marasmus dan kwarshikor

67
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak anak daerah tropis yang tinggal dalam kondisi desa atau perkotaan, menunjukkan pertumbuhan abnormal. Hal ini dari berat badannya pada tahun-tahun pertama hidupnya. Enam bulan pertama kehidupannya, pertumbuhannya baik sekali berkat protein, kalori dan vitamin yang cukup dari aliran ASI yang baik dan bersih bersama persediaan yang ada pada bayi. Enam bulan berikutnya pertumbuhan sedang-sedang saja, tetapi ASI tidak mencukupi lagi untuk memasak protein, kalori, dan zat besi. Kadang perlu penambahan makanan lain yang biasanya berupa pati dan karbohidrat dengan sedikit protein. Tahun kedua dan ketiga, pertumbuhannya buruk atau tidak ada pertumbuhan, bahkan BB menurun untuk waktu lama karena kurang protein. Kebiasaan makan karbohidrat (makanan berpati, kadang sedikit ASI, ditambah sedikit protein seperti susu sapi, daging, ikan, atau polong-polongan) dan seringnya terkena infeksi misal (campak, diare, malaria, infeksi paru, cacing usus). Kekurangan protein kalori mungkin terjadi pada setiap saat dari tiga periode tersebut, tetapi pernah ditemukan pada bayi muda yang mendapat ASI dengan sangat memuaskan. Bentuk klinik yang paling sering, yaitu kwashiorkor dan merasmus.

Upload: adi-ricky-saputra

Post on 08-Jul-2016

66 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PENCERNAAN

TRANSCRIPT

Page 1: Marasmus Dan Kwarshikor

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangBanyak anak daerah tropis yang tinggal dalam kondisi desa atau perkotaan,

menunjukkan pertumbuhan abnormal. Hal ini dari berat badannya pada tahun-tahun

pertama hidupnya. Enam bulan pertama kehidupannya, pertumbuhannya baik sekali

berkat protein, kalori dan vitamin yang cukup dari aliran ASI yang baik dan bersih

bersama persediaan yang ada pada bayi. Enam bulan berikutnya pertumbuhan sedang-

sedang saja, tetapi ASI tidak mencukupi lagi untuk memasak protein, kalori, dan zat besi.

Kadang perlu penambahan makanan lain yang biasanya berupa pati dan karbohidrat

dengan sedikit protein.

Tahun kedua dan ketiga, pertumbuhannya buruk atau tidak ada pertumbuhan,

bahkan BB menurun untuk waktu lama karena kurang protein. Kebiasaan makan

karbohidrat (makanan berpati, kadang sedikit ASI, ditambah sedikit protein seperti susu

sapi, daging, ikan, atau polong-polongan) dan seringnya terkena infeksi misal (campak,

diare, malaria, infeksi paru, cacing usus). Kekurangan protein kalori mungkin terjadi

pada setiap saat dari tiga periode tersebut, tetapi pernah ditemukan pada bayi muda yang

mendapat ASI dengan sangat memuaskan. Bentuk klinik yang paling sering, yaitu

kwashiorkor dan merasmus.

Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di Indonesia.

Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian, karena

dapat menimbulkan the lost generation. Kualitas bangsa di masa depan akan sangat

dipengaruhi keadaan atau status gizi pada saat ini, terutama balita. Akibat gizi buruk dan

gizi kurang bagi seseorang akan mempengaruh kualitas kehidupannya kelak. Angka gizi

buruk sampai sekarang masih cukup mengkhawatirkan, sehingga dengan latar belakang

tersebut, penulis menyelesaikan makalah dengan judul Perbedaan marasmus dan

kwashiorkor serta asuhan keperawatan anak dengan marasmus dan kwashiorkor.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana pengertian marasmus dan kwarshiorkor?

b. Bagaimana etiologi marasmus dan kwarshiorkor?

Page 2: Marasmus Dan Kwarshikor

c. Bagaimana patofisiologi marasmus dan kwashiokor ?

d. Bagaimana manifestasi klinis marasmus dan kwarshiokor ?

e. Bagaimana pemeriksaan penunjang marasmus dan kwarshiokor ?

f. Bagaimana penatalaksanaanmarasmus dan kwarshiorkor ?

g. Bagaimana komplikasi marasmus dan kwarshiokor ?

h. Bagaimana pencegahan marasmus dan kwarshiorkor ?

i. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan kwarshiorkor secara teoritis?

j. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan marasmus dan kwashiorkor

bersdasarkan kasus ?

C. Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum

Mahasiswa mampu membedakan marasmus dan kwarshikor dan mampu

melaksanakan asuhan keperawatan marasmus dan kwarshiokor

b. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami pengertian marasmus dan kwashiorkor

b. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi marasmus dan kwashiorkor

c. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi marasmus dan kwashiokor

d. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis marasmus dan kwashiokor

e.Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang marasmus dan kwashiokor

f. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaanmarasmus dan kwashiorkor

g. Mahasiswa mampu mnegetahui komplikasi marasmus dan kwashiokor

h. Mahasiswa mampu memahami pencegahan marasmus dan kwashiorkor

i.Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada anak dengan kwashiorkor

secara teoritis

j. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada anak dengan marasmus

dan kwashiorkor bersdasarkan kasus

Page 3: Marasmus Dan Kwarshikor

D. Manfaat Penulisan

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun

praktis dan dapat dijadikan sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan

khususnya tentang perbedaan marasmus dan kwarshiokor dan asuhan keperawatan

kwarshiokor.

Page 4: Marasmus Dan Kwarshikor

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

MARASMUS

Marasmus berasal dari bahasa Yunani yang berarti wasting/ merusak. Marasmus

pada umumnya merupakan peyakit pada bayi (dua belas bulan pertama), karena terlambat

diberi makanan tambahan. Penyakit ini dapat terjadi karena penyapihan mendadak,

formula pengganti ASI terlalu encer dan tidak higienis atau sering kena infeksi terutama

gastroenteritis. Marasmus berpengaruh jangka panjang terhadap mental dan fisik yang

sukar diperbaiki (Almatsier, 2009).

Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein

(Suriyadi, 2001). Marasmus adalah malnutrisi energi protein berat yang disebabkan oleh

defisiensi makanan sumber energi (kalori) dapat terjadi bersama atau tanpa disertai

defisiensi protein (Betz, 2002).

Sedangkan menurut Arisman (2004), marasmus adalah suatu bentuk malgizi

protein energi karena kelaparan, semua unsur diet kurang. Marasmus terjadi karena

masukan kalori yang tidak adekuat, penyakit usus menahun, kelainan metabolik atau

infeksi menahun seperti tuberkulosis.

Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat disimpulkan marasmus adalah suatu

penyakit malnutrisi energi protein berat akibat dari kurang mendapat masukan makanan

dalam waktu lama yang ditandai dengan penurunan berat badan dan atropi jaringan tubuh

secara bertahap terutama subkutan sehingga anak tampak lebih tua dengan kulit keriput

dan turgor kulit menurun.

KWASHIOKOR

Kwarshiorkor adalah sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan

masukan kalori tidak cukup. Akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat menimbulkan

tanda dan gejala seperti tinggi dan berat bedan tidak sesuai dengan anak seusianya dari

kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka

metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik. Walaupun penambahan tinggi dan berat

Page 5: Marasmus Dan Kwarshikor

dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak akan pernah sama dengan tinggi dan

berat badan anak yang secara tetap bergizi baik (Behrman et all, 2000). 

Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein (Ratna

Indrawati, 1994).

