makna logo unisba

62
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan atau instansi tentu saja memiliki ciri khas tertentu. Ciri khas yang ditunjukkan oleh organisasi biasanya berupa hal- hal yang dapat dilihat dan diperhatikan oleh masyarakat secara umum. Ciri khas yang mampu membangun image organisasi yang paling mudah diperhatikan adalah logo organisasi itu sendiri. Logo dianggap sebagai peranan penting dalam mencerminkan image organisasi karena fungsinya sebagai simbol utama dalam menggambarkan visi dan misi organisasi. Seiring perkembangan zaman, peranan logo kian penting bagi suatu organisasi dan tentu saja dianggap sebagai suatu kewajiban dalam membangun image suatu organisasi. organisasi yang lekat untuk selalu berusaha dan berupaya agar organisasi mampu mencapai tujuan, 1

Upload: ariebasho88

Post on 30-Jul-2015

294 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan atau instansi tentu saja memiliki ciri khas tertentu. Ciri

khas yang ditunjukkan oleh organisasi biasanya berupa hal- hal yang dapat dilihat

dan diperhatikan oleh masyarakat secara umum. Ciri khas yang mampu

membangun image organisasi yang paling mudah diperhatikan adalah logo

organisasi itu sendiri. Logo dianggap sebagai peranan penting dalam

mencerminkan image organisasi karena fungsinya sebagai simbol utama dalam

menggambarkan visi dan misi organisasi.

Seiring perkembangan zaman, peranan logo kian penting bagi suatu

organisasi dan tentu saja dianggap sebagai suatu kewajiban dalam membangun

image suatu organisasi. organisasi yang lekat untuk selalu berusaha dan berupaya

agar organisasi mampu mencapai tujuan, salah satunya melalui peran logo.

Penggunaan logo bagi suatu organisasi atau perusahaan adalah pencerminan dari

hal-hal yang ideal, yaitu ruang lingkup kerja, visi dan misi, serta budaya

organisasi. Logo merupakan penterjemahan dari ide-ide yang abstrak disingkat

menjadi sesuatu yang nyata, dan berperan sebagai wajah dari organisasi tersebut.

Unisba lahir atas gagasan para tokoh umat Islam dan tuntutan masyarakat

Jawa Barat akan adanya perguruan tinggi yang bernafaskan Islam dan melahirkan

intelektual muslim. Cikal bakal unisba diwakili dengan lahirnya Perguruan Islam

1

tinggi (PIT) pada tanggal 15 Novermber 1958, yang berada dibawah naungan

Yayasan Pendidikan Islam (YPI). Fakultas yang pertama didirikan adalah fakultas

syari’ah pada tahun 1958, kemudian fakultas ushuluddin dan fakultas Tarbiyah

pada tahun 1961.

Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1967 PIT berubah menjadi

uiversitas islam kiansantang. Kemudian pada tahun 1969 diganti menjadi

Universitas Islam Bandung (UNISBA) dan selanjutnya berturut – turut didirikan

Fakultas Hukum (1971), Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (1979) sekarang

MIPA, dan fakultas psikologi (1973), Fakultas teknik (1973), fakultas ekonomi

(1979), fakultas ilmu komunikasi (1982) serta pada tahun 2004 fakultas

kedokteran secara resmi berdiri menjadi fakultas di unisba.

Tujuan pendidikan di Unisba adalah mewujudjan mujahid (pejuang),

mujtahid (peneliti), dan mujaddid (pembaharu) dalam suatu masyarakat ilmiah

yang islami. Maka dalam poses pembelajaran banyak dimuati pendidikan

keislaman yaitu Pendidikan Agama Islam setiap semester, Mentoring Agama

Islam, Pesntren mahasiswa dan pesantren Sarjana.

Lambang Unisba adalah gambar Ka’bah yang berwarna hitam berbentuk

bujur sangkar terdiri atas tiga bagian dengan sususan 3/16 bagian atas warna

hitam. 1/16 bagian tengah berwarna putih, dan 12/16 bagian bawah berwarna

hitam, dilingkari dengan tulisan UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG berwarna

hitam. Masing-masing komponen ini memiliki makna filosofis yang massif dan

signifikan.

2

Dengan itu Mahasiswa Muslim terutama Mahasiwa Unisba harus mampu

menjaga citra positif dari KA’BAH.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dengan itu

penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

“Makna Ka’bah sebagai logo Universitas Islam Bandung dalam Budaya

Perusahaan (Corporate Culture)”.

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat

mengidentifikasikan masalah makna Ka’bah sebagai logo Universitas Islam

Bandung, sebagai berikut :

1. Bagaimana ikon yang terdapat pada Ka’bah sebagai logo Universitas

Islam Bandung?

2. Bagaimana indeks yang terdapat pada Ka’bah sebagai logo Universitas

Islam Bandung?

3. Bagaimana simbol yang terdapat pada Ka’bah sebagai logo Universitas

Islam Bandung?

3

1.4 Pembatasan Masalah

Agar penelitian sistematis secara prosedur dan masalah yang menjadi

fokus penelitian tidak meluas, maka penulis memberikan batasan sebagai

berikut :

1. Hal yang dijadikan penelitian adalah lambang Ka’bah sebagai logo

Universitas Islam Bandung dengan semboyan ‘’Mujahid, Muztahid, dan

Mujadid. Selain Lambang ka’bah juga terdapat tulisan melingkar

Universitas Islam Bandung.. Representasi dari latar belakang masyarakat

yang berbeda-beda.

2. Penelitian menggunakan metode kualitatif mengenai tanda Ka’bah

sebagai logo Universitas Islam Bandung dengan pendekatan semiotika :

ikon, indeks, simbol.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah, sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ikon Ka’bah sebagai logo Universitas Islam Bandung.

2. Untuk mengetahui indeks Ka’bah sebagai logo Universitas Islam

Bandung.

3. Untuk mengetahui simbol Ka’bah sebagai logo Universitas Islam

Bandung

4

1.6 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian dalam fenomena ini, adalah sebagai

berikut :

Kegunaan penelitian secara Teoritis

1. Memberikan penjelasan secara kongkrit mengenai makna Ka’bah kepada

masyarakat terutama para mahasiswa dan khususnya mahasiswa

Universitas Islam Bandung.

