manajemen pemberdayaan masyarakat dalam …

151
MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA Al QUR’AN DI YAYASAN IHYA UL UMMAH KOTA BAMBU UTARA II PALMERAH JAKARTA BARAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Haidar Ghozali 11150540000020 PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1443 H/2021 M

Upload: others

Post on 29-Jan-2022

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

Al QUR’AN DI YAYASAN IHYA UL UMMAH KOTA

BAMBU UTARA II PALMERAH JAKARTA BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Haidar Ghozali

11150540000020

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1443 H/2021 M

Page 2: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

Al QUR’AN DI YAYASAN IHYA UL UMMAH KOTA

BAMBU UTARA II PALMERAH JAKARTA BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Haidar Ghozali

11150540000020

Pembimbing

Dr. Tantan Hermansah, M.Si.

NIP: 19760617200501006

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1443 H/2021 M

Page 3: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …
Page 4: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …
Page 5: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …
Page 6: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

i

ABSTRAK

Haidar Ghozali

Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran Di Yayasan

Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta

Barat

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses manajemen

pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Quran di Yayasan Ihya Ul Ummah dalam program

Rumah Quran beserta kendala dalam melakukan pemberdayaan.

Penelitian ini menggunakan studi kasus pendekatan kualitatif

dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan

observasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan

yang dilakukan oleh pengurus Rumah Quran memiliki dampak

yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitarnya dengan adanya

jumlah santri yang setiap tahunnya bertambah dari 200 orang santri

kini Rumah Quran memiliki kurang lebih 8000 santri di beberapa

cabang Rumah Quran. Selain itu, santri – santri yang dibina dalam

program Rumah Quran memiliki keahlian dalam hal mengajar

sehingga santri yang dahulunya sebagai siswa kini banyak yang

menjadi pengajar dan mengabdikan ilmunya di Rumah Quran dan

lembaga pendidikan lain.

Kata Kunci: pemberdayaan masyarakat, kemampuan

membaca Al-Quran

Page 7: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT,

yang berkat nikmat dan pertolongan-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemen Pemberdayaan

Masyarakat Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al

Qur’an Di Yayasan Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II

Palmerah Jakarta Barat” sebagai syarat dalam memperoleh gelar

sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu

Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam

semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, juga

kepada para keluarga dan sahabatnya. Semoga kita semua

termasuk umat Baginda Nabi Muhammad yang selalu merindukan

dan dirindukan Baginda Nabi Muhammad SAW.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa dalam

proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun

berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan

berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi

tersebut dapat diatasi.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan

penuh sadar dan ketulusan pula kepada :

1. Kedua orangtua, Rohmat dan Sri Rumiyati yang senantiasa

mendo’akan, mengalir selalu perhatian dan motivasi semangat

dengan penuh cinta kasih yang diberikan kepada penulis

Page 8: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

iii

terutama dalam menyelesaikan penulisan skripsi dan kepada

adik tercinta Hilmi Husaimi dan Azka kaylaturrahmah yang

senantiasa mendo’akan dan memberi semangat.

2. Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc MA., Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Suparto, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag., BSW, MSW., Wakil Dekan I Bidang

Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Sihabuddin N, M.Ag., Wakil Dekan II Bidang

Administrasi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Cecep Sastra Wijaya MA., Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Muhtadi, M.Si., Ketua Program Studi Pengembangan

Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si., Sekretaris Program

Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

9. Dr. Tantan Hermansah, M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan

dengan sangat baik sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Page 9: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

iv

10. Dr. Abdul Rozak, MA., Dosen Pembimbing Akademik

mahasiswa PMI ‘15 yang telah membina etika dan moral saya

beserta kawan-kawan lainnya di dalam proses perkuliahan.

11. Dosen-dosen pengajar selama perkuliahan; Prof. Dr. H. Asep

Usman Ismail, MA., Drs. Yusra Kilun, M.Pd., Nurul Hidayati,

S.Ag., M.Pd., Wati Nilamsari, M.Si., Rosita Tandos,

M.ComDev., Ph.D., M. Hudri, M.Ag. Dicky Andika, M.Si

beserta seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu

memberikan ilmunya selama perkuliahan.

12. Kawan-kawanku sekalian, keluarga besar Program Studi

Pengembangan Masyarakat Islam khususnya angkatan tahun

2015, Yauma, Soleh, Halim, Cenov, Firzi, Imam, Fakhriy,

Fajar, Iqbal, Irul, Desta, Salman, Dini, Putri, Riza, Munah,

Septi, Cici, Laily, Sarah, Sabil, Mety, Kiki, Ardini, Tami,

Inung, Rian

13. Sahabat seperjuangan Saifuddien Zhuhri, Habibi Ahmad Dalili

dan Muhammad Faiz Zindan Balliyan yang senantiasa

memberi semangat dan do’a kepada penulis.

14. Sayidah, S. E., sebagai Managing Director Yayasan Ihya Ul

Ummah yang membantu mempermudah akses dalam proses

mencari data pada skripsi ini dan terima kasih juga kepada

seluruh bagian yayasan dan masyarakat yang terlibat.

15. Kepada abang sepupu, Abdul latif yang memotivasi dan

membantu perkuliahan peneliti hingga skripsi ini selesai.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang

telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Page 10: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

v

Semoga semua pihak yang telah mendoakan, membantu, dan

memberikan dukungan mendapat perlindungan dan segala

kebaikan dari Allah SWT. Akhir kata dengan segala kekurangan,

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua dan dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya.

Jakarta, 23 Juli 2021

Penulis

Page 11: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................... vi

DAFTAR TABEL........................................................................ x

DAFTAR GAMBAR .................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................ 3

C. Batasan Masalah...................................................................... 3

D. Rumusan Masalah ................................................................... 3

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 4

F. Metode Penelitian.................................................................... 5

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................ 5

2. Macam dan Sumber Data .................................................. 6

3. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 7

4. Teknik Analisa Data .......................................................... 8

5. Teknik Validasi Keabsahan Data ...................................... 9

6. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 9

G. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................... 10

H. Sistematika Penulisan............................................................ 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pemberdayaan dan Pemberdayaan Masyarakat

............................................................................................... 14

B. Tujuan dan Fungsi Pemberdayaan Masyarakat..................... 17

C. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ....................................... 20

Page 12: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

vii

D. Perencanaan Partisipatif ........................................................ 22

1. Tujuan Perencanaan Partisipatif ...................................... 23

2. Manajemen Perencanaan Partisipatif .............................. 23

3. Perencanaan Partisipatif dalam Program Pemberdayaan

Masyarakat ...................................................................... 25

E. Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat .................................. 27

F. Pendekatan Metode Pemberdayaan....................................... 29

1. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) ................. 30

2. Metode Partisipasi Assesment dan Rencana ................... 33

G. Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

Masyarakat ............................................................................ 34

1. Konsepsi Dasar................................................................ 34

2. Tujuan Monitoring dan Evaluasi ..................................... 37

3. Prinsip Monitoring dan Evaluasi ..................................... 38

H. Kendala dalam Pemberdayaan .............................................. 39

I. Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an ................ 39

J. Kerangka Berpikir ................................................................. 48

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Profil Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah .................................. 50

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 51

C. Struktur Organisasi................................................................ 54

D. Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab Organ Yayasan, dan

Kegiatan Yayasan.................................................................. 54

E. Maksud dan Tujuan Kegiatan Yayasan................................. 62

F. Visi Dan Misi ........................................................................ 62

G. Manajemen Yayasan Ihya Ul Ummah .................................. 63

Page 13: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

viii

H. Flow Chart Pelaksanaan Manajemen Yayasan Ihya Ul

Ummah .................................................................................. 65

I. Strategi Yayasan.................................................................... 73

J. Sarana Prasarana Yayasan..................................................... 73

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat pada Program

Rumah Qur’an ....................................................................... 75

B. Perencanaan Partisipatif dalam Program Rumah Qur’an

............................................................................................... 76

1. Program Berantas Buta Huruf Al-Qur’an ....................... 78

2. Program Tahsin Tilawah ................................................. 79

3. Program Tahfidz Qur’an ................................................. 82

4. Program PTQ Adiba ........................................................ 84

C. Sosialisasi Program Rumah Qur’an ...................................... 86

D. Fungsi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Rumah

Quran ..................................................................................... 87

E. Monitoring dan Evaluasi terhadap Program Rumah Qur’an

............................................................................................... 89

F. Kendala Dalam Pelaksanaan Program Rumah Qur’an

............................................................................................... 91

BAB V PEMBAHASAN

A. Pemberdayaan Masyarakat pada Program Rumah Qur’an

............................................................................................... 95

B. Perencanaan Partisipatif dalam Program Rumah Qur’an

............................................................................................... 96

C. Faktor Sosialisasi Program Rumah Qur’an ........................... 98

Page 14: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

ix

D. Fungsi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Rumah

Qur’an ................................................................................. 100

E. Monitoring dan Evaluasi terhadap Program Rumah Qur’an

............................................................................................. 102

A. Kendala Dalam Pelaksanaan Program Rumah Qur’an ....... 104

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................. 106

B. Implikasi .............................................................................. 107

C. Saran .................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Wilayah Kecamatan Palmerah Kelurahan Kota Bambu

Utara ............................................................................................ 52

Page 16: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ........................................ 58

Gambar 2.2 Rekam Jejak Rumah Qur’an ................................... 61

Gambar 2.3 Peta Wilayah Kecamatan Palmerah ........................ 63

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Yayasan Ihya Ul Ummah ........ 64

Gambar 2.5 Alur Penerimaan Tenaga Kerja ............................... 76

Gambar 2.6 Alur Evaluasi Penilaian Tenaga Kerja .................... 78

Gambar 2.7 Alur Penerimaan Santri Baru .................................. 79

Gambar 2.8 Alur Pengadaan Barang / Peralatan ......................... 80

Gambar 2.9 Periode Anggaran Mingguan .................................. 82

Page 17: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Institut Ilmu Quran Jakarta mencatat sekitar 65 persen umat

Islam di Indonesia tidak bisa membaca Al-Quran alias buta

aksara Alquran dan hanya sekitar 20 persen saja yang bisa

membaca Al-Quran. Hal ini disebabkan berbagai macam faktor

seperti kesibukan, faktor malu, faktor lingkungan dan sistem

pengajaran yang rumit. Sedangkan jika umat Islam mengerti

akan isi kandungan AL-Quran akan tercermin pada sikap dan

tingkah laku kesehariannya (bnq.anamfalpesantren, 2017).

Fenomena banyaknya masyarakat terutama di Jakarta yang

masih buta aksara Quran membuat salah satu yayasan

bertempat di Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta Barat

yaitu Yayasan Ihya Ul Ummah, terketuk hatinya untuk

mengajarkan membaca Al-Quran dan mengamalkan isinya

terlebih lagi di wilayah Palmerah merupakan wilayah yang

tingkat buta aksara Qurannya tinggi serta wilayah dengan

tingkat kemaksiatan yang cukup tinggi, dimana sering terjadi

tawuran antar remaja, perjudian dan narkoba.

Yayasan Ihya Ul Ummah bergerak di bidang pengajaran

Quran dengan mendirikan Rumah Quran sebagai program

yang fokus pada pemberantasan buta huruf Al-Qur’an. Seluruh

program pengajaran dan kegiatan di Rumah Qur’an Ihya Ul

Ummah diberikan secara gratis, dan dilaksanakan oleh tenaga

pengajar yang berpengalaman dan bersertifikat.

Page 18: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

2

Sejak berdiri tahun 2011, Yayasan Ihya Ul Ummah

memiliki santri sebanyak 220 santri, kemudian meningkat di

tahun 2012 sebanyak 355 santri, hingga di tahun 2017 yayasan

memiliki santri sebanyak 1170 santri, 70 santri yatim dan 34

guru pengajar seperti yang tercantum pada tabel 1.1 berikut ini

:

Tabel 1.1 Rekam Jejak Rumah Quran

Sumber : Yayasan Ihya Ul Ummah 2021

Keberhasilan yayasan dalam mendidik dan mengajarkan

membaca Al-Quran ini tidak terlepas dari manajemen

pemberdayaan masyarakat sekitar serta pemberian metode

membaca Al-Quran yang mudah dipraktekkan dan mudah

dipahami oleh para santri sehingga setiap tahun santri dan

pengajar di yayasan ini semakin bertambah banyak. Namun

dibalik keberhasilan yayasan dalam mengajarkan membaca Al-

Quran, terdapat kendala dan hambatan yang dialami pada saat

menjalankan program – program membaca Al-Quran.

Hambatan tersebut datang dari intern yayasan dan ekstern

yayasan, dimana hambatan intern datang dari kemampuan

mengajar guru – guru dan hambatan ekstern datang dari

Page 19: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

3

masyarakat sekitar yayasan yang belum bersedia untuk

mengikuti program Rumah Quran.

Proses manajemen pemberdayaan yang dilakukan yayasan

dalam mengajarkan membaca dan memahami Al-quran beserta

hambatan yang dihadapi ditengah kondisi Kota Bambu Utara

II yang sarat akan kemaksiatan ini membuat penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan judul “Manajemen

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan Ihya Ul

Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah masih ada

masyarakat di Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta Barat

yang belum dapat membaca Al-Quran.

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah proses

manajemen pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Quran di Yayasan Ihya Ul Ummah

Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta Barat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka peneliti

dapat merumuskan masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat yang

dilakukan oleh Yayasan Ihya Ul Ummah dalam program

Page 20: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

4

Rumah Qur’an untuk meningkatkan kemampuan membaca

Al-Qur’an pada masyarakat Kota Bambu Utara II?

2. Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung

dalam melakukan manajemen pemberdayaan

meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan di atas maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui proses manajemen pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan oleh Yayasan Ihya Ul

Ummah dalam program Rumah Qur’an untuk

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an pada

masyarakat Kota Bambu Utara II.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung

dalam melakukan manajemen pemberdayaan

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini secara teoritis yaitu untuk

menambah khazanah ilmu dakwah, khususnya yang

berhubungan dengan unsur-unsur masyarakat Islam.

Adapun secara praktis penelitian ini yaitu:

a. Manfaat Akademis

1) Penelitian ini sebagai persyaratan tugas akhir dan

memperoleh kesarjanaan (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 21: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

5

2) Menambah khazanah keilmuan, khususnya

memperkaya model-model dalam pengembangan

masyarakat.

3) Untuk menambah pengetahuan dan khazanah bagi

peneliti khususnya menyangkut pemberdayaan

masyarakat melalui program tentang mempelajari

Al-Qur’an sehingga masyarakat menjadi lebih

mengerti tentang ilmu Al-Qur’an khususnya dalam

hal membaca.

b. Manfaat Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan

menjadi contoh lembaga atau yayasan swasta lainnya

dengan melihat dan mengaplikasikan pemberdayaan

berlandaskan Al-Qur’an.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data

pada suatu latar alamiah dengan maksud menafsirkan

fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci (Albi Anggito, 2018). Penjelasan serupa

mengenai penelitian kualitatif dijelaskan oleh Denzin dan

Lincoln dalam (Muh. Fitrah, 2017) yakni penelitian

kualitatif merupakan fokus perhatian dengan berbagai

metode yang mencakup pendekatan interpretatif dan

naturalistik terhadap subjek kajiannya. Hal ini berarti

bahwa peneliti kualitatif mempelajari benda – benda dalam

Page 22: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

6

konteks alaminya yang berupaya untuk memahami atau

menafsirkan fenomena dari sisi makna yang dilekatkan

pada manusia.

Penelitian tentang manajemen pemberdayaan Yayasan

Ihya Ul Ummah di masyarakat Kota Bambu Utara II

Palmerah Jakarta Barat ini relevan dengan menggunakan

penelitian kualitatif karena memenuhi karakteristik

penelitian kualitatif, terutama dalam hal pengungkapan

data secara mendalam melalui wawancara, observasi dan

kajian dokumen terhadap apa yang dilakukan para

informan, bagaimana mereka melakukan kegiatan, untuk

apa kegiatan-kegiatan dilakukan dan mengapa mereka

mengikuti program pemberdayaan Rumah Qur’an dalam

realitas yang sesungguhnya.

2. Macam dan Sumber Data

Data pada dasarnya adalah kombinasi dari berbagai

jenis pengamatan baik secara kuantitatif maupun kualitatif

yang diperlukan untuk mengungkapkan permasalahan serta

untuk mengetahui solusi dari masalah tersebut dengan

menggunakan metode perhitungan yang tepat dalam

sebuah penelitian (Tatang Ary Gumanti, 2018). Sumber

data yang akan ditelusuri untuk memperoleh data lapangan

terdiri atas 2 sumber yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu informasi yang

dikumpulkan oleh peneliti khusus untuk tugas

penelitian karena belum ada yang menerbitkan atau

Page 23: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

7

mengumpulkan data tersebut (Tatang Ary Gumanti,

2018), sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber data

yang diperoleh langsung dari narasumber yang akan

diteliti dengan cara wawancara mendalam, narasumber

dalam penelitian ini yaitu kepala Yayasan Ihya Ul

Ummah, Majelis atau instansi yang ikut bekerjasama di

Rumah Qur’an, Anggota atau pegawai program

pemberdayaan Rumah Qur’an dan masyarakat yang

mengikuti program Rumah Qur’an.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh

pihak yang tidak terkait dengan penelitian namun

mengumpulkan data ini untuk beberapa tujuan lain

pada waktu yang berbeda di masa lalu (Tatang Ary

Gumanti, 2018).

Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen

yang mendukung penelitian ini seperti buku-buku,

catatan dan transkrip serta dokumentasi lainnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan

beberapa tahap, yaitu:

a. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan wawancara secara langsung

informan atau responden, informasi dilakukan secara

langsung dari narasumber (Tatang Ary Gumanti, 2018).

Page 24: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

8

Wawancara digunakan peneliti untuk mencari

permasalahan yang ingin diteliti dan juga data

mengenai hal-hal dari responden/narasumber yang

lebih mendalam. Mengenai pembuatan wawancara

disini, peneliti menggunakan wawancara terbuka dan

dilakukan dengan cara sistematis dengan menggunakan

unsur pertanyaan 5W+1H.

b. Observasi

Observasi memiliki ciri yang spesifik dalam

mencari data dibandingkan dengan teknik lain, yaitu

wawancara dan kuesioner. Observasi tidak sebatas

memakai komunikasi tetapi juga memperhatikan

objek-objek alam yang lainnya, tidak seperti teknik

wawancara dan kuesioner yang fokus memakai

komunikasi saja. Salah satu observasi yang sesuai

dengan penelitian kali ini adalah observasi partisipatif

(Suryana, 2010, p. 14). Hasil temuan dari observasi

akan peneliti lihat sebagai bahan perbandingan dengan

hasil yang diperoleh dari wawancara tersebut.

4. Teknik Analisa Data

Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan

pendekatan analisis model Miles dan Huberman (Emzir,

2012, pp. 129-133), yang didalamnya membahas tentang:

pertama, reduksi data adalah pengumpulan data,

memfokuskan, serta memilah dan memilih data mana saja

yang dibutuhkan. Kedua, model data yaitu suatu proses

pengumpulan data yang tersusun sesuai kriterianya

Page 25: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

9

masing-masing. Ketiga, penarikan kesimpulan merupakan

langkah akhir pada sebuah kegiatan penelitian, dimana

isinya berisikan tentang ringkasan semua data yang

diperoleh sehingga muncul sebuah manfaat dan saran

untuk kedepannya.

5. Teknik Validasi Keabsahan Data

Teknik validasi keabsahan data adalah berfungsi

sebagai menjaga kebenaran dalam isi data yang telah

didapat, dari sini peneliti menggunakan teknik triangulasi,

menurut Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman

dalam buku Rohidi, teknik tersebut berupaya

membandingkan indeks-indeks yang ada, masing-masing

setiap indeks itu sendiri memiliki metode yang berbeda

pula untuk mendapatkannya, sehingga mengarahkan

kepada kesimpulan yang tepat (Rohidi, 1992).

6. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kota Bambu

Utara II Kecamatan Palmerah Jakarta Barat. Penetapan

lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian didasarkan atas

pertimbangan bahwa kondisi objektif wilayah penelitian

dengan warganya masih kurang mampu membaca Al-

Qur’an dalam segi tajwid. Alasan lain melakukan di tempat

tersebut, peneliti yakin bahwa Yayasan Ihya Ul Ummah

memiliki data dan sumber yang cukup dalam penelitian ini.

Kemudian dari sudut lokasi tempat penelitian dengan

rumah tinggal peneliti berdekatan, sehingga memudahkan

peneliti untuk melakukan penggalian data. Masa waktu

Page 26: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

10

penelitian dilakukan selama 3 bulan dimulai dari

pertengahan Juni 2019 sampai dengan selesai.

G. Tinjauan Kajian Terdahulu

Sebelum peneliti melakukan penelitian, alangkah baiknya

peneliti melakukan survey atau meninjau skripsi terdahulu

yang memiliki hampir sama dengan skripsi yang akan ditulis,

dengan demikian peneliti akan memandang perbedaan dan

persamaan yang akan diteliti. Skripsi yang hampir sama

tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Kuntarto dengan judul

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Seni

Membaca Al-Quran Pada Santri di Pesantren An –

Najah Purwokerto. Hasil dari penelitian ini adalah

pemberdayaan yang dilakukan dengan metode

pengajaran membaca Al-Quran telah memberikan

dampak yang sangat besar kepada lingkungan sekitar

pondok pesantren yaitu santri menjadi lebih cepat

dalam memahami bacaan Quran dan lebih mudah

dalam menghapalkannya (Kuntarto, 2016).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Kayyis Fithri Ajhuri

dan Moch. Saichu dengan judul Pemberdayaan Taman

Pendidikan Al-Quran melalui Penguatan SDM di

Masjid Nurul Fikri Watu Bonang, Badegan, Ponorogo.

Hasil penelitian ini adalah dengan adanya

pemberdayaan taman pendidikan Al-Quran,

masyarakat yang mendapatkan pengajaran menjadi

Page 27: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

11

lebih paham dan mampu menghapal Al-Quran dengan

cara yang mudah (Saichu, 2018).

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bagian yang terdiri dari Pendahuluan,

memuat tentang Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah,

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan

Pustaka, Sistematika Penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Tinjauan teoritis adalah penegasan landasan teori

dari isi penelitian yang meliputi; Manajemen

Pemberdayaan, Meningkatkan Kemampuan

Membaca Al-Qur’an, dan Kerangka berpikir

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Gambaran umum latar penelitian membahas

tentang informasi dari objek penelitian yang

meliputi Profil program Rumah Qur’an dan segala

sesuatu yang berhubungan mengenai keadaan

objektif masyarakat di Yayasan Ihya Ul Ummah

Kota Bambu Utara II Kecamatan Palmerah Jakarta

Barat.

Page 28: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

12

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai data dan temuan

penelitian, yaitu proses manajemen pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan oleh Yayasan Ihya Ul

Ummah dalam program Rumah Qur’an.

BAB V PEMBAHASAN

Pembahasan adalah bentuk pengolahan data yang

menjadi informasi sehingga karakteristik data bisa

dipahami dan bermanfaat untuk solusi

permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam

penelitian ini membahas tentang proses manajemen

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh

Yayasan Ihya Ul Ummah dalam program Rumah

Qur’an yang meningkatkan kemampuan

masyarakat yang masih terbata-bata dalam

membaca Al-Qur’an menjadi lebih baik lagi serta

output setelah mengikuti program Rumah Qur’an

bagi keberdayaan masyarakat setempat dan faktor-

faktor penghambat dan pendukungnya.

