mapri gizi tuti gusra

Upload: zikra-alfa-sani

Post on 06-Mar-2016

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mapri

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPuskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Melalui program dan kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan status pelayanan kesehatan Indonesia, khususnya di wilayah kerjanya.Dalam pelaksanaannya, puskesmas memiliki tujuh program pokok (basic seven) yang salah satu diantaranya adalah Program Perbaikan Gizi. Program ini bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan status gizi masyarakat secara efektif dan efisien melalui agendanya yang meliputi pemantauan perkembangan bayi dan balita, pemberian vitamin A untuk balita, pemberian tablet Fe untuk ibu hamil, pemberian makanan pendamping ASI, serta pendataan dan perawatan balita gizi buruk. Di Indonesia, masalah gizi kurang dan gizi buruk masih menjadi perhatian utama selain juga masalah gizi mikro dan pemberian ASI eksklusif. Dari data Riskesdas 2007, prevalensi gizi buruk yang berada diatas rerata nasional (5,4%) ditemukan pada 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota. Sedangkan berdasarkan gabungan hasil pengukuran Gizi Buruk dan Gizi Kurang Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional sebesar 18,4%. Masalah gizi mikro di 10 provinsi tahun 2006, diperoleh gambaran prevalensi xerophtalmia pada balita 0,13% dan proporsi balita dengan serum retinol < 20 gr/dl sebesar 14,6% (Puslitbang Gizi, 2006). Selain itu, masalah anemia pada ibu hamil berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 masih cukup tinggi yaitu sebesar 40,1%. Secara nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 06 bulan di Indonesia berfluktuasi dalam tiga tahun terakhir, menurun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008 dan sedikit meningkat pada tahun 2009 menjadi 61,3%. Demikian juga cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai 6 bulan menurun dari 28,6% tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 34,3% pada tahun 2009 (Susenas 2007 2009).Hasil Riset Kesehatan Dasar menyatakan bahwa posyandu merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi untuk penimbangan balita yaitu sebesar 78,3%, sehingga posyandu merupakan wadah efektif di lini pertama dalam perbaikan mutu gizi di Indonesia dengan puskesmas sebagai lembaga kesehatan yang mewadahinya. Oleh karena pentingnya peran puskesmas dalam pengelolaan program gizi demi meningkatkan status kesehatan masyarakat maka diperlukan beberapa program yang harus direncanakan. Tapi sebelum program itu dibentuk, kita harus mengetahui akar dari masalah gizi itu sendiri. Langkah awal untuk mengetahui akar dari masalah gizi adalah dengan melakukan identifikasi masalah gizi tersebut untuk selanjutnya dicarikan pemecahan masalah sekaligus memberantas akar dari masalah gizi tersebut. Berdasarkan hal ini lah yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat makah dengan tema Identifikasi Masalah Gizi Masyarakat Di Puskesmas Ambacang sehingga masalah Gizi Masyarakat Di Puskesmas Ambacang bias segera diselesaikan. 1.2 Tujuana. Tujuan UmumMengetahui masalah gizi masyarakat di Puskesmas Ambacang secara umum.

b. Tujuan Khusus Mengetahui tentang program program perbaikan gizi di Puskesmas Ambacang Mengetahui pencapaian yang telah di capai oleh puskesmas ambacang dalam menjalankan program gizi.

1.3 Batasan MasalahMakalah ini membahas tentang masalah gizi di puskesmas Ambacang

1.4 Metode PenulisanMetode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai literatur, laporan tahunan dan laporan bulanan Puskesmas Ambacang, dan diskusi dengan Pjs kepala puskesmas dan pemegang Program Gizi di Puskesmas Ambacang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gizi dan Ilmu GiziGizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi1. Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan. Dilihat dari segi sifatnya, ilmu gizi dibedakan menjadi dua, yakni gizi yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan perorangan dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi kesehatan masyarakat (public health nutrition). Kedua sifat keilmuan ini akhirnya masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu sendiri, yakni cabang ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinical nutrition) dan cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat (community nutrition)2.Kedua cabang ilmu ini dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya. Gizi klinik berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan kesehatan akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Jadi gizi klinik lebih menitikberatkan pada kuratif. Gizi masyarakat berkaiatan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat, oleh sebab itu, sifat dari gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan (prevensi) dan peningkatan (promosi)2.