2. Menambah dan memperluas wacana semiotika mengenai Ka’bah yang

notabene adalah dasar agama Islam.

Kegunaan penelitian secara Praktis

1. Penggunaan Ka’bah oleh lembaga yang terkait, dapat lebih dipahami

esensinya secara lebih mendalam.

2. Makna Ka’bah dapat dihayati dan diimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari oleh seluruh mahasiswa.

1.7 Pengertian Istilah

Adapun penggunaan kata-kata yang belum dimengerti, dengan itu penulis

memberikan penjelasan secara eksplisit agar tidak terjadi kebingungan :

Lambang merupakan simbol dari identitas diri (baik individu maupun

kelompok).

5

Interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat, atau suatu pandangan

teoritis terhadap sesuatu, singkatnya yaitu penafsiran seseorang atau

pengamatan tentang objek peristiwa yang diperoleh lalu disimpulkan dan

menafsirkannya serta membiarkan makna inderawi (sensor stimuli).

(Rakhmat, 1994:51)

Semiotik : Segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda dan

lambang dalam kehidupan manusia.

Semiotika : Ilmu (teori) tentang lambang dan tanda (dalam bahasa, lalu

lintas, kode morse); semiologi ilmu tentang semiotik.

Analisis semiotik : Semiotika yang menganalisis sistem tanda. Pierce

menyatakan bahwasanya semiotik berobjekkan tanda dan

menganalisisnya menjadi ide, objek dan makna. Ide dapat dikatakan

sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam

lambang yang mengacu pada objek tertentu.

Ikon (icon) : Tanda yang berhubungan antara penanda dan petandanya

bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan kata lain, ikon adalah

hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.

Indeks (index) : Tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah

antara tanda dan petanda yang bersifat kausalitas atau sebab-akibat, atau

tanda yang langsung mengacu pada kenyataan.

6

Simbol (symbol) : Tanda yang menunjukkan antara hubungan alamiah

antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbiter

atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) di masyarakat.

Budaya adalah keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang dipegang dan ada

dalam sebuah organisasi. Furnham dan Gunter (1993)

1.8 Kerangka Pemikiran

Sebuah lembaga yang utuh sudah sepatutnya memiliki lambang lembaga.

Secara subtansif fungsinya adalah sebagai dasar, merepresentasikan mahasiswa

yang notabene adalah pemikir dan pejuang baik didalam dunia pendidikan

maupun di segi manapun.

Lembaga adalah suatu kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama.

Baik dalam penggunaan sehari-hari maupun ilmiah, istilah ini digunakan dengan

banyak cara.

Makna Ka’bah secara spiritual, ka’bah menjadi semacam pusat medan

magnet dan titik fokus utama umat Islam dalam beribadah. Seperti layaknya

planet-planet yang menujukan titik fokusnya pada matahari yang berada di

tengah-tengah orbit dan bermilyar-milyar matahari menujukan titik fokusnya pada

black hole, maka manusia pun menjadikan ka’bah sebagai kiblat-sebagai titik

fokus utama dalam beribadah. Dalam orbitnya planet-planet tidak akan berputar

secara melenceng dari garis orbitnya, kecuali dia ingin bertabrakan dengan planet

7

lainnya dan hancur lebur. Maka manusia pun diharapkan juga begitu, berjalan

sesuai dengan garis orbitnya. Sudah sewajarnya jika Ka’bah dijadikan sebagai

patokan untuk berjalan sesuai orbit yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Sungguh

bukan suatu kebetulan jika planet-planet dan orang berthawaf memiliki satu

kesamaan, yakni berputar mengelilingi kiblatnya masing-masing dengan gerakan

yang seragam berlawanan arah dengan detak jarum jam.

Beranjak dari pengertian dan eksistensi Ka’bah sebagai dasar dari agama

Islam yang kemudian dikaitkan dengan pendekatan semiotika, yakni Ilmu (teori)

tentang lambang dan tanda (dalam bahasa, lalu lintas, kode morse, dsb) dengan

menggunakan teori Pierce, yaitu : ikon, indeks dan simbol, maka penulis

mengambil penelitian ini.

1.8.1 Kerangka Teoritis

Semiotika secara hakiki adalah sebuah pendekatan teoritis kepada

komunikasi dalam tujuannya untuk mempertahankan prinsip-prinsip terapan

secara luas. Sejak kemunculan Saussure dan Pierce, maka semiologi

menitikberatkan dirinya pada studi tentang tanda dan segala yang berkaitan

dengannya. Meskipun dalam semiotika Pierce masih ada kecenderungan

meneruskan tradisi Skolastik yang mengarah pada inferensi (pemikiran logis) dan

Saussure menekankan pada linguistik, pada kenyataannya semiologi juga

membahas signifikasi dan komunikasi yang terdapat dalam sistem tanda non

8

linguistik. Sementara itu, bagi Barthes (1988:179) semiologi hendak mempelajari

bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).

I.8.2 Teknik Analisis Semiotika

Dari batasan masalah, kerangka pemikiran serta kerangka teoritis yang

telah dibahas di atas, maka dalam penelitian ini hanya membatasi pada analisis

objek berdasarkan hubungan kenyataan yang menurut Pierce tanda dibagi menjadi

tiga bagian, yakni, icon (ikon), index (indeks) dan symbol (simbol).

1.9 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut juga metode etnografi

karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang

antropologi budaya (Kuntjara, 2006:9). Berbeda dengan penelitian kuantitatif,

penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti atau data berdasarkan logika

matematis, prinsip angka, atau statistik.

Metode kualitatif juga digunakan untuk mengungkap dan memahami

sesuatu di balik fenomena yang sedikit belum diketahui, dan juga untuk

mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui. Karena tujuan

dari penelitan kualitatif adalah untuk memperoleh pemahaman yang otentik

mengenai pengalaman orang-orang. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Denzin

9

dan Lincoln (1994) : Penelitian kualitatif bersifat multi metoda dalam fokusnya,

menggunakan pendekatan naturalistik interpretif kepada subyek yang diteliti. Ini

berarti bahwa penelitian kualitatif mempelajari apapun di dalam setting

alamiahnya, dengan berusaha memberikan makna atau menafsirkan fenomena

menurut makna yang diberikan orang kepadanya (Rahmat, 2004:4).