Kwashiorkor juga disebut sebagai defisiensi protein yang disertai defisiensi

nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita)

(Ngastiyah, 1997). Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma

dari gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP).

Kwashiorkor atau biasa lebih dikenal “busung lapar", pertama kali diperkenalkan

oleh Dr Cecile Williams pada tahun 1933 ketika ia berada di Gold Coast, Afrika. Saat itu,

Dr Cecile Williams banyak menemui anak-anak mengalami gejala busung lapar atau

kwashiorkor. Istilah kwashiorkor berasal dari bahasa setempat yang artinya “penyakit

anak pertama yang timbul begitu anak kedua muncul".

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kwashiorkor adalah

satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang berat akibat

mengkonsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan. Defisiensi

protein sangat parah meskipun konsumsi energi atau kalori tubuh mencukupi kebutuhan.

B. ETIOLOGI

MARASMUS

Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:

Menurut Behrman (1999: 122) etiologi marasmus :

1) Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada hubungan

orang tua-anak yang terganggu atau sebagai akibat kelainan metabolisme atau

malformasi bawaan.

2) Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan terjadinya

malnutrisi.

3) Disebabkan oleh pengaruh negatif faktor-faktor sosioekonomi dan budaya yang

berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang

negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik malabsorpsi protein, hilangnya

Page 6: Marasmus Dan Kwarshikor

protein air kemih ( sindrom neprofit ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit

hati.

4) Masukan makanan yang kurang

Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang

tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak;

misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.

5) Infeksi

Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral

misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis

congenital.

6) Kelainan struktur bawaan

Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,

palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic

fibrosis pancreas.

7) Prematuritas dan penyakit pada masa neonates

Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang

8) Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena

diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan

dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi

kongenital. (Nelson,1999).

9) Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada

bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau

sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain

seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi,

gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf

pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

KWASHIOKOR

Kwashiorkor terjadi karena adanya defisiensi protein pada anak karena kandungan

karbohidrat makanan tersebut tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya sangat

rendah.Faktor yang paling mungkin adalah menyusui, ketika ASI digantikan oleh asupan

Page 7: Marasmus Dan Kwarshikor

yang tidak adekuat atau tidak seimbang. Selain makanan yang tidak mengandung protein,

penyakit kwashiorkor juga dapat ditimbulkan karena gangguan penyerapan protein,

misalnya pada keadaan diare kronik, kehilangan protein secara tidak normal pada

proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka-luka bakar, serta kegagalan

melakukan sintesis protein pada penyakit hati yang kronis. Kompartemen protein visceral

akan mengalami deplesi yang lebih parah pada kwashiorkor. Kehilangan

kompartemenprotein visceral yang nyata pada kwashiorkor akan menimbulkan

hipoalbuminemia sehingga terjadi edema yang menyeluruh atau edema dependen.

Faktor yang dapat menyebabkan inadekuatnya intake protein antara lain sebagai

berikut :

a) Pola makan

Protein (asam amino) sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang.

Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nurisi anak akan

berperan penting terhadap terjadinya Kwashiorkor, terutama pada masa

peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

b) Faktor social

Negara dengan tingkat penduduk tinggi, keadaan sosial dan politik yang tidak

stabil, atau adanya pantangan untuk makan makanan tertentu dapat

menyebabkan terjadinya Kwashiorkor.

c) Faktor ekonomi

Penghasilan yang rendah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan berakibat

pada keseimbangan nutrisi anak yang tidak terpenuhi.

d) Faktor infeksi dan penyakit lain

Infeksi dan MEP saling berhubungan. Infeksi dapat memperburuk keadaan

gizi. MEP akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. Misalnya,

gangguan penyerapan protein karena diare.

Page 8: Marasmus Dan Kwarshikor

C. PATHOFISIOLOGI

MARASMUS

Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangkan

lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan prosesn fisiologis.

Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun tidak didapat

sendiri dan cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.

Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan

energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya

seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat

kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat

membentuk cukup albumin. (Ngastiyah, 2005 : 259)

Pathaway marasmus

Page 9: Marasmus Dan Kwarshikor

KWASHIORKOR

Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang

sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam

dietnya. Kelainanan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang

meyebabkan edema dan lemak dalam hati. Kekurangan protein dalam diet akan

terjadi karena kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan

untuk sentesis dan metabolisme yang akan disalurkan ke jaringan otot. Semakin asam

amino berkurang dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh

hepar yang kemudian berakibat edema. Lemak dalam hati terjadi karena gangguan

pembentukan beta-lipoprotein sehingga transport lemak dari hati terganggu dan berakibat

terjadinya penimbunan lemak dalam hati.

Pathaway kwashiokor

Page 10: Marasmus Dan Kwarshikor

Pathaway marasmus dan kwarshiokor

D. MANIFESTASI KLINIS

MARASMUS

Menurut FKUI (1985 : 361), Ngastiyah (2005 : 259) dan Markum (1991 : 166) tanda

dan gejala dari marasmus adalah :

1) Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairah

2) Diare

3) Mata besar dan dalam

4) Akral dingin dan tampak sianosis

5) Wajah seperti orang tua.

Page 11: Marasmus Dan Kwarshikor

6) Pertumbuhan dan perkembangan terganggu.

7) Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot.

8) Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan turgor kulit

jelek.

9) Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.

10) Nadi lambat dan metabolisme basal menurun.

11) Vena superfisialis tampak lebih jelas.

12) Ubun-ubun besar cekung.

13) Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.

14)  Anoreksia.

15) Sering bangun malam.

KWASHIOKOR

Menurut sumber Soetjiningsih - Tumbuh Kembang Anak, (1998)

Gejala  klinis Kwashiokor antara lain:

1) Pertumbuhan terganggu (berat badan dan tinggi badan kurang dari standar)

2) Perubahan mental (cengeng atau apatis)

3) Pada sebagian besar anak ditemukan edema ringan sampai berat)

4) Gejala gastrointestinal (anoreksia, diare)

5) Gangguan pertumbuhan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan

mudah dicabut)

6) Kulit kering, bersisik, hiperpigmentasi dan sering ditemukan gambaran crazy

pavement dermatosis.

7)   Pembesaran hati (kadang sampai batas setinggi pusat, teraba kenyal, licin dengan

batas yang tegas)

8) Anemia akibat gangguan eritropoesis.

9) Pada pemeriksaan kimia darah ditemukan hipoalbuminemia dengan kadar

globulin normal, kadar kolesterol serum rendah.

10) Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, sering disertai tanda fibrosis, nekrosis

dan infiltrasi sel mononukleus.

Page 12: Marasmus Dan Kwarshikor

11) Hasil autopsi pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan terjadinya perubahan

degeneratif pada semua organ (degenerasi otot jantung, atrofi fili usus,

osteoporosis dan sebagainya)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

MARASMUS

1. Menurut FKUI (1985:364) pada pemeriksaan laboratorium memperlihatkan :

a. Karena adanya kelainan kimia darah, maka :

1) kadar albumin serum rendah

2) kadar globumin normal atau sedikit tinggi

3) peningkatan fraksi globumin alfa 1 dan globumin gama

4) kadar globumin beta rendah

5) kadar globumin alfa 2 menetap

6)  kadar kolesterol serum menurun

7) uji turbiditas timol meninggi

b. Pada biopsi hati ditemukan perlemahan yang kadang-kadang demikian hebatnya

sehingga hampir semua sela hati mengandung vakual lemak besar. Sering juga

ditemukan tanda fibosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus.

c. Pada hasil outopsi penderita kwashiorkor yang berat menunjukan hampir semua

organ mengalami perubahan seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang

dan sebagainya.

