manajemen dahulu dan sekarang

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari – harinya tidak bisa terlepas dari prinsip – prinsip manajemen. Baik langsung maupun tidak langsung, baik disadari ataupun tidak disadari manusia menggunakan prinsip – prinsip dari manajemen. Ilmu manajemen ilmiah tumbuh pada sekitar awal abad ke – 20 di benua Eropa Barat dan Amerika. Dimana di negara – negara tersebut sedang dilanda revolusi yang dikenal dengan nama revolusi industri, yaitu perubahan – perubahan dalam pengeloalaan produksi yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah semakin maju dan kebutuhan manusia sudah semakin banyak dan beragam jenisnya. Usaha keras Mattel untuk tampil ke depan dengan sesuatu yang inovatif untuk pasar bukanlah sesuatu yang luar biasa sekarang ini. Banyak organisasi lainnya baik besar dan kecil telah melakukan komitmen serupa untuk melakukan inovasi dengan segala tantangan dan penghargaannya. Mengapa? Persaingan global dan tekanan persaingan umum mencerminkan kenyataan sekarang ini: berinovasi atau kalah. Walaupun Ivy Rose inovatif dalam mengilhami para karyawannya untuk memikirkan permainan baru ini, ia menyadari bahwa tidak selalu mudah untuk 1

Upload: dian-auliah-kalsum

Post on 03-Dec-2015

164 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Pengantar Manajemen

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia,

mengapa demikian karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari –

harinya tidak bisa terlepas dari prinsip – prinsip manajemen. Baik langsung

maupun tidak langsung, baik disadari ataupun tidak disadari manusia

menggunakan prinsip – prinsip dari manajemen. Ilmu manajemen ilmiah tumbuh

pada sekitar awal abad ke – 20 di benua Eropa Barat dan Amerika. Dimana di

negara – negara tersebut sedang dilanda revolusi yang dikenal dengan nama

revolusi industri, yaitu perubahan – perubahan dalam pengeloalaan produksi yang

efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah semakin maju dan

kebutuhan manusia sudah semakin banyak dan beragam jenisnya.

Usaha keras Mattel untuk tampil ke depan dengan sesuatu yang inovatif

untuk pasar bukanlah sesuatu yang luar biasa sekarang ini. Banyak organisasi

lainnya baik besar dan kecil telah melakukan komitmen serupa untuk melakukan

inovasi dengan segala tantangan dan penghargaannya. Mengapa? Persaingan

global dan tekanan persaingan umum mencerminkan kenyataan sekarang ini:

berinovasi atau kalah. Walaupun Ivy Rose inovatif dalam mengilhami para

karyawannya untuk memikirkan permainan baru ini, ia menyadari bahwa tidak

selalu mudah untuk menerapkan ide – ide baru. Kenyataannya, sejarah

manajemen dipenuhi dengan evolusi dan revolusi dalam menerapkan ide baru.

Melihat sejarah manajemen dapat membantu kita memahami teori dan

praktik manajemen sekarang ini.sejarah manajemen dapat membantu kita untuk

melihat apayang berhasil dan yang tidak. Dalam materi kali ini, kami akan

membahas tentang asal usul dari berbagai konsep manajemen kontemporer dan

menunjukkan bagaimana konsep tersebut berkembang yang mencerminkan

perubahan kebutuhan organisasi dan masyarakat secara keseluruhan. Kami juga

akan membahas kecenderungan dan masalah yang penting yang sering dihadapi

manajer sekarang, untuk menghubungkan masa lalu dengan masa depan dan

memperlihatkan bahwa bidang manajemen masih terus berkembang.

1

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang di atas, kami akan mengangkat

rumusan masalah yaitu, bagaimana manajemen dahulu dan sekarang.

