mapri erni - identifikasi masalah

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sehat secara fisik dimaksudkan tidak adanya rasa sakit dan tidak ada gangguan dari fungsi tubuh, sedangkan sehat secara jiwa memenuhi sehat pikiran, emosi dan spiritual. Untuk sehat secara sosial yaitu kemampuan berinteraksi dengan kelompok lain secara baik dan harmonis, sedangkan sehat secara ekonomi berkaitan dengan produktivitas individu tersebut. Menurut L. Bloom ada faktor-faktor yang saling berhubungan erat yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat, yaitu faktor keturunan, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Jika salah satu dari keempat faktor tersebut mengalami gangguan maka akan timbul masalah kesehatan. Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya Puskesmas. Tujuan utama dari adanya Puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yang relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah. 1

Upload: erni-yessyca-simamora

Post on 02-Jan-2016

234 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

PH

TRANSCRIPT

Page 1: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari

badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomi. Sehat secara fisik dimaksudkan tidak adanya rasa sakit dan tidak ada gangguan dari

fungsi tubuh, sedangkan sehat secara jiwa memenuhi sehat pikiran, emosi dan spiritual. Untuk

sehat secara sosial yaitu kemampuan berinteraksi dengan kelompok lain secara baik dan

harmonis, sedangkan sehat secara ekonomi berkaitan dengan produktivitas individu tersebut.

Menurut L. Bloom ada faktor-faktor yang saling berhubungan erat yang

mempengaruhi status kesehatan masyarakat, yaitu faktor keturunan, perilaku, lingkungan dan

pelayanan kesehatan. Jika salah satu dari keempat faktor tersebut mengalami gangguan maka

akan timbul masalah kesehatan.

Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan

kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat mutlak, negara dan

aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang bermutu dan mudah didapatkan

setiap saat. Salah satu wujud nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah

adanya Puskesmas. Tujuan utama dari adanya Puskesmas adalah menyediakan layanan

kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yang relatif terjangkau untuk masyarakat,

terutama masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.

Masalah kesehatan adalah kesenjangan dalam masalah kesehatan yang dapat diamati

antara situasi dan kondisi yang terjadi dengan situasi dan kondisi yang diharapkan, atau

kesenjangan yang dapat diukur antara hasil yang mampu dicapai dengan tujuan dan target

yang ingin dicapai yang berhubungan. Masalah juga dapat dirumuskan dalam bentuk

hambatan kerja dan kendala yang dihadapi staf Puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan dan

program Puskesmas.

Puskesmas yang merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk

jenjang tingkat pertama berperan penting dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat

dengan memberikan pelayanan secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui

program-program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Namun pada kenyataannya ada

kerumitan atau masalah yang terjadi dalam peran puskesmas itu sendiri untuk memberikan

pelayanan yang baik contohnya, peran puskesmas dalam hal identifikasi masalah terutama

1

Page 2: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

berkaitan dengan program pokok puskesmas (basic six program) yang ada di lingkungan

kerjanya sehingga penulis menuangkan kedalam bentuk tulisan untuk membahas lebih dalam

lagi mengenai hal tersebut.

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang masalah-masalah kesehatan yang terjadi di ruang

lingkup wilayah kerja Puskesmas Pauh

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum

Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di

lingkup Puskesmas secara umum.

b. Tujuan khusus

Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerja

Puskesmas Pauh.

Mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah di

lingkup Puskesmas

Sebagai salah satu syarat menjalankan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai

literatur, laporan tahunan Puskesmas Pauh tahun 2012, dan diskusi.

2

Page 3: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Fungsi Puskesmas

a. Definisi Puskesmas (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008)

“Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang

berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan

pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara

menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah

ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak

mencakup aspek pembiayaan”.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kab/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah

kecamatan. Sebagai unit pelaksana teknis puskesmas melaksanakan sebagian tugas Dinas

kesehatan Kab/kota

Puskesmas juga bisa di definisikan sebagai suatu unit organisasi yang bergerak dalam

bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat

pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan

secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah

ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup

aspek pembiayaan.

Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh

seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang

disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive,

preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh Puskesmas harus

diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih

mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service).

RS Provinsi

RS Kabupaten

Puskesmas Kecamatan

Puskesmas Kelurahan

Posyandu

3

Page 4: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

Gambar 1. Level Pelayanan Kesehatan

(Sumber : Kebijakan Dasar Puskesmas (Kepmenkes No 128 Th 2004) Dr. Benny Soegianto,

MPH. 28 Maret 2007)

b. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas

Visi dan misi Puskesmas di Indonesia dapat kita lihat pula dalam SPM (Standar

Pelayanan Minimal). Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar dengan batas-batas

tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan

dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup : jenis pelayanan, indikator, dan

nilai (benchmark). Pelaksanaan Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM)

diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas : UW-SPM yang wajib diselenggarakan oleh

seluruh kabupaten-kota di seluruh Indonesia dan UW-SPM spesifik yang hanya

diselenggarakan oleh kabupaten-kota tertentu sesuai keadaan setempat. UW-SPM wajib

meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar, penyelenggaraan perbaikan gizi

masyarakat, penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular, penyelenggaraan promosi

kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM spesifik meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan

dan pemberantasan penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan

Standard Pelayanan Minimal.

