaas Siowkurur(1) Tonaas Siowkurur adalah anak Datuk

Telewan. (2) Seorang yang sakti, suka menolong,dan sangat disegani oleh masyarakat Minahasapada waktu itu. (3) Pada masa kecil Siowkururtidak pernah menangis. Ia bertumbuh menjadiseorang yang bertubuh besar. (4) Siowkurur

mendapat pendidikan bertempur dari ayahnya agardapat membela tanah Minahasa. (5) Sioukururdimandikan dengan air ramuan sehingga ia kebalterhadap pedang dan Sioukurur dengan jimatmatelew. (6) Siowkurur bisa terbang dari satu tempatke tempat lain. (7) Daerah Minahasa sering di-serang perampok dari berbagai daerah. (8)Sioukurur ditugaskan oleh ayahnya untuk menjagadan melindungi penduduk yang membuat garamdi tepi pantai. (9) Sekelompok perampok dariTidore mendarat di Pantai Kemah dan Likupang.(10) Burung manguni membawa berita kepadaSioukurur. (11) Sioukurur memakai perlengkapanperang beserta jimat-jimatnya lalu terbang ke PantaiKemah dan Likupang. (12) Sioukurur membantaisebagian perampok. (13) Mayat para perampokdimasukkan ke dalam sebuah gua sehingga tempatitu berbau busuk lalu disebut Kinawurukan sampaisaat ini. (14) Rakyat telah ditawan oleh perampok.(15) Siouwkurur membebaskan seluruh rakyatyang diganggu oleh perampok. (16) Banyakperampok yang meninggal di ujung anak panahSioukurur. (17) Perampok yang masih hidup,melarikan diri ke arah Pantai Kora-Kora. (18)Sioukurur segera terbang ke Pantai Kora-Kora.(19) Sioukurur menghabisi perampok dengankelewangnya yang sakti. Bangsa perampok itumenjadi jera. Tidak ada lagi yang menganggupenduduk Minahasa. (20) Tanah Minahasa menjadiaman untuk waktu yang lama. (21) Sioukururdiangkat menjadi Tonaas. (22) Rakyat Minahasasangat mencintainya. (23) Sebagai Tonaas, ia harustunduk pada syarat-syarat yang ditetapkan paradatuk. (24) Tonaas Sioukurur dengan sungguh-sungguh menjalankan semua syarat itu. (25) Suatukali, saat pulang dari pantai bagian Barat,Sioukurur menyusuri aliran sungai. Sioukururkehabisan bekal. (26) Ia mampir di sebuah pondokuntuk meminta bekal. Pemilik pondok adalahRewo dan adik perempuannya yang bernama Kau,seorang gadis cantik. (27) Sioukurur menyukai

Page 7: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

Nontje Deisye WewengkangMakna Budaya dalam Mitos di Minahasa

111

Kau. (28) Rewo meminta Sioukurur untukmeminang adiknya sesuai adat istiadat. (29)Sioukurur tidak bisa menahan diri untuk segera

memiliki Kau sehingga lupa semua syarat yangharus dipatuhinya sebagai seorang tonaas. (30)Sioukurur dan Rewo bertempur. (31) Rewoberhasil mengalahkan Sioukurur.

Tabel Relasi 1 2 3 4

Datuk Telewan suka menolong dan dicintai penduduk

Siowkurur mendapat pendidikan bertempur dari ayahnya agar dapat membela tanah Minahasa

Sioukurur menjaga penduduk dari gangguan perampok

Pada masa kecil Siowkurur tidak pernah menangis

Siowkurur dimandikan dengan air ramuan sehingga ia kebal terhadap pedang.

Siowkurur ditugaskan oleh ayahnya untuk menjaga dan melindungi penduduk yang membuat garam di tepi pantai

Burung manguni membawa berita kepada Sioukurur tentang kedatangan perampok Tidore

Para perampok mengintai penduduk yang sedang bekerja di pantai

Siouwkurur terbang ke Pantai Kemah dan Likupang

Sioukurur membantai semua perampok dari Tidore yang mengganggu penduduk Kemah dan Likupang

Burung manguni memberi kabar bahwa akan ada bahaya di arah barat.

