manajemen resiko perbankan syariah di indonesia

18
Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume I, Nomor 2, Desember 2016 - 36 - MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Muhammad Iqbal Fasa Kandidat Doktor Ekonomi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta E-mail: [email protected] Abstract Islamic banks will always be dealing with different types of risk with diverse complexity and inherent in its business activities. Thus, the implementation of risk management in Islamic banking is very urgent to be implemented in order to identify, measure, and control various risks to be faced. The discussion paper will discuss more in depth related risk management in Islamic banking in Indonesia theoretically and implementation. The discussion on worldview importance of risk management of Islamic banks, the identification of the risk characteristics of Islamic banks, the classification of the types of risks in Islamic banks, as well as the implementation of risk management deals in Islamic banks. Keywords: Risk Identification, Risk Management, and Islamic Banking A. Pendahuluan Bank syariah akan selalu berhadapan dengan berbagai dengan berbagai jenis resiko dengan kompleksitas beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Resiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank (Karim, 2013: 255). Situasi eksternal dan internal perbankan mengalmi perkembangan pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya resiko kegiatan usaha perbankan sehingga diperlukan penerapan manajemen resiko yang matang. Penerapan manajemen resiko akan memberikan manfaat baik kepada perbankan maupun otoritas pengawasan perbankan. Manajemen resiko dibutuhkan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan berbagai macam resiko (Veitzal dan Arifin, 2010: 941). Krisis finansial dunia yang terjadi mulai 2008, dan berlanjut hingga saat ini, semakin menegaskan perlunya penerapan manajemen resiko secara konsisten. Dibandingkan dengan krisis finansial 1998, dalam menghadapi krisis tahun 2008 perbankan Indonesia sudah lebih siap (Ikatan Bankir Indonesia, 2014: 339). Mekanisme yang terdapat pada perbankan syariah, tidak dapat terlepas pada resiko dalam menjalankan roda usahanya (Saputra, 2012: 2). Oleh karena itu, bank syariah harus dapat mengidentifikasi setiap resiko yang sedang dihadapi Romdhoni, 2012). Pembahasan paper berikut akan membahas lebih mendalam tentang implementasi manajemen resiko perbankan syariah di Indonesia.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume I, Nomor 2, Desember 2016

- 36 -

MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Muhammad Iqbal FasaKandidat Doktor Ekonomi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

E-mail: [email protected]

AbstractIslamic banks will always be dealing with different types of risk with diverse complexityand inherent in its business activities. Thus, the implementation of risk management inIslamic banking is very urgent to be implemented in order to identify, measure, andcontrol various risks to be faced. The discussion paper will discuss more in depth relatedrisk management in Islamic banking in Indonesia theoretically and implementation. Thediscussion on worldview importance of risk management of Islamic banks, theidentification of the risk characteristics of Islamic banks, the classification of the types ofrisks in Islamic banks, as well as the implementation of risk management deals in Islamicbanks.

Keywords: Risk Identification, Risk Management, and Islamic Banking

A. PendahuluanBank syariah akan selalu

berhadapan dengan berbagai denganberbagai jenis resiko dengankompleksitas beragam dan melekatpada kegiatan usahanya. Resiko dalamkonteks perbankan merupakan suatukejadian potensial, baik dapatdiperkirakan (anticipated) maupun yangtidak dapat diperkirakan (unanticipated)yang berdampak negatif terhadappendapatan dan permodalan bank(Karim, 2013: 255).

Situasi eksternal dan internalperbankan mengalmi perkembanganpesat yang diikuti dengan semakinkompleksnya resiko kegiatan usahaperbankan sehingga diperlukanpenerapan manajemen resiko yangmatang. Penerapan manajemen resikoakan memberikan manfaat baik kepadaperbankan maupun otoritaspengawasan perbankan. Manajemen

resiko dibutuhkan untukmengidentifikasi, mengukur, danmengendalikan berbagai macam resiko(Veitzal dan Arifin, 2010: 941).

Krisis finansial dunia yangterjadi mulai 2008, dan berlanjut hinggasaat ini, semakin menegaskan perlunyapenerapan manajemen resiko secarakonsisten. Dibandingkan dengan krisisfinansial 1998, dalam menghadapi krisistahun 2008 perbankan Indonesia sudahlebih siap (Ikatan Bankir Indonesia,2014: 339). Mekanisme yang terdapatpada perbankan syariah, tidak dapatterlepas pada resiko dalam menjalankanroda usahanya (Saputra, 2012: 2).

Oleh karena itu, bank syariahharus dapat mengidentifikasi setiapresiko yang sedang dihadapi Romdhoni,2012). Pembahasan paper berikut akanmembahas lebih mendalam tentangimplementasi manajemen resikoperbankan syariah di Indonesia.

Page 2: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Volume I, Nomor 2, Desember 2016 Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam

- 37 -

B. Urgensi Manajemen Resiko PadaPerbankan Syariah

Resiko adalah potensi kerugianakibat terjadinya suatu peristiwa(events) tertentu. Resiko dalam konteksperbankan merupakan suatu kejadianpotensial, baik yang dapat diperkirakan(expected) maupun yang tidak dapatdiperkirakan (unexpected) yangberdampak negatif terhadappendapatan dan permodalan bank.Resiko juga dapat dianggap sebagaikendala dalam pencapaian suatu tujuan(Surat Edaran Bank Indonesia No. 13tahun 2011).

Pada masa dekade ini, industriperbankan Indonesia dihadapkandengan risiko yang semakin kompleksakibat kegiatan usaha bank yangberagam mengalami perkembanganpesat sehingga mewajibkan bank untukmeningkatkan kebutuhan akanpenerapan manajemen risiko untukmeminimalisasi risiko yang terkaitdengan kegiatan usaha perbankan (Sari,2014: 1-17).

Masa depan industri perbankanSyari’ah akan sangat bergantung padakemampuannya untuk meresponsperubahan dalam dunia keuangan.Fenomena globalisasi dan revolusiteknologi informasi, menjadikan ruanglingkup perbankan Syari’ah sebagailembaga keuangan telah melampauibatas perundang-undangan suatunegara. Implikasinya adalah, sektorkeuanganpun menjadi semakin dinamis,kompetitif dan kompleks. Terlebih lagiadanya tren pertumbuhan merger lintassegmen, akuisisi, dan konsolidasikeuangan, yang membaurkan risikounik tiap segmen dari industrikeuangan tersebut (Rahmani, 2009: 151-165).

