mapri - nike.docx

Upload: robby-prasetyo

Post on 04-Jun-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    1/28

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar BelakangPenerapan paradigma pembangunan kesehatan baru yaitu paradigma sehat

    merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat

    proaktif. Paradigma sehat tersebut merupakan model pembangunan kesehatan

    yang dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap

    mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang tinggi

    pada pentingnya pelayanan kesehaatan yang bersifat promotif dan preventif.

    Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat antara lain

    melalui perbaikan status gizi. Gizi merupakan satu modal dasar dalam

    pembangunan manusia yang berkualitas. Kekurangan gizi mengakibatkan

    penurunan kualitas kesehatan yang akhirnya berdampak pada gangguan

    pertumbuhan dan perkembangan fisik serta penurunan kecerdasan. Pembangunan

    tidak akan berhasil tanpa didukung oleh sumber daya yang berkualitas.

    Di Indonesia, masalah gizi kurang dan gizi buruk masih menjadi perhatian

    utama selain juga masalah gizi mikro dan pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan

    data Riskesdas 2007, prevalensi gizi buruk yang berada di atas rata-rata nasional

    (5,4%) ditemukan pada 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota. Masalah gizi mikro

    di 10 provinsi tahun 2006, diperoleh gambaran prevalensi xerophtalmia pada

    balita 0,13% dan proporsi balita dengan serum retinol

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    2/28

    2

    GAKY dan vitamin A masih tetap diupayakan. Pada dasarnya kegiatan gizi yang

    dilaksanakan di puskesmas masih bertolak pada empat masalah gizi utama yaitu

    GAKY, anemia gizi besi, KEP, dan kurang vitamin A. Akan tetapi upaya terhadap

    masalah gizi yang lain seperti akibat penyakit degeneratif merupakan beban

    ganda.

    Untuk melakukan perbaikan status gizi diperlukan beberapa program yang

    harus direncanakan. Tapi sebelum program itu dibentuk, kita harus mengetahui

    akar dari masalah gizi itu sendiri. Langkah awal untuk mengetahui akar dari

    masalah gizi adalah dengan melakukan identifikasi masalah gizi tersebut untuk

    selanjutnya dicarikan pemecahan masalah sekaligus memberantas akar dari

    masalah gizi tersebut.

    1.2.Batasan MasalahMakalah ini membahas tentang identifikasi masalah-masalah gizi di

    Puskesmas Ambacang secara khusus.

    1.3.Tujuan Penulisan1.3.1.Tujuan UmumMengetahui masalah gizi masyarakat di puskesmas secara umum.

    1.3.2.Tujuan Khusus- Mengetahui tentang masalah gizi masyarakat di Puskesmas Ambacang.- Sebagai salah satu tugas dalam menjalankan kepanitraan klinik di bagian

    Ilmu Kesehatan Masyarakat.

    1.4. Metode PenulisanMetode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari

    berbagai literatur.

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    3/28

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi Gizi

    Gizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang dikonsumsi secara

    normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme,

    dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,

    pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

    Ilmu gizi adalah pengetahuan tentang makanan dalam hubungannya dengan

    kesehatan atau pengetahuan tentang cara memberikan makanan dengan benar agar

    tubuh berada dalam keadaan sehat.

    Ilmu gizi dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan sifatnya, yakni gizi

    yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan

    perorangan dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut

    gizi kesehatan masyarakat (public health nutrition). Kedua sifat keilmuan ini

    akhirnya masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu sendiri, yakni cabang

    ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinical nutrition) dan

    cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat (community nutrition).

    Kedua cabang ilmu ini dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya. Gizi

    klinik berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita

    gangguan kesehatan akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Jadi gizi klinik lebih

    menitikberatkan pada kuratif. Gizi masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi

    pada kelompok masyarakat. Oleh sebab itu, sifat dari gizi masyarakat lebih

    ditekankan pada preventif dan promotif.

    2.2. Zat Gizi pada Makanan

    Zat gizi pada makanan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan

    kesehatan dikelompokkan menjadi 5 macam:

    a. KarbohidratBerdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan menjadi

    monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat adalah sebagai

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    4/28

    4

    pembentuk energi. Sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan (beras,

    jagung, singkong, dan lain-lain) yang merupakan makanan pokok.

    b. ProteinDiperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (protein

    nabati) dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh

    antara lain:

    - Membangun sel yang rusak- Membentuk zat pengatur seperti enzim dan hormon- Membentuk energic. Lemak

    Berasal dari minyak goreng, daging, dan margarin. Fungsi lemak bagi

    tubuh adalah:

    - Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia- Pelarut vitamin A, D, E, K- Sebagai pelindung tubuh pada temperatur rendahd. Vitamin

    Dibedakan menjadi dua, yakni vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan

    C) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K). Fungsi dari masing-

    masing vitamin antara lain:

    - Vitamin A, berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan sebagai pengaturkepekaan rangsangan sinar pada saraf dan mata.