Menurut Markum (1996:167) pada pemeriksaan

a. Laboratorium menunjukan

1) Penurunan badan albumin, kolesterol dan glukosa dalam serum

Page 13: Marasmus Dan Kwarshikor

2) Kadar globumin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan albumin

dan globumin dapat terbalik kurang dari 1.

3) Kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah daripada asam

amino non esensial.

4) Umumnya kadar imunoglubin serum normal atau meningkat.

5) Kadar Ig A serum normal, kadar Ig A sekretori rendah.

6) Uji toleransi glukosa menunjukan gambaran tipe diabetik.

b. Pemeriksaan air kemih menunjukan peningkatan sekresi hidroksiprolin dan adanya

aminoasi dunia.

c. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis dan

infiltrasi sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua selhati mengandung

vakual lemak yang besar.

d. Pemeriksaan outopsi menunjukan kelainan pada hampir semua organ tubuh, seperti

degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi virus usus, detrofi sistem limfold

dan atrofi kelenjar timus.

e. Pada pemeriksaan otopometri berat badan dibawah 90%, lingkar lengan di bawah 14

cm.

KWASHIOKOR

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada anak dengan Kwashiorkor antara lain

sebagai berikut :

1) Pemeriksaan laboratorium :

a. penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yang paling khas. Pada

stadium awal kekurangan makan sering terdapat ketonuria tetapi sering

menghilang pada stadium akhir

b. glukosa dalam darah rendah

c. ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun

d. asam amino esensial plasma turun terhadap angka asam amino non esensial dan

dapat menambah aminoasiduria

e. defisiensi kalium dan magnesium

f. kadar kolesterol serum rendah

Page 14: Marasmus Dan Kwarshikor

g. angka amilase, esterase, kolinesterase, transaminase, lipase, dan alkalin fosfatase

serum turun

h. penurunan aktivitas enzim pankreas dan sanhin oksidase

i. pertumbuhan tulang biasanya lambat

j. sekresi hormon pertumbuhan mungkin bertambah.

2) Pemeriksaan air kemih menunjukkan peningkatan ekskresi hidroksiprolin dan

adanya amino asidulia.

3) Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis,

dan infiltrasi sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua sel hati

mengandung vakuol lemak yang besar.

4) Pemeriksaan autopsi penderita kwashiorkor menunjukkan kelainan pada hampir

semua organ tubuh, seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi

vilus usus, atrofi sistem limfoid, dan atrofi kelenjar timus.

F. PENATALAKSANAAN

MARASMUS

Menurut Mansjoer (2000 : 514 – 517) penatalaksanan marasmus adalah :

1) Atasi / cegah hipoglikemia

Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila <>oC, suhu rektal 35,5oC).

Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah kondisi tersebut.

2) Atasi/cegah hipotermia

Bila suhu rektal <>oC

a. Segera beri makanan cair/fomula khusus.

b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala.

3) Atasi/cegah dehidrasi

Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati dengan tetesan pelan-pelan

untuk mengurangi beban sirkulasi dan jantung.

4) Koreksi gangguan keseimbang elektrolit

Pada marasmus berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium

plasma rendah. Tambahkan Kalium dan Magnesium dapat disiapkan dalam

Page 15: Marasmus Dan Kwarshikor

bentuk cairan dan ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml

larutan pada 1 liter formula.

5) Obati / cegah infeksi dengan pemberian antibiotik

6) Koreksi defisiensi nitrien mikro, yaitu dengan :

Berikan setiap hari :

a. Tambahkan multivitamin.

b. Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).

c. Seng (Zn) 2 mg/KgBB/hari.

d. Bila berat badan mulai naik berikan Fe (zat besi) 3 mg/KgBB/hari.

e. Vitamin A oral pada hari 1, 2, dan 14.

Umur > 1 tahun : 200 ribu SI (satuan Internasional).

Umur 6-12 bulan : 100 ribu SI (satuan Internasional).

Umur 0-5 bulan : 50 ribu SI (satuan Internasional)

7) Mulai pemberian makan

Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus dirancang

sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk memenuhi metabolisme

basal.

KWASHIOKOR

Dalam mengatasi kwashiorkor adalah dengan memberikan makanan bergizi

secara bertahap. Bila bayi menderita kwashiorkor, maka bayi tersebut diberi susu yang

diencerkan. Secara bertahap keenceran susu dikurangi, sehingga suatu saat mencapai

konsistensi yang normal seperti susu biasa kembali. Jika anak sudah agak besar, bisa

mulai dengan makanan encer, kemudian makanan lunak (bubur) dan bila keadaan

membaik, maka baru diberikan makanan padat biasa. Dalam melaksanakan hal ini selalu

diberikan pengobatan sesuai dengan penyakit yang diderita. Bila keadaan kesehatan dan

gizi sudah mencapai normal, perlu diteruskan dengan imunisasi. Makanan yang

dihidangkan diet tinggi kalori, protein, cairan, vitamin, dan mineral. Bila diperlukan

dilakukan pemberian cairan dan elektrolit.

Page 16: Marasmus Dan Kwarshikor

G. KOMPLIKASI

MARASMUS

Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999 : 168) defisiensi Vitamin A,

infestasi cacing, dermatis tuberkulosis, bronkopneumonia, noma, anemia, gagal tumbuh

serta keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor.

a. Defisiensi Vitamin A

Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang terganggu.

Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita malnurtrisi, sering terjangkit

infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi saluran nafas) atau pada penyakit hati.

Karena Vitamin A larut dalam lemak, masukan lemak yang kurang dapat

menimbulkan gangguan absorbsi.

b. Infestasi Cacing

Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi

khususnya gastroenteritis. Pada anak dengan gizi buruk/kurang gizi investasi

parasit seperti cacing yang jumlahnya meningkat pada anak dengan gizi kurang.

c. Tuberkulosis

Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak akan membentuk

“tuberkolosis primer”. Gambaran yang utama adalah pembesaran kelenjar limfe

pada pangkal paru (kelenjar hilus), yang terletak dekat bronkus utama dan

pembuluh darah. Jika pembesaran menghebat, penekanan pada bronkus mungkin

dapat menyebabkanya tersumbat, sehingga tidak ada udara yang dapat memasuki

bagian paru, yang selanjutnya yang terinfeksi. Pada sebagian besar kasus,

biasanya menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap penyakit ini.

Pada anak dengan keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar dapat

memecahkan ke dalam bronkus, menyebarkan infeksi dan mengakibatkan

penyakit paru yang luas.

d. Bronkopneumonia

Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan kelemahan otot yang

menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan kelemahan otot pernapasan. Anak

mungkin tidak dapat batuk dengan baik untuk menghilangkan sumbatan pus.

Page 17: Marasmus Dan Kwarshikor

Kenyataan ini lebih sering menimbulkan pneumonia, yang mungkin mengenai

banyak bagian kecil tersebar di paru (bronkopneumonia).

e. Noma

Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan kalori-protein

berat yang perlu segera ditangani, kerena sifatnya sangat destruktif dan akut.

Kerusakan dapat terjadi pada jaringan lunak maupun jaringan tulang sekitar

rongga mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk yang sangat keras. Luka

bermula dengan bintik hitam berbau diselaput mulut. Pada tahap berikutnya bintik

ini akan mendestruksi jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga

dari luar akan terlihat lubang kecil dan berbau busuk.