2

BAB II PEMBAHASANMANAJEMEN DAHULU DAN SEKARANG

2.1. Latar Belakang Sejarah Manejemen

Usaha – usaha terorganisasi yang diarahkan oleh orang – orang yang

bertanggung jawab atas perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan

pengendalian telah ada ribuan tahun. Piramida di Mesir dan Tembok Besar Cina

merupakan bukti nyata bahwa proyek – proyek yang ukurannya luar biasa besar,

yang menggunakan puluhan ribu manusia, telah dilaksanakan jauh sebelum zaman

modern. Piramida merupakan contoh yang sangat menarik. Pembangunan sebuah

piramida melibatkan lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Siapa yang

memberitahu masing – masing pekerja apa yang harus dilakukannya? Siapa yang

menjamin bahwa akan ada cukup batu di tempat itu supaya para pekerja tetap

sibuk? Jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan itu adalah manajer. Tanpa

mempedulikan apa sebutan bagi para manajer pada saat itu, seseorang harus

merencanakan apa yang perlu dilakukan, mengorganisasikan manusia serta bahan

baku untuk melakukannya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan

menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya

dikerjakan menurut rencana.

Praktik – praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an

di kota Venesi, Italia, pusat perekonomian dan perdagangan yang penting.

Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan

melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi saat ini. Sebagai

contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan ke sepanjang kanal

dan pada tiap – tiap perhentian bahan baku dan tali layar kapal ditambahkan ke

kapal tersebut. Bukankah itu sangat mirip dengan mobil yang ‘meluncur’ ke

sepanjang lini perakitan mobil dan sejumlah komponen terus ditambahkan ke

mobil tersebut? Selain lini perakitan tersebut, orang venesia memiliki sistem

penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya

manusia yang berfungsi untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi

untuk melacak pendapatan dan biaya.

3

Contoh – contoh dari masa lalu itu memperlihatkan bahwa organisasi telah

ada selama ribuan tahun. Akan tetapi, dua peristiwa sebelum abad ke-20

memainkan peran yang sangat penting dalam memajukan kajian manajemen.

Pertama, pada tahun 1776, Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin

ekonomi klasik, The Wealth of Nations, di mana dia mengemukakan keunggulan

ekonomis yang akan diperoleh organisasi dan masyarakat dari pembagian kerja

(Division of Labour), perincian pekerjaan kedalam tugas – tugas yang spesifik dan

berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Adam

Smith mengatakan bahwa sepuluh orang, masing – masing melakukan pekerjaan

khusus, secara bersama – sama dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti

dalam satu hari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap

–tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan

sepuluh peniti saja dalam sehari! Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja itu

meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan keterampilan dan kecekatan

tiap – tiap pekerja, dengan menghemat waktu yang lazimnya hilang dalam

pergantian tugas – tugas, dan dengan menciptakan sejumlah mesin dan penemuan

yang menghemat tenaga kerja. Tetap populernya spesialisasi pekerjaan misalnya,

tugas – tugas spesifik  yang dilakukan oleh para pekerja di dapur restoran, atau

posisi – posisi spesifik yang dilakukan oleh para pemain tim sepak bola tidak

diragukan lagi disebabkan oleh keunggulan ekonomis, yang dikemukakan oleh

Adam Smith.

 Pengaruh penting kedua yang berpengaruh terhadap manajemen adalah

Revolusi Industri. Revolusi yang diawali pada abad ke-18 di Inggris itu melintasi

Atlantik menuju Amerika pada akhir Perang Saudara. Sumbangan penting

revolusi Industri adalah tenaga mesin dengan cepat menggantikan tenaga manusia

yang pada gilirannya, membuat lebih hemat jika memproduksi barang – barang di

pabrik, bukannya di rumah. Pabrik – pabrik yang besar dan efisien ini

membutuhkan kemampuan manajerial. Mengapa? Para manajer dibutuhkan untuk

meramalkan permintaan, memastikan bahan baku cukup banyak tersedia untuk

membuat produk, memberi tugas kepada orang – orang, mengarahkan kegiatan

sehari – hari, dan selanjutnya. Kebutuhan akan teori formal untuk membimbing

manajer dalam menjalankan organisasi itu telah tiba. Namun, teori formal itu

4

belum ada sampai awal tahun 1900-an di mana langkah besar pertama untuk

menyusun teori semacam itu diambil.

2.2. Manajemen Ilmiah

Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific

management, pertama kali dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam

bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911.

Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah

"penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins

menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen

modern.

Ide tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa kurang

puas dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu

muncul karena mereka menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk

pekerjaan yang sama—nyaris tak ada standar kerja di sana. Selain itu, para

pekerja cenderung menganggap gampang pekerjaannya. Taylor berpendapat

bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari yang seharusnya. Taylor

kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan tersebut dengan

menerapkan metode ilmiah untuk menemukan sebuah "teknik paling baik" dalam

menyelesaikan tiap-tiap pekerjaan.

Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah pedoman yang

jelas tentang cara meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut adalah:

1. Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang

akan menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan.

2. Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau

kembangkanlah pekerja tersebut.

3. Bekerja samalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untuk

menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-

prinsip ilmu yang telah dikembangkan tadi.

5

4. Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara

manajemen dan para pekerja. Manajemen mengambil alih semua

pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada bagi para pekerja.

Pedoman ini mengubah drastis pola pikir manajemen ketika itu. Jika

sebelumnya pekerja memilih sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri semampu

mereka, Taylor mengusulkan manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan

dan melatihnya. Manajemen juga disarankan untuk mengambil alih pekerjaan

yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengontrolan. Hal ini berbeda dengan pemikiran sebelumnya di

mana pekerjalah yang melakukan tugas tersebut.

Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan

suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keduanya tertarik dengan ide Taylor

setelah mendengarkan ceramahnya pada sebuah pertemuan profesional.

Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan mikronometer yang dapat mencatat

setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan

untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari

pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian

dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi

nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam,

memegang) yang mereka sebut Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth,

yang dieja terbalik dengan huruf th tetap). Skema tersebut memungkinkan

keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap

gerakan tangan pekerja.

Skema itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara

penyusunan batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor

bangunan menemukan bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk

memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui

penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan

yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan

menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara

drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan

6

teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat lebih produktif dan berkurang

kelelahannya di penghujung hari.

Pedoman yang ditemukan oleh Taylor dan yang lainnya untuk

meningkatkan efisiensi produksi masih tetap digunakan dalam organisasi di masa

kini. Ketika para manajer menganalisis tugas – tugas dasara yang harus dilakukan,

menggunakan studi waktu dan gerakan untuk menghilangkan gerakan yang sia –

sia, mempekerjakan para pekerja terbaik yang memenuhi persyaratan untuk suatu

pekerjaan, dan merancang sistem insentif berdasarkan output , mereka

menggunakan prinsip – prinsip manajemen ilmiah. Tetapi , praktik manajemen

terkini tidak hanya terbatas pada pendekatan manajemen ilmiah. Dalam

kenyataannya, kita dapat melihat gagasan dari pendekatan utama berikutnya, teori

administrasi umum yang juga digunakan.

2.3. Para Ahli Teori Administrasi Umum

Teori administrasi umum atau, dalam bahasa Inggris, general theory of

administration, adalah teori umum mengenai apa yang dilakukan oleh para

manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik.

Kelompok penulis lain memandang pokok bahasan manajemen, tetapi

memusatkan perhatian pada organisasi secara keseluruhan. Kita menyebut mereka

itu ahli teori administrasi umum. Mereka mengembangkan teori – teori yang

lebih umum mengenai apa yang dilakukan para manajer dan apa yang membentuk

praktik manajemen yang baik. Dua ahli terkemuka di balik pendekatan

administrasi umum adalah Henri Fayol dan Max Weber.

Teori administrasi dipelopori oleh Henri Fayol, fayol mengemukakan bahwa

kegiatan industri dibagi kedalam kegiatan teknis, komersial, finansial, keamanan,

personalia, akuntansi, dan manejerial ( perencanaan, pengorganisasian, pemberian

perintah pengkoordinasikan dan pengawasan.

Selanjutnya Fayol membahas tantang 14 kaidah / prinsip manajemen

yaitu:

1. Pembagian kerja atau spesialisasi meningkatkan produktifitas karena

orang memusatkan perhatian pada pekerjaan sesuai dengan keahlian.