Para pelaku usaha perbankan(bankir) menyadari bahwa dalammenjalankan fungsi jasa-jasa keuanganbank berada pada bisnis berisiko.Risiko dalam perbankan yaitu suatukondisi yang sulit bagi sebuah bankyang nampak dalam bidang keuanganmaupun dalam bidang lainnya. Banksaat ini harus menerapkan manajemenrisiko. Bank harus menerima danmengelola berbagai jenis risikokeuangan secara efektif, agar dampaknegatif tidak terjadi untukmeminimalisir kerugian dari akibattidak dijalankannya manajemen risikoyang efektif dan disiplin (Mustikawati,2013: 1-7).

Dalam rangka meminimalisasiresiko yang dapat menimbulkankerugian bagi bank, maka bank harusmenerapkan manajemen resiko, yaituserangkaian prosedur dan metodologiyang digunakan untukmengidentifikasi, mengukur,memantau, dan mengendalikan resikoyang timbul dari kegiatan usaha bank(Arifin, 2009: 272). Adapun tujuanmanajemen resiko adalah: (1)Menyediakan informasi tentang resikokepada pihak regulator; (2)Memastikan bank tidak mengalamikerugian yang bersifat unacceptable; (3)Meminimalisasi kerugian dari berbagairesiko yang bersifat uncontrolled; (4)Mengukur eksposur dan pemusatanresiko; (5) Mengalokasikan modal danmembatasi resiko (Karim, 2013: 255).

Manajemen resiko merupakanaktivitas yang utama dari suatu banksebagai lembaga intermediasi yangbertujuan untuk mengoptimalkan trade offantara resiko dan pendapatan, sertamembantu merencanakan danpembiayaan pengembangan usaha secaratepat, efektif dan efisien. Setiap lembaga

Page 3: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume I, Nomor 2, Desember 2016

- 38 -

keuangan, termasuk bank harus dapatmengidentifikasi dan mengontrol resikoyang melekat dalam kegiatan pengelolaandana simpanan, portofolio aktivaproduktif, dan kontrak off balance sheet(Veitzal dan Arifin, 2010: 943). Padaperbankan syariah, sistem manajemenrisiko di bank-bank meliputi beberapatahap berturut-turut sebagai berikut: (1)Identifikasi risiko, (2) Risiko dankuantifikasi modal, (3) Mengumpulkanatau pengelompokan risiko yang sama,(4) Kontrol sebelumnya, dan (5)Pemantauan risiko (Emira, 2013: 180-193).

Menurut Bank Indonesia,Kebijakan dalam Manajemen Risikoterdapat dalam hal berikut ini: (1)Penetapan Risiko yang terkait denganproduk dan transaksi perbankan; (2)Penetapan penggunaan metodepengukuran dan sistem informasiManajemen Risiko; (3) Penentuan limitdan penetapan toleransi Risiko; (4)Penetapan penilaian peringkat Risiko; (5)Penyusunan rencana darurat(contingency plan) dalam kondisiterburuk; (6) Penetapan sistempengendalian intern dalam penerapanmanajemen risiko (Surat Edaran No. 13Tahun 2011).

Sasaran kebijakan manajemenresiko adalah mengidentifikasi,mengukur, memantau, danmengendalikan jalannya kegiatan usahabank dengan tingkat resiko yang wajarsecara terarah, terintegrasi, danberkesinambungan. Dengan demikian,manajemen resiko berfungsi sebagaifilter atau pemberi peringatan dini (earlywarning system) terhadap kegiatan usahabank (Karim, 2013: 255).

Meskipun unsur pokok darimanajemen resiko meliputi identifikasi,mengukur, memonitor, dan mengelolaberbagai eksposur resiko. Namun,

semua hal tersebut tidak akan dapatdiimplementasikan tanpa disertaidengan proses dan sistem yang jelas.Keseluruhan proses manajemen resikoharus meliputi seluruh departemen ataudivisi kerja dalam lembaga sehinggatercipta budaya manajemen resiko(Khan and Ahmed, 2001: 30).

Mengingat perbedaan kondisipasar, struktur, ukuran, sertakompleksitas usaha bank, maka tidakada satu sistem manajemen resiko yanguniversal untuk seluruh bank. Dengandemikian, setiap bank harusmembangun sistem manajemen resikosesuai dengan fungsi dan kompleksitasbank, dan menyediakan sistemorganisasi manajemen resiko pada banksesuai dengan kebutuhan Agarmencapai petumbuhan bisnis yangberkelanjutan (sustainable businessgrowth)(Ikatan Bankir Indonesia: 342).

C. Karakteristik Manajemen ResikoPada Perbankan Syariah

Bank syariah adalah salah satuunit bisnis. Dengan demikian, banksyari’ah juga akan menghadapi resikomanajemen bank itu sendiri. Bahkan,apabila dicermati secara mendalam,bank syariah merupakan bank yangrentan akan resiko (Muhammad, 2011:357). Secara umum, resiko yangdihadapi perbankan syariah merupakanresiko yang relatif sama dengan yangdihadapi bank konvensional. Namun,perbankan syariah memiliki keunikantersendiri dalam menghadapi resikokarena harus mengikuti prinsip-prinsipsyariah (Umam, 2013: 134).

Manajemen resiko padaperbankan syariah mempunyai karakteryang berbeda dengan bank konvensional,terutama karena adanya jenis-jenis resikoyang khas melekat hanya pada bank-

Page 4: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Volume I, Nomor 2, Desember 2016 Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam

- 39 -

bank yang beroperasi secara syariah.Dengan kata lain, perbedaan mendasarantara bank Islam dan bank konvensionalbukan terletak bagaimana cara mengukur(how to measure), melainkan pada apa yangdinilai (what to measure)(Karim, 2013: 256).

Perbedaan tersebut akan tampakterlihat dalam proses manajemen resikooperasional perbankan syariah yangmeliputi identifikasi resiko, penilaianresiko, antisipasi resiko, dan monitoringresiko:

BankKonvensi

onal

PerbankanSyariah

IdentifikasiResiko

GeneralBankingRisk

GeneralBanking RiskSyariah SpecificRisk

PenilaianResiko

PenilaianResiko

PenilaianResiko

AntisipasiResiko

AntisipasiResiko

GeneralBankingResponseSyariahBankingResponse

MonitoringResiko

Monitoring Resiko

GeneralBankingActivitiesSyariah SpecificActivities

1. Identifikasi ResikoIdentifikasi resiko dilakukan dalamperbankan syariah tidak hanyamencakup berbagai resiko yang adapada bank-bank secara umum.Melainkan meliputi berbagai resikoyang khas hanya pada bank-bankyang beroperasi berdasarkan prinsipsyariah. Dalam hal ini, keunikantersebut terbagi menjadi 6 (enam)hal yakni, proses transaksi

pembiayaan, proses manajemen,sumber daya manusia, teknologi,lingkungan eksternal, dan kerusakan(Karim, 2013: 257).