KWASHIOKOR

Kwashiorkor yang tidak cepat diatasi akan mengakibatkan marasmus bahkan

marasmus-kwashiorkor. Anak akan mudah terserang infeksi, seperti diare, ISPA (infeksi

saluran pernapasan atas), TBC, polio, dan lain-lain.Lebih dari 40% anak-anak yang

menderita Kwashiorkor meninggal karena gangguan elektrolit, infeksi, hipotermia, dan

kegagalan jantung. Keterbelakangan mental yang bersifat ringan bisa menetap sampai

anak mencapai usia sekolah dan mungkin lebih. Anak dengan Kwashiorkor dapat terjadi

penurunan IQ secara permanen. Diperlukan waktu sekitar 2-3 bulan agar berat badan

anak kembali ke berat badan ideal.Komplikasi jangka pendek yang akan terjadi bagi

penderita kwashiorkor adalah diare, hipoglikemia, anemia, hipokalemia, shock,

hipotermi, dehidrasi, gangguan fungsi vital, gangguan keseimbangan elektrolit asam-

basa, infeksi berat, serta hambatan penyembuhan penyakit penyerta. Sedangkan

komplikasi jangka panjang adalah tubuh pendek dan berkurangnya potensi tumbuh

kembang.

H. PENCEGAHAN

MARASMUS

Tindakan pencegahan terhadap marasmus menurut (Lubis, U.N.http:

//www.cermin dunia kedokteran. diperoleh tanggal 4 Juni 2008) dapat dilaksanakan

dengan baik bila penyebab diketahui. Usaha-usahatersebut memerlukan sarana dan

Page 18: Marasmus Dan Kwarshikor

prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi, antara

lain :

1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi

yang paling baik untuk bayi.

2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun

ke atas.

3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan

kebersihan perorangan.

4. Pemberian imunisasi.

5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.

6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan

usaha pencegahan jangka panjang.

7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis

kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

KWASHIOKOR

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah anak terkena Kwashiorkor

adalah mencukupi kebutuhan protein yang lengkap dengan mengkonsumsi sumber

protein yang dikombinasikan antara sumber protein hewani dan sumber protein nabati

sehingga saling melengkapi jumlah protein yang harus dikonsumsi bayi setiap hari. Hal

ini bergantung pada umur, berat badan, jenis kelamin, mutu protein yang dikonsumsi,

serta keadaan tertentu, misalnya sedang sakit atau baru sembuh dari sakit, yang

mengharuskan anak untuk mengkonsumsi protein dalam jumlah yang lebih besar.

Umumnya tingkat kebutuhan protein anak dalam keadaan sehat normal membutuhkan

sekitar 40-60 gram protein tiap hari. Ada pula ahli yang menyebutkan konsumsi protein 1

gr/kgBB perhari. Anak diterapkan diet yang seimbang dengan cukup karbohidrat, cukup

lemak, dan protein untuk mencegah terjadinya kwashiorkor. Untuk mendapatkan sumber

protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein hewan seperti susu, keju, daging,

telur dan ikan dan protein nabati seperti kacang hijau dan kacang kedelei.

Page 19: Marasmus Dan Kwarshikor

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS MARASMUS DAN KWASHIOKOR

A. PENGKAJIAN

MARASMUS

a. Anamnesa

1. Identitas klien, meliputi:

a. Nama klien: sesuai dengan nama pasien.

b. Usia: klien marasmus biasanya berusia kurang dari 5 tahun (balita)

c. Jenis kelamin: terjadi pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan

d. Agama: bergantung pada pasien

e. Pendidikan: anak biasanya belum sekolah, sedangkan orangtua anak biasanya

berpendidikan rendah.

f. Alamat: klien dengan marasmus biasanya bertempat tinggal di daerah dengan

pemukiman kumuh atau pemukiman padat penduduk.

2. Identitas Orang tua (penanggung), meliputi:

a. Nama orang tua: sesuai dengan nama bapak dan ibu atau keluarga

penanggung dari klien.

b. Alamat orang tua: sama dengan anak

c. Pendidikan orang tua: biasanya orang tua klien berpendidikan rendah.

d. Pekerjaaan orang tua: pekerjaan orangtua klien dengan marasmus biasanya

adalah sebagai buruh atau dengan status sosial ekonomi rendah.

3. Data subjektif

1. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sering mual dan muntah.

2. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sering rewel dan nangis terus padahal

sudah diberi makan.

3.   Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya semakin kurus badannya.

4.   Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya juga sering diare.

4. Data Objektif

1.    Pasien tampak sangat kurus,

2.    Rambut pasien tampak kemerahan,

Page 20: Marasmus Dan Kwarshikor

3.    Perut pasien terlihat cekung,

4.    Wajah pasien tampak seperti orang tua (berkerut)

5.    Kulit pasien tampak keriput.

5. Keluhan utama :

6. Riwayat kesehatan

1.  Riwayat kesehatan sekarang

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan

(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare

dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.

2.  Riwayat kesehatan dahulu

Pasien pernah masuk Rs karena alergi, Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal

dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola

kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk),

psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji

dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat

kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).

3.  Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan

komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan

angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi

kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.

7. Pengkajian pola fungsi kesehatan

a.    Pola nutrisi: klien mengalami penurunan nafsu makan dan mual muntah.

b.    Pola eliminasi: klien biasanya mengalami diare.

c.    Pola aktivitas dan integritas ego: klien biasanya mengalami gangguan

aktifitas karena mengalami kelemahan tubuh yang disebabkan oleh gangguan

metabolism.

d.   Pola istirahat dan tidur: klien sering rewel karena selalu merasa lapar

meskipun sudah diberi makan sehingga sering terbangun pada malam hari.

e.    Pola higiene: kebersihan diri klien kurang, kulit tampak kusam, rambut

kemerahan.

Page 21: Marasmus Dan Kwarshikor

f.     Pola pernapasan: adanya suara whezzing dan ronkhi akibat adanya penyakit

penyerta seperti bronkopneumonia.

g.    Pola keamanan: klien sangat rentan untuk terjangkit infeksi karena system

imun yang menurun.

h.    Pola seksualitas: tidak mengalami gangguan.

8. Pengkajian Fisik

Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,

pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota

keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,

persepsi keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.Pengkajian secara umum

dilakukan dengan metode head to toe yang meliputi: keadaan umum dan status

kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas

dan genito-urinaria.

9. Pengkajian fisik dengan metode head to toe

1.    Keadaan umum klien, meliputi: kesadaran composmentis: lemah, rewel,

kebersihan kurang, berat badan kurang, tinggi badan, nadi cepat dan lemah, suhu

meningkat, dan pernapasan takipneu.

2.    Kepala: lingkar kepala klien biasanya lebih kecil dari normal, warna rambut

kusam.

3.    Muka: tampak seperti wajah orang tua.

4.    Mata: konjungtiva anemis.

5.    Hidung: biasanya terdapat sekret dan terpasang selang NGT untuk memenuhi

intake nutrisi.

6.    Mulut: biasanya terdapat lesi, mukosa bibir kering dan bibir pecah-pecah.

7.    Leher: biasanya mengalami kaku duduk.

8.    Torax : adanya tarikan dada saat bernapas

9.    Abdomen: perut cekung, terdapat ascites, bising usus meningkat, suara

hipertimpani.

10.  Ekstremitas atas:  lingkar atas abnormal, akral dingin dan pucat.

11.  Ektremitas bawah: terjadi edema tungkai.

Page 22: Marasmus Dan Kwarshikor

12.  Kulit : keadaan turgor kulit menurun, kulit keriput, CRT: > 3 detik,

(Capernito,2000).

