manajemen bank
TRANSCRIPT
MANAJEMEN BANK
A. KONSEP DASAR RISIKO PERBANKAN
Kegiatan usaha perbangkan selalu di hadapkan pada resiko-resiko yang
berkaitan sangat erat dengan fungsinya sebagai lembaga itermediasi keuangan
risikom egiatan usaha bank juga semakin besar karena adanya perkembangan yang
pesat baik pada lingkungan eksternal maupun internal. Pada saat ini, agar mampu
beradaptasi dalam lingkungan bisnis perbankan, setiap perbankan di indonesia
dituntut untuk menerapkan pengelolaan, risiko bank atau dikenal dengan manajemen
risiko.
Prinsip-prinsip pengelolaan risiko bank atau manajemen risiko yang
diterapkan dalam perbankan diindonesia diarahkan oleh regulator perbankan
indonesia sesuai dengan rekomendasi yang dikeluarkan oleh bank for international
settlements. Prinsip-prinsip tersebut merupakan standar bagi dunia perbankan untuk
dapat beroperasi secara lebih berhati-hati dalam pengembangan kegiatan usaha dan
operasional perbankan, penerapan manajemen risiko bank dapat bervariasi sesuai
dengan :
1. visi dan Misi masing-masing bank
2. Strategi usaha yang dilakukan masing-masing bank
3. ukuran dan kompleksitas usaha yang dimiliki bank
4. kemampuan bank dalam hal keuangan, infrastruktur pendukung, dan sumber
daya manusia yang dimilikinya
Bank indonesia telah menetapkan peraturan tentang penerapan manajmen risiko
sebagai standar minimal yang harus dipenuhi oleh perbankan di indonesia. Dengan
ketentuan tersebut, pebankan diindonesia diharapkanmampu melaksanakan seluruh
aktivitasnnya dengan pengelola risiko yang baik dan tepat.
Peraturan bank indonesia (PBI) No. 2/27/PBI/2000 tanggal 15 desember 2000
tentang bank umum, pasal 80 halaman 55 :
“…bank yang telah memiliki izin usaha sebelum berlakunya peraturan bank
indonesia ini wajib menyampaikan antara lain pedoman manajemen risiko, rencana
sisstem pengendalian, intern, rencana sistem teknologi informasi yang digunakan dan
sekala kewenangan…”
Undang-Undang perbankan No. 10/1998 tentang perubahan atas Undang-Undang
No. 7/1992 menyatakan pula bahwa “ bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank
sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset,kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha
bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”
dengan demikian, berbagai peraturan diindonesia saat ini mengharuskan perbankan
diindonesia menerapkan manajemen risiko.
Apabila dalam dunia perbankan masih terdapat banyak beberapa bank yang punya
masalah pada manajemennya dan masih beroperasi, akan sangat merugikan bank-
bank lain yang sungguh-sungguh punya manajemen dan kinerja yang sehat dimana
dapat mengakibatkan kepercayaaan masyarakat akan lembaga perbankan jadi
berkurang atau hilang. Ini akan berakibat negatif bagi perekonomian nantinya, maka
alasan utama dari likuidasi bank adalah untuk menciptakan kondisi dunia perbankan
yang lebih sehat dan stabil serta menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan nasional. Salah satu faktor penentu penting dalam penentuan kinerja
perbankan adalah penentuan credit scoring yaitu penilaian kelayakan kredit yang
diajukan oleh nasabah kredit.
B. MANAJEMEN RISIKO
1. Bentuk Manajemen Risiko
Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam
identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melskuksn
monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.
Hubungan antara risiko dan hasil secara alami berkorelasi secara linear negatif.
Semakin tinggi hasil yang diharapkan, dibutuhkan risiko yang semakin besar untuk
dihadapi. Untuk itu, diperlukan upaya yang serius agar hubungan tersebut menjadi
kebalikannnya, yaitu aktivitas yang meingkatkan hasil pada saat risiko menurun.
Manajemen risiko diperlukan untuk :
a. mendukung pencapaian tujuan
b. memungkinkan untuk melakukan aktivitas yang memberikan peluang yang jauh lebih
tinggi dengan mengambil risiko yang lebih tinggi, risiko yang lebih tinggi diambil
dengan dukungan sikap dan solusi yang sesuai terhadap risiko
c. mengurangi kemungkinan kesalahan fatal
d. menyadari bahwa risiko dapat terjadi pada setiap aktivitas dan tingkatan dalam
organisasi sehingga setiap individu harus mengambil dan mengelola risiko masing-
masing sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
2. Manajemen Risiko Yang Efektif
Manajemen resiko yang efektif membantu suatu organisasi untuk edpak
melakukan sebagai berikut.