Jalaluddin Rahmat mengklasifikasikan penelitian kualitatif, yang ia sebut

dengan Lima Strategi Penelitian Kualitatif, yaitu: Biografi, Fenomenologi,

Grounded Theory, Etnografi, dan Studi Kasus (Rahmat, 2004:9).

Penulis menggunakan metode semiotik analitik, yakni semiotik yang

menganalisa sistem tanda. Charles Sanders Pierce menyatakan bahwa semiotik

berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek dan makna. Ide dapat

dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam

lambang yang mengacu kepada objek tertentu. (Sobur, 2001:100).

Model analisis semiotika yang hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya

berdasarkan:

1. Ikon: Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa

dengan bentuk objeknya (terlihat pada gambar atau lukisan)

2. Indeks: Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang

mengisyaratkan petandanya

3. Simbol: Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh

kaidah secara konvensional telah lazim digunakan dalam masyarakat.

10

1.10 Teknik Pengumpulan Data

Adapun Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah

sebagai berikut :

Studi Kepustakaan

Mengumpulkan data dari berbagai literature, buku, tulisan, makalah,

internet, yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti.

Wawancara

1.11 Organisasi Karangan

Didalam membuat sistematika penulisan ini, penulis memberikan

gambaran besar pembahasan yang dibagi kedalam beberapa bab disertai dengan

sub-sub bab, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, Didalamnya membahas mengenai, Latar

Belakang, Rumusan Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan

Penelitian, Kegunaan Penelitian, Pengertian Istilah, Kerangka Pemikiran,

Kerangka Teoritis, Teknik Analisis Semiotika, Metode Penelitian, Teknik

Pengumpulan Data, Organisasi Karangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, Didalamnya membahas mengenai,

Pengertian Komunikasi, Teori Interaksi Simbolik, Simbol atau Lambang, Makna,

Budaya perusahaan, Semiotika versi Pierce.

11

BAB III PEMBAHASAN, Didalamnya membahas mengenai, Gambaran

Umum, Kilas Balik Ka’bah,makna lambang Unisba,lambang Unisba dalam

budaya perusahaan.

BAB IV PENUTUP, Didalamnya membahas mengenai, Kesimpulan dan

Saran mengenai fenomena yang diteliti, agar penelitian ini dapat valid (sah) sesuai

prosedur

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Interaksi Simbolik

Orang tergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya

pada orang, benda dan peristiwa. Makna-makan ini ciptakan dalam bahasa yang

digunakan orang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan

dirinya sendiri, atau pikiran pribadinya. Bahasa memungkinkan orang untuk

mengemabang perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang

lainnya didalam sebuah komunikasi maupun cakupan yang lebih luas.

Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan

hubungannnya dengan masyarakat karena ide ini dapat diinterpretasikan secara

luas. Teori interasi simbolik berpegang bahwa individu membentuk makna

melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat intristik terhadap apapun.

Dibutuhkan interpretif di antara orang-orang untuk menciptakan makna. Bahkan

tujuan dari interaksi adalah untuk menciptakan makna yang sama. Hal ini penting

karena tanpa makna yang sama berkomunikasi akan menjadi sangat sulit.

Tiga asumsi mengenai Interaksi Simbolik :

Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang

diberikan orang lain pada mereka.

13

Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia.

Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.

Dilihat secara emprisis kemudian dirasionalkan ditataran kognisi dengan

persamaan persepsi mengenai sebuah simbol. Ketika sudah menghasilkan sebuah

konvensi (kesepakatan) maka akan dengan mudah untuk merealisasikan tujuan

bersama kedepannya. antarmanusia memaknai sebuah simbol demi kebutuhan

kolektif dijadikan sebuah patokan secara bersama. Berangkat dari itu semua,

bahwasanya resultansi positif diperoleh dari kesamaan interpretasi antarsesama

pada saat berinteraksi.

2.2. Pengertian Komunikasi

Sebelum lebih jauh mendefinisikan komunikasi alangkah baiknya jika kita

mengetahui terlebih dahulu asal kata komunikasi itu sendiri. Istilah komunikasi

berasal dari perkataan latin cummunis, yang berarti membuat kebersamaan antara

2 orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akhir kata dalam bahasa latin

communico, artinya membagi (Sendjaja Sasa D, PIK, 33).

Komunikasi adalah suatu proses, dalam proses komunikasi ini paling tidak

melibatkan empat komponen, yaitu: sumber, pesan, saluran, dan penerima.

Adapun beberapa pengertian komunikasi:

1. Pengertian Komunikasi secara Etimologis

14

Menurut asal katanya (etimologis), istilah komunikasi berasal dari bahasa

latin yaitu communicatio yang bersumber pada kata communis. Communis di sini

berarti sama dengan makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi dapat

berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna

mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.

2. Pengertian Komunikasi secara Terminologis

Yaitu berarti “proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang

kepada orang lain”. (Effendy, 1986:4). Dalam arti komunikasi yang terjadi

melibatkan sejumlah orang di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang

lain. Dengan demikian komunikasi yang dimaksudkan adalah komunikasi

manusia (human communication) atau yang seringkali disebut sebagai komunikasi

sosial (social communication).

3. Pengertian Komunikasi secara Paradigmatis

Sedangkan pengertian komunikasi secara paradigmatis adalah bersifat

intensional, mengandung tujuan. Jadi, “komunikasi adalah proses penyampaian

pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah

sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung

melalui media”. (Effendy, 1986:5).

Dari definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikatakan bahwa

komunikasi merupakan aktivitas manusia sebagai makhluk sosial. Dalam aktivitas

komunikasi terjadi pengoperan lambang-lambang, baik berbentuk lisan ataupun

tulisan, verbal atau non verbal yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan dan

15

pengertian bersama. Yang pada hakikatnya adalah proses pernyataan manusia.

Komunikasi juga bertujuan mengubah tingkah laku orang lain, meliputi perubahan

pengetahuan dan sikap/tingkah laku.