RANCANGAN KEWENANGAN WAJIB DAN STANDARD PELAYANAN MINIMAL

Kewenangan Wajib Jenis Pelayanan

1. Penyelenggaraan

Pelayanan Kesehatan

Dasar

Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

Pelayanan kesehatan bayi dan anak pra sekolah

Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan

remaja

Pelayanan kesehatan usia subur

Pelayanan kesehatan usia lanjut

Pelayanan imunisasi

Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat

Pelayanan pengobatan / perawatan

4

Page 5: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

2. Penyelenggaraan

pelayanan kesehatan

rujukan dan penunjang

Pelayanan kesehatan dengan 4 kompetensi

dasar (kebidanan, bedah, penyakit dalam, anak)

Pelayanan kesehatan darurat

Pelayanan laboratorium kesehatan yang

mendukung upaya kesehatan perorangan dan

kesehatan masyarakat

Penyediaan pembiayaan dan jaminan kesehatan

3. Penyelenggaraan

pemberantasan penyakit

menular

Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi

dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa

(KLB)

Pencegahan dan pemberantasan penyakit polio

Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB

paru

Pencegahan dan pemberantasan penyakit

malaria

Pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta

Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA

Pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV-

AIDS

Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD

Pencegahan dan pemberantasan penyakit diare

Pencegahan dan pemberantasan penyakit

fliariasis

4. Penyelenggaraan

perbaikan gizi masyarakat

Pemantauan pertumbuhan balita

Pemberian suplemen gizi

Pelayanan gizi

Penyuluhan gizi seimbang

Penyelenggaraan kewaspadaan gizi

5. Penyelenggaraan promosi

kesehatan

Penyuluhan prilaku sehat

Penyuluhan pemberdayaan masyarakat dalam

upaya kesehatan

6. Penyelenggaraan

kesehatan lingkungan dan

sanitasi dasar

Pemeliharaan kualitas lingkungan fisik, kimia,

biologi

Pengendalian vektor5

Page 6: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum

7. Pencegahan dan

penanggulangan

penyalahgunaan narkotika,

psikotropika dan zat

adiktif lain

Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan dan

Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA)

yang berbasis masyarakat

8. Penyelenggaraan

pelayanan kefarmasian

dan pengamanan sediaan

farmasi, alat kesehatan

serta makanan dan

minuman

Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan

untuk pelayanan kesehatan dasar

Penyediaan dan pemerataan pelayanan

kefarmasian di saranan pelayanan kesehatan

Pelayanan pengamanan farmasi alat kesehatan

Tabel 1. Rancangan Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal

c. Program Pokok Puskesmas

a. Promosi kesehatan

b. Kesehatan lingkungan

c. Kesehatan ibu dan anak serta KB

d. Perbaikan gizi masyarakat

e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

f. Pengobatan

Pelaksanaan kegiatan tersebut diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat

terkecil.Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan

keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya.Setiap kegiatan pokok

Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa

(PKMD). Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti

tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program

kesehatan pengembangan.

2.2 Identifikasi masalah

a. Pengertian Masalah6

Page 7: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.Identifikasi masalah

dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut jenis program,

cakupan, mutu, ketersediaan sumber daya.

b. Sumber Masalah

Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dengan berbagai

cara,diantaranya:

• Laporan-laporan kegiatan Puskesmas yaitu Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Puskesmas (SP3) dan Sistem Informasi Posyandu (SIP), Laporan sarana kesehatan

swasta, Umpan balik cakupan program dan profil kesehatan dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, Laporan kantor Kecamatan, dinas/instansi terkait tingkat kecamatan,

dan Desa/Kelurahan;

• Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)/Local Area Monitoring (LAM) upaya

Puskesmas seperti PWS-KIA/KB-Imunisasi, PWS-Gizi, PWS-Penyehatan Lingkungan;

• Laporan mingguan penyakit menular/wabah;

• Surveilans epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit menular, dilakukan

bila diketemukan penderita penyakit menular seperti demam berdarah dengue, morbili;

• Survei Mawas Diri (MMD) pada pelaksanaan tahapan-tahapan PKMD, seperti pada

pembentukan dan pengembangan Desa Siaga.

c. Pendekatan Masalah

Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan

yakni :

1. Pendekatan logis

Secara logis, identifikasi masalah kesehatan dilakukan mengukur mortalitas,

morbiditas, dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam masyarakat.

2. Pendekatan pragmatis

Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa tidak aman yang

ditimbulkan penyakit atau kecelakaan.Dengan demikian ukuran pragmatis suatu

masalah gangguan masalah adalah gambaran upaya masyarakat untuk memperoleh

pengobatan, misalnya jumlah orang yang datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.

3. Pendekatan politis

7

Page 8: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

Dalam pendekatan ini, maslah kesehatan diukur atas dasar pendapat orang-orang

penting dalam suatu masyarakat (pemerintah atau tokoh-tokoh masyarakat).

d. Merumuskan masalah

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program puskesmas tidak memungkinkan

untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan prioritas masalah yang

merupakan masalah terbesar.Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah teknik skoring. Dari

masalah tersebut akan dibuat plan of action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu

pelayanan.

Ada beberapa cara untuk menentukan prioritas masalah kesehatan, antara lain teknik

skoring, teknik non skoring, dan mempertimbangkan trend/ kebijakan.

a. Teknik Skoring

Yaitu memberikan nilai (skore) terhadap masalah kesehatan masyarakat dengan

menggunakan ukuran (parameter) seperti:

• Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah;

• Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase);

• Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet

need);

• Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit);

• Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility);

• Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah

(resources availibilily).

1. Metode Bryant

Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:

Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi

Seriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah

dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian

akibat masalah kesehatan tersebut

Manageability : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan

sumber daya

8

Page 9: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah

kesehatan tersebut

Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari priori-

tasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima

yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian den-

gan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing masa-

lah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan se-

bagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil

yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menen-

tukan prioritas masalah yang akan diambil.

2. Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)

Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan

mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-masalah yang ingin di-

cari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini memakai lima kriteria untuk

penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan

dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih ob-

jektif.Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Kri-

teria yang dipakai terdiri dari:

Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian

Greetes member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi

Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan

Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan

Policy : Kebijakan pemerintah daerah/nasional

3. Metode Matematik PAHO

Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang ingin

dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk penilaian masalah

yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:

Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit

yang ditunjukkan dengan angka prevalens

Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatal-

ity rate masing-masing penyakit 9

Page 10: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif un-

tuk mengatasi masalah tersebut

Community and political concern : Menunjukkan sejauh mana masalah terse-

but menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi

Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.Parameter dile-

takan pada kolom dan masalah masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada

baris. Pengisian dilakukan dari atas ke bawah. Hasilnya didapat dari perkalian para-

meter tersebut. Masalah yang mempunyai skor tertinggi, dijadikan sebagai prioritas

masalah.

Diputuskan untuk menggunakan metode MCUA karena metode ini menempatkan

parameter pada kedudukan dengan berdasarkan bobot dan memberikan hasil final

score yang objektif di mana score yang diberikan pada tiap-tiap parameter ditambahkan,

lebih sederhana dan mudah dalam penggunaannya.