a. sterategi risiko dan kontrol secara komperensip berdasarkan pada pertimbangan yang
terkait pada :
toleransi terhadap resiko, yaitu kejelasan tentang berapa besar risiko yang bersedia
ditanggung dan risiko apa yang harus dihindari
filosofi terhadap risiko yaitu menentukan cara pandan atau sikap dan tindakan
terhadap risiko
akuntabilitas risiko yaitu kemampuan dalam penanganan risiko
b. disiplin manajemen risiko pada seluruh entitas organisasi yang mencakup :
kesatuan bahasa dalam mengartikan risiko yaitu penyatuan bahasa sebagai bahaya
atau risiko sebagai peluang
pengetahuan manajemen risiko yang melekat pada setiap ndividu dialam organisasi
c. integrasi manajemen risiko didalam kerangka kerja tata kelola perusahaaan
d. strategi penyesuaian risiko pada saat pengambilan keputusan
e. kemampuan manajemen senior untuk memahami dampak risiko terhadap utang dan
nilai saham
f. meningkatkan identifikasi portofolio dan rencana aksi
g. memahami proses bisnis kunci
h. sistem peringatan dini respon bacaan yang efektif
i. peningkatan keamanan infestasi
3. Penanganan Risiko
a. hindari keputusan yang diambil adalah tidak melakukan aktivitas yang dimaksud
misalnya sebuah ban mendapat tawaran untuk melakukan bisnis pencucian uang dari
kegiatan terorisme yang menjanjikan keuntungandari penempatan dalam jumlah besar
dengan bunga yang sangat rendah resiko. Aktivitas tersebuta adalah ancaman
penutuoan bank serta ancaman pidana terhadap pelakunya maka, bank memutuskan
untuk tidak melakukan aktivitas tersebut.
b. Alihkan membagi risiko dalam pihak lain konsekuensi terdapat biaya yang harus
dikeluarkan atau bagi keuntungan yang diperoleh misalnya, pembiayaan proyek yang
sangat besar, sebuah bank melakukan skema pinjaman sindikasi.
c. Mitigasi risiko, menerima risiko pada tingkat tertentu dengan melakukan tindakan
untuk mitigasi risiko melalui peningkatan kontrol, kualitas proses, serta aturan yang
jelas terhadap aktivitas dan resikonnya.
d. Menahan risiko residual menerima risiko yang mungkin timbul dari aktivitas yang
dilakukan kesedian menerima risiko dikaitkan dengan ketersedianan penyanggaan
jika kerugian atas risiko terjadi. Peran inilah yang ditekankan dalam membahas
manajemen risiko perbankan.
C. KEBUTUHAN PERBANKAN TERHADAP REGULASI DAN MANAJEMEN
RISIKO
Regulasi terhadap bank terkait dengan institusi perbankan serta produk-produk
dan pelayanan yang ditawarkan oleh bank. Tujuan regulasi pada industri perbankan
adalah untuk melindungi nasabah dan meningkatkan kepercayaan mereka terhadap
produk-produk dari industri perbankan tersebut.
Beberapa pertimbangan penting mengapa bank perlu diregulasi adalah sebagai
berikut :
1. Komodita Uang Dan Sarat Perikatan
Aktivitas bank dalam memberikan layanan dan penawaran produk adalah uang.
Kepemilikikan uang, hak, dan kewajiban atas uang pada saat awal transaksi, serta
hak, dan kewajiban atas uang pada akhir transaksi merupakan kesepakatan antara
bank dengan nasabahnnya. Sifat dasar dari kepemilikan uang yang cenderung ingin
dimiliki oleh siapapun sangat rawan untuk menimbulkan persengketaan.
2. Rasio Utang Berbanding Modal
Bank adalah suatu institusi yang sebagian besar pasivanya adalah kewajiban atau
utang. Dengan posisi tersebut, berarti utang jauh lebih besar dibanding modal.
Kondisi ini disebut dengan highly gearing atau highly leverage, yang terjadi karena
bank sangat bergantung kepada utang (geared)
3. Ketidakmampuan bank dalam Menyelesaikan Kewajiban
Ketidakmampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban ( insolvency) merupakan
suatu keadaan dimana bank tidak mampu membayar semua kewajibannya pada saat
jatuh tempo. Dampak insolvency suatu bank secara sistemik dapat menimbulkan efek
domino terhadap bank lain hingga akhirnya menimbulkan dampak buruk pada
perekonomian secara keseluruhan.