7

2. Wewenang dan tanggung jawab harus ada dalam pelaksanaan kegiatan.

Perlu ada rangsangan untuk kegiatan yang dilaksanakan dengan baik dan

sanksi bagi pelaksanaan kegiatan yang tidak baik.

3. Harus ada disiplin, yaitu rasa hormat da taat pada peranan da tujuan

organisasi.

4. Perlu kesatuan perintah. Bawahan hanya menerima perinyah dan

bertanggung jaeab pada satu atasan.

5. Perlu adanya kesatuan pengarahan. Organisasi efekti bila para anggota

bekerja sama berdasarkan tujuan yang sama.

6. Para anggota organisasi harus mendahulukan kepentingan umum dari pada

kepentingan pribadi.

7. Pambayaran balas jasa harus bijaksana, adil, tidak eksploitatif dan

memuaskan pihak-pihak.

8. Perlu diatur keseimbangan antara sentralisasi dan desentralisasi.

9. Hubungan antar tugas disusun atas dasar suatu hierarki atas bawah.

10. Harus ada order, aturan, ketertiban dimana ada suatu tamtpat untuk setiap

orang yang seharusnya memang tempatnya.

11. Keadilan bagi personalia, persamaan perlakuan dalam organisasi.

12. Perlu kelangsungan, keamanan dan kepastian kerja bagi karyawan.

13. Dalam setiap tugas harus dimungkinkan untuk mengadakan prakarsa atau

inisiatif.

14. Harus ada semangat korps menggalang kekuatan dengan persatuan atau

kesetiakawanan, kebanggaan bersama dan merasa memiliki.

Max Weber (186,41920) pionir terkemuka pengembangan teori birokrasi.

Dimana birokrati merupakan ciri dari pola organisasi yang strukturnya dibuat

sedemikian rupa sehingga secara maksimal dapat memanfaatkan tenaga ahli,-

Organisasi harus diatur secara rasional, impersonal dan bebas dari sikap

prasangka.

Karektiristik birokrasi ditandai dengan:

1. Adanya pembagian tugas dan spesialisasi. Setiap individu dalam oganisasi

mempunyai wewenang yang diatur oleh berbagai peraturan, kebijakan dan

ketetapan hukum.

8

2. Hubungan yang terjadi dalam organisasi adalah hubungan impersonal.

3. Dalam organisasi ada hierarki wewenang, yaitu setiap bagian yang lebih

rendah selalu berada di bawah wewenang dan supervisi dari bagian di

atasnya.

4. Administrasi selalu didasarkan dan dilaksanakan dengan dokumen tertulis.

5. Orientasi pembinaan pegawai adalah pengembangan karir, yang berarti

keahlian menupakan kriteria utama diterima tidaknya seseorang sebagai

anggota organisasi dan promosi dalam organisasi.

6. Setiap tindakan yang diambil organisasi harus selalu dikaitkan dengan

besarnya sumbangan terhadap pencapaian tujuan organisasi, sehingga

dapat dicapai efisien, yang maksimal. Birokrasi meupakan usaha untuk

menghilangkan tradisi organisasi yang membuat keputusan secara

emosional, atau berdasarkan ikatan kekeluargaan sehingga mengakibatkan

organisasi tidak efektif. Birokrasi ada hubungannya dengan prosedur yang

berbelit-belit, penundaan pekerjaan, ketidak efisienan, dan pemborosan.

Sejumlah gagasan dan praktik manajemen kita sekarang ini dapat secara

langsung diketahui sebagai sumbangan para ahli teori administrasi umum. Sebagai

contoh, pandangan fungsional tentang pekerjaan manajer dapat dianggap berasal

dari Henri Fayol. Sebagai tambahan, keempat belas prinsip Fayol itu berperan

sebagai kerangka acuan tempat berkembangnya banyak konsep dan teori

manajemen sekarang.

2.4. Pendekatan Kuantitatif Pada Manajemen

Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—

seperti statistic, model optimasi, model informasi, atau simulasi computer untuk

membantu manajemen mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman

linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan

pengalokasian sumber daya analisis jalur kritis (Critical Path Analysis) dapat

digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien; model kuantitas

pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer

menentukan tingkat persediaan optimum dan lain-lain.