Sifat komunikasi yang omnipresent (Mulyana, 2002:8), menjadikan

komunikasi hadir di mana-mana. Komunikasi di sini tidak selalu diartikan atau

dilakukan secara tatap muka dengan orang lain, namun dapat juga dilakukan

dengan perantaraan media. Sering juga hal ini disebut dengan proses komunikasi

secara sekunder (Effendy, 1993:9-10).

2.3. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-

pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua

peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis

komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam

kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi

dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

Klasifikasi pesan nonverbal.

Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal

sebagai berikut:

16

Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang

berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan

pesan postural.

Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling

sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan,

kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976)

menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut :

a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan

taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek

penelitiannya baik atau buruk

b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain

atau lingkungan

c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; d.

Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap

pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau

kurang pengertian.

Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata

dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

17

Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang

dapat disampaikan adalah:

a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu

yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan

kesukaan dan penilaian positif

b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda

dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan

postur orang yang merendah

c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada

lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda

mengungkapkan sikap yang tidak responsif.

Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.

Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita

dengan orang lain.

Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan

kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering

berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya

tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya

kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan

dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama

18

dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda.

Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.

Pesan sentuhan dan bau-bauan.

Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan

membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan

emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda,

dan tanpa perhatian.Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah

berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai

wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik

lawan jenis.

2.4. Simbol atau Lambang

Hampir setiap pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan

dirinya, maupun kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk simbol.

Kemampuan manusia dalam menciptakan simbol membuktikan bahwa

manusia telah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi, mulai dari

simbol yang sederhana seperti bunyi dan isyarat, sampai kepada simbol yang

dimodifikasi dalam bentuk signal-signal melalui gelombang udara dan cahaya

seperti radio dan TV ( Cangara, 1998: 102 ).

19

Secara etimologis simbol berasal dari bahasa yunani sym-ballein yang

berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide

(Hatoko&Rahmanto, 1998:133).

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, simbol atau lambang adalah

semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya, yang menyatakan

sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu (2003:156).

Simbol merupakan hasil kreasi manusia dan sekaligus menunjukkan

tingginya kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya

(Cangara, 1998:54)

Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk lisan ataupun tulisan (verbal)

maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non-verbal). simbol terjadi berdasarkan

metomonim yakni nama untuk benda lain yang berasosiasi atau menjadi

atributnya (misalnya sikaca mata untuk orang suka memakai kacamata) dan

metafora, yakni pemakaian kata atau ungkapan lain untuk konsep atau obyek

berdasarkan kias atau persamaan (misalnya kaki meja, kaki gunung, berdasarkan

kias pada kaki manusia).

Simbol atau obyek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada sesuatu.

Semua simbol melibatkan tiga unsur, yaitu : pertama simbol itu sendiri yang

meliputi yang dapat kita rasakan atau alami. kedua simbol rujukan adalah benda

yang menjadi rujukan simbol. Dan ketiga, hubungan antara simbol dengan

rujukan yaitu unsur ketiga dalam makna. (Spradley, 1997:134).

20

2.5. Makna

Simbol membawa pernyataan dan diberi makna oleh penerima, oleh

karena itu memberi makna terhadap suatu simbol yang digunakan dalam

komunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan sesuatu persoalan yang cukup

rumit. Sebuah pesan disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda

makna bilamana individu yang menerima pesan itu berbeda makna dalam

kerangka berpikir dan kerangka pengalaman.

Proses pemberian makna pada simbol-simbol yang digunakan dalam

berkomunikasi, selain dipengaruhi oleh faktor budaya, juga faktor psikologis,

terutama saat pesan didecode oleh penerima ( Cangara, 1998: 54-55 ).

Manusialah yang memberi makna pada lambang komunikasi yang

digunakan. Sekali lambang komunikasi telah memiliki makna, maka ia melekat

terhadapnya. “makna adalah hubungan antara suatu obyek dengan lambangnya”

( Littlejohn, 1996: 64 ).

Makna muncul ketika lambang komunikasi yang mengacu pada suatu obyek

dipakai secara konsisten oleh para penggunanya. Menurut teori segitiga makna

dari pierce ( 1999 ), lambang komunikasi mengacu kepada sesuatu yang berada

diluar dirinya, yaitu obyek dan ini akan memiliki pengaruh pada pemikiran

pemakainya.

Hubungan antara bentuk pesan (lambang komunikasi) dengan makna

pesan dalam pikiran pemakainya menghasilkan dimensi-dimensi sebagai berikut

( Little john, 2002 ) :

21

1. Dimensi Referential (referen atau rujukan) : makna merujuk pada obyek

tertentu.

2. Dimensi Ekperiental (pengalaman dan pendidikan) : makna berkaitan

dengan pengalaman dan pendidikan pemakai atas obyek.

3. Dimensi Purposive (tujuan) : makna berkaitan dengan tujuan

pemakainya.

2.6. Budaya Perusahaan (Corporate Culture)

Budaya perusahaan atau organisasi adalah sebuah sistem makna bersama

yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu perusahaan atau

organisasi dari perusahaan atau organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna

bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh

perusahaan atau organisasi.

Teori – teori budaya organisasi menekankan pada cara-cara manusia

membentuk realitas organisasi sebagai penelitian tentang cara hidup organisasi.

Pendekatan ini melihat pada makna dan nilai anggota. Pendekatan ini menguji

cara individu menggunakan cerita, ritual, simbol dan kegiatan lain untuk

menghasilkan kembali pemahaman gerakan budaya organisasi telah sangat luas

menyentuh hampir semua aspek kehidupan organisasi.

22

Edgar Shein menggambarkan tiga tingkat budaya perusahaan:

1. Tingkatan Permukaan: budaya dilakukan dan diperkuat melalui

penampilan dan perilaku yang terlihat, seperti layout fisik kantor, aturan

berpakaian, struktur organisasi, kebijakan perusahaan, prosedur dan serta

sikap.

2. Tingkat Menengah: budaya diwujudkan melalui keyakinan dan nilai-nilai.

3. Tingkat Terdalam: budaya dimanifestasikan melalui asumsi dasar – lewat

proses pembelajaran, respon otomatis dan pendapat yang diberikan.