4. Stabilitas Keuangan
Stabilitas keuangan didfenisikan sebagai pemeliharaan situasi yang terlkait dengan
kapasitas lembaga keuangan dan pasar untuk memobilisasi dana dari surplus
spending unit secra efisdien, menyediakan likuidasi, serta mengalokasikan investasi
tanpa masalah
5. Stabilitas Moneter
Stabilitas moneter didefinisikan sebagai stabilitas dalam menjaga nilai uang yang
dimaksud digambarkan oleh tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Stabilitas moneter
diperlukan dalam suatu perekonomian dengan stabilitas moneter yang terjaga
diharapkan memudahkan pengelolaan ekonomi secara mikro oleh pihak swasta dan
makro oleh pihak swasta.
6. Persaingan Antarbank
Perkembangan produk dalam layanan bank pada dua dekade terakhir telah
menunjukan perkembangan yang sangat pesat, perkembangan produk yang
ditawarkan seperti produk derivatif telah menjadi daya tarik tersendiri bagi nasabah
untuk berinvestasi perkembangan layanan bank terutama pada penggunaan teknologi
telah memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi secara virtual lintas batas
negara.
D. JENIS-JENIS RISIKO PERBANKAN
Bank, sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas,
memiliki peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan (income/return).
Dalam menjalankan aktivitas, untuk memperoleh pendapatan perbankan selalu
dihadapkan pada risiko. Pada dasarnya risiko melekat (interent) pada seluruh aktivitas
bank. Seluruh aktivitas bank, produk, dan layanan bank terkait dengan uang. Sifat
dasar uang adalah anonim, siapa pun bisa memilikinya, siapa pun ingin memilikinya,
dan sangat mudah berpidah tangan bahkan hilang. Oleh karena itu, seluruh aktinitas
bank mulai dari penyerapan dana hingga penyaluran dana sangat rentan terhadap
hilangnya uang. Risiko kehilangan uang.
Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika tidak
dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana mestinya. Untuk itu, bank harus mengerti
dan mengenal risiko-risiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Eksekutif dalam manajemen bank serta seluruh pihak terkait harus
mengetahui risiko-risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan usaha bank, serta
mengetahui bagaimana risiko dan kapan risiko tersebut muncul untuk dapat
mengambil tindakan yang tepat. Pemahaman umum mengenai masing-masing
kategori risiko sangat penting sehinnga para manajer, pelaksana, dan bagian
pengawasan dapat berdiskusi tentang masalah-masalah umum yang secara alami
terjadi dari berbagai eksposur risiko. Risiko itu sendiri tidak harus selalu dihindari
pada semua keadaan, namun semestinya dikelola secara baik tanpa harus mengurangi
hasil yang ingin dicapai. Risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan manfaat
bagi bank dalam menjalankan laba yang atraktif. Agar manfaat tersenut dapat
terwujud, para pengambil keputusan harus mengerti tentang risiko dan
pengelolaannya.
Jenis-jenis Risiko Perbankan
Pada dasarnya jenis-jenis risiko yang dihadapi dapat dibagi atas dua kelompok
besar, yaitu risiko finansial dan risiko non finansial. Risiko finansial terkait dengan
kerugian langsung berupa hilangnya sejumlah uang akibat risiko yang terjadi. Pada
sisi lain, risiko nonfinansial terkait kepada kerugian yang tidak dapat dikalkulasikan
secara jelas jumlah uang yang hilang. Dampak finansial dan risiko non finansial tidak
langsung dirasakan. Kasusu seperti ketika kehilangan nasabah dan kehilanagn bisnis
akibat risiko yang terjadi tidak langsung membuat bank menjadi rugi. Namun pada
gilirannya, risiko nonfinansial berpotensi untuk menimbulkan kerugian finansial.
Jenis-jenis resiko yang diharuskan untuk dikelola industri perbankan menurut
komite Basel II antara lain:
a. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak
peminjam(counterparty) tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk
membayar kembali dana yabg dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau
sesudahnya.
b. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah sebagai risiko kerugian pada posisi neraca serta pencatatan
tagihan kepada kewajiban di luar neraca (on-andoff-balance sheet) yang timbul dari
pergerakan harga pasar (market prices)
c. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah sebagai risiko kerugian atau ketidakcukupan dari proses
internal, sumber daya manusia, dan sistem yang gagal atau dari peristiwa eksternal.
d. Risiko Konsentrasi Kredit
Risiko konsentrasi kredit adalah ketika penempatan aktiva produktif bank
terkonsentrasi pada sattu sektor atau kelompok tertentu. Apabila terjadi masalah pada
sektor atau kelompok tersebutr, maka aktiva produktif yang ditempatkan berada
dalam bahaya.