9

Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika

dan statistik terhadap masalah militer selama perang dunia ke II. Setelah perang

berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk

memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis.

Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids”. Para

perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company   pada pertengahan 1940-an

ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki

pengambilan keputusan di Ford.

Pendekatan kuantitatif secara langsung telah memberikan sumbangan pada

pengelolaan pengambilan keputusan di bidang perencanaan dan pengendalian.

Sebagai contoh, ketika manajer membuat penganggaran, penjadwalan,

pengendalian mutu, dan keputusan serupa, mereka biasanya bergantung pada

teknik kuantitatif . ketersedian Software komputer yang canggih untuk membantu

menyusun model, persamaan, dan rumus telah membuat penggunaan teknik

kuantitatif menjadi tidak terlalu menakutkan bagi para manajer, walaupun mereka

harus tetap mampu menafsirkan hasilnya.

2.5. Menuju Pemahaman Tentang Perilaku Organisasi

          Meskipun ada sejumlah orang pada akhir 1800-an dan awal 1900-an yang

menyadari bahwa pentingnya faktor manusia bagi keberhasilan organisasi, ada

empat orang yang menonjol sebgai pendukung awal pendekatan perilaku

organisasi tersebut. Ide mereka menjadi dasar praktik manajemen, seperti

prosedur seleksi karyawan, program motivasi karyawan, tim kerja karyawan, dan

organisasi teknik manajemen lingkungan eksternal.

Bidang kajian yang berkaitan dengan tindakan-tindakan(perilaku) manusia

ditempat kerja disebut perilaku organisasi(OB : Organizational Behavior).

Pendukung-pendukung awal

Robert Owen adalah seorang pengusaha sukses asal Skotlandia yang

membeli pabrik pertamanya pada tahun 1789 pada usia 18 tahun.Karena muak

dengan praktek-praktek kasar yang disaksikannya di pabrik-pabrik di seluru

Skotlandia.Misalnya dipekerjakannya anak-anak kecil(banyak yang umumnya

10

dibawah 10 tahun),hari kerja 13 jam,dan keadaan tempat kerja yang

menyedihkan.Owen menjadi pembaharu sosial.

Hugo Munsterberg menciptakan bidang psikologis industri.Kajian ilmiah

terhadap individu-individu yang bekerja untuk memaksimalkan produktivitas dan

penyesuaian mereka.Dalam bukunya Psychology And Industrial Efficiency,yang

terbit tahun 1913 yang membela kajian ilmiah terhadap tingkah laku manusia

untuk mengidentifikasi pola-pola umum dan untuk menjelaskan perbedaan-

perbedaan individu.

Chester Barnard adalah orang lain yang gagasan-gagasannya

menjembatani sudut pandang klasik dengan sudut pandang perilaku organisasi.

Kajian Hawthorne

Kajian Hawthrone adalah serangkaian kajian yang dilakukan pada tahun

1920-an hingga 1930-an. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh

berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Kajian

dilakukan di Western Electric Company Works di Cicero, Illenois.

Uji coba dilaksanakan dengan membagi karyawan ke dalam dua

kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok

eksperimen dikenai berbagai macam intensitas penerangan sementara kelompok

kontrol bekerja di bawah intensitas penerangan yang tetap. Para peneliti

mengharapkan adanya perbedaan jika intensitas cahaya diubah. Namun, mereka

mendapatkan hasil yang mengejutkan: baik tingkat cahaya itu dinaikan maupun

diturunkan, output pekerja meningkat daripada biasanya. Para peneliti tidak dapat

menjelaskan apa yang mereka saksikan, mereka hanya dapat menyimpulkan

bahwa intensitas penerangan tidak berhubungan langsung dengan produktivitas

kelompok dan “sesuatu yang lain pasti” telah menyebabkan hasil itu.