Dari masalah yang didapat diberikan penilaian pada masing-masing masalah dengan

membandingkan masalah satu dengan lainnya, kemudian tiap masalah tersebut diberikan

nilai.

4.METODE MCUA

Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan prioritas masalah

adalah :

1. Emergency

Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan

kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini

adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun

jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif

berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh per-

masalahan tersebut. Misalnya masalah K1, maka yang digunakan sebagai parameter

adalah angka kematian ibu, dan lain sebagainya.

2. Greetes member

Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena masalah

kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka parameter

yang digunakan adalah prevalence rate.Sedangkan untuk masalah lain, maka greetes 10

Page 11: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada

sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.

3. Expanding Scope

Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar

sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas wilayah

yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta be-

rapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah

tersebut.

4. Feasibility

Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin masalah

tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan sumber daya

manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan

bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan terse-

but.

5. Policy

Berhubung orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah kesehatan

masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat memiliki kepedu-

lian terhadap masalah tersebut serta apakahkebijakan pemerintah mendukung tersele-

saikannya masalah tersebut. Hal tersebut dapat dinilai dengan apakah ada seruan atau

kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, apakah ada lem-

baga atau organisasi masyarakat yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta

apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.

Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah dan

masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan penilaian

masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif. Pada metode ini harus ada ke-

sepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.

Pembobotan berarti penentuan kepentingan relatif dari setiap kriteria yang dipilih.

Kisaran pembobotan yang digunakan adalah 1-5, artinya bobot terendah 1 sedang yang

tertinggi adalah 5. Masalah yang memperoleh nilai tertinggi adalah yang diprioritaskan.

Pemberian bobot atau skor kriteria terhadap masalah :

Urgensi : Merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan

11

Page 12: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

Nilai 1 : Tidak penting

Nilai 2 : Kurang penting

Nilai 3 : Cukup penting

Nilai 4 : Penting

Nilai 5 : sangat penting

Intervensi

Nilai 1 : tidak mudah

Nilai 2 : kurang mudah

Nilai 3 : cukup mudah

Nilai 4 : mudah

Nilai 5 : sangat mudah

Biaya

Nilai 1 : sangat mahal

Nilai 2 : mahal

Nilai 3 : cukup murah

Nilai 4 : murah

Nilai 5 : sangat murah

Kemungkinan meningkatkan mutu

Nilai 1 : sangat rendah

Nilai 2 : rendah

Nilai 3 : cukup sedang

Nilai 4 : tinggi

Nilai 5 : sangat tinggi

b. Teknik Non Skoring

Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab

itu disebut nominal group technique (NGT). Ada 2 (dua) macam NGT, yaitu:

1) Delphi Technique

masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian

yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah yang

disepakati bersama.

Adapun caranya adalah sebagai berikut :

a) Identifikasi masalah yg hendak/perlu diselesaikan;

12

Page 13: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

b) Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yg dianggap mengetahui dan

menguasai permasalahan;

c) Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban kuesioner yang

berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah;

d) Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yg muncul dan mengirim

kembali hasil rangkuman kepada partisipan;

e) Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala prioritas/memeringkat

alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan kepada pemimpin

kelompok/pembuatan keputusan.

2) Delbeq Technique (diperkenalkan oleh Andre Delbeque)

Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat tersebut,

dengan harapan masing-masing orang akan memertimbangkan kembali peringkat yang

diberikannya setelah mengetahui nilai rata-rata, Tidak ada diskusi dalam teknik ini,

yaitu untuk menghindari orang yang dominan memengaruhi orang lain.

Adapun caranya adalah sebagai berikut :

a) Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara 6 sampai 8

orang;

b) Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan peringkat

prioritasnya;

c) Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat atau urutan prioritas untuk

setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya,

d) Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup;

e) Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya dituliskan di

belakang setiap masalah;

f) Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti mendapat

peringkat tinggi (prioritas tinggi).

Cara ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:

a) Menentukan siap yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas tersebut,

b) Penentuan peringkat bisa sangat subyektif,

c) Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan tidak untuk

menentukan prioritas atas dasar fakta

e. Menentukan penyebab

13

Page 14: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

Mencari penyebab masalah dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan metode :

1. Diagram sebab akibat dari Ishikawa (disebut juga diagram tulang ikan karena

digambarkan membentuk tulang ikan)

2. Pohon masalah (problem trees)

Kemungkinan penyebab masalah dapat berasal dari :

1. Masalah input : Dukungan sumber daya Puskesmas seperti pegawai Puskesmas baik

jumlah maupun kualifikasinya,kemauan dan kemampuan kerja pegawai (man), dana

operasional dan program (money). Ketersedian obat baik jenis maupun untuk mengatasi

masalah kesehatan yang berkembang di wilayah kerja Puskesmas, alat kesehatan baik

jenis maupun jumlahnya, sarana penunjang seperti sarana pencatatan dan pelaporan,

sarana transportasi (material). Metode penggerakan dan pemberdayaan masyarakat

dengan metode pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) konsisten

dilaksanakan (method). Segementasi pasar sasaran program dan pemasaran sosial program

Puskesmas (market dan social marketing). waktu kerja yang tersedia untuk

mengembangkan tugas-tugasnya, serta kegiatan dan program Puskesmas (minutes/ time).

Data sasaran program Puskesmas terutama sasaran prioritas seperti PUS, ibu hamil, ibu

menyusui, usia lanjut, bayi, dan anak balita di Posyandu dan Puskesmas. (information).

2. Masalah proses : Masalah ini berhubungan dengan proses manajemen (POAC/E) dan

proses pelayanan kesehatan yang ditunjang oleh pelaksanaan standar mutu pelayanan dan

standard operating procedure (SOP) Puskesmas. Tentang visi, misi, tujuan dan program

Puskesmas oleh stakeholder Puskesmas, tujuan dan rumusan masalah kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas (Planning), Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)

Puskesmas , uraian tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), pembagian tugas dan tanggung

jawab diantara para pegawai Puskesmas (Organizing). Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi,

dan Simplifikasi (KISS) kegiatan dan program Puskesmas (Actuating), Pengawasan,

Pengendalian dan Penilaian (P3) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas,

stratifikasi Puskesmas atau penilaian kinerja (Controlling dan Evaluating).