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian

yang telah dibuat yaitu meliputi Kesimpulan dan

Saran.

Page 29: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

13

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka yaitu suatu daftar yang berisi semua

sumber bacaan atau rujukan yang digunakan

sebagai bahan acuan dalam penulisan karya ilmiah.

LAMPIRAN

Lampiran berisi semua hal yang diperlukan seperti

dokumen-dokumen penelitian dan penulisan hasil-

hasilnya menjadi suatu karya tulis ilmiah, dan

analisis data menjadi suatu karya tulis ilmiah, dan

analisis data yang tidak dicantumkan dalam naskah.

Setiap lampiran diberi nomor urut.

Page 30: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pemberdayaan dan Pemberdayaan

Masyarakat

Pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang

mengandung arti “kekuatan”, dan merupakan terjemahan dari

istilah dalam bahasa Inggeris “empowerment”, sehingga dapat

dijabarkan bahwa pemberdayaan mengandung arti

memberikan daya atau kekuatan kepada kelompok yang lemah

yang belum mempunyai daya/kekuatan untuk hidup mandiri,

terutama dalam memenuhi kebutuhan pokok/kebutuhan dasar

hidupnya sehari-hari seperti makan, pakaian/sandang,

rumah/papan, pendidikan, kesehatan. Memberikan kekuatan

atau power kepada orang yang kurang mampu atau miskin atau

powerless memang merupakan tanggungjawab

pemerintah,namun seharusnya mendapat dukungan penuh dari

berbagai pihak, terutama masyarakat itu sendiri yang menjadi

kelompok sasaran yaitu dengan ikut berpartisipasi dalam

pelaksanaan setiap program/kegiatan pemberdayaan.

Di Indonesia, istilah pemberdayaan sudah dikenal pada

tahun 1990-an di banyak NGO, baru setelah konferensi Beijing

1995 pemerintah menggunakan istilah yang sama. Dalam

perkembangannya istilah pemberdayaan telah menjadi wacana

publik dan bahkan seringkali dijadikan kata kunci bagi

kemajuan dan keberhasilan pembangunan masyarakat.

Paradigma pemberdayaan adalah paradigma pembangunan

Page 31: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

15

manusia, yaitu pembangunan yang berpusat pada rakyat yang

merupakan proses pembangunan yang mendorong prakarsa

masyarakat berakar dari bawah (Alfitri, 2011).

Pemberdayaan sebagai sebuah proses adalah merupakan

serangkaian kegiatan untuk memperkuat dan mengoptimalkan

keberdayaan (dalam arti kemampuan dan keunggulan

bersaing) kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk

didalamnya individu-individu yang mengalami masalah

kemiskinan. Sebagai sebuah proses, pemberdayaan merujuk

pada kemampuan untuk berpartisipasi, memperoleh

kesempatan dan mengakses sumber daya dan layanan yang

dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas hidup (baik secara

individual, kelompok dan masyarakat dalam arti yang luas).

Melalui pemahaman tersebut, pemberdayaan dapat diartikan

sebagai suatu proses yang terencana untuk meningkatkan

skala/upgrade utilitas dari objek yang diberdayakan

(Poerwoko, 2012).

Robert Chambers seorang ahli yang pemikiran dan

tulisannya banyak dicurahkan untuk kepenti-ngan upaya

pemberdayaan masyarakat berpendapat bahwa, pemberdayaan

masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang

merangkum nila-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan

paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people centered

(berpusat pada manusia), Participatory (partisipatif),

empowering (memberdayakan) and sustainable

(berkelanjutan). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata

memenuhi kebutuhan dasar atau menyediakan mekanisme

Page 32: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

16

untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net),

yang pemikirannya akhir-akhir ini lebih banyak dikembangkan

sebagai upaya untuk mencari alternatif terhadap konsep

pertumbuhan pada masa yang lalu (Alfitri, 2011).

Pada hakekatnya, pemberdayaan masyarakat tidak hanya

ditujukan pada individual, tetapi juga secara berkelompok,

sebagai bagian dari aktualisasi eksistensi manusia. Untuk itu,

manusia/ masyarakat dapat dijadikan sebagai tolok ukur secara

normatif, yang menempatkan konsep pemberdayaan

masyarakat sebagai suatu bagian dari upaya untuk membangun

eksistensi masyarakat secara pribadi, keluarga, dan bahkan

bangsa sebagai aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab.

Untuk itu dalam kegiatan, pemberdayaan masyarakat

dibutuhkan adanya pengenalan terhadap hakekat manusia yang

akan memberikan sumbangan untuk menambah wawasan

dalam menerapkan berbagai konsep atau program

pemberdayaan kepada masyarakat.

Menurut Edi Suharto, pemberdayaan menunjuk pada

kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah

sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam :

1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki

kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas

mengemukakan pendapat, tetapi juga bebas dari kelaparan,

kebodohan dan kesakitan.

2. Menjangkau sumber-sumber produktif yang

memungkinkan masyarakat dapat meningkatkan

Page 33: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

17

pendapatannya dan memperolehbarang-barang dan jasa

yang dibutuhkan dan berkualitas

3. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-

keputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto, 2014).

B. Tujuan Dan Fungsi Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat

kekua-saan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang

memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal

(persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal

(ditindas oleh struktur sosial yang tidak berlaku adil). Untuk

melengkapi pemahaman tentang pemberdayaan perlu diketahui

tentang konsep kelompok lemah dan penyebab

ketidakberdayaan yang mereka alami.

Beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai

kelompok lemah atau tidak berdaya, seperti kelompok :

1. Lemah secara struktural, yaitu lemah secara kelas

(masyarakat yang kelas sosial ekonominya rendah), gender

maupun etnis (kelompok minoritas), yang mendapatkan

perlakuan kurang/ tidak adil dan diskriminasi.

2. Lemah secara khusus, yaitu seperti manula, anak-anak,

remaja, penyandang cacat, gay-lesbian, masyarakat terasing

3. Lemah secara personal, yaitu orang-orang yang mengalami

masalah pribadi atau keluarga (Suharto, 2014).

Menurut Mardikanto dan Poerwoko, tujuan

pemberdayaan meliputi berbagai upaya perbaikan, yaitu

Page 34: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

18

1. Perbaikan pendidikan (better edukation) artinya,

pemberdayaan harus dirancang sebagai suatu bentuk

pendidikan yang lebih baik. Perbaikan pendidikan yang

dilakukan melalui pemberdayaan tidak hanya terbatas pada

perbaikan materi, perbaikan metode, perbaikan

menyangkut waktu dan tempat, serta hubungan fasilitator

dan penerima manfaat, tetapi seharusnya yang tak kalah

pentingnya adalah bagaimana perbaikan pendidikan non

formal dalam proses pemberdayaan mampu menumbuhkan

semangat dan keinginan untuk terus belajar tanpa batas

waktu dan umur.

2. Perbaikan aksesibilitas (better accessibility) artinya,

Seiring tumbuh dan berkembangnya semangat belajar

sepanjang hayat, diharapkan dapat memperbaiki

aksesbilitas, utamanya aksesbilitas terhadap sumber

informasi/inovasi, sumber pembiayaan/keuangan,

penyedia produk, peralatan dan lembaga pemasaran.

3. Perbaikan tindakan (better action) artinya, melalui bekal

perbaikan pendidikan dan aksesibilitas dengan beragam

sumber daya (SDM, SDA dan sumber daya lainnya/buatan)

yang lebih baik, diharapkan akan melahirkan tindakan-

tindakan yang semakin membaik

4. Perbaikan kelembagaan (better institution) artinya,

dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang dilakukan,

diharapkan dapat memperbaiki kelembagaan masyarakat,

terutama pengembangan jejaring kemitraan-usaha,

Page 35: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

19

sehingga dapat menciptakan posisi tawar (bargaining

posisition) yang kuat pada masyarakat

5. Perbaikan usaha (better business) artinya, perbaikan

pendidikan (semangat belajar), perbaikan aksesibilitas,

kegiatan, dan perbaikan kelembagaan, diharapkan akan

dapat memperbaiki usaha/bisnis yang dijalankan.

6. Perbaikan pendapatan (better income) artinya, perbaikan

bisnis yang dijalankan, diharapkan akan dapat

memperbaiki pendapatan yang diperolehnya, termasuk

pendapatan keluarga dan masyarakatnya.

7. Perbaikan lingkungan (better environment) artinya,

perbaikan pendapatan dapat memperbaiki lingkungan

(fisik dan sosial), karena kerusakan lingkungan seringkali

disebabkan karena faktor kemiskinan atau terbatasnya

pendapatan.

8. Perbaikan kehidupan (better living) artinya, tingkat

pendapatan yang memadai dan lingkungan yang sehat,

diharapkan dapat memperbaiki situasi kehidupan setiap

keluarga serta masyarakat.

9. Perbaikan masyarakat (better community) artinya,

situasi kehidupan yang lebih baik, dan didukung dengan

lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik, diharapkan

dapat mewujudkan kehidupan masyarakat yang juga lebih

baik (Poerwoko, 2012).

Page 36: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

20

C. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Muhammad Oos Anwas, dalam kegiatan

pemberdayaan khususnya yang ditujukan kepada masyarkat,

aparat/agen pemberdayaan perlu memegang beberapa prinsip

dalam pemberdayaan masyarakat, yang menjadi acuan dalam

pelaksanaan sehingga kegiatan dapat berjalan dengan benar

dan tepat, sesuai dengan hakikat dan konsep pemberdayaan.

Beberapa prinsip pemberdayaan masyarakat yang dimaksud

meliputi:

1. Pemberdayaan dilaksanakan dengan penuh demokratis,

penuh keikhlasan, tidak ada unsur paksaan, karena setiap

masyarakat mempunyai masalah, kebutuhan, dan potensi

yang berbeda, sehingga mereka mempunyai hak yang sama

untuk diberdayakan;

2. Setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat sebaiknya

berdasarkan pada kebutuhan, masalah, dan potensi yang

dimiliki kelompok sasaran. Hal ini dapat diketahui dengan

jelas jika proses identifikasi dan sosialisasi pada tahap awal

berlangsung dengan melibatkan penuh kelompok sasaran;

3. Sasaran utama pemberdayaan adalah masyarakat, sehingga

harus diposisikan sebagai subjek/pelaku dalam kegiatan

pemberdayaan, dan menjadi dasar utama dalam

menetapkan tujuan, pendekatan, dan bentuk-bentuk

kegiatan pemberdayaan;

4. Menumbuhkan kembali nilai-nilai budaya dan kearifan

lokal, seperti jiwa gotong royong, yang muda menghormati

orang yang lebih tua, dan yang lebih tua menyayangi yang

Page 37: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

21

lebih muda, karena hal ini menjadi modal sosial dalam

pembangunan;

5. Dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,

karena merupakan sebuah proses yang membutuhkan

waktu, dilakukan secara logis dan sederhana menuju ke hal

yang lebih kompleks;

6. Memperhatikan keragaman karakter, budaya dan

kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang sudah mengakar

atau berlangsung lama secara turun temurun;

7. Memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat,

terutama aspek sosial dan ekonomi;

8. Tidak ada unsur diskriminasi, utamanya terhadap

perempuan;

9. Selalu menerapkan proses pengambilan keputusan secara

partisipatif, seperti penetapan waktu, materi, metode

kegiatan dan lain-lain;

10. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam berbagai

bentuk, baik yang bersifat fisik (materi, tenaga, bahan)

maupun non fisik (saran, waktu, dukungan);

11. Aparat/agen pemberdayaan bertindak sebagai Fasilitator

yang harus memiliki kemampuan/kompetensi sesuai

dengan potensi, kebutuhan, masalah yang dihadapi

masyarakat. Mau bekerjasama dengan semua

pihak/institusi maupun lembaga masyarakat /LSM yang

terkait (Anwas, 2014).

Page 38: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

22

D. Perencanaan Partisipatif

Perencanaan partisipatif mulai dikenal secara luas sejak

munculnya metode partisipatif yang biasa disebut

Participatory Rural Appraisal (PRA). Metode ini menekankan

adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam merencanakan

pembangunan (penyelesaian masalah), mulai dari pengenalan

wilayah, pengidentifikasian masalah sampai pada penetapan

skala prioritas. Perencanaan partisipatif mengandung makna

adanya keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan

pembangunan, mulai dari melakukan analisis masalah yang

dihadapi, memikirkan bagaimana cara mengatasinya,

menemukan rasa percaya diri dalam mengatasi masalah,

sampai pada tahap mengambil keputusan tentang alternatif

pemecahan masalah yang mereka hadapi (Hamid, 2018).

Ada 3 (tiga) alasan utama mengapa perencanaan

partisipatif dibutuhkan, yaitu (Hamid, 2018) :

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat untuk

mendapatkan informasi tentang kondisi, kebutuhan

dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadiran

mereka program pembangunan akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih mudah mempercayai kegiatan

atau program pembangunan jika mereka terlibat

secara langsung, mulai dari proses persiapan dan

perencanaan, karena masyarakat akan lebih

mengetahui seluk beluk program, sehinggga akan

lahir rasa memiliki terhadap program/ kegiatan yang

akan dilaksanakan

Page 39: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

23

3. Timbulnya anggapan bahwa, suatu hak demokrasi

jika masyarakat dilibatkan dalam proses

pembangunan mulai dari awal sampai berakhirnya

kegiatan.

1. Tujuan Perencanaan Partisipatif

Tujuan diterapkannya perencanaan partisipatif adalah

untuk menciptakan sebuah wadah sebagai upaya untuk

belajar, lebih dari terjun langsung kedalam proses

pemecahan suatu masalah, hal ini diharapkan agar dapat

meningkatkan:

a. Identifikasi kebutuhan yang dirasakan masyarakat

b. Pemberdayaan kelompok masyarakat lokal yang

kurang beruntung

c. Integrasi sistem pengetahuan lokal ke dalam desain

proyek/program

d. Proses belajar dua arah antara proyek dengan

masyarakat lokal sebagai penerima manfaat

e. Politik komitmen dan dukungan

f. Pertanggungjawaban di pemerintahan lokal

2. Manajemen Perencanaan Partisipatif

Manajemen perencanaan partisipatif merupakan kon-

sekuensi logis dari adanya implementasi pemberdayaan

masyarakat. Masyarakat yang mempunyai peran utama

sebagai pengelola perencanaan, mulai dari tahap

identifikasi masalah dan kebutuhan, identifikasi potensi

lokal, pendayagunaan sumber-sumber lokal, penyusunan

dan pengusulan rencana, hingga evaluasi dari mekanisme

Page 40: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

24

perencanaan yang difasilitasi oleh praktisi program atau

pengurus sebuah program (Hikmat, 2010).

Pengurus program berposisi sebagai pihak fasilisator

dalam rangka peningkatan aksesibilitas terhadap sumber-

sumber lokal. Oleh karena itu, para pengurus program

harus memiliki keterampilan dalam rangka menciptakan

kemampuan-kemampuan internal masyarakat.

Keterampilan diri tersebut meliputi beberapa hal, yaitu:

1) Negosiasi : yaitu keahlian meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam hal penawaran program, proyek, dan

kegiatan yang diusulkan masyarakat kepada sumber-

sumber lokal.

2) Pengambilan keputusan : yaitu keahlian meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam mengambil keputusan

secara demokratis, transparan, dan memperhatikan

akuntabilitas masyarakat itu sendiri.

3) Pelibatan berbagai pihak (stakeholder) di tingkat lokal

: yaitu keahlian meningkatkan kemampuan

mengidentifikasi semua unsur masyarakat yang

seharusnya memiliki peran-peran yang optimal dalam

pembangunan. Stakeholder ini harus diidentifikasi

bersama-sama dengan masyarakat, siapa saja, peran

apa, dan apa kontribusinya terhadap pembangunan

masyarakat sebagai anggota stakeholder primer.

Seandainya ada unsur-unsur yang seharusnya terlibat di

luar komunitas lokal, dapat dikategorikan sebagai

anggota stakeholder sekunder (Hamid, 2018).

Page 41: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

25

3. Perencanaan Partisipatif dalam Program

Pemberdayaan Masyarakat

Proses penyusunan perencanaan program

pemberdayaan masyarakat, betul-betul harus dijalankan

secara terpadu, antara fasilitator beserta seluruh

stakeholder (termasuk masyarakat penerima manfaat),

karena tahapan ini merupakan hal yang sangat penting yang

akan menentukan berhasil tidaknya suatu program

pemberdayaan masyarakat. Pada tahapan ini akan

diketahui masalah-masalah sesungguhnya yang secara

nyata dihadapi oleh masyarakat, faktor-faktor penyebab

terjadinya masalah, dan langkah-langkah apa yang akan

dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah.

Selanjutnya, seluruh hasil kesepakatan hendaknya dibuat

secara tertulis sehingga akan menjadi acuan dalam bekerja,

serta menghindari terjadinya saling menyalahkan ketika

terjadi sesuatu yang tidak dikehendaki. Prinsip dasar dan

paling utama, yang harus selalu diingat dan

diimplementasikan oleh para fasilitator dalam penyusunan

suatu perencanaan program pemberdayaan masyarakat,

adalah harus bersifat partisipatif (bottom up).

Perencanaan program dapat didefinisikan sebagai

suatu prosedur kerja bersama-sama masyarakat dalam

upaya untuk merumuskan masalah (keadaan-keadaan yang

belum memuaskan), dan upaya pemecahan yang mungkin

dapat dilakukan demi tercapainya tujuan dan penerima

manfaat yang ingin dicapai. Berikut dikemukakan

Page 42: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

26

beberapa pokok pikiran manajemen partisipatif, meliputi

(Subianto, 2009):

1) Perencanaan program, merupakan suatu proses yang

berkelanjutan: artinya, perencanaan program

merupakan suatu rangkaian kegiatan pengambilan

keputusan yang tidak pernah berhenti sampai

tercapainya tujuan (kebutuhan, keinginan, minat) yang

dikehendaki.

2) Perencanaan program, dirumuskan oleh banyak pihak

artinya, dirumuskan oleh fasilitator bersama-sama

masyarakat penerima manfaat dengan didukung oleh

para spesialis, praktisi, dan penentu kebijakan yang

berkaitan dengan upaya-upaya pembangunan

masyarakat setempat.

3) Perencanaan program, dirumuskan berdasarkan fakta

(bukan dugaan) dan dengan memanfaatkan sumber

daya yang tersedia yang mungkin dapat digunakan.

4) Perencanaan program, meliputi perumusan tentang

keadaan, masalah, tujuan, dan cara (kegiatan) untuk

mencapai tujuan.

5) Perencanaan program, dinyatakan secara tertulis.

6) Perencanaan program, merupakan pernyataan tertulis

tentang keadaan, masalah, tujuan, cara mencapai

tujuan, dan rencana evaluasi atas hasil pelaksanaan

program yang telah dirumuskan.

Page 43: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

27

E. Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat

Sosialisasi, adalah upaya mengkomunikasikan kegiatan

untuk menciptakan dialog dengan masyarakat. Melalui

sosialisasi akan membantu untuk meningkatkan pemahaman

masyarakat serta pihak-pihak yang terkait mengenai program,

dan kegiatan-kegiatan apa saja yang telah direncanakan. Proses

sosialisasi menjadi sangat penting, karena dengan sosialisasi

akan sangat menentukan minat dan ketertarikan masyarakat

untuk ikut serta atau berpartisipasi pada suatu program

pemberdayaan masyarakat (Subianto, 2009).

Sosialisasi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat

tidak bisa dipandang dengan sebelah mata, karena momen ini

justru merupakan suatu hal yang sangat berharga, dan

menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan/program

pemberdayaan. Melalui kegiatan sosialisasi, para pengurus

yang bertindak sebagai fasilitator dalam kegiatan

pemberdayaan, dapat mengkomunikasikan dan mengetahui

secara jelas, langsung dari masyarakat calon penerima

manfaat, tentang berbagai hal penting yang dibutuhkan,

sekaligus memberikan berbagai informasi kepada masyarakat

tentang program/kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan,

seperti (Hamid, 2018):

1. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat.

2. Kebutuhan utama masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan

lainnya.

3. Materi apa yang akan menjadi pokok pembahasan.

Page 44: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

28

4. Metode yang paling tepat untuk diterapkan dalam

menyampaikan materi agar dapat dimengerti, dipahami,

dan dapat dijalankan oleh masyarakat sebagai pelaku

utama.

5. Waktu yang terbaik untuk melakukan berbagai kegiatan

pemberdayaan (penyuluhan, pelatihan/kursus,

demonstrasi/ praktek dll).

6. Bentuk partisipasi atau dukungan yang diharapkan dari

masyarakat.

7. Bentuk dan partisipasi yang diharapkan dari para

pemangku kepentingan (tokoh-tokoh masyarakat,

pemerintah setempat, mitra usaha dll).

8. Fasilitas/bantuan-bantuan apa saja yang disiapkan oleh

pelaksana/pemerintah.

Kegiatan sosialisasi sebaiknya dilaksanakan lebih dari

satu kali, karena proses ini merupakan tahapan pengenalan,

serta mengingat tingkat penerimaan masyarakat akan hal-hal

yang baru bukanlah sesuatu yang instan, mereka membutuhkan

waktu dan pembuktian yang cukup untuk dapat menerima, dan

memberikan respon yang positif terhadap suatu kegiatan. Hal

ini disebabkan, karena kegiatan pemberdayaan masyarakat

membutuhkan waktu yang cukup panjang (bisa sampai

beberapa tahun). Faktor lain yang menyebabkan sehingga

kegiatan sosialisasi tidak cukup jika hanya dilaksanakan satu

kali saja, adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, dan

pengalaman masyarakat, karena hal ini sangat menentukan

tingkat pemahaman dan penyerapan suatu informasi.

Page 45: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

29

Selain itu, Pemberdayaan masyarakat sangat terkait erat

dengan perubahan pola pikir, perilaku dan pola hidup, sehingga

masyarakat akan membutuhkan waktu untuk berfikir dan

memahaminya. Dalam proses sosialisasi, para penggagas

pemberdayaan hendaknya juga memberikan pemahaman

kepada masyarakat calon penerima manfaat, bahwa tugas dan

tanggung jawab yang mereka emban adalah sebagai fasilitator

atau pendamping, sehingga masyarakat dapat memahami sejak

awal bahwa merekalah yang bertindak sebagai pelaku utama,

dan berperan secara aktif dalam pelaksanaan seluruh tahapan

program/ kegiatan pemberdayaan.

F. Pendekatan Metode Pemberdayaan

Salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan

dalam implementasi program pemberdayaan masyarakat,

adalah ketepatan dalam menetapkan berbagai metode selama

pelaksanaan suatu kegiatan pemberdayaan , seperti dalam

penyampaian materi atau kegiatan penyuluhan. Sehingga bisa

lebih mudah diterima, dimengerti, dan mudah dipahami oleh

kelompok sasaran atau masyarakat. Para pengurus pelaksana di

lapangan sudah mengetahui secara jelas bahwa masyarakat

yang akan diberdayakan rata-rata mempunyai tingkat

pendidikan yang minim, bahkan mungkin ada yang buta huruf,

sehingga metode yang sangat dibutuhkan tentunya melalui

suatu tindakan nyata, atau dengan kata lain kita lebih banyak

melakukan praktek dari pada berteori.