    - Vitamin B1, berfungsi untuk metabolisme karbohidrat, keseimbangan airdalam tubuh, dan penyerapan zat lemak oleh usus.

    - Vitamin B2, berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf mata danenzim berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel-sel.

    - Vitamin B6, berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah dan prosespertumbuhan serta pekerjaan urat saraf.

    - Vitamin C, berfungsi sebagai aktivator macam-macam enzim perombakprotein dan lemak, oksidasi dan dehidrasi dalam sel, dan penting dalam

    pembentukan trombosit.

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    5/28

    5

    - Vitamin D, berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor, memperbesarpenyerapan zat kapur dan fosfor dari usus, dan mempengaruhi kerja kelenjar

    endokrin.

    - Vitamin E, berfungsi mencegah perdarahan bagi wanita hamil serta mencegahkeguguran dan diperlukan saat sel membelah.

    - Vitamin K, berfungsi dalam pembentukan protrombin.e. Mineral

    Terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat fluor (F), natrium (Na), chlor

    (Cl), kalium (K), dan iodium (I). Secara umum fungsi mineral adalah sebagai

    bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari

    struktur sel dan jaringan.

    2.3.Status GiziStatus gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu (level

    yang paling mikro). Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan

    makanan dan infeksi, sedangkan faktor tidak langsung yaitu ketahanan pangan di

    keluarga, pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk

    akses terhadap pelayanan kesehatan. Hal yang sama diutarakan oleh Daly, et al.

    (1979) bahwa konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang

    sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi

    makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan,

    pengolahan makanan, dan tersedianya bahan makanan.

    Seperti yang telah diketahui, ada beberapa kelompok umur yang rentan

    terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi, yaitu kelompok bayi dan anak balita.

    Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakatadalah melalui status gizi balita (bayi dan anak balita). Selama ini telah banyak

    dihasilkan berbagai pengukuran status gizi tersebut dan masing-masing ahli

    mempunyai argumentasi sendiri dalam mengembangkan pengukuran tersebut.

    Cara penilaian status gizi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

    Nomor 920/Menkes/SK/VII/2002 adalah melalui nilai indeks antopometri (BB/U,

    TB/U, BB/TB) dibandingkan dengan nilai rujukan WHO-NCHS dimana istilah

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    6/28

    6

    status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak terjadi

    kerancuan dalam interpretasi.

    Tabel 2.1. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB,

    Standar Baku WHO-NCHS

    Indeks Status GiziAmbang

    Batas

    Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

    Gizi Lebih +2 SD

    Gizi Baik-2 SD sampai

    +2 SD

    Gizi Kurang-3 SD sampai

    < -2 SD

    Gizi Buruk < -3 SD

    Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

    Tinggi > +2 SD

    Normal-2 SD sampai

    +2 SD

    Pendek-3 SD sampai

    < -2 SD

    Sangat Pendek < -3 SD

    Berat Badan Menurut Tinggi Badan

    ( BB/ TB )

    Gemuk + 2 SD

    Normal-2 SD sampai

    + 2 SD

    Kurus ( wasted )-3 SD sampai

    < -2 SD

    Kurus Sekali < -3 SD

    Sumber: Depkes RI 2004

    2.4. Konsep Dasar dan Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Masalah Gizi

    Masalah merupakan keadaan dimana terjadinya kesenjangan antara

    harapan dan kenyataan. Masalah gizi diartikan sebagai kesenjangan antara

    keadaan gizi yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Konsumsi gizi

    makanan pada seseorang menentukan tercapainya tingkat kesehatan atau yang

    disebut status gizi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak

    seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi kesalahan akibat gizi

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    7/28

    7

    (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup kelebihan gizi disebut gizi lebih

    (overnutrition) dan kekurangan gizi (undernutrition).

    Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja,

    melainkan terkait dengan aspek lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan,

    kependudukan, dan sebagainya. Masalah dasar yang menyebabkan timbulnya

    masalah gizi di negara Indonesia adalah adalah krisis politik dan ekonomi.

    Kemudian muncul masalah utama berupa kemiskinan, pendidikan rendah,

    ketersediaan pangan, dan kesempatan kerja. Ketersediaan pangan tingkat rumah

    tangga, perilaku kesehatan ibu dan anak, dan pelayanan kesehatan menjadi

    penyebab tidak langsung timbulnya masalah gizi. Sedangkan asupan gizi dan

    penyakit infeksi secara langsung mempengaruhi masalah gizi di masyarakat.

    Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat

    kompleks. Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi masalah gizi yang sangat

    dipengaruhi oleh faktor pejamu, agens, dan lingkungan. Faktor penjamu meliputi

    fisiologi, metabolisme, dan kebutuhan zat gizi. Faktor agens meliputi zat gizi

    yaitu zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro

    seperti vitamin dan mineral. Faktor lingkungan (makanan) meliputi bahan

    makanan, pengolahan, penyimpanan, penghidangan dan higienis, serta sanitasi

    makanan.