Setara dengan konsep kebudayaan pada umumnya, dalam terminologi

budaya perusahaan (corporate culture) menunjukkan bahwa suatu perusahaan

adalah “human institution” dan bukan semata sekumpulan instrumen seperti

misalnya: strategi, rencana jangka panjang, sistem dan prosedur. Suatu perusahaan

adalah sebuah masyarakat yang mempunyai nilai-nilai, simbol-simbol yang

dimengerti dan dipatuhi bersama, yang membuat komunitas dalam perusahaan

merasa satu keluarga dan mereka merasa berbeda dari orang-orang dari

perusahaan atau organisasi lainnya.

Kultur perusahaan merupakan pedoman bertingkah laku bagi orang-orang

di dalam perusahaan. Dalam perusahaan yang kulturnya kuat, pedoman itu

digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi, dan dilaksanakan oleh orang-orang

di dalam perusahaan sehingga orang-orang yang bekerja di perusahaan menjadi

sangat kohesif. Kultur perusahaan mempengaruhi segi-segi kehidupan dalam

perusahaan, dari cara berpakaian, cara bertegur sapa, cara pengambilan keputusan

23

sehari-hari, sampai dengan penyusunan strategi perusahaan. Karena pengaruhnya

yang sangat kuat dan mendalam, maka kultur perusahaan dipandang sebagai salah

satu faktor utama yang menentukan keberhasilan perusahaan.

Selanjutnya, budaya perusahaan dapat berperan sebagai petanda yang

menghasilkan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang lainnya.

Budaya perusahaan juga membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota

organisasi, serta mempermudah timbulnya pertumbuhan komitmen pada sesuatu

yang lebih luas (komitmen lambaga) daripada kepentingan diri individual. Budaya

perusahaan yang kuat akan meningkatkan kemantapan sistem sosial suatu

organisasi. Agar budaya perusahaan tumbuh dan hidup pada setiap sumberdaya

insani suatu perusahaan, serta mampu menciptakan kekaguman bagi kolega

eksternalnya, maka rancangan Corporate Identity diharapkan mampu memberi

gambaran tentang eksistensi budaya perusahaannya.

2.7. Semiotika Versi Pierce

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodelogi penelitian

kualitatif. Pada dasarnya penelitian ini meletakkan penekanan pada subyektifitas

untuk melakukan interpretasi terhadap persoalan yang dikajinya. Berarti, seperti

yang ditegaskan Dedy Mulayana penelitian ini mencari respons subyektif

individual. Metode ini juga seperti yang diungkapkan oleh Bodgan dan taylor,

(moleong, 1996:3), metodelogi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

24

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

atau perilaku yang diamati.

Hasil penelitian dari metodelogi kualitatif selalu terbuka untuk persoalan

baru. Ini sesuai dengan pandangan subyektif mengenai realitas sosial bahwa :

fenomena sosial senantiasa bersifat sementara, bahkan bersifat polisemik

(multimakna) dan tetap diasumsikan demikian hingga terjadi negosiasi berikutnya

untuk menetapkan status realitas tersebut (Dedy Mulyana 2001:34-35).

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, penelitian ini juga menggunakan

pendekatan teknik analisis semiotika yang dibatasi oleh pendapat pierce dengan

membagi tanda atas Icon (ikon), Index (indeks) dan Symbol (simbol). Meskipun

pada akhirnya berdasarkan berbagai klasifikasi, pierce membagi tanda menjadi

sepuluh jenis, yaitu : qualisign, iconic sinsign, rhematic indexial sinsign, discent

sinsign, iconic lesisign, rhematic indexial legisign, dicent indexial legisign,

rhematic symbol, dicent symbol dan argument. Namun, untuk mempermudah dan

membatasi masalah maka yang digunakan hanya tiga saja.

Semiotika dan semiologi berasal dari studi klasik dan skolastik atas seni

logika, retorika dan poetika. Akar namanya sendiri adalah “semeion” nampaknya

diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada

simptomatologi dan diagnostik inferensial (Sinha, 1988:3). “Tanda” pada masa itu

masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain, contohnya asap

menandai adanya api, manusia hanya dapat berkomunikasi pada sarana tanda.

Dalam hal ini tanda yang dimaksud adalah semua hal yang diciptakan dan direka

25

sebagai bentuk penyampaian informasi yang memiliki makna tertentu. Terutama

tanda yang pernah diciptakan oleh manusia dalam upaya saling berbagi informasi

dan komunikasi antar sesama.

Pierce juga melihat tanda (representamen) sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari obyek referensinya serta pemahaman subyek atas tanda

(interpretant).’Tanda’ menurut pandangan pierce adalah“....something which

stands to somebody for something in some respect or capacity”. Tampak pada

definisi pierce ini peran ‘subyek’(somebody) sebagai bagian tak terpisahkan dari

pertandaan, yang menjadi landasan bagi semiotika komunikasi. ‘semiotika

komunikasi’ menurut Umberto Eco dalam A Theory of semiotics, adalah semiotika

yang menekankan aspek ‘produksi tanda’ (sign production), ketimbang ‘sistem

tanda’ (sign system). Sebagai sebuah mesin produksi ‘Tanda’ (labor), yang

memilih tanda dari bahan baku tanda-tanda yang ada dan mengkombinasikannya,

dalam rangka memproduksi sebuah ekspresi bahasa bermakna.

Pierce menggunakan istilah ikon untuk kesamaannya, indeks untuk

hubungan sebab-akibat dan simbol untuk asosiasi konvensional. Berbeda dengan

Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang meyakini bahwa tanda dua sisi, pierce

berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui hubungan segitiga atau Triangle

Meaning. Dan dalam penelitian ini penulis memilih segitiga makna dibawah ini

sebagai pisau bedah untuk penelitian (Sobur, 2001:87).

Pierce menciptakan segitiga makna (triangle meaning) :

26

Sign

Interpretan objek

Menurut pierce salah satu bentuk tanda adalah kata, sedangkan obyek

adalah yang dirujuk tanda, dan interpretan adalah tanda yang ada dalam benak

seseorang tentang obyek yang sedang dirujuk tanda. Apabila ketiga elemen itu

berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncul lah makna tentang sesuatu

yang dirujuk oleh tanda tersebut. hal itu di bedahdalam segitiga makna adalah

persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika digunakan

berkomunikasi.