Pada tahun 1927, Profesor Elton Mayo dari Harvard beserta rekan-

rekannya diundang untuk bergabung dalam kajian ini. Mereka kemudian

melanjutkan penelitian tentang produktivitas kerja dengan cara-cara yang lain,

misalnya dengan mendesain ulang jabatan, mengubah lamanya jam kerja dan hari

kerja alam seminggu, memperkenalkan periode istirahat, dan menyusun

rancangan upah individu dan rancangan upah kelompok. Penelitian ini

11

mengindikasikan bahwa ternyata insentif-insentif di atas lebih sedikit

pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok,

penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti

menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan

penentu utama perilaku kerja individu.

Kalangan akademisi umumnya sepakat bahwa Kajian Hawthrone ini memberi

dampak dramatis terhadap arah keyakinan manajemen terhadap peran perlikau

manusia dalam organisasi. Mayo menyimpulkan bahwa:

perilaku dan sentimen memiliki kaitan yang sangat erat

pengaruh kelompok sangat besar dampaknya pada perilaku individu

standar kelompok menentukan hasil kerja masing-masing karyawan

uang tidak begitu menjadi faktor penentu output bila dibandingkan dengan

standar kelompok, sentimen kelompok, dan rasa aman.

Kesimpulan-kesimpulan itu berakibat pada penekanan baru terhadap faktor

perilaku manusia sebagai penentu berfungsi atau tidaknya organisasi, dan

pencapaian sasaran organisasi tersebut.

Teori motifasi awal

Teori Abraham Maslow

Teori maslow tentang hierarki kebutuhan menyatakan bahwa terdapat

suatu hirarki dari lima kebutuhan manusia, yaitu :

1. Kebutuhan Fisiologis, merupakan kebutuhan dasar seperti, pangan,

minuman, tempat bertedu,kepuasan seksual, dan

tuntunan−tuntunan fisik lainnya.

2. Kebutuhan rasa aman : rasa aman dan perlindungan terhadap hal

yang membahayakan fisik dan emosional, dan juga jaminan bahwa

kebutuhan fisik itu akan terus di penuhi.

3. Kebutuhan social : rasa sayang, rasa termasuk dalam kelompok, di

terima, dan persahabatan.

4. Kebutuhan penghargaan : fakto–factor penghargaan batinia seperti,

harga diri, otonomi, dan prestasi.

12

5. Kebutuhan aktualisasi diri yaitu suatu dorongan bagi seseorang

untuk mencapai apa yang dia mampu.

Teori Higien hersberg

Teori motivasi menyakan bahwa faktor–factor intrinsik berkaitan dengan

kepuasan dan motivasi kerja. Sedangkan faktor−faktor ekstrinsik berkaitan

dengan ke tidak puasan kerja.

Teori–teori awal tentang kepemimpinan

Kepemimpinan suatu proses yang mempengaruhi yang di dalamnya

individu−individu melalui tindakan–tindakan.memudahkan penyerahan suatu

kelompok menuju suatu sasaran umum atau bersama.

Teori watak (trait theories )penelitian kepemimpinan awal salam tahun

1920-an dan 1930-an memusatkan perhatian pada ciri-ciri pemimpin sifat-

sifat yang barangkali di gunakan untuk membedakan pemimpin dari bukan

pemimpin .tetapi usaha-usaha penelitian ini seringkali menemui jalan

buntu.

6 ciri yang membedakan pemimpin dengan bukan pemimpin :

1. Dorongan . para pemimpin mempelihakan tingkat usaha yang

tinggi.mreka mempunyai keinginan berprestasi yang relative

tinggi ,mreka itu ambisius mempunyai banyak banyak energy

mreka tidak mengenal lelah dalam kegiatan-keiatan mereka dan

mereka mmperlihatkan inisiatif.

2. Kehendak untuk memimpin. Para pemimpin mempunyai

kehendak yang kuat untuk mempengaruhi dan memimpin orang

lain.

3. Kejujuran dan integritas .para pemimpin membina hubungan yang

baik penuh kepercyan antara merka sendri an pengikut-

pengikutnya dengan cara bersikap tulus dan tidak menipu serta

dengan memperlihatkan konsistensi yang tinggi antara kata-kata

dengan perbuatan .

13

4. Kepercayaan diri .para pengikut mengharapkan agar para

pemimpin tidak mempunyai rasa ragu-ragu.