3. Masalah Output : target cakupan program Puskesmas yang ditetapkan dalam Standar

Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas.

14

Page 15: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

4. Masalah outcome (Hasil akhir) : angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian

(mortalitas) ibu, bayi, dan anak balita serta mengenai status gizi.

5. Masalah Impact (manfaat dan dampak) : benefit cost, kepuasan pelanggan dan

masyarakat serta derajat kesehatan (angka harapan hidup/AHH).

6. Masalah Lingkungan : Lingkungan fisik, biologis, dan sosio-kultural yang

mendukung terhadap keberhasilan program Puskesmas, tentang komitmen, dukungan, dan

keikutsertaan lintas sektoral dan stakeholder Puskesmas.

Kategori yang dapat digunakan antara lain adalah :

1. Man, money, material, methode

2. Apa, bagaimana , mengapa, dimana

Penyebab masalah agar dikonfirmasi dengan sumber data primer ( survey) dan data sekunder

yaitu SP2TP ( kartu pasien, buku register , LPLPO, dsb) ataupun data lainnya.

2.3 Masalah-Masalah yang Muncul di Lingkup Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak pelayanan

kesehatan bagi masyarakat karena cukup efektif membantu masyarakat dalam

memberikan pertolongan pertama dengan standar pelayanan kesehatan. Pelayanan

kesehatan yang dikenal murah seharusnya menjadikan Puskesmas sebagai tempat

pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat, namun pada kenyataannya banyak

masyarakat yang lebih memilih pelayanan kesehatan pada dokter praktek swasta atau

petugas kesehatan praktek lainnya. Kondisi ini didasari oleh persepsi awal yang negatif

dari masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas, misalnya anggapan bahwa mutu

pelayanan yang terkesan seadanya, artinya Puskesmas tidak cukup memadai dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik dilihat dari sarana dan prasarananya

maupun dari tenaga medis atau anggaran yang digunakan untuk menunjang kegiatannya

sehari-hari. Sehingga banyak sekali pelayanan yang diberikan kepada masyarakat itu tidak

sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan. Misalnya: sikap

tidak disiplin petugas medis pada unit pelayanan puskesmas Peudada, yang dikeluhkan

masyarakat. Mereka selalu diperlakukan kurang baik oleh para petugas medis yang dinilai

cenderung arogan, berdalih terbatasnya persediaan obat-obatan pada puskesmas telah

menyebabkan banyak diantara pasien terpaksa membeli obat pada apotik.

15

Page 16: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

Di samping itu, ketika membawa salah seorang warga yang jatuh sakit saat

mengikuti kegiatan perkampungan pemuda, kemudian warga yang lain mengantarnya ke

Puskesmas Peudada, pasien itu tidak dilayani dengan baik bahkan mereka (perawat-red)

mengaku telah kehabisan stok obat. Hal tersebut, tentu telah merusak citra Puskesmas

sebagai pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat yang dianggap dapat membantu

dalam memberikan pertolongan pertama yang sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.

Selain itu, tidak berjalannya tugas edukatif di Puskesmas yang berkaitan dengan

penyuluhan kesehatan yang sekaligus berkaitan dengan tugas promotif. Menurut

masyarakat, petugas puskesmas sangat jarang berkunjung, kalaupun ada, yaitu ketika

keluarga mempunyai masalah kesehatan seperti anggota keluarga mengalami gizi buruk

atau penderita TB. Berarti tugas ini lebih untuk memberikan laporan dan kuratif dibanding

upaya promotif.

Kemudian, perawat puskesmas biasanya aktif dalam BP, puskesmas keliling, dan

puskesmas pembantu. Jelas dalam tugas tersebut, perawat melakukan pemeriksaan pasien,

mendiagnosa pasien, melakukan pengobatan pada pasien dengan membuat resep pada

pasien. Namun, ketika melakukan tugas tersebut tidak ada supervisi dari siapapun,

khususnya penanggung jawab dalam tindakan pengobatan/medis. Tenaga perawat seolah-

olah tidak menghargai kegiatan-kegitan formalnya sendiri, karena mungkin tugas kuratif

lebih penting. Hal ini berdampak kepada status kesehatan masyarakat, status gizi, penyakit

infeksi menular dan mungkin upaya kesehatan ibu dan anak tidak mendapatkan porsi yang

sesuai sehingga berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat.

Kalaulah memang tugas tenaga kesehatan di Puskesmas lebih banyak ke arah

kuratif, maka Puskesmas menjadi unit dari pelayanan Rumah sakit karena Rumah Sakit

akan memiliki banyak sumber daya manusia dan fasilitas medik. Tapi kalaulah Puskesmas

ini menjadi lebih dominan dalam tugas promotif dan preventif maka tugas eksekutif bagi

perawat haruslah digiatkan, dan puskesmas menjadi bagian dari unit Dinas kesehatan, atau

bagian tersendiri yang memiliki otonomi yang kuat dalam mengatur program-programnya,

sedangkan Dinas kesehatan hanya sebagai regulator, pemberi dana dan pengadaan

petugas, untuk pelayanan kesehatan masyarakat diberikan kepada Puskesmas, atau

pelayanan kesehatan dapat ditenderkan kepada pihak swasta. Tidak hanya hal-hal yang

telah diungkapkan di atas, lebih dari itu, masih ada permasalahan yang muncul di lingkup

puskesmas, misalnya: Jam kerja Puskesmas yang sangat singkat hanya sampai jam 14.00

WIB, kemampuan keuangan daerah yang terbatas, puskesmas yang kurang memiliki

otoritas untuk memanfaatkan peluang yang ada, puskesmas belum terbiasa mengelola

16

Page 17: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

kegiatannya secara mandiri, serta kurangnya kesejahteraan karyawan yang berpengaruh

terhadap motivasi dalam melaksanakan tugas di puskesmas

2.4 Faktor-Faktor Penghambat Pelayanan Puskesmas

Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki masalah-

masalah. Adapun masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas itu diakibatkan oleh

faktor-faktor sebagai berikut:

Faktor Internal

1. Pelaksanaan Manajemen

Pelaksanaan manajemen merupakan hal penting yang menentukan dalam

mencapai tujuan yang efisien dan efektif dari tujuan Puskesmas.Dimana fungsi

manajemen itu untuk planning, organizing, leading, dan controling. Pada kegiatan

perencanaan setiap tahunnya sering kali tidak berjalan sehingga kegiatan berjalan apa

adanya sesuai kebiasaan yang dianggap ‘‘baik/sudah biasa’’.