    2.5.Kelainan Gizi2.5.1.Kurang Energi Protein (KEP)

    Kurang energi protein (KEP) terjadi karena ketidakseimbangan antara

    konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi. Pada

    umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita karena pada umur tersebut anakmengalami pertumbuhan yang pesat. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP

    akibat kekurangan asupan nutrisi yang pada umumnya didasari oleh masalah

    sosial ekonomi, pendidikan, serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi.

    Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena

    adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis, ataupun kelainan

    pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat,

    penyerapan nutrisi yang turun, dan meningkatnya kehilangan nutrisi. Makanan

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    8/28

    8

    yang tidak adekuat akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan

    untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan

    pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan

    melalui proses katabolik. Klasifikasi KEP menurut WHO-CDC:

    - KEP Ringan : >8090 % BB ideal terhadap TB- KEP Sedang : >7080 % BB ideal terhadap TB- KEP Berat :

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    9/28

    9

    2.5.2.AnemiaAnemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah

    hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah

    normal. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah

    hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut

    oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh. Anemia gizi adalah suatu

    keadaan dimana kadar hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari normal akibat

    kekurangan satu macam atau lebih zat-zat gizi yang diperlukan untuk

    pembentukan darah (misalnya: zat besi, asam folat, vitamin B12) tanpa

    memandang penyebab kekurangan tersebut.

    Penyebab umum terjadinya anemia:

    a. Perdarahan hebatb. Berkurangnya pembentukan sel darah merahc. Meningkatnya penghancuran sel darah merahd. Menu makanan sehari-hari kurang mengandung zat besie. Infestasi parasit

    Anemia bisa menyebabkan menurunnya produktivitas kerja atau

    kemampuan kapasitas kerja. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat

    menyebabkan perdarahan waktu melahirkan bayi, melahirkan bayi prematur, atau

    berat badan bayi lahir rendah. Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan

    adanya anemia yaitu pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit.

    Anemia gizi karena kekurangan zat besi prevalensinya masih tinggi di

    masyarakat. Prevalensi anemia pada wanita hamil berkisar antara 50-70%, wanita

    dewasa 30-49%, anak balita 40%, dan anak sekolah 25-35%. Zat besi merupakan

    mikroelemen yang esensial bagi tubuh yang sangat diperlukan dalampembentukan darah (hemoglobin). Zat besi lebih mudah diserap oleh usus dalam

    bentuk ferro. Penyerapan ini memiliki mekanisme autoregular yang diatur oleh

    kadar ferritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa usus. Dalam kondisi Fe yang

    baik, hanya 10% saja dari Fe yang terdapat dalam makanan diserap ke dalam

    mukosa usus. Ekskresi Fe dilakukan melalui kulit dan dilepaskan oleh permukaan

    tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali. Sedangkan pada wanita ekskresi Fe

    lebih banyak melalui menstruasi. Oleh sebab itu, kebutuhan Fe pada wanita

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    10/28

    10

    dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria. Pada wanita hamil kebutuhan Fe

    meningkat karena bayi yang dikandung juga memerlukan Fe.

    Program penanggulangan anemia besi khususnya untuk ibu hamil sudah

    dilakukan melalui pemberian tablet Fe secara gratis melalui puskesmas atau

    posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-

    ibu hamil maka program ini tampak berjalan lambat.

    2.5.3.Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)Yodium adalah salah satu mikromineral yang amat penting dan dibutuhkan

    sejak dalam kandungan, sehingga kekurangan yodium akan mengakibatkan

    GAKY, yaitu gangguan pertumbuhan dan kecerdasan anak, bahkan dapat

    menyebabkan abortus, prematur, kretinisme, dan lain-lain.

    Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) terjadi sebagai akibat dari

    rendahnya kandungan yodium dalam bahan makanan sehari-hari karena

    rendahnya kandungan yodium dalam tanah. Yodium dikenal sebagai salah satu

    mineral yang sangat mudah larut dalam air, sehingga semakin tinggi curah hujan

    di suatu daerah maka semakin besar risiko untuk penduduknya menderita GAKY.

    Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid akibat kekurangan yodium

    yang diperlukan untuk pembentukan hormon tiroid dalam waktu yang lama.

    Gondok endemik adalah suatu istilah dalam konsep kesehatan masyarakat yang

    berarti di masyarakat terdapat lebih dari 10 % jumlah penduduknya menderita

    gondok. Kretin endemik adalah keadaan penderita yang lain di daerah gondok

    endemik dan menunjukkan dua atau lebih kelainan berikut:

    a. Retardasi mentalb.