5. Kecerdasan.para pemimpin haru cukup cerdas.untuk

mengumpulkan,memadukan, dan menafsirkan sejumlah besar

infomasi,mereka harus mampu menciptakan visi,memmcahkan

masalah ,dan mengambil keptusan yang tepat.

6. Pengetahuan yang berkaitan yang berkaitan dengan pekerjaan.para

pemimpin yang efektif memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi

tentang perusahnnya.industrinya, dan dalam maalah teknis.

Teori pelaku.yaitu teori kepemimpinan yang mengidentifikasi perilaku

yang membeda antara pemimpin yang efektif dan pemimpin yang tidak

efektif.

Otokratik, mendefinisikan seorang pemimpin yang umumnya cenderung

memusatkan otoritas, menditekan metode kerja, membuat keputusan

sepihak, dan membatasi keikut sertaan bawahan.

Gaya demokratis mendiskripsikan seorang pemimpin yang cenderung

melibatkan anak buah dalam mengambil keputusan mendelegasika otoritas

mendorong keikut sertaan dalam menentukan sasaran dan metode kerja

dan menggunakan umpan balik sebagai peluang untuk melatih anak buah.

2.6. Pendekatan Sistem

sistem memiliki dua jenis, yaitu sitem tertutup dan sistem terbuka.  Sistem

terutup tidak terpengaruh oleh lingkungan luar sedangkan sistem terbuka dinamis

berkomunikasi dengan dunia luar. Pendekatan sistem turut menunjang pada

pemahaman kita tentang pemikiran manajemen. Para peneliti sistem memimpikan

suatu organisasi terdiri dari faktor yang saling bergantung, termasuk

perseorangan, kelompok, sikap, motif, struktur formal, interaksi, tujuan, status dan

wewenang. Hal ini berarti manajer mengoordinasikan kegiatan kerja dari berbagai

bagian dalam organisasi dan memastikan bahwa semua bagian organisasi yang

saling tergantung bekerja sama sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Selain

itu, pendekatan sistem menunjukkan bahwa organisasi tidaklah berdiri sendiri.

14

Mereka bergantung pada lingkungannya untuk masukan yang penting dan sebagai

sumber untuk menyerap hasilnya.

2.7. Pendekatan Kontingensi

Pendekatan kontingensi disebut kadangkala sebagai pendekatan situsional

mengatakan bahwa organisasi adalah berbeda, menghadapi situasi yang berbeda

dan memerlukan cara pengelolaan yang berbeda.

Pendekatan kontingensi bagi manajemen adalah secara intuisi logis karena

organisasi dan bahkan unit di dalamnya yang sama adalah beragam baik dalam

besarnya, tujuan, pekerjaan dan kesukaan. Akan menjadi mengejutkan bila

menemukan aturan manajemen yang dapat diterapkan secara universal yang

berhasil dalam semua situasi. Tapi tentulah dapat dikatakan bahwa metode

pengelolaan tergantung pada situasi dan dapat dikatakan juga apa situasi tersebut.

Nilai utama dari pendekatan kontingensi adalah menekankan bahwa tidak ada

aturan yang sederhana atau universal yang dapat diikuti oleh manajer.

Variabel kontingensi yang populer:

1. Besarnya organisasi

2. Kerutinan dari tugas teknologi

3. Ketidak pastian lingkungan

4. Perbedaan individu

2.8. Kecenderungan dan Masalah Terkini

            Disini kita memperkenalkan sejumlah kecenderungan dan masalah yang

kita yakin sedang mengubah cara para manajer melaksanakan pekerjaan mereka,

antara lain:

1. Globalisasi

2. Keragaman angkatan kerja

3. Kewirausahaan

4. Pengelolaan di dunia e-bisnis

5. Kebutuhan akan inovasi dan flexibilitas

6. Manajemen mutu

7. Organisasi pembelajaran

8. Manajemen Pengetahuan

9. Spiritualitas tempat k erja

15

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sebagai kesimpulan berdasarkan penjabaran materi di atas, bahwa

manajemen Secara keilmuan, manajemen baru terumuskan kurang lebih di abad

18 atau awal abad 19 Masehi.