2.2 Program Gizi Masyarakat Di PuskesmasBerdasarkan standar minimal penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2004, pengelolaan masalah gizi di puskesmas dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut :a. Pemantauan Pertumbuhan Balita1. Balita yang Naik Berat Badannya (program N/D)Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu maupun di luar posyandu yang berat badannya naik di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Langkah kegiatan: 1) Pengadaan dan pemeliharaan sarana terdiri dari alat timbang, pengadaan daftar tilik, formulir rujukan, R1 Gizi; 2) Perencanaan logistik, pelaksanaan kegiatan dan pengambilan laporan; 3) Pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di posyandu dan di luar posyandu; 4) Bimbingan teknis. 2. Balita Bawah Garis MerahBalita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS. Langkah Kegiatan 1) Pengadaan dan pemeliharaan alat ukur berat badan dan KMS, pengadaan daftar tilik dan formulir rujukan; 2) Perencanaan penyiapan logistik; 3) Pelacakan BGM melalui pemantauan pertumbuhan di posyandu dan di luar posyandu; 4) Bimbingan teknis.

b. Pelayanan Gizi1. Cakupan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A 2 kali per tahun. Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi yang berumur mulai umur 6-11 bulan dan anak umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A yang diberikan adalah kapsul vitamin A dosis tinggi yang terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 S.I. yang diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 S.I. yang diberikan kepada anak umur 12- 59 bulan.

Langkah Kegiatan 1) Pendataan Sasaran Balita (Baseline data); 2) Perencanaan kebutuhan kapsul vitamin A; 3) Pengadaan dan pendistribusian kapsul vitamin A; 4) Sweeping pemberian kapsul vitamin A; 5) Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis; 6) Monitoring dan Evaluasi. 2. Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d trismester III. Tablet Fe yang diberikan merupakan tablet tambah darah sebanyak 90 tablet untuk menanggulangi anemia gizi besi pada ibu hamil. Langkah Kegiatan 1) Pendataan Sasaran Ibu Hamil (Baseline data); 2) Perencanaan kebutuhan tablet Fe (zat besi); 3) Pengadaan dan pendistrubusian tablet Fe; 4) Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis; 5) Monitoring dan Evaluasi. 3. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Bawah Garis Merah dari Keluarga Miskin. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 6-11 bulan BGM dari keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari selama 90 hari. Langkah Kegiatan 1) Pendataan sasaran; 2) Penyusunan Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan MP-ASI untuk bayi usia 6-11 bln dan anak usia 12-23 bln; 3) Pelatihan tenaga pelaksanaan program MP-ASI; 4) Sosialisasi program MP-ASI; 5) Distribusi MP-ASI; 6) Pencatatan/Pelaporan; 7) Monitoring dan Evaluasi

4. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Perawatan sesuai standar yaitu pelayanan yang diberikan mencakup : a) Pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidrasi, hipoglikemi, dan hipotermi; b) Pengukuran antropometri menggunakan parameter BB dan TB; c) Pemberian larutan elektrolit dan multi-micronutrient serta memberikan makanan dalam bentuk, jenis, dan jumlah yang sesuai kebutuhan, mengikuti fase Stabilisasi, Transisi, dan Rehabilitasi; d) Diberikan pengobatan sesuai penyakit penyerta; e) Ditimbang setiap minggu untuk memantau peningkatan BB sampai mencapai Z-score -1; f) Konseling gizi kepada orang tua / pengasuh tentang cara memberi makan anak. 1. Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman. Bayi yang mendapat ASI eksklusif dalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Langkah Kegiatan 1) Kegiatan pengumpulan data : a) Menghitung jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan di satu wilayah kerja/ administrasi. b) Menghitung jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan yang hanya diberi ASI saja dari catatan puskesmas. c) Menghitung dengan rumus. 2) Kegiatan meningkatkan penyelenggaraan program: a) Pelatihan PP-ASI bagi tokoh agama, pengajar di institusi pendidikan keperawatan, kebidanan, gizi dan tenaga kesehatan. b) Penyusunan materi KIE ASI Eksklusif. c) Pengadaan materi KIE ASI Eksklusif. d) Pendataan sasaran ASI Eksklusif e) Penyuluhan ASI Eksklusif. f) Sosialisasi KIE ASI Eksklusif g) Pembinaan teknis (kunjungan lapangan) h) Pelaporan dan evaluasi 2. Desa/kelurahan dengan Garam Beryodium Baik Desa dengan garam beryodium baik adalah desa/kelurahan dengan 21 sampel garam konsumsi yang diperiksa hanya ditemukan tidak lebih dari satu sampel garam konsumsi dengan kandungan yodium kurang dari 30 ppm pada kurun waktu tertentu Langkah Kegiatan 1) Kegiatan mendapatkan data : a) Menghitung jumlah seluruh desa di satu wilayah kerja/administrasi. b) Menghitung desa yang beryodium. c) Menetapkan status desa (beryodium baik atau tidak). d) Menghitung jumlah desa yang beryodium baik. e) Menghitung dengan rumus. 2) Kegiatan meningkatkan pelaksanaan program : a) Pendataan sasaran desa (Baseline data); b) Perencanaan kebutuhan anggaran kegiatan promosi / KIE; c) Pengadaan tes kit yodium d) Pelatihan dan Kegiatan promosi KIE garam beryodium; e) Pengadaan media KIE garam beryodium.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Masalah GiziMasalah merupakan keadaan dimana terjadinya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah gizi diartikan sebagai kesenjangan antara keadaan gizi yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Konsumsi gizi makanan pada seseorang menentukan tercapainya tingkat kesehatan atau yang disebut status gizi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup kelebihan nutrisi/ gizi disebut gizi lebih (overnutrition), dan kekurangan gizi atau kurang gizi (undernutrition).6Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan terkait dengan aspek lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan sebagainya. Masalah dasar yang menyebabkan timbulnya masalah gizi di negara Indonesia adalah adalah krisis politik dan ekonomi. Kemudian muncul masalah utama berupa kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan, dan kesempatan kerja. Ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, perilaku kesehatan ibu dan anak, dan pelayanan kesehatan menjadi penyebab tidak langsung timbulnya masalah gizi. Sedangkan asupan gizi dan penyakit infeksi secara langsung mempengaruhi masalah gizi di masyarakat.

Status Gizi dan KematianKurangnya Pelayanan kesehatan dan lingkunganPerilaku/asuhan ibu dan anak yang kurangKurangnya Ketersediaan Pangan tingkat rumah tanggaPenyakitKurangnya Asupan Gizi

Bagan 1. Kemungkinan Penyebab Kurang Gizi

2.4. Kelainan GiziPenyakit-penyakit atau gangguan kesehatan akibat dari kelebihan dan kekurangan zat gizi dan yang telah merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia antara lain sebagai berikut:7

2.4.1 Kekurangan Energi ProteinDisebabkan oleh masukan energi dan protein yang sangat kurang dalam makanan sehari hari dengan jangka waktu yang cukup lama. Pada umumnya KEP, disebabkan oleh :7 Faktor kemiskinan Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan pemberian makanan sesudah bayi disapih Pengetahuan mengenai pemeliharaan lingkungan yang sehat.

Bagan 1. Faktor penyebab masalah gizi

Dari bagan di atas dapat dikatakan bahwa akar dasar dari kejadian malnutrisi di Indonesia adalah adanya masalah dalam komitmen politik dan masih tingginya angka kemiskinan di Indonesia.