Sioukurur terbang ke arah Mandolang di Pantai Tateli

Page 8: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

112

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

Sioukurur melepaskan anak panah ke arah perampok. Perampok-perampok itu meninggal di ujung anak panah Sioukurur. Parampok yang masih hidup, melarikan diri ke arah Pantai Kora-Kora.

Sioukurur segera terbang ke Pantai Kora-Kora

Sioukurur menghabisi perampok dengan kelewangnya yang sakti

Para perampok berhasil dilenyapkan

Sioukurur diangkat menjadi Tonaas. Rakyat Minahasa sangat mencintainya

Sebagai Tonaas, ia harus tunduk pada syarat-syarat yang ditetapkan para datuk

Tonaas Sioukurur dengan sungguh-sungguh menjalankan semua syarat itu.

Sioukurur jatuh cinta pada seorang gadis yang bernama Kau.

Sioukurur tidak bisa menahan diri untuk segera memiliki Kau

Sioukurur lupa akan semua syarat yang harus dipatuhinya sebagai seorang tonaas.

Rewo, kakak Kau, meminta Sioukurur untuk meminang adiknya sesuai adat istiadat.

Sioukurur tersinggung dengan keterlibatan Rewo

Sioukurur dan Rewo bertempur

Rewo berhasil mengalahkan Sioukurur

Tabel Relasi 1 2 3 4

Datuk Telewan suka

Page 9: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

Nontje Deisye WewengkangMakna Budaya dalam Mitos di Minahasa

113

Tabel tersebut menggambarkan relasi-relasiantarindividu dan peran masing-masing tokohserta tanda-tanda yang dapat dimaknai. Kolom 1menunjukkan daftar perilaku yang normatif, yangmenuruti tata-nilai yang ada dalam masyarakat.Kolom 2 menunjukkan daftar perilaku individuyang menyimpang dari tata-nilai dalam masya-rakat. Perilaku ini dilakukan karena tuntutan peranatau tuntutan emosi yang tidak terkendali dalamdiri tokoh. Kolom 3 menunjukkan relasi manusiadengan kekuatan-kekuatan supranatural yangtidak dimiliki oleh semua orang. Kolom 4 me-nunjukkan sebuah akibat perilaku yang menyim-pang. Selain itu, dalam mitos Tonaas Sioukururtataran fakta sebagai berikut. (1) Peta fisik danpolitik daerah Minahasa karena di sana disebutkanbeberapa nama tempat yang ada hingga saat ini.(2) Kehidupan ekonomi masyarakat melaluipenguraian mata pencarian dan aktivitas pendu-duk. (3) Organisasi sosial karena di dalam mitostersebut disebutkan struktur keluarga dan pemim-pin masyarakat. (4) Kepercayaan surealis masya-rakat melalui bunyi-bunyi burung manguni dankesaktian yang melebihi manusia biasa, seperti bisaterbang dan kebal terhadap benda tajam.

Dengan demikian dapat dirinci mitime yangterdapat dalam mitos Tonaas Sioukurur sebagaiberikut.1. Sioukurur adalah anak Datuk Telewan.

Sebagai ayah, Datuk Telewan bertugas untukmembentuk Sioukurur menjadi seorang yanggagah, sakti tidak terkalahkan, dan pelindungbagi rakyat. Sebagai anak, Sioukurur mema-tuhi arahan ayahnya dan berusaha menguasaipelajaran yang diberikan.

2. Sioukurur ditugaskan untuk menjaga ke-selamatan penduduk saat sedang bekerja.Penduduk sering diganggu oleh perampok.Sioukurur menghabisi para perampok yangdatang mengacau.

3. Sioukurur mencintai Kau. Kakak Kau yangbernama Rewo mengingatkan Sioukurursupaya melamar Kau sesuai adat yang ber-laku. Sioukurur lupa akan peran dantanggung jawabnya sebagai Tonaas. Terjadi-lah pertempuran.