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam mencapai target

dari program-program Puskesmas. Tetapi apa yang terjadi pada Puskesmas di

Indonesia terkesan tidak diperhatikan oleh pemerintah dengan alasan wilayah

geografis yang sulit untuk dijangkau, sehingga sarana dan prasarana yang ada di dalam

Puskesmas sangat terbatas, baik berupa alat medis maupun obat-obatan. Hal ini terjadi

akibat dari sumber keuangan yang dimiliki Puskesmas terbatas sehingga mutu

pelayanan puskesmas pun menjadi rendah karena tidak sesuai dengan standar

kesehatan.

3. Tenaga medis

Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan ketidakmampuannya

melaksanakan program dari Dinas Kesehatan.Misalanya program Posyandu yang tidak

tepat sasaran.

4. Sumber keuangan Puskesmas

Sumber keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah yang didapat tidak

sebanding dengan pengeluaran operasional Puskesmas sehingga biaya pelayanan

Puskesmas pun mahal padahal sarana yang terdapat di sana tidak sebanding dengan

17

Page 18: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

apa yang harus dibayar sehingga hal ini berdampak kepada masyarakat untuk beralih

pergi ke Rumah Sakit saja yang fasilitas lebih baik daripada Puskesmas.

5. Psiko-sosial antara tenaga medis dengan penduduk

Perbedaan psiko-sosial antara tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas dengan

penduduk menimbulkan hambatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan

Puskesmas.Tenaga-tenaga yang diperbantukan di Puskesmas biasanya terdiri dari

orang-orang terpelajar dan bukan berasal dari daerah tersebut, sehingga penduduk

menganggapnya sebagai orang asing. Apalagi jika bahasa yang digunakan adalah

bahasa yang tidak dimengerti oleh penduduk, maka akibatnya penduduk segan untuk

datang ke Puskesmas.

Faktor Eksternal

1. Kondisi Geografis

Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada daerah pelosok atau

setingkat dengan kecamatan.Dimana kecamatan tiap-tiap daerah memilki keadaan

yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan

puskesmas.Memang ada kecamatan-kecamatan yang hanya dengan satu Puskesmas

sudah dapat menjangkau seluruh penduduk. Tetapi ada juga puskesmas yang hanya

dapat dijangkau oleh penduduk yang bermukim di dekatnya karena penduduk yang

lain bertempat tinggal jauh dari Puskesmas.

2. Pemerintah daerah

Peran Pemerintah Daerah yang terkesan gagap ini terlihat atas pemahaman

pembangunan kesehatan yang setengah-setengah dari pihak legislatif dan eksekutif

yang tercermin dari dijadikannya pelayanan kesehatan sebagai tulang punggung

pendapatan daerah.Ini berarti orang sakit dijadikan tulang punggung pendapatan

daerah.Padahal upaya menyehatkan masyarakat sejatinya termaktub dalam hakikat dan

semangat UU.No.22 dan UU No. 25 tahun 1999 yang pada intinya adalah untuk

meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mengembangkan demokrasi menuju

peningkatan kesejahteraan rakyat.Disamping itu alokasi anggaran kesehatan berbagai

daerah mencerminkan kurangnya perhatian terhadap investasi hak-hak dasar

pembangunan manusia diantaranya pelayanan kesehatan dasar.

3. Keadaan Ekonomi Penduduk

Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam sulitnya mengupayakan

pelayanan kesehatan pada masyarakat.Jumlah warga negara Indonesia mayoritas

18

Page 19: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

bermata pencarian petani dan nelayan yang mana kondisi ekonominya kurang

memadai.Walaupun ada ketentuan yang memperbolehkan mereka yang tidak mampu

untuk tidak usah membayar retribusi di Puskesmas, namun kenyataannya orang-orang

yang demikian justru enggan datang ke Puskesmas.

4. Kondisi Pendidikan Penduduk

Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam menghambat pelayanan yang

dihadapi oleh Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan pada tingkat pertama,

karena pada umumnya pendidikan masyarakat desa masih rendah, maka pola pikir

mereka sangat sederhana dan kurang atau bahkan belum paham akan arti kesehatan.

Mereka cenderung mengikuti sifat-sifat tradisional yang sejak dulu dipegang oleh

masyarakat dan lingkungannya.

5. Peran Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan yang berada di Propinsi bekerja pada aspek melayani

penyembuhan penyakit yang sudah diderita oleh penduduk dibandingkan dengan

melayani obat-obatan yang dapat digunakan sebagai upaya pencegahan timbulnya

suatu penyakit pada penduduk. Dengan kata lain pelayanan kesehatan Puskesmas lebih

banyak ditekankan pada tindakan kuratif dibandingkan pada tindakan preventif apalagi

promotif. Selain itu Dinas Kesehatan juga kurang melakukan koordinasi dan

pengawasan terhadap pelaksanaan program-program Puskesmas yang sudah ada

sehingga tidak terwujudnya pelayanan kesehatan di tingkat basis.