2. Penilaian ResikoDalam penilaian resiko, keunikanperbankan syariah terlihat padahubungan antara probability danimpact, atau biasa dikenal sebagaiqualitative approach.

3. Antisipasi ResikoAntisipasi resiko dalam perbankansyariah bertujuan untuk: (a)Preventive. Dalam hal ini, perbankansyariah memerlukan persetujuanDPS untuk mencegah kekeliruanproses dan transaksi dari aspeksyariah. Disamping itu, perbankansyariah juga memerlukan opinibahkan fatwa DSN bila BankIndonesia memandang persetujuanDPS belum memadai atau berada diluar kewenangannya. (b) Detective.Pengawasan dalam perbankansyariah meliputi dua aspek, yaituaspek perbankan oleh BankIndonesia dan aspek syariah olehDPS. Kadangkala timbul pemahamanyang berbeda atas suatu transaksiapakah melanggar syariah atau tidak.(c) Recovery Koreksi atas suatukesalahan dapat melibatkan BankIndonesia untuk aspek perbankandan DSN untuk aspek syariah(Karim, 2013: 258).

4. Monitoring ResikoAktivitas monitoring dalamperbankan syariah tidak hanyameliputi manajemen bank Islam,tetapi juga melibatkan DewanPengawas Syariah. Secara sederhana,hal ini dapat digambarkan sebagaiberikut (Karim, 2013: 259):

Page 5: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume I, Nomor 2, Desember 2016

- 40 -

TabelMonitoring Resiko Pada Perbankan Syariah

Frekuensi Materi ContohDPS 6 Bulanan Laporan Hasil

Pengawasan SyariahHasil Pengawasan(narrative summary)

Board Level &Risk

ManagementCommittee

Tahunan SummaryRisk mapNarrative summary

MiddleManagement

Triwulan Summary + detail Kuadran operational riskmanagement plan

Day to DayOperation

Bulanan Detail Frekuensi

Manajemen risiko yang efektif dibank syariah harus mendapat perhatiankhusus. Namun, bank syariah memilikibanyak masalah yang kompleks yangperlu lebih dipahami. Secara khusus,risiko yang dihadapi bank syariahhampir dalam jumlah tak terbatas.Dalam penyediaan dana, bankmenggunakan kombinasi mode Islamyang diperbolehkan seperti pembiayaan- PLS dan non-PLS. Dengan demikian,diperlukan solusi inovatif yangdibutuhkan dalam pengelolaanmanajemen resiko agar dapatmestabilkan prosesmlembaga keuangansyariah (Makiyan, 2014: 45-54).

D. Jenis-Jenis Resiko Pada PerbankanSyariah

Penerapan Manajemen ResikoBagi Bank Umum Syariah dan UnitUsaha Syariah, terdapat 10 (sepuluh)resiko yang harus dikelola bank.Kesepuluh jenis resiko tersebut adalahresiko kredit, resiko pasar, resikooperasional, resiko likuiditas, resikokepatuhan, resiko hukum, resikoreputasi, resiko strategis, resiko imbalhasil, dan resiko investasi (PeraturanBank Indonesia No. 13/23/PBI/2011tentang Penerapan Manajemen ResikoBagi Bank Umum Syariah dan UnitUsaha Syariah).

TabelJenis-jenis Resiko Perbankan Syariah

No Jenis Resiko Uraian1 Resiko

KreditResiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan coounterpartydalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah, resikopembiayaan mencakup resiko produk dan resiko terkaitpembiayaan koperasi.

2 Resiko Pasar Resiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki olehbank akibat adanya pergerakan variabel pasar (Adverse movement)berupa nilai tukar dan suku bunga

3 Resiko Resiko yang antara lain disebabkan oleh ketidakmampuan bank

Page 6: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Volume I, Nomor 2, Desember 2016 Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam

- 41 -

Likuiditas untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo4 Resiko

OperasionalResiko yang antara lain disebabkan oleh ketidakcukupan atautidak berfungsinya proses internal, human error, kegagalan sistematau yang mempengaruhi operasional bank.

5 ResikoHukum

Resiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis,seperti: adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perjanjian sepertitidak terpenuhinya syarat keabsahan suatu kontrak ataupengikatan agunan yang tidak sempurna.

6 ResikoReputasi

Resiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatifyang terkait dengan kegiatan bank atau adanya persepsi negatifterhadap bank.

7 ResikoStrategis

Resiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penerapan danpelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilankeputusan bisnis yang tidak tepat atau bank tidak mematuhi/tidak melaksanakan perubahan perundang-undangan danketentuan lain yang berlaku. Pengelolaan resiko strategisdilakukan melalui penerapan sistem pengendalian internal secarakonsisten.

8 ResikoKepatuhan

Resiko yang disebabkan oleh tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan yang ada, baik ketentuan internal maupun eksternal.

9 Resiko ImbalHasil

Resiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkankepada nasabah karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yangditerima bank dari penyaluran dana, yang dapat memengaruhiperilaku nasabah dana pihak ketiga bank

10 ResikoInvestasi

Resiko akibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabahyang dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil.

1. Manajemen Resiko Pembiayaan/Kredit

Penyebab utama terjadinyaresiko kredit adalah terlalumudahnya bank memberikanpinjaman atau melakukan investasikarena terlalu dituntut untukmemanfaatkan kelebihan likuiditas,sehingga penilaian kredit kurangcermat dalam mengantisipasiberbagai kemungkinan resiko usahayang dibiayai (Arifin, 2009: 263).

Contoh: Nasabah Amengambil KPR dari Bank B denganskema Murabahah berjangka waktu25 (dua puluh lima) tahun. Padatahun pertama sampai tahun

keempat, Nasabah tersebut masihlancar dalam mebayar angsuran.Pada tahun keenam, Nasabah di PHKdari perusahaannya. Atas kejadianitu, Bank B berpotensi menghadapiresiko kredit karena Nasabag tidakmemiliki pendapatan lagi untukmembayar angsuran rumah yangsudah dinikmatinya (Ikatan BankirIndonesia: 343).