e. Risiko Suku Bunga pada Buku Bank
Risiko suku bunga pada buku bank merupakan risiko kerugian yang disebabkan oleh
perubahan dari suku bunga pada struktur yang mendasari yaitu pinjaman dan
simpanan
f. Risiko Bisnis
Risiko bisnis adalah risiko yang terkait dengan posisi persaingan bank dan prospek
dari keberhasilan bank dalam perubahan pasar. Risiko bisnis lebih berhubungan
dengan keputusan bisnis yang diambil oleh dewan direksi bank dan kaitannya dengan
impilkasi risiko yanag mungkin timbul atas keputusan bisnis tersebut. Dari sisi
waktu, risiko bisnis bersifat jangka pendek hingga menegah.
g. Risiko Stratejik
Risiko stratejik adalah resiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka panjang
yang dibuat oleh senior manajemen Bank. Risiko ini dapat juga dikaitkan dengan
impementasi dari stategi-strategi mereka.
h. Risiko Reputasional
Risiko reputasional merupakan risiko kerusakan potensial pada suatu perusahaan
yang dihasilkan dari opini publik yang negatif.
E. RASIO-RASIO FINANSIAL DALAM RISIKO PERBANKAN
Risiko Usaha Rasio Finansial Formula
Risiko Kredit(Credit
Risk)
non performance loan ratio (NPL)
atau Rasio Kredit Bermasalah
NPL = Kredit Bermasalah
Total Kredit
Risiko Likuiditas
(Liquidity Risk)
current Ratio (CL) atau Rasio
Lancar loan to deposito ratio (LDR)
atau
rasio kredit terhadap dana pihak
ketiga
CL = Aktiva Lancar
Kewajiban lancar
LDR = Kredit
DPR
Risiko Tingkat Net Interest Margin (NIM) Marjin NIM = Pndaptan Bunga –
Bunga (Interest
Risk)Bunga Neto
B.Bunga
Total Aktiva
,m.
Risiko Modal
(capital Risk)-
CAR = Ekuitas
Total Aktiva
Risiko Operasional
(Operational Risk)
capital adequacy ratio (car) rasio
kecukupan modal
Assets/employee Ratio (AER)
Rasio Aktiva Per Karyawan
AER = Total Aktiva
Jumlah Karyawan
F. DAMPAK RISIKO PERBANKAN
Sebagai dampak terjadinya resiko kerugian keuangan langsung, kerugian akibat
resiko (risk loss) pada suatu bank dapat berdampak pada pemangku kepentingan
(stakeholders) bank, yaitu pemegang sahyam, karyawan dan nasabah serta berdampak
juga pada perekonomian secara umum.
Pengaruh risk loss pada pemegang saham dan karyawan adalah langsung,
sementara pengaruh terhadap nasabah dan perekonomian tidak langsung. Berikut
akan diuraikan dampak potensial terhadap stakeholders dan ekonomi.
a. Dampak terhadap Pemegang Saham
Pengaruh risk loss terhadap pemegang saham antara lain:
1) Penurunan nilai investasi, yang akan memberikan pengaruh terhadap penurunan
harga dan atau penurunan keuntungan. Turunnya harga saham menurunkan nilai
perusahaan yang berate turunya kesejahteraan pemegang saham.
2) Hilangnya peluang memperoleh dividen yang seharusnya diterima sebagai akibat
dari turunnya keuntungan perusahaan.
3) Kegagalan investasi yang telah dilakukan, hingga yang paling parah adalah
kebangkrutan perusahaan yang melenyapkan nilai semua modal disetor.
b. Dampak terhadap Karyawan
Karyawan suatu bank dapat terpengaruh oleh peristiwa risiko (risk event) yang
menimbulkan risk loss terkait dengan keterlibatan mereka. Pengaruh tersebut dapat
berupa:
1) Dikenakan sanksi indisipliner karena kelalaian yang menimbulkan kerugian.
2) Pengurangan pendapatan seperti pengurangan bonus atau pemotongan gaji.
3) Pemutusan hubungan kerja.
c. Dampak terhadap nasabah
Kegagalan dalam pengelolaan risiko dapat berpengaruh terhadap nasabah. Dampak
yang terjadi dapat secara langsung maupun tidak langsung dan tidak seketika dapat
diidentifikasikan. Pengaruh risk event yang berlangsung secara berkelanjutan, pada
gilirannya akan menimbulkan risk loss terhadap kelangsungan usaha bank itu sendiri.