19

Page 20: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

BAB III

ANALISIS SITUASI

3.1 Kondisi Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Pauh terletak di Kecamatan Pauh, pada 00 58’ Lintang Sela-

tan, 1000 21’ 11’ Bujur Timur, sebelah timur pusat Kota Padang yang terdiri 9 (sembilan)

kelurahan. Dengan luas wilayah + 146, 2m Km2 ,terdiri dari 60 % dataran rendah dan 40 %

dataran tinggi. Curah hujan ± 384,88 mm / bulan , temperatur antara 28 0 – 310C dengan batas

wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Solok

2. Sebelah Barat berbatas dengan Wilayah kerja Puskesmas Andalas (Padang Timur).

3. Sebelah Utara berbatas dengan Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koto Tangah

4. Sebelah Selatan berbatas dengan sebagian Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

20

Page 21: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

KEC. KOTO TANGAH

KEC. KURANJI

KEC. LUBUK KILANGAN

KAB. SOLOK

KEC. LUBUK

BEGALUNG

KEC. PADANG

TIMUR

LAMBUNG BUKIT

LIMAU MANIS

LIMAU MANIS SELATAN

KOTO LUAR

BINUANG KP. DALAM

PIAI TANGAHPISANG

KAPALO KOTO

CUPAK TANGAH

U

Gambar 2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

3.2 Keadaan Demografi

Secara statistik wilayah kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh tahun 2010 didiami oleh

61.442 jiwa, terdiri dari laki-laki 30.967 jiwa dan perempuan 30.475 jiwa dengan jumlah

11.328 rumah tangga, atau rata-rata 5 sampai 6 anggota keluarga setiap rumah.

Rasio rata- rata penduduk laki–laki dan wanita adalah 97,72 % dengan tingkat kepa-

datan penduduk terbesar pada Kelurahan Cupak Tangah yaitu 2,377 jiwa/km2. Sedangkan

Kelurahan Limau Manis adalah yang paling jarang penduduknya.

Luas daerah, penduduk dan kepadatannya sesuai dengan data BPS Kota Padang tahun

2011 adalah sebagai berikut.

Kelurahan Luas Wilayah Jumlah KK Jumlah penduduk

Cupak Tangah 2,99 Km2 1341 9027

Piai Tangah 4,97 Km2 886 5035

Pisang 3,99 Km2 1804 7738

21

Page 22: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

Kapalo Koto 35,83 Km2 1105 6693

Limau Manis 24,86 Km2 839 5560

Lambung Bukit 38,80 Km2 814 3560

Koto Luar 18,92 Km2 1618 7923

LM.Selatan 12,96 Km2 1916 9458

Binuang KP Dalam 2,97 Km2 1005 6448

Total 146,29 Km2 11.328 61.442

Tabel 2.Luas Wilayah dan Kepadatan Kependudukan di Kecamatan Pauh tahun 2011

3.3 Sarana dan Prasarana

Perluasan jangkauan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas selain ditun-

jang oleh Puskesmas Pembantu serta Puskesmas Keliling dan Poskeskel, juga dibantu oleh

peran institusi yang ada pada berbagai tatanan yang ada seperti Posyandu Balita dan Lansia,

Sekolah , Majelis Taklim, dan lain-lain.

Salah satu lembaga atau institusi kesehatan yang dirasakan masih eksis ditengah

masyarakat sampai saat ini adalah Posyandu. Jumlah Posyandu di Kecamatan Pauh pada

tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Posyandu balita = 70 buah

Posyandu Lansia= 13 buah

Prasarana Puskesmas saat ini cukup baik namun masih perlu perbaikan pada prasarana

penunjang seperti westafel, tempat cuci tangan sehingga kedepan kita bisa memberi pelayanan

yang terbaik kepada masyarakat dan juga melindungi diri sendiri dari penularan penyakit.

Untuk membantu terselenggaranya pembangunan kesehatan diwilayah kerja Puskesmas

Pauh dibantu oleh jejaring kerja seperti 5 (lima) unit Puskesmas Pembantu yang terletak di

Kelurahan Batu Busuk, Pisang, Piai Tangah, Limau Manis dan Limau Manis Selatan, selain

itu juga terdapat Poskeskel pada kelurahan Limau Manis Selatan dan Kelurahan Koto Lua.

3.4 Ketenagaan

Dibawah ini disajikan data dan informasi ketenagaan yang bekerja pada Puskesmas

Pauh selama Tahun 2012 sebagai berikut:

No Jenis Ketenagaan PNS PTT Honor/ Sukarela Keterangan

1 Dokter Umum 3

22

Page 23: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

2 Dokter Gigi 2

3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 2

4 Rekam Medis 1

5 Pengatur Gizi / AKZI 2 2

6 Perawat 12 5

7 Bidan 13 8

8 Perawat Gigi 1

9 Sanitarian 2

10 Asisten Apoteker 3

11 Analis 1

12 SMU/PEKARYA 4 1

Jumlah 46 8 8

Tabel 3. Kondisi Ketenagaan pada Puskesmas Pauh Tahun 2012

3.5 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya

a. Sosial

Dari segi kepercayaan, mayoritas kepercayaan penduduk adalah Islam dengan komposisi

99 %, sisanya Katolik, Protestan, Buddha dan lain lain.

b. Budaya

Tersedianya berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat pendidikan kanak-kanak dasar

sampai dengan perguruan tinggi pada wilayah kerja Puskesmas Pauh menyebabkan semakin

banyak penduduk yang mengenyam pendidikan dan diharapkan semakin kritis dengan

berbagai dampak pembangunan. Sistem kekerabatan yang masih dijalankan oleh penduduk

setempat sehingga pendekatan kultural sangat dibutuhkan dalam rangka menjalin kerjasama

peran serta masyarakat.

c. Ekonomi

Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh boleh dikatakan bervariasi mulai

dari petani dengan kemampuan terbatas, sampai ke kelompok mampu dan mapan, swasta,

PNS, ABRI, sisanya bekerja di sektor informal lainnya. Namun kelompok dengan pendapatan

rendah dan tidak menentu secara signifikan rawan dengan kesehatan yaitu keluarga miskin

ternyata menduduki proporsi yang cukup besar dari total penduduk wilayah kerja Puskesmas

Pauh.

23

Page 24: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

BAB IV

PEMBAHASAN

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui diskusi dengan kepala pimpinan

Puskesmas Pauh, petugas kesehatan pemegang program di Puskesmas Pauh dan juga melalui

data-data dari laporan tahunan dan laporan bulanan dari masing – masing program dan

evaluasi pencapaian kegiatan program puskesmas pada tahun 2012.