Berdasarkan obyeknya pierce membagi hubungan tanda atas ikon, indeks,

dan simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antar penanda dan petandanya

bersifat bersamaan bentuk alamiah, dengan kata lain ikon adalah hubungan antara

tanda dan obyek atas acuan yang bersifat kemiripan, misalnya foto dan peta.

27

Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara

tanda dan petanda yang bersifat kausalitas atau sebab akibat, tanda yang mengacu

pada kenyataan, contoh asap sebagai tanda adanya api.

Tanda dapat pula sebagai denotatum melalui konvensi, tanda yang seperti

itu tanda konvensional yang biasa disebut dengan simbol. Jadi simbol adalah yang

menunjukan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan

diantaranya bersifat arbiter/semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian

masyarakat) (Sobur 2003: 40-41).

28

BAB III

PEMBAHASAN OBYEK PENELITIAN

Logo Universitas Islam Bandung

Sebagai mahasiswa Universitas Islam Bandung dan sebagai umat Muslim

pasti tahu gambar diatas. Namun apakah benar-benar mengenal gambar tersebut ?

apabila ditanya itu gambar apa, tentu bisa menjawabnya. Namun apakah bisa

menjawabnya dengan benar mengenai gambar tersebut. siapakah perancangnya ?

apakah bisa menjelaskan secara rinci masing-masing komponen yang terdapat

pada gambar diatas ? maka dengan itu coba kita telaah satu persatu secara

mendalam.

3.1. Gambaran Umum

29

Gambar diatas merupakan lambang dari instansi atau lembaga pendidikan

Universitas Islam Bandung. Lambang Unisba adalah gambar Ka’bah yang

berwarna hitam berbentuk bujur sangkar terdiri atas tiga bagian dengan sususan

3/16 bagian atas warna hitam. 1/16 bagian tengah berwarna putih, dan 12/16

bagian bawah berwarna hitam, dilingkari dengan tulisan UNIVERSITAS ISLAM

BANDUNG berwarna hitam. Masing-masing komponen ini memiliki makna

filosofis yang massif dan signifikan.

3.2. Kilas balik tentang Ka’bah

Jika Mekkah begitu berarti sebagai induk dunia, maka yang membuatnya

menjadi sangat penting adalah keberadaan ka’bah. Persoalannya sekarang adalah

mengapa harus ka’bah? Sebuah pertanyaan yang selalu diinginkan jawabannya

oleh setiap muslim.

Menurut pendapat para ulama dan pakar sejarah, dinamakan ka’bah karena

bentuknya yang kubus. Mereka mengatakan bentuk kubus itu bukan tanpa alasan.

Desain yang seperti itu dan letaknya yang berada di Mekkah adalah karena secara

geografis ia berada sejajar dengan Baitulmakmur di langit. Baitulmakmur adalah

sebuah bangunan mirip ka’bah di langit keempat. Disebut begitu karena malaikat

selalu memakmurkan tempat itu dengan melakukan ibadah dan bertasbih kepada

Allah swt secara terus menerus. Bahkan, menurut Amirulmukminin Ali bin Abu

Thalib ra, sebanyak 70 ribu malaikat memasukinya setiap hari untuk beribadah,

30

kemudian keluar dan tidak pernah kembali ke sana. Karena hari selanjutnya

merupakan giliran 70 ribu malaikat lainnya untuk beribadah di dalamnya.

Begitu istimewanya Baitulmakmur ini sampai-sampai Allah swt

bersumpah dengannya:

”Demi Bukit Thur dan kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka, dan

demi Baitulmakmur” (QS. Ath Thur: 1-4) Sedang Nabi Muhammad saw bersabda

demikian, ”Baitulmakmur sepadan dengan Baitulharam di Mekkah. Seandainya

ia jatuh dari langit keempat pasti akan mendarat tepat di lokasi Baitulharam.”

Sebagaimana ka’bah yang berbentuk kubus, Baitulmakmur bentuknya juga

kubus. Begitu pula dengan Arsy. Bentuk kubus melambangkan empat pilar yang

harus dipegang kuat-kuat dalam beriman. Empat pilar itu meliputi:

Pertama, Subhanallah, yang berarti penyucian dan pengagungan Sang Pencipta.

Kedua, Alhamdulillah, yang bermakna setiap mukmin sejati tidak pernah lupa

bersyukur kepada Penciptanya.

Ketiga, La Ilaha illallah, yang bermakna pengesaan sepenuhnya terhadap Allah

swt.

Keempat, Allahu akbar.

Dalam satu riwayat Nabi muhammad saw pernah bersabda, ”Dalam setiap

siang dan malam hari, Allah swt menurunkan 120 rahmat ke Baitullah ini. 60

untuk orang yang thawaf, 40 untuk orang yang melakukan sholat, dan 20 untuk

orang yang menyaksikan.”

31

Makna ka’bah yang lainnya adalah secara spiritual ka’bah menjadi

semacam pusat medan magnet dan titik fokus utama umat Islam dalam beribadah.

Seperti layaknya planet-planet yang menujukan titik fokusnya pada matahari yang

berada di tengah-tengah orbit dan bermilyar-milyar matahari menujukan titik

fokusnya pada black hole, maka manusia pun menjadikan ka’bah sebagai kiblat-

sebagai titik fokus utama dalam beribadah.

3.3. Makna dan Arti Ka’bah dalam Logo Universitas Islam Bandung

Ka’bah yang berwarna hitam berbentuk bujur sangkar terdiri atas tiga

bagian dengan sususan 3/16 bagian atas warna hitam. 1/16 bagian tengah

berwarna putih, dan 12/16 bagian bawah berwarna hitam. Yaitu mempunyai

makna bahwa Universitas Islam Bandung berasaskan islam dan bertujuan untuk

menjadi perguruan tinggi terkemuka, pelopor pembaharuan pemikiran dan

pelaksanaan kehidupan beragama, dan Pembina insan berakhlak karimah yang

bermanfaat bagi dirinya, umat, masyarakat, bangsa dan Negara.