    Gangguan pendengaran (bisa sampai tuli)

    c. Kelainan saraf (bila berjalan langkahnya khas, spastic diplegia, mata juling,gangguan bicara sampai bisu, dan reflek fisiologis yang meninggi)

    Faktor yang menyebabkan kurangnya kandungan zat yodium dalam

    makanan:

    a. Lingkungan yang buruk, terutama berhubungan dengan:- Pencemaran yang mengakibatkan rendahnya kadar yodium dari sumber-

    sumber makanan dari laut seperti dilaporkan oleh Kung (1996) berkaitan

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    11/28

    11

    dengan rendahnya kadar yodium di Laut China Selatan sebagai akibat

    pencemaran dari limbah pabrik di sekitarnya.

    - Rendahnya kadar selenium pada makanan. Selenium adalah salah satu bahanpembentuk enzim yang mengatur pembentukan hormon tiroksin di kelenjar

    tiroid.

    b. Perilaku manusiaPerilaku manusia terutama yang berhubungan dengan:

    - Rendahnya pemahaman tentang pentingnya pemakaian garam beryodium.- Rendahnya kepedulian industri, distributor dan pedagang garam terhadap

    risiko dan akibat garam yang tidak beryodium yang dijualnya terhadap

    kualitas hidup bangsa di masa depan.

    - Ketidakseimbangan konsumsi goiterogenik agen seperti bayam, ubi kayu, koldengan ketersediaan yodium dalam garam.

    c. PelayananPelayanan yang diberikan oleh institusi terkait, seperti penyuntikan lipiodol,

    pendistribusian kapsul beryodium, forifikasi garam, dan lain-lain.

    Klasifikasi pembesaran kelenjar tiroid:

    - Grade 0 : Tidak teraba/tidak terlihat- Grade 1 : Teraba dan tidak terlihat pada posisi kepala biasa- Grade 2 : Terlihat pada posisi kepala biasa- Grade 3 : Sangat besar dan bisa dilihat dari jauh

    Prevalensi GAKY diukur berdasarkan perhitungan pembesaran kelenjar

    gondok:

    1. Total Goiter Rate (TGR) adalah semua kasus dengan pembesaran kelenjargondok (grade I + II) dibagi dengan seluruh anak yang diperiksa

    2. Visible Goiter Rate(VGR) adalah semua kasus dengan grade 2 dibagi semuaanak yang diperiksa.

    Terapi gondok pada dewasa pada umumnya tidak memuaskan. Oleh sebab

    itu, penanggulangan yang paling baik adalah pencegahan, yaitu dengan

    memberikan yodium kepada para ibu hamil. Untuk penanggulangan penyakit

    akibat kekurangan yodium dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat dapat

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    12/28

    12

    dilakukan melalui program yodiumisasi, yaitu dengan penyediaan garam dapur

    yang diperkaya dengan yodium.

    2.5.4.Kurang Vitamin AVitamin A adalah satu zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin

    ini tidak terdapat dalam makanan yang berasal dari sayuran tapi provitamin untuk

    pembentukan vitamin A sangat banyak terdapat dalam sayuran. Fungsi vitamin A

    adalah pembentukan pigmen retina mata, mencegah buta senja, dan pertumbuhan

    serta proliferasi normal berbagai jenis sel epitel.

    Gejala akibat kekurangan vitamin A adalah:

    - Keratinisasi kornea yang menimbulkan kekeruhan kornea dan kebutaan- Buta senja- Struktur epitel yang rusak seringkali menjadi terinfeksi misalnya, konjungtiva

    pada mata, sel yang melapisi traktus urinarius, dan saluran pernapasan

    Vitamin A banyak terdapat pada makanan nabati seperti wortel, bayam,

    brokoli, dan makanan hewani seperti daging sapi, hati ayam, ikan, susu, dan keju.

    2.5.5.Obesitas dan OverweightObesitas dan overweight adalah dua kata yang mempunyai arti yang

    berbeda dalam segi gizi klinis, meskipun keduanya selalu disamaratakan dan

    disejajarkan penggunaanya.

    Tabel 2.2. Klasifikasi Overweightdan Obesitas WHO

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    13/28

    13

    Obesitas

    Obesitas adalah kelebihan berat badan yang berasal dari lemak. Bila berat

    badan lebih dari 120% berat badan standar. Seorang bayi atau anak yang

    kegemukan memiliki kemungkinan lebih besar untuk tetap kegemukan pada masa

    pubertas dan dewasa. Penimbunan lemak yang berlebihan pada kegemukan

    disebabkan oleh konsumsi energi yang melebihi kebutuhan termasuk kebutuhan

    energi untuk pertumbuhan. Penyebab gangguan keseimbangan energi antara lain

    adalah faktor keturunan, konsumsi energi, dan pengeluaran energi.