Beberapa potensi masalah yang didapatkan di Puskesmas Pauh berdasarkan program

pokok puskesmas adalah :

4.1. PROMOSI KESEHATAN

4. 1. 1 Target D/S Belum Terpenuhi

24

Page 25: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

Grafik 1. Capaian

D/S Puskesmas

Pauh 2012

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa kunjungan ke Puskesmas yang memenuhi

target (70%) hanya dipenuhi oleh 1 dari 9 kelurahan.

Kendala:

1. Pengetahuan masyarakan tentang fungsi dari posyandu tidak diketahui secara

menyeluruh. Masyarakat menganggap datang ke posyandu hanya untuk mendapatkan

imunisasi.

2. Lokasi dari posyandu yang berjauhan dengan rumah masyarakat menyebabkan sulit

untuk mencapai lokasi posyandu.

Solusi:

1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai fungsi dan program-program

dari posyandu secara keseluruhan agar masyarakat ikut berpartisipasi.

2. Petugas puskesmas dan kader mendatangi rumah-rumah masyarakat yang lokasinya

jauh dari posyandu secara berkala.Optimalisasi sosialisasi mengenai program

posyandu, kader langsung turun ke lapangan mengajak ibu-ibu untuk membawa

anaknya ke posyandu.

3. Bagi posyandu yang pencapaian D/S dan N/D yang masih rendah, harus di lakukan

lagi kerjasama dengan lintas sektoral terutama pada bapak RT/RW yang kunjungan

posyandunya masih di bawah target, dan mencarikan solusi bagi tempat posyandu

tidak layak pakai dengan membuat tempat posyandu dengan bantuan swadaya

masyarakat dan pemerintah. Untuk meningkatkan kunjungan posyandu ini perlu

diadakannya pemberian makanan tambahan pada balita dan ibu hamil yang dananya

25

70%

Page 26: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

bisa diambilkan dari dana sehat posyandu tersebut, dan juga adanya pembentukan

arisan anggota posyandu sehingga para ibu tidak hanya datang untuk menimbang saja

tapi ada hal lain yang membuat ibu tertarik secara rutin datang ke posyandu.

4. 1. 2 Rendahnya Pembinaan PHBS Rumah Tangga

NO KELURAHANJumlah RT

Seluruhnya

Jumlah RT

disurvey /

dibina

RT ber PHBS %RT SEHAT

1 Koto Lua 25 3 2 8%

2 Piai Tangah 12 2 2 16.6%

3 Kapalo Koto 15 1 1 6.67%

4 Lambung Bukit 12 2 2 16.6%

5 Cupak Tangah 20 0 1 5%

6 Limau Manis 18 1 1 5.55%

7 Limau Manis Selatan 26 1 1 3.84%

8 Pisang 23 1 2 8.69%

9 Binuang Kp. Dalam 18 2 1 5.55%

Jumlah 169 13 13 7.69%

Tabel 4. Cakupan Pembinaan PHBS Rumah Tangga Puskesmas Pauh 2012

Nomor Indikator PHBS %

1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 99.68

2 Memberikan ASI Eksklusif 37.71

3 Menimbang Bayi dan Balita 71.69

4 Menggunakan Air Bersih 81.07

5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 58.52

6 Menggunakan jamban sehat 59.55

26

Page 27: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

7 Memberantas jentik nyamuk di rumah 39.79

8 Makan buah dan sayur setiap hari 38.87

9 Melakukan aktifitas fisik tiap hari 30.13

10 Tidak merokok dalam rumah 35.47

Tabel 5. Indikator PHBS Puskesmas Pauh 2012

Pencapaian pembinaan PHBS Rumah Tangga adalah 7.69%, sedangkan target yang

ditetapkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia nomor:

2269/MENKES/PER/XI/2011Pedoman pembinaan perilaku hidupbersih dan sehat (PHBS)

adalah 70% pada tahun 2014.

Kendala:

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai fungsi dari ASI eksklusif.

2. Perilaku masyarakat yang sulit diubah terkait dengan kebersihan diri dan penggunaan

jamban yang memenuhi syarat belum maksimal.

3. Penerapan dari penyuluhan PHBS tidak maksimal

Solusi:

1. Meningkatkan promosi pemberian asi eksklusif dengan menekankan fungsi ASI tersebut

untuk bayi dan ibu.

2. Bekerja sama lintas sektoral untuk mengadakan perlombaan antar kelurahan terkait

dengan kebersihan diri, MCK dan lingkungan

4. 2 KESEHATAN LINGKUNGAN

4.2.1 Rendahnya jumlah rumah yang memiliki jamban yang memenuhi syarat

Grafik 2. Survey perumahan di wilayah puskesmas pauh tahun 2011

Kendala :

27

Page 28: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

1. Minimnya pengetahuan serta dana masyarakat untuk memiliki jamban yang memenuhi

syarat kesehatan. Jamban yang digunakan masyarakat yang bertempat tinggal di pinggir

sungai masih mengalirkan limbahnya ke sungai. Sedangkan beberapa masyarakat masih

menggunakan air sungai tersebut untuk mencuci.

2. Pembangunan jamban yang memenuhi syarat terbentur oleh masalah keuangan.

Solusi :

1. Memberikan penyuluhan cara pembuatan jamban sederhana yang bersih dan sehat.

2. Memberikan penyukuhan mengenai dampak penggunaan air sungai yang tercemar terhadap

kesehatan.

3 Bekerjasama dengan sponsor untuk membangun sarana jamban umum.

4. 3 KESEHATAN IBU DAN ANAK / KB

4. 3. 1 Cakupan DDTK balita dan prasekolah di Puskesmas Pauh

Grafik 2. Cakupan DDTK balita di puskesmas Pauh Tahun 2012

Grafik 3. Cakupan DDTK Prasekolah di puskesmas Pauh Tahun 2012

Dari grafik ditemukan bahwa tidak ada kelurahan yang mampu mencapai target

cakupan DDTK (80%)

Kendala:

1. Tingkat kesadaran dari ibu dalam memeriksakan balita dan anak prasekolahnya masih

kurang.

28

Page 29: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

2. Peran serta kader dan petugas dalam sosialisasi program belum maksimal.

Solusi:

1. Memberikan penyuluhan kepada ibu yang mempunyai anak balita/ usia prasekolah

mengenai pentingnya memeriksakan kesehatan anak untuk mengukur pertumbuhan dan

perkembangan anak berdasarkan standar yang ada.