Page 46: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

30

Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat selama

ini, ada beberapa metode yang sering diterapkan pada

pelaksanaan kegiatan/program pemberdayaan masyarakat,

antara lain (Nawawi, 2013) :

1. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA)

Secara harfiah metode ini diartikan sebagai pengkajian

desa secara partisipatif. Dalam pengembangan masyarakat,

PRA bisa diaplikasikan di desa (rural) dan di kota (urban),

maupun sub urban, sehingga akan lebih mewakili jika PRA

diartikan sebagai kajian masyarakat secara partisipatif.

Participatory Rural Appraisal (PRA) ditafsirkan

sebagai “pendekatan dan teknik-teknik pelibatan masyarakat

dalam proses-proses pemikiran yang berlangsung selama

kegiatan perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan

evaluasi program pembangunan masyarakat”. PRA dalam

pelaksanaannya mengandung 11 prinsip, yaitu :

a. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)

Tanpa mengabaikan kelompok manapun di dalam

masyarakat, mengutamakan pemberian kesempatan pada

kelompok yang selama ini kurang diberi kesempatan berperan

pada berbagai proses pembangunan masyarakat. Kelompok ini

adalah kelompok yang termarjinalkan/terpinggirkan,

sedangkan kelompok lain sudah berdaya dengan kekuatannya

sendiri.

b. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat

Page 47: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

31

Masyarakat yang selama ini terpinggirkan, melalui PRA

diberi kemampuan mengkaji keadaan, mengambil keputusan,

mengevaluasi program, serta melakukan koreksi. Upaya ini

dapat terlaksana jika kelompok yang kuat bisa ikhlas

mengangkat kelompok marjinal

c. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, dan orang luar sebagai

fasilitator

PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat kegiatan

pembangunan (people centered development), sedangkan

orang luar sebagai fasilitator. Berikan kesempatan warga

masyarakat/penerima manfaat menjadi “tuan” di wilayahnya

sendiri, dengan kata lain posisi masyarakat sebagai subjek

pembangunan.

d. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan

Pengalaman masyarakat setempat dengan fasilitator

tidak jarang berbeda. Hal ini merupakan suatu hal yang wajar,

untuk memilih metode yang tepat sesuai dengan kondisi

setempat. Kondisi ini akan membawa perubahan “maju” dalam

arti yang sesungguhnya. Berikan kesempatan kepada

masyarakat untuk belajar sambil berpraktek (learning by

doing).

e. Prinsip santai dan informal

Suasana santai dan informal sangat cocok agar

masyarakat dengan fasilitator lebih mudah menyatu, akrab,

luwes/tidak ada suasana asing/kaku. Fasilitator yang akan

datang ke lokasi hendaknya menyesuaikan dengan waktu

Page 48: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

32

lowong masyarakat setempat, bukan sebaliknya dan tanpa

protokoler penyambutan.

f. Prinsip triangulasi

Untuk mendapatkan informasi yang tepat, benar,

relevan dari berbagai informasi yang dapat dihimpun, harus

dilakukan check, recheck and crosscheck. Triangulasi

dilakukan dengan melibatkan berbagai kelompok yang

beragam.

g. Prinsip mengoptimalkan hasil

Dari sekian banyak informasi yang dapat kita

kumpulkan “lupakan” saja yang tidak dibutuhkan karena bisa

bias. Setelah diambil keputusan yang tepat perlu adanya

gerakan motivasi, agar sebanyak mungkin masyarakat

berperan serta.

h. Prinsip orientasi praktis

Gunakan PRA sebagai alat pengembangan masyarakat,

yang kita perlukan justru adalah tindak lanjutnya bersama

masyarakat untuk membangun, setelah mendapat informasi

untuk memahami masalah yang ada dalam masyarakat. Jangan

sampaikan teori-teori yang sulit dipahami dan tidak mampu

dilaksanakan oleh masyarakat.

i. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu

Setelah tiga atau enam bulan hasil kegiatan perlu

dievaluasi. Mungkin diperlukan adanya perbaikan-perbaikan

atau koreksi, dan bisa juga penyempurnaan dilakukan karena

adanya tuntutan perubahan masyarakat (rising demand).

Page 49: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

33

Evaluasi sangat diperlukan guna mendapatkan umpan balik,

untuk bahan perencanaan pada tahap selanjutnya.

j. Prinsip belajar dari kesalahan

Kesalahan-kesalahan dan kekurangan adalah sesuatu

yang wajar, akan tetapi setelah satu periode dievaluasi

didapatkan “feedback” guna penyempurnaan kegiatan

berikutnya. Oleh karena itu, jangan tunjukkan rasa kecewa dan

kekesalan pada awal proses ketika masyarakat ikut serta dan

melakukan suatu kesalahan

k. Prinsip keterbukaan

PRA terbuka untuk penyempurnaan-penyempurnaan.

Hal ini sangat diperlukan untuk perbaikan konsep, dan teknik

yang sangat berguna.

Dalam metode PRA dikenal lima dasar program yaitu:

1) Penjajagan/pengenalan kebutuhan

2) Perencanaan kebutuhan

3) Pelaksanaan/pengorganisasian kegiatan

4) Pemantauan kegiatan

5) Evaluasi kegiatan.

2. Metode Partisipasi Assesment dan Rencana

Rencana ini sebenarnya sejalan dengan/mirip-mirip

dengan metode PRA. Metode ini diadopsi dari dua sumber,

yaitu Field Book WSLIC-2 Project World Bank dan

Participatory Analysis Techniques DFID- World Bank.

Metode Partisipatori Assesment (MPA) terdiri atas empat

langkah : menemukan masalah, menemukenali potensi,

Page 50: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

34

menganalisis masalah dan potensi, serta memilih solusi

pemecahan masalah.

G. Monitoring dan Evaluasi Dalam Program Pemberdayaan

Masyarakat

1. Konsepsi Dasar

Dalam proses pengembangan dan pemberdayaan

masyarakat, tahapan monitoring (pemantauan) dan evaluasi

merupakan hal yang sangat penting. Melalui kegiatan

monitoring, akan dapat diketahui efektivitas dan efisiensi

(merupakan tujuan utama dari manajemen) program atau

kegiatan yang dilaksanakan.

Pemantauan secara terus menerus pada proses

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan dengan

cara mengikuti langsung kegiatan atau membaca hasil laporan

dari pelaksanaan kegiatan. Monitoring adalah proses

pengumpulan informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi

selama proses implementasi atau penerapan program (Suharto,

2014).

Pemantauan (monitoring) menyediakan pengetahuan

yang relevan dengan kebijakan tentang akibat dari kebijakan

yang diambil sebelumnya. Pemantauan membantu menilai

beberapa hal (Dunn, 2003), yaitu :

a. Tingkat kepatuhan

b. Menemukan akibat-akibat yang tidak diinginkan dari

kebijakan dan program

c. Mengidentifikasi hambatan dan rintangan

implementasi,

Page 51: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

35

d. Menemukan letak pihak-pihak yang bertanggung

jawab pada setiap tahap kebijakan

Sedangkan pengendalian (controlling) merupakan

proses monitoring terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan

sumber daya organisasi, untuk memastikan bahwa aktivitas

yang dilakukan tersebut akan dapat mencapai tujuan yang

telah ditetapkan dan tindakan koreksi dapat dilakukan untuk

memperbaiki penyimpangan yang terjadi.

Pengendalian manajemen adalah suatu usaha yang

sistematik (Siswanto, 2012) untuk:

a. Menetapkan standar kinerja dengan sasaran

perencanaan,

b. Mendesain sistem umpan balik informasi,

c. Membandingkan kinerja aktual dengan standar yang

telah ditetapkan

d. Menentukan apakah terdapat penyimpangan dan

mengukur signifikasi penyimpangan tersebut

e. Mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk

menjamin bahwa semua sumber daya yang sedang

digunakan sedapat mungkin secara efisien dan efektif

untuk mencapai sasaran dan tujuan.

Sedangkan evaluasi adalah mengukur berhasil tidaknya

program yang dilaksananakan, apa sebabnya berhasil dan apa

sebabnya mengalami kegagalan, serta bagaimana tindak

lanjutnya. Kegiatan evaluasi senantiasa didasarkan pada hasil

dari monitoring. Evaluasi adalah pengidentifikasian

Page 52: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

36

keberhasilan dan/atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau

program. Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu:

a. On-going evaluation atau evaluasi terus menerus

b. Ex-post evaluation atau evaluasi akhir

Tipe evaluasi yang pertama dilaksanakan pada interval

periode waktu tertentu, misalnya per tri-wulan atau per-

semester, selama proses implementasi (biasanya pada akhir

phase atau tahap suatu rencana).

Tipe evaluasi yang kedua dilakukan setelah

implementasi suatu program atau rencana. Berbeda dengan

monitoring, evaluasi biasanya lebih difokuskan pada

pengidentifikasian kualitas program. Evaluasi berusaha

mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada

pelaksanaan atau penerapan program.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka

beberapa pokok pengertian tentang evaluasi, mencakup:

a. Evaluasi adalah kegiatan pengamatan dan analisis

terhadap sesuatu keadaan, peristiwa, gejala alam, atau

suatu obyek.

b. Membandingkan segala sesuatu yang kita amati dengan

pengalaman atau pengetahuan yang telah kita ketahui

dan atau miliki.

c. Melakukan penilaian, atas segala sesuatu yang diamati,

berdasarkan hasil perbandingan atau pengukuran yang

dilakukan.

Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa

evaluasi harus obyektif, dalam arti harus:

Page 53: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

37

a. Dilakukan berdasarkan data atau fakta, bukan

berdasarkan pra-duga atau intuisi seseorang (yang

melakukan evaluasi)

b. Menggunakan pedoman-pedoman tertentu yang telah

ditetapkan terlebih dahulu

2. Tujuan Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring atau pemantauan, pengendalian

dan evaluasi dalam pelaksanaan program atau kegiatan

pemberdayaan masyarakat, mempunyai kedudukan yang

sangat penting, sebagai upaya untuk mengukur keberhasilan

atau kegagalan kegiatan, sekaligus merumuskan dan

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik yang

bersifat fisik maupun non fisik, dengan mengaitkannya antara

perencanaan dengan pelaksanaan, sesuai dengan prinsi-prinsip

dalam manajemen. Untuk itu semua pihak yang terkait dengan

pelaksanaan kegiatan perlu memahami betul tentang tujuan

dilaksanakannya monitoring dan evaluasi.

Adapun tujuan dilaksanakannya monitoring (Suharto,

2014) adalah untuk:

a. Mengetahui penggunaan sumber – sumber yang

direncanakan,

b. Bagaimana implemntasi dari kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan.

c. Apakah rentang waktu implementasi terpenuhi secara

tepat atau tidak.

d. Apakah setiap dalam perencanaan dan implementasi

berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Page 54: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

38

Sedangkan tujuan dilaksanakannya evaluasi adalah untuk:

a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan

b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada

kelompok sasaran

c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi

lain yang mungkin terjadi di luar rencana (externalities).

3. Prinsip Monitoring dan Evaluasi

Hal yang paling mendasar dalam melakukan monitoring

dan evaluasi adalah untuk mengetahui terlebih dahulu kegiatan

dan obyek apa saja yang dapat dijadikan bahan atau sasaran.

Ada lima objek atau sasaran yang dapat dijadikan bahan

monitoring dan evaluasi (Suharto, 2014):

a. Program: Program adalah seperangkat aktivitas atau

kegiatan yang ditujukan untuk mencapai suatu

perubahan tertentu terhadap kelompok sasaran tertentu.

b. Kebijakan: kebijakan adalah ketetapan yang memuat

prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak

yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam

mencapai tujuan tertentu.

c. Organisasi: organisasi adalah sekumpulan dua orang

atau lebih yang bersepakat untuk melakukan kegiatan

tertentu demi mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan perusahaan, kementerian pemerintahan atau

lembaga swadaya masyarakat adalah beberapa contoh

organisasi.

Page 55: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

39

d. Produk atau Hasil: Produk adalah keluaran atau output

yang dihasilkan dari suatu proses kegiatan tertentu.

Misalnya, buku atau pedoman pelatihan.

e. Individu: individu yang dimaksud dalam hal ini adalah

orang atau manusia yang ada dalam suatu organisasi

atau masyarakat. Umumnya monitoring dan evaluasi

terhadap individu difokuskan kepada kemampuan atau

performa yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan

dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam

organisasi atau masyarakat.

H. Kendala dalam Pemberdayaan

Beberapa kendala dalam pemberdayaan menurut

(Priyatna, 2012) adalah :

1. Fear, merupakan suatu ketakutan seseorang jika dihukum,

tidak mendapatkan dukungan atau perlindungan yang

dijanjikan, takut mengalami kegagalan dan takut

kehilangan pekerjaan.

2. Role Clarity, merupakan ketakutan yang dirasakan dengan

adanya perubahan akibat pemberdayaan itu sendiri

dikarenakan kurang memiliki pemahaman untuk mengenal

sistem yang baru.

3. Resistnace to change, merupakan ketakutan dengan adanya

pemberdayaan yang dilakukan akan mengarah pada

perubahan yang tidak diinginkan.

I. Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Meningkatkan

Page 56: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

40

Peningkatan asal kata dari tingkat yaitu lapis atau

lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan.

Tingkat dapat juga berarti pangkat, taraf dan kelas. Sedangkan

untuk peningkatan berarti kemajuan menjadi lebih baik dari

sebelumnya, secara umum peningkatan merupakan upaya

untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun

kuantitas. Peningkatan juga diartikan penambahan

keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain

itu pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan

sebagainya.

Kata peningkatan biasanya digunakan untuk arti yang

positif. Contoh peningkatan hasil belajar, peningkatan

keterampilan menulis, peningkatan motivasi belajar.

peningkatan tersebut memiliki arti yaitu usaha untuk membuat

sesuatu menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Suatu upaya

untuk tercapainya peningkatan biasanya diperlukan

perencanaan dan eksekusi yang baik. Perencanaan dan

eksekusi ini harus saling berhubungan dan tidak menyimpang

dari tujuan yang telah ditentukan.

Kata peningkatan juga dapat menggambarkan

perubahan dari suatu keadaan atau sifat yang negatif berubah

menjadi positif. Sedangkan yang dihasilkan dari sebuah

peningkatan yaitu dapat berupa kuantitas dan kualitas.

Kuantitas adalah jumlah hasil dari sebuah proses. Sedangkan

kualitas menggambarkan nilai dari suatu objek karena

terjadinya proses yang memiliki tujuan yang berupa

peningkatan. Hasil dari suatu peningkatan dapat ditandai

Page 57: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

41

dengan tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu. Dimana

saat suatu usaha atau proses telah sampai pada titik tersebut

maka akan timbul perasaan puas dan bangga atas pencapaian

yang telah diharapkan.

Menurut (Kurniawan, 2001) dalam kamus bahasanya

istilah peningkatan berasal dari kata tingkat yang berarti

berlapis-lapis dari sesuatu yang tersusun sedemikian rupa,

sehingga membentuk susunan yang ideal. Sedangkan

peningkatan adalah kemajuan dari seseorang dari tidak tahu

menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Peningkatan adalah

proses, cara, perbuatan untuk menaikkan sesuatu untuk usaha

kegiatan dalam memajukan ke arah yang lebih baik lagi

daripada sebelumnya (FIP-UPI, 2007).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

peningkatan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik

atau pekerja sosial untuk membantu masyarakat dalam

meningkatkan proses pembelajaran sehingga dapat lebih

mudah mempelajarinya. Pembelajaran dikatakan meningkat

apabila terdapat perubahan dalam proses pembelajaran.

2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengingat,

artinya dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada

masyarakat berarti ada suatu indikasi bahwa masyarakat

tersebut mampu untuk menyimpan dan menampilkan kembali

dari sesuatu yang diamatinya (Ahmadi, 1998).

Kemampuan memiliki unsur yaitu skill (keterampilan).

keterampilan adalah salah satu unsur dari kemampuan yang

Page 58: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

42

dapat dipelajari pada unsur penerapannya. Suatu keterampilan

merupakan keahlian yang bermanfaat untuk jangka panjang

(Nurdin, 2004).

Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh

dengan cara mempelajarinya di sekolah sebagai pendidikan

formal walaupun faktor-faktor pendukung khususnya

kemampuan membaca Al-Qur’an berawal dari Pendidikan non

formal maupun informal. Keterampilan membaca ini

merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan

penting bagi perkembangan pengetahuan, dan sebagai alat

komunikasi bagi kehidupan manusia. Seseorang akan

memperoleh informasi, ilmu pengetahuan serta pengalaman-

pengalaman baru dengan cara membaca. Orang yang mampu

mempertinggi daya pikirannya, mempertajam pandangannya,

dan memperluas wawasannya biasanya diperoleh melalui

bacaan yang mereka baca. Dalam hal ini penulis berpendapat

sumber bacaan terdahsyat adalah Al-Qur’an.

Pendapat Hodgson dalam Henry Guntur Tarigan

(Tarigan, 1984), membaca adalah sebuah proses untuk

memperoleh pesan yang ingin disampaikan oleh penulis

melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Proses membaca ini

menuntut supaya kelompok dari kata-kata yang merupakan

bagian dari suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan

sekilas ketika membaca dan supaya makna dari kata-kata

secara individual akan dapat diketahui. Jika proses tersebut

tidak terpenuhi, maka isi pesan yang tersurat dan tersirat tidak

Page 59: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

43

akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak

berjalan dengan baik.

Berdasarkan firman Allah Swt, membaca Al-Qur’an

merupakan kewajiban, karena Allah SWT yang

memerintahkan. Wahyu yang pertama turun adalah perintah

membaca. Allah SWT berfirman:

خلق الذي رب ك باسم اقرأ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang

menciptakan,” (QS. Al-Alaq: 1) (Departemen Agama RI,

2015).

Wahyu pertama yang disampaikan Allah Swt. kepada

Nabi Muhammad Saw.melalui perantara malaikat Jibril adalah

perintah membaca karena dengan membaca, Allah Swt.

mengajarkan tentang ilmu pengetahuan. Negara-negara maju

berawal dari semangat membaca. Membaca di sini menurut

penulis adalah membaca ayat-ayat kauniah (Al-Qur’an) dan

membaca ayat-ayat kauniyah (alam semesta).

Di ayat lain Allah Swt. berfirman:

لة وأقم الكتاب من إليك أ وحي ما اتل لة إن الص تنهى الص

نكر الفحشاء عن ولذكر والم تصنع ون ما يعلم والل أكبر الل

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu

Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya

shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan

mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah

Page 60: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

44

lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan

Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut:

45) (Departemen Agama RI, 2015).

Berdasarkan ayat tersebut maka dapat dipahami bahwa

membaca Al-Qur’an merupakan kewajiban dan erat

hubungannya dengan shalat karena apabila dalam shalat tidak

dibacakan ayat suci Al-Qur’an (surat Al-Fatihah) maka

shalatnya tidak sah.

Dengan demikian maka kegiatan membaca merupakan

kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju

dan meningkatkan potensi diri. Oleh sebab itu, peran pekerja

sosial mengajarkan membaca di pendidikan non formal sangat

penting. Membaca sebagai suatu keterampilan, memandang

hakikat membaca itu sebagai suatu proses atau kegiatan yang

menerapkan seperangkat keterampilan dalam mengolah hal-

hal yang dibaca untuk menangkap makna. Membaca

merupakan proses merekonstruksi informasi yang terdapat

dalam bacaan atau sebagai suatu upaya untuk mengolah

informasi dengan menggunakan pengalaman atau kemampuan

pembaca dan kompetensi bahasa yang dimilikinya secara

kritis.

Dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu

aktivitas untuk menangkap intonasi bacaan baik yang tersurat

maupun tersirat dalam bentuk pemahaman bacaan secara

literal, inferensial, evaluatif, kreatif dan apresiasi dengan

memanfaatkan pengalaman belajar membaca. Membaca

adalah proses yang rumit karena melibatkan banyak hal supaya

Page 61: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

45

dapat dipahami dengan baik seperti aktivitas visual, berpikir,

psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual

membaca juga merupakan proses dari menerjemahkan simbol

tulisan (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Dalam aktivitas

membaca juga merupakan sebagai proses berpikir yang

mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi,

membaca kritis, dan pemahaman kreatif.

Tidak hanya membaca secara umum, aktivitas membaca

Al-Qur’an pun juga memerlukan proses dalam memahami

dasarnya terlebih dahulu sebelum membaca, salah satunya

dengan mengetahui pengertian Al-Qur’an itu sendiri yang

berasal dari kata Qara’a yang berarti bacaan. Pengertian ini

diambil dari sebuah ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

وق رآنه جمعه علينا إن *

ق رآنه فاتبع قرأنه فإذا *

“(17) Sesungguhnya Kami yang akan

mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya, (18)

Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah

bacaannya itu.” (QS. Qiyamah: 17-18) (Departemen Agama

RI, 2015).

Sedangkan pengertian Al-Qur’an menurut istilah di

antaranya adalah wahyu Allah Swt. yang dibukukan, yang

diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. sebagai suatu

mukjizat, membacanya dianggap ibadah dan sebagai sumber

utama agama Islam (Zakiah Daradjat, dkk, 2014). Al-Qur’an

Page 62: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

46

adalah buku undang-undang yang memuat hukum-hukum

Islam. Dia (Al-Qur’an) merupakan sumber yang melimpahkan

kebaikan dan hikmah, pada hati yang beriman. Dia merupakan

sarana paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah

Swt.dengan membacanya.

Menurut Imam Jalaluddin Asy-Syuyuthi dalam

(Charisma, 1991), Al-Qur’an adalah kalam Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.untuk melemahkan

orang-orang yang menentangnya sekalipun dengan surat yang

pendek, membacanya termasuk ibadah.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dipahami

bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kesanggupan

yang dimiliki masyarakat dalam membaca dengan baik dan

benar berdasarkan tajwid untuk memperoleh pesan dari Al-

Qur’an.

3. Indikator Membaca Al – Qur’an

Kemampuan membaca Al-Quran merupakan sebuah

keterampilan yang dalam menguasainya harus memenuhi

indikator – indikator yang diantaranya adalah :

a. Kefasihan dan Adab dalam membaca AL-Quran, yaitu

dalam membaca Quran harus jelas dalam pelafalan atau

pengucapan lisan ketika membaca Al-quran.

b. Ketepatan pada Tajwidnya, yaitu ketepatan dalam

membunyikan huruf – huruf baik yang berdiri sendiri

maupun huruf yang dirangkaikan (Ishak, 2017).