    Cara yang digunakan untuk mengukur obesitas adalah Indeks Massa

    Tubuh (IMT) dan lingkar perut. Obesitas yang diukur dengan IMT dapat dibagi

    menjadi obesitas perifer dan obesitas sentral atau abdominal berdasarkan lingkar

    perut. Bagi orang Asia, lingkar perut pada laki-laki harus kurang dari 90 cm

    sementara pada wanita kurang dari 80 cm. Jadi, IMT yang melebihi 23 dengan

    lingkar perut lebih dari 90 cm pada laki-laki dan 80 cm pada wanita dapat

    digolongkan kedalam obesitas abdominal.

    Overweight

    Overweight lebih mengacu pada kelebihan berat badan dibandingkan

    dengan standar normal yaitu bila berat badan 110-120% berat badan standar.

    Berat badan overweight bisa berasal dari otot, tulang, organ- organ vital, dan

    sebagainya. Contoh dari kasus overweightadalah para binaragawan. Berat badan

    mereka mungkin lebih daripada orang normal dengan umur yang sama namun

    meski mereka lebih berat, tidak bisa dikatakan sebagai obesitas karena kelebihan

    berat badanya berasal dari otot.

    2.6.Program Gizi2.6.1.Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

    Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) adalah suatu keluarga yang mampu

    mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu

    keluarga disebut Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan

    minimal dengan:

    a. Menimbang berat badan secara teratur

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    14/28

    14

    b. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umurenam bulan (ASI eksklusif)

    c. Makan beraneka ragamd. Menggunakan garam beryodiume. Minum suplemen gizi sesuai anjuran

    Untuk mewujudkan perilaku Kadarzi, sejumlah aspek perlu dicermati.

    Aspek ini berada di semua tingkatan yang mencakup:

    a. Tingkat keluarga- Pengetahuan dan keterampilan keluarga- Kepercayaan, nilai, dan norma yang berlaku

    b. Tingkat masyarakat- Norma yang berkembang di masyarakat- Dukungan pemangku kepentingan (stakeholders) yang mencakup eksekutif

    legislatif, tokoh agama/masyarakat, LSM, ormas, media massa, sektor swasta,

    dan donor

    c. Tingkat pelayanan kesehatan- Pelayanan preventif dan promotifd. Tingkat pemerintah- Kebijakan pemerintah yang mendukung dan pelaksanaan kebijakan yang

    dapat dipertanggungjawabkan

    2.5.2.Pencegahan dan Penanggulangan Kekurangan Vitamin APrinsip dasar dalam menanggulangi masalah kekurangan vitamin A

    dengan menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh. Hal ini dapat ditempuh

    dengan 2 cara:1. Penyuluhan untuk meningkatkan konsumsi sumber vitamin A alami terutama

    sayuran

    2. Suplementasi vitamin A yang dapat dilakukan dengan 2 cara:- Langsung: melalui distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU)- Tidak langsung: melalui fortifikasi vitamin A pada bahan makanan

    Distribusi vitamin A dapat didapatkan melalui pelayanan di puskesmas

    dan posyandu. Sasaran kegiatan ini adalah:

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    15/28

    15

    - Semua anak balita (1-5 tahun) yang sehat- Anak-anak balita yang menderitaxerophthalmia- Anak balita yang menderita sakit (seperti campak)- Ibu-ibu dalam masa nifas

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    16/28

    16

    BAB III

    ANALISIS SITUASI

    3.1. Gambaran Umum

    Puskesmas Ambacang Kuranji diresmikan pada 5 Juli 2006 dengan 15

    orang staf. Awalnya, pelaksanaan program puskesmas ini masih bekerja sama

    dengan Puskesmas Kuranji, karena empat kelurahan sebagai wilayah kerja

    sebelumnya merupakan wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Akan tetapi, sekarang

    program kerja Puskesmas Ambacang Kuranji telah dilaksanakan secara mandiri

    dan berkesinambungan. Misi dari puskesmas ini sendiri yaitu menggerakkan

    pembangunan berwawasan kesehatan. Sedangkan strateginya adalah mendorong

    kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat menyelenggarakan

    pelayanan kesehatan bermutu dan terjangkau, meningkatkan kesehatan

    perorangan, keluarga, dan masyarakat.

    3.2. Kondisi Geografis

    Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan

    kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas

    Ambacang. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Ambacang yaitu:

    - Utara : wilayah kerja Puskesmas Kuranji- Timur : wilayah kerja Puskesmas Pauh- Selatan : wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji- Barat : wilayah kerja Puskesmas Alai dan Puskesmas Nanggalo

    Puskesmas Ambacang terletak pada 0 55' 25.15" lintang selatan dan

    +100 23' 50.14" lintang utara dengan luas wilayah kerja Puskesmas Ambacangsekitar 12 km2, mewilayahi empat kelurahan, yaitu Kelurahan Pasar Ambacang,

    Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang, dan Kelurahan Lubuk Lintah dimana

    umumnya masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan mempunyai

    aksesibilitas yang mudah dari dan ke puskesmas.