2. Pendekatan petugas dan kader kepada masyarakat lebih ditingkatkan.

4. 4. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

No Indikator TAHUN 2011

Target Pencapaian

1 Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan

sesuai standart

100 100

2 Balita ditimbang Berat Badannya (D/S) 70 61.5

3 Bayi mendapat Asi Eks 65 45.7

4 RT mengkonsumsi garam beryodium 95 90

5 Vit.A Balita 6-59 bln 85 85,6

6 Ibu hamil mendptkan tablet Fe 3 95 93.1

7 Surveilans Gizi 100 100

8 Buffer stock MP-ASI 100 100

Tabel 5. Pencapaian indikator gizi

Kendala :

1. Minimnya pengetahuan ibu terhadap pentingnya ASI eksklusif serta pengukuran tumbuh

kembang bayi dan balita untuk menilai status gizi

Solusi :

1. Penyuluhan dan aksi ASI eksklusif dengan mengikutsertakan semua ibu hamil trisemester

ketiga dan ibu nifas.

4 . 5 PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR / TIDAK MENULAR

4. 5 .1 Pelaksanaan Klinik Sehat di Puskesmas Pauh

No IndikatorKunjungan ke

Klinik Sehat

Kasus

yang adaPencapaian Kesenjangan

29

Page 30: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

1

Pasien

Diare 19 545 3,4% 526 kasus

2Penyakit Kulitkarena

Jamur 15 592 2,5% 577 Kasus

3 TB Paru (suspek TB) 8 366 2,18% 358 kasus

4 DBD 4 48 8,3% 44 kasus

5 ISPA 32 6567 0,4% 6535 kasus

Jumlah 78 8037 0,97% 7959 kasus

6 Klien 0Target 60%

Total 78

Tabel 7Perbandingan Kunjungan Klinik Sehat dengan angka Penyakit Berbasis

Lingkungan di Puskesmas Pauh pada tahun 2012

Kendala :

Dapat dilihat bahwa sepanjang tahun 2012 hanya terdapat 78 kunjungan ke Klinik Se-

hat. Angka kunjungan ini masih jauh dibandingkan jumlah kasus penyakit berbasis lingkun-

gan yang ada, dimana pencapaian rujukan ke Klinik Sehat yaitu 0,97%, sedangkan target

Puskesmas Pauh yaitu 60%.

Solusi:

1. Petugas kesehatan turun langsung ke lapangan untuk mengajak masyarakat di lokasi yang

terjaring kasus penyakit tidak menular agar datang ke klinik sehat untukmendapatkan penge-

tahuan bagaimana cara mencegah penyakit tersebut.

4. 5 .2 Penemuan kasus baru TB Paru di Puskesmas Pauh

30

Page 31: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

Tabel 8. Capaian Indikator TB Puskesmas Pauh 2012

Kendala

1. Kesadaran masyarakat yang kurang terhadap bahaya batuk lebih dari 3 minggu.

Masyarakat beranggapan bahwa batuk lama adalah biasa.

2. Petugas belum optimal dalam mengajak masyarakat untuk memeriksakan sputumnya

jika telah batuk lebih dari 3 minggu

3. Koordinasi lintas program dan lintas sektor belum optimal

4. Pendataan dari surveilans masih belum optimal

Solusi:

1. Membuat jadwal penyuluhan bulanan Puskesmas Pauh untuk TB Paru BTA (+)

lengkap dengan wilayah dan tempat penyuluhan serta penanggungjawabnya

2. Petugas dan kader langsung turun ke lapangan untuk mendata dan memeriksakan

dahak masyarakat yang batuk lebih dari 3 minggu.

3. Kerjasama lintas sektoral untuk mengkampanyekan program bebas TB dengan

penyuluhan, penyebaran leaftlet, menempelkan poster di TTU

4. 6 PENGOBATAN

4. 6. 1 Masalah balai pengobatan

31

Page 32: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

Grafik 4. Penyakit terbanyak di Puskesmas Pauh 2012

Dari data 10 penyakit terbanyak terlihat bahwa tingginya kasus penyakit tidak

menular seperti rematik dan gastritis diikuti oleh hipertensi. Hal ini perlu ditindak lanjuti

mengingat penyakit tersebut perlu penanganan yang menyeluruh. Program pemerintah

telah mencanangkan adanya Posbindu ( Pos Binaan Terpadu ) di wilayah kerja puskesmas,

tetapi Posbindu di puskesmas Pauh belum dijalankan, Posbindu ini sangat penting karena

bertujuan untuk menangani penyakit-penyakit tidak menular terutama penyakit

degeneratif seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit tulang sendi lainnya.

Hal ini terkait bahwa pada penyakit degeneratif, diperlukan penangan yang

mencakup preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif yang bersifat kontinu.

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat ternyata

masih menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak dikeluhkan oleh masyarakat.

Tidak hanya dilihat dari segi sarana dan prasarana yang kurang memadai, tetapi juga dari

segi tenaga medis yang demikian pula adanya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian

32

Page 33: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

khusus dari pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta

komitmen untuk merubah sistem pelayanan Puskesmas yang dinilai buruk oleh

masyarakat. Selain itu, Puskesmas juga harus memiliki standar pelayanan yang dapat

memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat untuk mencapai kemakmuran dan

kesejahteraan masyarakat.

5. 2 Saran

1. Puskesmas harus lebih memfokuskan pada peningkatan pelayanan kesehatan dan

pengelolaan sistem kesehatan yang menyeluruh

2. Melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana Puskesmas demi terpenuhinya

kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan

3. Merestrukturisasikan peran Puskesmas

4. Pemerintah harus memberikan otonomi kepada Puskesmas dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat

5. Mensosialisasikan program-program Puskesmas kepada masyarakat untuk

meningkatkan peran serta dan kesehatan masyarakat.

33

Page 34: MAPRI ERNI - Identifikasi Masalah

DAFTAR PUSTAKA

1. Puskesmas Pauh. 2012. Laporan Puskesmas Pauh Tahun 2012. Padang.

2. www.litbang.depkes.go.id

3. http://els.bappenas.go.id

34