Page 7: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume I, Nomor 2, Desember 2016

- 42 -

TabelPenyebab Kredit Gagal (Rianto, 2013: 60)

No Faktor Internal Faktor Eksternal1 Adanya Self Dealing atau tindak

kecurangan dari aparatpengelola kredit

Kegiatan perekonomian makro/kebijakan pemerintah yang diluarjangkauan bank untuk diperkirakan

2 Minimnya pengetahuan parapengelola kredit

Adanya bencana alam dan kejadiandiluar dugaan

3Kurang baiknya manajemensistem informasi yangdibangun pada bank yangbersangkutan

Adanya tekanan dari berbagaikekuatan politik di luar banksehingga menimbulkan kompromiterhadap prinsip-prinsip kredit yangsehat.

4 Tidak adanya kebijakan yangbaik pada bank yangbersangkutan

Adanya kesulitan/kegagalan dalamproses likuidasi dan perjanjian kredityang telah disepakati

5 Lemahnya organisasi danmanajemen dari bank yangbersangkutan

Adanya persaingan cukup tajamdiantara perbankan dalam halperkreditan

Resiko tersebut dapatditekan dengan cara memberi bataswewenang keputusan kredit bagisetiap perkreditan, berdasarkankapabilitasnya (autorize limit) danbatas jumlah kredit yang dapatdiberikan pada usaha atauperusahaan tertentu (credit line limit),serta melakukan diversifikasi (Arifin,2013: 263). Untuk meminimalkankemungkinan terjadinya kerugianpembiayaan, diperlukan tekniksebagai berikut: (a) Modelpemeringkatan untuk pembiayaanperorangan; (b) Manajemenportofolio pembiayaan; (c) Agunan;(d) Pengawasan arus kas; (e)Manajemen pemulihan; (f) Asuransi(Rianto, 2013: 109).

2. Manajemen Resiko PasarResiko kerugian yang terjadi

pada portofolio yang dimiliki olehbank akibat adanya pergerakan

variabel pasar (Adverse movement)berupa nilai tukar dan suku bunga.Sebagai contoh:a. Bank membeli sukuk negara

dengan kupon tetap, di manaharga pasar obligasi akan turunapabila imbal hasil pasarmeningkat;

b. Bank membeli USD dengan nilaidalam valuta rupiah akanmenurun apabila nilai tukar USDmelemah;

c. Bank melakukan aktivitas tradingatau jual beli surat berharga(Ikatan Bankir Indonesia: 344).

Resiko nilai tukar valutaasing dapat ditekan dengan caramembatasi atau memperkecil posisi,atau bahkan dapat dihindari samasekali bila bank selalu mengambilposisi squaire. Sedangkan resiko sukubunga dalam perbankan syariahtidak akan berpengaruh, karenaperbankan syariah tidak berurusan

Page 8: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Volume I, Nomor 2, Desember 2016 Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam

- 43 -

dengan suku bunga (Arifin, 2013:264).

Bank syariah harusmembentuk proses manajemenresiko pasar dan sistem informasiyang sehat dan komprehensif yangberisikan antara lain sebagai berikut:a. Kerangka konseptual untuk

mendorong identifikasi resikopasar yang mendasarinya;

b. Pedoman untuk pengelolaanaktivitas pengambilan resiko padaportofolio yang berbeda padainvestasi terbatas dan limit resikopasarnya;

c. Kerangka penentuan harga tepat,penilaian dan pengakuanpendapatan;

d. Sistem informasi manajemen(SIM) yang kuat untukpengendalian, pemantauan, danpelaporan eksposur resiko pasardan kinerja manajemen senior(Rianto, 2013: 139).

3. Manajemen Resiko OperasionalResiko operasional

merupakan resiko yang disebabkanoleh ketidakcukupan atau tidakberfungsinya proses internal, humanerror, kegagalan sistem atau yangmempengaruhi operasional bank.Sebagai contoh:a. Pemalsuan bilyet deposito oleh

karyawan bank yang kemudiandijadikan agunan pembiayaan;

b. Kesalahan postingan uang masuhkarena pegawai yang ditunjukkurang berpengalaman;

c. Terjadi bencana alam berupabanjir besar sehingga bank tidakdapat beroperasi secara normal;

d. Kejahatan keuangan seperti fraudyang sering dilakukan oleh pihakluar yang bekerja sama dengan

pegawai bank (Ikatan BankirIndonesia: 345).

Ada tiga faktor yang menjadipenyebab utama timbulnya resikoini, yaitu: Infrastruktur sepertiteknologi, kebijakan, lingkunan,pengamanan, perselisihan, dansebagainya; Proses; danSumber daya(Karim, 2013: 275). Adapun kategoriresiko operasional adalah:a. Resiko proses internal: 1)

Kelalaian pemasaran; 2)Pencucian uang; 3) Kesalahantransaksi.

b. Resiko manusia; 1) Pelatihankaryawan tidak berkualitas; 2)Tingginya turnover (pergantian)karyawan; 3) Praktikmanajemen yang buruk.

c. Resiko eksternal; 1) Bencanaalam; 2) Kebakaran; 3) Fraudeksternal (Rianto, 2013: 181).

4. Manajemen Resiko LikuiditasResiko yang antara lain

disebabkan oleh ketidakmampuanbank untuk memenuhi kewajibannyapada saat jatuh tempo Contoh:Sebuah bank banyak memberikankredit jangka panjang kepadadebiturnya dengan sumber danayang didominasi deposito lembaga 1(satu) tahun. Dengan strukturneraca missmatch maturity seperti itu,bank tersebut berpotensimenghadapi resiko likuiditas (IkatanBankir Indonesia: 345).

Beberapa faktor yangmenyebabkan bank syariah jugamenghadapi resiko likuiditas, antaralain;a. Turunnya kepercayaan nasabah

terhadap sistem perbankan,khususnya perbankan syariah;

Page 9: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume I, Nomor 2, Desember 2016

- 44 -

b. Kebergantungan padasekelompok deposan;

c. Keterbatasan instrumen keuanganuntuk solusi likuiditas;

d. Mismatching antara dana jangkapendek dengan pembiayaanjangka panjang;

e. Bagi hasil antar bank kurangmenarik karena financialsettlementnya harus menungguselesai perhitungan cash basispendapatan bank yang biasanyabaru terlaksana pada akhir bulan.

f. Di dalam kontrak mudhorobah,memungkinkan nasabah untukmenarik dananya kapan sajatanpa pemberitahuan lebihdahulu (Rianto, 2013: 248).