3.4. Tulisan Universitas Islam Bandung.

Tulisan Univesitas islam Bandung yang melingkari Ka’bah memiliki

makna yaitu unisba menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat yang berlandaskan nilai – nilai islam. Membina kehidupan

kampus yang dinamis ilmiah, serta mengembangkan lingkungan fisik dan social

berlandaskan nilai – nilai Islam.

32

3.5. Tata Cara penggunaan

Tata cara penggunaan lambang Universitas Islam Bandung diatur dalam

Statuta yang ditetapkan dengan Keputusan Rektor atas persetujuan Yayasan.

Berikut adalah Tata Cara penggunaan Lambang Unisba,

Lambang Unisba dapat digunakan pada :

Tiap-tiap nomor lembaran edaran lembaga dan berita lembaga Unisba

serta tambahan-tambahannya pada halaman pertama dibagian tengah atas.

Surat jabatan Rektor, Pembantu rector, Dekan fakultas, pembantu dekan,

dan dosen.

Kertas bermeterai dan meterainya.

Surat ijazah lembaga.

Pakaian resmi yang dianggap perlu oleh Rektor.

Majalah, buku yang diterbitkan oleh pengurus pusat.

Tempat diadakannya acara resmi oleh pengurus.

Tugu.

Panji – Panji dan Bendera sesuai dengan aturan.

3.6. Interpretasi Ka’bah

33

Menginterpretasikan Ka’bah sebagai logo Universitas Islam Bandung.

Pisau bedah yang digunakan menggunakan analisis semiotika versi pierce.

Menurut pierce adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Dengan itu fungsi

tanda sangat siginifikan didalam kehidupan sehari-hari. Bahkan didalam Ilmu

Komunikasi pun tanda masuk kewilayah komunikasi Non-Verbal.

Bentuk yang paling awal adalah tanda yang tergambar dengan lambang

ka’ bah, bentuk kedua adalah tulisan Universitas Islam Bandung, masing-masing

simbol merepresentasikan keislaman yang notabene harus diimplementasikan

dalam kehidupan bermasyakat. simbol yang merupakan suatu objek yang dapat

disepakati secara bersama lewat konvensi dan menggunakan makna yang

menyatakan sesuatu yang lain. Badan analisis ini dipertegas dengan menggunakan

tipologi tanda yang berjumlah tiga elemen yaitu ikon, indeks dan simbol.

3.6.1 Interpretasi Ikon, Indeks, Simbol pada Logo ka’bah dalam logo

universitas islam bandung.

Ikon :

Ka’bah yang berwarna hitam berbentuk bujur sangkar terdiri atas tiga

bagian dengan sususan 3/16 bagian atas warna hitam. 1/16 bagian tengah

berwarna putih, dan 12/16 bagian bawah berwarna hitam. Yaitu mempunyai

makna bahwa Universitas Islam Bandung berasaskan islam dan bertujuan untuk

menjadi perguruan tinggi terkemuka, pelopor pembaharuan pemikiran dan

34

pelaksanaan kehidupan beragama, dan Pembina insan berakhlak karimah yang

bermanfaat bagi dirinya, umat, masyarakat, bangsa dan Negara.

Indeks

Tulisan Univesitas islam Bandung yang melingkari Ka’bah memiliki

makna yaitu unisba menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat yang berlandaskan nilai – nilai islam. Membina kehidupan

kampus yang dinamis ilmiah, serta mengembangkan lingkungan fisik dan social

berlandaskan nilai – nilai Islam.

Simbol

Ka’bah.

Tulisan Univesitas islam Bandung yang melingkar.

3.7 Makna logo UNISBA dalam Budaya Perusahaan

Perusahaan seperti juga halnya lingkungan tempat tinggal pasti memiliki

budaya yang dirumuskan oleh para pendiri dan top management perusahaan dan

dianut oleh setiap komponen perusahaan.

Pengungkapan budaya perusahaan ke dalam sebuah pernyataan dapat

dilakukan melalui perumusan pernyataan visi dan misi. Hanya dengan kalimat

singkat, pernyataan visi dan misi dapat menyiratkan nilai, etika, prinsip, tujuan,

dan strategi perusahaan. Menuliskan pernyataan visi dan misi perusahaan adalah

35

cara yang paling efektif untuk memastikan bahwa semua karyawan dapat

memahami budaya perusahaan dan mengimplementasikannya ke dalam usaha-

usaha pencapaian tujuan perusahaan.

Melihat dari visi dan misi Universitas Islam Bandung yang berlandaskan

nilai – nilai keislaman merupakan pedoman budaya bagi orang-orang di dalam

Universitas Islam Bandung. Dalam Universitas Islam Bandung yang kulturnya

kuat dengan nilai – nilai keislaman, pedoman itu digariskan dengan jelas,

dimengerti, dipatuhi, dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalamnya sehingga

orang-orang yang ada menjadi sangat kohesif.

Kultur yang ada dalam Universitas Islam Bandung mempengaruhi segi-

segi kehidupan dalam Universitas Islam Bandung, mulai dari cara berpakaian,

cara bertegur sapa, cara berperilaku sehari-hari, sampai dengan pemahamannya.

Karena pengaruhnya yang sangat kuat dan mendalam, maka kultur Universitas

Islam Bandung dipandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan

keberhasilannya.

Dari makna yang terkandung dalam logo Universitas Islam Bandung,

kultur menjadi bagian dalam sivitas akademika Universitas Islam Bandung yang

berlandaskan nilai - nilai keislaman, Hal itu terdapat di bagi menjadi tiga tingkat

budaya yaitu antara lain adalah :

1. Tingkatan Permukaan

36

Mengucapkan Assalammualiakum. Wr. Wb. dalam setiap pertemuan dan

kegiatan baik formal maupun informal.

Mengucapkan Basmallah setiap mengawali kegiatan, Dan mengakhiri

dengan mengucapkan Hamdallah seperti pada:

1) Perkuliahan

2) Rapat Dosen dan Karyawan

3) Rapat Organisasi Internal dan eksternal

4) Diskusi Mahasiswa

5) Workshop

6) Dan kegiatan lain yang ada di Universitas Islam Bandung

Dosen dan karyawan menggunakan busana yang sopan dan menutup

auratnya sebagai bentuk kenyataan objektif yang merupakan kelaziman

dalam berpenampilan yang berasaskan nilai – nilai keislaman.