Klasifikasi KEP menurut % Median WHO-NCHS7 KEP Ringan : BB/U 70 80 % Median WHO-NCHS KEP Sedang: BB/U 60 70 % Median WHO-NCHS KEP Berat : BB/U < 60 % Median WHO-NCHS

Pada anak-anak, KEP dapat : Menghambat pertumbuhan Rentan terhadap penyakit infeksi Mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasanPada orang dewasa, KEP dapat Menurunkan produktifitas kerja Menurunkan derajat kesehatan Rentan terhadap serangan penyakitPembagian KEP Berat / gizi buruk :1. Marasmus = kekurangan energy Anak kurus, tinggal tulang terbungkus kulit Wajah seperti Orang tua Cengeng, rewel Lapisan lemak bawah kulit sangat sedikit Kulit mudah diangkat, kulit terlihat longgar, kulit paha berkeriput Otot menyusut (wasted)/lembek, tulang rusuk tampak terlihat jelas, terlihat tulang belakang lebih menonjol dan kulit di pantat berkeriput ( baggy pant ) Ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol, mata besar dan dalam Tek. Darah, detak jantung pernafasan berkurang

2. Kwashiorkor = kekurangan protein Oedema (terutama kaki bagian bawah) Bentuk muka bulat seperti bulan (moon face) Rambut tipis, warna coklat kemerahan (pirang/abu-abu dan mudah lepas/mudah dicabut tanpa rasa sakit

3. Marasmic-kwashiorkor = Kekurangan energi dan protein Gabungan dari tanda marasmus dan kwashiorkor Gangguan pertumbuhan Crazy pavement dermatosis Rambut tipis, pirang dan mudah dicabut Muka seperti orang tua Oedema hanya pada anggota gerak bagian bawah2.4.2 GAKYGangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) terjadi sebagai akibat dari rendahnya kandungan yodium dalam bahan makanan sehari-hari karena rendahnya kandungan yodium dalam tanah. Yodium dikenal sebagai salah satu mineral yang sangat mudah larut dalam air, sehingga semakin tinggi curah hujan di suatu daerah maka semakin besar risiko untuk penduduknya menderita GAKY. Keadaan ini diperburuk oleh beberapa faktor sebagai berikut :71. Lingkungan yang buruk, terutama berhubungan dengan : Pencemaran tanah sumber-sumber air dengan kotoran manusia dan sampah, Pencemaran yang mengakibatkan rendahnya kadar yodium dari sumber-sumber makanan dari laut Rendahnya kadar Selenium pada makanan. Selenium adalah salah satu bahan pembentuk enzim yang mengatur pembentukan hormon thyroxin di kelenjar Thyroid Timbulnya pemukiman-pemukiman baru yang padat dengan tingkat pengelolaan lingkungan yang kurang baik.

2. Perilaku ManusiaPerilaku manusia terutama yang berhubungan dengan: Ketidak pedulian terhadap kebersihan lingkungan Rendahnya pemahaman tentang pentingnya pemakaian garam beryodium Rendahnya kepedulian industri, distributor dan pedagang garam terhadap resiko dan akibat garam yang tidak beryodium yang dijualnya terhadap kualitas hidup bangsa di masa depan Ketidakseimbangan konsumsi goiterogenik agen seperti bayam, ubi kayu, kol dan lain-lain dengan ketersediaan yodium dalam garam dan lain-lain3. PelayananYang diberikan oleh Institusi terkait, seperti penyuntikan lipiodol, pendistribusian kapsul beryodium, forifikasi garam dan lain-lain.4. Faktor keturunanMenurut Prof. Dr. dr. Djokomulyanto, ketua tim penanggulangan GAKY nasional pada Pertemuan Ilmiah Nasional GAKY 2001, kadar yodium rendah dapat mengurangi IQ hingga 10 poin dan kekurangan yodium berat menghilangkan 50 poin IQ. Padahal intelegensi adalah modal utama seseorang. Masalah penurunan tingkat kecerdasan intelegensi ini merupakan akibat GAKY yang tidak banyak disorot. Fenomenanya seperti gunung es. GAKY biasanya hanya identik dengan penyakit gondok atau kretinisme, padahal banyak masalah lain yang tidak kelihatan.2.4.3 AnemiaPenyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Defisiensi Fe atau anemia di Indonesia jumlahnya besar sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan anemia besi, khususnya ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian Fe secara cuma-cuma melalui Puskesmas atau posyandu. 2.4.4 Defisiensi vitamin A (Zeropthalmia)Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A di dalam tubuh. Gejala-gejala dari penyakit ini adalah kekeringan Epitel bola mata dan kornea karena glandula lakrimalis menurun. Fungsi mata berkurang dan penderita tidak sanggup melihat di cahaya remang-remang yang pada akhirnya akan menimbulkan kebutaan.2.4.5 Obesitas dan OverweightObesitas dan overweight adalah dua kata yang mempunyai arti yang berbeda dalam segi gizi klinis, meskipun keduanya selalu disamaratakan dan disejajarkan penggunaanya. 3.4.5.1. ObesitasObesitas adalah kelebihan berat badan yang berasal dari lemak. Bila berat badan lebih dari 120% berat badan standar. Seorang bayi atau anak yang kegemukan memiliki kemungkinan lebih besar untuk tetap kegemukan pada masa pubertas dan dewasa. Penimbunan lemak yang berlebihan pada kegemukan disebabkan oleh konsumsi energi yang melebihi kebutuhan termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan.