Likuiditas yang tersediaharus cukup, tidak boleh terlalukecil sehingga mengganggukebutuhan operasional sehari-hari,tapi juga tidak boleh terlalu besarkarena akan menurunkan efisiensidan berdampak rendahnya tingkatprofitabilitas. Dalam rangkamelaksanakan fungsi pengendalianresiko likuiditas bank harusmenerapkan fungsi assets and liabilitymanagement (ALMA)(Arifin, 2013:245).

Tujuan dari manajemenresiko likuiditas adalah memeliharakecukupan likuiditas bank sehinggasetiap waktu mampu memenuhikewajiban bank yang jatuh tempo,menjaga tingkat kepercayaannasabah terhadap sistem perbankan,menjaga kecukupan likuiditas bankuntuk mendukung aset bankberkelanjutan (Rianto, 2013: 250).

5. Manajemen Resiko KepatuhanResiko yang disebabkan oleh

tidak dipatuhinya ketentuan-

ketentuan yang ada, baik ketentuaninternal maupun eksternal, sepertiberikut:a. Kententuan Giro Wajib

Minimum, Net Open Position, NonPerforming Financing, dan BatasMaksimum PemberianPembiayaan;

b. Ketentuan dalam penyediaanproduk;

c. Ketentuan dalam pemberianpembiayaan;

d. Ketentuan dalam pelaporan baiklaporan internal, laporan kepadaBank Indonesia maupun laporankepada pihak ketiga lainnya;

e. Ketentuan perpajakan;f. Ketentuan dalam akad kontrak;g. Fatwa Dewan Syariah Nasional

(Karim, 2013: 276).Resiko kepatuhan dapat

bersumber antara lain dari perilakusetidaknya aktivitas bank yangmenyimpang atau melanggar dariketentuan atau peraturanperundang-udangan (Rianto, 2013:233). Contoh: Petugas sebuah bankterlambat dalam menyampaikanlaporan Sistem Informasi Debitur(SID) kepada Bank Indonesia. Atasketerlambatan pelaporan itu, banktersebut akan dikenakan denda olehBank Indonesia. petugas tersebuttelah membawa banknya sendirimenghadapi resiko kepatuhan(Ikatan Bankir Indonesia: 345).

Kegagalan manajemen resikokepatuhan dapat menimbulkanpenarikan besar-besaran dana pihakketiga, menimbulkan masalahlikuiditas, ditutupnya bank olehotoritas, dan bahkan bisa mengalamikebangkrutan. Oleh karena itu,tujuan utama manajemen resikountuk resiko kepatuhan adalah

Page 10: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Volume I, Nomor 2, Desember 2016 Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam

- 45 -

untuk memastikan bahwa prosesmanajemen resiko dapatmeminimalkan kemungkinandampak negatif dari perilaku banksyariah yang melanggar standar yangberlaku secara umum, ketentuan,dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku (Rianto,2013: 233).

6. Manajemen Resiko HukumResiko yang disebabkan oleh

adanya kelemahan aspek yuridis,seperti: adanya tuntutan hukum,ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung ataukelemahan perjanjian seperti tidakterpenuhinya syarat keabsahan suatukontrak atau pengikatan agunanyang tidak sempurna (Rianto, 2013:213).

Sebagai Contoh: Bank H tidakmelakukan legal meeting dengan baikketika memberikan kredit modalkerja kepada PT A, terutamaverifikasi atas pengesahanKementrian Hukum dan HAM atasperubahan Anggaran Dasar PT A. Dikemudian hari, ternyata pengurus PTA telah memalsukan pengesahanAnggaran Dasar PT A. Perbuatanpengurus PT A tersebut telahmenyebabkan Bank H berpotensimengalami resiko hukum (IkatanBankir Indonesia: 345).

Tujuan utama manajemenresiko hukum adalah memastikanproses manajemen resiko dapatmeminimalkan kemungkinandampak negatif dari kelemahanaspek yuridis, ketiadaan, dan/atauperubahan peraturan perundang-undangan. Dalam kaitan denganresiko hukum ini, hal-hal yang perludiperhatikan adalah:

a. Keharusan memiliki kebijakandan prosedur secara tertulis;

b. Keharusan melaksanakanprosedur analisis aspek hukumterhadap produk dan aktivitasbaru;

c. Keharusan memiliki satuan kerjayang berfungsi sebagai ‘legalwacth”, tidak saja terhadap hukumpositif tetapi juga terhadap fatwaDSN dan ketentuan-ketentuanlain.

d. Keharusan menilai dampakperubahan ketentuan/ peraturanterhadap resiko hukum;

e. Keharusan untuk menerapkansanksi secara konsisten;

f. Keharusan untuk melakukankajian secara berkala terhadapakad, kontrak, dan perjanjian-perjanjian bank dengan pihak laindalam hal efektifitas danenforceability (Karim, 2013: 278).

7. Manajemen Resiko StrategisResiko yang antara lain

disebabkan oleh adanya penerapandan pelaksanaan strategi bank yangtidak tepat, pengambilan keputusanbisnis yang tidak tepat atau banktidak mematuhi/ tidak melaksanakanperubahan perundang-undangan danketentuan lain yang berlaku.Pengelolaan resiko kepatuhandilakukan melalui penerapan sistempengendalian internal secarakonsisten. Indikasi dalam resikostrategi ini dapat dilihat darikegagalan dalam mencapai targetbisnis yang telah ditetapkan, baiktarget keuangan maupun non-keuangan (Karim, 2013: 277).

Resiko strategis dapatbersumber antara lain darikelemahan dalam proses formulasi

Page 11: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume I, Nomor 2, Desember 2016

- 46 -

strategi dan ketidaktepatan dalamperumusan strategi, sistem informasimanajemen (SIM) yang kurangmemadai, hasil analisis lingkunganinternal dan ekstrenal yang kurangmemadai, penetapan tujuan strategisyang terlalu agresif, ketidaktepatandalam implementasi strategi, dankegagalan mengantisipasi perubahanlingkungan bisnis (Rianto, 2013:223).

Contoh: Pada Rencana BisnisBank A tercantum rencana launchinglayanan internet banking dalam rangkameningkatkan pelayanan kepadanasabahnya. Namun, layanantersebut tidak diikuti peningkatankapasitas core banking system sehinggasering terjadi kegagalan transaksipada internet bankingnya. Atasketidaksiapan infrastruktur Bank A,maka Bank A rentan terhadap resikostrategis (Ikatan Bankir Indonesia,346).