4. Kepercayaan manusia pada hal-hal yangberada di luar jangkauan pemikiran. Ke-yakinan tersebut mendatangkan kesaktianbagi manusia. Manusia meyakini bahwaciptaan yang lain, seperti burung juga dapatmenyampaikan pesan.Berdasarkan mitime-mitime tersebut dapat

dirumuskan konsep budaya dalam mitos TonaasSioukurur sebagai berikut.1. Orang tua memiliki kewajiban untuk mem-

persiapkan anak-anaknya menjadi orang yangberguna di masa mendatang.

2. Anak harus patuh pada arahan orang tua.3. Pengetahuan dan keterampilan lebih bernilai

luhur jika digunakan untuk menjaga keutuhandemi kenyamanan hidup bersama.

4. Niat jahat dan keinginan untuk mencelakaiorang lain akan berujung pada malapetakabagi diri sendiri.

5. Seorang pemimpin memiliki standar moralyang lebi dari orang lain untuk dilakukan.

6. Sumpah dan janji wajib ditepati.7. Sumpah dan janji yang tidak ditepati akan

menjadi penyebab kekacauan dalam diripribadi dan bisa saja berujung kebinasaan.

8. Keinginan hati harus berpadanan dengansegala norma dan aturan yang diakui olehmasyarakat.

4.2 Tumalun(1)Tumalun adalah seorang yang gagah

perkasa. Istrinya bernama Tonton. (2) Matapencarian Tumalun adalah berburu dan membuatsagu. (3) Tumalun mempunyai senjata, yakni

Page 10: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

114

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

lembing dan sebuah parang yang besar, lebar, dansangat berat. (4) Keluarganya tidak pernahkekurangan makanan. (5) Tumalun adalah seorangyang jujur, baik hati, dan suka menolong. (6)Tumalun tak segan-segan membunuh orang yangjahat. (7) Suatu hari Tumalan pergi merantau. (8)Tumalun tiba di Desa Parepey. Banyak orangberkumpul di suatu bangsal. (9) Pendudukmemberi tahu Tumalun bahwa ada seorangpemuda yang meninggal dibunuh oleh orang yangbernama Wangko ne Taretey. (10) Wangko neTaretey semena-mena terhadap penduduk. (11)Tumalun sangat marah mendengar kekejamanWangko ne Taretey. (12) Wangko ne Taretey sukasekali minum nira. Setiap kali selesai minum nira,Wangko ne Taretey berteriak. (13) Tumalunmenantang Wangko ne Taretey. (14) Merekabertemu di Gunung Tampusu. Mereka mengadukekuatan dengan tarik tambang. (15) Tumalunmengalahkan Wangko ne Taretey. (16) Wangkone Taretey menyerang dengan pedang. (17)Tumalun membalas menyerang dengan penuhpertimbangan. (18) Tumalun berhasil mengalahkanWangko Ne Taretey. (19) Wangko ne Tareteymengajukan tantangan baru. (20) Mereka berjanjiuntuk bertarung sembilan hari kemudian. (21)Sebelum hari kesembilan, Tumalun telah berhasilmemenggal kepala Wangko ne Taretey. (22)Penduduk bergembira karena orang yang seringmengganggu mereka telah dilenyapkan. (23)