Konsekuensi risk loss yang berdampak terhadap nasabah bank, adalah:
1) Merosotnya tingkat pelayanan
2) Berkurangnya jenis dan kualitas produk yang ditawarkan
3) Krisis likuiditas sehingga menyulitkan dalam pencarian dana
4) Perubahan peraturan
d. Dampak terhadap Perekonomian
Sebagai institusi yang mengelola uang sebagai aktivitas utamanya, bank memiliki
risiko yang melekat (inherent) secara sistematis. Risk loss yang terjadi pada suatu
bank akan menimbulkan dampak tidak hanya terhadap bank yang bersangkutan,
tetapi juga akan berdampak terhadap nasabah dan perekonomian secara
keseluruhan.Dampak yang ditimbulkan tersebut dinamakan risiko sistematik
(systematic risk)
Risiko sistemik secara spesifik adalah resiko kegagalan bank yang dapat merusak
perekonomian secara keseluruhan dan secara langsung berdampak kepada karyawan,
nasabah dan pemegang saham.
Secara umum, masyarakat awam tidak mengenal apa yang disebut sebagai resiko
sistemik. Namun mereka tidak asing dengan istilah run on a bank (bank rill maupun
hanya persepsi dari nasabah). Artinya sebuah bank di “rush” oleh nasabah bank yang
ingin menarik kembali dananya secara bersamaan dan besar-besaran.
Hal ini terjadi pada saat bank tidak dapat memenuhi kewajibannya. Bank tidak dapat
menyediakan dana yang cukup pada saat nasabah melakukan penarikan dananya.
Bank sangat rentan terhadap risiko sistemik yang melekat pada industry perbankan.
Risiko sistemik yang memengaruhi bank-bank lain tidak dapat dihindari jika sebuah
bank mengalami risk loss. Berbagai regulasi diharapkan akan menjadi paying
pelindung bagi industry perbankan. Perlingungan tidak hanya diberikan kepada bank
trkait, yaitu pemegang saham, karyawan, dan nasabah, tetapi juga kepada
perekonomian secara keseluruhan.
G. MEKANISME MANAJEMEN RISIKO
Terdapat berbagai tahap dalam proses manajemen risiko. Proses manajemen
risiko ini harus dilakukan pada semua faktor-faktor risiko yang bersifat kualitatif,
maupun kuantitatif yang berpengaruh terhadap kondisi masing-masing bank. Tahap
dalam prose manajemen risiko itu adalah identifikasi, pengukuran, pemantauan , dan
pengendalian. Proses manajemen risiko dapat dilihat pada tabel 10.2.
1. identifikasi
tahap awal dalam manajemen risiko adalah proses identifikasi setiap risiko yang
mungkin timbul dengan cara melakukan analisis terhadap seluruh karakteristik risiko.
Proses identifikasi yang dilakukan adalah :
a. mendapatkan seluruh informasi risiko dari semua sumber yang mencakup
semua aktifitas fungsional dan operasional bank.
b. Melakukan analisis terhadap kemungkinan timbulnya risiko.
c. Melakuakan analisis itu secara proaktif, tanpa menunggu timbulnya risiko
terlebih dahulu.
2. pengukuran
Pengukuran resiko dilakukan untuk memperkiran risiko yang mungkin timbul atas
aktifitas dan produk bank, serta untuk memperoleh gambaran efektivitas penerapan
manajemen risiko.
Metode pengukuran yang dilakukan dapat bersifat kuan titatif, kualitatif, atau
kombinasi antara keduannnya. Sedangkan model pengukuran risiko yang digunakan
harus sesuai dengan kebutuhan bank, ukuran, dan kompleksitas bank, manfaat yang
dapat diperoleh, serta ketentuan yang berlaku.
3. pemantauan
pemantauan risiko dilaksanakan dengan cara mengevaluasi pengukuran risiko yang
terdapat pada kegiatan usaha bank serta pada kondisi efektivitas prose manajemen
risiko. Beberapa hal yang harus diperhaikan adalah :
a. Kemampuan bank untuk menyerap risiko atau kerugian yang timbul
b. Pengalaman kerugian dimasa lalu dan kemampuan sumber daya
manusia untuk mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi.
Bank harus menyiapkan sistem dan prosedur yang efektif untuk mencegah terjadinya
gangguan dalam proses pemantauan risiko. Hasil pemantauan risiko itu dapat
digunakan untuk menyempurnaka proses manajemen risiko yang ada.
4. pengendalian
peengendalian risiko dilakuakan atas dasarhasil evaluasi pengukuran risiko yang
terdapat pada seluruh produk dan aktivitas bank. Metode pengendalian risiko harus
mempertimbangkan analisis terhadap besarnnya potensi kerugian bank serta
pertimbangan atas manfaat yang didapat serta biaya yang dikeluarkan.