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    17/28

    17

    3.3. Kondisi Demografi

    Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas

    Ambacang selama tahun 2013 adalah 48.519 jiwa dengan distribusi

    kependudukan menurut kelurahan sebagai berikut:

    - Kelurahan Pasar Ambacang : 17.399 jiwa- Kelurahan Anduring : 13.875 jiwa- Kelurahan Lubuk Lintah : 10.073 jiwa- Kelurahan Ampang : 7.172 jiwa

    3.4. Sarana dan Prasarana Puskesmas

    Pada saat ini, Puskesmas Ambacang telah memiliki prasarana dan sarana

    yang relatif lebih baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Prasarana

    gedung dengan dua lantai dapat dimanfaatkan untuk pelayanan dan kegiatan

    administrasi/manajemen. Begitu pula prasarana kendaraan roda empat dan roda

    dua telah mampu menjangkau pelayanan terutama luar gedung, seperti posyandu,

    UKS, dan UKGS serta pembinaan desa siaga.

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    18/28

    18

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan

    wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang-orang

    yang menjalankan program serta analisis laporan tahunan puskesmas dan laporan

    tahunan bagian gizi Puskesmas Ambacang. Beberapa potensi masalah gizi yang

    berhasil diidentifikasi di puskesmas Ambacang adalah:

    4.1. Pencapaian D/S, N/D, dan BGM/D

    4.1.1. Persentase D/S

    Persentase balita yang ditimbang terhadap sasarannya dapat dilihat pada

    grafik berikut:

    Grafik 4.1. Cakupan D/S Balita Semester I Tahun 2013 di Wilayah Kerja

    Puskesmas Ambacang

    Target : 80%

    Dari grafik 4.1 didapatkan bahwa D/S tertinggi berada pada Kelurahan

    Pasar Ambacang 66,33%. Pada grafik diatas tampak bahwa cakupan D/S pada

    semester I tahun 2013 rata-rata belum mencapai target. Dari hasil diskusi dengan

    pemegang program, kendala dalam pencapaian D/S yang ditemukan dilapangan

    antara lain disebabkan karena masih adanya anggapan bahwa ke posyandu untuk

    mendapatkan imunisasi, sehingga setelah imunisasi bayinya lengkap maka para

    ibu tidak lagi membawa balitanya ke posyandu, petugas/ kader tidak aktif

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    PS.AMB AND LB.LTH AMP HC

    D/S-Juni 67.39 61.86 64.79 61.72 64.29

    D/S-Juli 66.33 61.58 65.08 63.89 64.35

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    19/28

    19

    mengajak masyarakat datang ke posyandu, kondisi posyandu yang kurang layak,

    ketersediaan alat yang terbatas, kegiatan posyandu terkesan monoton sehingga

    perlu adanya inovasi kegiatan di posyandu yang memungkinkan masyarakat mau

    datang ke posyandu.

    4.1.2. Persentase N/D

    Persentase balita yang ditimbang yang mengalami peningkatan berat badan

    dapat dilihat pada grafik berikut:

    Grafik 4.2. Cakupan N/D Balita Semester I Tahun 2013 di Wilayah Kerja

    Puskesmas Ambacang

    Target : 89%

    Berdasarkan grafik 4.2, hasil N/D pada Puskesmas Ambacang belum

    mencapai target. Hal ini antara lain disebabkan karena banyaknya balita yangtidak rutin datang ke posyandu setiap bulan sehingga banyak status pertumbuhan

    balita yang tidak dapat nilai. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar ibu balita

    rutin membawakan balitanya ke posyandu dan diberikan penyuluhan tentang

    pentingnya menimbang anak secara teratur setiap bulan.

    01020

    30

    40

    50

    6070

    80

    90

    100

    PS.AMBAND

    LB.LTHAMP

    HC

    PS.AMB AND LB.LTH AMP HC

    N/D-Juni 86.12 83.67 76.28 84.82 88.61

    N/D-Juli 86.63 84.11 77.66 86.07 88.64

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    20/28

    20

    4.1.3. Presentase BGM/D

    Presentase balita yang ditimbang yang status gizinya berada di bawah garis

    merah dapat dilihat pada grafik berikut:

    Grafik 4.3. BGM/D di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Semester I Tahun

    2013

    Target: < 15%

    Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa angka BGM pada Puskesmas

    Ambacang sudah memenuhi target yaitu kurang dari 15%. Angka BGM/D

    tertinggi untuk Puskesmas Ambacang terdapat pada Kelurahan Pasar Ambacang

    yaitu sebesar 0,42% dan terendah pada Kelurahan Lubuk Lintah yaitu 0,15%.

    Berarti dapat kita simpulkan bahwa masih terdapat kasus kurang gizi di wilayah

    Puskesmas Ambacang.