Adanya mentoring sebagai bimbingan mahasiswa sebelum

melaksanakan pesantren.

Adanya pesantren mahasiswa pada semester II yaitu Pendidikan Agama

Islam II (PAI 2) dan pesantren calon sarjana sebagai bekal untuk

menaplikasikan kepada masyarakat.

Adanya mata kuliah Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum dari

semester 1 sampai semester 7 agar mahasiswa lebih memahami tentang

nilai – nilai keislaman.

37

2. Tingkat Menengah

Adanya pembinaan ruhuddin. Unisba mendorong seluruh sivitas

akademika untuk turut berperan serta. Ruhuddin yang menjadi arah dan

sasaran pembinaannya adalah terbinanya masyarakat kampus madani yang

pro aktif, toleran, menghargai kebebasan berpikir, bersifat terbuka,

menjunjung tinggi tatakrama yang islami. Dapat dilihat beberapa

realisasinya antara lain:

1) Mempererat silaturahim antara pimpinan dengan dosen, pimpinan

dengan karyawan, pimpinan dengan pengurus yayasan, dan

keluarga besar Unisba dengan stakholder.

2) Dalam pengembangan kurikulum dimasukanya nilai-nilai

keislaman kedalam setiap matakuliah, sehingga konsep islam

dalam disiplin ilmu akan semakin baik.

3) Pemantapan terhadap pemahaman nilai-nilai keislaman dan

kesiapan para lulusan unisba untuk terjun kemasyarakat melalui

bentuk kegiatan pesantren. Untuk memperoleh hasil yang lebih

baik, lebih efisien, dan lebih efektif.

Adanya kegiatan pengajian rutin bagi bagi pegawai tetap Unisba yang

dilaksanakan tiga kali dalam setip minggu dan dalam satu bulan sekali

diadakan pengajian umum bagi dosen dan karyawan Unisba.

Berhenti sejenak pada waktu perkuliahan ketika ada suara adzan

berkumandang

38

Adanya pajangan kutipan-kutipan ayat-ayat al-quran dan hadits dalam

lingkungan Unisba

3. Tingkat Terdalam

Unisba sebagai perguruan tinggi yang islami selain berperan sebagai pusat

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Berperan pula

dalam mengembangkan kebudayaan islami. Untuk mengembangkan

kebudayaan islami tersebut meliputi program-program sebagai berikut:

1) Dengan adanya program pengembangan ahlakul karimah

2) Dengan adanya peningkatan ruhul islam

3) Dengan adanya pengembangan ukhuwah islamiah

4) Dengan adanya penanaman perilaku rasul sebagai uswah

hasanah

Upaya yang dilakukan berkenaan dengan ruhuddin yaitu dengan

penciptaan suasana pribadi pembudayaan tatap muka silaturahim, dan

tidak terlalu membudayakan rambu-rambu tertulis yang kaku. Dengan

demikian sivitas akademika unisba dengan pro aktif dari individunya

masing-masing untuk fastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam mencari

kebaikan.

39

Pada hal diatas merupakan budaya yang lahir dan menjadikan ciri khas

yang membedakan Universitas Islam Bandung dengan Universitas lainnya dengan

menyelenggarakan pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat yang

berlandaskan nilai – nilai islam. Untuk membina kehidupan kampus yang dinamis

ilmiah, serta mengembangkan lingkungan fisik dan sosial berlandaskan nilai –

nilai yang Islami.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan obyek fenomena yang telah dibahas, maka

dengan itu penulis telah mengetahui secara subtansif, mengenai makna Ka’bah

dalam lambang Universitas Islam Bandung mengenai (Ikon, Indeks, Simbol)

untuk itu penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

Dilihat dari Ikon

Tataran ikon merupakan faktor yang signifikan akan keberlangsungan

Ka’bah dalam logo Universitas islam Bandung. Ternyata Ka’bah mampu

mewakili dan menjadi aturan norma-norma didalam realitas sosial mahasiswa

unisba. Maka dengan itu seluruh mahasiswa universitas islam bandung harus

mengetahui makna yang secara implisit tersimpan akan tetapi sangat signifikan.

40

Dilihat dari Indeks

Tulisan Univesitas islam Bandung yang melingkari Ka’bah memiliki

makna yaitu unisba menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat yang berlandaskan nilai – nilai islam. Membina kehidupan

kampus yang dinamis ilmiah, serta mengembangkan lingkungan fisik dan social

berlandaskan nilai – nilai Islam.

Dilihat dari Simbol

Simbol adalah konvensi (kesepakatan) yang dilakukan oleh seluruh

masyarakat. Artinya kemudian komponen-komponen telah diafiliasikan menjadi

kesatuan yang utuh didalam Ka’bah. Maksud dan tujuan yang berangkat dari

konsep para pendiri lembaga universitas islam bandung telah tersampaikan

dengan jelas. Ditataran kehidupan mahasiswa Indonesia pun teraplikasikan secara

kongkrit. Seluruh mahasiwa harus mampu menjaga Lambang ka’bah supaya

citranya tetap positif dimata khalayak nasional maupun international.

Logo dalam budaya perusahaan

Budaya yang ada dalam UNISBA menunjukkan bahwa mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan organisasi yaitu dengan berlandaskan nilai – nilai

keislaman yang merupakan pedoman budaya bagi orang-orang di dalamnya

karena pengaruhnya yang sangat kuat dan mendalam untuk membina kehidupan

kampus yang dinamis ilmiah.

41

4.2. Saran

Proses kehidupan membutuhkan saran dan solusi supaya kedepannya lebih

baik lagi. Resultansi yang telah diperoleh penulis atas fenomena ini, banyak

memberikan pengetahuan secara eksplisit dan kongkrit mengenai Makna ka’bah

terutama ditataran lambang Universitas islam Bandung. Saran dari penulis bahwa

mahasiswa yang notabene menuntut ilmu di univertitas islam, jagalah kampusnya

yang beasas islam.

42