Page 63: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

47

Menurut (Farida, 2019), indikator – indikator

kemampuan membaca Al – Qur’an dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Kelancaran membaca Al - Qur’an

Lancar ialah kencang (tidak terputus – putus, tidak

tersangkut, cepat dan fasih). Yang dimaksud penulis

dengan lancar adalah membaca Al – Qur’an dengan

fasih dan tidak terputus – putus.

b. Ketepatan membaca Al -Qur’an sesuai dengan kaidah

tajwid

Ilmu tajwid adalah mengucapkan setiap huruf (Al-

Qur’an) sesuai dengan makhrajnya menurut sifat – sifat

huruf yang seharusnya diucap. Ilmu tajwid berguna

untuk memelihara bacaan Al – Qur’an dari kesalahan

perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan

membacanya.

c. Kesesuaian membaca dengan makhrajnya

Secara garis besar makharijul huruf terbagi menjadi

5, yaitu :

1) Jawf artinya rongga mulut

2) Halq artinya tenggorokan

3) Syafatain artinya dua bibir

4) Khaisyum artinya dalam hidung

Sebelum membaca Al – Qur’an, sebaiknya seseorang

terlebih dahulu mengetahui makhraj dan sifat – sifat huruf.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu tajwid. Makharijul

huruf adalah membaca huruf – huruf sesuai dengan tempat

Page 64: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

48

keluarnya huruf seperti tenggorokan, di tengah lidah, antara

dua bibir dan lain – lain.

J. Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pikir diatas di atas, adanya keresahan

masyarakat Kota Bambu Utara II akibat rendahnya literasi dan

pemahaman akan kandungan Al-Quran sehingga kehidupan

masyarakat Kota Bambu Utara II jauh dari nilai – nilai Al-Quran,

maka dengan adanya program kelas membaca Al-Quran diharapkan

Masalah Solusi Hasil yang

diharapkan

Page 65: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

49

masyarakat mengenal, mengerti, dan memahami Al-Quran dengan

metode yang mudah dipahami dan dimengerti.

Page 66: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

50

BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Profil Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah

Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah (RQIU) berdiri berawal

dari upaya memberantas buta huruf Alquran. RQIU menilai

tingginya buta huruf Alquran di berbagai jenjang usia

dikarenakan sedikitnya lembaga yang secara khusus

memberikan pendidikan baca dan menghafal Alquran.

Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah (RQIU) merupakan salah

satu program unggulan Yayasan Ihya Ul Ummah yang secara

khusus dirancang untuk mendekatkan dan membumikan Al-

Qur’an di tengah-tengah masyarakat.

Tingginya angka buta huruf al Qur’an pada lapisan

masyarakat bawah di berbagai jenjang usia, ditambah dengan

sedikitnya lembaga yang secara khusus memberikan

pengajaran al Qur’an di masyarakat, pada akhirnya membuat

Yayasan Ihya Ul Ummah memutuskan untuk menjadikan

Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah sebagai program yang khusus

fokus pada pemberantasan buta huruf al Qur’an.

Seluruh program pengajaran dan kegiatan di Rumah

Qur’an Ihya Ul Ummah diberikan secara gratis, dan

dilaksanakan oleh tenaga pengajaran yang berpengalaman dan

bersertifikat. Awal tahun pelajaran 2015-2016, Rumah Qur’an

Ihya Ul Ummah mendidik sejumlah 1064 orang santri yang

tersebar dalam tiga program pengajaran; pemberantasan buta

Page 67: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

51

huruf al Qur’an, perbaikan bacaan al Qur’an dan penghafalan

al Qur’an.

Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah (RQIU) memiliki 4

program yaitu berantas buta huruf, tahsin tilawah, tahfizh al

Qur’an dan ADIBA. Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah (RQIU)

pada tahun 2011 memiliki santri sejumlah 220 orang.

Kemudian berkembang tahun 2012 menjadi 355 orang

selanjutnya tahun 2013 bertambah lagi menjadi 510. Pada

tahun 2014 bertambah dengan adanya santri yatim dan jumlah

santri total 866. Tahun 2015 bertambah menjadi 1.170 orang.

Gambar 2.2 Rekam Jejak Rumah Qur’an

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Kelurahan Kota Bambu

Kecamatan Palmerah dengan luas wilayah sebesar 750,59

Ha, terbagi menjadi 6 kelurahan, 61 RW (Rukun Warga) dan

711 RT (Rukun Tetangga), memiliki jumlah penduduk

sebanyak 214.836 jiwa yang terdiri dari 109.536 penduduk

laki-laki dan 105.240 penduduk perempuan dengan tingkat

kepadatan penduduk sebesar 286 jiwa/Ha Berdasarkan letak

Page 68: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

52

geografisnya Kecamatan Palmerah terletak antara 106,430

Bujur Timur dan 60,1230 Lintang Selatan serta berada 4 s.d 7

Km di atas permukaan laut.

Batas-batas wilayah Kecamatan Palmerah:

a. Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Grogol

Petamburan.

b. Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Gambir

Jakarta Pusat.

c. Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Tanah

Abang- Jakarta Pusat dan Kecamatan Kebayoran

Lama-Jakarta Selatan.

d. Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kecamatan

Kebayoran Lama-Jakarta Selatan

Tabel 1.1 Wilayah Kecamatan Palmerah Kelurahan Kota

Bambu Utara

Luas

(Km2)

Wide Area

(Km2)

Jumlah

Total

No. Kelurahan Kepala

Keluarga

Families Head

RT RW

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Palmerah 2,11 176 17 22 047

2 Slipi 0,97 80 7 6 206

3 Kemanggisan 2,33 114 9 12 090

4 Kota Bambu Utara 0,63 108 9 9 138

5 Kota Bambu Selatan 0,61 83 9 7 838

6 Jati Pulo 0,87 150 10 11 150

Jumlah 7,52 711 61 68 469

Page 69: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

53

2014 7,52 711 61 65 547

2013 7,51 711 61 66 747

2012 7,51 711 61 66 747

Sumber: BPS Kota Administrasi Jakarta Barat Palmerah Dalam Angka 2016

Penduduk wilayah Kecamatan Palmerah merupakan

potensi Sumber Daya Manusia yang dimiliki wilayah ini.

Tetapi pertumbuhan jumlah penduduk yang tak terkendali akan

terjadi suatu masalah yang dapat menghambat pembangunan.

Oleh karena itu diperlukan upaya pengendalian jumlah

penduduk dan jumlah pengangguran yang semakin lama

semakin meningkat (Barat, 2016).

PETA WILAYAH KECAMATAN PALMERAH

Gambar 2.3 Peta Wilayah Kecamatan Palmerah

Page 70: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

54

Peta ini adalah ruang lingkup geografi kecamatan palmerah

Jakarta Barat cukup luas dan diperlukan pula pemberdayaan terkait

Al-Qur’an dan ekonomi ditambah wilayah tersebut wilayah

perkotaan yang padat dan terkenal dengan masalah perihal tersebut

maka kepedulian dari yayasan tersebut untuk membawa kembali

masyarakat ke jalan yang lurus, yakni jalan Allah dan supaya patuh

terhadap titah islam dan islam tetap bertumbuh serta berkembang

agar mempengaruhi kualitas keimanan dan kehidupan masyarakat.

C. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi Yayasan Ihya Ul Ummah

adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Yayasan Ihya Ul Ummah

D. Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab Organ Yayasan, dan

Kegiatan Yayasan.

1. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Organ Yayasan

Kewenangan Pembina meliputi:

Chief Of Director

Direktur Anahl

Direktur Anaml

Deputi Chief Of Director

Manjaer Operasional

Direksi Pendidikan Al-Qur'an

Direktur

Manajer RQIU

Manajer PTQ Adiba

Majelis Pengembangan Kurikulum dan

Pengajar

Direkturat

Muslimah

Direktur

Deputi / Manajer

Muslimah Institute

Ketua Majelis Taklim

Direktorat Wakah Infaq dan Sedekah

(WAQFAH)

Direktur

Deputi

Direktorat Rumah Asuh

Bekasi

Direktur

Direktorat Pengasuh Yatim

Direktur

Manajer Pembinaan

Karakter Remaja (GEN

IHYA)

Badan Pelaksana

ECIEC Tartila

Direktur

Deputi

Page 71: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

55

a. Membuat keputusan mengenai perubahan anggaran

dasar;

b. Mengangkat dan memberhentikan anggota pengurus

serta anggota pengawas.

c. Menetapkan kebijakan umum yayasan berdasarkan

Anggaran Dasar yayasan;

d. Mengesahkan program kerja dan rancangan anggaran

tahunan yayasan;

e. Membuat keputusan mengenai pembubaran dan

penggabungan yayasan.

2. Tugas dan Wewenang Pengurus

a. Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan

Yayasan untuk kepentingan Yayasan.

b. Pengurus wajib menyusun Program Kerja dan

Rancangan Anggaran Tahunan Yayasan untuk

diserahkan Pembina.

c. Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala

hal yang ditanyakan oleh Pengawas.

d. Setiap anggota Pengurus wajib dengan itikad baik dan

penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya dengan

mengindahkan peraturan perundang – undangan yang

berlaku

e. Pengurus berhak mewakili Yayasan di dalam dan di

luar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala

kejadian, dengan pembatasan terhadap hal – hal sebagai

berikut:

Page 72: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

56

1) Meminjam atau meminjamkan uang atas nama

Yayasan (tidak termasuk mengambil uang Yayasan

di Bank).

2) Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan

penyertaan dalam usaha baru untuk melakukan

penyertaan dalam berbagai bentuk usaha, baik di

dalam maupun di luar negeri.

3) Memberi atau menerima pengalihan atas harta

tetap.

4) Membeli atau dengan cara lain mendapatkan

memperoleh harta tetap atas namaYayasan.

5) Menjual atau dengan cara lain melepaskan

kekayaan Yayasan serta menggunakan/membebani

kekayaan Yayasan.

6) Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang

terafiliansi dengan Yayasan, Pembina, Pengurus,

dan atau Pengawas Yayasan atau seorang yang

bekerja pada Yayasan, yang perjanjian tersebut

bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan

Yayasan.

7) Perbuatan mengurus sebagaimana diatur dalam

ayat (5) huruf a, b, c, d, e, dan f harus mendapat

persetujuan dari Pembina

3. Kewenangan Pengawas

Sesuai dengan Pasal 43, kewenangan Pengawas adalah:

a. Yang berhak melakukan pemeriksaan keuangan,

dokumen-dokumen dan pembukuan Yayasan adalah

Page 73: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

57

pengawas. Oleh karena itu sudah selayaknya dipilih

orang yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam

bidang keuangan dan akuntansi sehingga dapat

mengawasi pelaksanaan tata kelola yayasan yang baik.

b. Pengawas berhak Mengetahui segala tindakan yang

telah dijalankan oleh Pengurus.

c. Pengawas dapat memberhentikan sementara anggota

Pengurus dengan menyebutkan alasannya.

d. Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung

sejak tanggal pemberhentian sementara, wajib

dilaporkan secara tertulis kepada Pembina.

4. Tanggung Jawab Organ Yayasan

Tanggung jawab bagi pengurus Yayasan atas

kepengurusannya hanya untuk kepentingan dan tujuan

Yayasan. Tugas wewenang dan tanggung jawab Pengurus

adalah mengurusi Yayasan untuk kepentingan Yayasan

sesuai dengan maksud dan tujuannya dalam pengurusan

sehari-hari. Sebelum adanya Undang – Undang Yayasan,

Pengurus menjalankan kepengurusan Yayasan sesuai

dengan kebijakan yang dianggap tepat dan didasarkan pada

peluang yang tersedia dan sudah menjadi kebiasaan dalam

dunia Yayasan. Sebenarnya kebijakan itu harus didominasi

oleh kebijakan dari Pendiri, Pembina atau Pengawas pada

waktu itu yang terkadang cenderung menimbulkan konflik

internal Yayasan.

Page 74: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

58

Yayasan yang tidak masuk kriteria Pasal 71 ayat (2)

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

adalah sebuah tempat yang tetap mempertahankan

keadaannya untuk tidak berstatus badan hukum yang

mengarahkan kita pada keyakinan bahwa pihak yang

berada dalam posisi pengurus dalam struktur organ

yayasan tersebut adalah pihak yang akan dituntut

pertanggung jawabannya apabila suatu perbuatan hukum

yang dilakukan atas nama yayasan dapat menimbulkan

kerugian mengenai data-data kepada pihak ketiga, karena

kepengurusan yayasan adalah bagian dari sebuah tanggung

jawabnya, sebagaimana dalam Undang – Undang yang

menyatakan bahwa kepengurusan Yayasan merupakan

bagian dari kewajibannya. Pasal 13A Undang – Undang

Yayasan menyebutkan juga demikian, dikatakan bahwa,

“perbuatan hukum yang dilakukan oleh Pengurus atas

nama Yayasan sebelum Yayasan memperoleh status badan

hukum menjadi tanggung jawab Pengurus secara

beruntun”.

5. Kegiatan Pendidikan di Yayasan.

Program Bidang Sosial dan Kemanusiaan.

a. Penyelenggaraan Bakti Sosial

Tujuannya membantu meringankan beban masyarakat

tidak mampu. Bentuknya seperti pembagian sembako

gratis, penyaluran baju layak pakai. Dilaksanakan di

sekitar daerah Yayasan.

b. Pembuatan kencleng

Page 75: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

59

Tujuannya, menghimpun dana masyarakat umum.

Dilaksanakan di sekitar daerah Yayasan.

c. Manajemen keuangan para guru Qur’an

Tujuannya, memfasilitasi anggota guru untuk lebih bisa

mengatur keuangan keluarganya, sehingga dapat

termanajemen pemasukan dan pengeluaran menjadi

lebih baik

d. Penyelenggaraan perpustakaan

Tujuannya adalah untuk memfasilitasi setiap anggota

perpustakaan dengan menyediakan bahan bacaan untuk

meningkatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman

keilmuan. Tempat di sekretariat Yayasan.

e. Kegiatan olah fisik rutin

Tujuannya, meningkatkan kualitas fisik dan rohani.

Seperti olahraga bela diri, futsal, tenis meja, dan lain-

lain.

6. Program Kerja Bidang Keagamaan

a. Training dakwah

Bertujuan untuk memberikan pemahanan dan pelatihan

kepada pengurus yaitu cara menyampaikan dakwah dan

Tabligh kepada masyarakat umum.

b. Training Ziz dan Waf

Bertujuan untuk meningkatkan ilmu tentang ZisWaf.

Dalam bentuk mengundang pemateri dan pembedah buku.

c. Training tata cara mengurus jenazah

Bertujuan untuk menambah ilmu bagi pengurus

ataupun santri tentang praktek dan teori pengurusan

Page 76: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

60

jenazah. Dengan cara mengundang pemateri dan

melakukan praktek.

d. Majelis Taklim

Bertujuan untuk menjalin silaturahmi, meningkatkan

pengetahuan mengenai Islam. Dalam bentuk mengadakan

majelis Tak’lim dengan mengundang pemateri.

e. Menyelenggarakan kepanitiaan Qurban

Bertujuan untuk mengelola Qurban di masyarakat

sekitar Yayasan, pengadaan hewan Qurban, membagikan

hasil kurban kepada masyarakat. Dengan cara mengelola

tabungan Qurban, jasa penyembelihan hewan Qurban dan

mengurus serta menyalurkan daging Qurban.

f. Kegiatan Ramadhan

Mengisi Bulan Ramadhan dengan kegiatan positif.

Dengan mengadakan Tarbiyah Islam.

g. Mengadakan acara kemanusiaan bersama bidang

kemanusiaan

h. Silaturahmi halal bihalal

Adapun susunan pengurus fungsional Yayasan ihya ul ummah

Periode tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Chief Of Director : Feri A. Ibrahim, MA

Direktur Anahl : Fitria Suherdi

Direktur Anaml : Subhan

Deputi Chief Of Director : Ririn Rahmawati, SE

Manajer Operasional : Erni Asma Thaher

1. Direksi Pendidikan Al-Qur’an

Page 77: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

61

Direktur : Riyamah

Manajer RQIU : Ermi Asma Thaher

Manajer PTQ Adiba : Fujhi H. Aslam Barton

Majelis Pengembangan

Kurikulum & Pengajar

Qur’an : Arfaruddin, S. Pd.I

Sunarti, S. Pd

2. Direktorat Muslimah

Direktur : Novia Dewi, S.Pd.I

Deputi / Manajer

Muslimah Institute : Sayidah, SE

Ketua Majelis Taklim : Sunarti, S.Pd

3. Direktorat Wakaf Infaq & Sedekah (WAQFAH)

Direktur : Abdul Hakim

Deputi : Putra Fajar Firdaus

4. Direktorat Rumah Asuh Bekasi

Direktur : Arfaruddin, S.Pd.I

5. Direktorat Pengasuhan Yatim

Direktur : Fitri Atika Rahma, SE

Manajer Pembinaan Karakter Remaja (GEN IHYA): Putra Fajar

Firdaus

6. Badan Pelaksana ECIEC Tartila

Direktur : Novia Dewi, S.Pd

Deputi : Riyamah

Page 78: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

62

E. Maksud dan Tujuan Kegiatan Yayasan

Adapun maksud dan tujuan kegiatan Yayasan yaitu

sebagai berikut:

1. Meningkatkan atau membangun Sumber Daya Manusia

(SDM) dan fasilitas pendidikan dan kemasyarakatan demi

tercapainya upaya peningkatan kualitas pendidikan dan

indeks pembangunan manusia.

2. Mengembangkan dakwah agama di masyarakat demi

terciptanya masyarakat yang taqwa, berbudi luhur,

berpengetahuan mumpuni, cakap dan terampil serta

bertanggungjawab.

3. Memberikan bantuan dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

4. Melakukan kegiatan di bidang sosial, kemanusiaan, dan

keagamaan.

5. Mendirikan lembaga pendidikan non formal, yaitu

mengelola Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah (RQIU),

Pengelolaan dan Pemberdayaan Yatim, Pemberdayaan

Muslima (Bunda Tangguh).

F. Visi Dan Misi

1. Visi

“Mewujudkan tatanan masyarakat yang mecintai Al-

Qur’an sehingga menjadikan tatanan masyarakat dijalan

Allah dengan melayani umat seutuhnya”

2. Misi

a. Membangun dan mendekatkan umat dengan Islam.

Page 79: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

63

b. Menjadi mitra dalam pemberdayaan umat terutama

dalam bidang Pendidikan, ekonomi dan kesehatan

melalui program-program yang dikelola.

c. Menjadi contoh inspirasi dan motivasi bagi umat dalam

perubahan menuju ke arah yang lebih baik

3. Slogan

“Serving Empowering Ummah”

G. Manajemen Yayasan Ihya Ul Ummah

Adapun manajemen yayasan Ihya Ul Ummah meliputi

manajemen sumber daya manusia, manajemen administrasi

umum dan akademis dan manajemen keuangan yang

dijelaskan sebagai berikut:

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia, bertujuan untuk

menyiapkan tenaga kerja yang profesional, memenuhi

standar melalui proses seleksi sehingga memperoleh

sumber daya manusia yang berkualitas. Selain

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,

manajemen sumber daya juga merencanakan kesejahteraan

sebagai motivasi bagi tenaga kerja untuk semakin

berprestasi.

2. Manajemen Administrasi Umum dan Akademis

a. Manajemen Administrasi Umum

Manajemen administrasi umum berfungsi untuk

mempersiapkan sistem administrasi umum yang

Page 80: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

64

berkaitan dengan kegiatan operasional umum kegiatan

seperti:

1) Penerimaan santri baru

2) Penerimaan guru atau tenaga kerja baru

3) Pengarsipan dokumen – dokumen

4) Pengadaan dan distribusi barang peralatan atau

perlengkapan kegiatan

b. Manajemen Administrasi Akademis

Adapun tugas dari manajemen administrasi akademis

untuk mengontrol pelaksanaan pelajaran, antara lain:

1) Administrasi guru

2) Administrasi pengajaran

3) Administrasi penilaian dan evaluasi

3. Manajemen Keuangan

Adapun tugas dan fungsi manajemen keuangan adalah

sebagai berikut:

a. Mempersiapkan perencanaan keuangan (membuat

anggaran keuangan baik mingguan, bulanan dan

tahunan)

b. Melakukan evaluasi dan perbaikan perencanaan

keuangan

c. Melakukan pengawasan keuangan Yayasan

d. Melakukan pencatatan transaksi keuangan (penerimaan

dan pengeluaran)

e. Melakukan pengecekan atas kebenaran laporan

keuangan.

Page 81: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

65

H. Flow Chart Pelaksanaan Manajemen Yayasan Ihya Ul

Ummah

Adapun pelaksanaan manajemen yayasan Ihya Ul Ummah

dijelaskan sebagai berikut:

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

a. Alur proses penerimaan tenaga kerja baru

Tentu saja dalam manajemen perlu mengaitkan 10

fungsi dari manajemen yakni:

1) Forecasting, Meramalkan pola pikir seseorang dari

konsep berpikir calon pekerja maupun karyawan

guna membaca atau mengetahui isi pemikiran dan

tujuan dalam bergabung

2) Planning and budgeting, merancang dan

menganggarkan keuangan dan konsep dalam

penggunaanya serta kemampuan dalam mengelola

keuangan dan menyusun rencana yang bijak.

3) Organizing, mampu berorganisasi dan bergaul

guna untuk memudahkan menjalin hubungan

komunikasi.

4) Staffing, mampu mengoptimalkan kemampuannya

serta potensi yang terdapat pada internal maupun

eksternal.

5) Directing, mampu menguasai arahan dan mampu

memberikan arahan dalam konsep gagasan.

Page 82: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

66

6) Leading, bukan hanya mampu bicara ataupun

berkomunikasi melainkan pula harus mampu

bertindak secara nyata.

7) Coordinating, mampu berkoordinasi secara cepat

dan tanggap.

8) Motivating, mampu memberikan dorongan bagi

dirinya sendiri dan sekitar.

9) Controlling, mampu mengendalikan dan

mengawasi.

10) Reporting, mampu menyusun laporan ataupun

berkomunikasi dalam sifat yang formal.

Gambar 2.5 Alur Penerimaan Tenaga Kerja

Permintaan Tenaga Kerja

Pengumpulan Data Calon Tenaga Kerja

Proses Interview & Seleksi

Hasil Seleksi

Penolakan

Lamaran

Lamaran Diterima &

Tandatangan

Perjanjian

Page 83: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

67

b. Alur Evaluasi Penilaian Tenaga Kerja

Adapun alur evaluasi penilaian tenaga kerja yang

dilakukan pada yayasan Ihya Ul Ummah dijelaskan

sebagai berikut:

1) Data yang disiapkan berkaitan perilaku dan hasil

kerja tenaga kerja baik guru atau staf yayasan

berupa catatan, laporan, pencapaian, hasil

bimbingan terakhir dan sebagainya.

2) Gunakan data-data yang telah dipersiapkan tersebut

sebagai acuan dalam melakukan penilaian dan

umpan balik. Form Penilaian ini berupa draft

sementara.

3) Diskusikan draft penilaian tersebut dengan

pimpinan yayasan untuk memutuskan penilaian

akhir yang fair.

4) Setelah penilaian akhir diputuskan lakukan

pertemuan dengan tenaga kerja baik guru atau staf

yayasan yang akan dievaluasi. Pertemuan

sebaiknya dilakukan di tempat dan waktu yang

nyaman.

5) Serahkan hasil penilaian akhir tersebut ke tenaga

kerja baik guru atau staf yayasan dan berikan waktu

untuk yang bersangkutan membaca hasil tersebut.

6) Dalam pembahasan ini kemukakan dasar penilaian

dengan bahasa yang baik dan berikan kesempatan

Page 84: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

68

bagi yang bersangkutan untuk menyampaikan

pendapat atau tanggapan.