    0

    0.05

    0.1

    0.15

    0.2

    0.25

    0.3

    0.35

    0.4

    0.45

    0.5

    PS. AMB AND LB. LTH AMP HC

    BGM/D-Juni 0.49 0.34 0.15 0.22 0.34

    BGM/D-Juli 0.42 0.34 0.15 0.2 0.31

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    21/28

    21

    4.2. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A pada Balita

    Persentase balita yang mendapatkan suplai vitamin A dapat dilihat pada

    tabel berikut:

    Tabel 4.1. Distribusi Kapsul Vitamin A Semester I Tahun 2013 di Wilayah Kerja

    Puskesmas Ambacang

    Bayi Anak Balita

    Pasar Ambacang 93,55% 92,54%

    Anduring 91,91% 91,08%

    Lubuk Lintah 94,44% 92,94%

    Ampang 93,26% 95,05%

    Hc 93,22% 92,57%

    Target: 83%

    Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa cakupan distribusi vitamin

    A pada bayi dan anak balita semester I tahun 2013 sudah mencapai target, yaitu

    93, 22% pada bayi dan 92,57% pada anak balita.

    4.3. Cakupan Distribusi Tablet Fe pada Ibu Hamil

    Berikut cakupan distribusi tablet Fe pada ibu hamil semester I tahun 2013:

    Grafik 4.4. Cakupan Distribusi Tablet Fe 1 dan Fe 3 pada Ibu Hamil Semester I

    Tahun 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang

    0

    7.75

    15.5

    23.2531

    38.75

    46.5

    54.25

    62

    69.75

    77.5

    85.25

    93

    PS.AMB AND LB.LTH AMP HC

    FE 1 55.78 56.29 47.62 57.67 54.5

    FE 3 51.26 55.35 40.69 36.81 48.11

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    22/28

    22

    Target: 54,25%

    Berdasarkan tabel diatas pencapaian distribusi tablet Fe 1 dan Fe 3 belum

    mencapai target. Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan yang lebih optimal

    untuk meningkatkan cakupan distribusi tablet Fe 1 dan Fe 3 sesuai dengan target

    yang telah ditetapkan (54,25%).

    4.4. Ibu Hamil Anemia/KEK

    Grafik 4.5. Jumlah Ibu Hamil Anemia dan KEK Berdasarkan Kunjungan Ibu

    Hamil Semester I Tahun 2013 di Puskesmas Ambacang

    Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa pada kunjungan ibu hamil

    di Puskesmas Ambacang semester I tahun 2013 terdapat 119 orang bumil anemia

    dan 45 orang bumil KEK. Oleh karena itu pemantauan terhadap bumil harus lebih

    dioptimalkan agar dapat dilakukan pencegahan terhadap anemia dan KEK.

    4.5. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan Tablet Fe pada Ibu Nifas

    Cakupan distribusi vitamin A dan tablet Fe pada ibu nifas pada semester I

    tahun 2013 adalah sebagai berikut:

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    110

    120

    PS.AMB AND LB.LTH AMP HC

    BUMIL KEK 20 13 7 5 45

    BUMIL ANEMIA 50 29 27 13 119

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    23/28

    23

    Grafik 4.6. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan Tablet Fe pada Ibu Nifas

    Target : 39,96%

    Berdasarkan grafik di atas, pencapaian distribusi vitamin A dan tablet Fe

    pada ibu nifas pada semester I tahun 2013 sudah mencapai target (39,96%), yaitu

    55,69%.

    4.6. Kunjungan Pojok Gizi

    Pasien yang datang ke Pozi (Pojok Gizi) merupakan pasien rujukan dari

    BP, KIA, keinginan sendiri, dan posyandu yang datang dengan berbagai macam

    penyakit dan keluhan. Perbandingan jumlah kunjungan pasien ke pojok gizi diPuskesmas Ambacang tahun 2012 sampai dengan semester I tahun 2013 dapat

    dilihat pada grafik berikut:

    0

    6.66

    13.32

    19.98

    26.64

    33.3

    39.96

    46.62

    53.28

    59.94

    66.6

    73.26

    79.92

    PS.AMB ANDLB.LTH

    AMPHC

    PS.AMB AND LB.LTH AMP HC

    Jan-Juni 49.72 48.09 47.14 47.29 48.36

    Jan-Juli 58.29 56.06 51.43 54.73 55.69

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    24/28

    24

    Grafik 4.7. Perbandingan Jumlah Kunjungan Pasien ke Pojok Gizi (Pozi) Tahun

    2012 s.d. Semester I Tahun 2013 di Puskesmas Ambacang

    Pada semester I tahun 2013, jumlah kunjungan POZI baru mencapai 183

    orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, diperkirakan jumlah ini dapat

    melebihi angka kunjungan di tahun 2012.