Tumalun mendengar kabar bahwa di bagian utarabanyak penduduk tak bersalah mati dibunuh olehMamangkey. (24) Mamangkey tinggal di sebuahhutan dekat daerah Pineleng sekarang danmemiliki pengikut yang banyak. (25) Daun disekitar tempat tinggal Mamangkey tidak pernahdibersihkan sehingga orang yang datang langsungdiketahui. (26) Tumalun mulai mempersiapkan diriuntuk menghadapi Mamangkey. (27) Pada suatumalam, Tumalun dan beberapa orang pendudukdesa mendapat tanda dari burung manguni.Tumalun merasa yakin bahwa itulah saat yangtepat untuk menyerang Mamangkey. (28)Tumalun dan anak buahnya menyiram pekarangandi sekitar rumah Mamangkey. (29) Tumalunberhasil mengalahkan Mamangkey. (30) Anakbuah Mamangkey melarikan diri. (31) Pendudukberterima kasih kepada Tumalun. (32) Tumalunpulang ke rumah istri dan anak-anaknya. (33)Datang seorang pemuda bernama Kumayas kerumah Tumalun ingin melamar anak Tumalunyang bernama Mawikit. (34) Tumalunmemberikan syarat kepada Kumayas. Kumayasharus menangkap pohon kelapa yang akandirobohkannya. (35) Kumayas berhasil lulusdalam ujian Tumalun. (36) Kumayas diizinkanmenikah dengan Mawikit. (37) Tumalunmeninggal dalam usia 85 tahun. (38) Pendudukmembuatkan waruga untuk Tumalun. Warugatersebut berada di Desa Sawangan kecamatanKombi.

Page 11: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

Nontje Deisye WewengkangMakna Budaya dalam Mitos di Minahasa

115

Tabel tersebut juga menggambarkan relasi-relasi antarindividu dan peran masing-masingtokoh serta tanda-tanda yang dapat dimaknai.Kolom 1 menunjukkan daftar perilaku yangnormatif, yang menuruti tata-nilai yang ada dalammasyarakat. Kolom 2 menunjukkan daftar peri-laku individu yang menyimpang dari tata-nilaidalam masyarakat. Perilaku ini dilakukan karena

Tabel Relasi 1 2 3 4

Tumalun adalah seorang yang gagah perkasa

Keluarganya tidak pernah kekurangan makanan

Tumalun adalah seorang yang jujur, baik hati, dan suka menolong.

Tumalun mempunyai senjata, yakni lembing. Selain itu, Tumalun juga mempunyai parang yang besar, lebar, dan sangat berat.

Tumalun tak segan-segan membunuh orang yang jahat

Penduduk memberi tahu Tumalun bahwa ada seorang pemuda yang meninggal dibunuh oleh orang yang bernama Wangko ne Taretey

Tumalun sangat marah mendengar kekejaman Wangko ne Taretey

Wangko ne Taretey suka sekali minum nira

Wangko ne Taretey menyerang dengan pedang

Tumalun mengalahkan Wangko ne Taretey dalam pertandingan tarik tambang.

Wangko ne Taretey jatuh dengan kaki luka parah

tuntutan peran atau tuntutan emosi yang tidakterkendali dalam diri tokoh. Kolom 3 menun-jukkan relasi manusia yang memilki kekuatan fisikyang dipadu dengan strategi yang penuh perhi-tungan dengan manusia yang hanya mengandalkankekuatan fisik saja. Kolom 4 menunjukkan keter-gantungan manusia kepada benda-benda yangdapat dijadikan sarana mewujudkan keinginannya.

Page 12: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

116

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

Selain itu, dalam mitos Tumalun tataran faktasebagai berikut. (1) Peta fisik dan politik daerahMinahasa karena di sana disebutkan beberapa namatempat yang ada hingga saat ini. (2) Kehidupanekonomi masyarakat melalui penguraian matapencarian dan aktivitas penduduk. (3) Organisasisosial karena di dalam mitos tersebut disebutkanstruktur keluarga dan pemimpin masyarakat. (4)Kepercayaan surealis masyarakat melalui bunyi-bunyi burung manguni dan kesaktian yang melebihimanusia biasa seperti bisa terbang dan kebalterhadap benda tajam.

Dengan demikian dapat dirinci mitime yangterdapat dalam mitos Tonaas Sioukurur sebagaiberikut.1. Tumalun memiliki keluarga yang sangat

disayanginya. Ia selalu mencukupi kebutuhankeluarganya, terutama dalam hal makanan.Tumalun sangat melindungi keluarganya.Keluarganya pun sangat menyayanginya.Tumalun sangat hati-hati dalam hal memilih-kan seorang jodoh bagi anaknya.