7) Langkah terakhir adalah rencana pengembangan

tenaga kerja baik guru atau staf yayasan.

Gambar 2.6 Alur Evaluasi Penilaian Tenaga Kerja

2. Manajemen Administrasi Umum dan Akademis

a. Alur Penerimaan Santri Baru

Adapun alur penerimaan santri baru pada yayasan

Ihya Ul Ummah dijelaskan sebagai berikut:

Persiapan Data Penilaian

Buat Draft Penilaian

Diskusi dengan Pimpinan

Pertemuan dengan Tenaga

Kerja yang Dinilai

Penyerahan Hasil

Pembahasan Hasil

Rencana Pengembangan Karyawan

Page 85: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

69

1) Calon santri datang ke tempat pendaftaran

2) Mengisi formulir pendaftaran

3) Tes saringan masuk dan wawancara

4) Evaluasi dan penyaringan kelas

5) Daftar ulang

6) Selesai

Gambar 2.7 Alur Penerimaan Santri Baru

b. Alur Pengadaan Barang atau Perlengkapan Kegiatan

Adapun alur pengadaan barang atau perlengkapan

kegiatan pada yayasan Ihya Ul Ummah dijelaskan

sebagai berikut:

Calon Santri

Mengisi Formulir

Test & Wawancara

Evaluasi Penyaringan Kelas

Daftar Ulang

Selesai

Page 86: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

70

1) Guru atau Staff membuat daftar permintaan

keperluan peralatan / barang

2) Menyerahkan kepada bagian administrasi umum

3) Jika barang ada administrasi umum langsung

memberikan kepada guru atau staff yang

bersangkutan

4) Jika barang tidak ada maka administrasi umum

membuat pengajuan anggaran untuk membeli

barang tersebut.

Guru atau Staf membuat daftar

permintaan barang / peralatan

Daftar permintaan diserahkan kepada

Administrasi Umum

Administrasi Umum mengecek

ketersediaan barang / peralatan

Tersedia Tidak Tersedia

1 2

1 2

Memberikan

barang /

peralatan yang

dibutuhkan

Membuat

pengajuan

permintaan

barang /

peralatan

Page 87: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

71

Gambar 2.8 Alur Pengadaan Barang / Peralatan

3. Manajemen Keuangan

Contoh alur manajemen keuangan ialah alur

pembuatan anggaran mingguan. Anggaran mingguan

dibuat untuk mengatur penerimaan dan pengeluaran

mingguan kegiatan operasional kegiatan. Ada alurnya

adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan laporan pengeluaran minggu

sebelumnya

b. Mengumpulkan daftar permintaan yang diperlukan

untuk minggu depan dari bagian Administrasi Umum

c. Bagian keuangan membuat laporan anggaran

mingguan

Page 88: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

72

Gambar 2.9 Periode Anggaran Mingguan

Sumber: Yayasan Ihya Ul Ummah (2020)

No Keterangan Nilai (RP)

A Bagian Administrasi & Akademis :

1 Fotocopy formulir pendaftaran (100 lbr x 100) 10.000

2 Beli refil stempel 30.000

3 Beli alata tulis (bolpoint, pensil, tipex,penghapus) 20.000

4 Beli spidol untuk kelas 3 box 75.000

Sub Total 135.000

B Bagian Administrasi Umum

1 Pembayaran listrik 352.500

2 Pembayaran air (pdam) 135.200

Sub Total 487.700

C Bagian Rumah Tangga Yayasan

1 Pembelian air minum (galon) : 10 Galon x 15.000 150.000

2 Pembelian air mineral gelas : 5 Dus x 20.000 100.000

3 Pembelian pengharum ruangan : 10 x 9.000 90.000

4 Pembelian sabun pembersih piring gelas 2 x 15.000 30.000

5 Pembelian sabun pembersih lantai dan toilet : 5 x 10.000 50.000

6 Pembersihan Ac : 5 x 50,000 250.000

Sub Total 670.000

Grand Total Anggaran 1.292.700

Sisa Kas Minggu Lalu 250.000

Pengajuan Dana Kas 6 - 11 Januari 2020 1.042.700

Palmerah, 03 - Januari - 2020

Mengetahui

Pelaksana Menyetujui

Administrasi Umum Bagian keuangan

PERIODE : 6 -11 JANUARI 2020

ANGGARAN MINGGUAN

Page 89: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

73

I. Strategi Yayasan

Yayasan Ihya Ul Ummah, Palmerah Jakarta ini memiliki

strategi sebagai berikut:

1. Disiplin

2. Belajar

3. Berlatih

4. Berkarya

5. Inovatif

J. Sarana Prasarana Yayasan

Sarana prasarana yayasan Ihya Ul Ummah tergolong cukup

lengkap. Fasilitas yang disediakan antara lain:

1. Gedung belajar

Lokasi Yayasan Ihya Ul Ummah dimulai RQIU,

Najma, Muslima (bunda tangguh) dan Pemberdayaan

Yatim. bertempat di satu komplek atau gang dan sudah

bercabang di dekat pasar slipi. Pada pagi hari aktivitas

dilakukan oleh ibu-ibu untuk belajar Al-Qur’an dan

pelatihan manajemen keuangan rumah tangga dan siang

hari di isi oleh anak-anak yatim untuk belajar dan

melakukan aktivitas produktif, tetapi ada pagar pembatas

untuk membatasi setiap kegiatan yang berbeda untuk setiap

programnya.

2. Fasilitas olahraga

Yayasan Ihya Ul Ummah memiliki lapangan olahraga

yang biasa digunakan sebagai pusat kegiatan berolahraga

terletak di bagian depan pintu masuk yayasan.

Page 90: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

74

3. Perpustakaan

Perpustakaan yang dimiliki berisi koleksi buku – buku

pelajaran, buku – buku cerita dan bahan bacaan lainnya

4. Musholla

Musholla merupakan bangunan yang sangat penting di

Yayasan Ihya Ul Ummah, karena keberadaannya

merupakan simbol bagi Yayasan. Di Musholla santri –

santri melakukan aktifitas ibadah sholat berjamaah.

5. WC santri, guru dan pegawai

6. Ruang Multimedia

Ruang ini berfungsi untuk memberikan santri – santri

pembelajaran melalui media elektronik. Santri – santri

biasanya lebih menyukai belajar dengan cara melihat

secara langsung daripada hanya mendengar keterangan dari

guru saja.

7. Ruang Komputer

Yayasan Ihya Ul Ummah sudah memiliki Ruang

Komputer, Jumlahnya ada sekitar 20 komputer.

8. Ruang Unit Kesehatan

Ruang Unit Kesehatan Ihya Ul Ummah adalah tempat

santri – santri yang mengalami sakit dan membutuhkan

pertolongan pertama, di ruang inilah tersedia obat – obatan

dan juga juru Pembina ruang unit kesehatan yang akan

membantu.

Page 91: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

75

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dari hasil wawancara peneliti dengan para informan yang

terdiri dari 4 anggota pengurus Rumah Quran yaitu Ibu Riyamah,

Ibu Ermi, Ustadz Arfaduddin dan Ustadz Fuji Aslam serta 3 santri

Rumah Quran yaitu Yudi, Andi dan Novi, berikut beberapa temuan

dilapangan tentang manajemen pemberdayaan masyarakat dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran di Yayasan Ihya

Ul Ummah adalah sebagai berikut :

A. Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat pada Program

Rumah Qur’an

Rumah Quran merupakan program yang di bentuk dalam

Yayasan Ihya Ul Ummah untuk meningkatkan kemampuan

membaca Al-quran. Latar belakang didirikannya Rumah

Quran ini dikarenakan melihat fenomena masyarakat sekitar

terutama anak usia Sekolah Dasar belum mampu membaca

Al-Quran sebagaimana kutipan wawancara penulis dengan

Ibu Riyamah selaku Direktur Rumah Quran:

“Awal terbentuknya di pelopori oleh Ustadz Feri,

yang memiliki yayasan ini. Dulu beliau melihat

lingkungan sekitar sini tuh anak – anak usia SD yang

seharusnya sudah bisa membaca Al-Quran justru

belum bisa bahkan ga mengenal huruf – huruf hijaiyah,

dari sinilah kita buat suatu program yang namanya

Berantas Buta Huruf Al-Quran”

(wawancara dengan Ibu Riyamah Direktur Rumah

Quran Ihya Ul Ummah,2019).

Page 92: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

76

Dari fenomena tersebut pihak yayasan memiliki inisiatif

untuk membentuk suatu program yaitu Berantas Buta Huruf

Al-Quran dengan melakukan survey radius 1 KM dari sekitar

yayasan guna mendata berapa banyak masyarakat yang sama

sekali tidak dapat membaca Al-Quran dan berapa banyak

masyarakat yang bisa membaca Al-Quran namun belum benar

panjang pendeknya bacaan seperti kutipan wawancara berikut:

“Rencana awal kita lakukan survey ke masyarakat

sekitar, berapa banyak yang tidak bisa membaca

Quran, berapa banyak yang sudah bisa tapi belum

lancar panjang dan pendeknya, belum benar

makhrajnya, nah setelah diketahui kita buatlah

program Berantas Buta Huruf Al-quran untuk yang

benar – benar belum mengenal huruf dan pelafalannya,

dan kita buat program Tahsin Tilawah untuk yang

sudah bisa membaca Al-quran tapi belum benar

pengucapannya. Kemudian kita mendata dalam radius

1 KM dari yayasan, kita ajakin masyarakat untuk

mengaji di Rumah Quran secara door to door”

(wawancara dengan Ibu Riyamah Direktur Rumah

Quran Ihya Ul Ummah,2019).

B. Perencanaan Partisipatif dalam Program Rumah Quran

Bermula dari satu program awal yang digagas oleh pihak

yayasan, lalu dikembangkanlah beberapa program untuk

menunjang peningkatan kemampuan membaca Al-Quran

pada masyarakat sekitar. Pengurus Rumah Quran memiliki

target bahwa program yang terlaksana dapat diikuti oleh

masyarakat sekitar yayasan dengan tujuan merubah kondisi

mereka yang tidak paham akan membaca Al-Quran menjadi

Page 93: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

77

orang yang mengenal dan melaksanakan isi Al-Quran seperti

yang tercantum pada kutipan wawancara berikut:

“Programnya banyak ya mas, ada Berantas Huruf

Quran, Tahsin Tilawah, Tahfizh Quran dan ADIBA...

Sasarannya masyarakat sekitar sini mas, ada anak,

remaja dan dewasa...” (wawancara dengan Ibu

Riyamah Direktur Rumah Quran Ihya Ul

Ummah,2019)

Tujuan dari pembentukan program – program tersebut

adalah untuk mengenalkan hingga taraf menghapalkan Al-

Quran yang sasarannya adalah masyarakat disekitar yayasan

yang menjadi santri di Ihya Ul Ummah seperti kutipan

wawancara berikut ini:

“Program Berantas Buta Huruf Quran, tujuannya

untuk mengenalkan dan mempelajari bacaan atau

huruf – huruf hijaiyah kepada santri yang belum paham

sama sekali sehingga mereka bisa membaca huruf –

huruf tersebut. Tahsin Tilawah, tujuannya untuk

memperbaiki bacaan Quran santri agar sesuai dengan

kaidah membaca Quran. Tahfizh Quran, tujuannya

untuk memberi wadah santri dalam menghapal Quran.

ADIBA, tujuannya untuk memberi wadah santriwati

dari berbagai profesi yang ingin menghapal Al-Quran”

(wawancara dengan Bapak Arfaduddin Majelis

Pengembangan Kurikulum dan Pengajar Rumah

Quran,2019)

“Kami targetkan adalah warga sekitar di Palmerah

ini, karena dulu sewaktu Yayasan kami berdiri, disini

masih banyak kemaksiatannya mas, jadi kami tergerak

untuk merubah lingkungan yang kurang baik kearah

yang lebih baik lagi sesuai dengan ajaran agama… Oh

tidak, santri disini terdiri dari anak – anak, umahat,

remaja ada juga bapak – bapaknya”(wawancara

Page 94: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

78

dengan Bapak Arfaduddin Majelis Pengembangan

Kurikulum dan Pengajar Rumah Quran,2019).

Ada 4 program utama yang diterapkan dalam Rumah

Quran, yaitu:

1. Program Berantas Buta Huruf Al-Quran

Program ini merupakan program yang pertama

dibentuk oleh yayasan guna memperkenalkan huruf –

huruf Al-Quran kepada masyarakat yang tidak mengenal

huruf hijaiyah seperti kutipan wawancara berikut:

“Program Berantas Buta Huruf Quran , merupakan

program yang ditujukan untuk santri yang benar –

benar tidak mengetahui huruf – huruf Al-quran jadi

kita ajarkan dari nol atau bisa dibilang objek dari

program ini masyarakat yang benar – benar tidak

mengetahui huruf – huruf hijaiyah, tidak tau

bagaimana pengucapannya, tidak tau bentuknya

seperti apa, tidak tau tanda bacanya seperti apa, lalu

kita ajarkan dari awal……targetnya masyarakat

sekitar sini yah, baik anak – anak maupun dewasa bisa

ibu rumah tangga atau bapak – bapaknya” (wawancara

dengan Ibu Ermi Thaher, Manajer Operasional Rumah

Quran,2019)

Pada program Berantas Buta Huruf Quran, santri yang

mengikuti program ini diajarkan mengenal huruf – huruf,

memperkenalkan cara membaca, memperkenalkan cara

menulis dengan metode privat, metode berkelompok atau

metode kelas sehingga setiap santri yang belajar mampu

mengikuti dan mempelajarinya. Program ini meruapakan

program yang dibuka dengan sistem semester atau 6 bulan

sekali pihak yayasan membuka pendaftaran bagi santri baru

Page 95: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

79

dengan biaya pendaftaran 100 ribu saja untuk 2 tahun seperti

dikutip pada wawancara berikut:

“Metode pengajarannya ada yang privat, satu lawan

satu, ada yang classical atau dalam bentuk kelompok”

(wawancara dengan Ibu Ermi Asma Thaher, Manajer

Operasional Rumah Quran,2019)

“Untuk program – program tersebut kami

laksanakan dan kami buka pendaftarannya dengan

sistem semester atau 6 bulan sekali ada pendaftaran

santri baru” (wawancara dengan Bapak Arfaduddin,

Majelis Pengembangan Kurikulum dan

Pengajar,2019)

“Ada mas, setiap siswa yang mendaftar di pungut

biaya 100rb untuk 2 tahun dengan mengikuti program

Berantas Buta Huruf Quran, Tahsin Tilawah dan

tahfizh Quran, kalo ada yang belum lulus, ya diulang

sampai peserta tersebut dinyatakan lulus….”

(wawancara dengan Ibu Riyamah, Direktur Rumah

Quran,2019)

“Pas awal diajarin huruf – huruf hijaiyahnya dulu

mas, pake buku gitu, susah juga sih soalnya belum

pernah liat..hehehe..trus lama – lama jadi tau dan jadi

bisa…. Kalo ujian ada 2 jenis mas, ada yang ditulis dan

ada yang di tes baca, itu setiap 3 bulan sekali ada tes

tulis dan tes baca….” (wawancara dengan Yudi, santri

Rumah Quran)

2. Program Tahsin Tilawah

Program Tahsin Tilawah merupakan program yang

dibentuk untuk mengajarkan santri tentang pelafalan,

panjang pendeknya bacaan Al-Quran. Program ini

diperuntukkan bagi santri yang sudah bisa membaca Al-

Quran namun belum tepat makhrajnya atau bagi santri

Page 96: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

80

yang telah lulus program Berantas Buta Huruf Quran

dengan nilai minimal 80. Metode pengajaran program

tahsin disesuaikan dengan kondisi santri dengan tiga

metode :

a. metode privat, yaitu metode pengajaran dengan

memberikan materi sesuai dengan kemampuan santri

menerima pelajaran atau dapat disebut metode belajar

satu – persatu.

b. metode klasikal – individu, yaitu metode belajar

bersama – sama dalam suatu kelompok kecil.

c. metode klasikal – kelompok, yaitu metode belajar

bersama – sama dalam suatu kelompok atau dalam

suatu kelas seperti dikutip pada wawancara berikut:

“Program tahsin adalah program untuk santri yang

sudah bisa membaca Al-Quran tapi secara pengucapan

belum benar lafaz dan makhrojnya. Program tahsin

disini dilaksanakan dalam 3 cara mas, ada yang privat,

klasikal-individu dan klasikal-kelompok. Itupun

berdasarkan kondisi santrinya ya, apakah harus privat

atau harus klasikal-individu atau klasikal-kelompok

karena setiap santri punya latar belakang atau kondisi

pribadinya masing – masing” (wawancara dengan Ibu

Ermi Asma Taher, Manajer Operasional Rumah

Quran,2019)

“...indikator lolos jika santri menerima nilai

minimal 80...” (wawancara dengan Bapak Arfaduddin,

Majelis Pengembangan Kurikulum dan Pengajar

Rumah Quran,2019)

Pengajaran tahsin yang dilakukan oleh Rumah Quran

menggunakan Metode Ihya yang di susun berupa buku dengan

Page 97: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

81

judul Metode Ihya jilid 1-4. Metode tahsin versi Ihya ini

berbeda dengan sistem membaca iqro yang terdiri dari 10 jilid,

jika metode iqro dibaca dengan cara cepat, lancar dan benar,

namun metode Ihya mengedepankan metode cara membaca

perlahan, diayun secara tahqiq dan tartil seperti kutipan

wawancara berikut ini:

“Kalo metode iqro ada 10 jilid ya biasanya, dengan

metode secara acak dengan target CLB (cepat,lancar dan

benar) sedangkan tahsin menggunakan metode diayun

dan pelan – pelan membacanya dengan cara tahqiq dan

tartil supaya keaslian membaca Al-Quran tetap terjaga”

(wawancara dengan Ibu Ermi Asma Taher, Manajer

Operasional Rumah Quran,2019)

Pada metode pengajaran ini pengajar mengajarkan materi

yang akan dipelajari dengan cara menyampaikan materi secara

bertahap dari yang paling mudah dipahami sampai yang sulit

dipahami sesuai dengan kemampuan kecerdasan santri.

Pengajar meminta santri untuk mengulang – ulang bacaan agar

santri lebih mudah menguasai bacaan. Kemudian pengajar

meminta santri untuk mempraktekkan bacaan Al-Quran sesuai

yang ada di buku panduan Metode Ihya. Pengajar menyimak

bacaan yang diucapkan oleh santri dan langsung memberikan

teguran jika santri keliru dalam membacanya dan hal ini harus

diperhatikan oleh santri lainnya. Untuk proses pengajaran

terakhir, pengajar memberikan evaluasi dan memberikan

semangat kepada seluruh santri guna memberikan penguatan

dan motivasi seperti dikutip dalam wawancara berikut:

“Biasanya pengajar memberikan materi terlebih

dahulu sesuai dengan tingkat pengelompokkan santri,

Page 98: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

82

lalu pengajar meminta santri untuk membaca bacaan

Al-Quran yang sudah tercantum di buku panduan,

kemudian di tes satu persatu sekaligus dievaluasi

panjang pendeknya seperti apa sehingga santri yang

lain mengetahui kesalahan bacaannya seperti apa.

Setelah selesai biasanya pengajar memberikan

motivasi, penguatan kepada santri supaya tidak lelah

untuk terus belajar…” (wawancara dengan Ibu Ermi

Asma Taher, Manajer Operasional Rumah

Quran,2019).

“belajarnya kayak diajarin tajwidnya, panjang

pendeknya gitu mas… Kalo ujian ada 2 jenis mas, ada

yang ditulis dan ada yang di tes baca, itu setiap 3 bulan

sekali ada tes tulis dan tes baca…” (wawancara dengan

Andi, santri Rumah Qur’an)

3. Program Tahfidz Quran

Program Tahfidz Quran adalah salah satu program

meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada Rumah

Quran dengan syarat santri yang memasuki program ini harus

lulus dari program tahsin sebelumnya seperi dikutip dari hasil

wawancara berikut:

“Program Tahfizh ini diperuntukkan bagi santri

yang sudah lulus program tahsin dan ingin menghapal

Al-Quran lebih dalam lagi, biasanya santri yang bisa

masuk program ini harus memiliki nilai min 80 dari

program tahsin, jika belum santri harus mengulang

pembelajarannya agar memiliki nilai tersebut…”

(wawancara dengan Ibu Ermi Asma Taher, Manajer

Operasional Rumah Quran,2019)

Tujuan dari program Tahfidz Quran ini adalah:

a. membantu mengembangkan potensi santri kearah

pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilannya

Page 99: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

83

yang disesuaikan dengan lingkungan berdasarkan Al-

Quran dan Sunnah;

b. mempersiapkan santri dari segi pengetahuan dan

keterampilan keagamaan;

c. santri terbiasa membaca Al-Quran dengan lancar dan

fasih sesuai dengan kaidah ilmu tajwid;

d. santri terbiasa mengerjakan shalat lima waktu dengan

bacaan Al-Quran yang benar;

e. santri dapat menguasai hafalan surat pendek atau ayat

Al-Quran;

f. santri dapat menulis huruf arab dengan baik dan benar;

santri dapat berperilaku sosial yang baik sesuai ajaran

Islam

Tujuan tersebut sesuai dengan kutipan wawancara berikut

ini :

“Tujuannya membantu santri mengembangkan

potensinya dalam menghapal Al-Quran, membantu

membentuk sikap santri, menambah pengetahuan dan

keterampilan, terbiasa membaca Al-Quran, menjaga

shalat 5 waktu dengan bacaan yang benar, menguasai

hafalan sejumlah surat pendek atau ayat Al-Quran,

dapat menulis huruf arab dengan baik dan benar,

terutama dapat berperilaku yang baik ya mas sesuai

ajaran Islam” (wawancara dengan Ibu Ermi Asma

Taher, Manajer Operasional Rumah Quran,2019).

Dalam pengajaran tahfidz ini, ada beberapa indikator

kemampuan membaca Al-Quran yang harus dicapai oleh setiap

santri yang mengikuti program ini yaitu kefasihan, ketepatan

Page 100: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

84

tajwid, ketepatan pada makhrajnya serta kelancaran membaca

Al-Quran seperti dikutip dalam wawancara berikut ini :

“Ada mas, yang pertama kefasihan dalam membaca

Al-Quran yaitu jelas dalam pelafalan atau pengucapan

lisan, kedua ketepatan pada tajwidnya, ketiga ketepatan

pada makhrajnya, dan keempat kelancaran membaca

Al-Quran yang artinya tidak ada hambatan dalam

membaca, tidak tersendat – sendat, membaca dengan

lancar, cepat dan benar…” (wawancara dengan Ibu

Ermi Asma Taher, Manajer Operasional Rumah

Quran,2019).

Maka indikator kemampuan membaca Al-Quran pada

program Tahfidz Quran ini dapat simpulkan sebagai berikut:

a. santri fasih dalam membaca Al-Quran dengan

pelafalan dan pengucapan yang jelas;

b. santri dapat membaca Al-Quran dengan tajwid dan

makhraj yang tepat baik pada huruf yang berdiri

sendiri maupun dalam rangkaian;

c. santri dapat membaca Al-Quran secara lancar tidak

tersendat – sendat, benar dan tepat.