Kegagalan manajemen resikostrategis dapat menimbulkanpenarikan besar-besaran dana pihakketiga, menimbulkan masalahlikuiditas, ditutupnya bank olehotoritas, dan bahkan bisa mengalamikebangkrutan. Oleh karena itu,tujuan utama manajemen resikostrategis adalah untuk memastikanbahwa proses manajemen resikodapat meminimalkan kemungkinandampak negatif dari ketidaktepatanpengambilan keputusan strategisdan kegagalan dalam mengantisipasiperubahan lingkungan bisnis(Rianto, 2013: 223).

8. Manajemen Resiko ReputasiResiko reputasi disebabkan

oleh adanya publikasi negatif yangterkait dengan kegiatan bank atau

adanya persepsi negatif terhadapbank. Contoh: Mesin ATM Bank Asering mengalami “off- line” sehinggamembuat kecewa nasabahnya setiapkali melakukan transaksi pada mesinATM Bank A. Nasabahmelampiaskan rasa kekecewaannyamelalui kontak pembaca di HarianNasional. Atas pemberitaan itu makanasabah tersebut telahmengakibatkan Bank A berpotensimenghadapi resiko reputasi (IkatanBankir Indonesia: 346). Hal-hal yangsangat berpengaruh terhadapreputasi adalah: a) Manajemen; b)Pemegang saham; c) Pelayanan yangdisediakan; d) Penerapan prinsip-prinsip syariah; e) Publikasi (Karim,2013: 275).

Kegagalan manajemen resikoreputasi dapat menimbulkanpenarikan besar-besaran dana pihakketiga, menimbulkan masalahlikuiditas, ditutupnya bank olehotoritas, dan bahkan bisa mengalamikebangkrutan. Oleh karena itu,tujuan utama manajemen resikoreputasi adalah untukmengantisipasi dan meminimalkandampak kerugian dari resikoreputasi bank syariah. Resikoreputasi dalam bisnis dapatbersumber dari berbagai aktivitasbisnis bank syariah (Rianto, 2013:245).

Apabila manajemen dalampandangan stakeholder dinilai baikmaka resiko reputasi menjadirendah, demikian juga bilaperusahaan dimiliki oleh pemegangsaham yang kuat maka resikoreputasi rendah. Dalam halpelayanan, bila pelayanan kurangbaik maka resiko reputasi menjaditinggi. Dalam penerapan prinsip-

Page 12: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Volume I, Nomor 2, Desember 2016 Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam

- 47 -

prinsip syariah haruslahdilaksanakan secara konsisten agartidak menimbulkan penilaian negatifterhadap penerapan sistem syariahtersebut yang dapat mengakibatkantimbulnya publikasi negatif sehinggaakan menaikkan tingkat resikoreputasi (Karim, 2013: 275).

9. Resiko Imbal HasilResiko akibat perubahan

tingkat imbal hasil yang dibayarkankepada nasabah karena terjadiperubahan tingkat imbal hasil yangditerima bank dari penyaluran dana,yang dapat memengaruhi perilakunasabah dana pihak ketiga bankyang disebabkan oleh perubahanekspektasi tingkat imbal hasil yangditerima dari bank syariah.Perubahan ekspektasi bisadisebabkan oleh faktor internalseperti menurunnya nilai aset bankatau faktor eksternal seperti naiknyareturn yang ditawarkan bank lain(Rianto, 2013: 257).

Sebagai Contoh:a. Bank memberikan imbal hasil

dana yang lebih kecildibandingkan dengan bulan laluakibat beberapa debiturnyamengalami penurunan kualitaspembiayaan;

b. Bank mengambil kebijakan untukmeningkatkan tingakt imbal hasildana guna mempertahankannasabah deposan besar yangberpotensi kepada bank lain(Ikatan Bankir Indonesia: 346).

c. Bank Syariah mengharapkan hasil7% dari asetnya yang nantinyaakan dibagikan kepada investor,pada saat yang sama BI rate naikmenjadi 8%.

Dalam manajemen resikoimbal hasil, bank syariah harusmemiliki sistem yang tepat untukidentifikasi dan pengukuran faktoryang bisa meningkatkan resiko imbalhasil tersebut. Bank syariah harusmenggunakan teknik neraca untukmenimilisir eksposur menggunakanbeberapa strategi berikut:a. Menentukan rasio laba pada masa

depan dibandingkan denganekspektasi kondisi pasar;

b. Mengembangkan instrumen baruyang sesuai syariah;

c. Menerbitkan sekuritisasi tranchesyang sesuai dengan aset yangdiizinkan dalam ketentuansyariah (Rianto, 2013: 257).

10.Resiko InvestasiResiko Investasi adalah

resiko akibat bank ikut menanggungkerugian usaha nasabah yangdibiayai dalam pembiayaan berbasisbagi hasil. Resiko ini timbul apabilabank memberikan pembiayaanberbasis bagi hasil kepada nasabah dimana bank ikut menanggung resikoatas kerugian nasabah yang dibiayai(profit and loss sharing). Resikoinvestasi memiliki beberapa fiturberbeda:a. Sifat investasi ekuitas

memerlukan pengawasanmendalam untuk mengurangiasimetri informasi;

b. Mudhorobah dan musyarakah adalahperjanjian pembagian keuntungandan kerugian serta menghadapiresiko hilangnya modal walaudengan pengawasan yangmemadai. Tingkat resiko lebihtinggi dibandingkan investasilain.

Page 13: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume I, Nomor 2, Desember 2016

- 48 -

c. Investasi ekuitas selain investasipasar saham tidak memiliki pasarsekunder yang mengakibatkanbesarnya biaya untuk keluar lebihawal. Tidak likuidnya investasitersebut dapat menyebabkankerugian pada bank (Rianto, 2013:260).

Sebagai Contoh:a. Bank menderita kerugian atas

fasilitas pembiayaan Mudhorobahyang disalurkan kepada suatunasabah yang bergerak di bidangusaha tekstil;

b. Bank menderita kerugian akibatnasabah yang bergerak di bidangusaha pertambangan batu baramengalami penurunan omsetpenjualan dalam beberapa bulanterakhir (Ikatan Bankir Indonesia:347).

Dengan demikian, banksyariah harus memiliki strategi,manajemen resiko dan proseslaporan yang memadai sehubungandengan karakteristik resiko investasitermasuk investasi mudhorobah danmusyarakah. Bank syariah harusmemastikan metodologi valuasi yangtepat dan konsisten menilai potensidampak dari metode perhitungandan alokasi laba. Bank syariah harusmenetapkan strategi keluar dalamkegiatan investasi modal merekadengan persetujuan DPS (Rianto,2013: 261).