2. Tumalun adalah seorang petani dan pemburu.Ia memanfaatkan alam sekitarnya untukmenghidupi keluarganya.

3. Hubungan Tumalun dengan masyarakat disekitarnya sangat baik. Tumalun dihormatioleh masyarakat. Ia suka menolong.

4. Tumalun berseteru dengan Wangko ne Tareteydan Mamangkey karena kedua orang itu sukaberbuat semena-mena terhadap orang lain.

5. Tumalun memiliki anak buah yang diajarnyaberbagai taktik bertempur. Mereka memilikipengertian dan kerja sama yang baik.

Berdasarkan mitime-mitime tersebut dapatdirumuskan konsep budaya dalam mitos Tumalunsebagai berikut.1. Apa pun status seseorang dalam masyarakat,

keluarga harus mendapat perhatian yang lebihistimewa.

2. Kepala keluarga harus memenuhi kebutuhanjasmani maupun rohani seluruh anggotakeluarganya.

3. Setiap orang harus bekerja untuk melanjut-kan kehidupannya.

4. Tindakan tegas bagi orang yang berbuat salahharus dilakukan dengan tidak ragu-ragu.

5. Selain kekuatan fisik, strategi yang penuhperhitungan sangat dibutuhkan untuk me-lawan ketidakadilan.

6. Kejahatan pasti akan takluk pada kebaikan.Kejahatan pada akhirnya akan menimbulkanmalapetaka bagi pelakunya.

7. Berbagai tanda-tanda alam termasuk hewandan tumbuhan yang ada di sekitar kita dapatdijadikan referensi untuk melakukan perbaik-an ke depan.

4.3 Maharimbouw dan Marimbouw(1) Sebuah gunung yang sangat tinggi berdiri

kokoh di Minahasa. (2) Di lereng gunung ituterdapat dua negeri. Setiap negeri dipimpin olehseorang tonaas. (3) Tonaas di wilayah utara memi-liki putri yang sangat cantik bernama Marimbouw.(4) Tonaas di wilayah selatan memiliki putra yangsangat tampan bernama Maharimbouw. (5) Keduatonaas mengharapkan anaknya menjadi penerusmereka. (6) Ayah Marimbouw sangat gelisah me-mikirkan bagaimana putrinya bisa menggantikannyamenjadi pemimpin. (7) Tonaas wilayah utara me-manggil Marimbouw dan diminta untuk menyamarsebagai laki-laki. (8) Marimbouw tidak membantahkeinginan ayahnya. (10) Marimbouw dilatih berbagaiketerampilan laki-laki. (9) Sambil memegangtawaang, Marimbouw berjanji tidak akan menikahselama ayahnya masih hidup. (10) Atas perminta-an ayahnya, dengan memegang tawaang,Maharimbouw juga bersumpah untuk tidak menikahselama ayahnya masih hidup. (11) SumpahMaharimbouw dan Marimbouw di dengar oleh OpoEmpung. (12) Sumpah tidak boleh diingkari, jika

Page 13: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

Nontje Deisye WewengkangMakna Budaya dalam Mitos di Minahasa

117

melanggar sumpah akan terjadi malapetaka. (13)Maharimbou dan Marimbou akhirnya tanpa sengajabertemu. (14) Maharimbouw curiga bahwaMarimbouw adalah perempuan. (15) Maharimbouwberhasil membuka tutup kepala Marimbouw denganujung tombaknya. (16) Tampaklah di hadapanMaharimbouw bahwa Marimbouw adalah seoranggadis yang cantik. (17) Maharimbouw dan Marim-

bouw saling jatuh cinta. (18) Mereka melupakansumpah mereka kepada orang tua masing-masing.(19) Tiba-tiba terjadi gempa bumi yang sangathebat. Gunung yang berdiri kokoh meletus. (20)Maharimbouw dan Marimbouw hilang tanpa jejek.(21) Akibat bencana itu terbentuklah sebuahdanau di bekas gunung berapi yang meletus itu.