10. Pemeriksaan fisik abdomen antara lain:

1.    Inspeksi

a)    klien tampak kurus, ada edema pada muka dan kaki;

b)   warna rambut kemerahan, kering dan mudah patah/dicabut;

c)    mata terlihat cekung dan pucat;

d)   terlihat pergerakan usus;

e)    ada pembesaran/edema pada tungkai.

2.    Auskultasi

a)    bunyi peristaltik usus meningkat;

b)   bunyi paru-paru wheezing dan ronchi.

3.    Perkusi

a)    terdengar adanya shifting dullnees;

b)   terdengar bunyi hipertimpani.

4.    Palpasi

hati: terjadi pembesaran hati.

11. Pemeriksaaan fisik untuk pertumbuhan anak.

1.    Mengukur tinggi badan dan berat badan anak

2.    Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi

dengan tinggi badan (dalam meter)

3.    Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan

trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat

diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak

dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal

sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.

4.    Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas (LLA)

untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa

tubuh yang tidak berlemak).

12. Pemeriksaan Laboratorium

Page 23: Marasmus Dan Kwarshikor

1.    Biokimia: Hb anemia karena kurangnya konsumsi makanan yang

mengandung zat besi, asam folat dan berbagai vitamin, kadar albumin yang

rendah karena kurangnya konsumsi protein, kadar globumin normal atau sedikit

tinggi, kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah daripada

asam amino non esensial.

2.    Biopsi: ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis dan

infiltrasi sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua sel hati

mengandung vakual lemak yang besar.

3.    Autopsi: menunjukkan kelainan pada hampir semua organ tubuh, seperti

degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi virus usus, detrofi sistem

limfold dan atrofi kelenjar timus.

Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran

antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan

kulit).

Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:

1.      Penurunan ukuran antropometri.

2.      Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah

dicabut).

3.      Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra.

4.      Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot

intercostal).

5.      Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila

terjadi diare.

6.      Edema tungkai.

7.      Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement

dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa

popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)

KWASHIOKOR

a. Identitas Klien

1. Nama

Page 24: Marasmus Dan Kwarshikor

Nama meliputi nama lengkap dan nama panggilan atau nama kesukaan

pasien.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin laki-laki memiliki resiko lebih besar jika dibandingkan

dengan perempuan karena laki-laki membutuhkan lebih banyak asupan

protein.

3. Usia

Usia 1-3 tahun lebih sering terkena penyakit kwarsiokor karena kebutuhan

pada usia tersebut sangat meningkat.

4. Alamat

Alamat mengindikasikan lingkungan tempat tinggal. Lingkungan tempat

tinggal yang kumuh akan lebih rentan menimbulkan penyakit pada

penghuninya, utamanya penyakit kwarsiokor sehingga dibutuhkan protein

yang lebih banyak untuk membentuk sistem imunitas yang lebih baik.

5. Pendidikan Terakhir

Pendidikan keluarga terutama orang tua secara tidak langsung akan

mempengaruhi derajat pemenuhan kesehatan anak. 

6. Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua menggambarkan kesejahteraan kesehatan anak.

Pekerjaan orang tua dengan penghasilan yang kurang akan berpengaruh

pada pemenuhan nutrisi keluarga dan anak.

7. Sumber Informasi

Sumber informasi didapatkan dari orang tua klien.

8. Tanggal MRS

Tanggal masuk rumah sakit menjadi penting karena sebagai data identitas

klien sebelum dilakukan pemeriksaan atau pengobatan lebih lanjut.

9. Nomor Registrasi

Page 25: Marasmus Dan Kwarshikor

Nomor registrasi menjadi bagian dari identitas klien yang penting karena

dapat memudahkan bagi perawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam

mengidentifikasi layanan kesehatan yang akan dilakukan.

b. Riwayat kesehatan

1. Keluhan Utama

Umumnya keluhan utama pada anak dengan kwarsiokor adalah terjadi

gangguan pada pertumbuhannya yaitu semakin turunnya berat badan,

edema pada ekstremitas, diare dan keluhan lainnya yang menunjukkan

terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan. 

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya anak dengan kwarsiokor mengalami anoreksia, diare, penurunan

berat badan (BB <80% BB normal seusianya), keterbelakangan mental

yaitu apatis dan rewel, bengkak pada bagian ekstremitas bahkan wajah,

adanya luka dan lain-lain.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit kwarsiokor biasanya terjadi pada anak dengan kelahiran

premature sehingga refleks menghisap ASI nya kurang. Anak dengan

berat badan lahir rendah, anak dengan alergi susu sehingga pemenuhan

kebutuhan nutrisinya kurang. Selain itu anak dengan ibu peminum

alcohol, AIDS atau kekurangan gizi dapat mengakibatkan anak

kwarsiokor.

4. Riwayat Perinatal

1. Tahap perinatal

Kurangnya asupan nutrisi pada ibu selama hamil dapat menyebabkan

malnutrisi pada anak. Selain itu, infeksi yang mungkin terjadi pada ibu

hamil dapat menular pada anak dan menjadi infeksi kronis bagi anak.

2. Tahap Intranatal

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan kurangnya

pengetahuan ibu dapat menyebabkan bayi mengalami kwarsiokor.

Page 26: Marasmus Dan Kwarshikor

3. Tahap Post Natal

 Asupan nutrisi seperti pemberian ASI eksklusif dan nutrisi lainnya

setelah ASI eksklusif dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan

nutrisi bayi baru lahir.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit keluarga sebagian besar tidak berpengaruh, karena

kwarsiokor bukan penyakit genetik, namun kebanyakan karena anak

mengalami malnutrisi.

6. Riwayat Nutrisi

Anak yang mengalami kwarsiokor biasanya dikarenakan malnutrisi

terutama defisiensi protein. Selain itu, anak juga kekurangan asupan

karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang penting bagi tubuh.

7. Riwayat Tingkat Perkembangan

Anak yang mengalami kwarsiokor mengalami keterlambatan pertumbuhan

karena kurangnya asupan protein. Kecerdasan anak juga menurun karena

adanya keterbelakangan pertumbungan dan perkembangan tersebut

4. Pola Fungsi Kesehatan\

1. Pola Persepsi dan Tatalaksana Kesehatan

Orang tua anak yang menderita kwarsiokor kebanyakan tidak

mengetahui cara melakukan perawatan pada anak dan cara

mengasuhnya.

2. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Anak yang mengalami kwarsiokor karena mengalami defisiensi

nutrisi akan mengganggu metabolisme tubuh anak dan akibatnya

zat-zat penting dalam tubuh tidak tersedia dengan cukup.

Contohnya terjadinya pembesaran hati karena kekurangan asam

amino.

5. Pola Eliminasi

Page 27: Marasmus Dan Kwarshikor

Anak akan mengalami gangguan pada gastrointestinalnya seperti diare

dan anoreksia.

6. Pola Aktivitas / Bermain

Anak akan mengalami gangguan aktivitas karena gangguan

mental  yaitu apatis dan rewel. Selain itu juga karena adanya edema

pada ekstremitas serta penurunan fungsi otot.

7. Pola Istirahat dan Tidur

Anak mengalami gangguan pola istirahat dan tidurnya karena rewel

dan ketidaknyamanan karena edema ekstremitas.

8. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori

Anak akan mengalami gangguan kognitif akibat kurangnya asupan

nutrisi, keterbelakangan pertumbuhan dan perkembangan serta

penglihatan karena defisiensi vitamin A.