Penyebab gangguan keseimbangan energi antara lain adalah faktor keturunan, konsumsi energi, dan pengeluaran energi.a. Faktor KeturunanAngka-angka yang menunjukkan bahwa faktor keturunan berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan energi adalah sebagai berikut:1) Bila bapak dan ibu tidak gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 9%.2) Bila bapak atau ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41-50%.3) Bila bapak dan ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 66-80%Kadang-kadang sukar untuk membedakan pengaruh faktor keturunan dengan faktor lingkungan, karena anak-anak yang berasal dari orang tua gemuk ternyata cenderung meniru kebiasaan makan dan gerak yang salah dari orang tuanya.b. Konsumsi EnergiKonsumsi energi yang berlebihan, terutama yang berasal dari karbohidrat, bisa menyebabkan kegemukan. Kebutuhan energi yang bersifat individual perlu mendapat perhatian. Frekuensi dan porsi makanan ternyata berpengaruh terhadap keseimbangan energi. Makan sering secara teratur dalam porsi kecil tidak mudah menyebabkan kegemukan dibandingkan dengan makan dalam jumlah banyak secara tidak teratur atau melewati waktu makan.c. Pengeluaran EnergiPengeluaran energi yang menurun berpengaruh terhadap terjadinya kegemukan pada anak-anak. Obesitas terjadi pada anak-anak yang menderita penyakit yang menyebabkan aktivitas menurun. Cara yang digunakan untuk mengukur obesitas adalah Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Perut. Obesitas yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh dapat dibagi menjadi obesitas perifer dan obesitas sentral atau abdominal berdasarkan lingkar perut. Bagi orang Asia, lingkar perut pada laki-laki harus kurang dari 90cm sementara pada wanita kurang dari 80cm. Jadi, IMT yang melebihi 23 dengan lingkar perut lebih dari 90cm pada laki-laki dan 80 cm pada wanita dapat digolongkan kedalam obesitas abdominal. Etiologi obesitas sesungguhnya dapat dibagi dua, yaitu :a. Penyebab internal yang bisa berupa permasalahan metabolisme (hormonal) atau pencernaan (enzimatik).b. Permasalahan eksternal yang berupa ketidakseimbangan antara diet dan exercise sebagai akibat dari perubahan gaya hidup serta modernisasi, termasuk pelbagai problem psikologis dan aktualisasi diri.3.4.5.2 OverweightOverweight lebih mengacu pada kelebihan berat badan dibandingkan dengan standar normal yaitu bila berat badan 110-120% berat badan standar. Berat badan overweight bisa berasal dari otot, tulang, organ- organ vital, dan sebagainya. Contoh dari kasus Overweight adalah para binaragawan, mereka mungkin berat badanya lebih daripada orang normal yang sama umurnya dengan mereka namun meski mereka lebih berat, tidak bisa dikatakan sebagai obese karena kelebihan berat badanya berasal dari otot.3.5. Kadarzi dan PUGSKadarzi dilakukan untuk menilai kondisi gizi masyarakat dan kepedulian masyarakat terkait masalah gizi. Pelaksanaanya berupa penyebaran angket untuk menilai sikap masyarakat terhadap 5 indikator: Menimbang BB secara teratur ASI eksklusif Konsumsi aneka ragam makanan Konsumsi garam beryodium Konsumsi suplemen gizi