Tabel Relasi 1 2 3 4

Sebuah gunung yang sangat tinggi berdiri kokoh di Minahasa. Di lereng gunung itu terdapat dua negeri. setiap negeri dipimpin oleh seorang tonaas

Tonaas di wilayah utara memiliki putri yang sangat cantik bernama Marimbouw

Tonaas di wilayah selatan memiliki putra yang sangat tampan bernama Maharimbouw

Kedua tonaas mengharapkan anaknya menjadi penerus mereka

Ia memikirkan bagaimana putrinya bisa menggantikannya menjadi pemimpin. Tonaas wilayah utara memanggil Marimbouw dan memintanya untuk menyamar sebagai laki-laki

Marimbou menyanggupi permintaan ayahnya: ia bertingkah sebagai laki-laki, baik dalam bicara, berpakaian, dan dalam aktivitasnya.

Marimbouw tidak membantah keinginan ayahnya dan melakukan semuanya dengan ikhlas

Marimbouw dilatih berbagai keterampilan laki-laki dan dengan cepat ia menguasai pelajarannya

Atas permintaan ayahnya, dengan memegang Tawaang, Marimbouw berjanji tidak akan menikah selama ayahnya masih hidup

Page 14: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

118

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 2, Edisi Agustus 2018

generasi dan anak sebagai generasi penerusmenimbulkan standar nilai secara fisiktentang seorang pemimpin. Pemimpin lebihdisukai oleh tonaas di negeri utara adalahlaki-laki. Relasi ini berkonsekuensi diucap-kannya permintaan untuk malawan kehendakTuhan. Marimbouw diminta untuk berper-perilaku sebagai laki-laki. Sebagai anak,Marimbou tidak membantah permintaanayahnya. Ia melakukannya dengan ikhlas.

3. Relasi antara Maharimbouw dan Marimbouwmula-mula sebagai dua orang penerus daridua negeri yang berbeda. Selanjutnya, relasiitu berkembang menjadi relasi antara pria danwanita yang saling tertarik dan berkembangmenjadi saling ingin memiliki. Relasi iniberakibat diingkarinya sebuah sumpah.

4. Relasi antara manusia, sumpah, dan alamjelas dalam mitos ini. Saat manusia melang-gar sumpahnya, manusia dihukum oleh alam.

Berdasarkan mitime-mitime tersebut dapatdirumuskan konsep budaya dalam mitosMarimbouw dan Maharimbouw sebagai berikut.1. Tugas pemimpin antara lain adalah me-

nyiapkan penerus.2. Tugas orang tua adalah membimbing anak

dan menerima pemberian Tuhan.3. Anak harus mematuhi arahan orang tua dan

menjalankannya dengan ikhlas.4. Sumpah yang dilanggar bisa berakibat buruk

bagi diri sendiri juga bagi orang lain.

Tabel Relasi 1 2 3 4

Sebuah gunung yang sangat Atas permintaan ayahnya, dengan memegang tawaang , Maharimbouw juga bersumpah untuk tidak menikah selama ayahnya masih hidup

Sumpah Maharimbouw dan Marimbouw di dengar oleh Opo Empung.

Tabel tersebut juga menggambarkan relasi-

relasi antarindividu dan peran masing-masingtokoh serta tanda-tanda yang dapat dimaknai.Kolom 1 menunjukkan daftar perilaku yangnormatif, yang menuruti tata-nilai yang ada dalammasyarakat. Kolom 2 menunjukkan daftar peri-laku individu yang menyimpang dari tata-nilaidalam masyarakat. Perilaku ini dilakukan karenatuntutan peran atau tuntutan emosi yang tidak ter-kendali dalam diri tokoh. Kolom 3 menunjukkanrelasi manusia perkataan yang diucapkannyasendiri. Kolom 4 menunjukkan akibat dari me-langgar sumpah. Selain itu, dalam mitos Marimbouwdan Maharimbouw tataran fakta sebagai berikut. (1)Peta fisik dan politik daerah Minahasa karena disana disebutkan beberapa nama tempat yang adahingga saat ini. (2) Kehidupan ekonomi masyarakatmelalui penguraian mata pencarian dan aktivitaspenduduk. (3) Organisasi sosial karena di dalammitos tersebut disebutkan struktur keluarga danpemimpin masyarakat. (4) Kepercayaan masya-rakat terhadap keterkaitan peristiwa alam denganpelanggaran terhadap peraturan adat.