4. Program PTQ Adiba

Program PTQ Adiba adalah program pesantren tahfidz

Quran khusus untuk santriwati yang ingin menghapal Al-

quran dengan lingkungan yang aman, nyaman, dan berkumpul

dengan santriwati yang lain dapat menambah motivasi dalam

menghapal Al-Quran seperti dikutip dalam wawancara

berikut:

Page 101: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

85

“Program ADIBA adalah program tilawah Quran

khusus muslimah yang kita sediakan tempat bermukim,

agar muslimah yang mendaftar kesini mendapatkan

tempat dan lingkungan yang nyaman demi

menghapalkan Al-Quran..” (wawancara dengan Ustadz

Fuhji Aslam Manajer PTQ Adiba,2019)

Kegiatan utama di PTQ Adiba meliputi:

a. Kegiatan harian, meliputi semua kegiatan santri yang rutin

dilakukan setiap hari seperti kegiatan belajar formal.

b. Kegiatan mingguan, yaitu kegiatan yang dilakukan dalam

jangka mingguan seperti senam santri dan lainnya.

c. Kegiatan tahunan, yaitu kegiatan yang biasanya dilakukan

satu tahun sekali seperti kegiatan haul yayasan dab

lainnya, seperti di kutip pada wawancara berikut ini :

“Disini ada empat kegiatan utamanya ya mas yang

pertama kegiatan harian, yaitu kegiatan santri rutin

seperti kegiatan belajar formal, yang kedua kegiatan

mingguan yaitu kegiatan yang dilakukan beberapa kali

dalam seminggu seperti senam santri, setoran hapalan

dan lainnya, yang ketiga adalah kegiatan bulanan yaitu

kegiatan yang dilakukan satu bulan sekali seperti kerja

bakti bersama masyarakat sekitar, yang keempat

kegiatan tahunan yaitu kegiatan yang dilakukan setiap

tahunnya sepeti acara haul, Upacara 17an dll…”

(wawancara dengan Ustadz Fuhji Aslam, Manajer PTQ

Adiba,2019)

Santri yang telah lulus dalam program tahsin, dapat

melanjutkan program menghapal Al-Quran secara intensif dan

lebih fokus di PTQ Adiba ini seperti dikutip dalam wawancara

berikut:

“Ada mas, syaratnya sudah lulus program tilawah

Quran, kalo syarat usia dan lain – lain tidak ada ya,

Page 102: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

86

yang penting dia mau menghapal Al-Quran…”

(wawancara dengan Ustadz Fuhji Aslam, Manajer PTQ

Adiba,2019)

“Dulu saya ikutan tahsin, terus setelah lancar saya

naik kelas ke tahfizh, kata Ustadz, kalo di tilawah sudah

lancar saya bisa lanjut ke PTQ Adiba... Di Adiba

program belajarnya menyenangkan, ketemu banyak

teman – teman di pondok menghapal quran jadi mudah

dan cepat... Ujiannya dalam bentuk tes lisan kak, kita

dites udah hapal berapa juz, kalo sesuai dengan kriteria

kita disuruh menghapal melanjutkan juz yang sudah

ada…” (wawancara dengan Novi, santri Rumah

Qur’an).

Pada PTQ Adiba, santri yang ingin menghapal Al-Quran

bisa diikuti oleh masyarakat yang memiliki pekerjaan

sekalipun, seperti karyawan, mahasiswa, pekerja freelance

dan lainnya sehingga dalam menghapal Al-Quran mereka

tidak meninggalkan kesibukan dan aktivitas mereka sehari –

hari.

Program – program dalam Rumah Quran yang dibentuk

merupakan fasilitas yang ditawarkan oleh pihak pengurus

kepada masyarakat sekitar Palmerah yang pada akhirnya

diharapkan adanya partisipasi dalam perencanaan,

pelaksanaan hingga tahap evaluasi dari masyarakat demi

kemajuan program dan peningkatan kualitas membaca Al-

Quran pada masyarakat Palmerah.

C. Sosialisasi Program Rumah Quran

Untuk mensosialisasikan program Rumah Quran,

dibentuklah tim khusus yang disebut tim media yang bertugas

Page 103: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

87

menyebarkan informasi, program serta buletin dakwah

melalui media cetak, elektronik serta media sosial berupa

facebook, twitter, instagram dan website seperti dikutip dari

wawancara berikut:

“Untuk mensosialisasikan program Rumah Quran,

kita bentuk tim khusus yang disebut tim media yang

bertugas menyebarkan informasi, program serta buletin

dakwah melalui media cetak, elektronik serta media

sosial berupa facebook, twitter, instagram dan website.

Tim media ini menjadi ujung tombak penyebaran

program Rumah Quran hingga keluar wilayah

Palmerah…” (wawancara dengan Ibu Riyamah,

Direktur Rumah Quran, 2019)

D. Fungsi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program

Rumah Quran

Selain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

membaca Al-Quran serta menghapalkannya, Rumah Quran

juga melakukan serangkaian pemberdayaan kepada

masyarakat sekitar yayasan dengan cara mendidik santri –

santri yang berpotensi untuk dijadikan kader pengajar di

yayasan, Rumah Quran melakukan pemberdayaan terhadap

santri yatim yaitu dengan mengadakan kelas belajar yang

mempelajari ilmu pengetahuan dan komputerisasi selayaknya

pelajaran di sekolah formal terutama untuk santri yatim yang

mengalami putus sekolah, dengan tujuan agar santri ini

mempunyai bekal pengetahuan yang nantinya dapat

bermanfaat untuk kelanjutan pendidikannya. Santri yatim pun

diberikan pelatihan pengembangan minat dan bakat sehingga

para santri mengetahui dan mengembangkan minat dan bakat

Page 104: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

88

mereka yang pada akhirnya dapat menentukan masa depan

mereka kelak. Pemberdayaan pun dilakukan kepada ibu – ibu

rumah tangga atau umahat dengan cara mengajarkan

membaca Al-Quran serta membentuk suatu majelis ta’lim

yang nantinya dapat dijadikan sarana untuk berdakwah di

kalangan ibu rumah tangga seperti dikutip pada wawancara

berikut:

“Ada mas,pemberdayaannya kita fokuskan ke

umahat atau ibu – ibu serta anak yatim, dengan cara

mengadakan majelis ta’lim. Selain itu kita juga

mendidik para santri disini sebagai kader pengajar di

yayasan, sehingga selain kita mengajarkan baca quran

namun kita juga membentuk santri disini untuk bisa

menjadi guru yang dapat mengajar” (wawancara

dengan Ibu Riyamah, Direktur Rumah Quran,2019)

“Ada mas, kita dulu awalnya menempati ruko kecil,

jumlah pengurus juga baru beberapa orang, setelah kita

adakan program untuk santri, ada beberapa santri yang

punya potensi dalam hal mengajar, maka kami rektrut

untuk menjadi tenaga pendidik disini, sehingga selain

kehadiran kami disini untk mendidik kami juga

berusaha agar santri kami menjadi mandiri dari segi

skill dan finansial juga mas sehingga mereka bisa

menjadi kader – kader Ihya yang berkualitas…”

(wawancara dengan Bapak Arfaduddin, Majelis

Kurikulum dan Pengajar Rumah Quran,2019).

Sejalan dengan misi Yayasan Ihya Ul Ummah adalah

menjadi mitra dalam pemberdayaan umat terutama dalam

bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan melalui program –

program yang dikelola, Rumah Quran terus melakukan

pembenahan dan perbaikan program demi melayani dan

Page 105: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

89

memberikan pendidikan serta pelatihan pada semua santri dan

masyarakat disekitar yayasan.

E. Monitoring dan Evaluasi terhadap Program Rumah

Quran

Dalam sebuah organisasi, tahap perencanaan dan

pelaksanaan tidaklah berjalan dengan baik tanpa adanya

monitoring dan evaluasi terhadap program yang telah

dilaksanakan. Pada setiap program di Rumah Quran terdapat

monitoring dan evaluasi yang diterapkan oleh pengurus

Rumah Quran. Evaluasi program ini berbentuk rapat bulanan

pengurus yang didalamnya membahas semua draft rencana

program kerja dan realisasinya. Apabila realisasi program

kerja sesuai dengan draft rencana program maka program

dikatakan berhasil, namun jika realisi program kerja tidak

tercapai target rencana program kerja maka pengurus

mencarikan alternatif yang dapat dijadikan solusi. Hasil

evaluasi ini dilaporkan kepada pihak yayasan serta pihak

Kementerian Agama untuk dijadikan landasan monitoring

sebagaimana tercantum pada wawancara berikut ini:

“Ada mas, setiap bulan kita adakan evaluasi

program dan kita laporkan kepada pengawas dan

pemilik yayasan... Tujuannya agar program yang kita

lakukan terkontrol dari segi perencanaan,

pelaksanaannya apa yang sudah direncanakan apa yang

sudah dilaksanakan, lalu kita buat laporan evaluasi

yang kita sebut laporan bulanan untuk pihak yayasan

yang diwakilkan oleh pemilik yayasan dan pihak

pengawas yang diwakilkan oleh pihak Kementerian

Agama…pertama yang dijadikan evaluasi adalah draft

Page 106: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

90

rencana program kerja nya dan realisasi dilapangannya

seperti apa, apakah sesuai atau tidak dengan rencana

program kerja yang sudah disusun sebelumnya, jika

realisasinya tercapai berarti rencana program kerjanya

berhasil tapi kalo belum tercapai kita bahas, faktor apa

saja yang menghambat, yang membuat program tidak

berjalan sesuai rencana, kemudian kita carikan

solusinya, kalo ada kaitan dengan anggaran kita

buatkan anggarannya dengan seoptimal mungkin, tapi

kalo tidak ada anggarannya kita coba cari solusi lain

yang lebih efektif dan efisien tanpa harus

mengeluarkan modal besar…” (wawancara dengan Ibu

Riyamah, Direktur Rumah Quran,2019).

Untuk menunjang semua program Rumah Quran,

dibutuhkan pengajar dengan kriteria yang telah ditentukan

oleh pihak pengurus Rumah Quran serta diadakan evaluasi

demi mendapatkan pengajar yang berkualitas seperti dikutip

dari wawancara berikut ini :

“Ada mas, yang kita evaluasi adalah kinerja

pengajar yah dalam bentuk laporan dan catatan lalu kita

diskusikan dengan pimpinan yayasan dan pengawas,

jika sudah kita panggil pengajar tersebut untuk

dievaluasi dan kemudian yang bersangkutan diminta

untuk membaca hasil tersebut, jika sudah pengajar yang

bersangkutan bisa mengungkapkan pendapatnya,

langkah terakhir diadakan rencana pengembangan

pengajar tersebut baik dalam bentuk pelatihan atau

seminar” (wawancara dengan Ibu Riyamah, Direktur

Rumah Quran,2019).

Dalam tahap evaluasi para pengajar, pengurus yayasan

pun memberikan suatu pelatihan – pelatihan atau seminar

mengenai metode pengajaran sehingga diharapkan pengajar

Page 107: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

91

yang lebih mampu untuk memberikan pengajaran kepada para

santri seperti dikutip dari wawancara berikut:

“Pelatihan yang dilakukan dalam bentuk pemberian

materi pengajaran, bagaimana menjadi guru yang dapat

dimengerti oleh murid, bagaimana menjadi guru yang

dapat menerangkan dengan baik, bagaimana menjadi

guru yang bisa membuat bahan ajar yang baik, jadi

pelatihan atau seminar yang kita lakukan lebih ke arah

meningkatkan skill guru nya mas sehingga dia punya

bekal untuk mengajar disini atau bahkan terjun ke

masyarakat yang lebih luas lagi” (wawancara dengan

Ibu Riyamah, Direktur Rumah Quran,2019).

Untuk program – program di Rumah Quran, para santri

mengikuti evaluasi dengan tujuan mengetahui tingkat

pengetahuan dan pemahaman mengenai huruf hijaiyah dan

cara membacanya. Evaluasi ini dalam bentuk tes lisan dan

tulisan yang dilakukan 3 bulan sekali. Kriteria kelulusan

adalah jika santri mendapatkan nilai minimal 80 jika tidak

tercapai maka santri yang bersangkutan harus mengulang

materi pelajaran hingga ia benar – benar dinyatakan lulus.

F. Kendala Dalam Pelaksanaan Program Rumah Quran

Dalam menjalankan visi misi dan tujuan yayasan yaitu

mewujudkan tatanan masyarakat yang mencintai Al-Quran

sehingga menjadikan tatanan masyarakat dijalan Allah dengan

melayani umat seutuhnya, Rumah Quran sebagai bagian dari

Yayasan Ihya Ul Ummah tak luput dari kendala dan hambatan

serta faktor pendukung yang menyertai perjalanan program di

Rumah Quran. Beberapa kendala yang dialami oleh Rumah

Page 108: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

92

Quran terutama pada saat berdiri adalah banyaknya penolakan

dari masyarakat sekitar ketika diajak untuk mengaji.

Rendahnya kemampuan ekonomi dan lingkungan yang tidak

kondusif dengan banyaknya kemaksiatan membuat

masyarakat lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan sehari –

hari mereka sehingga minat untuk mengaji tidak terbersit sama

sekali dibenak mereka, inilah yang menjadi tantangan

tersendiri bagi pengajar Rumah Quran untuk memberikan

penyadaran seperti dikutip pada wawancara berikut:

“Pada awal program memang agak sulit mas, untuk

memberi kesadaran pada warga sekitar sini, mungkin

karena rendahnya faktor ekonomi, jadi mereka lebih

fokus untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari ya mas,

jadi ga fokus untuk belajar quran, untuk makan sehari

– hari saja mereka harus berjuang nyari uang mas.

Sampai kita tawarin door to door mas, mau ngaji ga,

rata – rata ya pada nolak, tapi lama kelamaan mereka

mau juga mas, Alhamdulillah…”(wawancara dengan

Ibu Ermi Asma Taher, Manajer Operasional Rumah

Quran,2019).

Berdirinya Rumah Quran dengan program – programnya

terus membawa perubahan sedikit demi sedikit di lingkungan

sekitar yayasan. Perlahan namun pasti masyarakat sekitar

mulai tertarik dan menjadi santri di Rumah Quran dengan

mengikuti program yang berbeda – beda, ada yang masuk

program Berantas Buta Huruf Al-Quran, ada yang masuk

program Tahsin Tilawah, ada pula yang sudah lulus program

Tahsin kemudian masuk ke program Tahfidz Quran.

Setiap program memiliki hambatan dan kendalanya

masing – masing seperti dikutip pada wawancara berikut ini:

Page 109: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

93

“Kendalanya dari santri yang mengikuti program

ini mas, ada yang cepat bisa mengikuti pelajaran ada

juga yang lambat dalam memahami metode tahsin, tapi

kita terus berusaha untuk mengajari mereka sampai

mereka paham. Selain itu kita juga kekurangan tenaga

pengajar juga, sehingga kita berusaha mencetak tenaga

pengajar dari santri – santri yang punya potensi untuk

mengajar” (wawancara dengan Ibu Ermi Asma Taher,

Manajer Operasional Rumah Quran,2019).

“Kendala bisa dari intern dan ekstern ya mas, kalo

dari intern kita kekurangan tenaga pendidik yang

bersertifikat nasional untuk dijadikan pengajar, kalo

kendala eksternnya datang dari santrinya mas,

terkadang kesibukan mereka tidak tentu ada yang

karyawan, ibu rumah tangga, mahasiswa, mereka

punya kesibukan sendiri hingga mereka punya sedikit

waktu untuk belajar pada program tilawah ini”

(wawancara dengan Ibu Ermi Asma Taher, Manajer

Operasional Rumah Quran,2019).

“Kendala ada ya mas, terutama di tenaga pengajar,

berhubung program ADIBA ini santrinya semuanya

akhwat, jadi tenaga pengajar akhwatnya pun kita

kekurangan…”(wawancara dengan Ustadz Fuhji

Aslam, Manajer PTQ Adiba,2019).

Dari wawancara diatas, kendala yang dihadapi oleh

Rumah Quran adalah kurangnya pengajar dan kendala dari

kondisi santri dengan latar belakang yang berbeda – beda

memberikan warna tersendiri bagi pihak pengurus Rumah

Quran untuk menanganinya. Namun dengan adanya kendala

tersebut membuat pengurus Rumah Quran mencari cara agar

kendala yang ada dapat diatasi, salah satunya dengan

membina, mengkader, memberi pelatihan dan peningkatan

Page 110: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

94

skill kepada santri yang potensial untuk dijadikan pengajar di

Rumah Quran, dan untuk mengatasi kendala dari santri, pihak

pengurus terus memberikan motivasi dan orientasi kepada

seluruh santri agar tetap istiqomah dalam mempelajari Al-

Quran seperti kutipan wawancara berikut:

“...Pelatihan yang dilakukan dalam bentuk

pemberian materi pengajaran, bagaimana menjadi guru

yang dapat dimengerti oleh murid, bagaimana menjadi

guru yang dapat menerangkan dengan baik, bagaimana

menjadi guru yang bisa membuat bahan ajar yang baik,

jadi pelatihan atau seminar yang kita lakukan lebih ke

arah meningkatkan skill guru nya….Oh banyak mas,

terutama masalah motivasi yah, kadang yang namanya

keimanan kan naik turun ya, kadang rajin, kadang

malas, belum istiqomah, tapi tetap kita berikan

motivasi bahwa belajar mengaji bukan hanya sekedar

membaca dan rutinitas tapi sebagai bekal untuk

menghadapi “tantangan” hidup karena santri kita kan

rata – rata anak dan remaja ada juga ibu rumah tangga,

dan juga sebagai mahkota untuk orang tua kita kelak di

surga buat santri yang telah yatim” (wawancara dengan

Ibu Riyamah, Direktur Rumah Quran,2019).

Page 111: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

95

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pemberdayaan Masyarakat pada Program Rumah

Qur’an

Analisis mengenai manajemen pemberdayaan masyarakat

dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran di

Yayasan Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah

Jakarta Barat akan peneliti analisa secara analisis deskriptif

disajikan dalam pemaparan yang bersifat naratif.

Adanya fenomena masyarakat baik dari tingkat anak –

anak, remaja hingga dewasa yang tidak dapat membaca Al-

Quran telah membuat pengurus Yayasan Ihya Ul Ummah

tergerak untuk membantu, mendidik serta mengajarkan cara

membaca dan memahami isi Al-Quran agar mereka menjadi

manusia yang memiliki pemahaman agama, pemahaman ilmu

pengetahuan, penguasaan teknologi sehingga mereka menjadi

manusia yang berguna baik bagi diri mereka sendiri dan bagi

masyarakat sekitarnya. Konsep berpikir yang muncul dari

pengurus yayasan ini sejalan dengan pengertian pemberdayaan

yang mengandung arti memberikan daya atau kekuatan kepada

kelompok yang lemah dan belum memiliki daya/kekuatan

untuk hidup mandiri, terutama untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan

kesehatan (Hamid, 2018).

Pemberdayaan yang dilakukan pengurus Rumah Quran

merupakan sebuah proses yang merujuk pada kemampuan

Page 112: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

96

untuk berpartisipasi, memperoleh kesempatan dan mengakses

sumber daya dan layanan yang dibutuhkan untuk memperbaiki

kualitas hidup serta meningkatkan skala utilitas dari objek yang

diberdayakan (Poerwoko, 2012).

Untuk mencari data kelompok masyarakat yang buta

huruf Quran dan yang sudah bisa membaca namun belum

benar makhrajnya, pihak pengurus Rumah Quran melakukan

survey dengan radius 1 KM disekitar yayasan sembari

mengajak dan memperkenalkan adanya program di Rumah

Quran untuk mengaji di Rumah Quran. Apa yang dilakukan

oleh pihak yayasan sejalan dengan teori bahwa pemberdayaan

masyarakat dibutuhkan adanya pengenalan yang nantinya akan

menambah wawasan keilmuan dengan tujuan dapat memenuhi

kebutuhan dasar yaitu pendidikan, sehingga mereka terbebas

dari kebodohan dan kesakitan. Selain itu dengan adanya

pemberdayaan ini masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi

dalam proses pembangunan dan keputusan yang

mempengaruhi kondisi mereka (Suharto, 2014).

B. Perencanaan Partisipatif dalam Program Rumah Quran

Melihat kondisi masyarakat sekitar Palmerah yang tidak

dapat membaca Al-Quran dengan benar, maka pengurus

yayasan membentuk beberapa program membaca Al-Quran

diantaranya program Berantas Buta Huruf Quran, Tahsin

Tilawah Quran, Thafidz Quran, dan Pesantren Tilawah Quran

Adiba. Program ini ditujukan untuk masyarakat sekitar

yayasan baik anak – anak, remaja hingga dewasa yang

Page 113: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

97

diharapkan dapat diikuti, dilaksanakan dan diaplikasikan pada

kehidupan sehari – hari sehingga masyarakat dapat

berpartisipasi dalam program yang telah dibentuk. Dalam

proses membentuk program hingga pelaksanaan evaluasi

program, pengurus Rumah Quran melibatkan peran dari

masyarakat dalam bentuk keikutsertaan masyarakat dalam

program – program Rumah Quran, menerima kritik dan saran

demi kemajuan program serta peningkatan kualitas

kemampuan membaca Al-Quran masyarakat Palmerah.

Pengurus Rumah Quran berperan sebagai penggagas sekaligus

fasilisator dalam meningkatkan kualitas membaca Al-Quran

masyarakat sejalan dengan teori bahwa fasilisator harus

memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) negosiasi, yaitu

pengurus menawarkan program kepada masyarakat dalam

rangka meningkatkan kemampuan mereka dalam membaca Al-

Quran, (2) Pengambilan keputusan yaitu pengurus mengambil

keputusan secara demokratis, transparan dan memperhatikan

akuntabilitas masyarakat itu sendiri terkait program – program

Rumah Quran, (3) Pelibatan berbagai pihak, yaitu kemampuan

mengidentifikasi semua unsur masyarakat sehingga dapat

mengatur partisipasi masyarakat dalam program Rumah Quran

(Hamid, 2018).

Pada perencanaan program, pengurus Rumah Quran

menerapkan manajemen partisipatif hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh P. Subianto (Subianto, 2009) yaitu :

Page 114: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

98

1. perencanaan program dilakukan berkelanjutan artinya

dalam pengambilan keputusan merencanakan program

tidak pernah berhenti sampai tercapainya tujuan yang

dikehendaki.

2. perencanaan program dirumuskan oleh banyak pihak, baik

dari pihak pengurus maupun masyarakat dalam bentuk

kritik dan saran.

3. perencanaan program dirumuskan berdasarkan fakta dan

dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk

digunakan.

4. perencanaan program meliputi perumusan tentang

keadaan, masalah, tujuan dan cara kegiatan untuk

mencapai tujuan

5. perencanaan program dinyatakan secara tertulis tentang

keadaan, masalah, tujuan cara mencapai tujuan dan

rencanaevaluasi atas hasil pelaksanaan program.

C. Faktor Sosialisasi Program Rumah Quran

Supaya program – program Rumah Quran dapat

terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuannya, pihak

pengurus Rumah Quran membentuk suatu tim khusus yang

disebut tim media, tugasnya adalah mensosialisasikan program

– program Rumah Quran baik secara offline maupun online

dalam bentuk brosur, buletin dakwah, facebook, twitter,

instagram maupun website. Selain sebagai sarana

mempromokan program – program, sosialisasi ini bertujuan

untuk menciptakan dialog antara pengurus dan masyarakat

Page 115: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

99

dalam rangka meningkatkan pemahaman mengenai program

dan kegiatan yang telah direncanakan serta untuk mengetahui

seberapa besar ketertarikan masyarakat untuk berpartisipasi

dalam program Rumah Quran demi pelaksanaan

pemberdayaan masyarakat dalam meingkatkan kemampuan

membaca Al-Quran.

Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pengurus ini sejalan

dengan teori bahwa sosialisasi adalah upaya

mengkomunikasikan kegiatan untuk menciptakan dialog

dengan masyarakat dalam meningkatkan pemahaman terkait

program dan kegiatan apa saja yang direncanakan. Melalui

sosialisasi para pengurus bertindak sebagai fasilitator dalam

kegiatan pemberdayaan, dapat mengkomunikasikan dan

mengetahui secara jelas kepada masyarakat calon penerima

manfaat tentang berbagai hal yang dibutuhkan sekaligus

memberikan informasi mengenai kegiatan/program (Hamid,

2018).

Sosialisasi yang dilakukan pengurus Rumah Quran

dilakukan secara rutin dan kontiyu dengan maksud agar

kegiatan serta program yang direncanakan mendapat respon

baik peningkatan jumlah santri yang ikut berpartisipasi dalam

program maupun respon dalam bentuk kritik serta saran yang

membangun demi keberhasilan program – program Rumah

Qurban. Hal ini sejalan dengan teori bahwa kegiatan sosialisasi

sebaiknya dilaksanakan lebih dari satu kali, karena proses ini

adalah proses pengenalan serta tingkat penerimaan masyarakat

Page 116: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

100

akan hal – hal yang baru bukanlah sesuatu yang instan, mereka

membutuhkan waktu dan pembuktian yang cukup untuk dapat

menerima dan memberikan respon yang positif terhadap suatu

kegiatan. Selain itu pemberdayaan masyarakat sangat terkait

dengan perubahan pola pikir, perilaku dan pola hidup, sehingga

masyarakat akan membutuhkan waktu untuk berpikir dan

memahaminya sehingga pengurus Rumah Quran sebagai

fasilitator perlu memberikan pemahaman sejak awal bahwa

masyarakatlah yang berperan secara aktif dalam pelaksanaan

seluruh tahapan program (Hamid, 2018).

D. Fungsi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program

Rumah Quran

Selain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

membaca Al-Quran serta menghapalkannya, Rumah Quran

juga melakukan serangkaian pemberdayaan kepada

masyarakat sekitar yayasan dengan cara mendidik santri –

santri yang berpotensi untuk dijadikan kader pengajar di

yayasan, Rumah Quran melakukan pemberdayaan terhadap

santri yatim yaitu dengan mengadakan kelas belajar yang

mempelajari ilmu pengetahuan dan komputerisasi selayaknya

pelajaran di sekolah formal terutama untuk santri yatim yang

mengalami putus sekolah, dengan tujuan agar santri ini

mempunyai bekal pengetahuan yang nantinya dapat

bermanfaat untuk kelanjutan pendidikannya. Santri yatim pun

diberikan pelatihan pengembangan minat dan bakat sehingga

para santri mengetahui dan mengembangkan minat dan bakat

Page 117: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

101

mereka yang pada akhirnya dapat menentukan masa depan

mereka kelak. Pemberdayaan pun dilakukan kepada ibu – ibu

rumah tangga atau umahat dengan cara mengajarkan membaca

Al-Quran serta membentuk suatu majelis ta’lim yang nantinya

dapat dijadikan sarana untuk berdakwah di kalangan ibu rumah

tangga. Langkah yang dilakukan oleh pengurus ini sesuai

dengan teori tujuan pemberdayaan yaitu memperkuat

kekuasaan, khususnya kelompok lemah yang memiliki

ketidakberdayaan baik kondisi internal maupun eksternal

(Suharto, 2014). Selain itu pemberdayaan melalui program

Rumah Quran juga melahirkan kader – kader pendidik dan

pangajar yang siap sedia mengabdikan dirinya dan ilmu untuk

mengajar santri – santri di Rumah Quran, hal ini sesuai dengan

teori tujuan pemberdayaan dari segi perbaikan :

1. pendidikan, yang artinya pemberdayaan harus dirancang

sebagai suatu bentuk pendidikan yang lebih baik.

Perbaikan pendidikan yang dilakukan melalui

pemberdayaan tidak hanya terbatas pada perbaikan materi,

perbaikan metode, perbaikan menyangkut waktu dan

tempat, serta hubungan fasilitator dan penerima manfaat,

tetapi seharusnya yang tak kalah pentingnya adalah

bagaimana perbaikan pendidikan non formal dalam proses

pemberdayaan mampu menumbuhkan semangat dan

keinginan untuk terus belajar tanpa batas waktu dan umur

serta mengaplikasikan ilmunya agar bermanfaat bagi orang

lain.

Page 118: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

102

2. perbaikan tindakan, artinya, melalui bekal perbaikan

pendidikan dan aksesibilitas dengan beragam sumber daya

(SDM, SDA dan sumber daya lainnya/buatan) yang lebih

baik, diharapkan akan melahirkan tindakan-tindakan yang

semakin membaik.

3. perbaikan lingkungan, artinya, perbaikan pendapatan dapat

memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena

kerusakan lingkungan seringkali disebabkan karena faktor

kemiskinan atau terbatasnya pendapatan.

4. perbaikan kehidupan, situasi kehidupan yang lebih baik,

dan didukung dengan lingkungan (fisik dan sosial) yang

lebih baik, diharapkan dapat mewujudkan kehidupan

masyarakat yang juga lebih baik.

E. Monitoring dan Evaluasi terhadap Program Rumah

Quran

Untuk mewujudkan tujuan dari masing – masing program

Rumah Qur’an, pengurus mengadakan sebuah monitoring dan

evaluasi berbentuk rapat bulanan pengurus yang didalamnya

membahas semua draft rencana program kerja dan realisasinya.

Apabila realisasi program kerja sesuai dengan draft rencana

program maka program dikatakan berhasil, namun jika realisi

program kerja tidak tercapai target rencana program kerja

maka pengurus mencarikan alternatif yang dapat dijadikan

solusi. Hasil evaluasi ini dilaporkan kepada pihak yayasan

serta pihak Kementerian Agama untuk dijadikan landasan

Page 119: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

103

monitoring, yaitu proses pengumpulan informasi tentang apa

yang sebenarnya terjadi selama proses implementasi atau

penerapan program (Suharto, 2014).

Monitoring yang dilakukan oleh Rumah Quran sesuai

dengan tujuan dari monitoring itu sendiri dalam hal menilai :

(1) tingkat kepatuhan antara pelaksana program dan draft

program, (2) menemukan akibat yang tidak diinginkan dari

pelaksanaan program, (3) menemukan hambatan dan mencari

solusinya, (4) mengevaluasi semua penanggungjawab setiap

program (Dunn, 2003).

Sedangkan menurut Edi Suharto, ada 5 objek atau sasaran

yang dapat dijadikan bahan monitoring dan evaluasi pada

program Rumah Quran yaitu (Suharto, 2014):

1. Program, monitoring dan evaluasi terhadap program yang

dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

kinerja dari pelaksana program.

2. Kebijakan, monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan

terkait program – program di Rumah Quran, baik kebijakan

untuk program, santri, dan pengajar.

3. Organisasi, monitoring dan evaluasi terhadap organisasi

yang diterapkan Rumah Quran adalah memonitoring dan

mengevaluasi kinerja dari pengajar dan stafnya dalam

menjalankan program.

4. Produk atau Hasil, memonitoring dan mengevaluasi hasil

dari program Rumah Qur’an dalam bentuk nilai akademik

santri, nilai sikap dan perilaku santri.

Page 120: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

104

5. Individu, memonitoring dan mengevaluasi para pengajar

dan staf dari segi kinerja maupun dari segi kepribadian.

F. Kendala Dalam Pelaksanaan Program Rumah Quran

Dalam menjalankan visi misi dan tujuan yayasan yaitu

mewujudkan tatanan masyarakat yang mencintai Al-Quran

sehingga menjadikan tatanan masyarakat dijalan Allah dengan

melayani umat seutuhnya, Rumah Quran sebagai bagian dari

Yayasan Ihya Ul Ummah tak luput dari kendala dan hambatan

serta faktor pendukung yang menyertai perjalanan program di

Rumah Quran. Beberapa kendala yang dialami oleh Rumah

Quran terutama pada saat berdiri adalah banyaknya penolakan

dari masyarakat sekitar ketika diajak untuk mengaji.

Rendahnya kemampuan ekonomi dan lingkungan yang tidak

kondusif dengan banyaknya kemaksiatan membuat masyarakat

lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari mereka

sehingga minat untuk mengaji tidak terbersit sama sekali

dibenak mereka, inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi

pengajar Rumah Quran untuk memberikan penyadaran.

Kenyataan ini sesuai dengan teori kendala pemberdayaan yaitu

role clarity atau suatu ketakutan yang dirasakan dengan adanya

perubahan akibat pemberdayaan itu sendiri dikarenakan

kurang memiliki pemahaman untuk mengenal system yang

baru sehingga menimbulkan resistance change yaitu ketakuan

dengan adanya pemberdayaan yang dilakukan akan mengarah

pada perubahan yang tidak diinginkan (Priyatna, 2012).

Page 121: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

105

Kendala juga dialami oleh Rumah Qur’an dari santri yang

sulit memahami pelajaran membaca hingga kendala minimnya

pengajar yang profesional di Rumah Quran. Selain itu, kendala

datang dari minimnya dana yang dimiliki pihak yayasan,

namun seiring berjalannya waktu, Rumah Qur’an mulai

dikenal oleh masyarakat hingga ke luar daerah, hal ini

mendatangkan donator untuk ikut berpartisipasi dalam

program – program Rumah Qur’an.

Untuk mengatasi kendala minimnya pengajar, pihak

pengurus menggagas ide untuk memberdayakan santri yang

berprestasi untuk dilatih, dibina dan diarahkan menjadi

pengajar di yayasan, hal ini sesuai dengan teori Robert

Chambers dalam (Alfitri, 2011) bahwa konsep pemberdayaan

bersifat people centered, participatory, empowering dan

sustainable sehingga pemberdayaan difokuskan kepada

kemampuan atau performa yang dimiliki oleh individu yang

bersangkutan dalam rangka melaksanakan tugas-tugas sebagai

pengajar yang diharapkan ia dapat memberikan pengajaran

yang baik dan jelas kepada santri agar setiap santri dapat

memahami materi pembelajaran walaupun sesulit apapun.

Page 122: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

106

BAB VI

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Program – program yang dijalankan pada Rumah Quran

sangat membantu masyarakat sekitar Yayasan untuk

meningkatkan kualitas membaca Al-Quran yang tadinya sama

sekali tidak mengenal huruf hijaiyah kini lebih paham bahkan

banyak pula yang menjadi pengajar dan mengabdikan ilmu di

Rumah Quran.

Seiring berjalannya waktu, jumlah santri di Rumah Quran

semakin bertambah yang awalnya hanya 200 orang, kini

berjumlah 8000 orang yang tersebar di beberapa cabang

Rumah Quran. Ini membuktikan bahwa pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan Yayasan Ihya Ul Ummah

memberikan dampak yang sangat luar biasa dari sejak berdiri

tahun 2011 hingga kini.

Serving Empowering Ummah menjadi slogan Yayasan

Ihya Ul Ummah untuk memberikan pelayanan dibidang

pendidikan, kesehatan dan ekonomi kepada lingkungan sekitar

melalui manajemen pemberdayaan sehingga masyarakat

memiliki daya atau kekuatan untuk merubah keadaan hidupnya

yang awalnya tidak mengenal ajaran agama kini menjadi

pribadi – pribadi yang taat pada agamanya.

Page 123: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

107

B. Implikasi

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah disimpulkan,

peneliti menangkap adanya implikasi yang dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan

sehubungan dengan manajemen pemberdayaan masyarakat

kota Bambu Utara II sebagai berikut:

1. Yayasan Ihya Ul Ummah sebagai penggerak dan

fasilitator telah membantu masyarakat kota Bambu Utara

II mengatasi masalah kemampuan membaca dan

memahami Al-Qur’an.

2. Pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Quran ini berkembang hingga

keluar kawasan Kota Bambu Utara II

C. Saran

Berdasarkan implikasi yang telah diuraikan, maka

peneliti memberikan saran, sebagai berikut:

1. Bagi Yayasan Ihya Ul Ummah, hendaknya memperluas

cakupan dengan melakukan sosialisasi keluar daerah

bahkan keluar kota sehingga tidak hanya masyarakat

Palmerah saja yang mengetahui adanya Rumah Qur’an.

2. Bagi Yayasan Ihya Ul Ummah hendaknya memperluas dan

mencari donatur dalam skala lebih tinggi untuk mendukung

perluasan program Rumah Quran.

3. Bagi masyarakat, hendaknya mendukung manajemen

pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas masyarakat.

Page 124: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

108

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adi, I. (2001). Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan

Investasi Komunitas. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Ahmadi, H. (1998). Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Albi Anggito & Johan Setiawan. (2018). Metodelogi Penelitian

Kualitatif. Sukabumi, Jawa Barat: CV.Jejak.

Albi Anggito, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Sukabumi: CV Jejak.

Al-Dury, S. (2011). Dasar-dasar Ilmu Tajwid. Jakarta: CV.Daar

Al-Kutub Al-Ilmiyah Al-Itqon.

Alfitri. (2011). Community Development, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Annuri, H. (2010). Panduan Tahsin Tilawah Al-Quran dan Ilmu

Tajwid (Cet. I; Jakarta: Al-Kautsar, 2010), h. vii. Jakarta:

Al-Kautsar.

Anwas, M. O. (2014). Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global.

Bandung: Alfabeta.

Barat, B. P. (2016). PALMERAH DALAM ANGKA 2016. Jakarta:

Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Barat.

Bulaeng. (2016). Peningkatan Kemampuan Membaca al-Qur’an

Dengan Tartil Melalui Metode Iqra Pada Siswa Kelas

Tinggi di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu

Kabupaten Gowa. UIN Alauddin.

Charisma, M. (1991). Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an.

Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Departemen Agama RI. (2015). Departemen Agama RI, Al-Qur’an

dan Terjemahan. Jakarta: PT. Macananjaya Cemerlang.

Page 125: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

109

Dunn, W. N. (2003). Public Policy Analysis. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada Press.

Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data.

Jakarta: Rajawali Pers.

Fauzi, W. (2009). Implementasi Program BTQ (Baca-Tulis-

Qur’an) Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al-

Qur’an Siswa di SMAN O2 BATU, Skripsi. Malang: UIN

Malang.

FIP-UPI, T. P. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT

Imperial Bhakti Utama.

Gumanti, Moeldjadi, Utami. (2018). Metode Penelitian Keuangan.

Jakarta: Mitra Wacana Media.

Hamid, H. (2018). Manajemen Pemberdayaan Masyarakat.

Makassar: De La Macca (IKAPI SULSEL).

Hikmat, H. (2010). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:

Humaniora.

Huraerah, A. (2011). Pengorganisasian dan Pengembangan

Masyarakat Model dan Strategi Pembangunan Berbasis

Kerakyatan. Bandung: Humaniora.

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif Cet.1. Jakarta:

Gaung Persada.

Kurniawan, D. (2001). Kamus Praktis Bahasa Indonesia.

Surabaya: Fajar Mulya.

Luthfiyah, F. &. (2017). Metodelogi Penelitian : Penelitian

Kualitatif, Tindakan Kelas dan Studi Kasus. Sukabumi,

Jawa Barat: CV.Jejak.

Maryani & Roselin. (2019). Pemberdayaan Masyarakat.

Yogyakarta: CV.Budi Utama.

Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif Cet.1.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Page 126: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

110

Muh. Fitrah, L. (2017). Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas &

Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak.

Mulyono, S. (2017). Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Muttaqin, I. (2007). Efektifitas Penerapan Metode Iqro’ dalam

Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Ibu-Ibu Usia Lanjut di

Mushalla Baitul Ikhlas Lingkungan Gomong Barat

Mataram, Skripsi. Mataram: IAIN.

Nawawi, Z. (2013). Manajemen Pemerintahan. Jakarta: Rajawali

Pers.

Nurdin, M. (2004). Kiat Menjadi Guru Profesional Cet. I.

Jogjakarta: Prismasophie.

Poerwoko, T. M. (2012). Pemeberdayaan Masyarakat Dalam

Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Robert C. Bogdan and sari Knop Biklen. (1982). Qualitative

Reseach for Eduication. London: Allyn & Bacon.

Rohidi, T. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Siswanto, H. (2012). Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga.

Soekanto, S. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Baru.

Jakarta: Rajawali Pers.

Soetomo. (2006). Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Subianto, P. (2009). Membangun Kembali Indonesia Raya.

Jakarta: Institut Garuda Nusantara.

Suharto, E. (2014). Membangun Masyarakat Memberdayakan

Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan

Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung: PT.Refika Aditama.

Suprihanto, J. (2018, 4 17). Manajemen. Manajemen, p. 8.

Suryana. (2010). Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian

Kuantitatif dan kualitatif. Bandung: UPI.

Page 127: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

111

Syafe’I, A. (2001). Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam.

Bandung: Gerbang Masyarakat Baru.

Tarigan, H. (1984). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tatang Ary Gumanti, E. M. (2018). Metode Penelitian Keuangan.

Jakarta: Mitra Wacana Media.

Zakiah Daradjat, dkk. (2014). Metodik Khusus Pengajaran Agama

Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Zubaedi. (2013). Pengembangan Masyarakat: Wacana dan

Praktik. Jakarta: Kencana.

Zulfison dan Muharram. (2003). Belajar Mudah Membaca Al-

Quran dengan Metode Mandiri Cet. I. Jakarta: Ciputat

Press.

.

Jurnal:

Firmansyah, H. (2012). Ketercapaian Indikator Keberdayaan

Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Fakir Miskin (

P2FM ) di Kota Banjarmasin. Jurnal Agribisnis Perdesaan,

02(02).

Ishak, M. (2017). Pelaksanaan Program Tilawah AlQuran dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca AlQuran Siswa di

MAS AlMasum STABAT. Edu Riligia.

Koswara, R. (2014). Manajemen Pelatihan Life Skill Dalam Upaya

Pemberdayaan Santri Di Pondok Pesantren. Empowerment,

43.

Kuntarto. (2016). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MELALUI PELATIHAN SENI BACA AL-QURAN

PADA SANTRI DI PESANTREN AN-NAJAH

PURWOKERTO. Pengembangan Sumber Daya

Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan, 1-9.

Page 128: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

112

Priyatna, A. (2012). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif

Pengukuran Keberdayaan Komunitas Lokal. Jurnal

Ketahanan Sosial Masyarakat, 1-12.

Ropiah, S. (2019). mplementasi Fungsi Perencanaan Yayasan

dalam Meningkatkan Kualitas Pemberdayaan Masyarakat.

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol.4 No.2.

Saichu, K. F. (2018). Pemberdayaan Taman Pendidikan Al-Quran

(TPQ) melalui Penguatan SDM di Masjid Nurul Fikri Watu

Bonang Badegan Ponorogo. Jurnal Qalamuna, 175-195.

Page 129: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 130: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

Lampiran 1: Surat-surat.

Page 131: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …
Page 132: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …
Page 133: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …
Page 134: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

Lampiran 2: Dokumentasi.

Proses wawancara:

Page 135: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

Kondisi lingkungan Yayasan Ihya Ul Ummah

Page 136: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

Kegiatan Yayasan Ihya Ul Ummah

Page 137: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

Lampiran 3: Transkrip Wawancara.

HASIL WAWANCARA

Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan

Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta

Barat

Informan: Ibu Riyamah, Direktur Pendidikan Al-Quran

Waktu: 2019

1. Bagaimana awal terbentuknya program Rumah Quran

ini Bu?

Awal terbentuknya di pelopori oleh Ustadz Feri, yang memiliki

yayasan ini. Dulu beliau melihat lingkungan sekitar sini tuh

anak – anak usia SD yang seharusnya sudah bisa membaca Al-

Quran justru belum bisa bahkan ga mengenal huruf – huruf

hijaiyah, dari sinilah kita buat suatu program yang namanya

Berantas Buta Huruf Al-Quran.

2. Bagaimana perencanaan awal program Rumah Quran ini

Bu?

Rencana awal kita lakukan survey ke masyarakat sekitar,

berapa banyak yang tidak bisa membaca Quran, berapa banyak

yang sudah bisa tapi belum lancar panjang dan pendeknya,

belum benar makhrajnya, nah setelah diketahui kita buatlah

program Berantas Buta Huruf Al-quran untuk yang benar –

benar belum mengenal huruf dan pelafalannya, dan kita buat

program Tahsin Tilawah untuk yang sudah bisa membaca Al-

quran tapi belum benar pengucapannya. Kemudian kita

mendata dalam radius 1 KM dari yayasan, kita ajakin

masyarakat untuk mengaji di Rumah Quran secara door to

door.

3. Program – program apa saja yang ada di Rumah Quran

ini Bu?

Programnya banyak ya mas, ada Berantas Huruf Quran,

Tahsin Tilawah, Tahfizh Quran dan ADIBA

4. Siapa saja yang menjadi sasaran program Rumah Quran

ini Bu?

Sasarannya masyarakat sekitar sini mas, ada anak, remaja dan

dewasa

Page 138: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

5. Bagaimana cara pihak yayasan dalam mensosialisasikan

program Rumah Quran ini Bu?

Untuk mensosialisasikan program Rumah Quran, kita bentuk

tim khusus yang disebut tim media yang bertugas

menyebarkan informasi, program serta buletin dakwah

melalui media cetak, elektronik serta media sosial berupa

facebook, twitter, instagram dan website. Tim media ini

menjadi ujung tombak penyebaran program Rumah Quran

hingga keluar wilayah Palmerah.

6. Dalam melaksanakan programnya, adakah

pemberdayaan pada masyarakat sekitar sini Bu?

Ada mas,pemberdayaannya kita fokuskan ke umahat atau ibu

– ibu serta anak yatim, dengan cara mengadakan majelis ta’lim.

Selain itu kita juga mendidik para santri disini sebagai kader

pengajar di yayasan, sehingga selain kita mengajarkan baca

quran namun kita juga membentuk santri disini untuk bisa

menjadi guru yang dapat mengajar.

7. Apa dampak positif dari keberadaan Rumah Quran ini

Bu?

Dampaknya, masyarakat yang dulunya suka narkoba, judi dan

lainnya jadi berubah mas, minimal karena termotivasi dari

anak – anaknya yang ngaji disini, mereka kan malu sama

anaknya. Anak – anak disini yang tadinya tidak bisa membaca

Quran jadi bisa membaca Quran.

8. Adakah pendaftaran santri untuk program Rumah Quran

ini Bu?