9. Pola Konsep Diri

Anak akan merasa malu dalam bersosialisasi dengan lingkungan

sekitarnya karena adanya ketidaknormalan pada tubuhnya.

10. Pola Hubungan Peran

Pola hubungan dan peran anak dengan dunia luar akan terganggu

dengan adanya citra diri yang rendah dan gangguan pertumbuhan.

11. Pola Mekanisme Koping

Keluarga perlu memeberi dukungan semangat utuk kesembuhan anak.

12. Pola Nilai dan Kepercayaan

13. Keluarga terutama orang tua selalu optimis dan mendoakan

kesembuhan anaknya

e. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaaan Umum

Umumnya anak penderita kwarsiokor akan tampak pucat, kurus, edema pada

ekstremitas, wajahnya menunjukkan tanda moon face karena terjadinya

edema. Anak cengeng dan rewel. Keadaan anak komposmentis namun pada

stadium lanjut dapat menjadi apatis, kesadarannya pun akan menurun dan

anak akan menjadi pasif.

Page 28: Marasmus Dan Kwarshikor

b. Pada tanda-tanda vitalnya ditemukan

TD meningkat karena terjadi takikardi, ritme nadi tidak teratur, RR meningkat

terjadi dyspnea dan terdapat bunyi abnormal, suhu turun kurang dari 37oC.

f. Head to Toe

1. Rambut

Akibatnya pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh, rambut

menjadi kusam, kering, mudah dicabut, warna tidak merata dan

kemerahan.

2. Wajah

Wajah pucat jika terjadi anemia dan wajah akan bengkak (moon face).

3. Mata

Mata menjdi sayu, selaput mata pucat, kornea menjadi putih buram.

4. Bibir

Terdapat luka pada sudut-sudut mulut.

5. Kulit

Terdapat bintik / belang hiperpigmentasi bilateral pada kulit yang

mengelupas mirip luka bakar. Jaringan bawah kulit edema akibat terjadi

penumpukan cairan dan akan membentuk cekungan jika di palpasi, lalu

akan kembali ke bentuk semula setelah beberapa detik atau menit.

6. Otot

Atrofi otot ada sehingga anak tampak lemah terus-menerus dan tidak

mampu berjalan dengan baik.

7. Gastrointestinal

Saat dilakukan palpasi akan ditemukan hepatomegali. 

8. Sistem saraf

Anak menjadi apatis, kurang perhatian, bingung, kurang ceria dan

iritabilitas.

9. Kaki

Terjadi edema pada ektremitas bawah dan luka pada paha.

Page 29: Marasmus Dan Kwarshikor

g. Pemeriksaan Diagnostik

1. Kadar albumin: normal 4-5,2g/dl. Pada anak dengan kwarsiokor ringan

memiliki kadar albumin hanya 2,7-3,4g/dl, dan pada kwarsiokor berat

memiliki kadar albumin 2,1g/dl.

2. Tes imun: jumlah limfosit <1500 sel/mm menandakan penurunan generasi

sel T yang sensitif terhadao malnutrisi.

3. Tes kreatinin (Cr): normal 20-35g/dl/24 jam, penurunan Cr sebanyak 60%

menandakan terjadi penurunan berat badan.

4. Tes hemoglobin: normal pada bayi 9-14 u/L dan pada anak usia 6-12

bulan sebanyak 11,5-15 u/L. jika hemoglobin menurun maka anak akan

mengalami anemia akibat dari turunnya protein yang mengganggu

pembentukan sel darah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

MARASMUS

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan

tidak adekuat (nafsu makan berkurang).

2.  Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh

KWASHIOKOR

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan

protein yang tidak adekuat.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang

tidak adekuat, anoreksia dan diare.

3. Gangguan kekurangan cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat.

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi atau status

metabolik.

Page 30: Marasmus Dan Kwarshikor

BAB IV

ASUHAN KEPERWATAN MARASMUS DAN KWASHIOKOR BERDASARKAN

SKENARIO KASUS

A. Skenario kasus

An. Z (laki-laki) usia 2 tahun dirawat di Ruang anak RS Hidayah karena kurang

gizi ( KKP). Klien tampak lemah, rambut tipis kecoklatan, mata cekung, mukosa

mulut kering, wajah keriput, tulang iga tampak jelas, retraksi dinding dada, perut

buncit, turgor kurang elastis, edema di ekstremitas atas dan bawah, pantat atropi,

belum bisa berjalan, duduk harus dibantu dan bicara belum jelas. An.Z anak ke lima

dari keluarga yang kurang mampu, hanya minum ASI, ibu An. Z umur 40 tahun, TB

150 cm, BB 40 kg, dari pemeriksaan BB An. Z 8 kg.

B. Pengkajian

Tanggal pengkajian : 04 Juni 2016      

Ruang : Bangsal Dahlia

Waktu pengkajian : 11.00 WIB

a. Identitas klien

1. Nama                                   : An. Z

2. Umur                                    : 2 tahun

3. Jenis Kelamin                       : Laki-laki

4. Agama                                 : Islam

5. Pendidikan                           : -

6. Pekerjaan                             : -

7. Suku bangsa                         : Jawa

8. Alamat                                 : Sidoharum, Gunung kidul

9. No.RM                                 : 20605

10. Tanggal masuk RS               : 11 November 2015                  pukul 09.30 WIB

11. Dx. Medis                            : Kwasiorkhor dan marasmus

Page 31: Marasmus Dan Kwarshikor

b. Identitas penanggung jawab

1. Nama                                   : Ny.N

2. Umur                                    : 40 tahun

3. Jenis Kelamin                       : Perempuan

4. Agama                                 : Islam

5. Pendidikan                           : SD

6. Pekerjaan                             : Ibu rumah tangga

7. Alamat                                 : Sidoharum, Gunung kidul

8. Hubungan dengan klien       : Ibu

C. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama :  

Ibu klien mengatakan An. Z tampak lemah

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Ibu klien mengatakan klien tampak lemah, badannya sangat kurus,  kemudian

diperiksakan di balai pengobatan desa, menurut hasil dari pemeriksaan, klien

didiagnosa Gizi buruk sehingga klien harus menjalani pengobatan dan dokter

menganjurkan agar klien dibawa ke RS Hidayah. Pada tanggal 11 November 2015

pukul 09.30 WIB oleh keluarga klien dibawa ke IGD RS Hidayah. Ibu klien

mengatakan tampak lemah, badannya sangat kurus, perut buncit, tangan dan

kakinya tampak bengkak, belum bisa berjalan, duduk harus dibantu dan bicara

belum jelas. Di IGD TTV ; TD : 80/60 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 37˚C,

dan RR : 24 x/menit. Terapi : infus RL 45 tpm. Saat dikaji pada tanggal 11

November 2015 pukul 11.00 WIB Ibu klien mengatakan tampak lemah, klien

hanya di beri ASI karena keluarga klien tidak mampu membeli susu formula ,

badannya sangat kurus, perut buncit, tangan dan kakinya tampak bengkak, belum

bisa berjalan, duduk harus dibantu dan bicara belum jelas.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Page 32: Marasmus Dan Kwarshikor

Ibu klien mengatakan kemarin klien sering diare, tetapi klien tidak di bawa ke

balai pengobatan ataupun RS.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti klien. Dan

keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti TBC, DM, hipertensi

maupun penyakit serius lainnya

5. Riwayat kehamilan

Anak laki laki dari ibu G5 P5 A0. Selama kehamilan klien, ibu klien mengatakan

tidak mempunyai masalah khusus, paling hanya mual-mual.