BAB IIIANALISIS SITUASI

3.1. Gambaran UmumPuskesmas Ambacang terletak di salah satu kelurahan di Kecamatan Kuranji Kota Padang yaitu Kelurahan Pasar Ambacang. Oleh karena terletak di kelurahan tersebutlah maka nama Puskesmas pun diberikan dengan nama yang sama yaitu Puskesmas Ambacang Kuranji yang untuk selanjutnya sesuai dengan masukan dari berbagai pihak antara lain dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang disebut dengan Puskesmas Ambacang saja, Puskesmas ini pada awalnya merupakan bagian dari Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat terbatas dalam bentuk Puskesmas Pembantu yang berinduk ke Puskesmas Kuranji, dan sejak tahun 2006 dikembangkan menjadi Pusat Kesehatan Masyarakat dengan pelayanan penuh dan terlepas dari Puskesmas Kuranji sendiri.3.2 GeografiSecara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang. Batas - batas wilayah kerja Puskesmas Ambacang yaitu :Utara: Kelurahan Korong Gadang Kec. Kuranji.

Timur: Kecamatan Pauh,

Selatan: Kecamatan Pauh dan Lubuk Begalung.

Barat: Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Nanggalo.

Puskesmas Ambacang terletak pada 0 55' 25.15", Lintang Selatan dan +100 23' 50.14" Lintang Utara. Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar 12 km2, mewilayahi 4 kelurahan yaitu Kelurahan Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang dan Kelurahan Lubuk Lintah. Umumnya masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan mempunyai aksesibilitas yang mudah dari dan ke puskesmas.Secara sketsa, wilayah kerja Puskesmas dapat digambarkan sebagai berikut:

3.3 DemografiJumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang selama tahun 2013 adalah : 48.519 jiwa dengan distribusi kependudukan menurut kelurahan sebagai berikut: Kelurahan Pasar ambacang: 17.399Kelurahan Anduring: 13.875Kelurahan Lubuk Lintah : 10.073Kelurahan Ampang: 7.172

Table 1. distribusi kependudukan diwilayah kerja Amba puskesmas kuranji tahun 2013Kelurahan Jenis kelaminJumlah

Laki - lakiperempuan

Pasar Ambacang8.4058.99417.399

Anduring6.7037.17213.875

Lubuk lintah4.8665.20710.073

Ampang3.4663.7067.172

Puskesmas23.44025.07948.519

3.4 Prasarana dan Sarana Kesehatan serta Sasaran Kesehatan Data Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Ambacang adalah: Bangunan Puskesmas Induk: 2 unit Bangunan Puskesmas Pembantu: 1 unit Rumah Paramedis: 2 unit Kendaraan Roda Empat: 1 unit Kendaraan Roda Dua: 4 unit

Tenaga Kesehatan Puskesmas Ambacang Kuranji berjumlah 45 orang : Dokter umum : 3 orang Dokter gigi : 2 orang SKM : 2 orang Perawat : 5 orang Perawat gigi : 1 orang Bidan : 19 orang Kesling : 1 orang Analis : 2 orang Asisten apoteker : 2 orang Nutrision : 2 orang RR : 2 orang Survelan: 1 orang Sopir: 1 orang Volintir : 3 orang

BAB IVPEMBAHASAN

4.1. Pencapaian D/S, N/D dan BGM/DDari berbagai kegiatan perbaikan gizi masyarakat yang ada di Puskesmas adalah UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) yang dilakukan Puskesmas melaui posyandu. Posyandu merupakan ujung tombak puskesmas karena kegiatan pelayanan posyandu langsung berhubungan dengan masyarakat melalui peran aktif kadernya. Puskesmas Ambacang memiliki 28 posyandu yang tersebar di 4 kelurahan. Pelaksanaan posyandu diadakan serentak selama 5 hari pada minggu ke 2 setiap bulannya.Salah satu kegiatan UPGK adalah penimbangan balita yang dilakukan setiap bulan di posyandu. Beberapa indikator yang digunakan dari hasil penimbangan balita antara lain sebagai berikut :

4.1.1 Partisipasi Masyarakat (D/S)Sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang adalah 4968 balita dengan targetan kunjungan balita ke posyandu yang harus dicapai adalah sebanyak 67.13 %. Kunjungan balita ke posyandu di wilayah kerja puskesmas Ambacang dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel.1 Pencapaian D/S balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2013kelurahanSasaran abs%targetGAP