Ada mas, setiap siswa yang mendaftar di pungut biaya 100rb

untuk 2 tahun dengan mengikuti program Berantas Buta Huruf

Quran, Tahsin Tilawah dan tahfizh Quran, kalo ada yang

belum lulus, ya diulang sampai peserta lulus, jika sudah lulus

maka santri akan di arahkan ke program ADIBA, disana di

pungut biaya pendaftaran lagi

9. Apakah program ini ada evaluasinya Bu?

Ada mas….pertama yang dijadikan evaluasi adalah draft

rencana program kerja nya dan realisasi dilapangannya seperti

apa, apakah sesuai atau tidak dengan rencana program kerja

yang sudah disusun sebelumnya, jika realisasinya tercapai

berarti rencana program kerjanya berhasil tapi kalo belum

tercapai kita bahas, faktor apa saja yang menghambat, yang

membuat program tidak berjalan sesuai rencana, kemudian kita

Page 139: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

carikan solusinya, kalo ada kaitan dengan anggaran kita

buatkan anggarannya dengan seoptimal mungkin, tapi kalo

tidak ada anggarannya kita coba cari solusi lain yang lebih

efektif dan efisien tanpa harus mengeluarkan modal besar”

10. Hal – hal apa saja yang dijadikan bahan eveluasi Bu?

Pertama yang dijadikan evaluasi adalah draft rencana program

kerja nya dan realisasi dilapangannya seperti apa, apakah

sesuai atau tidak dengan rencana program kerja yang sudah

disusun sebelumnya, jika realisasinya tercapai berarti rencana

program kerjanya berhasil tapi kalo belum tercapai kita bahas,

faktor apa saja yang menghambat, yang membuat program

tidak berjalan sesuai rencana, kemudian kita carikan solusinya,

kalo ada kaitan dengan anggaran kita buatkan anggarannya

dengan seoptimal mungkin, tapi kalo tidak ada anggarannya

kita coba cari solusi lain yang lebih efektif dan efisien tanpa

harus mengeluarkan modal besar.

11. Apa tujuannya diadakan evaluasi kinerja program Bu?

Pelaporannya seperti apa?

Tujuannya agar program yang kita lakukan terkontrol dari segi

perencanaan, pelaksanaannya apa yang sudah direncanakan

apa yang sudah dilaksanakan, lalu kita buat laporan evaluasi

yang kita sebut laporan bulanan untuk pihak yayasan yang

diwakilkan oleh pemilik yayasan dan pihak pengawas yang

diwakilkan oleh pihak Kementerian Agama.

12. Untuk pengurusnya apakah ada evaluasi tersendiri Bu?

Faktor apa saja yang dievaluasi Bu?

Ada mas, yang kita evaluasi adalah kinerja pengurus yah dalam

bentuk laporan dan catatan lalu kita diskusikan dengan

pimpinan yayasan dan pengawas, jika sudah kita panggil

pengajar tersebut untuk dievaluasi dan kemudian yang

bersangkutan diminta untuk membaca hasil tersebut, jika sudah

pengajar yang bersangkutan bisa mengungkapkan

pendapatnya, langkah terakhir diadakan rencana

pengembangan pengajar tersebut baik dalam bentuk pelatihan

atau seminar.

13. Pelatihan atau seminar seperti apa yang dilakukan untuk

meningkatkan kualitas pengajar Bu?

Pelatihan yang dilakukan dalam bentuk pemberian materi

pengajaran, bagaimana menjadi guru yang dapat dimengerti

Page 140: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

oleh murid, bagaimana menjadi guru yang dapat menerangkan

dengan baik, bagaimana menjadi guru yang bisa membuat

bahan ajar yang baik, jadi pelatihan atau seminar yang kita

lakukan lebih ke arah meningkatkan skill guru nya mas

sehingga dia punya bekal untuk mengajar disini atau bahkan

terjun ke masyarakat yang lebih luas lagi.

13. Apakah ada kendala yang berasal dari santri Bu?

Oh banyak mas, terutama masalah motivasi yah, kadang yang

namanya keimanan kan naik turun ya, kadang rajin, kadang

malas, belum istiqomah, tapi tetap kita berikan motivasi bahwa

belajar mengaji bukan hanya sekedar membaca dan rutinitas

tapi sebagai bekal untuk menghadapi “tantangan” hidup karena

santri kita kan rata – rata anak dan remaja ada juga ibu rumah

tangga, dan juga sebagai mahkota untuk orang tua kita kelak di

surga buat santri yang telah yatim.

Page 141: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

HASIL WAWANCARA

Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan

Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta

Barat

Informan: Ibu Ermi Asma Thaher,Manager Operasional Rumah

Quran Ihya Ummah

Waktu: 2019

1. Apa saja yang menjadi program dari Rumah Quran di

yayasan ini Bu?

Program utama dari yayasan ini adalah Berantas Buta Huruf

Quran, Tahsin Tilawah, Tahfizh Quran dan ADIBA

2. Bisakah dijelaskan apa itu program Berantas Buta Huruf

Al-Quran Bu ?

Program Berantas Buta Huruf Quran , merupakan program

yang ditujukan untuk santri yang benar – benar tidak

mengetahui huruf – huruf Al-quran jadi kita ajarkan dari nol

atau bisa dibilang objek dari program ini masyarakat yang

benar – benar tidak mengetahui huruf – huruf hijaiyah, tidak

tau bagaimana pengucapannya, tidak tau bentuknya seperti

apa, tidak tau tanda bacanya seperti apa, lalu kita ajarkan dari

awal.

3. Siapa saja target dari Program Berantas Buta Huruf

Alquran ini Bu?

Targetnya masyarakat sekitar sini yah, baik anak – anak

maupun dewasa bisa ibu rumah tangga atau bapak – bapaknya.

4. Bagaimana metode pengajarannya Bu?

Metode pengajarannya ada yang privat, satu lawan satu, ada

yang classical atau dalam bentuk kelompok.

5. Adakah hambatan dalam menjalankan program Berantas

Buta Huruf Quran ini Bu?

Pada awal program memang agak sulit mas, untuk memberi

kesadaran pada warga sekitar sini, mungkin karena rendahnya

faktor ekonomi, jadi mereka lebih fokus untuk memenuhi

kebutuhan sehari – hari ya mas, jadi ga fokus untuk belajar

quran, untuk makan sehari – hari saja mereka harus berjuang

nyari uang mas. Sampai kita tawarin door to door mas, mau

Page 142: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

ngaji ga, rata – rata ya pada nolak, tapi lama kelamaan mereka

mau juga mas, Alhamdulillah.

6. Untuk Program Tahsin Tilawah, apakah bisa dijelaskan

lebih lanjut Bu?

Program tahsin adalah program untuk santri yang sudah bisa

membaca Al-Quran tapi secara pengucapan belum benar lafaz

dan makhrojnya. Program tahsin disini dilaksanakan dalam 3

cara mas, ada yang privat, klasikal-individu dan klasikal-

kelompok. Itupun berdasarkan kondisi santrinya ya, apakah

harus privat atau harus klasikal-individu atau klasikal-

kelompok karena setiap santri punya latar belakang atau

kondisi pribadinya masing – masing.

7. Apa bedanya metode iqro dan metode tahsin Ihya Bu?

Kalo metode iqro ada 10 jilid ya biasanya, dengan metode

secara acak dengan target CLB (cepat,lancar dan benar)

sedangkan tahsin menggunakan metode diayun dan pelan –

pelan membacanya dengan cara tahqiq dan tartil supaya

keaslian membaca Al-Quran tetap terjaga.

8. Untuk metode mengajar tahsinnya seperti apa Bu?

Biasanya pengajar memberikan materi terlebih dahulu sesuai

dengan tingkat pengelompokkan santri, lalu pengajar meminta

santri untuk membaca bacaan Al-Quran yang sudah tercantum

di buku panduan, kemudian di tes satu persatu sekaligus

dievaluasi panjang pendeknya seperti apa sehingga santri yang

lain mengetahui kesalahan bacaannya seperti apa. Setelah

selesai biasanya pengajar memberikan motivasi, penguatan

kepada santri supaya tidak lelah untuk terus belajar.

9. Adakah kendala yang dihadapi dalam Program Tahsin

Tilawah ini Bu?

Kendalanya dari santri yang mengikuti program ini mas, ada

yang cepat bisa mengikuti pelajaran ada juga yang lambat

dalam memahami metode tahsin, tapi kita terus berusaha untuk

mengajari mereka sampai mereka paham.

10. Untuk Program Tahfizh Quran, bisa dijelaskan lebih detail

Bu?

Program Tahfizh ini diperuntukkan bagi santri yang sudah

lulus program tahsin dan ingin menghapal Al-Quran lebih

dalam lagi, biasanya santri yang bisa masuk program ini harus

memiliki nilai min 80 dari program tahsin, jika belum santri

Page 143: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

harus mengulang pembelajarannya agar memiliki nilai

tersebut.

11. Apakah tujuan dari program Tahfidz Quran ini Bu?

Tujuannya membantu santri mengembangkan potensinya

dalam menghapal Al-Quran, membantu membentuk sikap

santri, menambah pengetahuan dan keterampilan, terbiasa

membaca Al-Quran, menjaga shalat 5 waktu dengan bacaan

yang benar, menguasai hafalan sejumlah surat pendek atau ayat

Al-Quran, dapat menulis huruf arab dengan baik dan benar,

terutama dapat berperilaku yang baik ya mas sesuai ajaran

Islam.

12. Adakah indikator kemampuan dalam program Tahfizh ini

Bu?

Ada mas, yang pertama kefasihan dalam membaca Al-Quran

yaitu jelas dalam pelafalan atau pengucapan lisan, kedua

ketepatan pada tajwidnya, ketiga ketepatan pada makhrajnya,

dan keempat kelancaran membaca Al-Quran yang artinya tidak

ada hambatan dalam membaca, tidak tersendat – sendat,

membaca dengan lancar, cepat dan benar.

13. Adakah kendala yang dihadapi untuk program Tahfizh

Quran ini Bu?

Kendala bisa dari intern dan ekstern ya mas, kalo dari intern

kita kekurangan tenaga pendidik yang bersertifikat nasional

untuk dijadikan pengajar, kalo kendala eksternnya datang dari

santrinya mas, terkadang kesibukan mereka tidak tentu ada

yang karyawan, ibu rumah tangga, mahasiswa, mereka punya

kesibukan sendiri hingga mereka punya sedikit waktu untuk

belajar pada program tilawah ini.

Page 144: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

HASIL WAWANCARA

Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan

Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta

Barat

Informan: Ustadz Fujhi Aslam, Manajer PTQ ADIBA

Waktu: 2019

1. Apa yang dimaksud dengan program ADIBA ini, ustadz?

Program ADIBA adalah program tilawah Quran khusus

muslimah yang kita sediakan tempat bermukim, agar muslimah

yang mendaftar kesini mendapatkan tempat dan lingkungan

yang nyaman demi menghapalkan Al-Quran.

2. Mengapa ADIBA hanya diperuntukkan untuk muslimah

Ustadz ?

Karena kebanyakan santri kita yang lulus tahsin dan layak

masuk program ini adalah muslimah yang selain sebagai santri

disini merekapun memiliki aktivitas lain seperti ada yang

karyawan, mahasiswa, dan ibu rumah tangga namun mereka

tidak perlu khawatir jika sehari – hari bekerja sambil

menghapal Quran, karena kita sediakan pondokan untuk

bermukim dengan suasana yang mendukung untuk menunjang

hapalan Quran mereka.

3. Kegiatan apa saja yang diterapkan pada program ADIBA

ini Ustadz?

Disini ada empat kegiatan utamanya ya mas yang pertama

kegiatan harian, yaitu kegiatan santri rutin seperti kegiatan

belajar formal, yang kedua kegiatan mingguan yaitu kegiatan

yang dilakukan beberapa kali dalam seminggu seperti senam

santri, setoran hapalan dan lainnya, yang ketiga adalah

kegiatan bulanan yaitu kegiatan yang dilakukan satu bulan

sekali seperti kerja bakti bersama masyarakat sekitar, yang

keempat kegiatan tahunan yaitu kegiatan yang dilakukan setiap

tahunnya sepeti acara haul, Upacara 17an dll.

4. Adakah kendala dalam menjalankan program ADIBA ini

Ustadz?

Kendala ada ya mas, terutama di tenaga pengajar, berhubung

program ADIBA ini santrinya semuanya akhwat, jadi tenaga

pengajar akhwatnya pun kita kekurangan

Page 145: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

5. Bagaimana solusinya dalam mengatasi kendala tersebut

Ustadz?

Untuk sementara pengajarnya kita ambil dari pengajar –

pengajar tahsin dan tilawah jadi mereka punya dobel ngajar.

6. Apakah ada syarat khusus untuk mengikuti program

ADIBA ini Ustadz?

Ada mas, syaratnya sudah lulus program tilawah Quran, kalo

syarat usia dan lain – lain tidak ada ya, yang penting dia mau

menghapal Al-Quran

7. Bagaimana mekanisme evaluasi pada program ADIBA ini

ustadz?

bagi santri ADIBA kita lakukan tes terlebih dahulu sebelum

mengikuti program, jika telah lulus tes kita perbolehkan

mengikuti program ini. Di Adiba metode evaluasinya adalah

tes hapal Quran yah, setiap satu bulan sekali santri disini kita

tes hapalnnya sudah sampai mana.

Page 146: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

HASIL WAWANCARA

Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan

Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta

Barat

Informan: Bapak Arfaduddin, Staf Kurikulum dan Pengajar

Quran

Waktu: 2019

1. Mengapa di bentuk program seperti berantas buta

huruf Quran, tahsin dan tilawah ini Pak? apa

tujuannya?

Program Berantas Buta Huruf Quran, tujuannya untuk

mengenalkan dan mempelajari bacaan atau huruf – huruf

hijaiyah kepada santri yang belum paham sama sekali

sehingga mereka bisa membaca huruf – huruf tersebut.

Tahsin Tilawah, tujuannya untuk memperbaiki bacaan

Quran santri agar sesuai dengan kaidah membaca Quran.

Tahfizh Quran, tujuannya untuk memberi wadah santri

dalam menghapal Quran

ADIBA, tujuannya untuk memberi wadah santriwati dari

berbagai profesi yang ingin menghapal Al-Quran.

2. Siapa saja yang menjadi target pelaksanaan program

tersebut?

Kami targetkan adalah warga sekitar di Palmerah ini,

karena dulu sewaktu Yayasan kami berdiri, disini masih

banyak kemaksiatannya mas, jadi kami tergerak untuk

merubah lingkungan yang kurang baik kearah yang lebih

baik lagi sesuai dengan ajaran agama.

3. Kapan program tersebut dilakukan?

Untuk program – program tersebut kami laksanakan dan

kami buka pendaftarannya dengan sistem semester atau 6

bulan sekali ada pendaftaran santri baru.

4. Dimana program tersebut dilaksanakan?

Semua program terpusat di yayasan mas, kecuali ADIBA

ada tempat tersendiri.

5. Bagaimana cara mengevaluasi program – program

tersebut? apa saja indikatornya?

Page 147: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

Untuk evaluasi program kepada santri, kami lakukan tes

tertulis dan tes lisan setiap 3 bulan sekali, indikator lolos

jika santri menerima nilai minimal 70. Untuk mengevaluasi

program – program dari yayasan, kami sebagai pengurus

setiap satu bulan sekali mengadakan rapat kinerja.

6. Apakah anggotanya hanya anak – anak saja sebagai

santrinya Bu?

Oh tidak, santri disini terdiri dari anak – anak, umahat,

remaja ada juga bapak – bapaknya.

7. Apakah program yang dilakukan oleh yayasan ada

kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat disekitar

sini Bu?

Ada mas, kita dulu awalnya menempati ruko kecil, jumlah

pengurus juga baru beberapa orang, setelah kita adakan

program untuk santri, ada beberapa santri yang punya

potensi dalam hal mengajar, maka kami rektrut untuk

menjadi tenaga pendidik disini, sehingga selain kehadiran

kami disini untk mendidik kami juga berusaha agar santri

kami menjadi mandiri dari segi skill dan finansial juga mas

sehingga mereka bisa menjadi kader – kader Ihya yang

berkualitas.

8. Selain kendala yang dihadapi, adakah faktor

pendukung yang memberikan dukungan bagi

Program Rumah Quran Pak?

Banyak mas, dulu kita ga punya kepercayaan dari

masyarakat untuk memulai program awal kita, tapi lama

kelamaan masyarakat mulai percaya bahwa Rumah Quran

memberikan kebaikan bagi kehidupan mereka, dulu juga ga

ada donator yang mau ngedukung kita, lama kelamaan

banyak donator yang memberikan dukungan materi

maupun dukungan fasilitas belajar jadi membuat kita juga

semakin termotivasi mas buat memberikan yang terbaik

untuk umat.

9. Kira – kira jumlah santri yang ada saat ini berapa Pak?

Kurang lebih 8000an lebih mas untuk santri yang telah

menerima manfaat ilmu dan manfaat fasilitas dari kita baik

berupa hasil mengjadi di Rumah Quran maupun fasilitas

dari program lain.

Page 148: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

HASIL WAWANCARA

Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan

Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta

Barat

Informan: Yudi, Santri di Yayasan Ihya Ul Ummah

Waktu: 2019

1. Apakah sebelumnya anda pernah belajar Al-Qur’an?

Tidak mas

2. Bagaimana pendapat Anda mengenai program

peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an Rumah

Qur’an di Yayasan Ul Ummah?

“Al-Qur’an ,,? Dulu dipikiran saya Al-Qur’an itu gak penting.

Orang tua saya aja gak baca Al-Qur’an ngapain juga saya

baca?. Terpenting buat saya nilai di sekolah gak jelek, gak

dimarahin sama orang tua. Tapi suatu hari kok saya lihat

banyak anak – anak yang bergabung di rumah Qur’an, waktu

saya perhatikan dari luar, tiba – tiba saya disamperin sama

salah satu pengurusnya, diajak masuk tapi saya gak mau mas,

karena waktu itu saya masih pegang prinsip saya, yang

terpenting nilai bukan Al-Qur’an. Tapi saya perhatikan terus

kok makin banyak anak – anak yang bergabung, pas saya lagi

lihat dari luar, lagi – lagi disamperin sama pengurusnya dan

disitu saya mau pas diajak masuk, begitu saya masuk saya

kaget banget mendengar anak – anak yang sedang membaca

Al-Qur’an, wah suaranya merdu sekali didengar dan singkat

cerita saya mulai mengikuti membaca Al-Qur’an bahkan saat

ini kedua orang tua saya pun mengikuti membaca Al-Qur’an.”

3. Lantas bagaimana ceritanya anda bisa bergabung dengan

rumah Qur’an?

... Tapi suatu hari kok saya lihat banyak anak – anak yang

bergabung di rumah Qur’an, waktu saya perhatikan dari luar,

tiba – tiba saya disamperin sama salah satu pengurusnya, diajak

masuk tapi saya gak mau mas, karena waktu itu saya masih

pegang prinsip saya, yang terpenting nilai bukan Al-Qur’an.

Tapi saya perhatikan terus kok makin banyak anak – anak yang

bergabung, pas saya lagi lihat dari luar, lagi – lagi disamperin

sama pengurusnya dan disitu saya mau pas diajak masuk,

Page 149: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

begitu saya masuk saya kaget banget mendengar anak – anak

yang sedang membaca Al-Qur’an, wah suaranya merdu sekali

didengar dan singkat cerita saya mulai mengikuti membaca Al-

Qur’an bahkan saat ini kedua orang tua saya pun mengikuti

membaca Al-Qur’an.

4. Program Rumah Quran apa saja yang diikuti?

Awal masuk saya ikut program berantas buta huruf Qurannya

mas, soalnya saya ga paham sama sekali sama tulisan arab dan

huruf – hurufnya.

5. Bagaimana proses pembelajarannya?

Pas awal diajarin huruf – huruf hijaiyahnya dulu mas, pake

buku gitu, susah juga sih soalnya belum pernah

liat..hehehe..trus lama – lama jadi tau dan jadi bisa.

6. Bagaimana proses evaluasi atau ujian materinya?

Kalo ujian ada 2 jenis mas, ada yang ditulis dan ada yang di tes

baca, itu setiap sebulan sekali ada tes tulis dan tes baca.

Page 150: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

HASIL WAWANCARA

Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan

Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta

Barat

Informan: Andi, Santri di Yayasan Ihya Ul Ummah

Waktu: 2019

1. Apakah sebelumnya anda pernah belajar Al-Qur’an?

Pernah mas, tapi dulu jadi banyak yang lupa hehehe

2. Bagaimana pendapatmu mengenai program Rumah

Quran ini?

Program – programnya bagus – bagus mas, awalnya saya ga

minat eh, pas jadi santrinya saya jadi suka

3. Lantas bagaimana kamu bisa bergabung dengan Rumah

Quran ini?

Awal masuk karena diajakkin sama Ustadz disini mas, disuruh

ngaji, saya ga mau, tapi ustadz disini terus ngajakin saya, dan

akhirnya saya mau ikut.

4. Program Rumah Quran apa saja yang diikuti?

Pas awal diajarin huruf – huruf hijaiyahnya dulu mas, pake

buku gitu, susah juga sih soalnya belum pernah

liat..hehehe..trus lama – lama jadi tau dan jadi bisa

5. Bagaimana proses pembelajarannya?

belajarnya kayak diajarin tajwidnya, panjang pendeknya gitu

mas

6. Bagaimana proses evaluasi atau ujian materinya?

Kalo ujian ada 2 jenis mas, ada yang ditulis dan ada yang di tes

baca, itu setiap 3 bulan sekali ada tes tulis dan tes baca.

7. Setelah mengikuti program Rumah Quran apa yang

dirasakan sekarang?

Alhamdulillah mas, saya jadi bisa baca dan nulis Al-Quran,

kalo dulu mah ga bisa sama sekali, sekarang udah bisa dan saya

jadi bisa ngajarin adik – adik saya juga dirumah.

Page 151: MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …

HASIL WAWANCARA

Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan

Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta

Barat

Informan: Novi, Santri di Yayasan Ihya Ul Ummah

Waktu: 2019

1. Apakah sebelumnya anda pernah belajar Al-Qur’an?

Pernah kak

2. Bagaimana pendapatmu mengenai program Rumah

Quran ini?

Programnya bagus – bagus kak, gurunya juga baik – baik

3. Lantas bagaimana kamu bisa bergabung dengan Rumah

Quran ini?

Awalnya saya diajakin sama Ustadz Aslam, tadinya saya ga

mau ikut, tapi pas lihat banyak yang ngaji saya jadi ingin ikutan

juga.

4. Program Rumah Quran apa saja yang diikuti?

Dulu saya ikutan tahsin, terus setelah lancar saya naik kelas ke

tahfizh, kata Ustadz, kalo di tilawah sudah lancar saya bisa

lanjut ke PTQ Adiba

5. Bagaimana proses pembelajarannya?

Di Adiba program belajarnya menyenangkan , ketemu banyak

teman – teman di pondok menghapal quran jadi mudah dan

cepat.

6. Bagaimana proses evaluasi atau ujian materinya?

Ujiannya dalam bentuk tes lisan kak, kita dites udah hapal

berapa juz, kalo sesuai dengan kriteria kita disuruh menghapal

melanjutkan juz yang sudah ada.

7. Setelah mengikuti program Rumah Quran apa yang

dirasakan sekarang?

Yang dirasakan banyak sekali manfaatnya kak, sekarang saya

jadi pengajar juga disini padahal awalnya dulu saya ga bisa

sama sekali baca quran, secara panjang pendeknya belum

lancar, tapi lama kelamaan jadi bisa dan akhirnya bisa

mengajar dan mengabdikan ilmu saya disini.