6. Riwayat Persalinan

Ibu klien mengatakan klien lahir secara normal dan spontan, tidak ada kelainan

bawaan dan tidak mempunyai gangguan selama proses persalinan. Klien lahir

secara prematur yaitu hamil usia 35 minggu, presentasi bawah kepala. BBL : 3200

gram.

7. Riwayat imunisasi

Klien mendapat imunisasi BCG dan Polio.

8. Riwayat tumbuh kembang

Ibu klien mengatakan klien mengalami keterlambatan dalm proses tumbuh

kembang.

9. Perkembangan motorik : klien belum bisa berjalan, dan duduk harus dibantu.

10. Perkembangan bahasa: bicara klien belum jelas

11. Kebutuhan cairan

Kebutuhan cairan klien         = 100 cc/ kgBB/ hari

= 100 x 8 = 800 ml

12. Kebutuhan kalori

Kebutuha kalori klien            = 1000 kalori + (100 x usia dalam tahun)

= 1000 + (100 x 2) = 1000 + 20 = 1200 kalori/hari

Page 33: Marasmus Dan Kwarshikor

D. Pola Pengkajian Menurut Gordon

1. Pola Persepsi kesehatan atau penanganan kesehatan

Sebelum sakit : ibu klien memgatakan klien tinggal di daerah yang jauh dari balai

pengobatan, dan klien dari keluarga yang tidak mampu.

Saat sakit : Ibu klien mengatakan sekarang klien mendapatkan perawatan setelah

di bantu desa.

2. Pola Nutrisi / Metabolik

Sebelum sakit  : Ibu klien mengatakan klien selama ini hanya minum ASI yaitu 4-

5 kali/hari. BB: tidak tahu.

Saat dikaji : Klien minum ASI 3-4 kali/hari. Dan makan pendamping ASI 2 kali

sesuai diit dari RS tetapi tidak habis. Minum air putih 1 gelas per hari. BB: 8 kg.

3. Pola Eliminasi

Sebelum sakit  : BAB sering mengalami diare warna kuning, tidak ada darah,

BAK : 3-4 kali/hari, warna kuning jernih.

Saat dikaji :  Klien belum BAB 1x lembek, kuning, BAK 2x/hari, warna kuning

berbau khas.

4. Pola aktivitas / latihan

Sebelum sakit  : Klien dapat beraktifitas sesuai kemampuan.

Saat dikaji : Klien hanya terlihat berbaring ditempat tidur.

5. Pola Istirahat / tidur

Sebelum sakit  :  Klien tidur 9 jam sehari, tidur siang kurang lebih 2 jam.

Saat dikaji :  Klien susah tidur dan sering terbangun pada malam hari.Lama tidur

7 jam sehari.

6. Pola  perseptif kognitif

Sebelum sakit : Klien  dapat melihat dengan normal dan bisa mendengarkan

dengan jelas, dalam pengecapan klien tidak ada masalah, klien bisa mengecap

makanan dengan baik.

Saat dikaji       : Klien  dapat melihat dengan normal dan bisa mendengarkan

dengan jelas, dalam pengecapan klien tidak ada masalah, klien bisa mengecap

makanan dengan baik.

7. Pola koping/toleransi stres

Page 34: Marasmus Dan Kwarshikor

Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan jika klien merasa tidak nyaman klien

menangis.

Saat dikaji : Klien hanya tiduran dan apabila klien kesakitan klien menangis dan

rewel.

8. Pola Konsep diri

Tidak terkaji

9. Pola Seksual dan Reproduksi

Klien berjenis kelamin laki-laki, dan tidak ada masalah dalam sistem reproduksi

klien.

10. Pola peran / hubungan

Sebelum sakit : Hubungan klien dengan orangtua dan keluarga baik.

Saat dikaji : Klien lebih nyaman ditemani oleh ibunya.

11. Pola nilai / kepercayaan

Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien belum melakukan ibadah.

Saat dikaji : Ibu klien mengatakan klien belum melakukan ibadah

E. Pemeriksaan Fisik1.      TTV :

TD      : 80/60 mmHg

Nadi   : 70 x/menit

Suhu   : 36,5 ˚C

RR     : 22 x/menit

2.      Antropometri :

Lingkar Kepala : 48  cm

Lingkar Lengan atas : 12 cm

BB :  8 Kg

TB : 84 cm

3.      Kepala              : mesosepal, rambut tipis kecoklatan

4.      Wajah               : tampak keriput

5.      Mata                 : konjungtiva anemis, sklera Anikterik, reflek terhadap

cahaya pupil isokhor, mata cekung

Page 35: Marasmus Dan Kwarshikor

6.      Hidung : tidak ada polip, tidak ada cuping hidung

7.      Mulut                : bibir terlihat pucat dan kering

8.      Telinga : normal, tidak ada sekret dan darah

9.      Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe

10.  Dada                 :

Paru

Inspeksi : tulang iga tampak jelas, tidak ada otot bantu pernafasan

Palpasi : retraksi dinding dada sama kanan dan kiri, terdapat vocal

fomitus kanan kiri

Perkusi : sonor

Auskultasi : bunyi vesikuler

Jantung    

Inspeksi : tidak tampak ictus cordis

Palpasi       : tidak terdapat pembesaran jantung

Perkusi       : pekak

Auskultasi : S1 dan S2 bunyi regular

Abdomen  :

Inspeksi     : bentuk buncit

Auskultasi : bising usus 10 x/menit

Palpasi       : tidak ada nyeri tekan, cubitan perut lambat

Perkusi       : timpani

11.  Genetalia          : laki laki, tidak  terpasang DC

12.  Anus                 : tidak ada lesi, pantat atropi

13.  Ekstremitas       :  

Atas : akral dingin, CRT : 4 detik, terpasang infus RL 20 tpm,

terdapat edema

Bawah : lemah, terdapat edema

14.  Kulit : turgor kulit kurang elastis

F. Pemeriksaan Penunjang

Terapi

Page 36: Marasmus Dan Kwarshikor

VFD RL = 45 tetes/menit

 L-Bio 2sac

Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vi

G. Pemeriksaan laboratorium

Jenis Pemeriksaan

Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 9 gr/dl Pria : 13-18 g/dl, wanita 11.5-16.5 g/dl. Wanita hamil: 11- 16.5 g/dl. Anak : 12-34 g/dl

Hematokrit L 40 %Leukosit 14.5 10^3/UlEritrosit 4.1 10^6 /UlDiffferent count 0.10/1.40/49.60/40.50/0.40 Basofil : 0-2 %, eosinofil : 1-

3%, netrofil batang : 1-6%, netrofil segmen: 4-6 %, limfosit 20- 40 %, monosit: 1-8%

MCV 75# 24-102#MCH 26 PgMCHC 35 g/dl 20-32 g/dl

H. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. DS :1. Ibu klien mengatakan

klien hanya minum ASI karena keluarga klien tidak mampu untuk membelikannya susu formula.