E. Penerapan Manajemen Resiko PadaPerbankan Syariah

Manajemen risiko merupakansuatu pembuatan keputusan yangberkontribusi terhadap tercapainyatujuan perusahaan dengan penerapanbaik di tingkat aktivitas individual dandalam bidang fungsional (Henz and

Berg, 2010: 79-95). Sehingga,Manajemen resiko merupakan unsurpenting yang penerapannya sangatperlu diperhatikan, khususnya padabank sebagai salah satu lembagakeuangan (financial institution)(Umam,2013: 134).

Penerapan manajemen resikodapat meningkatkan shareholder value,memberikan gambaran kepadapengelola bank mengenai kemungkinankerugian bank di masa mendatang,meningkatkan metode dan prosespengambilan keputusan yang sistematisyang didasarkan atas ketersediaaninformasi, yang digunakan sebagai dasarpengukuran yang lebih akurat mengenaikinerja bank, serta menciptakaninfrastruktur manajemen resiko yangkokoh dalam rangka meningkatkandaya saing bank (Rivai dan Arifin, 2013:941).

Bagi perbankan dapatmeningkatkan share value, memberikangambaran kepada pengelola bankmengenai kemungkinan kerugian bankdi masa datang, meningkatkan metodedan proses pengambilan keputusanyang sistematis didasarkan atasketersediaan informasi, digunakansebagai dasar pengukuran yang lebihakurat mengenai kinerja bank,digunakan untuk menilai risiko yangmelekat pada instrument atau kegiatanusaha bank yang relatif kompleks sertamenciptakan infrastruktur manajemenrisiko yang kokoh dalam rangkameningkatkan daya saing bank(Yulianti: 151-165).

Praktik manajemen risiko diperbankan dapat menggunakanberbagai alternatif penilaian profilrisiko. Standar Basel II menggunakanbeberapa altenatif pendekatan macam-macam risiko dalam menghitung

Page 14: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Volume I, Nomor 2, Desember 2016 Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam

- 49 -

kebutuhan modal yang sesuai denganprofil risiko bank. Melalui implementasiBasel II pula, Bank Indonesiadiharapkan dapat meningkatkan aspekmanajemen risiko agar bank semakinresisten terhadap perubahan-perubahanyang terjadi baik di dalam negeri,

regional maupun internasional (Goyal,2010: 102-109).

Berikut ini adalah gambaranumum tentang proses manajemenresiko (Yun, 2006: 63-71):

Penerapan manajemen resiko dibank syariah wajib disesuaikan dengantujuan, kebijakan usaha, ukuran, dankompleksitas usaha serta kemampuanbank. Kompleksitas usaha adalahkeragaman dalam jenis transaksiproduk/jasa jaringan usaha. Sementaraitu, kemampuan bank meliputikemampuan keuangan, infrastrukturpendukung, dan kemampuan sumberdaya insani (Rianto, 2013: 36).

Penerapan manajemen resikopaling kurang memuat: (1) Penerapanmanajemen resiko secara umum; (2)Penerapan manajemen resiko untukmasing-masing resiko, yang mencakup8 (delapan) resiko, yaitu resiko kredit,resiko pasar, resiko likuiditas, resikooperasional, resiko hukum, resikostrategis, resiko kepatuhan, dan resikoreputasi; (3) Penilaian profil resiko(Ikatan Bankir Indonesia: 342).

Dalam pelaksanaannya, prosesidentifikasi, pengukuran, pemantauan

dan pengendalian resikomemperhatikan hal-hal sebagai berikut:1. Identifikasi resiko dilaksanakan

dengan melakukan analisis terhadap:(a) Karakteristik resiko yangmelekat pada aktivitas fungsional;(b) Resiko dari produk dan kegiatanusaha.

2. Pengukuran resiko dilaksanakandengan melakukan: (a) Evaluasisecara berkala terhadap kesesuaianasumsi, sumebr data, dan proseduryang digunakan untuk mengukurresiko; (b) Penyempurnaan terhadapsiistem pengukuran resiko apabilaterdapat perubahan kegiatan usaha,produk, transaksi dan faktor resikoyang bersifat material.

3. Pemantauan resiko dilaksanakandengan melakukan: (a) Evaluasiterhadap eksposur resiko; (b)Penyempurnaan proses pelaporanapabila terdapat perubahan kegiatanusaha, produk, transaksi, faktor

Page 15: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume I, Nomor 2, Desember 2016

- 50 -

resiko, teknologi informasi dansistem informasi manajemen resikoyang bersifat material.

4. Pelaksanaan proses pengendalianresiko, digunakan untuk mengelolaresiko tertentu yang dapatmembahayakan keberlangsunganbank (Karim, 2013: 260).

Kualitas penerapan manajemenresiko meliputi:1. Tata kelola resiko (risk governance).

Tata kelola resiko (risk governance)mencakup pengawasan aktif(management oversight) DewanKomisaris dan Direksi, serta riskappetite.

2. Kerangka manajemen resiko (riskmanagement framework). Kerangkamanajemen resiko (risk managementframework) meliputi kecukupankebijakan, prosedur, dan penetapanlimit.

3. Kecukupan proses manajemenresiko. Proses manajemen resikoterdiri atas proses identifikasi,penilaian, pengendalian (mitigasiresiko), serta sistem informasimanajemen resiko.

4. Sistem pengendalian internal yangmenyeluruh (Ikatan BankirIndonesia: 347). Secara sederhana,uraian profil resiko dapatdigambarkan melalui iustrasi berikut(Ikatan Bankir Indonesia: 349):

Page 16: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Volume I, Nomor 2, Desember 2016 Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam

- 51 -

F. Kesimpulan1. Bank syariah akan selalu berhadapan

dengan berbagai dengan berbagaijenis resiko dengan kompleksitasberagam dan melekat pada kegiatanusahanya. Resiko dalam konteksperbankan merupakan suatukejadian potensial, baik dapatdiperkirakan (anticipated) maupunyang tidak dapat diperkirakan(unanticipated) yang berdampaknegatif terhadap pendapatan danpermodalan bank

2. Resiko adalah potensi kerugianakibat terjadinya suatu peristiwa(events) tertentu. Resiko dalamkonteks perbankan merupakansuatu kejadian potensial, baik yangdapat diperkirakan (expected)maupun yang tidak dapatdiperkirakan (unexpected) yangberdampak negatif terhadappendapatan dan permodalan bank.Resiko juga dapat dianggap sebagaikendala dalam pencapaian suatutujuan

3. Pada masa dekade ini, industriperbankan Indonesia dihadapkandengan risiko yang semakinkompleks akibat kegiatan usahabank yang beragam mengalamiperkembangan pesat sehinggamewajibkan bank untukmeningkatkan kebutuhan akanpenerapan manajemen risiko untukmeminimalisasi risiko yang terkaitdengan kegiatan usaha perbankan.Masa depan industri perbankanSyari’ah akan sangat bergantungpada kemampuannya untukmerespons perubahan dalam duniakeuangan.