    4.7. Pendataan Kadarzi dan PSG

    Pendataan keluarga sadar gizi ini dilakukan pada keluarga yang memiliki

    balita, ibu hamil, dan ibu nifas dengan jumlah sampel sebanyak 120 KK,

    kemudian dilihat lima indikator Kadarzi, yaitu menimbang berat badan secara

    teratur, memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI

    eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, serta minum

    suplemen gizi.

    Tabel 4.2. Hasil Pendataan Kadarzi Semester I Tahun 2013

    KELURAHANTIMBANG BB

    TERATUR

    KONSUMSI

    ANEKA

    RAGAM

    KONSUMSI

    GARAM

    YODIUM

    ASI

    EKSLUSIF

    SUPLEMEN

    GIZI

    PASARAMBACANG

    22 (55%) 40 (100%) 38 (95%) 25 (62,5%) 37 (92,5%)

    ANDURING 17 (85%) 20 (100%) 20 (100%) 14 (70%) 19 (95%)

    AMPANG 22 (55%) 39 (97,5%) 36 (90%) 33 (82,5%) 37 (92,5%)

    LUBUK LINTAH 14 (70%) 19 (95%) 20 (100%) 13 (65%) 20 (100%)

    HC 75 (62,5%) 118 (98,33%) 114 (95%) 85 (70,83%) 113 (94,17%)

    351

    183 2012

    JAN-JULI'13

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    25/28

    25

    Target per indikator:

    1. Timbang BB teratur : 80 %2. Konsumsi aneka ragam makanan : 80 %3. Konsumsi garam beryodium : 90 %4. Pemberian ASI ekslusif : 80 %5. Suplemen gizi : 80 %Vitamin A

    Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa menimbang berat badan secara

    teratur dan memberikan ASI eksklusif belum mencapai target. Penyuluhan yang

    lebih optimal pada keempat kelurahan tersebut dapat dilakukan untuk

    meningkatkan capaian target.

    4.8. Klinik Laktasi

    Penerapan pola pemberian makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai

    anak berumur 2 tahun belum terlaksana dengan baik khususnya dalam hal

    pemberian ASI eksklusif. Beberapa kendala dalam hal pemberian ASI eksklusif

    adalah karena ibu tidak percaya diri bahwa dirinya mampu menyusui dengan baik

    sehingga mencukupi seluruh kebutuhan gizi bayi. Salah satu tujuan adanya

    keberadaan klinik laktasi adalah untuk menjawab tantangan/kendala tersebut.

    Berikut ini jumlah kunjungan klinik laktasi pada tahun 2012 dan semester I tahun

    2013:

    Grafik 4.8. Perbandingan Jumlah Kunjungan Pasien ke Klinik Laktasi Tahun 2012

    s.d. Semester I Tahun 2013 di Puskesmas Ambacang

    216

    147 TH 2012

    JAN-JULI '13

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    26/28

    26

    Pada semester I tahun 2013, jumlah kunjungan ke Klinik Laktasi baru

    mencapai 147 orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, diperkirakan jumlah

    ini dapat melebihi angka kunjungan di tahun 2012.

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    27/28

    27

    BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan data-data di atas maka dapat disimpulkan bahwa masalah gizi

    yang ada di Puskesmas Ambacang meliputi:

    - D/S belum mencapai target- N/D belum mencapai target- BMG/D sudah mencapai target- Cakupan distribusi kapsul vitamin A pada balita sudah mencapai target- Cakupan distribusi tablet Fe pada ibu hamil belum mencapai target- Belum maksimalnya pemantauan terhadap ibu hamil anemia/KEK- Cakupan distribusi kapsul vitamin A pada ibu nifas sudah mencapai target- Kunjungan Pojok Gizi diperkirakan akan meningkat- 2 dari 5 indikator Kadarzi belum tercapai- Kunjungan Klinik Laktasi diperkirakan akan meningkat

    5.2. Saran

    - Tingkatkan kerjasama lintas program, khususnya promkes.- Berdayakan kegiatan yang ada untuk mengatasi masalah yang ditemukan

    seperti: kelas bumil dan kelas ibu balita.

    - Promosi lebih gencar tentang manfaat Fe dan melakukan pembinaan sertapendekatan yang baik kepada Bidan Praktek Swasta (BPS).

    - Maksimalkan pemantauan wilayah setempat.

  • 8/14/2019 MAPRI - nike.docx

    28/28

    DAFTAR PUSTAKA

    Notoadmojo, Soekidjo. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Ribeka Cipta.

    Minarto DR., MPS. 2010. Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi Di

    Kabupaten/Kota. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

    Laporan Tahunan Program Gizi Puskesmas Ambacang Tahun 2012.

    -. 2004. Buletin Kesehatan dan Gizi. Indonesia: Helen Keller Internasional.

    Diunduh tanggal 17 November 2012.

    http://www.pediatrik.comdiunduh pada tanggal 17 November 2012.

    http://www.pediatrik.com/http://www.pediatrik.com/http://www.pediatrik.com/