Perkembangan teori manajemen dimulai dari teori manajemen klasik

dengan pemikiran manajemen ilmiah dari Taylor dan teori organisasi klasik dari

Mayo. Manajemen ilmiah menekankan pada upaya menemukan metode terbaik

untuk melakukan tugas manajemen secara ilmiah. Sedangkan teori organisasi

klasik menekankan pada kebutuhan mengelola organisasi yang kompleks yang

mefokuskan pada upaya menetapkan dan menerapkan prinsip dan ketrampilan

yang mendasari manajemen yang efektif .

perkembangan yang memberik focus yang sangat berbeda dari teori

manajemen klasik disebut teori manajemen neoklasik yang ditandai dengan

perubahan fokus manajemen yang lebih menekankan pada perilaku baik pada

perilaku manusia maupun perilaku organisasi. Manajemen yang baik menurut

teori neo klasik ini adalah manajemen yang mefokuskan diri pada pengelolaan staf

secara efektif yang didasari akan pemahaman yang mendalam dari segi sosiologis

maupun psikologis.

Perkembangan selanjutnya yaitu dengan menekankan pendekatan sistem

yang dipersatukan dan diarahkan dari bagian-bagian atau komponen-komponen

yang saling berkaitan. Namun saat ini penerapan manajemen didasarkan pada

pendekatan kontingensi yang memadukan antara aliran ilmiah dengan perilaku

dalam suatu sistem yang diterapkan menurut situasi dan lingkungan yang

dihadapi.

16

DAFTAR PUSTAKA

http://evlyzarty.blogspot.com/2010/04/manajemen-ilmiah.html

http://raisulakbar.wordpress.com/2009/03/21/teori-administrasi/

http://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CCwQFjAC&url=http%3A

%2F%2Fwww.sikkanet.com%

Diposkan oleh Andi Alamsyah Putra di 20.43

17

TUGAS MAKALAH

PENGANTAR MANAJEMEN

(MANAJEMEN DAHULU DAN SEKARANG)

DI SUSUNOLEH

KELOMPOK I

WILDHY BAYU SENDANA B1C1 12 136

WD.SHERLY MUZDALIFA B1C1 12 137

MUH.ISHAQ B1C1 12 138

JUMRIANTO B1C1 12 139

ARMAN B1C1 12 141

YULIANTI B1C1 12 143

Oleh : Itmamudin, SS

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS HALUOLEO

18

KATA PENGANTAR

Tak ada kata yang patut terucap selain puji syukur kepada Allah SWT.

Atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah dengan judul “Manajemen

Dahulu dan Sekarang” dapat disusun dan diselesaikan sesuai dengan yang telah

direncanakan. Shalawat dan salam senantiasa pula  tercurahkan kepada Baginda

Rasulullah Saw.

Terima kasih pula kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam

penyusunan makalah ini. Semoga bermanfaat bagi para pembaca dan penulis.

Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan,

tentu hal ini tidak mungkin luput dari kekurangan. Dengan upaya dan semangat

peningkatan ilmu pengetahuan  kami senantiasa mengharapkan kontribusi

pemikiran dari para pembaca, baik berupa kritikan ataupun saran agar dapat kami

jadikan pelajaran untuk kedepannya dalam membuat makalah.

Kendari, februari 2013

Penulis,

19i

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .........................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.....................................................................................Latar Belakang

...........................................................................................................1

1.2..................................................................................................Tujuan

...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

MANAJEMEN DAHULU & SEKARANG

2.1.....................................................Latar Belakang Sejarah Manajemen

...........................................................................................................3

2.2. Manajemen Ilmiah......................................................................5

2.3. Para Ahli Teori Administrasi Umum..........................................7

2.4. Pendekatan Kuantitatif Pada Manajemen...................................9

2.5. Menuju Pemahaman Tentang Perilaku Organisasi...................10

2.6. Pendekatan Sistem....................................................................14

2.7. Pendekatan Kontingensi............................................................15

2.8. Kecenderungan Dan Masalah Terkini......................................15

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan...............................................................................16

Daftar Pustaka ...................................................................................................17

20

21

ii

ii

ii