Ps. ambacang 1.782121167.9680%-12.04

Anduring1.42190663.7680 %-16.24

Ampang 73450568.8080%-11.2

Lb. Lintah1.03171369.1680%-10.84

Puskesmas4.968333567.1380 %12.87

Sumber: laporan tahunan Program Gizi Puskesmas Ambacang tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pencapaian D/S balita untuk wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2013 masih belum mencapai target yaitu sebesar 67.13 % (target 80 %), meski secara umum terlihat adanya peningkatan pencapaian D/S balita dibandingkan dengan data laporan tahunan tahun 2012 dengan pencapaian target 64.98%. Dari diskusi dan pengamatan di lapangan, didapatkan bahwa belum tercapainya target pencapaian D/S ini antara lain diakibatkan karena pertama, honor kader sebagai petugas lapangan yang langsung berinteraksi dengan masyarakat tidak sebanding dengan beban tugas yang harus diembannya, sehingga banyak kader yang mulai tidak aktif lagi dalam menjalankan posyandu di daerahnya disamping jumlah kader yang juga masih sedikit. Yang kedua, pihak puskesmas juga mengeluhkan kurangnya sarana yang memadai untuk melaksanakan kegiatan Posyandu, seperti dacin timbangan bayi yang kebanyakan sudah tidak cukup layak lagi untuk digunakan. Aktivitas pengawasan oleh bidan penanggung jawab wilayah serta perhatian dari pihak PKK juga dirasakan semakin berkurang sehingga dorongan untuk peningkatan kinerja posyandu juga melemah.

4.1.2. Keberhasilan Program (N/D)Balita yang naik berat badannya (N) adalah Balita yang ditimbang (D) di Posyandu maupun di luar Posyandu yang berat badannya naik di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Capaian N/D= jumlah balita yang ditimbang yang naik berat badannya x 100%Jumlah balita yang ditimbang

Tabel.2 Pencapaian N/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2013kelurahanSasaran abs%targetGAP

Ps. ambacang 1.02491289.680%+9.06

Anduring75764885.680 %+5.6

Ampang 42637888.7380%+8.73

Lb. Lintah61150782.9880%+2.98

Puskesmas2818244586.7680 %+6,76

Sumber : laporan tahunan Program Gizi Puskesmas Ambacang tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2013, program N/D telah mencapai target yang ditetapkan oleh DKK. Namun demikian, kenaikan capaian tiap tahunnya cukup lambat sehingga pihak puskesmas khususnya petugas Program Gizi harus lebih giat lagi meningkatkan pelaksanaan program posyandu dan mereaktivasi serta memotivasi kembali semua kader posyandu di wilayah kerjanya.Kendala program ini juga hampir sama dengan kendala program D/S karena hampir semua kegiatan program bertumpu pada kunjungan balita ke posyandu. Namun, hal yang juga dikhawatirkan adalah keminiman pendataan balita yang tidak pernah datang sama sekali ke posyandu yang mungkin termasuk balita dengan status gizi kurang bahkan mungkin buruk. Hal ini masih merupakan tugas bersama petugas puskemas dengan bidan penanggung jawab wilayah serta kader posyandu, ditambah dukungan pejabat pemerintah setempat, yakni lurah dan camat.

4.1.3. BGM/D Data Balita bawah Garis Merah secara umum didapatkan dari pendataan kunjungan balita ke posyandu, puskesmas, bidan di wilayah kerja puskesmas Ambacang, maupun rumah sakit. Meskipun demikian, pendataan utama tetap didapatkan dari posyandu karena pemantauan dan perekapan data posyandu dilakukan secara rutin. Skrining awal balita yang dicurigai mengalami malnutrisi juga lebih berpedoman pada posyandu. Hal ini dikarenakan kebanyakan balita yang datang ke puskesmas atau ke bidan atau ke rumah sakit adalah setelah anak tersebut sakit. Tabel.3 Pencapaian BGM/D diwilayah kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2013kelurahanSasaran abs%target

Ps. ambacang 1.21150.41