4. Manajemen resiko merupakanaktivitas yang utama dari suatu banksebagai lembaga intermediasi yang

bertujuan untuk mengoptimalkantrade off antara resiko danpendapatan, serta membantumerencanakan dan pembiayaanpengembangan usaha secara tepat,efektif dan efisien.

5. Sasaran kebijakan manajemen resikoadalah mengidentifikasi, mengukur,memantau, dan mengendalikanjalannya kegiatan usaha bank dengantingkat resiko yang wajar secaraterarah, terintegrasi, danberkesinambungan. Dengandemikian, manajemen resikoberfungsi sebagai filter atau pemberiperingatan dini (early warning system)terhadap kegiatan usaha bank

6. Manajemen resiko pada perbankansyariah mempunyai karakter yangberbeda dengan bank konvensional,terutama karena adanya jenis-jenisresiko yang khas melekat hanya padabank-bank yang beroperasi secarasyariah. Dengan kata lain, perbedaanmendasar antara bank Islam danbank konvensional bukan terletakbagaimana cara mengukur (how tomeasure), melainkan pada apa yangdinilai (what to measure)

7. Penerapan Manajemen Resiko BagiBank Umum Syariah dan Unit UsahaSyariah, terdapat 10 (sepuluh) resikoyang harus dikelola bank. Kesepuluhjenis resiko tersebut adalah resikokredit, resiko pasar, resikooperasional, resiko likuiditas, resikokepatuhan, resiko hukum, resikoreputasi, resiko strategis, resikoimbal hasil, dan resiko investasi

8. Penerapan manajemen resiko dapatmeningkatkan shareholder value,memberikan gambaran kepadapengelola bank mengenaikemungkinan kerugian bank di masamendatang, meningkatkan metode

Page 17: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume I, Nomor 2, Desember 2016

- 52 -

dan proses pengambilan keputusanyang sistematis yang didasarkan atasketersediaan informasi, yangdigunakan sebagai dasar pengukuranyang lebih akurat mengenai kinerjabank, serta menciptakaninfrastruktur manajemen resiko yangkokoh dalam rangka meningkatkandaya saing bank.

9. Penerapan manajemen resiko di banksyariah wajib disesuaikan dengantujuan, kebijakan usaha, ukuran, dankompleksitas usaha sertakemampuan bank. Kompleksitasusaha adalah keragaman dalam jenistransaksi produk/jasa jaringan usaha.Sementara itu, kemampuan bankmeliputi kemampuan keuangan,infrastruktur pendukung, dankemampuan sumber daya insani.

10. Penerapan manajemen resiko palingkurang memuat: Penerapanmanajemen resiko secara umum;Penerapan manajemen resiko untukmasing-masing resiko, mencakup 8resiko, yaitu resiko kredit, resikopasar, resiko likuiditas, resikooperasional, resiko hukum, resikostrategis, resiko kepatuhan, danresiko reputasi. Penilaian profilresiko. Kualitas penerapanmanajemen resiko meliputi: Tatakelola resiko Kerangka manajemenresiko Kecukupan prosesmanajemen resiko dan Sistempengendalian internal yangmenyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainul. 2009. Dasar-dasar ManajemenBank Syariah. Jakarta: AzkiaPublisher.

Emira, dkk. 2013. “Comparative Analysis OfRisk Management In ConventionalAnd Islamic Bank”, InternationalBuseness Research, Vol. 6. No. 5.

Goyal, Krishn A. 2010. “Risk Management inIndian Banks: Some EmergingIssues”. The Indian Economic Journal,Vol. 1, No. 1.

Henz and Berg. 2010. “Risk Management,Procedure, Methods, AndExperiences,” Journal RT & A, Vol. 1,No. 2.

Ikatan Bankir Indonesia. 2014. MemahamiBisnis Syariah. Jakarta: GramediaPustaka.

Karim, Adiwarman. 2013. Bank Islam: AnalisisFiqh dan Keuangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Kartika Sari, Lisa. 2014. “PenerapanManajemen Resiko Pada PerbankanSyariah Di Indonesia” dalam E-Journal Unesa.

Khan and Ahmed. 2001. “Risk Management:An Analysis of Issues in IslamicFinancial Industry,” OccasionalPaper, No. 5. Jeddah: IslamicDevelopment Bank (IRTI).

Makiyan, Nezammudin. 2014. “RiskManagement And Challange InIslamic Banking” dalam Journal OfIslamic Economic, Banking And Finance.

Muhammad. 2011. Manajemen Bank Syariah.Yogyakarta: STIM YKPN.

Mustikawati, dkk. 2013. PenerapanManajemen Resiko UntukMeminimalisir Resiko KreditMacet, dalam Jurnal AdministrasiBisnis. Malang: UniversitasBrawijaya.

Page 18: MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Volume I, Nomor 2, Desember 2016 Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam

- 53 -

Peraturan Bank Indonesia, No. 13/23/PBI/2011, Tentang PenerapanManajemen Resiko Pada BankUmum Syariah Dan Unit UsahaSyariah.

Romdhoni, Abdul Haris. 2012. AnalisisManajemen Pembiayaan Mudhorobah DiBank Syariah Surakarta. Yogyakarta:TESIS UIN Sunan Kalijaga.

Rianto, Rustam Bambang. 2013. ManajemenResiko Perbankan Syariah di Indonesia.Jakarta: Salemba Empat.

Saputra, Anda. 2012. Manajemen ResikoPembiayaan Mudhorobah. Yogyakarta:TESIS UIN Sunan Kalijaga.

Surat Edaran Nomor 13/23/DPNP/2011tentang Penerapan ManajemenRisiko bagi Bank Umum.

Umam, Khoirul. 2013. Manajemen PerbankanSyariah, Bandung: Pustaka Setia.

Veitzal, Rivai dan Arviyan Arifin. 2010.Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsepdan Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara.

Yun, Seng, 2006. “Manajemen ResikoPerbankan Syariah” dalam JurnalSistem Informasi UKM, Vol. 1, No. 1.

Yulianti, Rahmani. 2009. “ManajemenResiko Perbankan Syariah” dalamJurnal La Riba Vol. 3, No. 2.