DO :1. Klien tampak lemah2. Mata cekung3. Mukosa mulut

Penurunan asuapan

peroral

Kekurangan volume

cairan

Page 37: Marasmus Dan Kwarshikor

kering4. Wajah keriput5. Turgor kulit kurang

elastic6. Nadi : 80 x/menit7. Hematokrit : 40 %

2. DS :1. Ibu klien mengatakan

klien badannya sangat kurus, tidak mau makan makanan pendamping ASI

DO : 1. Klien tampak lemah2. Tulang iga tampak jelas3. Perut buncit4. Pantat atropi5. BB nomal : 12 kg6. BB An. Z : 8 kg

Asupan yang tidak

adekuat

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

3. DS :1. Ibu klien mengatakan

klien 2. belum bisa

berjalan danduduk harus dibantu

3. Ibu klien mengatakan klien hanya minum ASI

DO :1. BB : 8 Kg, BB normal :

12 kg2. TB : 84 , TB normal : 90

cm3. LILA: 12 cm, LILA

normal : 16 cm4. Klien tampak lesu

Asupan kalori dan

protein yang tidak

adekuat

Keterlambatan

pertumbuhan dan

perkermbangan

Page 38: Marasmus Dan Kwarshikor

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan b.d penurunan asuapan peroral

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan yang tidak adekuat

3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkermbangan b.d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Nanda Noc Nic Aktivitas

1 Kekurangan

volume cairan b.d

penurunan asuapan

peroral

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan 1

x 24 jam di harapkan

kebutuhan cairan dan

elektrolit adekuat

dibuktikan dengan :

Kriteria Hasil

Mempertahanka

n urine output

sesuai dengan

usia dan BB, BJ

urine normal,

HTT normal

TD, nadi, SB

dalam batas

normal

Tidak ada tanda

– tanda

dehidrasi,

elastisitas

Fluid

Manageme

nt

Fluid

Management

1. Timbang popok /

pembalut jika

diperlukan

2. Pertahankan

catatatn intake dan

output yang akurat

3. Monitor status

hidrasi

4.  Monitor vital sign

5. Monitor masukan

makanan / cairan

dan itung intake

kalori harian

6. Kolaborasikan

pembarian cairan

IV

7. Monitor status

nutrisi

8. Berikan cairan IV

Page 39: Marasmus Dan Kwarshikor

turgorkulit baik,

membrane

mukosa lembab,

tidak ada rasa

haus yang

berlebihan

pada suhu ruangan

9.  Dorong masukan

oral

10. Dorong keluarga

untuk membatu

pasien makan

11. Kolaborasi dengan

dokter

12.  Atur kemungkinan

transfuse

13. Monitor tingkat Hb

dan hematoktrit

14. Monitor BB

2. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan

tubuh b.d asupan

yang tidak adekuat

Setelah dilakukan

tindakan keperwatan 1

x 24 jam diharapkan

kebutuhan nutrisi

terpenuhi dengan

tingkatan adekuat

dibuktikan dengan :

Kriteria Hasil :

Adanya

peningkatan BB

sesuai dengan

tujuan

BB ideal sesuai

dengan tinggi

badan

Mampu

Nutrition

Manageme

nt

Monitoring

Nutrition

Nutrition

Management

1. Kaji adanya alergi

makanan

2. Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan jumlah

kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan

pasien.

3. Anjurkan pasien

untuk

meningkatkan

intake Fe

4. Anjurkan pasien

untuk

meningkatkan

Page 40: Marasmus Dan Kwarshikor

mengidentifikas

i kebutuhan

nutrisi

Tidak ada tanda

– tanda

malnutrisi

Menunjukkan

peningkatan

fungsi

pengecapan dari

menelan

Tidak terjadi

penurunan BB

yang berarti

protein dan vitamin

C

5. Berikan substansi

gula

6. Berikan makanan

yang terpilih

( sudah

dikonsultasikan

dengan ahli gizi)

7. Ajarkan pasien

bagaimana

membuat catatan

makanan harian.

8. Monitor jumlah

nutrisi dan

kandungan kalori

9. Berikan informasi

tentang kebutuhan

nutrisi

10. Kaji

kemampuan pasien

untuk mendapatkan

nutrisi yang

dibutuhkan

Monitoring

Nutrition

1. BBpasien dalam

batas normal

2. Monitor adanya

penurunan berat

Page 41: Marasmus Dan Kwarshikor

badan

3. Monitor tipe dan

jumlah aktivitas

yang biasa

dilakukan

4. Monitor interaksi

anak atau orangtua

selama makan

5. Monitor lingkungan

selama makan

6. Monitor kulit

kering dan

perubahan

pigmentasi

7. Monitor turgor kulit

8. Monitor

kekeringan, rambut

kusam, dan mudah

patah

9. Monitor mual dan

muntah

10. Monitor

kadar albumin, total

protein, Hb, dan

kadar Ht

11. Monitor

makanan kesukaan

12. Monitor

pertumbuhan dan

perkembangan

13. Monitor

Page 42: Marasmus Dan Kwarshikor

pucat, kemerahan,

dan kekeringan

jaringan

konjungtiva

Monitor kalori dan

intake nuntrisi

3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkermbangan b.d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan 2

x 24 jam diharapakan

Teaching : disease process

Management behavior

Teaching : disease process

1. Berikan penilaian

tentang tingkat

pengetahuan pasien

tentang proses

penyakit yang

spesifik

2. Jelaskan

patofisiologi dari

penyakit dan

bagaimana hal ini

berhubungan

dengan anatomi dan

fisiologi, dengan

cara yang tepat

3. Gambarkan tanda

dan gejala yang

biasa muncul pada

penyakit dengan

cara yang tepat

4. Gambarkan proses

penyakit dengan

cara yang tepat

5. Sediakan informasi

pada pasien tentang

Page 43: Marasmus Dan Kwarshikor

kondisi, dengan

cara yang tepat

6.  Sediakan bagi

keluarga informasi

tentang kemajuan

pasien dengan cara

yang tepat

7. Diskusikan

perubahan gaya

hidup yang

mungkin diperlukan

untuk mencegah

komplikasi dimasa

yang akan datang

8. Diskusikan pilihan

terapi atau

penanganan

Management behavior

1. Gunakan suara

yang lembut dan

pelan dalam

berbicara dengan

pasien.

2. Tingkatkan

aktivitas fisik

sesuai dengan

kemampuan.

3. Diskusikan dengan

keluarga untuk

membuat dasar

Page 44: Marasmus Dan Kwarshikor

kognitif prainjury.

4. Buat rutinitas untuk

pasien.

5. Hindari untuk

menyudutkan

pasien.

6. Hindari untuk

membantah pasien.

Page 45: Marasmus Dan Kwarshikor

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Marasmus adalah suatu penyakit malnutrisi energi protein berat akibat dari kurang

mendapat masukan makanan dalam waktu lama yang ditandai dengan penurunan berat

badan dan atropi jaringan tubuh secara bertahap terutama subkutan sehingga anak tampak

lebih tua dengan kulit keriput dan turgor kulit menurun.

Sedangkan Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh

defisiensi protein yang berat akibat mengkonsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak

mencukupi kebutuhan. Defisiensi protein sangat parah meskipun konsumsi energi atau

kalori tubuh mencukupi kebutuhan.

SARAN

Untuk pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, oleh

karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapakan demi

penulisan makalah ini. Kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Page 46: Marasmus Dan Kwarshikor

Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta:EGC

Lubis, N. U. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita. http://www.cermin dunia

kedokteran.com. diperoleh tanggal 4 Juni 2008

Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media

Aescullapius.

Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.

McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC

No Name. 2008. Marasmus. http://www.dokterfoto.com. diperoleh tanggal 4 Juni 2008

Staf pengajar ilmu keperawatan anak. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :

FKUI.

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Behrman, et all. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 1. E/15. Alih bahasa oleh

Wahab. Jakarta: EGC.

Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan dan

Manajemen. Jakarta: EGC.

Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku saku pemeriksaan laboratorium dan diagnostik dengan

implikasi keperawatan. Alih bahasa Easter Nurses. Editor Monica Ester. Jakarta: EGC.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-

1014. Jakarta: EGC.