Dengan demikian dapat dirinci mitime yangterdapat dalam mitos Marimbouw dan Maharimbouwsebagai berikut.1. Relasi antara pemimpin dengan yang di-

pimpin menghasilkan kewajiban untuk me-nyiapkan penerus, yang akan meneruskanjalannya organisasi politik sebuah negeri.

2. Relasi antara orang tua dan anak dalamfungsi: orang tua berperan sebagai pencipta

Page 15: MAKNA BUDAYA DALAM MITOS DI MINAHASA MEANING OF …

Nontje Deisye WewengkangMakna Budaya dalam Mitos di Minahasa

119

5. SIMPULAN1. Ketiga mitos tersebut memiliki tataran fakta

yang hampir sama, yakni (1) Peta fisik danpolitik daerah Minahasa karena di sanadisebutkan beberapa nama tempat yang adahingga saat ini, (2) Kehidupan ekonomi masya-rakat melalui penguraian mata pencarian danaktivitas penduduk, (3) Organisasi sosialkarena di dalam mitos tersebut disebutkanstruktur keluarga dan pemimpin masyarakat,dan (4) Kepercayaan masyarakat terhadapketerkaitan peristiwa alam dengan pelanggaranterhadap peraturan adat dan keterkaitandengan hal-hal gaib.

2. Ketiga mitos tersebut mitime yang hampirsama, yakni (1) menunjukkan daftar perilakuyang normatif, yang menuruti tata-nilai yangada dalam masyarakat, (2) menunjukkan daftarperilaku individu yang menyimpang dari tata-nilai dalam masyarakat. Perilaku ini dilakukankarena tuntutan peran atau tuntutan emosiyang tidak terkendali dalam diri tokoh, (3)menunjukkan relasi manusia perkataan yangdiucapkannya sendiri, (4) menunjukkan akibatdari melanggar aturan, sumpah dan keper-cayaan terhadap hal-hal gaib.

6. DAFTAR PUSTAKAAminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.

Bandung: CV. Sinar Baru.Ahimsa-Putra, H.S. 2006. Strukturalisme Lévi-

Strauss, Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta:Kepel Press.

———————————. 2011. “Wong Dulbur,Wong Legok, dan Wong Tiban: Struktur NirsadarNovel ‘Jatisaba’” makalah disampaikandalam bedah buku “Novel Jatisaba”. Yogya-karta: Fakultas Ilmu Budaya UniversitasGadjah Mada.

Danandjaja, James. 2007. Folklor Indonesia. Jakarta:Pustaka Utama Grafiti.

——————————. 1990. Sejarah TeoriAntropologi II. Jakarta: Penerbit UniversitasIndonesia (UI-Press).

Lévi-Strauss, Claude. Terjemahan Claire Jacobsondan Brooke Grundfest Schoepf. 1963.Structural Anthropology. New York: BasicBooks.

Lyon, David. 1994. Postmodernity. Minneapolis:University of Minnesota Press.

Nurgiantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pardi, dkk. 2006. Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalamCerita Rakyat Kalimantan Timur. Samarinda.

Propp, V. Terjemahan Noriah Taslim. 1987.Morfologi Cerita Rakyat. Kuala Lumpur: DewanBahasa dan Pustaka Kementerian PendidikanMalaysia.

Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya dalam Kata.Jakarta: Widyatama Widya Sastra.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, danTeknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik:Antropologi Linguistik, Linguistik Antropologi.Medan: Penerbit Poda.

Soepardi. 2004. Teknik Pengumpulan data dalamKumpulan Materi Pelatihan MetodePenelitian Tingkat Nasional. Jakarta: Litbang,Depdiknas

Yoesoef, M. 2007. Sastra dan Kekuasaan. Jakarta:Widyatama Sastra.